Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR CREDIT ANALYSIS

PRINSIP DASAR PEMBERIAN KREDIT


Dosen Pengampu: Bapak Drs. Heri Priyanto M. M

Disusun oleh:

1. Ahmad Rival Diaz 221010550198


2. Dona Vanessa Rahmawati 221010550202
3. Fransiska Nurti 221010551332
4. Muhammad Fauzi 221010551403
5. Tri Puji Jayanti 221010550573

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Prinsip dasar pemberian
kredit”.

Makalah yang kami susun ini bertujuan agar kami dan pembaca dapat memahami prinsip
dasar pemberian kredit dan melalui makalah ini kami bermaksud agar pembaca mampu
mendefinisikan pengertian prosedur umum perkreditan dan tahap kegiatan di bank pada
umumnya

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan pengajar yaitu Bapak Heri
Priyanto. Beliau dengan kesabaran dan kelebihannya mengajar kami serta teman- teman
yang telah membantu kami.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas bagi
pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari yang diharapkan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami
berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.

Pamulang, 27 Mei 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang permasalahan


Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit
antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara
keduanya. Seringkali yang ditemui di lapangan perjanjian kredit dibuat oleh pihak
kreditur atau dalam hal ini adalah bank, sedangkan debitur hanya mempelajari dan
memahaminya dengan baik. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat
perhatian khusus dari kedua belah pihak dikarenakan perjanjian kredit mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan dan penatalaksanaan kredit tersebut
dalam kesepakatan yang dilakukan antara debitur dengan kreditur, apabila debitur
menandatangani perjanjian kredit yang dianggap mengikat kedua belah pihak dan berlaku
sebagai undang-undang bagi keduanya.
Perjanjian Kredit Prosonal Loan berdasarkan perjanjian standard yang isinya telah
ditetapkan oleh pihak bank, yang dituangkan dalam konsep janjijanji tertulis yang
disusun tanpa membicarakan isinya kepada debitur, kemudian diformulasikan dalam
bentuk formulir perjanjian dan sejumlah aturan addendum atau aturan tambahan,
sehingga yang terjadi adalah kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud
perihal perjanjian Kredit Prosonal Loan dengan klausul yang telah ditetapkan, terkecuali
mengenai judul perjanjian Kredit Prosonal Loan, komparasi atau identitas, dasar hukum,
dan kedudukan para pihak yang akan mengadakan perjanjian kredit bank.
Terhadap Perjanjian Kredit Personal Loan berlaku peraturan untuk pemberian
kredit PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang isinya telah disetujui
sepenuhnya oleh peminjam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian
kredit yang telah diberikan oleh bank sebagaimana bank memberi Kredit Personal Loan
oleh peminjam akan dipergunakan untuk keperluan sesuai dengan rencana yang telah
disetujui oleh bank. Proses pelaksanaan prosedur Kredit Prosonal Loan melalui
tahapantahapan yang tak sedikit yang di antaranya prosedur untuk calon debitur yaitu
bank menyerahkan aplikasi permohonan kredit yang harus di isi oleh debitur dan
melakukan wawancara kepada debitur guna memberikan kepercayaan kepada bank
bahwa si debitur benar-benar ingin mengajukan Kredit Prosonal Loan pada Bank yang
bersangkutan sesuai dengan persyaratan yang ada. Problemmatik pelaksanaan pemberian
kredit yang dilakukan oleh bank tentu saja tidak selalu berjalan mulus sesuai harapan
sehingga dalam pelaksanaanya bank harus hati-hati. Bank harus dapat bersikap bijak
dalam memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat sehingga dalam hal ini pihak
bank harus meperhatikan prinsip-prinsip penyaluran atau pemberian kredit. Prinsip
penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan, tenggang waktu, degree of risk, resiko,
prestasi/objek kredit. Indikator dari pemberian kredit ini adalah kepercayaan moral,
komersial, finansial, dan angunan.
Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit Personal Loan
adalah keadaan dimana debitur lalai untuk melakukan kewajibannya atau yang biasanya
disebut wanprestasi. Fakta yang sering kali terjadi dilapangan adalah debitur terlambat
dalam melakukan pembayaran baik cicilan maupun bunga. Oleh karena itu setiap
pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, dalam prakteknya bank selalu meminta
kepada nasabah debitur untuk menyerahkan jaminan, guna keamanan dalam
pengembalian kredit tersebut. Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas
kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian
kepercayaan kepada nasabah2 . Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
Perbankan menyebutkan bahwa : “Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”. Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama dalam bidang perkreditan. Kemampuan
untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu
janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa “Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga”. Jaminan merupakan unsur yang sangat penting dan mempunyai peran
dalam penentuan analisis kredit. Dalam UU Perbankan, yang dimaksud dengan
pemberian jaminan kredit adalah “keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur”
untuk melunasi utangnya. Sedangkan agunan (collateral) adalah merupakan salah satu
unsur dari jaminan, sehingga apabila berdasarkan unsur-unsur lain (watak, kemampuan,
modal dan prospek usaha) telah dapat diperoleh keyakinan, maka agunan dapat hanya
berupa barang, proyek atau hak tagih dari proyek yang dibiayainya tersebut. Dengan
demikian agunan tambahan (diluar proyek/barang yang dibiayai) tidak mutlak harus
disediakan oleh debitur, bank arena kredit yang diberikan tanpa disertai dengan agunan
tambahan bukan merupakan criminal (Agus Santoso: 2010). Sehubungan dengan adanya
perjanjian kredit yang berlangsung antara pemberi kredit dengan penerima kredit
disamping hak dan kewajiban yang timbul dengan adanya perjanjian kredit tersebut serta
hambatan-hambatan yang mungkin timbul dengan adanya perjanjian kredit tersebut
dalam melakukan perbuatan hukum, maka harus ada kesepakatan tertulis yang dapat
dijadikan dasar sehingga ada ketegasan dan kepastian hukum antara keduanya.
Kesepakatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk perjanjian Kredit Personal
Loan. Kesepakatan di dalam Perjanjian Kredit Personal Loan dicapai apabila pihak
pemohon kredit membutuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian. Hal ini berarti
pemohon kredit tersebut telah menyetujui isi dari perjanjian tanpa dimintai pendapat
terlebih dahulu, karena dalam perjanjian kredit bank, formulir perjanjiannya sudah baku.
Begitu juga pada perjanjian Kredit Pegawai Negeri, kesepakatan tercapai jika pemohon
kredit mendatangani formulir perjanjian. Hampir semua Pegawai Negeri menggunakan
jasa perkreditan terutama kredit bank. Dalam pelaksanaan perjanjian kredit tidak lepas
dari berbagai permasalahan yang membutuhkan pemecahan demi kelancaran pemberian
kredit. Pegawasan yang dilakukan oleh bank yaitu preventif yaitu pengawasan yang
dilakukan sebelum terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh pihak bank dan
pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya sesuatu. Dalam
kenyataannya, debitur kadang melakukan wanpresasi yang mengakibatkan kredit macet.
Permasalahan kredit macet yang menimpa dunia perbankan sebagai akibat dari adanya
wansprestasi atau keterlambatan dalam pembayaran oleh debitur ditambah dengan
banyaknya kredit yang dijamin dengan jaminan kebendaan akan tetapi jaminan tersebut
setelah dijual tidak mencukupi untuk memenuhi hutangnya. Sehingga dengan itu dapat
diwujudkan sebuah dunia perbankan yang sehat karena pada dasarnya modal pokok
untuk perkreditan dari bank-bank ialah sumber simpanan dari masyarakat, bagi bank
milik BUMN dapat juga bersumber dari uang negara. Hasil penelitian ini kemudian
dideskripsikan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak Bank Jateng Cabang
Surakarta, baik dalam substansi dan klausula-klausula perjanjian yang dibuat secara baku
dan sepihak oleh Bank sehingga membuat posisi kedua belah pihak tidak seimbang,
dimana posisi Bank lebih kuat terhadap debitur, hal ini tidak sepenuhnya mengakomodir
asas kebebasan berkontrak, asas kepatutan dan keadilan, namun demikian perjanjian
tersebut telah sah dan mempunyai kekuatan hukum karena syarat sahnya perjanjian telah
terpenuhi. Bank yang pada hakikatnya merupakan lembaga intermediasi di mana di satu
sisi ia menampung dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan di sisi lain ia juga
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagai pemberi
kredit, bank wajib menetapkan suatu kebijakan perkreditan agar tetap dapat memelihara
keseimbangan yang tepat antara keinginan untuk memperoleh dan menjamin lunasnya
semua kredit yang disalurkan.

B .Tujuan

Dalam setiap aktivitas penulisan tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin
dicapai dalam penyelenggaraan aktivitas tersebut. Hal ini lebih bermanfaat dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan, apabila telah dirumuskan terlebih dahulu yaitu dapat
dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam penyelenggaraan suatu aktifitas, karena yang
ingin dicapai pada dasarnya merupakan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan.

C. Manfaat
Berharap pembaca dapat lebih mengetahun tentang prinsip dasar pemberian kredit
dan dapat memanfaatkan kredit dengan sebaik mungkin untuk membantu keperluan yang
dan menaati aturan dari perkereditan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urain materi
Tahap pertama dalam proses pemberian kredit adalah pengajuan permohonan
kredit oleh calon debitur. Permohonan ini bisa diajukan secara tertulis tetapi dalam
prakteknya lebih banyak dilakukan secara lisan. Pada tahapan ini bank (account officer)
berkenalan dengan calon debitur, terutama apabila calon debitur tersebut bukan
merupakan nasabah bank.
Pada kontak awal ini masing-masing pihak saling berkenalan. Calon debitur
mengemukakan maksudnya secara sekilas. Apabila calon debitur sama sekali baru bagi
bank, ia menceritakan secara singkat usahanya (apabila ia seorang pengusaha) atau
tentang pekerjaannya (apabila ia seorang karyawan). Pada saat itu juga calon debitur
mengajukan jumlah kredit yang ia ingin peroleh dari bank serta tujuannya. Bisa juga
terjadi calon debitur menyerahkan fotocopi surat jaminan yang akan dimasukkan ke bank
seperti sertifikat tanah, BPKP, dan lain-lain.
1. Aspek-aspek Yang Dipertimbangkan Dalam Pemberian Kredit
2. Pengumpulan Data dan Pengamatan Jaminan
Apabila permohonan kredit dinilai layak maka pihak bank dalam hal ini petugas Account
Officer (AO) akan mengadakan pengumpulan data lapangan baik menyangkut data
pribadi maupun reputasi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan bisnis calon debitur
antara lain :
- Identitas calon debitur
- Bidang usaha, lokasi dan lama usaha
Daftar supplier (seperti nama dan alamat) untuk usaha tersebut dan system pembelian
apakah pembelian dilakukan secara tunai (cash) atau secara kredit. Apabila pembelian
dilakukan dilakukan dengan sistem kredit, bagaimana kebijakan kredit yang diterapkan
(sistem pembayarannya).
Daftar langganan (seperti nama dan alamat) serta sistem penjualan yang diterapkan calon
debitur, apakah penjualan secara tunai atau dilakukan secara kredit. Apabila secara kredit
bagaimana sistem pembayarannya.Data keuangan seperti omzet, laba, dan lain-lain.
Apabila ada, AO akan meminta laporan keuangan calon debitur (baik yang telah diaudit
maupun yang belum) meliputi laporan rugi laba dan neraca untuk memperoleh gambaran
mengenai struktur keuangan calon debitur.
Apabila ada, AO juga akan meminta fotokopi rekening koran beberapa bulan terakhir.
Apabila calon debitur memiliki fasilitas kredit di bank lain, ia juga akan mencari tahu
tentang kondisi kredit tersebut seperti jenis kredit, jumlah fasilitas, suku bunga, dan
kondisi lainnya.
Untuk badan hukum (PT, CV) juga dikumpulkan data mengenai manajemen
perusahaan selain akte pendirian perusahaan dan perubahanperubahannya.Apabila usaha
yang akan dibiayai adalah usaha baru, AO perlu mengetahui rencana-rencana kerja calon
debitur untuk usaha barunya seperti manajemen, rencana pemasarannya, rencana
produksi dan lain-lain.
Untuk calon debitur yang merupakan karyawan murni tentu saja data yang
dikumpulkan tidak akan sekompleks yang diuraikan di atas, biasanya untuk karyawan
data yang dikumpulkan adalah:
1. Nama perusahaan tempat ia bekerja, lamanya ia bergabung dengan perusahaan
tersebut, serta jabatan calon debitur. Seringkali calon debitur diminta daftar riwayat
pekerjaannya.
2. Besarnya penghasilan per bulan yang biasanya dibuktikan dengan surat keterangan
gaji.
3. Sumber dan jumlah penghasilan tambahan apabila ada.
4. Jumlah tanggungan seperti jumlah anak.
5. AO juga perlu mengetahui apakah karyawan tersebut memiliki kredit yang lain. Hal
ini perlu diketahui karena pada umumnya kredit yang diminta karyawan adalah kredit
konsumsi (seperti KPR) sehingga jika ia memiliki kredit di tempat lain (yang
dilakukan secara cicilan), hal tersebut langsung mempengaruhi kemampuan
mengangsur kredit.
6. Analisis Kredit
Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan
pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon debitur. Di
sisi pihak bank, khususnya AO dituntut objektif dan konsisten atas hasil analisa dengan
berpegang pada prinsip-prinsip kelayakan kredit.
B. Tahap Pemberian Failitas Kredit
Setelah melalui proses pemberian kredit dan kredit memperoleh
persetujuan untuk direalisasi, maka dengan demikian nasabah dapat segara menikmati
fasilitas kredit sesuai dengan kebutuhannya. Tugas AO pada tahap ini adalah :
 Memantau perkembangan usaha debitur sesuai dengan jadwal. Bentuk dan jadwal
pemantauan telah ditetapkan sesuai ketentuan masing masing bank, namun pada
prinsipnya, disesuaikan dengan tingkat kelancaran pembayaran bunga/pokok
kredit atau dikenal dengan istilah Kolektibiliti.
 Melakukan kunjungan setempat (on the spot) untuk memantau jalannya usaha
debitur secara periodik.
 Membantu memberikan saran dan penjelasan kepada debitur sehubungan dengan
jalannya usaha dan dalam kaitannya dengan aktifitas rekening pinjaman.
DAFTAR PUSAKA

1. MODUL PEMBELAJARAN
2. https://eprints.ums.ac.id/18109/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai