Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH ATRIBUT SUPERMARKET TERHADAP MOTIF BELANJA

HEDONIK MOTIF BELANJA UTILITARIAN DAN LOYALITAS


KONSUMEN

Hartono Subagio
Progdi Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
Email: hartono@petra.ac.id

Abstrak: Atribut supermarket menjadi perangsang motif pembelanja membeli produk, motif pembelian barang
diklasifikasikan dalam Hedonik dan motif Utilitarian. Pemuasan motif hedonik maupun utilitarian menjadikan pembelanja
setia kepada supermarket. Manfaat dari studi ini mengaplikasikan teori Stimulus Organism Response yang dikemukakan
Mehrabian Russel, konsep ini juga dikembangkan oleh Baker dan Donovan, dan konsep Hedonik dari Arnold Reinold. Studi
ini dilakukan disupermarket besar di Surabaya. Respon konsumen dan persepsi untuk menjawab pertanyaan dan hipotesanya
diuji dengan analisa SEM. responden diambil 200 menurut syarat maksim likehood . Hasil studi memperlihatkan bahwa
atribut supermarket berpengaruh terhadap motif hedonik dan motif utilitarian, dan loyalitas konsumen. Temuan empiris dari
studi ini bahwa motif hedonik lebih kuat dari motif utilitarian terhadap kesetiaan konsumen.

Kata kunci: atribut supermarket, motif hedonik, motif utilitarian dan loyalitas.

Abstract: Attributes Supermarket stimulate the motive shopper to buying product, the motive Consuming and buying motives
are classified into Hedonic and utilitarian. The fulfilness of hedonic and utilitarian motives lead to shoppers loyalty to the
supermarket. The purpose of the study is to review the theory of Stimulus Organism Response addressed by Mehrabian
Russel, the concept of shopping motive developed by Baker and Donovan, and the concept of motive shopping Hedonic by
Arnold Reynold. It was Empirical study on Big Supermarket in Surabaya. The Human behavior response and perceptional
answers as well as concerned with inter variable effects through hypothesis tests by means of SEM analysis. The maximum
likelihood estimation was derived from 200 respondents. The result s of the study showed that atribute supermarket
significanly affected motive Hedonic and motive Utilitarian and loyalty. The empirical findings from the study showed to
motive Hedonic more strongth impact than motive utilitarian.

Kaywords: attibutes, motive hedonik, motif utilitarian, and loyalty.

PENDAHULUAN 3. Orang-orang yang berhasil mencapai tujuan


mereka mmenetapkan tujuan baru dan lebih tinggi
Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk untuk diri mereka. Ketiga alasan itulah yang
mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu menyebabkan kebutuhan tidak pernah berhenti
motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi dan motif untuk memuaskannya tidak pernah
yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai berhenti tetapi terus berjalan dan dinamis.
reaksi terhadap berbagai pengalaman hidup. Kebutuh-
an dan sasaran terus-menerus bertumbuh dan berubah Fenomena di atas merupakan alasan meng-
sebagai jawaban terhadap keadaan fisik, lingkungan, angkat topik penelitian motif belanja ke supermarket,
pengalaman, dan interaksi individu dengan orang lain. baik motif hedonik maupun motif utilitarian untuk
Ketika indiividu mencapai tujuannya mereka terus keputusan pembelian maupun pembelian ulang pada
memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti . supermarket tertentu.
Beberapa alasan mengapa kebutuhan tidak pernah Pendapat Engel et al., (1994 : 284) motif belanja
berhenti adalah sebagai berikut: dimulai dari munculnya kebutuhan tertentu, yang
1. Banyak kebutuhan yang tidak terpuaskan sepe- semakin lama kebutuhan ini akan mendesak orang
nuhnya. Kebutuhan tersebut terus mendorong tersebut untuk dipenuhi. Desakan atau dorongan
tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai atau kebutuhan menjadi motivasi. Motivasi pembelian dan
mempertahankan kepuasan. konsumsi diklasifikasikan dalam bentuk dua jenis
2. Setelah kebutuhan terpuaskan kebutuhan baru yaitu motif hedonik dan Utilitarian. Motif belanja
dan yang urutannya lebih tinggi timbul yang hedonik didasarkan pada emosi, perasaan nyaman,
menyebabkan tekanan dan mendorong kegiatan. gembira, bersuka. Sedangkan motif belanja utilitarian

8
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 9

didasarkan pada motif kemanfaatan fungsi belanja. belanja (persepsi) berdasarkan proses mental dan
Pemenuhan motif hedonik dan utilitarian akan ber- struktur pengetahuan sebagai tanggapan seseorang
akibat pada kesetiaan pembelanja kepada supermarket terhadap lingkungan (motif utilitarian). Evaluasi yang
yang menyajikan tawaran yang mampu menyesuai- bersifat afeksi yaitu, berdasarkan perasaan senang
kan dengan dorongan atau motif hedonik atau motif menjadi motif Hedonik pembelanja (Mehrabian and
utilitarian pembelanja. Penelitian yang dilakukan Russel,1974). Perasaan (aspek afeksi) menseleksi
Nguyen et al. (2007) membuktikan pengaruh motif kualitas lingkungan belanja dari sisi kenikmatan
belanja Hedonik, dan atribut supermarket terhadap (enjoyment) yang dirasakan, rasa tertarik akibat
loyalitas pembelanja supermarket di Vietnam. Pene- pandangan mata (visual appeal) dan rasa lega
litian ini menggunakan penelitian Nguyen et al., (escapism). Motif belanja hedonik dikembangkan
(2007) sebagai sumber acuan yang juga meneliti oleh Arnold and Reynolds (2003:80,81) dengan
pengaruh atribut supermarket, motif belanja hedonik indikator meliputi pertama adalah adventure
dan motif belanja utilitarian terhadap loyalitas shopping. Belanja ada tantangan, suatu sensasi,
pembelanja supermarket. Penelitian ini juga dilandasi menggembirakan, masuk lingkungan universal yang
oleh model respon organism terhadap stimulus menyenangkan. Kedua adalah Social shopping. Sosi-
(Stimulus organism Response) yang dikemukakan alisasi adalah tujuan utama dari pembelanja ketika
oleh Mehrabian and Russel (1974). Model stimulus mereka pergi belanja. Ketiga adalah Gratification
organism Response menjelaskan tentang mekanisme shopping. Kehidupan yang kompleks saat ini dan
pengaruh elemen lingkungan terhadap kondisi tingkat stres meningkat di masyarakat. Beberapa
internal individu dan kemudian mempengaruhi orang belanja untuk menghilangkan stress. Keempat
perilaku individu bersangkutan. Stimulus adalah adalah Idea Shopping. Berbelanja memberikan
input yang memasuki kelima indra manusia. Stimulus pengetahuan baru perkembangan trend baru dan
mempunyai tiga elemen yaitu Ambient, design dan model baru.
social. Dalam penelitian ini atribut supermarket Kelima adalah Role shopping. Peranan belanja
merupakan salah satu stimulus yang meliputi faktor- direfleksikan dalam kenikmatan, dipengaruhi oleh
faktor Ambient, design dan social. Ambient adalah perasaan dan keadaan hati (moods). Keenam adalah
kenyamanan suasana yang dirasakan pembelanja saat Value shopping. Beberapa orang belanja untuk
mengamati barang dan jasa yang ditawarkan. Design menemukan barang yang baik dan bernilai bagi
adalah rancangan fisik supermarket yang meliputi dirinya.
tatanan layout dan fungsinya, tanda dan simbol, Menurut kerangka kerja S-O-R (Stimulus Orga-
keindahan seperti tatanan warna dan visual yang nism Response), respon perilaku dihasilkan dari
memberikan kenyamanan kepada pembelanja ter- penilaian internal konsumen. Respon perilaku meli-
masuk juga penempatan posisi, eskalator, lift dan puti pendekatan fisik, kinerja kerja, eksplorasi, dan
elemen arsitek lainnya. Faktor social adalah faktor interaksi sosial. Dalam hal ini adalah sikap loyal
yang berkaitan dengan keberadaan karyawan dan terhadap supermarket yang diwujudkan dalam,
pembelanja lainnya dalam supermarket yang bers- penggunaan waktu lebih banyak untuk belanja,
angkutan, (Donovan et al.1982, Baker et al., 1992). kecenderungan membelanjakan uang lebih banyak
Faktor sosial ini akan berdampak pada bagaimana dari yang direncanakan semula, berniat belanja
penilaian pembelanja pada kualitas barang dan jasa kembali dikemudian hari dan merekomendasikan
serta citra supermarket tersebut. Berdasarkan beber- kepada teman dan saudara.
apa pertimbangan, penelitian ini memberikan kom- Rangsangan didalam supermarket memberikan
ponen attribut, sebagai indikator yang paling banyak informasi penting yang mendorong konsumen untuk
digunakan adalah pertama atmosfir supermarket membentuk penilaian tentang harga, produk dan jasa
meliputi fassilitas fisik supermarket, suhu, layout, dan didalam supermarket. Menurut Baker et al. (1994)
display, kedua lokasi supermarket kemudahan men- penilaian pembelanja atas mutu barang dan jasa dan
capai, letak strategis, fasilitas transportasi, ketiga kenyamanan dalam supermarket menyebabkan motif
adalah fasilitas kemudahan, parkir, pembayaran, utilitarian yang makin meningkat. Singh (2006)
pengembalian barang, keempat adalah layanan pra- dalam penelitiannya membuktikan bahwa stimulus
muniaga responsif, empathi, reliabel, keramahan. atau rangsangan mempengaruhi motif pembelian
Kelima adalah barang dagangan. Keaneka ragaman, utilitarian yang diukur dengan evaluasi kognitif dan
kualitas dan harga, merek dan model. juga stimulus atau rangsangan mempengaruhi motif
Stimulus Organism Response model (S-O-R) hedonik yang dievaluasi afektif dan keduanya
merupakan suatu model yang menggambarkan indi- berpengaruh berbeda dalam perilaku belanja yaitu
vidu melalui proses kognisi, yaitu, penilaian pem- memberikan waktu didalam supermarket lebih lama
10 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

