Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Pelayanan Ritel, Nilai Hedonik dan Atmosfer Gerai, terhadap Pembelian

Impulsif Pelanggan IKEA Alam Sutera

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
pembelian impulsif. Penelitian dilakukan dengan menggunakna pendekatan deskriptif
kuantitatif, data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner online kepad amasyarakat
umum di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan ritel berpengaruh
terhadap pembelian impulsif, nilai hedonik bepengaruh terhadap pembelian impulsif dan
atmosfer gerai berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil uji f
menunjukkan hasil nilai sig < alpha (0.05) dan 𝐹"#$%&' (39.900) > 𝐹$0123 (2,6597)
artinya pelayanan ritel, nilai hedonik dan atmosfer gerai secara simultan berpengaruh
terhadap pembelian impulsif.

Kata kunci: IKEA, Hedonik, Pembelian Impulsif, Atmosfer Gerai


Pendahuluan
Gerai merupakan tempat konsumen melakukan pembelian, pada saat konsumen
mendatangi gerai mereka biasanya dapat bertransaksi baik itu yang sudah direncanakan
maupun spontanitas. Pembelian terencana merupakan keadaan dimana pembelian
dilakukan berdasarkan pertimbangan sebelum mereka memasuki toko. Sedangkan
pembelian tidak terencana, biasanya mereka lakukan secara impulsive tanpa
pertimbangan dan perencanaan sebelumnya. Artinya keputusan diambil pada saat sudah
di dalam toko (Oktadwianti, 2018). Menurut Solomon dalam Oktadwianti, (2018), pada
saat pelanggan memilih untuk membeli suatu barang di toko (spontaneous shopping),
akan terjadi interaksi alternatif, khususnya pembelian spontan atau pembelian tergesa-
gesa. Pembelian spontan adalah ketika pembeli baru atau baru mengenal desain toko, atau
mungkin pembeli sedang terburu-buru. Pembelian yang tidak hati-hati adalah suatu
kondisi ketika pembeli merasakan kecenderungan atau keinginan yang tidak terduga dan
tidak dapat dihindari. konsumen yang tidak merencanakan pembelian biasanya dilakukan
oleh mereka yang cenderung cepat dalam mengambil keputusan, kompleksitas hedonis
dan lebih terpengaruh emosional. Pada umumnya, kegiatan belanja selalu dilatar
belakangi oleh perencanaan dan kebutuhan serta manfaat dari suatu produk. Namun
terdapat unsur lain yang mempengaruhi kegiatan belanja yaitu faktor emosi, kepuasan,
gengsi atau biasa disebut dengan nilai hedonik. Impulsive buying yang dilakukan secara
berulang akan menimbulkan sikap komsumtif atau tindakan membeli produk yang
ternyata tidak diperlukan yang tentu akan berakibat pada pemborosan, karena konsumen
cenderung ingin memenuhi keinginannya tanpa berpikir panjang. Impulsive buying
merupakan kegiatan belanja irasional yang biasaya berlangsung cepat, dadakan yang
diikuti dengan perjuangan dan keinginan yang menggebu-gebu. Di mana kecenderungan
terhubung dengan kehadiran perasaan serta dorongan untuk segera membeli produk
dengan mengesampingan konsekuensi. Karena yang pentinga dalah merasakan kepuasan
(Wijaya & Oktarina, 2019).
Demikian pula, suasana gerai yang merupakan salah satu komponen yang dapat
menyebabkan pengunjung nyaman dan dan betah sampai akhirnya mereka memilih untuk
membeli suatu barang. Suasana toko penting untuk perpaduan dan daya tarik ritel yang
terkait dengan kenyamanan dan menciptakan lingkungan belanja. Atmosfer gerai juga
merupakan kunci dalam menarik minat konsumen untuk datang ke tempat tersebut
sehingga memberi kesan dan pengalaman belanja yang unik dan menarik (Yistiani et al.,
2017). Menurut Coley dalam Utami, (2018) Ada dua macam inspirasi belanja yang
menjadi perhatian para peritel, khususnya di Indonesia. Yang pertama adalah individu
yang tersusun dalam proses berpikir utilitarian, yang lebih mementingkan keuntungan
dan kegunaan. Yang kedua adalah mereka yang berada pada kebutuhan pengalihan, rasa,
fashion dan fasilitas yang lengkap sehingga mereka menjadi dasar pertimbangan
pembelian. Suasana toko mencakup desain interior, eksterior, display, dan tampilan
interior yang merupakan satu kesatuan yang dapat mempengaruhi pembeli (Prasetyo,
2019). Atmosfer adalah suasana yang tertata berdasarkan target pasar sehingga dapat
menarik pembeli, store atmosphere mempengaruhi kondisi gairah pembeli yang
menyebabkan atau menghasilkan keinginan untuk membeli (Phillip & Keller, 2016).
Dorongan pembelian impulsive dapat dipicu oleh berbagai hal, salah satunya
adalah dengan adanya pelayanan prima pihak gerai yang dapat meningkatkan peluang
komsumen melakukan pembelian impulsif (Bulan et al., 2019). Pelayanan adalah
kualitas atau penampilan, sulit dipahami dan segera hilang. Namun, pelayanan dapat
dirasakan di luar apa yang dimiliki sehingga pembeli dapat tertarik selama waktu yang
dihabiskan untuk mengkonsumsi barang dan produk. Pelayanan sebagian besar
merupakan aktivitas yang diberikan satu pihak kepada pihak lain, yang tidak berbentuk
dan tidak menimbulkan kepemilikan (Phillip & Keller, 2016). Kualitas pelayanan
menajdi bagian penting yang harus diperhatikan, dimaksimalkan dan dipertahankan guna
menjaga loyalitas konsumen. Kualitas pelayanan (serve quality) meliputi sejauh mana
kemampuan gerai tersebut menyediakan segala sesuatu yang diharapkan oleh konsumen
termasuk kemudahan bertransaksi (Patmala & Fatihah, 2021). Selebihnya kepuasan
konsumen yang timbul karena adanya kualitas pelayanan yang baik selain akan
mendorong keputusan pembelian juga akan menjadi alasan kuat seorang konsumen
menjadi pelanggan yang loyal. Kualitas pelayanan bisa ditentukan melalui layanan
sebenarnya yang diharapkan dengan pelayanan yang diterimanya (Ahmad Saputra.&
Corrina Wongsosudono., 2017).
Pembelian impulsif merupakan kesenangan yang diperoleh dari terpenuhinya
keinginan yang didorong oleh tujuan hedonik (Ningsih & Kardiyem, 2020). Pembeli
berbelanja tidak hanya untuk membeli barang, tetapi untuk bersenang-senang dan
menemukan barang yang benar-benar baru. Dengan kata lain, terdapat kebutuhan yang
hanya dapat terpuaskan dengan berbelanja, diantaranya adalah kebutuhan berinteraksi
sosial yang dilakukan saat belanja, kebutuhan barnag baru, dan kebutuhan barang yang
dibeli dengan motif bersenang – senang (Kartika & Rofiaty, 2017). Konsumen seperti ini
akan mempertimbangkan unsur kenikmatan dan kesenangan (hedonisme) selain dari
manfaat dan kegunaan produk yang mereka beli, mereka cenderung menikmati proses
berbelanja. Zhang et al., dalam Yistiani, (2017) menyatakan bahwa pembeli yang
mengalami pengalaman berbelanja yang memanjakan, dengan sebang hati
menghabiskann lebih banyak energi untuk benar-benar melihat barang, bagi mereka
berbelanja dapat terasa seperti pengalihan.Untuk itu, lingkungan tempat berbelanja
mempengaruhi pembeli impulsive. Semakin lama waktu yang dihabiskan di dalam gerai,
semakin besar kemungkinan konsumen dipengaruhi oleh stimulus dalam gerai tersebut.
Selanjutnya, Zhang juga menambahkan bahwa nilai hedonic merupakan realisasi dari
rangsangan lingkungan tenpat komsumen berbelanja yang didukung dengan fasilitas
serta pelayanan yang diberikan pihak gerai. Kristy, (2019) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa hedonic motivations memungkinkan konsumen untuk memperhatikan
artibut toko dengan nilai uang. Jadi gerai dengan atribut toko yang high class akan
menjadi stimulus bagi konsumen hedonic yang selanjutnya berdampak pada perilaku
loyal.
Dewasa ini, banyak perusahaan mengusung tema “eco” atau “green living” pada
setiap produk yang dijualnya. Hal merupakan bagian dari kepedulian perusahaan ritel
akan kelestarian lingkungan berkelanjutan (Dewi, 2019). Tidak terkecuali dengan IKEA,
ritel perabot rumah tangga asal Swedia ini juga ikut memberi label “green living” pada
setiap produk yang dihasilkannya. Hal tersebut disampaikan oleh manajer marketing
IKEA Indonesia, ia menyatakan bahwa IKEA benar – benar peduli terhadap manusia dan
lingkungan, dan kepedulian tersebut telah dijadikan pegangan perusahaan dalam
menciptakan berbagai perabot rumah tangga yang dijual di gerai mereka (Fazia, 2022).
IKEA menawarkan konsep berbeda dari gerai ritel lainnya, mulai dari konsep penataan
produk, suasana serta produk yang ditawarkan. IKEA meciptakan suasana belanja dengan
konsep berbeda, unik dan ditata selayaknya ruangan di dalam rumah seperti ruang tidur,
ruang keluarga, ruang makan dan lainnya. Selain itu, IKEA juga memberikan pelayanan
prima kepada seluruh konsumennya sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen (Stephen et al., 2020). Saat ini konsumen datang ke gerai IKEA bukan hanya
untuk berbelanja, namun dapat dikatakan sebagai kegiatan berwisata, terlebih display dan
tata ruang dari gerai IKEA Alam Sutera membuat konsumen berasumsi bahwa mereka
sedang benar – benar di dalam ruangan rumah yang nyaman dan cozy (Ratnadewi, 2021).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan strategi kuantitatif. Adalah penelitian berdasarkan
pola berpikir positivisme, digunakan untuk melihat contoh dalam populasi tertentu,
berbagai data diperoleh menggunakan instrumen penelitian. Dengan menggunakan teknik
eksplorasi kuantitatif, cenderung terlihat bahwa hubungan antara faktor dengan item yang
diteliti lebih saling mempengaruhi antara variabel bebas dan terikat. Data kuantitatif
adalah data yang dapat diperkirakan atau ditentukan secara langsung, data berbentuk
angka (CresWell, 2016).

Populasi dan Sampel


Populasi merupakan keseluruhan wilayah yang terdiri dari item/subyek dengan
karakteristik khusus yang tidak seluruhnya diselesaikan oleh peneliti untuk
dikonsentrasikan dan kemudian dibuat kesimpulan (Sugiyono, 2016). Dalam tinjauan ini,
penduduk yang dijadikan populasi adalah keseluruhan penduduk yang berdomisili di kota
Jakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability sampling berupa
Purposive Sampling dimana sampel diambil dengan karakter khusus.
Jenis dan Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli (Sugiyono, 2018). Data
diperoleh dari survei yang diberikan secara online kepada responden. Kuesioner
merupakan cara memperoleh data yang dilakukan dengan cara memberikan sekumpulan
pertanyaan yang direkam dalam bentuk hard copy kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2016). Pertanyaan dalam kuesioner diarahkan berdasarkan variabel yang
diteliti sehingga peneliti tahu betul apa yang umumnya diharapkan dari responden.
Pertanyaan dalam kuesioner dikoordinasikan agar responden memilih salah satu
tanggapan yang telah diberikan dengan menggunakan skala Likert. Data sekunder juga
dapat disebut sebagai informasi yang sekarang dapat diakses, dalam penelitian ini
informasi tambahan diperoleh dari beberapa sumber seperti buku, jurnal atau dari
beberapa penelitian sebelumnya yang kemudian dapat digunakan oleh peneliti sebagai
landasan teori dan panduan dalam penelitian(CresWell, 2016).

Operasional Variabel

Variabel Indikator Referensi Instrumen Skala


Pengukuran

Impulsive - Pembelian spontan (Kartika & Kuesioner (Skala Ordinal


buying - Pembelian karena Rofiaty, Likert)
keinginan 2017)
- Membeli dengan terburu -
buru
- Pembelian dipengaruhi
keadaan emosi
Atmosfer - Tata letak produk (Phillip & Kuesioner (Skala Ordinal
X1 - Tata cahaya dan warna Keller, Likert)
ruangan 2016)
- Display produk
- Pengelompokan produk
- Aroma ruangan
- Musik
Pelayanan - Karyawan (Phillip & Kuesioner (Skala Ordinal
- Jam operasi Keller, Likert)
- Layanan website/ online 2016)
- Layanan purna jual
- Kemudahan pembayaran
- Area parkir/ toilet
Hedonic - Kesenangan (Ningsih & Kuesioner (Skala Ordinal
- Kepuasan Kardiyem, Likert)
- Keinginan 2020)
- Hiburan

Teknik analisis data


Uji Normalitas
Dilakukan untuk menguji model dalam dalam penelitian apakah berdistribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2018). Dikatakan layak jika model yang memiliki berdistribusi normal,
ada dua metode untuk membedakan terlepas dari apakah residu biasanya disampaikan,
khususnya dengan pemeriksaan grafis dan penyelidikan faktual.

Analisis Regresi Berganda


Dilakukan untuk memahami hubungan antara setidaknya dua faktor dalam
sebuah persamaan. Sugiyono, (2016) mengatakan bahwa banyak analisis regresi akan
dilakukan dengan asumsi jumlah veriabel bebasnya adalah seperti dua. Tujuannya adalah
untuk memahami hubungan antara setidaknya dua variabel dan mengantisipasi atau
meramalkan keadaan di masa depan. Di sini, regresi berganda digunakan untuk menguji
suasana toko, pelayanan ritel, dan nilai hedokin terhadap pembelian impulsif. Rumus
regresi adalah:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε

Keterangan:
Y= Pembelian Impulsif X1 = Atmosfer Gerai
α = Konstanta X2 = Pelayanan Ritel
e = Error X3 = Nilai Hedonik
Analisis Koefisien Determinasi ( R2)
Nilai koefisien determinasi dikisaran nol dan satu. Nilai R2 menyiratkan bahwa
kapasitas variabel bebas dalam memahami variabel terikat sangat terbatas (Ghozali,
2018). Mendekati satu artinya variabel bebas memberikan hampir semua data yang
diperlukan untuk variabel terikat
Uji Autokorelasi
Dilakukan untuk menguji adanya kemungkinan korelasi kesalah pada periode
penggganggu dan sebelumnya. Jida ada berarti ada kesalahan korelasi. Dengan
signifikansi 5%, pengambilan keputusan berdasarkan:
Du<DW(DW<4-DU), H0 ditolak, tidak ada autokorelasi
DU-DL (DW<4-DL), Ho diterima, terdapat auotkorelasi
Du<DW (4-DU<DW<4-DL), terdapat ketidakpastian
Pengujian Kelayakan Model (Uji F)
Untuk menguji pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat (Ghozali, 2018). Uji F atau Uji Anova menggunakan standar kepercayaan 0,05.
Uji T
Untuk menguji satu variabel bebas dan pengaruhnya terhadap variabel terikat
dengan tingkat signifikan sebesar 5% (0.05).
- Nilai signifikan < 0.05, variabel bebas secara individual berpengaruh terhadap
variabel terikat
- Nilai signifikansi > 0.05, variabel bebas secara individu tidak brpengaruh terhadap
variabel terikat
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat umum di Kota Jakarta,
diperoleh 168 sampel yang selanjutnya diolah dengan menggunakan software spss pada
window 10.

Uji instrumen
Realibilitas

Diketahui nilai Cronbach Alpha 0.898. artinya nilai reliabilitas berada dikisaran
0.70-0.90 artinya bawah seluruh pernyataan dalam kuesioner tersebut memiliki
reliabilitas yang tinggi.

Validitas

Diketahui r tabel untuk jumlah data (N) 24 dengan signifikansi 0.05 adalah 0.3961,
hasil mean r hitung (166.7857) menunjukan bahwa seluruh pernyataan yang digunakan
sebagai instrumen penelitian berada di atas 0.3961. Dengan demikian seluruh pernyataan
dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid.

Uji Normalitas
Tabel Hasil Uji Normalitas
P-value dari masing – masing variabel berada dia atas 0.05. p-Value>alpha.
Sehingga residual dari regresi berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas
terpenuhi. Agar lebih meyakinkan, peneliti juga melakukan uji normalitas dengan
menggunakan histogram.

Grafik Histogram

Sumber: data olahan (2022)

Berdasarkan grafik tersebut, grafik melengkung menyerupai gunung dan dengan


kaki – kaki yang simetris sempurna. Artinya seluruh data berdistribusi normal

Multikolinieritas

Hasil uji menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki nilai koefisien beta kurang
dari satu. X1 = 0.159, X2 = 0.319 dan X3 = 0.160. Serta nilai standar error x1= 0.048, X2
= 0.087 dan X3 = 0.048. Artinya standar error rendah dan multikolinieritas tidak
terdeteksi.
Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson = 2.014. Dari tabel DW Test Bounds, untuk K=4 dan n=24,
maka diperoleh nilai :
𝑑: = 1.0131
𝑑= = 1.7666
Karena nilai statistik hitung DW = 1160 > 𝑑= . Artinya tidak terdapat masalah
autokorelasi, jadi asumsi autokorelasi terpenuhi.

Hasil Uji Hipotesa


Analisis Regresi Berganda
Tabel Hasil analisis Regresi berganda

Sumber: data olahan (2022)


Y = 3.496 + 0.159 + 0.319 + 0.160 + ε
Artinya:
a. Jika semua variabel bebas bernilai 0 (nol), maka nilai variabel terikat adalah
3.496
b. X1 (layanan) terhadap Y (pembelian impulsif).
Nilai koefisien X1 adalah 0.159, artinya setiap kenaikan satu satuan pada X1
akan diikuti dengan kenaikan Y sebesar 0.159. Dengan asumsi bahwa
variabel bebas lain dalam regresi adalah konstan.
c. X2 (nilai hedonik) terhadap Y (pembelian impulsif)
Nilai koefisien X2 (nilai hedonik) adalah 0.319. Artinya setiap kenaikan satu
satuan pada X2 akan diikuti kenaikan Y sebesar 0.319, dengan asumsi bahwa
variabel bebas lain dalam regresi adalah konstan.
d. X3 (atmosfer) terhadap Y (pembelian impulsif)
Nilai koefisien X3 (atmosfer) adalah 0.160. artinya etiap kenaikan satu satuan
pada X3 akan diikuti dengan kenaikan Y sebesar 0.160, dengan asumsi
semua variabel bebas dalam regresi adalah konstan.

Analisis Koefisien Determinasi ( R2)

Sumber: data olahan (2022)


Berdasarkan hasil uji diperoleh R Square sebesar 0.816a. Artinya variabel -
variabel Pelayanan gerai, atmosfer toko dan nilai hedonik sebesar 81.6% terhadap
pembelian impulsif. Sisanya 18.4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

Uji T

- Variabel layanan gerai diperoleh t hitung (3.286), nilai sig. (0.001)


- Variabel nilai hedonic diperoleh t hitung (3.642) ,nilai sig. (0.000)
- Variabel atmosfer gerai diperolah t hitung (3.324) ,nilai sig. (0.001)

Uji Simultan F (Uji F)

Sumber: data olahan (2022)


Diperoleh nilai sig. 0.000. Karena nilai sig < alpha (0.05) dan
𝐹"#$%&' (39.900) > 𝐹$0123 (2,6597) maka 𝐻? ditolak dan 𝐻@ diterima. Sehingga secara
simultan pelayanan, nilai hedonic dan atmorfer gerai secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian.

PEMBAHASAN

Pengaruh pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif


Uji hipotesa menunjukan nilai t hitung (3.286) dengan nilai sig. (0.000) atau t
hitung (3.286) > t tabel (1.9741) dengan nilai sig (0.000) < alpha (0.005). Artinya
pelayanan ritel berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil
penelitian ini sejalan dengan temuan sebelumnya, pelayanan ritel berpengaruh positif
signifikan terhadap pembelian impulsif (Yistiani et al., 2017) dan (Bulan et al., 2019).

Pengaruh nilai hedonik terhadap pembelian impulsif


Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh t hitung (3.642) dengan nilai sig.
(0.001) atau t hitung (3.642) > t tabel (1.9741) dengan nilai sig (0.001) < alpha (0.05).
Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai hedonik berpengaruh berpengaruh positif
signifikan terhadap pembelian impulsif. Kegiatan belanja bukan hanya sekedar membeli
barang untuk memenuhi kebutuhan saja, melainkan keinginan unutk memuaskan hasrat
membeli sesuatu. Mereka cenderung memutuskan pembelian secara spontan terlebih jika
produk tersebut bersifat life style, hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian
(Yistiani et al., 2017) dimana semakin besar nilai hedonic yang dirasakan konsumen
maka semakin besar pula dorongan untuk melakukan pembelian secara impulsif.

Pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsive


diperoleh t hitung (3.324) dengan nilai sig. (0.001) atau t hitung (3.324) > t tabel (1.9741)
artinya atmosfer gerai berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian impulsif.
Kenyamanan suasana di dalam gerai dapat meningkatkan keinginan dan menimbulkan
minat untuk membeli suatu produk. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian
(Yistiani et al., 2017) & (Bulan et al., 2019) yaitu gerai dengan suasana nyaman dan
atmosfer yang unik dapat memberikan pengalaman berbelanja kepada konsumennya,
menciptakan keinginan dan memberi dorongan untuk membeli.

Pengaruh pelayanan ritel, nilai hedonik dan atmosfer gerai terhadap pembelian
impulsif
Hasil uji f menunjukkan nilai sig < alpha (0.05) dan 𝐹"#$%&' (39.900) > 𝐹$0123 (2,6597)
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan ritel, nilai hedonik dan atmosfer gerai
secara simultan berpengaruh terhadap pembelian impulsif. Semakin baik dan nyaman
suasana di dalam gerai yang disertai oleh kualaitas pelayanan ritel, akan menumbuhkan
dorongan untuk memlakukan pembelian impulsif. Hal terlebih bagi konsumen yang
sangat mudah terpengaruh oleh nilai hedonik dimana pembelian dilakukan atas dasar
untuk memenuhi kepuasan untuk membeli suatu barang secara cepat (Yistiani et al.,
2017). Begitu juga hasil penelitian Suasana, (2017) yang menyatakan bahwa pelayanan
ritel, atmosfer gerai dan nilai hedonik dapat mendorong minat beli.
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas pelayanan ritel secara signifikan berpenagruh terhadap pembelian impulsif
2. Nilai hedonik secara signifikan berpengaruh positifterhadap pembelian impulsif
3. Atmosfer gerai secara signifikan berpenagruh terhadap pembelian impulsif
4. Hasil uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan darikualitas pelayanan
ritel. Atmosfer gerai dan nilai hedonic terhadap pembelian impulsif.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, berikut beberapa saran yang dapat
disampaikan:

1. Gerai IKEA khususnya Alam Sutera hendaknya dapat meningkatkan pelayanan agar
lebih baik lagi, terutama pelayanan untuk pembelian online serta kemudahan sistem
pembayaran termasuk meningkatkan beberapa fasilitas yang belum tersedia di
gerainya
2. Pihak gerai dapat melakukan rotasi atau penggantian tema pada setiap dispay agar
dapat lebih menarik dan bervariasi
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambahkan variabel lain dalam
penelitiannya seperti variabel harga, promosi, kualitas produk dan lainnya

REFERENSI

Ahmad Saputra.& Corrina Wongsosudono. (2017). Analisis Pengaruh Penerapan E-


Commerce Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen. Jurnal
Manajemen Bisnis. Jurnal Manajemen Bisnis.STIE IBBI, 27(1).
Bulan, T. P. L., Rizal, M., & Widiyanti, T. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan
Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying Pada Toko Makmur Swalayan Di Kota
Langsa. Niagawan, 8(1), 27. https://doi.org/10.24114/niaga.v8i1.12803
CresWell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan metode Kualitatif, Kuantitatif dan
campuran (4th ed.). Pustaka Pelajar.
Dewi, D. S. (2019). Sustainable Living, Tren Gaya Hidup Ramah Lingkungan 2019. 21
Maret. https://tirto.id/sustainable-living-tren-gaya-hidup-ramah-lingkungan-2019-
ephY
Fazia, E. (2022). No Title. 22 Februari. https://pressrelease.kontan.co.id/release/ikea-
tawarkan-produk-produk-inovatif-dan-ramah-lingkungan
Ghozali, I. (2018). Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. In Analisis Multivariate dengan Program
SPSS.
Kartika, recya G. M., & Rofiaty, F. R. (2017). Pengaruh Hedinic Shopping Value dan
Atmosfer Gerai Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif Dengan Dimediasi Reaksi
Impulsif. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 4(2).
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jbm/article/view/1700/1094
Ningsih, L. S., & Kardiyem. (2020). Pengaruh Nilai Hedonik, Kualitas Pelayanan, Nilai
Utilitarian terhadap Impulsive Buying melalui Brand Trust. Economic Education
Analysis Journal, 9(3).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/42343/17289
Oktadwianti, A. A. (2018). Aspek Pembentuk Negarive Emotion: Studi PAda Fast
Fashion Di Indonesia. 1–12. http://repository.ibs.ac.id/51/2/Amiko Ajeng
Oktadwianti%2C Ma.-IBS%2C 2018-2.pdf
Patmala, H. S., & Fatihah, D. C. (2021). Pengaruh Kualaitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Pembelian di UKM Mart Kartika Widya Utama. JIMEA | Jurnal Ilmiah
MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(3).
https://drive.google.com/file/d/1mD2jZxl8cJaHIJU7Jb9ltQGxgfqYn-fO/view
Phillip, K., & Keller, K. L. (2016). Marketing Manajemen (15th ed.). Pearson education
Inc.
Prasetyo. (2019). Pengaruh Suasana Toko Terhadap Keputusan Pembelian [INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO].
http://etheses.iainponorogo.ac.id/8026/1/ERNIS PW.pdf
Ratnadewi, I. A. P. (2021). Usaha IKEA Alam Sutera Sebagai Ritel Omnichannel, Sudah
Efektif atau Belum? Jurnal Under Graduate BINUS.
https://bbs.binus.ac.id/gbm/2021/01/22/usaha-ikea-alam-sutera-sebagai-ritel-
omnichannel-sudah-efektif-atau-belum/
Stephen, A., Canthika, A., Subrata, D., & Veronika, D. (2020). Pengaruh Iklan Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen. Indonesian Business Review, 2(2), 233–248.
https://doi.org/10.21632/ibr.2.2.233-248
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif (Sofia yustiyani Suryandari (ed.); 3rd
ed.). Alfabeta.
Wijaya, E., & Oktarina, Y. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying
Pada Hodshop Bengkulu. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis,
7(1), 10–22. https://doi.org/10.37676/ekombis.v7i1.696
Yistiani, N. N. M., Yasa, N. N. K., & Suasana, I. G. A. K. G. (2017). Pengaruh Atmosfer
Gerai Dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik Dan Pembelian Impulsif
Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Di Denpasar. Jurnal Manajemen,
9(2), 1–1.

Anda mungkin juga menyukai