Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PRICE DISCOUNT, STORE ATMOSPHERE DAN BRAND

LOVE TERHADAP IMPULSE BUYING


(STUDI KASUS PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE MALL
LIPPO CIKARANG)

Novianty Dewi1), Yunita Ramadhani RDS2)


Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
Email : noviantydew@gmail.com1); itaramadhani66@yahoo.co.id2)

ABSTRAK

Bisnis ritel mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya dalam dunia fashion. Hal
ini menyebabkan semakin tingginya pula tingkat persaingan bisnis ritel yang dihadapi oleh
Matahari Department Store. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh
price discount, store atmosphere dan brand love terhadap impulse buying (studi kasus pada
Matahari Department Store Mall Lippo Cikarang). Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah non probability sampling. Populasi penelitian ini adalah konsumen Matahari
Department Store Mall Lippo Cikarang dengan sampel penelitian berjumlah 142 responden.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial bahwa hasil uji t untuk variabel price discount
diperoleh hasil t hitung sebesar 4,244 dengan nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 hal ini membuktikan
bahwa secara parsial variabel price discount dinyatakan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel impulse buying pada Matahari Department Store Mall Lippo
Cikarang. Hasil pengujian secara parsial bahwa hasil uji t untuk variabel store atmosphere
diperoleh hasil t hitung sebesar -0,614 dengan nilai sig sebesar 0,540 > 0,05 hal ini
membuktikan bahwa secara parsial variabel store atmosphere dinyatakan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel impulse buying pada Matahari Department Store
Mall Lippo Cikarang. Hasil pengujian secara parsial bahwa hasil uji t untuk variabel brand
love diperoleh hasil t hitung sebesar 7,778 dengan nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 hal ini
membuktikan bahwa secara parsial variabel brand love dinyatakan memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel impulse buying pada Matahari Department Store Mall Lippo
Cikarang.

Kata kunci : price discount, store atmosphere, brand love dan impulse buying

PENDAHULUAN Selain itu, konsumen membutuhkan hal tersebut


Bisnis ritel mengalami perkembangan yang untuk memuaskan emosionalnya. Perilaku
sangat pesat, khususnya dalam dunia fashion. Hal ini memuaskan emosional inilah yang menjadikan
ditandai dengan semakin banyak bermunculan bergesernya perilaku pada konsumen yaitu perilaku
bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri yang berbelanja secara terencana menjadi tidak
menjadi ritel modern maupun ritel modern sendiri terencana (Wilujeng, S., 2017)
yang baru lahir (Utami, C. W., 2017). Hal ini memicu timbulnya fenomena impulse
Kemudahan mendapatkan informasi tentang buying (pembelian spontan/tak terencana) dimana
fashion membuat konsumen merasa suka berbelanja suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa
untuk memenuhi kebutuhan akan barang yang direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian
belum dimilikinya. Sebagian orang menganggap dilakukan pada saat berada di dalam toko (Utami, C.
bahwa kegiatan berbelanja merupakan kegiatan W., 2017). Pembelian impulsif menjadi aspek
yang dapat menghilangkan stress, menghabiskan penting dalam perilaku konsumen dan konsep yang
uang dan dapat mengubah suasana hati seseorang vital bagi peritel (Abdolvand, 2011), dalam
secara signifikan (Utami, C. W., 2010:67). (Pemayun, & Ekawati, 2016).

1
Berdasarkan hasil survey dilakukan oleh menunjukkan bahwa Price Discount tidak
(Nielsen, 2011) dengan sampel responden yang berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse
tinggal di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Buying. Dalam penelitian tersebut diketahui adanya
menunjukkan bahwa 59 dari 101 responden Jakarta, faktor yang menyebabkan terjadinya
68 dari 100 responden Bandung, serta 67 dari 100 ketidaksesuaian teori dengan fakta yaitu karena
responden Surabaya melakukan impulse buying, harga produk The Body Shop masuk kedalam
dimana mereka terkadang melakukan pembelian kategori segmen pasar menengah keatas yang
produk di luar dari yang yang telah direncanakan. bertolak belakang dengan karakteristik responden
Fenomena impulse buying juga terjadi di yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.
Negara Amerika. Berdasarkan pada penelitian Menurut Kurniawan, D., & Kunto, Y. S. (2013)
(Gaille, 2014) dalam (Purnama, R. A, 2015) penciptaan suasana lingkungan toko yang
menunjukkan bahwa 6 dari 10 wanita di Amerika menyenangkan dalam sebuah department store
melakukan minimal satu kali impulse buying yang menjadi salah satu faktor penting untuk bertahan dan
besar dalam satu tahun, dengan alasan karena memenangkan persaingan, melalui store
pembelian tersebut membuat orang tersebut merasa atmosphere dari suatu tempat dapat mempengaruhi
lebih baik dibandingkan dengan kebutuhan produk pengalaman yang didapat dari lokasi tersebut atau
yang dibelinya. lokasi yang bersangkutan.
Fenomena impulse buying ini menarik untuk di Penciptaan suasana berarti rancangan
teliti mengingat fenomena ini banyak melanda lingkungan melalui komunikasi visual,
kehidupan kaum remaja yang berada di kota-kota pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian
besar. Banyak faktor yang mempengaruhi impulse untuk merancang respons emosional untuk
buying seperti kegiatan promosi. Kegiatan promosi memengaruhi konsumen dalam membeli barang
perlu dilakukan oleh peritel untuk mempertahankan (Utami, C. W. 2010).
konsumennya seperti price discount (potongan Store atmosphere tidak hanya dapat
harga). Price discount (potongan harga) menjadi memberikan suasana lingkungan pembelian yang
salah satu strategi dalam menentukan harga menyenangkan saja, tetapi juga dapat memberikan
yangmelibatkan rencana jangka panjang untuk nilai tambah terhadap produk yang dijual.
menurunkan harga secara sistematis setelah Disamping itu store atmosphere juga akan
mengenalkan produk dengan harga tinggi (Peter & menentukan citra toko tersebut dihati konsumen.
Olson (2014:256)). Suasana (atmosphere) toko yang baik dapat
Price Discount yang diberikan secara besar- menjamin kelangsungan hidup perusahaan untuk
besaran dapat membangkitkan keinginan konsumen bertahan terhadap persaingan dalam membentuk
untuk membeli barang yang belum terlalu pelanggan tetap. Disisi lain, store atmosphere
dibutuhkan dalam jangka waktu dekat, kondisi ini sebagai salah satu sarana komunikasi yang
mampu mendorong pelanggan untuk melakukan cenderung berdampak positif dan menguntungkan.
impulse buying (pembelian tidak terencana) (Utama, Terutama pada proses pemasaran ritel. Suasana yang
2017). diciptakan bertujuan untuk kenyamanan konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang, W. Dikarenakan konsumen merasa nyaman, sehingga
A., & Nurcahaya, I. K. (2016) yang berjudul akan muncul dorongan keputusan pembelian.
“Pengaruh Price Discount dan Store Atmosphere Menurut penelitian yang dilakukan Dalihade,
Terhadap Emotional Shopping dan Impulse Buying M. P., Massie, J. D. D., & Tielung, M. V. J. (2017)
”, menunjukkan bahwa pengaruh Price Discount yang berjudul “Pengaruh Potongan Harga Dan Store
terhadap Impulse Buying bernilai positif dan Atmosphere Terhadap Impulse Buying Pada
signifikan. Penelitian Dalihade, M. P., Massie, J. D. Matahari Department Store Mega Mall Manado”
D., & Tielung, M. V. J. (2017) yang berjudul menunjukkan bahwa Store Atmosphere secara
“Pengaruh Potongan Harga Dan Store Atmosphere parsial berpengaruh signifikan terhadap Impulse
Terhadap Impulse Buying Pada Matahari Buying pada Matahari Department Store Mega Mall
Department Store Mega Mall Manado” Manado. Penelitian Pontoh, M. E., Moniharapon, S.,
menunjukkan bahwa Potongan Harga secara parsial & Roring, F. (2017) yang berjudul “Pengaruh
berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying Display Produk Dan Store Atmosphere Terhadap
pada Matahari Department Store Mega Mall Impulse Buying Pada Konsumen Matahari
Manado. Department Store Mega Mall Manado”
Dari kedua penelitian yang telah dilakukan olen menunjukkan bahwa Store Atmosphere secara
peneliti terdahulu menunjukan bahwa variabel Price parsial berpengaruh signifikan terhadap Impulse
Discount berpengaruh positif dan signifikan Buying.
terhadap Impulse Buying. Tetapi berbeda dengan Dari kedua penelitian yang telah dilakukan olen
penelitian yang di lakukan oleh Lestari, D. (2019) peneliti terdahulu menunjukan bahwa variabel Store
yang berjudul “Pengaruh Price Discount dan Brand Atmosphere berpengaruh positif dan signifikan
Awareness Terhadap Impulse Buying (Studi pada terhadap Impulse Buying. Tetapi berbeda dengan
konsumen The Body Shop Yogyakarta) penelitian yang di lakukan oleh Safitri, D. R. N., &

