Tugas Individual
Mata Kuliah Seminar Manajemen Islam
Disusun Oleh:
Tujuan Penelitian
mengungkap pengaruh sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap minat beli
konsumen, yang berbasis pada Theory of Planned Behavior
5. Alat Pengukuran
Jumlah sampel tersebut telah memenuhi ukuran sampel ideal yang digunakan untuk analisis dengan menggunakan alat
pengolah data AMOS dan metode estimasi Maximum Likelihood (ML), yaitu sebanyak 100 sampai 200
Hasil perhitungan dari penelitian ini telah membuktikan hipotesis pertama, hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga
bahwa sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku yang terbentuk dari PRODUK BT yang tidak
diperpanjang sertifikat halalnya memiliki pengaruh positif terhadap minat beli konsumen muslim. Hasil analisis
regresi berganda pada penelitian berhasil menunjukkan bahwa sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku
memiliki pengaruh positif terhadap minat beli pada PRODUK BT
Kesimpulan dan saran Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sertifikat halal bukanlah suatu hal pokok bagi konsumen muslim
PRODUK BT. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tanpa memperpanjang sertifikat halalnya, sudah ada
pengaruh minat beli konsumen muslim dari sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku atas PRODUK
BT tersebut. Artinya, dalam konteks penelitian ini tidak masalah bagi perusahaan jika tidak melakukan
perpanjangan sertifikat halal. Tetapi karena PRODUK BT ini beroperasi di Indonesia, dan Indonesia adalah negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam, alangkah baiknya jika perusahaan BT segara mengajukan dan
memproses sertifikat halal yang baru ke MUI untuk dapat menjamin keamanan produk dan menjaga kesetiaan
konsumen terutama konsumen muslim
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh persepsi konsumen dan kepuasan konsumen terhadap minat
pembelian ulang produk private label indomaret.
Konsep dan Teori utama
Minat Pembelian Ulang
Minat membeli merupakan dorongan konsumen untuk melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Hellier et.al (2003) menyatakan bahwa repurchase intention (pembelian
ulang) merupakan penilaian individu yang berkaitan dengan membeli ulang pada sebuah layanan atau sebuah produk
pada satu perusahaan yang sama, dengan mempertimbangkan keadaan dan situasi mereka.
Persepsi
adalah proses dimana seseorang memiling, mengatur dan menterjemahkan masukan informasi yang diterima untuk
menciptakan gambaran dunia yang lebih berarti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga
pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam diri orang itu (Kotler dan
Armstrong, 2008).
Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2007), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan kinerja produk yang dirasakan terhadap kinerja produk yang diharapkan.
Hipotesis
1. H1 persepsi konsumen berpengaruh signifikan terhadap variabel minat pembelian ulang
2.H2 kepuasan konsumen berpengaruh signifikan terhadap variabel minat pembelian ulang
Metode Penelitian KUANTITATIF
1. Variabel
a. Variabel Bebas : Persepsi Konsumen, Kepuasan Konsumen
b. Variabel Terikat: Minat Pembelian Ulang
2. Populasi & Karakteristik Populasi, siapa? Brp?
96 Konsumen Indomaret. data dalam penelitian ini diambil dari populasi yang berdistribusi normal
3. Sampel & Teknik Sampling, berapa jumlah?
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 96 orang responden, dimana data dari sampel dikumpulkan menggunakan
kuesioner untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisis regresi berganda.
4. Desain ekperimen:desain, tahapan, dan alur perlakuan
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey, yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
hubungan antar variabel yang diteliti, yaitu; variabel persepsi konsumen, variabel kepuasan konsumen, dan variabel
minat pembelian ulang. Adapun ukuran sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96
orang responden, yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling. Untuk mengetahui besarnya
pengaruh persepsi konsumen dan kepuasan konsumen terhadap minat pembelian ulang dilakukan pengukuran terhadap
variabelvariabel penelitian. Untuk maksud tersebut, dilakukan operasionalisasi variabel yaitu menjabarkan variabel ke
dalam indikator, ukuran dan skala pengukuran
5. Alat Pengukuran
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)
6. Metode Analisis Data
Deskripsi Variabel Penelitian
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi Berganda
Uji Koefisien Determinasi
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Minat Pembelian Ulang
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa persepsi konsumen yang direfleksikan oleh citra toko, harga,
kualitas produk, dan nilai, berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang produk private label indomaret.
Dengan demikian semakin positif persepsi konsumen terhadap citra toko, harga, kualitas produk, dan nilai dari
produk private label indomaret, maka semakin tinggi minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang terhadap
produk tersebut.
Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Minat Pembelian Ulang
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa kepuasan konsumen yang direfleksikan oleh kualitas produk,
kualitas pelayanan, dan harga berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang produk private label
indomaret. Dengan demikian semakin tinggi kepuasan konsumen terhadap kualitas produk, kualitas pelayanan, dan
harga produk private label indomaret, maka semakin tinggi minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang
terhadap produk tersebut. Hasil temuan dalam penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Cahyono dan Al-Bari
(2016); Purbasari dan Purnamasari (2018); Puspitasari (2006); dan Vista (2018) yang membuktikan bahwa kepuasan
konsumen berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang.
Pengaruh Persepsi Konsumen dan Kepuasan Konsumen terhadap Minat Pembelian Ulang Minat untuk membeli
Kembali
suatu produk akan muncul ketika konsumen merasa bahwa produk yang diterimanya bisa memberikan kepuasan
terhadap diri konsumen tersebut. Bila konsumen puas pada pembelian pertama, maka pembelian berikutnya
cenderung akan dilakukan secara berulang-ulang pada satu merek, sehingga pengambilan keputusan tidak lagi
diperlukan karena konsumen telah mengetahui secara mendalam mengenai merek tersebut Tatik (2008), sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa konsumen yang merasa puas atas pembelian yang dilakukan maka konsumen akan
melakukan pembelian kembali.
Kesimpulan dan saran Penelitian
Persepsi konsumen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang produk private label
indomaret.
2. Kepuasan konsumen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang produk private label
indomaret.
3. Persepsi konsumen dan kepuasan konsumen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang
produk private label indomaret.
Hasil pengukuran variabel persepsi konsumen menunjukkan bahwa dimensi persepsi nilai mendapatkan hasil penilaian
paling tinggi. Penilaian tersebut menunjukkan bahwa instrumen terbesar yang mampu mempengaruhi minat membeli
ulang produk private label adalah melalui persepsi nilai. Maka, dengan demikian disarankan untuk peritel Indomaret agar
mengukur terutama nilai fungsional dari produk private label demi keselarasan antara manfaat produk dengan harga yang
harus dibayarkan oleh konsumen. 2. Hasil pengukuran variabel kepuasan konsumen menunjukkan bahwa dimensi harga
mendapatkan hasil penilaian paling tinggi. Penilaian tersebut menunjukkan bahwa harga merupakan faktor yang paling
berperan penting dalam memuaskan konsumen produk private label indomaret. Maka dengan demikian perusahaan
sebaiknya menjaga konsistensi dalam menentukan kebijakan harga yang sesuai dengan kualitas produk yang diberikan.
Sehingga dapat mendorong minat konsumen untuk membeli kembali produk private label tersebut
Tujuan Penelitian
bertujuan untuk memperluas perspektif tentang efek persepsi kualitas makanan
(yaitu, keamanan pangan dan gizi) terhadap manfaat kesehatan yang
dirasakan, komitmen afektif, dan niat untuk membeli Kembali.
Konsep dan Teori utama
Komitmen Afektif dan Niat Beli Ulang
Komitmen afektif tercermin dalam ikatan psikologis konsumen, yang merangsang mereka untuk memelihara hubungan
saling percaya dan timbal balik dengan penyedia layanan yang menawarkan layanan yang benar-benar diinginkan
konsumen.Jones, Reynolds, Mothersbaugh, & Beatty, 2007; Sashi, 2012).Wetzels, Ko, dan Marcel (1998), Li, Browne,
dan Chau (2006), danJones dkk. (2007)telah mengusulkan bahwa komitmen afektif secara signifikan terkait dengan
niat pembelian individu. Penelitian empiris terbaru mendukung bahwa ada hubungan yang signifikan antara komitmen
afektif dan niat beli konsumen (Li dkk., 2006; Jones dkk., 2007; Chih dkk., 2015; Raju, 2017).
Hipotesis
1. H1.Nutrisi yang dirasakan dari TFF memiliki efek positif pada manfaat kesehatan yang dirasakan konsumen dari
TFF.
2. H2.Keamanan yang dirasakan dari TFF memiliki efek positif pada manfaat kesehatan yang dirasakan konsumen dari
TFF
3 H3.Persepsi keamanan TFF berpengaruh positif terhadap komitmen afektif konsumen
4. H4.Manfaat kesehatan yang dirasakan dari TFF memiliki efek positif pada komitmen afektif konsumen.
5. H5.Manfaat kesehatan yang dirasakan dari TFF memiliki efek positif pada niat pembelian kembali.
6. H6.Komitmen afektif berpengaruh positif terhadap niat beli ulang.
Metode Penelitian KUANTITATIF
1. Variabel
a. Variabel Bebas : affective commitment
b. Variabel Terikat: rephurcase intention
2. Populasi & Karakteristik Populasi, populasi konsumen TFF
3. Sampel & Teknik Sampling, berapa jumlah? Karena tidak ada kerangka sampling yang tersedia untuk
populasi TFF, dan convenience sampling digunakan dalam penelitian ini, temuan ini mungkin tidak digeneralisasi
untuk populasi konsumen TFF. Untuk memastikan bahwa sampel mereka lebih mewakili populasi, penelitian masa
depan harus menggunakan sampel besar yang dipilih secara acak
4. Desain ekperimen:desain, tahapan, dan alur perlakuan
desain penelitian cross sectional hanya mengumpulkan data untuk periode waktu tertentu dalam sampel dan hasil
penelitian hanya dapat diterapkan pada sampel dengan periode yang sama. Disarankan agar peneliti selanjutnya
melakukan penelitian longitudinal untuk memberikan kesimpulan yang lebih komprehensif tentang hubungan
kausalitas
5. Alat Pengukuran menggunakan structural equation modeling (SEM)
6. Metode Analisis Data
diuji dengan menggunakan structural equation modeling (SEM), yang didukung oleh software LISREL 8.7. SEM
adalah metodologi statistik multivariat yang umum digunakan untuk menyelidiki hubungan kausal antara satu set
variabel laten (Dastgeer & ur Rehman, & Rahman, 2012; Lee & Lam, 2014).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Model pengukuran
Hasil untuk model pengukuran menunjukkan bahwa model cocok dengan data. The2statistik adalah 219.0, dengan 67
derajat kebebasan. Ini menunjukkan kecocokan yang cukup-untuk-baik, sebagai chi-kuadrat relatif (χ2/df) sebesar 3,28
berada di bawah nilai cutoff sebesar 5,0. GFI adalah 0,93, dan AGFI adalah 0,88, yang memuaskan karena nilai di atas 0,8
diharapkan untuk kesesuaian yang memadai. Selain itu, SRMR 0,030 dan RMSEA 0,076 memuaskan karena nilai di
bawah 0,08 diharapkan untuk kesesuaian yang memadai (Zangoueinezhad & Moshabaki, 2009). CFI adalah 0,99, RFI
adalah 0,98, dan NNFI adalah 0,98; semua indeks ini berada di atas nilai cutoff 0,95. PNFI adalah 0,72 dan PGFI adalah
0,59. Indeks ini berada di atas nilai cutoff 0,50. Statistik CFA tercantum di Tabel 1, yang menunjukkan bahwa factor
loadings (λ) berada pada kisaran 0,72–0,97, nilai CR antara 0,88 dan 0,97, dan nilai AVE berada pada kisaran 0,72–0,91.
Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa semua faktor dalam model pengukuran memiliki validitas konvergen yang kuat.Meja
2jelas menunjukkan bahwa akar kuadrat dari akar kuadrat dari nilai AVE untuk setiap faktor lebih tinggi daripada korelasi
faktor lain dalam model, menunjukkan validitas diskriminan dari konstruksi.
Model Struktural
Indeks kecocokan model struktural adalah sebagai berikut:2/df = 3,23, GFI = 0,92, AGFI = 0,89, SRMR= 0,056, RMSEA
= 0,075, CFI = 0,99, RFI = 0,98, NNFI = 0,98, PNFI = 0,76, dan PGFI = 0,62. Semuanya berada dalam ambang batas yang
diterima, menunjukkan model yang baik sesuai dengan data.Tabel 3menunjukkan hasil solusi standar (koefisien jalur)
untuk model yang dihipotesiskan. Persepsi gizi makanan berpengaruh signifikan terhadap persepsi manfaat kesehatan11=
0,74, p < 0,001), yang menegaskan bahwa H1 didukung. Persepsi keamanan pangan berpengaruh positif terhadap persepsi
manfaat kesehatan (γ12 = 0,21, p < 0,001 dan komitmen afektif (γ22= 0,12, p < 0,001 dan niat membeli kembali (β31=
0,34, p < 0,001), yang mendukung H4 dan H5. Terakhir, H6 juga didukung, menunjukkan bahwa komitmen afektif
berpengaruh terhadap niat beli ulang (β32= 0,49, p < 0,001). Korelasi ganda kuadrat untuk persepsi manfaat kesehatan,
komitmen afektif, dan niat pembelian kembali masing-masing adalah 78%, 48%, dan 58%.
Kesimpulan dan saran Penelitian
Studi ini menyimpulkan bahwa niat konsumen untuk membeli kembali bergantung pada komitmen afektif dan
persepsi mereka tentang manfaat kesehatan , yang dipengaruhi oleh persepsi keamanan dan nutrisi . Karena semakin
pentingnya keamanan pangan dan nutrisi serta manfaat kesehatan, memperoleh pemahaman yang jelas tentang
keamanan dan nutrisi TFF yang dirasakan konsumen sangat penting bagi praktisi
Tujuan Penelitian
Studi ini menyelidiki hubungan antara nilai yang dirasakan hijau, kepercayaan hijau, kepuasan, dan niat membeli
kembali produk hijau. Sebuah model penelitian dikembangkan untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi
niat pembelian kembali produk ramah lingkungan
Konsep dan Teori utama
Pengaruh Perceived Value
Untuk menyelidiki efek positif dari nilai yang dirasakan hijau pada kepuasan, kepercayaan hijau, dan niat pembelian
kembali hijau, literatur yang berkaitan dengan nilai yang dirasakan diselidiki. Nilai yang dirasakan berasal dari teori
ekuitas, yang menyatakan bahwa konsumen mempertimbangkan rasio hasil/input mereka dengan hasil/input penyedia
layanan (Oliver & DeSarbo, 1998)
Hipotesis
1. H1: Nilai yang dirasakan hijau berhubungan positif dengan kepuasan
2. H2: Nilai yang dirasakan hijau berhubungan positif dengan kepercayaan hijau.
3 H3: Nilai yang dirasakan hijau secara positif terkait dengan niat pembelian kembali hijau
4. H4: Kepercayaan hijau secara positif terkait dengan niat pembelian kembali hijau.
5. H5: Kepuasan berhubungan positif dengan niat membeli kembali hijau