Anda di halaman 1dari 23

SEMINAR PEMASARAN

Review Jurnal





KELOMPOK I
NAMA ANGGOTA :
KOMANG PRAMANA SANJAYA 0915251018
ENRIQUE MADE REIDIA GANA PURWA 1115251073



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
REVIEW JURNAL

JURNAL 1
1. Judul : Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Mediasi
Pengaruh Faktor Situasional terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di
Butik Kota Malang.
2. Penulis : Fatchur Rohman
3. Pendahuluan
Berikut adalah teori teori yang melatarbelakangi jurnal ini. Perspektif pengaruh
perilaku memfokuskan pada perilaku konsumen dan kemungkinan lingkungan yang
mempengaruhi perilaku tersebut (Mowen and Minor, 2001). Faktor situasional merupakan
lingkungan sementara yang membentuk kontek dalam suatu kegiatan konsumen, yang
terjadi pada tempat dan waktu tertentu (Hawkins, et al., 2007). Faktor situasional sangat
komplek, untuk memudahkan dalam memahami oleh Belk (1975), dikelompokkan menjadi
variabel lingkungan fisik (physical surrounding), lingkungan sosial (social surrounding),
perspektif waktu (temporal perspectives), sifat tujuan berbelanja (task definition), dan
suasana hati pada saat berbelanja (antecedent states).
Ada beberapa perbedaan dari beberapa studi mengenai faktor situasional
mempengaruhi pembelian konsumen. Adanya perbedaan hasil studi bukan berarti faktor
situasional tidak berlaku secara universal (Zhuang, et al., 2006), hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan ada variable lain yang menjadi mediasi antara faktor situasional dengan
keputusan pembelian konsumen (Nicholls, et al., 1996a). Pengembangan konsep di
dasarkan pada hasil studi Nicholls, et al. (1996a), hasil studi Turley and Millman (2000);
Babin and Attaway, (2000); Park and Lennon (2006); dan Smith and Colgate (2007), yaitu
dengan memasukkan variabel nilai berbelanja yang terdiri atas nilai hedonik konsumsi dan
nilai utilitarian konsumsi, reaksi impulsif, dan nilai pelanggan sebagai variable mediasi
antara faktor situasional dan perilaku berbelanja konsumen di bisnis eceran khususnya di
butik.
4. Tinjauan Pustaka & hipotesis
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa faktor situasional seperti design product,
music, layout, and decor, ketersediaan produk, karyawan toko, kondisi berdesakan, dan
ketersediaan tempat parker secara positif berhubungan dengan nilai yang dirasakan oleh
konsumen (customer value) dan dapat menimbulkan reaksi impulsif konsumen yang
mendorong terjadinya keputusan pembelian (Ronald E.Millan, 1982; Wakefield and
Bakers ,1998; Stoltman, 1999; Smith and Colgate, 2007)
- Hipotesis 1: Semakin kuat pengaruh lingkungan fisik semakin tinggi reaksi impulsif
konsumen.
- Hipotesis 2: Semakin banyak waktu luang untuk berbelanja semakin besar reaksi impulsif
konsumen.
Nilai hedonik konsumsi merupakan pengalaman konsumsi yang berhubungan
dengan perasaan, fantasi, kesenangan, dan pancaindera, di mana pengalaman tersebut
mempengaruhi emosi seseorang (Hirsmanand Holbrook dalam Johnstone and Conroy,
2005).
- Hipotesis 3: Semakin banyak orang yang ikut berbelanja semakin tinggi nilai hedonik
konsumsi.
- Hipotesis 4: Semakin positif suasana hati konsumen semakin tinggi nilai hedonik
konsumsi.
Hasil studi Rook and Fisher (1995) menunjukkan bahwa reaksi impulsif atau sifat
impulsiveness berhubungan dengan impulse buying.
- Hipotesis 5: Semakin kuat reaksi impulsif semakin tinggi keputusan pembelian impulsif.
Hasil studi yang dilakukan oleh Hausman (2000) menemukan bahwa konsumen
yang berbelanja untuk memuaskan keinginan hedonisnya seperti mencari pengalaman baru,
mencari variasi dan kesenangan ternyata secara signifikan berpengaruh terhadap impulse
buying.
- Hipotesis 6: Semakin kuat nilai hedonik konsumsi semakin kuat keputusan pembelian
impulsif.
5. Kerangka Konseptual



6. Metode Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah berbelanja di
butik, sedangkan populasi akses dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di
butik kota Malang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Convenience Sampling dengan jumlah
sampel sebesar 100 orang. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan Path Analysis.
7. Hasil Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat koefisien jalur dan P-value pada
Tabel berikut. Hipotesis penelitian dikemukakan sebagai berikut.

Hipotesis 1: Semakin kuat pengaruh lingkungan fisik semakin tinggi reaksi impulsif
konsumen Nilai koefisien jalur lingkungan fisik terhadap reaksi impulsif sebesar 0,389
dengan P < 0,0001. Dilihat dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh
lingkungan fisik terhadap reaksi impulsif terbukti. Ini berarti semakin kuat pengaruh
lingkungan fisik semakin tinggi reaksi impulsif konsumen dalam berbelanja di butik.
Hipotesis 2: Semakin positif perspektif waktu konsumen semakin besar reaksi impulsif.
Nilai estimasi pengaruh perspektif waktu berbelanja sebesar 0.229 dengan P = 0.017.
Dilihat dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh waktu terhadap
reaksi impulsif diterima. Dengan kata lain bahwa semakin banyak waktu luang yang
dimiliki oleh konsumen untuk berbelanja maka semakin besar reaksi impulsif konsumen.
Hipotesis 3: Semakin banyak orang yang ikut berbelanja semakin tinggi nilai hedonic
konsumsi. Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ini menunjukkan nilai estimasi
pengaruh lingkungan sosial terhadap nilai hedonik konsumsi sebesar 0,719 dengan nilai P <
0.0001. Dilihat dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh lingkungan
sosial, dalam hal ini orang lain yang ikut berbelanja terbukti memiliki pengaruh terhadap
nilai hedonik konsumsi.
Hipotesis 4: Semakin positif suasana hati konsumen semakin tinggi nilai hedonik
konsumsi. Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai estimasi pengaruh variabel
suasana hati terhadap nilai hedonik konsumsi sebesar 0.241 dengan P-Value < 0,0001.
Dilihat dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pengaruh suasana hati
terhadap nilai hedonik konsumsi diterima. Hasil tersebut berarti bahwa semakin positif
suasana hati konsumen maka semakin tinggi nilai hedonik konsumsi.
Hipotesis 5: Semakin kuat reaksi impulsif semakin kuat keputusan pembelian impulsif.
Nilai estimasi koefisien jalur reaksi impulsive terhadap keputusan pembelian impulsive
sebesar 0,577 dengan P < 0,0001. Dilihat dari tersebut dapat disimpulkan hipotesis
mengenai reaksi impulsif terhadap keputusan pembelian impulsif terbukti. Ini berarti
semakin kuat reaksi impulsif konsumen maka semakin tinggi keputusan pembelian impulsif
yang dilakukan oleh konsumen pada waktu berbelanja di butik.
Hipotesis 6: Semakin kuat nilai hedonik konsumsi semakin kuat keputusan pembelian
impulsif. Nilai estimasi pengaruh nilai hedonic konsumsi terhadap keputusan pembelian
impulsif sebesar - 0,160 dengan P = 0.863. Dilihat dari nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa hipotesis tentang pengaruh nilai hedonik konsumsi terhadap keputusan pembelian
impulsif ditolak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa nilai hedonik konsumsi tidak
mempengaruhi terhadap keputusan pembelian impulsive konsumen pada waktu berbelanja
di butik. Semakin kuat nilai hedonic konsumsi maka semakin kuat konsumen tidak
melakukan pembelian keputusan impulsif atau konsumen melakukan pembelian secara
rasional.
8. Kesimpulan
Hasil studi ini secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian
impulsif dipengaruhi oleh faktor situasional melalui mediasi variabel reaksi impulsif.
Variabel nilai hedonik konsumsi tidak terbukti sebagai variabel mediasi yang
menghubungkan antara faktor situasional dengan keputusan pembelian impulsif.














JURNAL 2
1. Judul : Pengaruh Faktor Situasional Terhadap Emotional States dan Impules
Buying (Survei pada Pengunjung Giant Hypermarket Mall Olympic Garden
Malang)
2. Penulis : Nandha Octaprinanta, dkk.
3. Pendahuluan
Salah satu contoh dari ritel modern yang telah dikenal banyak orang adalah
Hypermarket. Pengelola Hypermarket perlu memahami faktor situasional yang meliputi
store environment (atmosphere, design and employee assistance), time pressure dan
perceived crowding, yang dapat mempengaruhi kondisi emosi konsumen serta menjadi
pendorong bagi konsumen untuk berbelanja bahkan melakukan pembelian tidak
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditentukan tujuan dari
penelitian ini adalah menguji pengaruh faktor situasional (store environment, time pressure
dan perceived crowding) terhadap tipe perilaku impulse buying dengan menggunakan
dimensi emosi sebagai variabel mediasi.
4. Kajian Pustaka
4.1. Store Environment
Lingkungan fisik sebuah toko mempengaruhi persepsi konsumen melalui
mekanisme sensor penglihatan, pendengaran, penciuman dan bahkan sentuhan (Mowen dan
Minor, 2002:133). Dari beberapa elemen yang membentuk store environment yang telah
dikemukakan tersebut, dibahas lebih lanjut mengenai beberapa elemen berikut:
- Store Amosphere
- Store Design
- Employee Assistances
4.2. Time Pressure
Waktu merupakan suatu variabel yang memiliki peran penting dalam suatu perilaku
konsumen. Sedikitnya waktu yang dimiliki seorang konsumen menimbulkan sebuah
tekanan waktu yang menjadi batasan keleluasaan untuk memilih dan berpikir lebih lanjut.
4.3. Perceived Crowding
Kondisi berdesakan adalah konstruksi psikologis yang ada dalam pikiran individu
dan biasanya diukur dengan teknik laporan diri (Vaske dan Shelby, 2008). Secara potensial,
kondisi yang berdesakan akan menambah kecemasan orang yang berbelanja, menurunkan
kepuasan berbelanja dan secara negatif mempengaruhi citra toko.
4.4. Emotional States
Suasana hati atau emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh desain toko, cuaca, atau
faktor yang dirasa peka bagi konsumen. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting
yang perlu dipertimbangkan dalam mempengaruhi konsumen maupun calon konsumen
karena dapat mendorong konsumen membeli tanpa bisa ditahan.
4.5. Impulse Buying
Engel et al., (2008: 386) mendefinisikan impulse buying adalah pembelian yang
terjadi ketika konsumen mengalami perasaan tiba-tiba, penuh kekuatan dan dorongan yang
kuat untuk membeli sesuatu dengan segera.
6. Hipotesis
H1: Variabel Store Environment (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Dimensi
Emosi (Y1).
H2: Variabel Time Pressure (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Dimensi Emosi
(Y1).
H3: Variabel Perceived Crowding (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel Dimensi
Emosi (Y1).
H4: Variabel Store Environment (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Tipe
Perilaku Impulse Buying (Y2).
H5: Variabel Time Pressure (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Tipe Perilaku
Impulse Buying (Y2).
H6: Variabel Perceived Crowding (X3) Berpengaruh signifikan terhadap variabel Tipe
Perilaku Impulse Buying (Y2).
H7: Variabel Dimensi Emosi (Y1) berpengaruh signifikan terhadap Tipe Perilaku Impulse
Buying (Y2).


7. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research.
Penelitian ini dilakukan pada Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Malang. Populasi
penelitian yang ditentukan peneliti adalah pengunjung Giant Hypermarket Mall Olympic
Garden Malang yang melakukan pembelian atau sedang berbelanja, diketahui jumlah
sampel dalam penelitian ini sebesar 102 orang responden. Teknik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah simple random sampling. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif
dan analisis jalur (path analysis). Analisis statistik deskriptif ini memiliki tujuan untuk
membuat sebuah deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
hasil penelitian yang diperoleh. Analisis Jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini
menggunakan diagram jalur dan persamaan struktural dalam proses analisisnya.
8. Hasil Penelitian
Pengaruh Store Environment (X1) terhadap Dimensi Emosi (Y1) adalah signifikan
(beta= 0,514 dan p <0,05), sehingga mendukung H1 untuk diterima. Berkaitan dengan
hubungan Time Pressure (X2) antara Dimensi Emosi (Y1) menunjukkan pengaruh yang
positif tetapi tidak signifikan (beta= 0,083 dan p >0,05). Berbeda dengan hubungan
sebelumnya, Perceived Crowding (X3) terhadap Dimensi Emosi (Y1) menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan, bahkan pengaruh yang ditunjukkan Perceived Crowding
(X3) terhadap Dimensi Emosi (Y1) adalah negatif (beta= -0,008 dan p >0,05). Hasil
tersebut, menunjukkan H2 dan H3 dinyatakan ditolak.

Hubungan antara Store Environment (X1) terhadap Tipe Perilaku Impulse Buying
(Y2) memiliki pengaruh yang signifikan. Store Environment (X1) mempengaruhi Tipe
Perilaku Impulse Buying (Y2) secara positif (beta= 0,295 dan p <0,05). H4 dapat
dinyatakan diterima. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa Time Pressure (X2) dan
Perceived Crowding (X3) memiliki kontribusi yang negatif terhadap Tipe Perilaku Impulse
Buying (Y2) serta memiliki pengaruh yang tidak signifikan (beta= -0,023; beta= -0,063 dan
p >0,05; p >0,05). Hasil tersebut, menunjukkan bahwa H5 dan H6 dinyatakan ditolak.
Hubungan selanjutnya adalah hubungan antara Dimensi Emosi (Y1) dan Tipe Perilaku
Impulse Buying (Y2). Diketahui bahwa memiliki pengaruh positif dan signifikan (beta=
0,280 dan p <0,05), sehingga H7 dapat diterima. Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, dapat
diketahui bahwa persamaan path dan model hasil penelitian yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
Y1 = 0,514 X1 + 0,083 X2 - 0,008 X3
Y2 = 0,295 X1 - 0,023 X2 - 0,063 X3 +0,280Y1

8. Kesimpulan & Saran
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Xu (2007) dan Graa and Dani-
elKebir (2012). Kecenderungan perilaku impulse buying dipengaruhi oleh lingkungan toko
dengan dimoderasi oleh kondisi emosional pengunjung. Kondisi emosi yang baik ini adalah
salah satu faktor yang mendorong pengunjung bersemangat dalam berbelanja dan
cenderung melakukan impulse buying.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Graa and Dani-elKebir (2012).
Kecendurungan ini disebabkan situasi yang dirasakan konsumen saat berbelanja, dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki untuk berbelanja tentu menimbulkan perasaan yang
terburu-buru dan kurang merasa nyaman.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Graa and Dani-elKebir (2012). Penelitian
ini menyarankan sebaiknya dilakukan pengelolaan dan pengarahan lebih lanjut kepada
karyawan toko. Kondisi berdesakan menjadi perhatian khusus karena dapat menimbulkan
perasaan tidak nyaman dan tidak senang pada pengunjung, sehingga berdampak pada
perilaku berbelanja di Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Malang.
Penelitian ini menyarankan untuk menggunakan kondisi emosi pengunjung untuk
memediasi faktor situasional, sehingga dapat mempengaruhi impulse buying.

JURNAL 3
1. Judul : Pengaruh dari Faktor Situasi Terhadap Keputusan Pembelian di Mall
2. Penulis : Guijun Zhuang, dkk.
3. Pendahuluan
Literatur pemasaran telah mengungkapkan bahwa banyak faktor dapat
mempengaruhi keputusan pembelian pembelian, termasuk individu dan psikologis
karakteristik, variabel budaya, sosial dan lingkungan dan promosi strategi.Belk (1975)
membuat perbedaan antara situasional dan non-situasional faktor. Dia menyarankan bahwa
faktor situasi, seperti definisi tugas, fisik dan sosial lingkungan, perspektif temporal dan
keadaan, mungkin memainkan peran utama dalam situasi penjualan, dan dengan demikian
pantas perhatian khusus dari pemasar.
Penelitian ini, berdasarkan pada kerangka Belk, yang berfokus pada dua isu penting
: (1) mengenai dampak dari faktor situasional - khususnya tentang pentingnya faktor yang
berbeda ketika diperiksa secara kolektif daripada individual, dan ketika dilakukan secara
bersamaan di beberapa negara / daerah dan bukan hanya satu negara.
5. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Belk (1975, p 151) mengklasifikasikan pengaruh ini menjadi dua kategori besar:
faktor situasi dan faktor non-situasi, didasarkan pada "paradigma stimulus-organisme-
respons direvisi". Faktor-faktor non - situasi mengacu pada karakteristik umum dan abadi
dari individu atau obyek , misalnya , kepribadian , kecerdasan , jenis kelamin dan ras untuk
individu, dan citra merek , kualitas , ukuran dan fungsi untuk suatu benda yang dapat dibeli.
Faktor situasional meliputi :
- Lingkungan fisik
- Lingkungan sosial
- Perspektif waktu
- Sifat tujuan berbelanja
- Suasana Hati
Penelitian sebelumnya memfokuskan dampak dari faktor situasional tertentu dalam
satu negara tanpa membandingkan apakah faktor faktor ini akan berbeda dengan negara
lain . Untuk mengisi kesenjangan ini, penelitian ini secara simultan memeriksa berbagai
situasional faktor dengan satu set data multinasional. Ini memberikan bukti validitas
internal untuk faktor-faktor situasional yang signifikan dengan mengendalikan faktor-faktor
situasional lain, dan memberikan bukti validitas eksternal untuk beberapa faktor situasional
yang signifikan dengan menggunakan data multinasional.
Berdasarkan literatur di atas maka timbul 2 hipotesis sebagai berikut :
H1 : Beberapa faktor situasional menunjukkan validitas internal di mal, yaitu, dampaknya
berpengaruh signifikan dalam berbelanja.
H2 : Beberapa faktor situasional menunjukkan validitas eksternal di mal, yaitu, sifat
dampak mereka konsisten di seluruh negara atau wilayah.
Mengingat sifat fana dari sebagian besar lini produk industri makanan dan
terbatasnya jumlah waktu yang tersedia untuk belanja yang berhubungan dengan makanan
(Lewison, 1997), faktor-faktor yang mempengaruhi pembelanja untuk membeli produk
makanan di pusat perbelanjaan mungkin berbeda dari yang mempengaruhi pembelanja
membeli produk non-makanan. Membeli produk makanan dalam berbelanja mal lebih
didorong oleh reaksi impulsif, saat membeli produk lainnya, terutama yang tinggi dalam
nilai, mungkin melibatkan lebih banyak usaha dalam pencarian dan pengolahan informasi
(Bagozzi et al., 1998). Argumen-argumen ini membawa kita untuk menawarkan Hipotesis
3.
H3 : Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pembeli untuk membeli makanan atau
minuman berbeda dari faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pembeli untuk
membeli produk-produk non-makanan di mall.
6. Metodologi Penelitian
6.1 Sampel
Survei dilakukan secara terpisah di mal-mal di Xian ( Shaanxi , Cina Daratan ) ,
Hong Kong dan Miami-Dade County ( Florida , USA ). Pengambilan sample dengan non
probability sampling.
Kami mempertimbangkan dua isu pengambilan sampel khusus dalam konteks pusat
perbelanjaan, yaitu waktu dan lokasi (Blair, 1983; Sudman, 1980). Dalam hal waktu
sampling, kita memperoleh tanggapan selama hari kerja dan akhir pekan dengan rasio
perkiraan dari 5:2, dan pengambilan sampel setiap harinya dijadwalkan Blair (1983) .
Secara singkat , responden dalam tiga sampel dipilih berdasarkan pada jadwal
waktu dan sesuai dengan pola keluar bukan pada visual lainnya atau demografis
karakteristik .
6.2 Kuesioner
Instrumen yang telah disusun dalam empat bagian , dengan beberapa pertanyaan
tambahan tentang atribut demografis .
Pertama , responden diminta untuk melaporkan niat belanja mereka ( alasan utama )
untuk mengunjungi mal . Mereka diperintahkan untuk memilih dari daftar berikut : mencari
dan browsing, melakukan pembelian tertentu , bargain hunting , makan , berbelanja di
tertentu menyimpan atau bertemu teman-teman . Jika pembelanja memilih " melakukan
pembelian tertentu " atau " berbelanja di toko tertentu " , ia akan diminta untuk
menunjukkan apakah ia sudah tahu apa produk dan merek apa hey dimaksudkan untuk
membeli sebelum perjalanan ( dua pertanyaan ) .
Kedua , responden diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai proses belanja
mereka dan kebiasaan , misalnya waktu yang mereka habiskan dalam perjalanan ke mal ,
saat mereka dihabiskan di mal , frekuensi kunjungan mal mereka , jumlah toko yang
mereka kunjungi selama perjalanan dan jumlah sahabat mereka .
Ketiga , responden diminta untuk menunjukkan alasan utama atau alasan untuk
mengunjungi mall dengan menggunakan pertanyaan " Mengapa Anda memilih untuk
mengunjungi mall ini? " The jawaban termasuk bermacam-macam barang dagangan , toko
favorit , suasana , akses kenyamanan , tujuan wisata , kualitas barang dan harga produk .
dalam hal ini bagian , mereka juga diminta untuk melaporkan perasaan umum mereka
tentang kunjungan mereka dengan pertanyaan " Seberapa puas kau dengan kunjungan mal
Anda hari ini ? " Jawabannya adalah skala menggunakan lima poin dengan 1 menjadi
"sangat tidak puas " untuk 5 menjadi " sangat puas " .
Akhirnya , para responden diminta untuk melaporkan pembelian yang mereka buat
di mal , termasuk pembelian makanan atau minuman ( produk makanan ) dan semua
produk lainnya ( produk non - makanan ) dan jumlah uang yang dihabiskan untuk masing-
masing kategori .

6.3 Teknik Analisis
Analisisnya menggunakan logistic regresi dan model analisisnya sebagai berikut :




7. Hasil Analisis


8. Hipotesis pengujian
H1 diharapkan bahwa beberapa faktor situasional akan memiliki dampak yang
signifikan terhadap keputusan pembelian di mal ketika faktor-faktor situasional dan non -
situasional utama lainnya yang hadir. Di sini diamati bahwa , dalam sampel gabungan ,
enam dari 13 faktor situasional yang signifikan pada p , 0:05 , dan semua faktor-faktor
utama lainnya hadir , dan ada setidaknya tiga faktor situasional yang signifikan dengan p ,
00:01 , dan salah satu faktor dengan p , 0:05 , hadir dalam setiap model dari masing-masing
sampel individu. H1 adalah , oleh karena itu, didukung .
H2 meramalkan bahwa dampak signifikan dari beberapa faktor situasional pada
keputusan pembelian akan konsisten di seluruh negara atau wilayah . Kami mengamati
dengan membandingkan hasil analisis terhadap sampel individu , dampak dari 4 faktor
antara faktor lainnya pada dasarnya konsisten di seluruh sampel wilayah lain . Hal ini
memberikan bukti yang mendukung untuk H2 . Ditemukan juga lima faktor situasional ,
selain dari keempat faktor di atas , memiliki kesamaan di dua sampel ( mendukung H2 di
dua sampel ) .
H3 diantisipasi bahwa faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pembeli untuk
membeli produk makanan berbeda dari faktor-faktor situasional yang mempengaruhi
mereka untuk membeli produk-produk non - pangan dalam belanja di mal . Kami
mengamati pola yang berbeda dari faktor-faktor situasional yang signifikan
antarakeputusan untuk membeli makanan dan keputusan untuk membeli produk non -
makanan baik dalam gabungan sampel dan di masing-masing sampel individu .H3 , oleh
karena itu, didukung .
9. Kesimpulan
Dalam jurnal ini ditemukan bahwa , seperti yang diharapkan , dampak dari beberapa
faktor situasional memang menunjukkan validitas internal , yaitu faktor memiliki pengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian pembeli ' di mal ketika faktor-faktor utama
lainnya yang hadir, baik dalam sampel gabungan dan di setiap sampel individu. Selanjutnya
, dampak dari beberapa faktor situasional menunjukkan validitas eksternal , yaitu bantalan
yang signifikan dari faktor-faktor pada keputusan pembelian pembeli ' di pusat
perbelanjaan konsisten di alam di seluruh sampel . Akhirnya , pola faktor pengaruh
situasional pada pembeli untuk membeli produk makanan dan produk non - makanan di
mal memang berbeda baik dalam sampel gabungan dan di setiap sampel individu .

Anda mungkin juga menyukai