2
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
Basuki, R. S. (2017) yang berjudul “Pengaruh Store Matahari.com. Matahari sangat bangga atas
Atmosphere Dan Lokasi Terhadap Impulse Buying dukungannya terhadap perekonomian Indonesia
Konsumen Kampung Coklat Blitar” menunjukkan dengan mempekerjakan lebih dari 40.000 karyawan
bahwa Store Atmosphere tidak berpengaruh positif dan berpartner dengan sekitar 850 pemasok lokal
dan signifikan terhadap variabel Impulse buying serta pemasok internasional. (www.matahari.co.id).
Konsumen kampung coklat Blitar. Merek-merek eksklusif Matahari telah
Brand love merupakan faktor yang berasal dari berulangkali terpilih sebagai merek fashion
dalam diri seorang konsumen didefinisikan sebagai terfavorit di Indonesia dan hanya dijual di gerai
tingkat ikatan emosional yang penuh gairah untuk Matahari dan MatahariStore.com. Perseroan juga
memiliki merek tertentu (Carroll & Ahuvia, 2006) telah berulangkali meraih penghargaan baik
dalam (Naufal, M. H., & Maftukhah, I., 2017) nasional maupun internasional dalam segala aspek
Seorang konsumen apabila telah memiliki perasaan bisnisnya, yang menunjukkan reputasi baik
cinta terhadap sebuah brand, maka konsumen Perseroan sebagai salah satu perusahaan yang
memiliki keinginan untuk memiliki brand tersebut. dinamis, dan terpercaya. Penghargaan tersebut
Brand love menjadi salah satu peranan penting antara lain peringkat ke-3 di antara peritel Indonesia
bagi seorang konsumen ketika akan memutuskan dalam Top 500 Retail Asia Pacific (Retail Asia,
untuk membeli sebuah produk. Konsumen Euromonitor, & KPMG); dan Brand Asia 2017
mencintai sebuah brand karena ketertarikannya sebagai Top 3 Most Powerful Retail Brand in
terhadap brand yang selanjutnya brand tersebut Indonesia (Nikkei BP Consulting, Inc).
dapat menginspirasi seorang konsumen (Ismail, A. (www.matahari.co.id). PT. Matahari Departmenet
R., & Spinelli, G.). Seorang konsumen yang Store Tbk juga meraih penghargaan Top Brand
memiliki keterikatan dengan sebuah brand akan Awards seperti pada tabel berikut ini:
cenderung memiliki rasa keinginan dan keharusan
untuk memiliki produk yang tinggi karena Tabel 1. Top Brand Award Department Store
kecintaannya terhadap sebuah brand, sehingga Tahun 2013-2017
setiap produk baru yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang produk sebelumnya telah disukai
maka konsumen dengan mudah akan memutuskan
untuk melakukan pembelian terhadap produk baru
tersebut (Setyoadi, 2014).
Brand Love menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi impulse buying, seperti penelitian
yang dilakukan Liapati, G., Assiouras, I., &
Sumber: Top Brand Award Tahun 2013-2017
Decaudin, J. M. (2015) dengan judul “The role of
fashion involvement, brand love and hedonic Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa
consumption tendency in fashion purchasing”, Matahari Department Store menduduki posisi
menunjukan bahwa “brand love and hedonic teratas, dengan persentase pada tahun 2013 Matahari
consumption tendency are positively influenced by Department Store memiliki persentase TBI sebesar
the positive affect that consumers feel when visiting 56,00% sedangkan pada tahun 2014 Matahari
stores, which stimulates them to impulse-buy a Department Store mengalami penurunan persentase
fashion product” dari definisi diatas disimpulkan TBI sebesar 0,7% sehingga nilai persentase TBI
bahwa kecintaan merek dan kecenderungan menjadi 55,30%. Pada tahun 2015 Matahari
konsumsi hedonis dipengaruhi secara positif yang Department Store kembali mengalami penurunan
dirasakan konsumen ketika mengunjugi toko, yang persentase TBI sebesar 4,9% sehingga persentase
merangsang mereka untuk melakukan pembelian TBI menjadi 50,40%. Di tahun selanjutnya yaitu
impulsif produk fesyen. pada tahun 2016 Matahari Department Store
PT. Matahari Department Store Tbk. mengalami kenaikan persentase TBI sebesar 3,2%
merupakan salah satu perusahaan ritel nasional yang sehingga nilai persentase naik menjadi 53,60% dan
telah berdiri sejak 24 Oktober 1958, di Kawasan pada tahun 2017 Matahari Department Store
Pasar Baru, Jakarta. PT. Matahari Department Store kembali berhasil menaikkan nilai persentase sebesar
Tbk. menyediakan perlengkapan fashion, aksesoris 3,3% sehingga persentase naik menjadi 56,90%.
kecantikan, produk-produk stylish berkualitas tinggi Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa
hingga peralatan rumah tangga dengan harga yang Matahari Department Store selama periode tahun
terjangkau. (annualreport.id) 2013-2017 mengalami penurunan persentase
Dengan perjalanan usaha yang telah dibangun sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2014 dan 2015.
selama 60 tahun, Matahari senantiasa menyediakan Akan tetapi hal ini tidak merubah kedudukan
pilihan fashion dengan trend terkini untuk kategori Matahari Department Store pada Top Brand Award
pakaian dan mode, serta produk-produk kecantikan selama periode 2013-2017. Ini membuktikan bahwa
dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya Brand Love (kecintaan merek) terhadap merek
yang ditampilkan dalam gerai modern serta

3
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
Matahari Department Store lebih tinggi 3. Pembelian terburu-buru, merupakan keadaan
dibandingkan merek lain. dimana pelanggan seringkali merasa bahwa
Pusat perbelanjaan Matahari Department Store terlalu terburu-buru dalam membeli sesuatu.
memiliki jaringan terl uas di Indonesia dengan total 4. Pembelian dipengaruhi keadaan emosional,
hingga 169 gerai hingga akhir tahun 2019 dan merupakan penilaian pelanggan dimana
tersebar di 76 kota di seluruh Indonesia (bisnis.com) pelanggan melakukan kegiatan berbelanja
dan di Provinsi Jawa Barat khususnya di Bekasi dipengaruhi oleh keadaan emosional yang
tersebar 5 gerai yaitu Matahari Department Store dirasakan.
Grand Mall Bekasi, Matahari Department Store
Metropolitan Mall, Matahari Department Store Price Discount
Revo Town Bekasi, Matahari Department Store Menurut Kotler & Keller (2016:84) price
Plaza Pondok Gede Bekasi, dan Matahari discount, merupakan penghematan yang ditawarkan
Department Store Mall Lippo Cikarang yang berada pada konsumen dari harga normal akan suatu produk
di Kabupaten Bekasi. yang tertera di label atau kemasan produk tersebut.
Dalam penelitian ini pemilihan lokasi penelitian Sedangkan menurut Peter & Olson (2014:256) Price
yaitu di Matahari Department Store Mall Lippo discount (potongan harga) adalah strategi
Cikarang, dikarenakan lokasi penelitian yang menentukan harga yang melibatkan rencana jangka
strategis yaitu berlokasi di tengah-tengah kota panjang untuk menurunkan harga secara sistematis
industri sekaligus berada di dalam Mal Lippo setelah mengenalkan produk dengan harga tinggi.
Cikarang, yang telah kita ketahui bahwa Mal Lippo Indikator yang digunakan untuk mengukur
Cikarang merupakan pusat Mal di Cikarang variabel price discount dikembangkan oleh Belch &
sehingga banyak yang menjadikan sebagai destinasi Belch (2009) dalam Sonata, I. (2019) sebagai
arena perbelanjaan yang mudah di akses oleh berikut:
konsumen. 1. Dapat memicu konsumen untuk membeli
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dalam jumlah yang banyak. Maksudnya adalah
apakah ada pengaruh antara price discount, store menarik perhatian konsumen serta mendoktrin
atmosphere, dan brand love secara parsial terhadap pikiran konsumen agar membeli produk dalam
impulse buying pada Matahari Department Store jumlah yang banyak dengan adanya diskon.
Mall Lippo Cikarang. 2. Mengantisipasi promosi pesaing. Perusahaan
Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil harus secara konstan membandingkan produk,
penelitian pada beberapa penelitian terdahulu harga, saluran distribusi, dan promosinya
tentang variabel impulse buying membuat peneliti dengan pesaing terdekat. Dengan cara ini
tertarik untuk meneliti mengenai impulse buying perusahaan dapat menemukan bidang-bidang
serta pengaruhya pada Matahari Department Store keunggulan bersaing potensial dan
Mall Lippo Cikarang. Sehingga peneliti mengambil kekurangannya.
judul “PENGARUH PRICE DISCOUNT, STORE 3. Mendukung perdagangan dalam jumlah yang
ATMOSPHERE DAN BRAND LOVE TERHADAP lebih besar. Secara tidak langsung dapat
IMPULSE BUYING (Studi Kasus Pada Matahari menjual produk dalam jumlah yang banyak
Department Store Mall Lippo Cikarang). agar penjualan dapat beroperasi dengan baik.
4. Hemat. Konsumen dapat meminimalisir uang
TINJAUAN PUSTAKA keluar dengan membeli barang diskon.

Impulse Buying Store Atmosphere


Impulse buying dapat dikatakan sebagai Suasana toko (store atmosphere) merupakan
pembelian tidak terencana atau bersifat spontan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti
tanpa memikirkan konsekuensinya. Impulse buying arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan
adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa warna, temperature musik, aroma yang secara
direncanakan sebelumnya, atau keputusan menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak
pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko konsumen (Utami, C. W. 2017:255).
(Utami, C. W. 2017:50). Menurut Nofiawati (2014) dalam Pontoh, M.
Menurut Yistiani (2012) dalam Pemayun, T. I. E., Moniharapon, S & Roring, F. (2017) membagi
D. P., & Ekawati, N. W. (2016) mengelompokan elemen-elemen store atmosphere kedalam 4 elemen,
pembelian impulsif menjadi empat indikator : yaitu:
1. Pembelian spontan, merupakan keadaan 1. Exterior (Bagian luar toko). Exterior adalah
dimana pelanggan seringkali membeli sesuatu desain bagian paling luar. Exterior ini biasanya
tanpa direncanakan terlebih dahulu. memberikan kesan pertama terhadap toko,
2. Pembelian tanpa berpikir akibat, merupakan karena bagian ini adalah yang pertama dilihat
keadaan dimana pelanggan sering melakukan oleh pengunjung.
pembelian tanpa memikirkan terlebih dahulu 2. General Interior (Bagian dalam toko). General
mengenai akibat dari pembelian yang Interior adalah display suatu toko yang
dilakukan. membuat pengunjung merasa nyaman berada

4
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
di toko. Display yang baik yaitu yang dapat Hipotesis 3: Brand Love berpengaruh positif
menarik perhatian konsumen dan akhirnya terhadap Impulse Buying pada Matahari Department
melakukan pembelian. Store Mall Lippo Cikarang.
3. Store Layout (Tata letak toko). Store Layout
adalah pengelolaan dalam hal penentuan lokasi
dan fasilitas toko. Pengelolaan toko juga harus
memanfaatkan ruangan toko se-efektif
mungkin.
4. Interior Display (Bagian dalam toko). Interior
Display adalah tanda-tanda yang digunakan
untuk memberikan informasi kepada
konsumen untuk mempengaruhi suasana di
sekitar lingkungan toko tersebut, dengan
tujuan utama untuk meningkatkan penjualan
dan laba toko tersebut.
Brand Love
Brand love merupakan tingkat ikatan
emosional yang penuh gairah kepuasan konsumen
untuk memiliki sebuah produk yang muncul dari
dalam benak konsumen (Carroll & Ahuvia,
2006:83) dalam Sari, P. Y., & Sudarti, K. (2016).
Kecintaan merek adalah keadaan dimana
konsumen menjadi terikat secara emosional dengan
merek dan menggambarkan perasaan mereka
terhadap merek dengan menggunakan istilah cinta
(Ortiz & Harrison, 2011).
Konsisten dengan literatur dalam Love Gambar 1. Model Penelitian
Prototype dalam Hartini (2012), Brand love meliputi
lima hal yaitu: METODE PENELITIAN
1. Gairah terhadap merek, merupakan segala
Jenis dan Desain Penelitian
sesuatu yang menimbulkan semangat untuk
Untuk mengetahui hubungan antara dua
memiliki merek.
variabel atau lebih, dalam penelitian ini
2. Ikatan dengan merek, merupakan segala
menggunakan jenis penelitian asosiatif, dan dengan
sesuatu yang membuat konsumen merasa
metode kuantitatif, Metode penelitian kuantitatif
terikat dengan merek dan tidak akan beralih ke
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
merek lain.
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
3. Evaluasi positif terhadap merek, konsumen
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
melihat bahwa suatu merek mempunyai
pengumpulan data menggunakan instrument
keunggulan yang lebih dibandingkan dengan
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
merek lain.
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
4. Emosi positif dalam menanggapi merek,
telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini
konsumen merasa senang bila memiliki merek
bermaksud untuk menjelaskan hubungan antara
tertentu, menggunakan merek dalam jangka
variabel Price discount (X1), Store Atmosphere
panjang dan tidak akan berpindah ke merek
(X2), dan Brand Love (X3) terhadap Impulse Buying
lain karena memiliki antusias yang besar
(Y).
terhadap merek tersebut.
Desain penelitian merupakan semua proses
5. Penyataan cinta terhadap merek, Konsumen
yang diperlukan dalam perencanaan dan
akan terus menggunakan merek ini dan
pelaksanaan penelitian (Nazir, 2014). Desain
melakukan rekomendasi positif ke berbagai
penelitian dibuat untuk mempermudah proses
pihak.
penelitian agar dapat sesuai dengan tujuan yang
Hipotesis Penelitian diharapkan. Penelitian ini dilakukan untuk
Hipotesis 1: Price Discount berpengaruh positif mengetahui mengenai perilaku impulse buying pada
terhadap Impulse Buying pada Matahari Department konsumen Matahari Department Store Mall Lippo
Store Mall Lippo Cikarang. Cikarang.
Hipotesis 2: Store Atmosphere berpengaruh positif Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen
terhadap Impulse Buying pada Matahari Department Matahari Department Store Mall Lippo Cikarang
Store Mall Lippo Cikarang. berjumlah 220 orang. Sedangkan sampel pada
penelitian ini adalah konsumen yang mengisi
kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari

5
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
kuesioner yang disebar dalam bentuk fisik dan yang dilakukan dengan menggunakan teknik
kuesioner online yang disebar di sosial media dalam statistika (Bintarti, S. 2015:46).
bentuk google doc form. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 142 responden. Analisis Deskriptif
Kuesioner ini terdiri atas butir-butir pertanyaan Analisis deskriptif digunakan untuk
atau pernyataan tertulis sesuai dengan indikator menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
variabel penelitian, kemudian diukur dengan data dari masing-masing variabel dalam penelitian
menggunakan skala likert, skala ini mengukur sikap, ini yaitu variabel independen price discount (X1),
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok store atmosphere (X2), brand love (X3) dan variabel
tentang fenomena sosial (Bintarti, S. 2015:114). dependen impulse buying (Y) pada konsumen
Tabel 2. Skala Jawaban dan Nilai Skala Matahari Department Store Mall Lippo Cikarang.
Skala Jawaban Nilai Skala Uji Validitas
Sangat Tidak Setuju 1 Ghozali, I. (2011) menyatakan uji validitas
Tidak Setuju 2 digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
Netral 3 suatu kuesioner. Validitas juga berhubungan dengan
Setuju 4 tujuan pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika
Sangat Setuju 5 mengukur tujuannya dengan nyata dan benar
Sumber: Data primer yang diolah, 2020 (Ghozali, I. 2016). Teknik yang digunakan untuk
mengukur validitas pertanyaan/pernyataan
Metode pengambilan sampel dalam penelitian kuesioner adalah korelasi Product Moment dari Karl
ini menggunakan metode non probability sampling, Pearson dengan ketentuan:
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan a. Jika r hitung > r tabel, maka skor butir
purposive sampling. Teknik penentuan sampel pertanyaan/pernyataan kuesioner valid.
dengan pertimbangan tertentu (Bintarti, S. b. Jika r hitung < r tabel, maka skor butir
2015:103). Cara pengambilan sampel dengan pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.
membatasi ciri-ciri dan karakteristik sesuai dengan Cara mencari nilai r tabel untuk data N = 142 atau
yang diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini df (N-2) atau (142-2) = 140 dengan tingkat
sampel yang digunakan memiliki kriteria sebagai keyakinan 95%, α = 5%, maka didapatkan r tabel
berikut: sebesar 0,164.
1. Responden pernah berkunjung dan melakukan
pembelian di Matahari Department Store Mall Uji Reliabilitas
Lippo Cikarang. Uji Reliabilitas adalah tingkat seberapa
2. Responden tersebut memiliki penghasilan. besarnya suatu pengukur mengukur dengan stabil
3. Responden tersebut berusia minimal 18tahun. dan konsisten terhadap situasi apapun (Sugiyono,
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini 2016). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
yang diukur dalam suatu skala numerik (angka), adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
yang dapat dibedakan menjadi data interval dan data Suatu instrument dapat dikatakan reliable jika nilai
rasio (Kuncoro, M. 2013). Cronbach’s Alpha > 0,6 (Ghozali, I. 2016).
Sumber data dalam penelitian adalah subjek
dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini Uji Normalitas
penulis menggunakan sumber data primer yang Uji Normalitas bertujuan untuk menguji
digunakan yaitu kuesioner responden dan sumber apakah dalam model regresi antara variabel
data sekunder yang digunakan yaitu studi dependen dan variabel independen memiliki
kepustakaan. distribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2016). Data
yang baik dan layak memiliki distribusi normal,
Metode Analisis sedangkan distribusi normal dapat diketahui dengan
Penelitian ini merupakan bentuk kausal antara melihat penyebaran data statistik pada sumbu
variabel-variabel di dalamnya. Bentuk kausal yang diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, I.
dimaksud adalah hubungan yang bersifat sebab 2011). Uji normalitas dapat dilakukan dengan
akibat (Bintari, S. 2015:78) yang bertujuan untuk menggunakan dua cara sebagai berikut:
mengetahui adanya pengaruh antara variabel 1. Analisis Grafik, dalam penelitian ini analisis
independen yaitu Price discount (X1), Store grafik yang digunakan yaitu analisis
Atmosphere (X2) dan Brand Love (X3) terhadap probability plot digunakan untuk
variabel dependen yaitu Impulse Buying (Y). Untuk membandingkan distribusi kumulatif dari data
mengetahui pengaruh Price Discount, Store sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dan
Atmosphere dan Brand Love terhadap Impulse distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar
Buying, maka penulis akan menganalisis dengan garis diagonal dan mengikuti arah garis
menggunakan metode analisis statistika, analisis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka

6
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji Linearitas
Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui
diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear
diagonal atau grafik histogram tidak atau tidak, Widiyanto. J (2010). Data yang baik
menunjukkan pola distribusi normal, maka seharusnya memiliki hubungan linear antara
model regresi tidak memenuhi asumsi variabel dependen dan variabel independen. Dasar
normalitas. pengambilan keputusan dengan uji linearitas adalah
2. Analisis Statistik, dalam penelitian ini analisis jika nilai Sig. Deviation From Linearity > 0,05,
statistik yang digunakan yaitu menggunakan maka berkesimpulan bahwa terdapat hubungan
uji statistik non parametrik Kolmogorov linear antara variabel independen dengan dependen.
Smirnov (K-S). Dasar pengambilan dalam Sedangkan jika nilai Sig. Deviation From Linearity
keputusan ini adalah jika nilai signifikansi > < 0,05, maka berkesimpulan bahwa tidak terdapat
0,05, maka nilai residual berdistribusi normal. hubungan linear antara variabel independen dengan
Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05, maka dependen.
nilai residual tidak berdistribusi normal.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali, I. (2016) koefisien
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi kemampuan model dalam menerangkan variasi
antara variabel independen (Sugiyono, 2016). variabel dependen. Nilai R2 ini terletak antara 0 dan
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan nilai jika nilai R2 mendekati 0 maka sedikit sekali variabel
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). dependen. Jika nilai R2 mendekati 1 berarti semakin
Tolerance mengukur variabilitas variabel besar variasi variabel dependen yang dapat
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh diterangkan oleh variabel independen. Jika ternyata
variabel independen lainnya (Ghozali, I. 2011). dalam perhitungan nilai R2 sama dengan 0 maka ini
Dasar pengambilan keputusan uji multikolinearitas menunjukan bahwa variabel dependen tidak bisa
yaitu jika nilai tolerance > 0,10, maka artinya tidak dijelaskan oleh variabel independen.
terjadi multikolinearitas dan jika nilai VIF < 10,00,
maka artinya tidak terjadi multikolinearitas. Uji Kelayakan Model (Uji F)
Menurut Ferdinand (2014) dalam Nanincova,
Uji Heteroskedastisitas N. (2019) mengakatan bahwa uji kelayakan model
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk (uji f) merupakan tahapan awal mengidentifikasi
menguji apakah dalam model regresi terjadi model regresi yang diestimasi layak atau tidak.
ketidaksamaan variance dari suatu pengamatan ke Layak disini berarti model regresi yang ada dapat
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
tidaknya gejala heteroskedastisitas dilakukan independen terhadap variabel dependen. Dasar
dengan uji Glejser yaitu dengan meregresikan nilai pengambilan keputusan dalam uji F adalah jika nilai
absolute dari residual sebagai variabel dependen F hitung (sig) < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
terhadap semua variabel independen yang diteliti. model regresi yang diestimasi layak digunakan
Dasar pengambilan keputusan dengan uji glejser untuk menjelaskan pengaruh variabel independen
adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat terhadap variabel dependen. Sedangkan, jika nilai F
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah hitung (sig) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
heteroskedastisitas (Ghozali, I. 2011). model regresi yang diestimasi tidak layak digunakan
untuk menjelaskan pengaruh variabel independen
Uji Autokorelasi terhadap variabel dependen.
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengkaji
apakah suatu model regresi linier terdapat korelasi Uji Hipotesis (Uji t)
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan Uji hipotesis dilakukan untuk mengukur
kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Jika hubungan antara dua variabel atau lebih dan
terjadi korelasi maka dinamakan penyakit menunjukkan arah hubungan antara variabel
autokorelasi. Menurut Ghozali, I. (2016) untuk tersebut. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya autokorelasi yaitu dengan cara menguji apakah masing-masing variabel
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji ini independen yaitu price discount (X1), store
digunakan dengan cara membandingkan nilai atmosphere (X2) dan brand love (X3) secara parsial
Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson. berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas impulse buying (Y). Dalam penelitian ini uji
(upper bound atau du) dan nilai batas atas (lower hipotesis yang digunakan yaitu uji parsial (Uji t).
bound atau d1). Dasar pengambilan keputusan Menurut Ghozali, I. (2016) uji parsial digunakan
dengan uji durbin-watson adalah jika nilai du < dw untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-
< 4-du, maka dapat disimpulkan tidak terjadi masing variabel independen terhadap variabel
masalah autokorelasi. dependen. Dasar pengambilan keputusan dalam uji t

