Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH FAKTOR EMOTION, HEDONIC PLEASURE,

COGNITIVE DAN AFFECTIVE TERHADAP PEMBELIAN


IMPULSIF DI CHANDRA SUPERSTORE TANJUNG KARANG

Mayko Putra Perkasa


1511011026
BAB 1 : PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Konsumsi merupakan kegiatan memakai atau menghabiskan nilai suatu
barang atau jasa, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Ketika melakukan konsumsi, konsumen akan menentukan apa,
berapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa mengkonsumsi suatu barang
atau jasa. Masing- masing konsumen memiliki perilaku yang berbeda dalam
melakukan konsumsi.
 Bettman (1979) dalam Abednego (2011:127) mengemukakan bahwa
konsumen cenderung melakukan pembelian secara logis. Pembelian
dilakukan secara terencana berdasarkan kebutuhan, sehingga konsumen
melakukan penelaahan informasi produk dahulu berdasarlcan hal- ha1 yang
rasional. Pada model umum Engel dan Blackwell (1993) dalam Widawati
(2011:127) juga menganggap bahwa konsumen sebagai pemikir logis dan
rasional disertai evaluasi kognitif dalam tingkah laku pembelian.
 Konsumen sebagai pemikir logis dan rasional ternyata dapat dipengaruhi
oleh dorongan emosional yang muncul dalam tingkah laku pembelian. Ketika
hal itu terjadi, konsumen tidak mempertimbangkan untung rugi, dasar
pertimbangan rasional baik dalam hal psikologis maupun ekonomis juga
tidak menyertainya. Artinya, perilaku tersebut dilakulcan tanpa dilandasi oleh
lcontrol kesadaran berpikir rasional yang kuat (Widawati, 2011:127).
 Holbrook dan Hirschman (1982) dalam Abednego (2011:127) juga menyatakan ada
saat konsumen melakukan pembelian berdasarkan pengalaman emosional saat
berbelanja. Pembelian dalam proses kegiatan berbelanja menurut Holbrook (1986)
dalam Abednego (2011:127) tidak hanya melibatkan interaksi antara konsumen
dengan barang atau jasa, namun juga melibatkan pengalaman berbelanja. Mowen dan
Minor (2002:10) mengasumsikan konsumen membuat keputusan pembelian produk
untuk sensasi, perasaan, citra dan emosi yang dihasilkan oleh produk sehingga terjadi
suatu pembelian yang cenderung memiliki tingkat rasional yang lemah. Pembelian
tersebut dapat diteliti dari perspektif pengalaman, yang disebut pembelian impulsif.
 Konsumen yang melakukan pembelian impulsif didorong oleh beberapa faktor.
Faktor- faktor eksternal dan internal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
pembelian impulsif. Menurut Erdem dan Darden (1983) dalam Alijan dan Dayo
(2008:16) faktor eksternal yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah daya tarik
fisik toko. Faktor eksternal lebih ditekankan pada tata letak produk, bentuk
bangunan toko dan tampilan fisik lainnya. Sedangkan faktor internal yang
mempengaruhi pembelian impulsif menurut Alijan dan Dayo (2008:14) adalah faktor
emotion, hedonic pleasure, cognitive dan affective.
 Konsumen tidak hanya membeli berdasarkan kebutuhan tapi juga berdasarkan keinginan. Rook (1987:190) menyatakan,
spontanitas di pasar moderen untuk membeli dan mengkonsumsi bersaing dengan keadaan untuk menunda pembelian barang.
Hasil survei telah dilakukan oleh AC Nielsen pada majalah marketing/05/V/- Mei/2007 dalam Yistiani (2012) yang menyatakan
bahwa 85% konsumen ritel moderen di Indonesia cenderung berbelanja secara impulsif. Berbagai studi menunjukkan sekitar
39 % dari pembelian di toko serba ada (toserba) dan 67% dari pembelian di toko sandang pangan adalah tidak direncanakan
(Mowen dan Minor, 2002:11). Penelitian Abrahams (1997) dalam Ghani dan Kamal (2010:155) menemukan bahwa pada
beberapa kategori produk, pembelian impulsif atau tidak terencana mencapai 80% dari total pembelian. Hasil survei yang telah
dilakukan oleh banyak peneliti memberikan hasil bahwa konsumen pada retail moderen lebih banyak melakukan pembelian
secara impulsif. Pemasar telah menyadari perilaku konsumen yang telah bergeser dan menawarkan konsep retailing di pasar
moderen guna memanfaatkan peluang dari perilaku tersebut. Perkembangan usaha retailing terjadi di Lampung, awalnya berdiri
beberapa retail moderen, namun seiring berjalannya waktu retail moderen tumbuh bak cawan di musim penghujan berupa
minimarket maupun pusat belanja moderen lainnya. Kini di pusat ibukota Lampung berdiri Simpur Center, Chandra Teluk
Betung, Chandra Tanjung Karang, Central Plaza Lampung (yang terdiri dari Hypermart dan Matahari), Gelael, Mal Kartini
(terdiri Giant dan Centerpoint). Saat ini sedang dibangun dua mal baru di luar pusat kota/Tanjung Karang, yaitu Mal Boemi
Kedaton di Kecamatan Kedaton, dan Mega Mal di Kecamatan Rajabasa yang sudah mulai beroperasi dengan nama Mal
Lampung, selain itu hampir disetiap sudut jalan besar dapat ditemui retail moderen berskala minimarket yang menawarkan
tempat belanja nyaman dan murah seperti Chamart (Chandra Minimarket), Alfamart dan Indomart. Persaingan pun terjadi
karena penawaran (supply) lebih besar daripada permintaan (demand), perusahaan harus mampu bersaing dan menarik
konsumen berkunjung dan menjadi pelanggan setia. Chandra Superstore Tanjung Karang Bandar Lampung merupakan salah
satu pusat perbelanjaan yang ramai dilcunjungi konsumen. Bangunannya yang luas dan moderen terdiri dari tiga lantai yaitu
supermarket, department store, food court serta sarana hiburan (game station) terletak pada lantai yang terpisah. Chandra
Superstore Tanjung Karang berjenis Conventional Supermarkets atau toko swalayan dalam ruangan lebih luas (Levy dan Weitz,
2004 dalam Alijan dan Dayo, 2008:6) dengan produk yang ditawarkan berupa sayuran, daging, bahan makanan dan lebih banyak
produk dibandingkan minimarket. Sedangkan untuk produk non food seperti produk kecantikan dan kesehatan tersedia dalam
berbagai jenis dan merek. Dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya, konsumen Chandra Superstore Tanjung Karang
seringkali melakukan pembelian- pembelian diluar rencana (pembelian impulsif}.
 Chandra Superstore Tanjung Karang menunjuklcan bahwa 18 dari 20 konsumen tersebut
melakukan pembelian secara impulsif karena sangat menikmati berbelanja dan pembelian
muncul karena mengikuti dorongan keinginan yang kuat. Hal ini memperlihatkan bahwa
pembelian impulsifjuga terjadi pada konsumen Chandra Superstore Tanjung Karang dan
pergeseran perilaku belanja konsumen tersebut harus dimanfaatkan agar pembeli potensial
bisa benar- benar melakukan pembelian dengan memanfaatkan sisi keinginan (wants) konsumen.
Produk yang diteliti di Chandra Superstore Tanjung Karang untuk dibeli secara impulsif adalah
produk- produk convenience atau produk yang biasanya sering dibeli konsumen dengan cepat
dengan upaya yang sangat sedikit (Kotler dan Keller, 2009:6) dan produk tersebut antara lain
makanan, produk lcebersihan dan produk perawatan diri.

 Chandra Superstore Tanjung Karang merupakan salah satu retail moderen yang memberikan
fasilitas lenglcap dengan menawarkan konsep one stop shopping, didalamnya terdapat berbagai
jenis produk dan merek sehingga konsumen bisa mendapatkan produk- produk yang
dibutuhkan hanya dengan datang ke satu tempat saja. Hal ini memberikan pengalaman
berbelanja yang berbeda dan mendorong bergesernya perilaku konsumen sehingga lebih sering
melakukan pembelian tidak terencana atau pembelian impulsif akibat dorongan emotion,
hedonic pleasure, cognitive dan affective. Berdasarlcan latar belakang yang telah diuraikan
tersebut penulis tertarik menulis dengan judul .
 “Pengaruh Faktor Emotion, Hedonic Pleasure, Cognitive dan Affective terhadap
Pembelian Impulsif di Chandra Superstore Tanjung Karang”
Permasalahan
 Perilaku konsumen yang rasional dalam mengkonsumsi
produk bergeser ke perilaku yang emosional (Rook,
1987:191) khususnya di retail moderen. Hasil wawancara
pendahuluan menunjukkan bahwa 18 dari 20 konsumen
Chandra Superstore Tanjung Karang melakukan pembelian
secara impulsif. Hal ini memperlihatkan bahwa perilaku
konsumen yang lebih mengedepankan sisi emosional juga
terjadi di Chandra Superstore Tanjung Karang. Maka
rumusan permasalahannya adalah:
 Apakah faktor emotion, hedonic pleasure, cognitive dan
affective berpengaruh terhadap pembelian impulsif di
Chandra superstore Tanjung Karang
Tujuan Penelitian
 Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di
atas adalah: Untuk mengetahui pengaruh faktor emotion,
hedonic pleasure, cognitive dan affective terhadap pembelian
impulsif di Chandra superstore Tanjung karang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut

 Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi
bagi Chandra superstore Tanjung Karang dalam langkah strategis mengenai
sifat pembelian impulsif konsumen.

 Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya
dan menambah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
pemasaran dan perilaku konsumen.

 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan penulis tentang perilaku
konsumen mengenai faktor emotion, hedonic pleasure, cognitive dan affective
dalam mempengaruhi pembelian impulsif.
Kerangka Pemikiran
 Pembelian impulsif adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara
sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk
sebelum memasuki toko (Mowen dan Minor, 2002:11). Rook memberikan tiga kunci
dalam pembelian impulsif(Verplanken dan Sato, 2011:198). Ketiga kunci tersebut
yaitu tidak terencana, kesulitan mengontrol dan disertai respon emosi. Perilaku
pembelian tidak terencana atau pembelian impulsif didorong oleh faktor- faktor
internal antara lain emotion, hedonic pleasure, cognitive dan affective (Alijan dan Dayo,
2008:14).
Hipotesis Penelitian
 Latar belakang, rumusan permasalahan, dan kerangka
pemikiran mendasari penulis merumuskan suatu hipotesis
yaitu sebagai berikut:
 Faktor emotion, hedonic pleasure, cognitive, dan affective
berpengaruh terhadap pembelian impulsif di Chandra
Superstore Tanjung Karang.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Pemasaran
Kotler dan Keller (2008:6) mendefiniskan manajemen pemasaran sebagai berilcut:
“Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan
yang unggul”
Pemasaran menurut Kotler dan Keller (2008:6) sebagai berikut:
“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain”
Konsep Ritel Moderen
Kotler dan Keller (2009:140) mendefiniskan retafling sebagai berikut:
“Retailing adalah penjualan eceran meliputi kegiatan yang melibatkan kegiatan
penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir, bukan
untuk penggunaan bisnis.” Levy dan Weitz (2004) dalam Paranginangin (2011:7)
menyatakan bahwa: “Retailing is the set of business activities that adds value to
the products and services sold to consumer for their personal or family use.”

Retail moderen kini kian berkembang. Paradigma ritel moderen merupakan


pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan
pendekatan moderen. Konsep pengelolaan usaha ritel lebih ditelcankan dari
sisi pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasaran.
Perilaku Konsumen
 Kotler Keller (2008:214) menyatakan bahwa:
 “Perilaku konsumen adalah studi mengenai konsumen itu sendiri
bagaimana seseorang, kelompok, atau organisasi memilih, membeli,
menggunakan, serta mengatur barang dan jasa atau pengalaman
untuk memuaskan kebutuhan mereka.”
 Kata perilaku diartikan bukan hanya menyangkut kegiatan-kegiatan
yang tampak jelas dan selalu mudah diamati, tetapi merupakan satu
barisan dari proses pengambilan keputusan. Jadi, analisa perilaku
konsumen juga menganalisa proses- proses yang tidak kasat mata
atau yang sulit diamati yang selalu menyertai setiap pembelian.
 Mowen dan Minor (2001:6) menyatakan bahwa:
 “Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah studi tentang unit
pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi, dan pembuangan (disposition) baraug dan jasa,
pengalaman, serta ide-ide.”
Keputusan Pembelian
 Melakukan pembelian bukan merupakan ha1 yang baru karena sudah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan masing-masing individu memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam
ha1 pembelian. Setiap orang yang melakukan pembelian dihadapkan pada suatu pilihan untuk
menentukan pengambilan keputusan pembelian.
 Keputusan pembelian biasanya dibuat melalui suatu proses dari pengenalan kebutuhan hingga
evaluasi setelah pembelian. Sebelum melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen
selalu merencanakan terlebih dahulu tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, anggaran,
tempat pembelian, dan lain sebagainya.
 Proses yang dilalui konsumen memutuskan melakukan pembelian atau tidak dapat terlihat dari
diagram dibawah ini.
Pembelian Impulsif
Pengertian Pembelian Impulsif

Pemahaman tentang konsep pembelian impulsif(impulsive buying) dan pembelian tidak


direncanakan (unplanned buying) oleh beberapa peneliti tidak dibedakan, tetapi
memberikan perhatian penting kepada periset pelanggan harus mengfokuskan pada
interaksi antara point-of-sale dengan pembeli yang sering diabaikan (Philipps dan
Bradshow, 1993; Bayley dan Nancarrow, 1998 dalam Semuel : 2005, 104).
Engel dan Blacwell (1982) dalam Semuel (2006:105) menyatakan: “Pembelian impulsif
adalah suatu tindalcan pembelian yang dibuat tanpa
direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilalcukan pada saat berada
didalam toko.”
Tipe Pembelian Impulsif
Ada empat tipe pembelian impulsif konsumen menurut Stren (1962) dalam Li (1995:12) yaitu sebagai
berikut :

Impuls murni inure impulse)


Impuls murni disebabkan oleh suatu pola pembelian yang menyimpang diluar kebiasaan pembelian
normal. Kebutuhan kategori produk timbul dibawah alam sadar, tidak ada informasi yang dicari dan
tidak ada pertimbangan merek lain. Pembelian dilakukan secara cepat dan mengarah pada merek
tertentu.
Impuls Pengingat (reminder impulse)
Ketika konsumen membeli karena mengingat pengalaman terdahulu. Hal ini dikarenakan unit
tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi untuk diantisipasi atau tercatat dalam
daftar belanja.
Impuls Saran (suggestion impulse)
Ketika konsumen pertama kali melihat suatu produk akan menstimulasi lceinginan untuk
mencobanya
Impuls Terencana planned impulse)
Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respons konsumen terhadap beberapa
insentif special untuk membeli unit yang tidak diantisipasi, biasanya distimulasi oleh pengumuman
penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya.
Faktor — FaktorYang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
 Emotion
 Hedonic pleasure
 Cognitive
 Affective
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
 Penelitian ini merupakan Exploratory research dan Descriptive research.
Exploratory research bertujuan memberi pemahaman dan pengertian
kepada peneliti terhadap apa yang diteliti (Rangkuti, 2003:16). Descriptive
Research bertujuan menguji hipotesis penelitian dan menjelaskan hubungan
antara variabel yang diteliti (Malhotra, 2007 dalam Peranginangin: 2011, 51)
yang terdiri atas emotion, pleasure hedonic, cognitive dan affective dalam
pengaruhnya terhadap pembelian impulsif di Chandra Superstore Tanjung
Karang.
Sumber Data
Berdasarkan sumbemya, jenis data yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari konsumen melalui wawancara dan pengamatan
langsung dari sumber yang diteliti. Data primer berasal dari kuisioner yang disebarkan
kepada konsumen berisi pertanyaan terkait penelitian yang dilakukan yaitu mengenai
bagaimana sikap dan persepsi mereka terhadap Perbankan Syariah yang di dasari oleh
aspek Kognitif, Afektif dan Konatif nya.

2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti literatur, artikel dari surat
kabar, tulisan ilmiah, keterangan-keterangan atau publikasi dari internet yang dapat
memberikan infomasi pendukung bagi penelitian.
Populasi dan Sampel
 Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada
waktu yang tertentu pula. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen atau
pengunjung yang telah atau pernah melalcukan pembelian secara impulsif(pembeli
impulsif) di Chandra Superstore Tanjung Karang. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi,
namun bukan populasi itu sendiri dan merupakan perwakilan dari populasi yang
hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Sampel dalam penelitian ini adalah
konsumen atau pengunjung yang telah/pernah melakukan pembelian secara impulsif di
Chandra Superstore Tanjung Karang, minimal 1 kali (dalam 1 tahun kebelakang sebelum
penelitian ini berlangsung).
Metode Penentuan Sampel
Survey sample adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 2005:272).
Untuk penelitian ini akan digunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling. Merupakan
cara pengambilan sampel secara tidak acak dimana masing-masing anggota tidak memiliki peluang
yang sama untuk terpilih anggota sampel, ada intervensi tertentu dari peneliti dan biasa peneliti
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan pemilihan anggota sampel
yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti karena karakteristik populasi
tidak dapat diketahui dengan pasti dan konsumen diperkirakan homogen (Nazir, 2005:276). Maka
besar sampel yang digunakan menurut Rao Purba (2006) dalam Kharis (2011 : 50) menggunakan
rumus berikut:
n = z2
4 (Moe)2
Keterangan : n = Ukuran sampel
Z = 1,96 score pada tingkat signifikansi tertentu (95%) Moe = Tingkat kesalahan maksimum adalah
10%
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
n= (1,96)2 = 96,04 = 97 atau dibulatkan 100.
4 (10%)2
Maka sampel penelitian adalah 100 konsumen yang merupakan Konsumen produk perbankan
apapun..
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat dibutuhkan, karena data yang diperoleh akan menjadi sumber
pengolahan. Data yang tepat dan akurat akan mendukung penelitian yang baik. Metode
dalam pengumpulan data antara lain :

• Studi Pustaka
Studi ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan mempelajari textbook yang
berkaitan seperti Consumer behavior and Marketing Strategi, dan. Informasi lainnya didapat
dari data-data dan informasi dalam bentuk jumal. Peneliti juga mencari tambahan
informasi dengan bantuan media informasi internet.

• Kuisioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pemyatan tertulis kepada responden untuk
dijawab, dalam penelitian ini responden mengisi kuisioner dengan memberikan skor.

• Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan- pertanyaan yang diajukan langsung kepada
responden untuk dijawab, dalam penelitian ini wawancara bersifat terstruktur artinya
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan yang tertera dalam angket.
Deskripsi Operasional Variabel
Alat dan Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengukurannya, pengisian kuesioner tentang pengaruh faktor kognitif,
afektif dan konatif terhadap sikap dan persepsi pada perbankan syariah diukur
dengan berbagai skala. Skala nominal merupakan skala yang paling lemah dari
semua skala pengukuran yang ada. Skala ini membedakan suatu peristiwa
dengan peristiwa yang lain berdasarkan nama, Skala ordinal pengukuran
didasarkan pada jumlah relatif beberapa karakteristik khusus yang dimiliki oleh
setiap peristiwa. Oleh karena itu, pengukuran skala ordinal memungkinkan
penyusunan peringkat dari masingmasing peristiwa yang terjadi, Skala Interval
adalah skala suatu variabel selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga
diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dan kategori yang
lain dalam satu variable, (Steven, 1946). Variabel dihitung dengan memberikan
skor pada masing- masingjawaban. Pemberian skor ditentukan dengan
menggunakan skala interval seperti tabel berikut
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas merupakan kesesuaian data dengan masalah yang ingin dipecahkan. Menunjukkan
tentang sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil dan
konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur (Nazir, 2005:394).
Item yang mempunyai korelasi yang positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang
tinggi menunjukan item tersebut mempunyi validitas yang tinggi pula (Masrun ;
Sugiyono, 2009 dalam Pangabdi : 2011, 50). Pada penelitian ini, uji validitas
menggunakan metode analisis faktor apabila hasil model analisis faktor menunjukan
signifikansi dibawah 0,05 dan Kaiser• Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy
(MSA) minimal 0,5 dinyatakan valid (Priyatno, 2012:110).

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Uji
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasamya menunjukan
tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan
gejala tertentu dari sekelompok individual, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda
(Pangabdi: 2011, 55). Uji reliabilitas menggunakan koefisien Croanbach 's Alpa >0,6
(Nunnally,1967; Ghozali, 2001 dalam kharis, 2011:54). Pengujian reliabilitas dilakukan dalam
tahapan yaitu dengan membandingkan nilai pada Croanbach 's Alpa dengan nilai pada Croanbach 's
Alpa if item deleted. Apabila ada pemyataan yang memiliki nilai Croanbach 's Alpa if item deleted
lebih besar dari pada Croanbach 's Alpa maka pemyataan tersebut tidak reliabel dan hams
dilakukan pengujian selanjutnya sehingga tidak ada pemyataan yang memiliki nilai Croanbach 's
Alpa if item deleted yang lebih besar dari Croanbach 's Alpa
3.9 Uji asumsi klasik
 Dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi linier berganda. Sebelum model
regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk
mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan tiga uji asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedatisitas.
3.10 Teknik Analisis Data
1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik. Setelah uji validitas dan
reliabilitas maka teknik analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linier berganda. Alat uji regresi linier berganda
dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dapat
digunakan rumus sebagai berikut:

Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e1

Keterangan :
2. Analisis Kualitatif
Y= Pembelian Impulsif
a = parameter konstanta Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk
b = koefisien regresi menggambarkan ciri-ciri konsumen dan variabel
e1 = Error
penelitian (Pangabdi, 2011:59) sifatnya tidak dapat
X1 =Emotion dihitung berupa informasi atau penjelasan yang
didasarkan pada pendekatan teoritis dan penilaian
X2 =Hedonic Pleasure logis. Analisis kualitatif menganalisis permasalahan
dan mencari jalan pemecahan masalah dengan
X3 = Cognitive menggunakan data yang terkumpul dari hasil
kuesioner yang dihubungkan dengan teori
X4 =Affective
pemasaran atau pendekatan yang berkaitan dengan
pembelian impulsif.
3.11 Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini, maka uji hipotesis ditentukan
dengan menggunakan Uji F. Pengujian ini dilakukan dengan menentukan signifikansi
pengaruh-pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data dengan
membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan.

2. Uji t
Untuk memperoleh pengaruh variabel independen (X) terhadap variable dependen (Y)
digunakan uji t . Dengan pengujian hipotesis :
HO : b = 0 (tidak ada hubungan linier)
HI : b ≠ 0 (ada hubungan linier)
Taraf keberartian (α): 0,05
Daerah kritis: t hitung > t tabel dan t hitung < -t tabel
3. Uji Koefisien Determinasi disesuaikan
(Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
0 dan 1. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam
menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas (Ghozali, 2005 dalam Kharis,
2011:59). Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independent memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi R adalah bias terhadap


jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu
variabel independen, maka R pasti meningkat tidak peduli apakah variable tersebut
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu peneliti
menggunakan nilai adjusted R agar tidak terjadi bias dalam mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, karena adjusted R
nilainya akan berubah hanya jika variabel yang ditambahkan memiliki pengaruh terhadap
variabel depedent

Anda mungkin juga menyukai