untuk belanja dan pembelian ulang. Motif Hedonik Motif belanja Hedonik dan Utilitarian terhadap Loya-
adalah dasar untuk mengevaluasi pengalaman belanja litas Pembelanja dengan aspek Pendapatan sebagai
lebih dari informasi yang mereka kumpulkan atau variabel Moderator studi pada Supermarket di
produk yang dibeli. Konsumen berbelanja mencari Surabaya.
kesenangan, Motif Hedonik berbelanja tidak hanya
untuk membeli barang tetapi juga kegiatan sosialisasi Perumusan masalah
dengan teman untuk mencari hiburan. Manfaat Hedo-
nis adalah manfaat yang bersifat perasaan yaitu Setelah mengetahui fakta yang spesifik dan
perasaan senang, perasaan lega, perasaan nikmat. fenomena yang dihadapi, maka bisa diidentifikasikan
(Mehrabian and Russel, 1974) masalah-masalah yang timbul.
Pada model S-O-R Motif belanja utilitarian Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
didasarkan pada evaluasi kognisi atau kepikiran 1. Apakah attribut Supermarket berpengaruh signifi-
seseorang untuk mempengaruhi manusia dengan cara kan terhadap motif belanja hedonik pembelanja
mana menjadi rangsangan dan mendorong perilaku. supermarket di Surabaya?
Motif utilitarian adalah evaluasi yang menilai kualitas 2. Apakah atribut Supermarket berpengaruh signifi-
barang dagangan, kualitas layanan, harga yang kan terhadap motif belanja utilitarian pembelanja
ditetapkan dan efisiensi belanja. Meharabian and supermarket di Surabaya?
Russel (1974) motivasi belanja menarik pembelanja 3. Apakah attribut Supermarket berpengaruh signifi-
untuk datang ke pasar tempat memuaskan kebu- kan terhadap loyalitas pembelanja supermarket di
tuhannya dan mempunyai hubungan langsung dengan Surabaya?
kesetiaan belanja (Babin et al.1994) Konsumen yang 4. Apakah motif belanja hedonik berpengaruh signi-
mendapat pengalaman pada pasar modern seperti fikan terhadap loyalitas pembelanja supermarket
supermarket mendapatkan pengalaman kemudahan, di Surabaya.
modern, dan tempat yang menyenangkan untuk 5. Apakah motif belanja utilitarian berpengaruh sig-
belanja. Fenomena Pelanggan yang mendapatkan nifikan tehadap loyalitas pembelanja supermarket
nilai atau manfaat, dan layanan sebagai atribut di Surabaya?
supermarket yang ditawarkan kepada konsumen yang
berkunjung, dan melakukan pembelian ulang se- TINJAUAN PUSTAKA
hingga, permasalahan yang dapat diidentifikasikan
adalah, bahwa atribut supermarket mempengaruhi Model Umum tentang Motivasi
loyalitas pembelanja supermarket. Berdasarkan feno-
mena bahwa pembelanja akan berkunjung dan Model umum tentang variabel-variabel inter-
melakukan pembelian ulang oleh karena didorong depensi yang bersifat dasar bagi motivasi disajikan
oleh motif yang bersifat fungsional dan motif yang pada Gambar 1.
bersifat hedonik sehingga permasalahan yang dapat Model ini merupakan sebuah kerangka kerja
diidentifikasikan adalah sebagai berikut diketahui ada untuk memahami sifat dinamik dari proses motivasi.
pengaruh dari motif hedonik dan utilitarian konsumen Menurut teori kebutuhan, seseorang termotivasi
terhadap loyalitas pembelanja supermarket. Sehingga apabila ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu

Gambar 1. Sebuah model umum tentang proses motivasi

judul penelitian adalah Pengaruh Atribut supermarket, dengan kehidupannya. Kebutuhan yang terpenuhi
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 11

bukanlah sebuah motivator. Perilaku pada dasarnya mempengaruhi keadaan internal dan mempengaruhi
berorintasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku kita perilaku individu yang bersangkutan. Elemen ling-
pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk kungan adalah stimulus yang memberikan dorongan
mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifik (stimuli) kepada individu untuk melakukan evaluasi.
tidak senantiasa diketahui secara sadar oleh individu. Pada penelitian pengaruh dorongan (stimulus) salah
Kebutuhan-kebutuhan berhubungan dengan keku- satu stimulus adalah atribut supermarket merupakan
rangan-kekurangan yang dialami seorang individu nilai konsumen. Lingkungan supermarket diselaras-
pada titik waktu tertentu. kan penggunaannya sebagai atribut supermarket,
hubungan ini melalui penilaian kualitas barang yang
Perilaku dijual dan harga yang ditetapkan. Baker et al. (2002)
berpendapat bahwa persepsi kualitas yang tinggi
Perilaku pada dasarnya berorintasi pada tujuan, berpengaruh positif terhadap persepsi nilai barang
dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dagangan, dimana tingginya persepsi harga akan
dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan mengakibatkan hubungan yang negatif terhadap nilai
tertentu. Adapun tujuan spesifik tidak senantiasa konsumen. Pandangan dari hubungan nilai atmosfir
diketahui secara sadar oleh individu. Alasan tindakan- dijelaskan bahwa proses mengukur nilai oleh kon-
tindakan kita tidak selalu jelas bagi pemikiran kita sumen tentang produk dan didasarkan pada dorongan
secara sadar. Dorongan-dorongan (drives) yang me- (stimulus) eksternal pada atribut supermarket. Konsu-
motivasi pola-pola perilaku individu hingga tingkat men dalam membuat penilaian yang dipertimbangkan
tertentu berlangsung dibawah sadar karena tidak dipengaruhi tanggapannya terhadap kinerja super-
mudah untuk mengevaluasi. Dalam banyak situasi market. Pada konsep dasar kerangka kerja S-O-R,
kita melakukan lebih dari satu macam kegiatan pada atribut supermarket adalah lingkungan atau atmosfir
saat bersamaan, seperti kita berbicara dengan orang yang menjadi dorongan rangsangan (Stimulus) men-
lain sewaktu kita belanja ke supermarket. Setiap saat jadi acuan evaluasi konsumen terhadap supermarket.
kita mungkin membeli sesuatu yang tidak Lingkungan supermarket memiliki sejumlah
direncanakan, kita mungkin memutuskan untuk (Stimulus) atau atribut yang dapat menciptakan
beralih dari satu aktivitas tertentu atau kombinasi suasana yang merangsang pembelanja melakukan
aktivitas-aktivitas untuk melaksanakan hal-hal lain. pembelian, yaitu lingkungan yang dirancang untuk
menghasilkan pengaruh emosi dari pembeli untuk
Model Stimulus organism response ( S-O-R ) mendorong mereka melakukan pembelian.

Model Rangsangan manusia dan tanggapan Komponen Stimulus (Komponen lingkungan fisik
(stimlus organism response) yang dikemukakan oleh supermarket).
Mehrabian and Russell 1974. menentukan hubungan
antara lingkungan fisik dan perilaku individu. Lingkungan supermarket sebagai stimuli mem-
Kerangka kerja rangsangan manusia dan tanggapan punyai tiga elemen yaitu Ambient, design dan social.
(Stimulus Organism Response) menggambarkan Dalam penelitian ini atribut supermarket merupakan
mekanisme untuk bagaimana elemen lingkungan salah satu stimulus yang meliputi faktor-faktor

Sumber: Mehrabian and Russel 1974

Gambar 2. Kerangka kerja S-O-R dalam lingkungan fisik toko


12 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

Ambient, design dan social. Ambient adalah kenya- afeksi) menseleksi kualitas lingkungan belanja dari
manan suasana yang dirasakan pembelanja saat sisi kenikmatan (enjoyment) yang dirasakan, rasa
mengamati barang dan jasa yang ditawarkan. Design tertarik akibat pandangan mata (visual appeal) dan
adalah rancangan fisik supermarket yang meliputi rasa lega (escapism).
tatanan layout dan fungsinya, tanda dan simbol,
keindahan seperti tatanan warna dan visual yang Tanggapan perilaku (response behavior)
memberikan kenyamanan kepada pembelanja ter-
masuk juga penempatan posisi,eskalator, lift dan Pendekatan penghindaran dari respon konsumen
elemen arsitek lainnya. Faktor social adalah faktor adalah waktu yang dipakai untuk memilih, meng-
yang berkaitan dengan keberadaan karyawan dan ekplorasi supermarket dan niat melakukan pembelian
pembelanja lainnya dalam supermarket yang ber- kembali. Sependapat dengan Mehrabian and Russel
sangkutan. (Donovan et al., 1982, Baker et al., 1994). (1974) Didalam konteks eceran reaksi emosi mem-
Faktor sosial ini akan berdampak pada bagaimana pengaruhi waktu yang diluangkan didalam eksplorasi
penilaian pembelanja pada kualitas barang dan jasa didalam supermarket, kecenderungan untuk menge-
serta citra supermarket tersebut. Berdasarkan beber- luarkan uang lebih banyak dari yang direncanakan
apa pertimbangan, penelitian ini memberikan kom- semula, dan berniat kembali datang ke supermarket
ponen attribut, sebagai indikator yang paling banyak dikemudian hari. Selanjutnya Donovan et al. (1994)
digunakan adalah pertama atmosfir supermarket menemukan bahwa kenyamanan sangat signifikan
meliputi fassilitas fisik supermarket, suhu, layout, dan dengan menentukan waktu tambahan dan pembelian
display, kedua lokasi supermarket, kemudahan men- yang tidak direncanakan didalam supermarket.
capai, letak strategis, fasilitas transportasi, ketiga Didalam evaluasi pengalaman belanja, Baker et al.
adalah fasilitas kemudahan, parkir, pembayaran, (2002) mendapati bahwa korelasi negatif antara biaya
pengembalian barang, keempat adalah layanan pra- (waktu, usaha, uang) dengan niat kembali membeli.
muniaga responsif, empathi, reliabel, keramahan. Menurut kerangka kerja S-O-R (stimulus organism
Kelima adalah barang dagangan. Keaneka ragaman, response), respon perilaku dihasilkan dari penilaian
kualitas dan harga, merek dan model. internal konsumen. Respon perilaku meliputi
pendekatan fisik, kinerja kerja, eksplorasi, dan
Organism, Evaluasi afeksi dan kognisi. interaksi sosial. Dalam hal ini adalah sikap loyal
terhadap supermarket yang diwujudkan dalam, pema-
Afeksi (Affect) mengacu pada evaluasi perasa- kaian waktu lebih banyak untuk belanja, kecen-
an, sementara kognisi (cognitive) terdiri dari evaluasi derungan mengeluarkan uang lebih banyak dari yang
mental (pemikiran) Konsumen dapat memiliki seka- direncanakan semula, berniat datang kembali dikemu-
ligus evaluasi afektif dan kogntif, walaupun kedua dian hari dan merekomendasikan kepada teman dan
sistem tersebut berbeda, namun mereka saling terkait, saudara. Indikator loyalitas pembelanja supermarket
dan setiap sistem dapat mempengaruhi serta dipenga- adalah pertama loyalitas diukur dengan memper-
ruhi oleh yang lainnya. Afeksi adalah keberadaan timbangkan pembelian kembali. Kedua adalah
seseorang atau sesuatu yang dirasakan seseorang mengeluarkan uang lebih banyak di supermarket jika
(senang, sedih, dan bosan). Sebaliknya,orang memi- membutuhkan barang. Ketiga adalah bersedia mere-
liki kognisi, pemikiran atau kepercayaan. Sebagai komendasikan supermarket kepada keluarga dan
suatu status mental, kognisi biasanya tidak terletak kolega.
pada tubuh manusia (eksternal). Orang dapat meng-
alami empat jenis tanggapan afektif, emosi, perasaan Konsep Atribut Supermarket
tertentu, suasana hati dan evaluasi. Setiap jenis afeksi
dapat melibatkan tanggapan positif atau negatif. Pada penelitian ini pengaruh dorongan (stimulus)
Semakin kuat tanggapan afeksi, termasuk perasaan adalah atribut supermarket yang merupakan stimuli
senang, sedih, gembira. Suasana hati, yang melibat- yang berasal dari eksternal mempengaruhi evaluasi
kan reaksi fisiologis yang tidak begitu gencar. penilaian individu. Lingkungan supermarket diartikan
Suasana hati, yang melibatkan intensitas perasaan sebagai atribut supermarket. Atribut supermarket
paling rendah cenderung merupakan suatu status adalah stimuli yang meliputi ambient, design, dan
afektif yang kabur. Akhirnya evaluasi terhadap social, atau dipandang sebagai bagian keseluruhan
produk atau konsep lainnya seringkali suatu tang- citra supermarket itu (Bloemer and Schroeder, 2002).
gapan afeksi yang lemah. Mehrabian and Russel Koo (2003) menyarankan tujuh komponen untuk
(1974) mengemukakan bahwa respon afeksi menim- atribut supermarket seperti atmosfir toko, lokasi, fasi-
bulkan motif hedonik pembelanja. Perasaan (aspek litas kemudahan, nilai, layanan pramuniaga, layanan
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 13

purna jual, dan barang dagangan. Pada penelitian ini dorongan dan meciptakan gambaran yang berarti dari
atribut dengan indikator komponen fasilitas fisik, supermarket tersebut Informasi tersebut dari stimulus
layanan pramuniaga, layanan purna jual, barang yaitu atribut supermarket yang dievaluasi oleh motif
dagangan. Fasilitas fisik yang tersedia di pasar utilitarian dengan mengevaluasi persepsi kualitass
swalayan seperti phisik bangunan, layout, dan display. barang dan layanan supermarket dan harga yang
Kategori ini juga meliputi kemudahan, seperti lokasi ditetapkan.
yang mudah, tempat parkir. Layanan pramuniaga
lebih pada kualitas yang disediakan oleh karyawan Konsep Loyalitas Pembelanja Supermarket
pasar swalayan, sedangkan layanan purna jual
meliputi fasilitas penukaran barang yang tidak cocok Dapat dikatakan, loyalitas atau kesetiaan adalah
dan kebijakan pengembalian uang, dan barang sebuah komitmen mendalam untuk membeli kembali
dagangan lebih pada kualitas produk yang dijual, atau menjadi pelanggan tetap dari sebuah produk/jasa
macam merek dan ketersediaan barang persediaan. yang disukai secara konsisten di masa yang akan
datang, di mana komitmen tersebut menyebabkan
Konsep Motif Belanja Hedonik pembelian yang berulang terhadap produk yang sama,
meskipun pengaruhpengaruh situasional dan usaha
Motif belanja hedonik adalah kebutuhan tiap usaha pemasaran mempunyai kesanggupan atau
individu akan suasana dimana seseorang merasa kemungkinan untuk mengakibatkan perubahan peri-
bahagia, senang. Selanjutnya kebutuhan akan suasana laku. (Zeitham and Bitner, 2006)
senang tersebut menciptakan arousal, mengacu pada Pada pendekatan sikap (attitudinal) loyalitas
tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairah- didasarkan atas komitmen psikologis, keinginan beli,
kan, atau situasi aktif dan rekomendasi dari mulut kemulut.
Mehrabian and Russel (1974) mengemukakan
bahwa respon afeksi menimbulkan motif hedonik METODE PENELITIAN
pembelanja. Perasaan (aspek afeksi) menseleksi kua-
litas lingkungan belanja dari sisi kenikmatan (enjoy- Rancangan Penelitian
ment) yang dirasakan, rasa tertarik akibat pandangan
mata (visual appeal) dan rasa lega (escapism). Penelitian ini menggunakan rancangan expla-
Perasaan tersebut membuat seseorang senang atau natory, merupakan suatu penelitian yang bertujuan
Pleasure. Suasana dimana seseorang merasa bahagia untuk menjelaskan kenapa peristiwa terjadi dan untuk
senang, dicari orang karena merupakan kebutuhan membangun, mengelaborasi, memperluas atau meng-
tiap individu. Selanjutnya kebutuhan akan suasana uji teori dan menemukan penjelasan mengenai
senang tersebut menciptakan arousal, mengacu pada pengaruh/hubungan antara satu variabel dengan
tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairah- variabel lain dan melakukan pengujian hipotesis yang
kan, atau situasi aktif, motif yang disebut motif diajukan (Gay, 1999 : 215).
Hedonik.
Populasi, Sample, Besar Sampel dan Teknik
Konsep Motif Belanja Utilitarian. Pengambilan Sampel

Pembelanja sebagai umat manusia telah me- Populasi penelitian


ngembangkan sistem kognitif sangat canggih yang
mengungkapkan proses mental yang lebih tinggi Jumlah supermarket yang ada di Surabaya
untuk pengertian, penilaian, perencanaan, penetapan, cukup besar dan tersebar, sedangkan yang mem-
dan berpikir. Motif belanja utilitarian merupakan punyai jumlah outlet terbanyak dan ukurannya paling
suatu motif seseorang untuk mendapatkan harga, besar adalah supermarket Carrefour, Hypermart dan
produk dan jasa layanan didalam supermarket dan Giant/Hero. Ketiga supermarket ini yang mempunyai
efisiensi penggunaan waktu dan tenaga Evaluasi penjualan terbasar dan paling dikenal masyarakat.
kognitif menggunakan kepikiran dalam mengukur Dengan alasan demikian, penelitian ini dilaku-
motif utilitarian (Schifman and Kanuk, 2004; Engel et kan pada supermarket Carrefour, Hypermart dan
al., 1994) Motif utilitarian menekankan pada nilai Giant dikota Surabaya. Sampel diambil dari kon-
belanja yang bermanfaat, sebagai sesuatu yang terkait sumen yang melakukan transaksi berbelanja pada
dengan tugas, masuk akal, berhati-hati, dan efisiensi Supermarket Carrefour, Hypermart, dan Giant/Hero
aktifitas. Selama proses ini konsumen menseleksi, Pengambilan responden di Supermarket dimaksud
mengorganisir, dan menginterpretasikan informasi
14 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

adalah karena jumlah gerai yang besar dan berada deskripsikan lebih lanjut untuk setiap karakteristik
pada tiap pusat perbelanjaan di kota Surabaya. terdapat pada Tabel 1; Tabel 2; Tabel 3; Tabel 4; dan
Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa Tabel 5.
Populasi penelitian bersifat infinit (tidak terbatas) Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
karena masing-masing supermarket tidak mempunyai
Jenis kelamin Jumlah Persentase
data secara pasti mengenai jumlah maupun data kon-
Pria 96 46%
sumennya.
Wanita 104 54%
Total 200 100%
Penentuan Besar Sampel
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Keterwakilan populasi oleh sampel dalam
penelitian merupakan syarat penting untuk melakukan Usia Responden Jumlah Persentase
generalisasi. Sehubungan dengan populasi penelitian Kurang 18 tahun 20 10%
ini yang bersifat infinit (tidak terbatas) dan digunakan- 18 sampai 24 tahun 76 38%
25 sampai 30 tahun 30 15%
nya model persamaan dan digunakannya model
31 sampai 35 tahun 31 15,5%
persamaan struktural (Structural Equation Modelling) 36 sampai 40 tahun 20 10%
maka penentuan besar sampel penelitian ini meng- Lebih dari 40 tahun 23 11,5%
gunakan pertimbangan sebagai berikut: Total 200 100%
1. Model size
Penentuan besar sampel penelitian yang ideal Tabel 3. Karakteristtik Responden Berdasarkan Status
berdasarkan Hair et al. (1999 : 367) adalah 5 Perkawinan
sampai dengan 10 kali jumlah indikator yang Status Responden Jumlah Persentase
digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah Bujangan 94 47%
seluruh indikator yang digunakan dalam penelitian Kawin tidak punya anak 19 10%
ini 19. Jadi responden yang disarankan adalah Kawin punya anak 67 34%
minimal 5 atau maksimal 10 kali indikator.pada Duda / janda 20 10%
penelitian ini minimal responden 19 x 5 = 95 Total 200 100%
responden sampai jumlah maksimal 19 x 10= 190 Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pen-
responden. dapatan
2 . Maximum Likelihood Estimation.
Menurut Hair et al. (1999 : 372) jumlah responden Pendapatan Responden Jumlah Persentase
kurang 1 Juta 34 16%
yang ideal untuk Pemanfaatan maximum likehood 1 sampai 3 Juta 64 32%
estimation dalam model persamaan struktural 3 sampai 5 Juta 40 20%
adalah 200 responden. Jumlah sampel dalam 5 sampai 10 Juta 39 20%
penelitian ini ditetapkan sebesar 200 responden, Lebih dari 10 juta 23 12%
berdasarkan pertimbangan untuk memenuhi ke- Total 200 100%
tentuan model size maupun maximum likehod
estimation. Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kun-
jungan Responden Dalam Tiga Bulan Ter-
akhir
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Kunjungan Responden Jumlah Persentase
Karakteristik Responden Satu kali 24 12%
Dua kali 76 38%
Tiga kali 36 18%
Pada bagian ini disajikan data dari hasil penye-
Lebih dari tiga kali 64 32%
baran kuesioner kepada responden. Kuesioner yang Total 200 100%
disebarkan sebanyak 220 kuisioner yang kembali
sebanyak 210 kuisioner dan 200 kuisioner dapat Berdasarkan pada Tabel 1 dapat di deskripsikan
digunakan untuk proses analisa data. Karakteristik bahwa sebagian besar pengunjung supermarket di
responden yang dijadikan pada penelitian antara lain Surabaya adalah kaum wanita. Hasil kuisioner yang
jenis kelamin, usia responden, status responden, didapatkan berdasarkan jumlah responden didapatkan
pendapatan responden dan jumlah kunjungan respon- 104 responden wanita dan 96 responden pria.
den. Data responden yang didapatkan bila di
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 15

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pada variabel Atribut Supermarket


Skor
Total Rata-rata
Item-item 1 2 3 4 5
f % f % F % F % F % F %
X1.1 (Atm) 0 0 7 4 22 11 156 78 15 7 200 100 3,81
X1.2 (Lok) 1 1 9 5 60 30 88 55 18 9 200 100 3,69
X1.3 (Fas) 1 1 8 4 59 30 114 56 18 9 200 100 3,71
X1.4 (layan) 1 1 10 5 56 28 111 55 22 11 200 100 3,63
X1.5 (Merchan) 0 0 9 5 62 31 116 57 13 7 200 100 3,72
Rata-rata frekuensi = 3,70

Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi


atas enam bagian, dimana didapatkan responden Atribut Supermarket
terbesar antara umur 18 tahun sampai dengan 24
tahun sebesar 76 responden yakni 38% yang Atribut supermarket sebagai faktor pertama
dikategorikan baik (Flesch dalam Monir, 2009). diukur dari lima variabel pada penelitian dengan
Usia responden terendah terdapat pada umur indikator sebagai berikut tertera pada Tabel 6. X 1.1
kurang dari 18 tahun disebabkan peneliti berfokus (Atm) Atmosfir supermarket meliputi fasilitas fisik,
pada responden yang telah berusia 18 tahun atau suhu, layout, dan display; X1.2 (Lok) lokasi toko
lebih. kemudahan mencapai, letak strategis, fasilitas
Bila digambarkan karakteristik responden ber- transportasi; X1.3 (Fas) fasilitas kemudahan, parkir,
dasarkan status terdapat pada Tabel 3, yang dibagi pembayaran, pengembalian barang; X1.4 (layan)
atas empat bagian, dan terbesar terdapat pada res- layanan pramuniaga responsif, empathi, reliabel,
ponden yang belum kawin sebesar 94 responden keramahan; X1.5 (Merchan) barang dagangan, ke-
(47%) dan kedua pada responden yang sudah kawin aneka ragaman, harga, merek dan model.
dan telah memiliki anak sebesar 34%. Deskripsi ini Secara keseluruhan pada variabel pertama yakni
memberikan gambaran bahwa yang telah melakukan atribut supermarket didapatkan dengan nilai rata-rata
transaksi belanja di supermarket adalah responden keseluruhan sebesar 3,70
relatif berumur muda dan responden memiliki Berdasarkan pada Tabel 6, bila lebih jauh kalau
keluarga untuk memenuhi kebutuhan melalui pem- dicermati untuk per item indikator, para responden
belian di supermarket. mempersepsikan bahwa atmosfir yang meliputi
Deskripsi ini memberikan gambaran bahwa fasilitas fisik, suhu, layout, dan display di supermarket
yang melakukan transaksi di supermarket Carrefour, memiliki nilai rata-rata yang relatif tinggi sebesar
Hypermart, dan Giant/Hero pada umumnya respon- 3,81, namun masih terdapat 4% para responden
den yang memiliki tingkat sosial menengah kebawah mempersepsikan bahwa atmosfir supermarket dari
pendapatan dibawah 10 juta sebesar 88%. Sedangkan bangunan fisik tidak lengkap, suhu udara tidak segar,
bagi responden yang memiliki tingkat sosial kelas atas layout tidak tertata rapi dan dan display dan interior
dengan pendapatan melebihi 10 juta perbulan relatif tidak menarik.
sedikit yakni 23 responden (12%).
Pengunjung dari pasar modern ternyata lebih Motif Belanja Hedonik.
banyak mereka yang mempunyai pendapatan rendah
sehingga pilihan harga relatif lebih sensitif, perbedaan Motif belanja hedonik merupakan variabel
harga menjadi prioritas utama dalam pilihan barang. kedua pada penelitian dengan pengertian stimuli yang
Karakteristik responden yang dibagi berdasarkan menseleksi kualitas lingkungan belanja dari sisi
jumlah kunjungan tiga bulan terakhir terdapat pada kenikmatan (enjoyment) yang dirasakan, rasa tertarik
Tabel 5. sebanyak empat bagian. Jumlah kunjungan akibat pandangan mata (visual appeal) dan rasa lega
responden terdapat pada jumlah kunjungan terbesar
(escapism) terdiri atas enam indikator pengukur
sebanyak dua kali sebesar 76 responden (38%) dan
yakni: pertama, Y1.1. Adventure shopping (belanja
kedua pada jumlah kunjungan yang lebih dari tiga
adalah tantangan, suatu sensasi, menggembirakan,
kali yakni sebesar 64 responden (32%) responden.
Umumnya responden menyukai kenyamanan belanja, masuk lingungan universal yang menyenangkan);
promosi yang didapat dan insentif lain. kedua Y1.2. Social shopping (sosialisasi adalah tujuan
utama dari pembelanja ketika mereka pergi belanja);
Deskripsi Variable-Variabel Penelitian ketiga Y1.3 Gratification shopping (kehidupan yang
16 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

kompleks saat ini dan tingkat stres meningkat dima- responden berada pada kategori netral sebanyak 78
syarakat. Beberapa orang belanja untuk meng- responden, hal ini memberikan gambaran bahwa
hilangkan stress); keempat Y1.4 Idea Shopping petualangan belanja tidak mendapat respon yang baik
(berbelanja memberikan pengetahuan baru perkem- bagi konsumen atau mengadakan transaksi belanja di
bangan trend baru dan model baru); kelima Y1.5 Role supermarket Carrefour, Hypermart, dan Giant/Hero.
shopping (peranan belanja direfleksikan dalam kenik-
matan, dipengaruhi oleh perasaan dan keadaan hati) Motif Belanja Utilitarian.
dan keenam Y1.6. Value shopping (beberapa orang
Motif belanja Utilitarian merupakan variabel
belanja untuk menemukan barang yang baik dan ketiga pada penelitian dengan pengertian dorongan
bernilai bagi dirinya). dalam diri orang untuk evaluasi kognitif suatu
Secara keseluruhan pada variabel Motif belanja tingkatan motif seseorang untuk mendapatkan
hedonik memiliki nilai rata-rata sebesar 3,44; hal ini produk dan jasa layanan yang berkualitas didalam
menyatakan bahwa motif belanja responden sebagian supermarket dan efisiensi penggunaan waktu dan
besar ditentukan oleh nilai indikator tertinggi yakni tenaga terdiri atas dua indikator pengukur yakni:
value. Telaah lebih lanjut untuk indikator pertama pertama, Y2.1 kualitas barang Produk yang dijual
petualangan belanja (adventure shopping) yang terdiri disupermarket berkualitas baik, mudah dicari dan
atas belanja adalah tantangan, ketika belanja ada diambil, diproses dengan baik; kedua, Y2.2 Kualitas
sensasi yang berkesan dan belanja membuat hati layanan (Wiraniaga akan memberi pertolongan,
gembira; dengan nilai rata-rata 3,17 dengan kategori perhatian, menawarkan pelayanan yang terbaik, tidak
merasa disibukkan oleh pembeli yang bertanya).
cukup (2,55 3,35).
Secara keseluruhan pada variabel motif belanja
Hal ini memberikan gambaran bahwa petua- utilitarian memiliki nilai rata-rata sebesar 3,73
langan belanja di supermarket tidak berkaitan dengan (kategori baik.
keinginan responden untuk berbelanja. Responden Hal ini memberikan arti bahwa produk-produk
yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju yang ditawarkan di supermarket telah memiliki
bahwa saat belanja akan memberikan petualangan kualitas yang memadai bagi responden, disamping itu
tersendiri bagi konsumen dengan jumlah 46 res- juga responden mempersepsikan bahwa produk yang
ponden (23%) sedangkan yang menyatakan bahwa tersedia mudah dicari dan diambil serta telah diproses
belanja memiliki petualangan tersendiri terdapat dengan baik.
sebanyak 76 respondden (38%). Namun kebanyakan

Tabel 7. Distribusi Frekuensi pada variabel Motif Belanja Hedonik


Skor
Total
Item-item 1 2 3 4 5 Rata-rata
f % f % F % F % F % F %
Y1.1. Adventure 6 3 40 20 78 39 70 35 6 3 200 100 3,17
Y1.2. Social 4 2 29 15 70 35 80 39 17 9 200 100 3,28
Y1.3 Gratification 3 2 25 13 74 37 86 43 12 6 200 100 3,38
Y1.4 Idea 3 2 34 17 74 37 77 38 12 6 200 100 3,31
Y1.5 Role 0 0 14 7 28 14 126 63 32 16 200 100 3,71
Y1.6 Value 1 1 2 1 51 26 99 48 47 24 200 100 3,78
Rata-rata frekuensi = 3,44

Tabel 8. Distribusi Frekuensi pada variabel Motif Belanja Utilitarian


Skor
Total
Item-item 1 2 3 4 5 Rata-rata
f % f % F % F % F % F %
Y2.1. Kualitas Produk 0 0 6 3 38 19 151 75 5 3 200 100 3,77
Y2.2. Kualitas Layanan 0 0 1 1 56 28 136 67 7 4 200 100 3,68
Rata-rata frekuensi = 3,73

Tabel 9. Distribusi Frekuensi pada variabel Loyalitas Pembelanja


Skor
Total
Item-item 1 2 3 4 5 Rata-rata
f % f % F % F % F % F %
Y2.1. Beli ulang 2 1 21 11 57 28 114 57 6 3 200 100 3,51
Y2.2. Pengeluaran lebih 0 0 14 7 88 44 89 44 9 5 200 100 3,47
Y2.2. Rekomendasi 0 0 20 10 75 38 98 49 7 4 200 100 3,46
Rata-rata frekuensi = 3,48
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 17

Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian


Arah Jalur Koefisien Regresi S.E. C.R. P Sig 5 %
Atribut supermarket (X1)
1 = 0,515 0,164 5,716 0,000 0,05
Belanja Hedonik (Y1)
Atribut supermarket (X1)
2 = 0,687 0,108 5, 287 0,000 0,05
Belanja Utilitarian (Y2)
Atribut supermarket (X1)
3 = 0,398 0,163 3,055 0,000 0,05
Loyalitas Pembelanja (Y3)
Belanja Hedonik (Y1)
1 = 0,283 0,058 3,392 0,000 0,05
Loyalitas Pembelanja (Y3)
Belanja Utilitarian (Y2)
2 = 0,286 0,194 2,221 0,000 0,05
Loyalitas Pembelanja (Y3)
Sumber: Data primer diolah (2010)

Keterangan: ** Signifikan pada level 0,05

Loyalitas Pembelanja Supermarket. Hal ini memberikan gambaran bahwa responden


akan melakukan transaksi belanja ke supermarket di
Secara keseluruhan pada variabel loyalitas pem- Carrefour,
belanja supermarket memiliki nilai rata-rata sebesar
3,48 dengan kategori baik, hal ini menyatakan bahwa Pengujian Hipotesis
loyalitas pembelanja supermarket atau responden
dapat memberikan benefit yang baik bagi super- Berikut ini adalah uraian hasil uji terhadap 5
market antara lain dapat memberikan pembelian buah hipotesis utama yang diajukan pada penelitian.
kembali, rekomendasi ke konsumen lainnya dan Pemakaian lambang gamma () menunjukkan besar
responden juga membelanjakan uang yang relatif pengaruh dari konstruk eksogen terhadap endogen
lebih. (H1, H2 dan H3), sedangkan lambang beta ()
Bila dilihat persetiap item pertanyaan maka menunjukkan besar pengaruh dari konstruk endogen
untuk indikator pertama yakni memastikan bahwa terhadap endogen (H4 dan H5). Tabel 10 adalah
responden akan melakukan pembelian kembali ringkasan hasil ketiga pengujian hipotesis.
dengan nilai rata-rata 3,51 dikategorikan baik.
18 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

Hipotesa 1: Koefisien gamma (1) sebesar 0,515 dihasilkan kesimpulan bahwa motif belanja utilitarian
dengan C.R. sebesar 5,716 dan p-value 0,000 telah berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pembelanja
menunjukkan bukti bahwa koefisien regresi yang di supermarket.
diperoleh adalah berbeda dengan nol. Atribut super-
market berpengaruh terhadap motif belanja hedonik KESIMPULAN DAN SARAN
diterima hingga taraf signifikansi 0,05 Hipotesa
pertama diterima. Kesimpulan
Hipotesa 2: Koefisien gamma (2) sebesar 0,687
dengan C.R. sebesar 5,287 dan P sebesar 0,000 telah Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
menunjukkan bukti bahwa koefisien regresi yang sebelumnya, maka temuan penelitian dapat disimpul-
diperoleh adalah berbeda dengan hipotesis nol. kan sebagai berikut:
Atribut supermarket berpengaruh secara signifikan 1. Atribut supermarket berpengaruh positif dan sig-
terhadap motif belanja utilitarian dapat diterima nifikan terhadap motif belanja hedonik pembe-
hingga taraf signifikansi 0,05. Secara umum koefisien lanja supermarket di Surabaya, menunjukkan
ini telah dapat menjelaskan bahwa peningkatan bahwa atribut supermarket yang terdiri fasilitas
belanja utlitarian disebabkan oleh peningkatan atribut fisik tentang penerangan mall, warna mall, musik,
supermarket, maka dengan demikian dapat dihasilkan suhu, layout, dan display yang memiliki pengaruh
kesimpulan bahwa atribut supermarket berpengaruh terhadap dorongan dari dalam diri pembelanja
signifikan terhadap motif belanja utilitarian. dari sisi emosi pembelanja.
Hipotesa 3: Koefisien gamma (3) sebesar 0,398 2. Atribut supermarket berpengaruh positif dan
dengan C.R. sebesar 3,055 dan P sebesar 0,000 telah signifikan terhadap motif utilitarian, hal ini mem-
menunjukkan bukti bahwa koefisien regresi yang berikan petunjuk bahwa ketersediaan yang meli-
diperoleh adalah berbeda dengan hipotesis nol. puti dorongan lingkungan. Konsumen meng-
Atribut supermarket berpengaruh signifikan terhadap evaluasi supermarket berdasarkan manfaat yang
loyalitas pembelanja di supermarket dapat diterima diterima mereka, dengan logika berpikir yang
hingga taraf signifikansi 0,05. Secara umum koefisien rasional mengevaluasi fungsi belanja yang efisien
ini telah dapat menjelaskan bahwa peningkatan dan memenuhi kebutuhan mereka. Hasil analisa
loyalitas pembelanja supermarket, maka dengan data ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
demikian dapat dihasilkan kesimpulan bahwa atribut atribut supermarket terhadap motif belanja
supermarket berpengaruh signifikan terhadap loya- utilitarian konsumen melihat atribut supermarket
litas pembelanja supermarket. menjadi stimuli konsumen untuk mempertim-
Hipotesa 4: Koefisien beta (1) sebesar 0,283 bangkan fungsi belanja yang realistis dan logis.
dengan C.R. sebesar 3,392 dan P sebesar 0,000 telah 3. Atribut supermarket stimulus yang dalam hal ini
menunjukkan bukti bahwa koefisien regresi yang berupa ambiance, design dan Social. Respon
diperoleh adalah berbeda dengan hipotesis nol. Motif konsumen berupa perilaku yang direfleksikan
belanja hedonik berpengaruh signifikan terhadap dalam loyalitas pembelanja supermarket berupa
loyalitas pembelanja di supermarket dapat diterima waktu yang diluangkan didalam supermarket
hingga taraf signifikansi 0,05. Secara umum koefisien untuk mengeksplorasi supermarket, pembelian
ini telah dapat menjelaskan bahwa peningkatan kembali dan mengeluarkan uang untuk belanja
loyalitas pembelanja di supermarket disebabkan oleh lebih banyak. berupa, faktor kenyamanan lebih
peningkatan belanja hedonik, maka dengan demikian pada elemen yang non visual seperti tempat yang
dapat dihasilkan kesimpulan bahwa motif belanja cenderung pada kenyamanan konsumen. Rancang
hedonik berpengaruh terhadap loyalitas pembelanja bangun adalah atribut yang merangsang dan
di supermarket. mewakili elemen visual seperti tempat yang cen-
Hipotesa 5: Koefisien beta (2) sebesar 0,286 derung untuk berada pada pengenalan konsumen .
dengan C.R. sebesar 2,221 dan P sebesar 0,000 telah Faktor sosial adalah atribut persepsi citra super-
menunjukkan bukti bahwa koefisien regresi yang market dibenak konsumennya meliputi kualitas
diperoleh adalah berbeda dengan hipotesis nol. Motif produk dan layanan, keberadaan karyawan dan
belanja utilitarian berpengaruh terhadap loyalitas konsumen dalam lingkungan supermarket. Ber-
pembelanja di supermarket dapat diterima hingga dasarkan hasil analisa data bahwa didapatkan hasil
taraf signifikansi 0,05. Secara umum koefisien ini pengaruh atribut supermarket terhadap loyalitas
telah dapat menjelaskan bahwa peningkatan loyalitas pembelanja supermarket dengan signifikan Atri-
pembelanja di supermarket disebabkan oleh pening- but supermarket berpengaruh langsung dan arah
katan belanja utilitarian, maka dengan demikian dapat positif serta signifikan.
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 19

4. Motif belanja hedonik berpengaruh positif dan inferences and Store image. Journal of the
signifikan terhadap loyalitas pembelanja super- Academy of Marketing science, vol. 22(4), pp.
market, evaluasi afektif yang menseleksi kualitas 328-339.
lingkungan belanja dari sisi kenikmatan yang Baker, J. Parasuraman, A., Grewal, D. and Voss, G.,
dirasakan, rasa tertarik akibat pandangan mata 2002, The influnceof multiple store environ-
dan rasa lega menjadi pertimbangan konsumen ment cues on perceived merchandise value and
Surabaya untuk loyal pada Supermarket. patronage intentions, Journal of Marketing,
5. Motif belanja utilitarian berpengaruh signifikan vol. 66, no. 2, pp. 120-41.
terhadap loyalitas pembelanja supermarket di Bitner, Mj., 1992, Servicescapes,the impact of phy-
Surabaya, evaluasi kognitif suatu tingkatan motif sical surroundings on costomers and emplo-
Utilitarian konsumen supermarket di Surabaya yees, Journal of Marketing, vol 56, No. 2, pp.
untuk mendapatkan produk dan jasa layanan yang 57-77.
berkualitas didalam supermarket dan efisiensi Broune, M.W. and Cudeck, R., 1993, Alternative
penggunaan waktu dan tenaga untuk loyal pada ways of assessing model fit, in K.A. Bollen and
Supermarket. J.S Long (Eds), testing structural equation
models, California: Sage published.
Saran Chaudhuri, A. and Holbrook, M.B., 2001, The chain
of effects from brand trust and brand effect to
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberi- brand performance: the role of brand loyalty,
kan beberapa hal yang perlu disempurnakan baik oleh Journal Marketing Vol. 65, pp. 81-93.
Chitturi Ravindra, Rajagopal Raghunathan, & Vijay
praktisi maupun teoritisi, antara lain:
Mahajan, 2008, Delight by design: the role of
1. Atribut sebagai stimulus sebagai variabel yang
Hedonic versus Utilitarian benefit. Journal of
penting hendaknya perlu diperhatikan terutama
Marketing vol. 72.
yang mendapat bobot tertinggi seperti fasilitas,
Cooper, Donald R. and C. William Emory, 1995,
kemudahan parkir, pembayaran dan pengembali-
Business Research Methods, Fifth edition,
an barang.
Chicago: Richard D. Irwin inc.
2. Motif belanja Hedonik yang mempunyai bobot Dharmanesta, B.S., 1999, Loyalty pelanggan. Sebuah
tertinggi yang perlu diperhatikan idea shopping kajian konseptual sebagai Panduan peneliti.
berbelanja memberikan pengetahuan dan perkem- Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia, vol. 14
bangan tren baru dan model baru pengelola No. 3, pp. 73-88.
supermarket hendaknya selalu mencari hal yang Donovan, R.J., Rositer, J.R. Marcoolyn, G. and
inovatif untuk produk. Nesdale, A., 1994, Store atmosphere and
3. Motif belanja utilitarian mempunyai bobot ter- Purchasing Behavior. Journal of Retailing,
tinggi yakni kualitas barang, produk yang dijual 70(3), pp. 283-294.
disupermarket berkualitas baik, mudah dicari dan Donovan, R.J. and Rositter, J.R., 1982, Store
diambil diproses dengan baik pihak pengelola atmosphere; an Environmental Psychology
supermarket perlu mengevaluasi produk dan Approach journal of Retailing, vol. 58, pp.
layout barangnya. 34-57.
Dunette, Marvin, W., Wayne, K. Kirchner, 1965,
DAFTAR PUSTAKA Psychology Applied to Industry, Meredith
Publishing Company, New York.
Arnold, M.J. and Reynolds, K.E., 2003, Hedonic Engel, J.F., Blackwell. R.D. and Miniard, P.W., 1994,
shopping motivations, Journal of Retailing, Consumer Behavior. 7th ed. Orlando The
vol. 79, pp. 77-95 Dryden Press USA.
Assael, H. 1991, Consumer behavior and marketing Ferdinand, 2002, Structural Equation Modeling
Action 2nd edition, USA: PWS, KENT.
Dalam Penelitian Manajemen Aplikasi Model-
Arbucle, J.L. Wothke, W., 1999, Amos 4.0 Users
model rumit dalam Penelitian untuk tesis
Guide: SPSS, Chicago: Small waters corpo-
Magister dan Desertasi Doktor edisi 2 Sema-
ration.
Babin, B.J., Darden, W.R. and Griffin, M., 1994, rang, penerbit Undip.
Work and/or fun: measuring hedonic and Fiore An Marie and Kim Jihyun, 2007, An
utilitarian value, Journal of Consumer Rese- integrative framework capturing experiental
arch, vol. 20, pp. 644-56. and utilitarian shopping experience, Inter-
Baker, J Grewal, D. and Parasuraman, 1994, The national journal of retailing&Management,
influence of store Environment on quality vol. 35, pp. 421-442.
20 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 8-21

Gay, L.R. and Diehl, P.L., 1999, Research Methods Mehrabian, A. and Russell, J.A., 1974, An approach
For Business and Management, New York, to Environmental Psychology, In Fisher,
Macmillan Publishing company. Feffrey D., Paul A. Bell, and Andrew Baum
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analysis Multivariate 1984 Environmental Psychology, 2nd ed. New
Dengan Program SPSS, Semarang: Badan York: Holt, Rinchart and Winston.
penerbit Universitas Diponegoro. Miller, Delbert C., 1991, Handbook of Research
Gounaris, S. and Stathakopoulos, V., 2004, Ante- Design and social Measurement Fifth edition,
cedents and consequences of brand loyalty an Sage Puplication
Empirical study, Journal of Brand Mana- Monroe, 1991, Measurement of Consumers,
gement, vol. 11, no. 4, pp. 283-306. Perceptions of Product Quality, Brand Name
Hair, Jr., J.F., Anderson, R.E., and Black, W.C., 1999, and Packaging: Candy Bar Comaprisons by
Multivariate data analysis With readings, New Magnitude Estimation, Journal of Marketing
York: Macmillan Publishing Company. research, vol. 3, pp. 38-41.
Hirschman, E.C. and Holbrook, M.B.,1982, Hedonic Mowen, J.C. and M. Minor, 1995, Consumer
Consumtion: Emerging Concept, Journal of behavior. Boston: USA Irwin: Mc Graw Hill.
Marketing, vol. 16, pp, 92-101. Nazir, Moh., 2003, Metode Penelitian, cetakan ketiga,
Hirschman, E.C., 1983, Predictors of self Projection, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fullfilmment, and Escapism Journal of Social Neal, C, Quster P. and Hawkin, D., 2004, Consumer
Psychology, no. 120, p. 63. Behavior: Implications for marketing strategy,
ICSC, shopping centre definitions Basic Configura- North Ryde, NSW: McGraw Hill.
tions of type for the USA International Council Neo, Linda Wee Keng,and Tong Kok Wing, 2005,
of Shopping centre. The 4 RS Asian Shopping Management. New
Jin, B. and Kim, J.O., 2003, A typology of Korean York: McGraw Hill.
discount shoppers: Shopping motives, stores Nguyen Trang. T.M., Nguyen Tho, D, and Barrett, J.
attributes,and outcomes, International journal Nigel, 2007, Hedonic shopping motivations,
of service Industry Management, vol. 14, no. 4, supermarket attributes, and shopper loyalty in
pp. 396-419. transitional markets. Asia pacific Journal of
Kim, Hye sin, 2006, Using Hedonic and utilitarian Marketing, vol. 19, no. 3.
Shopping Motivations to Profile Inner city Oliver, 1997, Satisfaction: A Behavioral Perspective
consumers, Journal of shopping centre rese- on the consumer, New York: Irwin, McGraw-
arch, vol. 13, pp. 58-78. Hill.
Koo, D.M., 2003, Inter- relationships among stores Oliver Richard L.,1999, Whence Consumer Loyalty,
images, stores satisfaction, and store loyalty Journal of Marketing, Vol. 63.
among Korea discount retail patrons, Asia Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson, 2002, Perilaku
Pacific Journal of Marketing and logistics, konsumen dan strategi pemasaran. Jakarta:
vol. 15, no. 4, pp. 42-71. Erlangga.
Kotler Philip, and Keler Kevin, 2006, Marketing Raju, P.S., 1980, Optimum Stimulation Level: Its
Management, 237, 12th edition, USA: Pearson Relationship to personality, Demographics,
Prentice Hall. and Exploratory Behavior, Journal of Con-
Kotler Philip,and Amstrong, 2004, Marketing Mana- sumer Research, vol. 7, no. 3, p. 272.
gement, eleven edition, USA: Pearson Prentice Schifman, L.G., and Kanuk, L.L., 1997, Consumer
Hall. behavior 4th editions, Upper Saddle River,
Kotler Philip, and Amstrong, 2004, Marketing Mana- New Jersey: Prentice Hall.
gement, eleven edition, USA: Pearson Prentice Schifman, L.G. and Kanuk, L.L., 2004, Consumer
Hall. behavior, 6th editions, Upper Saddle River,
Levy Michael. and Weitz Barton, 2004, Retailing New Jersey: Prentice Hall.
Management, fifth edition, New York: Mc Sekaran, Uma, 2003, Research methods for business,
Graw Hill/Irwin. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Lindquist, J.D., 1974-1975, Meaning of imagea Singh Renu, 2006, An empirical investigation into the
survey of empirical and hypothetical evidence effects of shopping motivation on store
Journal of retailing, vol. 50, winter, pp. 29-38. environment value relationship, Desertation,
Loudon, David, L. and Albert J. Dela Bitta, 1993, The Florida state University:USA.
Consumer Behavior, New York: Mc Graw Solomon, M.R., 2002, Consumer behavior: buying,
Hill. having,and being, New Jersey :Prentice Hall,
Malhotra, K., Naresh, 1999, Marketing research an upperSaddle River.
applied orientation, Third Edition, New Jersey: Timo Rintamaki, Kanto Anti, Kusula Hannu, Spence
Prentice Hall International, Inc. Mark, T., 2006 Decomposing the value of
Subagio: Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif 21

departement store shopping into utilitarian, Zeitham, Berry, and Parasuraman, 1996, The beha-
hedonic and social dimensions International vioral Consequences of service Quality New
Journal of retail & distribution Management, York: McGraw Hill Irwin.
vol. 34. Zeitham, Bitner, M.J. Gremler, Dwaine, D. 2006,
Woodruff, R.B., 1997, Customer value the next Services Marketing, Integrating Customer
source for comtetif advantage Journal of the Focus Across the Firm, 4th edition New York:
academy Marketing Science, vol. 25, no. 2, pp. McGraw Hill Irwin.
139-53.

Anda mungkin juga menyukai