7
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
adalah jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > t tabel No Variabel Cronbach's Alpha Ket
maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya 1 Price Discount (X1) 0,690 Reliabel
terdapat pengaruh variabel independen terhadap 2 Store Atmosphere (X2) 0,763 Reliabel
variabel dependen. Sedangkan, jika jika nilai sig > 3 Brand Love (X3) 0,876 Reliabel
0,05, atau t hitung < t tabel maka H0 diterima dan
4 Impulse Buying (Y) 0,850 Reliabel
Ha ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Sumber: Data primer yang diolah, 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel 4


diatas, diketahui bahwa variabel price discount (X1)
Uji Validitas memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,690,
Tabel 3. Hasil Uji Validitas variabel store atmosphere (X2) memiliki nilai
No Variabel Item r hitung r tabel Ket cronbach’s alpha sebesar 0,763, variabel brand love
1 X1.1 0,676 0,164 Valid (X3) memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,876
2 X1.2 0,690 0,164 Valid dan untuk variabel impulse buying (Y) memiliki
Price Discount (X1)
3 X1.3 0,742 0,164 Valid nilai cronbach’s alpha sebesar 0,850. Setiap
4 X1.4 0,787 0,164 Valid
variabel memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,6.
5 X2.1 0,577 0,164 Valid
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap
6 X2.2 0,551 0,164 Valid
variabel dinyatakan reliabel. Sehingga instrumen
7 X2.3 0,634 0,164 Valid
pernyataan dinilai layak dan dapat digunakan untuk
8 X2.4 0,572 0,164 Valid
9
Store Atmosphere (X2)
X2.5 0,603 0,164 Valid
keperluan penelitian.
10 X2.6 0,673 0,164 Valid
Uji Normalitas
11 X2.7 0,714 0,164 Valid
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
12 X2.8 0,571 0,164 Valid
apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak.
13 X3.1 0,696 0,164 Valid
14 X3.2 0,697 0,164 Valid
Pada penelitian ini cara yang ditempuh untuk
15 X3.3 0,706 0,164 Valid
mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau
16 X3.4 0,733 0,164 Valid tidak yaitu dengan menggunakan analisis
Brand Love (X3) probability plot dan analisis kolmogorov-smirnov.
17 X3.5 0,850 0,164 Valid
18 X3.6 0,738 0,164 Valid
19 X3.7 0,705 0,164 Valid
20 X3.8 0,744 0,164 Valid
21 Y.1 0,703 0,164 Valid
22 Y.2 0,823 0,164 Valid
23 Y.3 0,740 0,164 Valid
Impulse Buying (Y)
24 Y.4 0,820 0,164 Valid
25 Y.5 0,789 0,164 Valid
26 Y.6 0,655 0,164 Valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2020


Gambar 2. Hasil Analisis Probability Plot
Cara mencari nilai r tabel untuk data N = 142 atau Sumber: Data primer yang diolah, 2020
df (N-2) atau (142-2) = 140 dengan tingkat Berdasarkan hasil uji normalitas dengan
keyakinan 95%, α = 5%, maka didapatkan r tabel analisis probability plot pada gambar 2 diatas,
sebesar 0,164. diketahui bahwa titik-titik pada gambar menyebar
Berdasarkan hasi uji validitas pada tabel 3 disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diatas, diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan
dari seluruh butir pernyataan yang terdiri dari 4 butir bahwa data residual penelitian berdistribusi normal.
penyataan variabel Price discount (X1), 8 butir
pernyataan store atmosphere (X2), 8 butir Tabel 5. Hasil Analaisis Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pernyataan brand love (X3) dan 6 butir pernyataan Unstandardize
impulse buying (Y) seluruhnya memiliki nilai r d Residual
N 142
hitung > r tabel (0,164). Dengan demikian dapat Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std. Deviation 2,95447382
disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan Absolute 0,079
Most Extreme
Positive 0,060
dinyatakan valid. Sehingga seluruh instrumen Differences
Negative -0,079
pernyataan dinilai layak dan dapat digunakan untuk Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,941
0,339
keperluan penelitian. a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Uji Reliabilitas Sumber: Data primer yang diolah, 2020


Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogrov-
smirnov pada tabel 5 diatas, diketahui bahwa nilai
Asymp, Sig (2-tailed) 0,339 > 0,05. Sesuai syarat

8
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
dalam pengambilan keputusan, jika nilai demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
signifikansi > 0,05 maka data tersebut dinyatakan gejala autokorelasi.
berdistribusi normal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data residual penelitian Uji Linearitas
berdistribusi normal. Tabel 9. Hasil Uji Linearitas
No Variabel Sig. Deviation From Linearity Ket
Uji Multikolinearitas
1 Price Discount 0,132 Linear
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas
a 2 Store Atmosphere 0,060 Linear
Coefficients
3 Brand Love 0,268 Linear
Collinearity Statistics
Model Keterangan Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Tolerance VIF
(Constant)
Price Discount 0,674 1,483 Tidak terjadi multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 9
1
Store Atmosphere 0,683 1,464 Tidak terjadi multikolinearitas diatas, diketahui bahwa setiap variabel memiliki
Brand Love 0,627 1,595 Tidak terjadi multikolinearitas nilai Sig. Deviation From Linearity > 0,05. Dengan
a. Dependent Variable: Impulse Buying demikian dapat disimpulkan bahwa setiap variabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2020 terdapat hubungan linear antara variabel independen
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada dengan dependen.
tabel 6 diatas, diketahui bahwa setiap variabel
Uji Koefisien Determinasi (R2)
memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF <
Tabel 10. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
10,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
(R2)
setiap variabel dinyatakan tidak terjadi gejala Model Summary
multikolinearitas. Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
Uji Heteroskedastisitas
1 0,739a 0,546 0,536 2,98642
Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas
a a. Predictors: (Constant), Brand Love, Store
Coefficients
Atmosphere, Price Discount
Model t Sig. Keterangan
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
(Constant) 1,768 0,079
Price Discount -0,846 0,399 Tidak terjadi heteroskedastisitas Berdasarkan hasil uji analisis koefisien
1
Store Atmosphere 1,379 0,170 Tidak terjadi heteroskedastisitas determinasi (R2) pada tabel 5 diatas, diketahui
Brand Love -1,664 0,098 Tidak terjadi heteroskedastisitas bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,536 yang
a. Dependent Variable: Abs_Res berarti bahwa besarnya pengaruh variabel price
Sumber: Data primer yang diolah, 2020 discount (X1), store atmosphere (X2) dan brand
love (X3) adalah 53,6%, sedangkan sisanya
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk
metode glejser pada tabel 7 diatas, diketahui bahwa dalam penelitian ini.
setiap variabel memiliki nilai sig > 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa setiap variabel Uji Kelayakan Model (Uji F)
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Tabel 11. Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)
ANOVA
Uji Autokolerasi F Sig.
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi Price
Between Groups 5,071 0,000
Model Summaryb Within Groups
Discount
Total
Model R R Adjusted Std. Error Durbin- Between Groups 3,579 0,000
Square R Square of the Watson Store
Within Groups
Atmosphere
Estimate Total
Between Groups 10,196 0,000
1 0,739a 0,546 0,536 2,98642 1,777
Brand Love Within Groups
a. Predictors: (Constant), Brand Love, Store Atmosphere, Total
Price Discount
b. Dependent Variable: Impulse Buying Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan hasil uji kelayakan model (uji F)
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
pada tabel 6 diatas, diketahui bahwa setiap variabel
Cara mencari nilai dw tabel untuk data N = 142 memiliki nilai sig < 0,05. Dengan demikian dapat
dan k = 3 dengan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi
maka didapatkan dw tabel sebesar dL= 1,682 dan dU layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh
= 1,769. Sehingga nilai 4-dL = 2,318 dan 4-dU = variabel independen terhadap variabel dependen.
2,231.
Berdasarkan hasil uji autokorelasi uji durbin-
watson pada tabel 4.19 diatas, diketahui bahwa nilai
dU < d < 4-dU atau 1,769 < 1,777 < 2,231. Dengan

9
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
Uji t (Parsial) Hasil penelitian menunjukkan bahwa price
Tabel 12. Hasi Uji t ( Parsial) discount berpengaruh positif dan signifikan
Coefficientsa terhadap impulse buying pada Matahari
Model t Sig. Department Store Mall Lippo Cikarang
dibuktikan berdasarkan hasil pengujian secara
(Constant) -1,225 0,223 parsial bahwa hasil uji t untuk variabel price
discount diperoleh hasil t hitung sebesar 4,244
Price Discount 4,244 0,000
1 dengan nilai sig sebesar 0,000. Sementara itu
Store Atmosphere -0,614 0,540 nilai pada tabel distribusi taraf kesalahan 5%
Brand Love 7,778 0,000 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,977. Maka t
a. Dependent Variable: Impulse Buying hitung 4,244 > t tabel 1,977 dan nilai sig 0,000
< 0,05. Dengan demikian H01 ditolak dan Ha1
Sumber: Data primer yang diolah, 2020 diterima yang artinya secara parsial price
discount terdapat pengaruh positif dan
Cara mencari nilai t tabel = t (α/2 ; n-k-1) = t
signifikan terhadap impulse buying pada
(0,025 ; 138) = 1,977.
Matahari Department Store Mall Lippo
Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada tabel 7
Cikarang atau semakin tinggi price discount
diatas, diketahui bahwa nilai t hitung dari setiap
yang diberikan oleh Matahari Department
variabel sebagai berikut:
Store Mall Lippo Cikarang semakin tinggi,
a. Variabel Price Discount (X1)
maka semakin tinggi pula perilaku impulse
Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai t
buying pada konsumen Matahari Department
hitung sebesar 4,244 dengan nilai sig sebesar
Store Mall Lippo Cikarang dan sebaliknya.
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nilai
2. Pengaruh Store Atmosphere (X2) Terhadap
sig < 0,05 dan t hitung > t tabel 1,977, maka
Impulse Buying (Y) Pada Matahari
H01 ditolak dan Ha1 diterima. Dengan
Department Store Mall Lippo Cikarang
demikian dapat disimpulkan bahwa secara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa store
parsial variabel independen price discount
atmosphere tidak berpengaruh signifikan
(X1) terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap impulse buying pada Matahari
terhadap variabel dependen impulse buying
Department Store Mall Lippo Cikarang
(Y) pada Matahari Department Store Mall
dibuktikan berdasarkan hasil pengujian secara
Lippo Cikarang.
parsial bahwa hasil uji t untuk variabel store
b. Variabel Store Atmosphere (X2)
atmosphere diperoleh hasil t hitung sebesar -
Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai t
0,614 dengan nilai sig sebesar 0,540.
hitung sebesar -0,614 dengan nilai sig sebesar
Sementara itu nilai pada tabel distribusi taraf
0,540. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nilai
kesalahan 5% diperoleh nilai t tabel sebesar
sig > 0,05 dan t hitung < t tabel 1,977, maka
1,977. Maka t hitung -0,614 < t tabel 1,977 dan
H02 diterima dan Ha2 ditolak. Dengan
nilai sig 0,540 > 0,05. Dengan demikian H0 2
demikian dapat disimpulkan bahwa secara
diterima dan Ha2 ditolak yang artinya secara
parsial variabel independen store atmosphere
parsial store atmosphere tidak terdapat
(X2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan
pengaruh yang signifikan terhadap impulse
terhadap variabel dependen impulse buying
buying pada Matahari Department Store Mall
(Y) pada Matahari Department Store Mall
Lippo Cikarang atau store atmosphere bukan
Lippo Cikarang.
faktor penentu yang mempengaruhi impulse
c. Variabel Brand Love (X3)
buying konsumen pada Matahari Department
Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai t
Store Mall Lippo Cikarang.
hitung sebesar 7,778 dengan nilai sig sebesar
3. Pengaruh Brand Love (X3) Terhadap
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nilai
Impulse Buying (Y) Pada Matahari
sig < 0,05 dan t hitung > t tabel 1,977, maka
Department Store Mall Lippo Cikarang
H03 ditolak dan Ha3 diterima. Dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
demikian dapat disimpulkan bahwa secara
brand love berpengaruh positif dan signifikan
parsial variabel independen brand love (X3)
terhadap impulse buying pada Matahari
terdapat pengaruh positif dan signifikan
Department Store Mall Lippo Cikarang
terhadap variabel dependen impulse buying
dibuktikan berdasarkan hasil pengujian secara
(Y) pada Matahari Department Store Mall
parsial bahwa hasil uji t untuk variabel brand
Lippo Cikarang.
love diperoleh hasil t hitung sebesar 7,778
PEMBAHASAN dengan nilai sig sebesar 0,000. Sementara itu
nilai pada tabel distribusi taraf kesalahan 5%
1. Pengaruh Price Discount (X1) Terhadap
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,977. Maka t
Impulse Buying (Y) Pada Matahari
hitung 7,778 > t tabel 1,977 dan nilai sig 0,000
Department Store Mall Lippo Cikarang
< 0,05. Dengan demikian H03 ditolak dan Ha3

10
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
diterima yang artinya secara parsial brand love musik yang diperdengarkan agar konsumen
terdapat pengaruh positif dan signifikan merasa nyaman dan membuat konsumen betah
terhadap impulse buying pada Matahari berlama-lama di dalam gerai sehingga mampu
Department Store Mall Lippo Cikarang atau mendorong konsumen untuk melakukan
hipotesis ketiga terbukti dan diterima, hal ini perilaku impulse buying.
dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
antara brand love terhadap impulse buying. dapat lebih menyempurnakan penelitian ini,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan faktor-faktor lain diluar
apabila brand love (kecintaan merek) dari penelitian ini agar lebih meningkatkan
dalam diri konsumen Matahari Department pengetahuan akan variabel-variabel yang
Store Mall Lippo Cikarang semakin tinggi, berpengaruh lainnya serta dapat memperoleh
maka semakin tinggi pula perilaku impulse hasil yang beraneka ragam sehingga dapat
buying pada konsumen Matahari Department menghasilkan penelitian yang lebih baik.
Store Mall Lippo Cikarang dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu
1. Secara parsial variabel price discount Pendekatan Praktis, Edisi 15. Jakarta: PT.
dinyatakan memiliki pengaruh positif dan Rineka Cipta.
signifikan terhadap variabel impulse buying Bintarti, S. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta:
pada Matahari Department Store Mall Lippo Mitra Wacana Media.
Cikarang. Creswell, J. W. (2012). Research Design
2. Secara parsial variabel store atmosphere Pendekatan Penelitian Kualitatif,
dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka
signifikan terhadap variabel impulse buying Belajar.
pada Matahari Department Store Mall Lippo Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate
Cikarang. Dengan Program IBM SPSS.Semarang:
3. Secara parsial variabel brand love dinyatakan Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
memiliki pengaruh positif dan signifikan Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete
terhadap variabel impulse buying pada Dengan Program IBM SPSS. Semarang:
Matahari Department Store Mall Lippo Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Cikarang. Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing
Management, 15th Edition New Jersey:
SARAN Pearson Pretice Hall, Inc.
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kuncoro, M. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan
variabel price discount dan brand love Ekonomi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga.
memiliki pengaruh positif dan signifikan Lamb dalam Bob Sabran. (2012). Manajemen
terhadap variabel impulse buying. Oleh karena Pemasaran. Penerbit: Erlangga.
itu, peritel khususnya Matahari Department Liapati, G., Assiouras, I., & Decaudin, J. M (2015).
Store Mall lippo Cikarang diharapkan untuk The Role Of Fashion Involvement, Brand
terus mempertahankan dan lebih Love and Hedonic Consumption Tendency in
meningkatkan lagi strategi promosi seperti Fashion Impulse Purchasing. Journal of
price discount pada produk yang dijual dan Global Fashion Marketing. Vol. 6. No. 4.
menjaga brand love (kecintaan merek) dalam 251-264.
diri konsumen agar konsumen terus terdorong Malau, M. (2017). Manajemen Pemasaran. Teori
untuk melakukan impulse buying pada dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisional
Matahari Department Store Mall Lippo Sampai Era Modernisasi Global. Edisi ke-1.
Cikarang. Sehingga laba yang dihasilkan Bandung: Alfabeta.
perusahaan semakin meningkat. Nanincova, N. (2019). Pengaruh Kualitas Layanan
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terhadap Kepuasan Pelanggan Noach Café
variabel store atmosphere tidak memiliki and Bistro. AGORA. Vol. 7. No. 2. 2019.
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Naufal, M. H., & Maftukhah, I. (2017). Pengaruh
impulse buying. Oleh karena itu, peritel Brand Image dan Brand Love Terhadap
khususnya Matahari Deparment Store Mall Purchase Decision Melalui Word Of Mouth.
Lippo Cikarang diharapkan untuk lebih Management Analysis Journal. Vol. 6. No. 4.
memperhatikan dan meningkatkan lagi 2017.
mengenai store atmosphere yang ada di dalam Pontoh, M. E., Moniharapon, S., & Roring, F.
gerai Matahari Department Store baik dari segi (2017). Pengaruh Display Produk dan Store
pencahayaan, kebersihan, penataan produk Atmosphere Terhadap Impulse Buying Pada
baik dari sisi interior maupun eksterior serta Konsumen Matahari Department Store Mega

11
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020
Mall Manado. Jurnal EMBA. Vol. 5 No. 2.
Juni 2017. Hal. 1823–1833.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian kuantitatif dan
R&D. Bandung : PT Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabeta.
Utama, A. C. (2017). Pengaruh Price Discount,
Store Atmosphere dan Display Product
Terhadap Impulse Buying (Studi Pada
Konsumen Matahari Department Store
Gresik).
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/37976
Utami, C. W. (2010). Manajamen Ritel. Strategi dan
Implementasi Operasional Bisnis Ritel
Modern di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat, hlm. 67.
Utami, C. W. (2017). Manajemen Ritel. Strategi dan
Implementasi Operasional Bisnis Ritel
Modern Di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat.
Widiyanto, J. (2010). SPSS For Window Untuk
Analisis Data Statistik dan Penelitian.
Surakarta.

12
Jurnal Pemasaran, Universitas Pelita Bangsa, Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai