Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH HEDONIC SHOPPING MOTIVATIONS

TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR


(Penelitian Pada Yogya dan Ramayana Department Store Garut)
Lina Mardiati & Tinneke Hermina
Fakultas Ekonomi ~ Universitas Garut
Jl. Raya Samarang No. 52 A, Garut

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh Hedonic Shopping
Motivations terhadap Impulse Buying Behavior masyarakat Garut (penelitian pada
Yogya dan Ramayana Department Store Garut). Peneliti menggunakan metode
Deskriptif Analisis, teknik analisis data dengan menggunakan Analisis Regresi
Sederhana. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen Yogya dan Ramayana
Department Store Garut. Sampel yang diambil yaitu sebanyak 74 responden, yang
dibagi lagi menjadi dua melalui teknik dispropotional sampling. Sehingga jumlah
sampel untuk masing-masing department store adalah sebanyak 37 responden.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa antara hedonic shopping motivations
terhadap impulse buying behavior mempunyai hubungan positif. Uji pengaruh yaitu
dengan menggunakan analisis uji korelasi diperoleh hubungan sebesar 0,591 yang
artinya tingkat hubungan antara kedua variabel sedang. Berdasarkan koefesien
determinasi yang ditunjukkan dengan nilai R square 0,35 artinya besar pengaruh
hedonic shopping motivations terhadap impulse buying behavior sebesar 35%
sisanya sebanyak 65% dipengaruhi oleh variabel lain diluar hedonic shopping
motivations. Untuk uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa H0 ditolak, mengandung arti
bahwa H1 diterima, sehingga variabel hedonic shopping motivations berpengaruh
secara signifikan terhadap impulse buying behavior pada Yogya dan Ramayana
Department Store Garut.

Kata Kunci: Hedonic Shopping Motivations, Impulse Buying Behavior, Retail Store

1
Pendahuluan
Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan
yang beroperasi di Indonesia. Globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan
Indonesia serta membuka kesempatan kerja bagi sekian banyak orang, dan di sisi
lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang makin ketat baik antar
perusahaan domestik maupun perusahaan asing.
Bisnis ritel modern menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat
perbelanjaan di kota-kota besar (Ramdhani, Alamanda, Sudrajat, 2012). Department
store merupakan salah satu format ritel di Indonesia yang memiliki perkembangan
pesat di berbagai wilayah. Pesatnya perkembangan ritel modern termasuk
Department Store diiringi juga oleh perkembangan dunia fashion dan gaya hidup
konsumtif.
Strategi yang paling penting yang harus dilakukan oleh pemasar untuk menghadapi
persaingan tersebut adalah dengan memiliki pengetahuan tentang perilaku belanja
konsumen yang menjadi pasar sasaran di toko ritel modern, karena pengetahuan
tentang perilaku konsumen merupakan kunci dalam memenangkan persaingan di
pasar (Ramdhani et al, 2012). Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko ritel
modern yaitu adanya perilaku pembelian yang tidak direncanakan atau perilaku
impulse buying. Menurut Silvera et al. (dalam Yistiani et al, 2012:3) pembelian
impulsif adalah kesenangan yang didorong oleh pencapaian tujuan yang bersifat
hedonik. Pembelian impulsif inilah yang diharapkan mampu meningkatkan omset
para pengusaha ritel modern untuk memperoleh keuntungan maksimal sebagai tujuan
utama suatu perusahaan.
Untuk menstimulasi pengunjung menjadi seorang konsumen impulse buying
diperlukan suatu motivasi yang menciptakan keinginan berbelanja yang begitu kuat,
tiba-tiba, menarik bagi dirinya. Hal itu diwujudkan oleh para peritel dengan cara
menciptakan suasana belanja hedonis (motivasi belanja hedonis). Hedonic shopping
menurut Semuel (dalam Fitriani, 2010) mencerminkan instrumen yang menyajikan
secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan pembelanjaan,
seperti kesenangan dan hal-hal baru. Konsumsi hedonis meliputi aspek tingkah laku
yang berhubungan dengan multi indrawi (memanfaatkan seluruh fungsi indra tubuh
manusia), fantasi dan konsumsi emosional yang dikendalikan oleh manfaat seperti
kesenangan dalam menggunakan produk dan pendekatan estetis (Hirschman dan
Holbrook dalam Fitriani, 2010).
Seiring perkembangan kabupaten Garut telah berdiri tempat-tempat perbelanjaan
baik ritel tradisional maupun modern. Berikut beberapa ritel modern yang terdapat
di kabupaten Garut disertai jumlah perkembangannya dari tahun 2010 hingga tahun
2013.

Tabel 1
Rekapitulasi Jumlah Ritel Modern di Garut
Jumlah
2010 2011 2012 2013
Yogya Department Store
1
1
1
1
Ramayana Department Store
1
1
1
Yoma Department Store
1
1
1
1
Asia Department Store
1
1
1
1
Alfamart
45
57
76
97
Indomaret
22
25
27
48
Yomart
13
14
14
14
Aladin Toserba
1
1
1
SB Mart
2
2
2
Tomo Mart
1
1
1
1
Nama Ritel Modern

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Izin Terpadu


Kabupaten Garut, 2014
Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh orang konsumen (lampiran) diperoleh
beberapa persepsi. Untuk semi mall seperti Ramayana, kualitas produk fashion nya
masih dirasa kurang, model fashionnya kurang bervariatif, harga produk setelah
diskon pun masih dirasa mahal, selain itu dengan adanya tempat hiburan serta
foodcourt menjadikan pengunjung lebih menikmati suasana toko daripada
melakukan transaksi belanja. Sedangkan untuk Yogya Department Store Garut,
lokasinya kurang strategis untuk dilalui oleh kendaraan umum, tata letak produk
fashion nya pun masih berhimpitan satu sama lain, kurang tersedianya fasilitas
escalator sehingga konsumen juga harus naik tangga hingga ke lantai paling atas
untuk mencari beberapa produk fashion pria ataupun anak-anak, begitu pula dengan
fasilitas bermain dan foodcourt nya yang berada di lantai paling atas sehingga
pengunjung lebih cenderung untuk melakukan utilitarian buying daripada impulse
buying.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh dari hedonic shopping motivations terhadap impulse buying behavior
(penelitian pada Yogya dan Ramayana Department Store Garut).
2.

Tinjauan Pustaka

2.1
Hedonic Shopping Motivations (Motivasi Belanja Hedonis)
Alasan dikembangkannya motivasi belanja adalah bahwa dalam aktivitas belanja
seseorang termotivasi oleh berbagai kebutuhan psikologis disamping juga faktor dari
nilai guna suatu produk.
Motivasi hedonis (Utami, 2010:47) adalah motivasi konsumen untuk berbelanja
karena berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga tidak
memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli.

Menurut Arnold dan Reynold (dalam Utami, 2010:49) motivasi hedonic shopping
terdiri dari enam dimensi utama, yaitu:
1. Adventure Shopping.
Yaitu kegiatan belanja merupakan sebuah petualangan, dapat membangkitkan
semangat, dan dengan berbelanja mereka merasa memiliki dunianya sendiri.
2 Gratification Shopping.
Yaitu kegiatan belanja merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi stres,
untuk mengobati suasana hati yang tidak enak, serta sebagai sarana untuk
melupakan problem dan kepenatan.
3. Role Shopping.
Kategori role shopping adalah dimana banyak konsumen lebih suka berbelanja
untuk orang lain daripada untuk dirinya sendiri, seperti: memberi hadiah pada
orang lain.
4. Value Shopping.
Kategori value shopping adalah berbelanja yang dilakukan pada saat konsumen
mencari tempat perbelanjaan yang menawarkan diskon ataupun obralan.
5. Social Shopping.
Dimana sebagian besar konsumen beranggapan bahwa kenikmatan berbelanja
akan tercipta ketika mereka menghabiskan waktu bersama-sama dengan
keluarga atau teman, sebagai suatu kegiatan sosialisasi, berbelanja bersamasama dengan keluarga ataupun teman, mereka mendapat banyak informasi
mengenai produk yang akan dibeli.
6. Idea Shopping.
Kategori idea shopping adalah dimana konsumen berbelanja untuk mengikuti
tren model fesyen terbaru, dan untuk melihat produk serta inovasi yang baru.
2.2
Impulse Buying Behavior (Perilaku Pembelian Impulsif)
Mayoritas pembelian di pasar swalayan dilakukan dengan cara impulse buying,
khususnya bila pemaparan sebelumnya terhadap iklan telah membangun semacam
pengenalan terhadap mereka (Engel,et al, dalam Fitriani, 2010).
Impulse Buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak
diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang
terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen dan Minor dalam Rachmawati, 2009).
Adapun tipe-tipe dari pembelian tidak terencana menurut Stern (dalam Kharis,
35:2011), sebagai berikut:
1.
Pure Impulse (pembelian impulsif murni).
Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat
dinyatakan sebagai novelty/escape buying.
2.
Suggestion Impulse (pembelian impulsif karena sugesti).
Pada pembelian tipe ini, konsumen tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
terlebih dahulu tentang produk baru, konsumen melihat produk tersebut untuk
pertama kali dan memvisualkan sebuah kebutuhan untuk benda tersebut.
3.
Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa lampau).
Dimana pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di
rumah perlu ditambah atau telah habis.

4.

Planned Impulse (pembelian impulsif yang terjadi apabila kondisi penjualan


tertentu diberikan).
Tipe pembelian ini terjadi setelah melihat dan mengetahui kondisi penjualan.
Misalnya penjualan produk tertentu dengan harga khusus, pemberian kupon
dan lain-lain.

Menurut penelitian Engel, et.al., (dalam Rachmawati, 2009) pembelian berdasarkan


impulse mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik, yaitu:
1.
Spontanitas, yaitu pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen
untuk membeli sekarang, sering sebagai respon terhadap stimuli visual yang
langsung di tempat jualan.
2.
Kekuatan, kompulsi, dan intensitas, yaitu mungkin ada motivasi untuk
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.
3.
Kegairahan dan stimuli, yaitu desakan mendadak untuk membeli sering disertai
dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan, menggetarkan, atau
liar.
4.
Ketidakpedulian akan akibat, yaitu desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
3.
Metode Penelitian
3.1
Metode yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif, dimana menurut Sugiyono (2012:7) metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik. Metode ini adalah metode ilmiah (scientific) karena di dalamnya terdapat
kaidah-kaidah ilmiah.
Dilihat dari bentuk penelitiannya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun, dan mengolah
data serta menganalisis data yang diperoleh.
3.2
Hipotesis dan Operasionalisasi Variabel
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat
pengaruh yang positif antara hedonic shopping motivations terhadap impulse buying
behavior.
3.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen (pengunjung) pada Yogya
Department Store Garut dan Ramayana Department Store Garut. Teknik
pengambilan sampel menggunakan probability sampling. Alternatif formula yang
digunakan adalah menentukan sampel pada populasi yang sulit untuk diketahui
(unidentified) (Supramono dan Haryanto, dalam Fitriani, 2010). Hasil yang diperoleh
adalah sebanyak 74 sampel. Dan dari jumlah sampel yang telah ditentukan di atas,
tiap department store masing-masing mendapat perbandingan yang sama yaitu
sebanyak 34 sampel (dispropotional sampling).

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukuran dengan menggunakan skala


lima alternatif pilihan (Likert), dimana responden diminta untuk memberikan respon
terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Selanjutnya, hasil pengumpulan
data dilakukan validasi instrumen penelitian untuk verifikasi data yang diperoleh
(Ramdhani & Ramdhani, 2014)
3.4
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap pengaruh
antara variabel penelitian ini adalah teknik regresi sederhana dengan menggunakan
persamaan regresi sebagai berikut:
= +
Sedangkan untuk seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam
menjelaskan varians dari variabel terikatnya dengan menggunakan koefisien
determinasi.
4.

Hasil dan Pembahasan

4.1

Yogya Department Store Garut

Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service


Solution) versi 21 , hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah Y= 4,045+0,419X
adalah setiap perubahan penambahan 1 poin skor hedonic shopping motivations akan
mempengaruhi penambahan sebesar 0,419 poin skor impulse buying behavior.
Koefisien korelasi sebesar 0,642 yang berarti bahwa hubungan hedonic shopping
motivations dan impulse buying behavior kuat. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara hedonic shopping motivations dengan impulse buying
behavior, semakin naik hedonic shopping motivations maka semakin naik impulse
buying behavior.
Hasil perhitungan determinasi varian (R Square) sebesar 0,412 atau sama dengan
41,2% dan sisanya 58,8% dipengaruhi oleh variabel lain seperti: atmosfer toko,
pelayanan toko, life style (gaya hidup), image toko, fasilitas toko.
Diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 maka lebih kecil dari nilai (0,000 < 0,05).
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa hedonic shopping
motivations pada Yogya Department Store Garut berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying behavior.
4.2
Ramayana Department Store Garut
Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 21 , hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah Y= 4,045+0,419X
adalah setiap perubahan penambahan 1 poin skor hedonic shopping motivations akan
mempengaruhi penambahan sebesar 0,419 poin skor impulse buying behavior.

Koefisien korelasi sebesar 0,642 yang berarti bahwa hubungan hedonic shopping
motivations dan impulse buying behavior kuat. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara hedonic shopping motivations dengan impulse buying
behavior, semakin naik hedonic shopping motivations maka semakin naik impulse
buying behavior.
Hasil perhitungan determinasi varian (R Square) sebesar 0,412 atau sama dengan
41,2% dan sisanya 58,8% dipengaruhi oleh variabel lain seperti: atmosfer toko,
pelayanan toko, life style (gaya hidup), image toko, fasilitas toko.
Diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 maka lebih kecil dari nilai (0,000 < 0,05).
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa hedonic shopping
motivations pada Yogya Department Store Garut berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying behavior.
4.3

Yogya dan Ramayana Department Store Garut

Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service


Solution) versi 21 , hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah Y= 4,045+0,419X
adalah setiap perubahan penambahan 1 poin skor hedonic shopping motivations akan
mempengaruhi penambahan sebesar 0,419 poin skor impulse buying behavior.
Koefisien korelasi sebesar 0,642 yang berarti bahwa hubungan hedonic shopping
motivations dan impulse buying behavior kuat. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara hedonic shopping motivations dengan impulse buying
behavior, semakin naik hedonic shopping motivations maka semakin naik impulse
buying behavior.
Hasil perhitungan determinasi varian (R Square) sebesar 0,412 atau sama dengan
41,2% dan sisanya 58,8% dipengaruhi oleh variabel lain seperti: atmosfer toko,
pelayanan toko, life style (gaya hidup), image toko, fasilitas toko.
Diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 maka lebih kecil dari nilai (0,000 < 0,05).
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa hedonic shopping
motivations pada Yogya Department Store Garut berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying behavior.
5.

Simpulan

Hedonic Shopping Motivations dilihat dari enam dimensi yaitu: Adventure Shopping,
Gratification Shopping, Role Shopping, Value Shopping, Social Shopping, dan Idea
Shopping. Untuk ke enam dimensi di atas, Yogya dan Ramayana Department Store
Garut memiliki kategori baik. Dengan penilaian tertinggi pada beberapa indikator
antara lain: berbelanja merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan, berbelanja
adalah salah satu alternatif mengatasi stres, dan mencari tempat belanja dengan harga
yang murah dengan skor sebesar 3,8. Sedangkan nilai terendah terdapat pada

indikator suka berbelanja untuk orang lain agar pribadi dan orang lain merasa senang
dengan skor sebesar 3,0.
Impulse Buying Behavior dilihat dari empat dimensi yaitu: Spontanitas, Kekuatan,
kompulsi dan intensitas, Kegairahan dan stimuli, serta Ketidakpedulian akan akibat.
Untuk ke empat dimensi di atas, Yogya dan Ramayana Department Store Garut
memiliki kategori cukup. Dengan penilaian tertinggi pada indikator timbulnya
dorongan untuk segera membeli produk fashion yang menarik dengan skor sebesar
3,6. Sedangkan nilai terendah pada indikator mengabaikan dampak negatif setelah
pembelian fashion dengan skor sebesar 2,7.
Hedonic shopping motivations berpengaruh secara positif signifikan terhadap
impulse buying behavior pada Yogya dan Ramayana Department Store Garut. Yogya
dan Ramayana Department Store Garut memperlihatkan nilai koefisien determinasi
sebesar 0,35 atau 35%. Dengan demikian dapat diartikan terdapat pengaruh yang
signifikan antara hedonic shopping motivations terhadap impulse buying behavior
konsumen sehingga jika hedonic shopping motivations baik maka akan semakin
tinggi impulse buying behavior konsumen. Untuk mengetahui pengaruh diluar
variabel penelitian menggunakan rumus 100%-D = 100%-35%= 65% artinya impulse
buying behavior konsumen dipengaruhi oleh variabel lain seperti atmosfer toko,
pelayanan toko, life style (gaya hidup), image toko, fasilitas toko yang tidak diteliti
oleh penulis. Dari persamaan Y= 3,819+0,422X dapat diketahui bahwa koefisien
regresi bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara hedonic shopping
motivations dengan impulse buying behavior, semakin naik hedonic shopping
motivations maka semakin naik impulse buying behavior. Hasil perhitungan statistik
menunjukkan bahwa P-Value = 0,000 dan = 0,05 dengan demikian P-Value <
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa hedonic shopping motivations
pada Yogya dan Ramayana Department Store Garut berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying behavior. Sedangkan nilai korelasi sebesar 0,591 artinya
menurut Sugiyono (2013) bahwa hubungan yang terjadi antara kedua variabel sedang
karena berada pada interval 0,40-0,599.
6.
Saran dan Rekomendasi Lanjutan
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian yang merupakan kelemahan/kekurangan
di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Variabel hedonic shopping motivations:
Untuk Yogya dan Ramayana Department Store Garut, dikarenakan penilaian
terendah pada pernyataan saya suka berbelanja untuk orang lain agar saya dan
mereka merasa senang, maka agar hedonic shopping motivations menjadi lebih
baik, pihak manajemen Yogya dan Ramayana Department Store Garut harus
berusaha untuk:
Menciptakan suasana belanja yang lebih nyaman dan inovatif yaitu dengan
berusaha menciptakan tata ruang agar terlihat lebih luas karena ruangan di
Yogya Department Store Garut masih dirasa sempit jarak antara fashion
counternya, lingkungan toko yang lebih terjaga kebersihannya, mengatur

2.

display barang dengan lebih menarik dan eye catching agar memotivasi
konsumen untuk berbelanja.
Meningkatkan pelayanan yang baik dan ramah kepada konsumen sehingga
berbelanja akan dirasa lebih menyenangkan. Dengan berusaha memenuhi
kebutuhan konsumen, membantu memilihkan (saran) produk fashion yang
sesuai dengan konsumen, serta tetap tersenyum ramah dan tidak
membiarkan konsumen menunggu terlalu lama.
Untuk Yogya Department Store Garut diharapkan agar dapat meningkatkan
fasilitas berbelanja seperti escalator yang dirasa masih kurang sebagai akses
menuju lantai tiga dan empat. Serta kekurangan lainnya adalah letak
foodcourt di lantai empat yang dirasa terlalu jauh apalagi dengan kurangnya
fasilitas escalator tersebut. Dan hal yang dirasa masih kurang adalah kurang
luasnya tempat parkir kendaraan yang tersedia.
Menyediakan barang-barang yang lebih menarik dan berkualitas bagi kedua
Department Store bagi konsumennya agar betah berlama-lama di toko baik
sendiri atau bersama-sama kerabat yang pada akhirnya diharapkan mampu
memunculkan suatu dorongan dari diri konsumen untuk membeli barangbarang yang menarik tersebut untuk diri pribadi dan juga kerabatnya.
Variabel impulse buying behavior:
Untuk Yogya dan Ramayana Department Store Garut, dikarenakan penilaian
terendah pada pernyataan saya mengabaikan dampak negatif setelah
pembelian fashion (misalnya kehabisan uang), maka agar impulse buying
behavior menjadi lebih baik, pihak manajemen Yogya dan Ramayana
Department Store Garut harus berusaha untuk:
Lebih meningkatkan program diskon bagi produk fashion mereka sehingga
harga dapat bersaing dengan toko-toko lainnya. Bagi Ramayana Department
Store Garut, harga produk fashion setelah diskon masih dirasa mahal, yaitu
sama dengan harga normal di toko lainnya.
Melengkapi dan senantiasa up to date dengan perkembangan dunia fashion
serta produk fashion apa yang banyak dicari oleh para konsumen yang
selektif dan dinamis. Bagi Ramayana Department Store Garut diharapkan
lebih meningkatkan kualitas produk (pakaian) nya lebih baik lagi agar
konsumen tidak merasa produk fashion yang terdapat di toko tidak sama
dengan produk yang terdapat di ritel tradisional. Sedangkan bagi Yogya
Department Store Garut diharapkan lebih meningkatkan model fashion nya
lagi agar lebih bervariatif bagi konsumen untuk memilih.

Penulis menyarankan beberapa saran bahwa penelitian sebaiknya melibatkan faktorfaktor lain yang mempengaruhi impulse buying behavior antara lain, gaya hidup,
image toko, atmosfer toko, pelayanan toko sehingga diharapkan agar konsumen yang
berkunjung bersedia membelanjakan uang mereka agar keuntungan maksimal pihak
manajemen Department Store dapat tercapai.

REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Cetakan Kelima Belas, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Andres, Budi. dan Andy Susilo Lukito. (2012). Kontribusi Faktor Hedonis
Terhadap Kepuasan Konsumen Untuk Mengembangkan Usaha yang
Keberlanjutan, Pekan Ilmiah Dosen FEB-UKSW, h 45-55.
Abednego, Felicia. (2011). Analisis Pengaruh Atmosfer Gerai Terhadap
Penciptaan Emosi (Arousal dan Pleasure), Perilaku Belanja (Motivasi
Belanja Hedonik dan Belanja Utilitarian, dan Terhadap Pendekatan
Perilaku, Fokus Ekonomi (FE), h 125-139.
Adisaputro, Gunawan. (2010). Manajemen Pemasaran Analisis Untuk
Perancangan Strategi Pemasaran, Cetakan Pertama, Penerbit sekolah
Tinggi ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Bong, Soeseno. (2011). Pengaruh In- Store Stimuli Terhadap Impulse Buying
Behavior Konsumen Hypermarket di Jakarta, Ultima Management Vol. 3,
No. 1, Desember, 2011, h 31-52, Fakultas Ekonomi Manajamen, Universitas
Multimedia Nusantara, Tangerang.
Cannon, J. Perreault et al. (2008). Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial
Global (Basic Marketing A Global- Managerial Approach), Buku 1, Edisi
6, 2008, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Fitriani, Evi. (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Masyarakat Pada Kantor Bersama Samsat Garut, Fakultas Ekonomi
Universitas Garut, Garut.
Fitriani, Rahma. (2010). Studi Tentang Impulse Buying Pada Hypermarket di
Kota Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 20, Edisi 6, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
Japarianto, Edwin. (2010). Analisis Faktor Type Hedonic Shopping Moivation
dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya, Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 12, No.1, Maret, 2010, h 76-85.

Kharis, Ismu Fadli. (2011). Studi Mengenai Impulse Buying Dalam Penjualan
Online (Studi Kasus di Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang,
Semarang.
Kotler, Philip et al. (2005). Principles of Marketing, Fourth Edition, Pearson
Prentice Hall, England.
Kotler, Philip. dan Gary Armstrong. (2008). Principles of Marketing, Twelfth
Edition, Pearson dAPrentice Hall, England.
Laksana, Fajar. (2008). Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis, Cetakan
Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mulyana, Asep. (2009). Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Minat Beli
Konsumen Pada Sudirman Futsal Center Garut, Fakultas Ekonomi
Universitas Garut, Garut.
Nazir, Mohammad. (2003). Metodologi Penelitian, Cetakan V, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Prasetijo, Ristiyanti. dan John J.O.I.Ihalauw. (2005). Perilaku Konsumen, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Rambe, Atika. (2010). Hubungan Efektivitas Teknologi Sistem Informasi
Akuntansi terhadap Kinerja Individual pada Karyawan Induk Koperasi
Unit Desa, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta.
Ramdhani, A., Alamanda D., Amin, S.A. (2010). The Importance of Retail Service
Quality and Store Image in Creating Customer Loyalty. Global Management
Conference Bali, Indonesia, pp. 161-165.
Ramdhani, A., Alamanda D., Sudrajat, H. (2012). Analysis of Consumer Attitude
Using Fishbein Multi-Attributes Approach. International Journal of Basic
and Applied Science, 1(1), pp. 1-7.
Ramdhani, A., Ramdhani, M. A., & Amin, S.A. (2014). Writing a Literature Review
Research Paper: A step-by-step approach. International Journal of Basic and
Applied Science, 1(3): 47-56.
Ramdhani, M. A., & Ramdhani, A. (2014). Verification of Research Logical
Framework Based on Literature Review. International Journal of Basic and
Applied Science, 2 (3): 1-9.

Rachmawati, Veronika. (2009). Hubungan Antara Hedonic Shopping Value,


Positive Emotion, Dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel,
Jurnal Majalah Ekonomi, Agustus 2009, h 192-208.
Ridwan, Andy Mochammad. (2012). Pengaruh bauran Pemasaran Terhadap
Minat Beli Konsumen Ramayana Fitness, Fakultas Ekonomi Universitas
Garut, Garut.
Robbins, Stephen .P. dan Mary Coulter. (2012). Management, Eleventh Edition,
Pearson Prentice Hall, England.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian, Cetakan 22, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Tjiptono, Fandi dkk.. (2004), Marketing Scales, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandi dan Gregorious Chandra. (2005). Service Quality Satisfaction,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Utami, Christina Widya. (2010). Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi
Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia, Edisi 2, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Yistiani, Ni Nyoman Manik dkk. (2012). Pengaruh Atmosfer Gerai Dan
Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik Dan Pembelian Impulsif
Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Di Denpasar, Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 2 Agustus 2012.
www.anaarisanti.blogspot.com, Ana Arisanti, 2010, download tanggal 11 Desember
2013.
www. maximaresearch.wordpress.com, Reza Mubarak, 2011, download tanggal 11
Desember 2013.
www.marketing.co.id/brand-switching-analysis-dalam-industri-ritel-modern,2012,
download tanggal 4 Januari 2014.
www.investor.co.id/home/kelas-menengah-dan-geliat-sektor-konsumsi/73646,
download tanggal 22 Februari 2014.
www.koran-sindo.com/node/316293, download tanggal 10 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai