Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 5

Ayu Kartika Utami Farrel Mahasin Adhyaksa


12020219130091 12020219130129

Prihandoko Wulan Listiani


12020219120028 12020219130130
AL-
FARABI
Sub-bab:
01 SEJARAH LAHIR DAN KARYANYA

02 FILSAFATNYA
Rekonsiliasi Al-Farabi
Ketuhanan
Emanasi
Kenabian
Negara Utama
Jiwa
SEJARAH LAHIR DAN KARYANYA
Al-Farabi

Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Nashr


Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Ia dilahirkan di Wasij, Distrik Farab,
Auzalagh. Turkistan pada tahun 257 H/870 M.

12
Ayahnya seorang jenderal berkebangsaan
34 Al-Farabi dalam dunia Intelektual Islam
Persia dan ibunya kebangsaan Turki. mendapatkan kehormatan dengan julukan al-
Mu’allim al-Sany (Guru Kedua) karena jasanya
sebagai penafsir yang baik dari logika Aristoteles.
Perjalanan Hidup Al-Farabi

Al-Farabi dalam usia 40


tahun pergi ke
Baghdad sebagai pusat Ia pindah ke Kembali lagi ke Pada tahun 330 Pada Desember
kebudayaan dan ilmu Harran, pusat Baghdad, ia H/945 M, ia 950 M, filosof
pengetahuan dunia di kebudayaan banyak pindah ke Muslim besar ini
kala itu. Ia belajar Yunani di Asia menggunakan Damaskus dan menghembuskan
kaidah-kaidah bahasa kecil dan berguru waktunya untuk berkenalan napasnya di
Arab kepada Abu kepada Yuhanna berdiskusi, dengan Saif Al- Damaskus dalam
Bakar Al-Saraj dan Ibnu Jailan. mengajar, Daulah Al- usia 80 tahun.
belajar logika serta mengarang , dan Hamdani. Sultan
filsafat kepada seorang mengulas buku- Dinasti Hamdan
Kristen, Abu Bisyr buku filsafat. di Aleppo.
Mattius Ibnu Yunus.
Karya Tulis Al-Farabi
Al-Jam’ bain Ra’yai al-Hakimain
01 Pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan 05 Uyun al-Masa’il
Aristoteles.

Tahshil al-Sa’adat
02 Mencari Kebahagiaan. 06 Ara’ Ahl al-Madinat al-Fadhilat
Pemikiran-pemikiran utama pemerintahan.

03 Maqalat fi Aghradhi ma ba’d al-Thabi’at 07 Maqalat fi Ma’any al-‘Aql

08 Ihsha al-‘Ulum
04 Risalat fi Isbat al-Mufaraqat
Kumpulan berbagai Ilmu.
Karya Tulis Al-Farabi

09 Fushul al-Hukm

Al-Siyasat al-Madaniyyat
10 Politik pemerintah

11 Risalat al-‘Aql dan lain-lainnya

04
FILSAFATNYA
Rekonsiliasi
Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasi beberapa ajaran filsafat
sebelumnya, seperti Plato dan Aristoteles,juga antara Agama
dan Filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal filosof sinkretisme
yang mempercayai kesatuan filsafat.

Prinsipnya tidak ada perbedaan. Kalaupun berbeda, hanya


pada tampak lahirnya saja. Upaya ini terealisasi ketika ia
mendamaikan pemikiran Aristoteles dengan Plato dan
menyatukan antara filsafat dan agama.

Cara al-Farabi menyatukan pemikiran Aristoteles dan Plato


dengan memajukan pemikiran masing-masing filosof yang
cocok dengan pemikirannya. Seperti dalam membicarakan
masalah idea yang menjadikan bahan polemik antara
Aristoteles dan Plato.
03
Untuk mempertemukan kedua filosof ini, Al-Farabi
menggunakan interpretasi batini, yakni dengan menggunakan
ta’wil bila ia menemui pertentangan pikiran antara keduanya.
Lanjutan..

Kemudian, ia tegaskan lebih lanjut, sebenarnya Aristoteles mengakui


adanya alam rohani yang terdapat di luar alam ini dan perkataannya
yang mengingkari alam rohani tersebut masih bisa di ta’wilkan. Jadi,
kedua filosof tersebut sama-sama mengakui zat pada Allah.

Dalam hal ini, sebenarnya al-Farabi telah keliru menganggap tidak ada
perbedaan antara Aristoteles dengan Plato, yakni ketika ia menduga
bahwa buku Theologia (al-Rubûbiyyat) merupakan karangan
Aristoteles. Padahal, sesungguhnya buku tersebut adalah karya
Plotinus.

Al-Farabi juga merekonsiliasikan antara agama dan filsafat. Menurutnya


para filosof muslim meyakini, Al-Qur’an dan hadis adalah hak dan benar dan
filsafat juga adalah benar. Ia tegaskan bahwa antara keduanya tidaklah
bertentangan.

03
Filsafat memikirkan kebenaran dan agama juga menjelaskan kebenaran.
Oleh karena itu, kata Al-Farabi, tidaklah berbeda kebenaran yang
disampaikan oleh para Nabi dengan kebenaran yang dimajukan para
filosof.
Ketuhanan
Al-Farabi dalam pembahasan tentang Allah itu Mahatahu. Ia tidak membutuhkan
ketuhanan mengompromikan antara filsafat sesuatu di luar zat-Nya untuk tahu. Jadi,
Aristoteles dan Neo-Platonisme, yakni al- Allah adalah ilmu, substansi yang
Maujûd al-Awwal (Wujud Pertama). mengetahui, dan substansi yang diketahui
(‘Ilm, ‘Âlim dan Ma’lûm)

Tentang ilmu Allah, pemikiran Al-Farabi terpengaruh oleh


Dalam membuktikan adanya Allah, Al-Farabi Aristoteles yang mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui dan
mengemukakan dalil Wajib al-Wujûd dan tidak memikirkan alam. Pemikiran ini dikembangkan Al-Farabi
mumkin al-wujûd. Wajib al-Wujud inilah dengan mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui yang
yang disebut dengan Allah. juz’iyyat (partikular). Ini bukan berarti Allah Yang Maha
Mengetahui tidak mengetahui yang juz’i di alam ini, tetapi yang
ia maksudkan bahwa pengetahuan Allah tentang yang rinci tidak
sama dengan pengetahuan manusia.

Sementara itu, yang dimaksud dengan


mumkin al-wujud ialah sesuatu yang sama
antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al-
wujûd tidak akan berubah tanpa adanya Sedangkan untuk mengetahui yang juz’i hanya dapat
wujud yang menguatkan dan yang ditangkap dengan pancaindra. Allah tidak mempunyai
menguatkan adanya itu bukan dirinya, tetapi pancaindra.
adalah Wajib al-Wujûd (Allah).
Emanasi
• Emanasi itu berkaitan dengan bahasan penciptaan.
• Dalam filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam, melainkan Penggerak
Pertama, yang menggerakkannya dari ada kepada ada yang lain
• Sementara dalam doktrin ortodoks Islam, Allah adalah Pencipta, yang
menciptakan dari tiada menjadi ada.
Struktur Emanasi menurut Al-Farabi
• Untuk mengislamkan doktrin ini, Al-Farabi, juga filosof Muslim lainnya mencari
bantuan pada doktrin Neoplatonis monistik Place Your Picture Here

• Dengan demikian, Tuhan Penggerak Aristoteles bergeser menjadi Allah


Pencipta, yang menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara
pancaran

PENJELASAN
• Akal-akal dan planet-planet itu terpancar secara berurutan dalam waktu yang
sama. Hal ini dapat terjadi karena dalam Allah berpikir tentang diri-Nya, hal
tersebut menciptakan energi yang maha dahsyat secara pancaran
• Faktor apa yang mendorong Al-Farabi mengemukakan emanasi ini yaitu ingin
menegaskan tentang keesaan Allah
• Struktur emanasi Al-Farabi ini dipengaruhi oleh temuan saintis saat itu, yakni
sembilan planet dan satu bumi.
• Emanasi melahirkan alam kadim dari segi zaman, bukan dari segi zat. Karena
Allah menciptakan alam secara emanasi sejak azali tanpa diselangi oleh
waktu, namun ia sebagai hasil ciptaan, berarti ia baharu. Jadi artinya wujud
alam itu bersamaan dengan wujud Allah dan karenanya alam tidak bermula,
alam ada sejak Allah ada.
Kenabian

Motif lahirnya filsafat Al-Farabi ini disebabkan


adanya pengingkaran terhadap eksistensi
kenabian secara filosofis oleh Ahmad ibnu Ishaq
Al-Ruwandi (akhir abad III H).

90% 85% 80% 85%

Tokoh yang berkebangsaan Yahudi ini menurunkan beberapa karya tulis yang isinya mengingkari
65%
kenabian pada umumnya dan kenabian Muhammad Saw. khususnya. Kritiknya ini dapat dideskripsikan
sebagai berikut: 50%
a) Nabi sebenarnya tidak diperlukan manusia karena Tuhan telah mengaruniakan manusia akal
tanpa terkecuali. Akal manusia dapat mengetahui Tuhan beserta segala nikmatNya dan dapat pula
mengetahui perbuatan baik dan buruk menerima suruhan dan larangan-Nya.
b) Ajaran agama meracuni prinsip akal. Secara logika tidak ada bedanya thawaf di Ka'bah, dan sa'i 35%
di Bukit Safa dan Marwa dengan tempat-tempat lain.
c) Mukjizat hanya semacam cerita khayal belaka yang hanya menyesatkan manusia. Siapa yang
dapat menerima batu bisa bertasbih dan serigala bisa berbicara.20%
Kalau sekiranya Allah membantu
umat Islam dalam perang Badr dan mengapa dalam perang Uhud tidak?
d) Al-Qur'an bukanlah mukjizat dan bukan persoalan yang luar biasa (al-khariq al-adat). Orang yang
non-Arab jelas saja heran dengan balaghah Al-Qur'an, karena mereka tidak kenal dan mengerti
bahasa Arab dan Muhammad adalah kabilah yang paling fasahah di kalangan orang Arab.
Lanjutan..

• Menurut Al-Farabi, manusia dapat berhubungan dengan Akal Fa'al (Jibril) melalui dua cara,
yakni
1. penalaran atau renungan pemikiran : Cara pertama hanya dapat dilakukan oleh
para filosof yang dapat menembus alam materi (alam nyata) dan dapat mencapai
cahaya ketuhanan
2. imajinasi atau inspirasi (ilham) : cara kedua hanya dapat dilakukan oleh nabi.
• Ciri khas seorang nabi oleh Al-Farabi ialah mempunyai daya imajinasi yang kuat dan ketika
berhubungan dengan Akal Fa'al ia dapat menerima visi dan kebenaran-kebenaran dalam
bentuk wahyu. Sementara itu, filosof dapat berkomunikasi dengan Allah melalui akal
perolehan yang telah terlatih dan kuat daya tangkapnya sehingga sanggup menangkap hal-
hal yang bersifat abstrak murni dari Akal Kesepuluh.
• Seorang nabi dianugerahi Allah akal yang mempunyai daya tangkap yang luar biasa
sehingga tanpa latihan dapat mengadakan komunikasi langsung dengan Akal Kesepuluh
(Jibril). Sementara itu filosof dapat berhubungan dengan Akal Kesepuluh adalah usaha
sendiri, melalui latihan dan pemikiran
• Dari sisi pengetahuan dan sumbernya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, antara
filosof dan nabi terdapat kesamaan. Oleh karena itu, Al-Farabi menekankan bahwa
kebenaran wahyu tidak bertentangan dengan pengetahuan filsafat sebab antara keduanya
sama-sama mendapatkan dari sumber yang sama, yakni Akal Fa'al, (Jibril).
• Demikian pula tentang mukjizat sebagai bukti kenabian, menurut Al-Farabi, dapat terjadi dan
tidak bertentangan dengan hukum alam karena sumber hukum alam dan mukjizat sama-
sama berasal dari Akal Kesepuluh sebagai pengatur dunia ini.
Negara Utama

Negara Utama dapat dilekatkan pada suatu


02 Di ibaratkan bagaikan satu bagian tubuh.
Setiap bagian memiliki fungsi.
negara bila di dalamnya masyarakat hidup
rukun. 01

04 Pentingnya peran kepala negara.

Perbedaan bukan halangan untuk bekerjasama.


03
BUMI UDARA

TANAH
ROH

API

Jiwa ada dalam tubuh manusia, memancar dari akal kesepuluh.

Jiwa
Perbedaan Plato
jiwa itu ia sesuatu yang berbeda dengan tubuh,
ia adalah substansi rohani.

Sintesa
tentang
Jiwa
Al-Farabi
Jiwa itu berupa substansi
dalam dirinya dan bentuk
dalam hubungannya
dengan tubuh.

Aristotelis
jiwa adalah
bentuk
tubuh.
3 Macam Jiwa Pembagian Akal Teoritis

Akal potensial atau akal fisik


(material).
Daya gerak, seperti gerak untuk makan,
gerak untuk memelihara sesuatu, dan 01 menangkap bentuk-bentuk dari
barang-barang yang dapat
gerak untuk berkembang biak.
ditangkap dengan panca indra.

Daya mengetahui seperti mengetahui


dalam merasa dan mengetahui dalam 02 Akal aktual, akal biasa (habitual).
menangkap makna-makna dan
berimajinasi. konsep-konsep belaka.

Akal mustafad / Akal yang diperoleh


Daya berpikir yang dipilah-pilahkan
kepada akal praktis dan akal teoritis. 03 (acquired).
Mampu mengadakan komunikasi
dengan Sang Pencipta.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai