Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Filsafat Islam Menurut Pemikiran Al-Farabi


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Filsafat Islam

Dosen: Taufiq Firdaus S.Sos, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Asep Rizky Pratama

Farhan Chaerul Ichza

Hilyah Rozanah Karmadi

Lutvia Faridah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TIGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA PAMANUKAN


SUBANG JALAN RANCASARI DALAM NO.B 33 PAMANUKAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kami (penulis) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat nya yang
berlimpah, kami (penulis) dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan
kemampuan kami untuk menyelesaikan tugas Mata kuliah kami, Filsafat islam dengan judul
tugas makalah “Filsafat Islam Menurut Pemikiran Al-Farabi”. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjut nya kami (penulis) mengharapkan semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa STAI Miftahul
Huda Subang.

Kami menyadarai bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik makalah ini jauh dari sempurna, kami sadar bahwa
kesempurnaan hanya milik NYA.

Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.Amin-amin
yarabbal’alamin.

Wallahul Muwafiq Illa Aqwamitharieq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang................................................................................................1

I.B Rumusan Masalah...........................................................................................1

I.C Tujuan Masala.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

II.A Pemikiran Al-Farabi......................................................................................2

BAB III PENUTUP

III.A KESIMPULAN............................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munculnya ilmu filsafat pada masa silam yang telah dipopulerkan oleh beberapa tokoh
filsafat Yunani kuno yakni diantaranya Heraklitos, Plato, Aristoteles dan sebagainya telah
menjadi sebab lahirnya para filsuf muslim, diantaranya adalah al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd,
al-Farabi dan lain-lain. Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang
berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa disebut filsafat
Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran
filsafat Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah
nukilan dari filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan
yang lainnya.

Al-Farabi adalah penerus tradisi intelektual al-Kindi, tapi dengan kompetensi, kreativitas,
kebebasan berpikir dan tingkat sofistikasi yang lebih tinggi lagi. Jika al-Kindi dipandang
sebagai seorang filosof Muslim dalam arti kata yang sebenarnya, Al-Farabi disepakati
sebagai peletak sesungguhnya dasar piramida studi falsafah dalam Islam yang sejak itu terus
dibangun dengan tekun. Ia terkenal dengan sebutan Guru Kedua dan otoritas terbesar setelah
panutannya Aristoteles. Tujuan filsafat dan agama bagi Al-Farabi adalah sama, yaitu
mengetahui semua wujud. Hanya saja filsafat memakai dalil-dalil yang yakini dan ditujukan
kepada golongan tertentu, sedang agama memakai cara iqna’I (pemuasan perasaan) dan
kiasan-kiasan serta gambaran,dan ditujukan kepada semua orang, bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana filsafat Al-Farabi?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pemikiran filsafat al farabi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Al-Farabi
a. Filsafat Emanasi

Salah satu filsafat al-Farabi adalah teori emanasi yang di dapatnya dari teori Plotinus
Yaitu teori tentang keluarnya sesuatu wujud yang mumkin (alam makhluk) dari Zat yang
wajibul wujud (Zat yang mesti adanya; Tuhan). Teori emanasi disebut juga dengan nama
“teori urut-urutan wujud”. Menurut al-Farabi, Tuhan adalah pikiran yang bukan berupa
benda. Ia berpindirian, bahwa seluruh yang ada (maujud) tidak terlepas dari keadaan wajibul
wujud atau mumkin wujud. Yang mumkinul wujud lahir karena ada sebab, sedangkan yang
wajibul wujud adalah ada dengan tidak bersebab, ia memiliki Zat yang Agung dan sempurna.

Persoalan di atas, adalah sebuah rasa penasaran dari al-Farabi karena ia menemui
kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya banyak (alam) yang bersifat materi dari
Yang Maha Esa (Allah) jauh dari arti materi dan Mahasempurna. Dalam filsafat Yunani,
Tuhan bukanlah pencipta alam, melainkan Penggerak Pertama (prime cause), ini telah
dikemukakan oleh Aristoteles. Di dalam doktrin ortodoks Islam (al-mutakallimin), Allah
adalah pencipta (Shani, Agent), yang menciptakan dari tiada menjadi ada (cretio ex nihilo).
Al-Farabi dan para filosof Muslim lainnya mencoba untuk mengIslamkan doktrin ini. Maka
mereka mencoba untuk melihat doktrin Neoplatonis Monistik tentang emanasi. Dengan
demikian, Tuhan yang dianggap penggerak Aristoles menjadi Allah Pencipta, yang
menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara pancaran. Dalam arti, Allah
menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal dari energi yang qadim, sedangkan
susunan materi yang menjadi alam adalah baharu.

b. Filsafat Metafisika

Al-Farabi ketika menjelaskan Metafisika (ke-Tuhanan), menggunakan pemikiran


Aristoteles dan Neoplatonisme. Ia berpendapat bahwa al-Maujud al-Awwal sebagai sebab
pertama bagi segala yang ada. Dalam pemikiran adanya Tuhan, al-Farabi mengemukakan
dalil Wajib al-Wujud dan Mumkin al-Wujud. Menurutnya, segala yang ada ini hanya
memiliki dua kemungkinan dan tidak ada alternatif yang ketiga. Wajib al-Wujud adalah
wujudnya tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama
dan satu. Ia adalah Wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului oleh tiada. Jika
Wujud itu tidak ada, akan timbul kemustahilan karena Wujud lain untuk adanya bergantung
kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Adapun mumkin al-Wujud tidak akan berubah
menjadi Wujud Aktual tanpa adanya Wujud yang menguatkan, dan yang menguatkan itu
bukan dirinya, tetapi Wajib al-Wujud. Walaupun demikian, mustahil terjadi daur dan tasalsul
(processus in infinitum) karena rentetan sebab akibat itu akan berakhir pada Wajib al-Wujud.

2
c. Filsafat ke-Nabian

Filsafat ke-Nabian dalam pemikiran al-Farabi erat hubungannya pada agama. Agama
yang dimaksud adalah agama Samawi (langit). Dalam agama Islam Nabi adalah manusia
seperti manusia lainnya. Akan tetapi Nabi diberi kelebihan oleh Allah akan kemuliaan berupa
mukjizat yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Maka dalam agama Islam, seorang Nabi
adalah utusan Allah yang mengemban tugas keagamaan. Nabi adalah utusan Allah yang
diberikan Al-Kitab yang dipandang sebagai Wahyu Ilahi. Oleh sebab itu, apa yang diucapkan
oleh Nabi yang berasal dari Allah adalah wahyu, dengan ucapan yang tidak keluar dari
nafsunya sendiri.

d. Filsafat Politik

Dalam persoalan filsafat ke-Negaraan ini, filsafat al-Farabi lebih mengarah kepada
filsafat Plato, Aristotoles dan Ibnu Abi Rabi’, al- Farabi berpendapat bahwa manusia adalah
makhluk sosial, makhluk yang mempunyai kecenderungan alami untuk bermasyarakat. Hal
ini dikarenakan manusia tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
atau kerjasama dengan pihak lain. Adapun tujuan bermasyarakat itu menurutnya, tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, tetapi juga untuk menghasilkan
kelengkapan hidup yang akan memberikan kepada manusia akan sebuah kebahagiaan, tidak
saja materil tetapi juga sprituil, tidak saja di dunia yang fana ini, tetapi juga di akhirat nanti.
Pendapatnya ini menyangkut tujuan hidup beragama sebagai seorang muslim di masyarakat.

3
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa al-Farabi sebagai filosof Islam yang
pertama kali membawa wacana filsafat secara lebih mendalam. Ia mendirikan tonggak-
tonggak filsafat Islam yang kemudian banyak diikuti oleh filosof Islam yang lain. Namun dari
beberapa ajarannya masih terdapat banyak penyimpangan terhadap ajaran islam yang murni,
seperti teori emanasinya yang menggambarkan sosok tuhan seakan akan hanya bagian dari
suatu sistem yang terus berkelanjutan. Kemudian pemahaman mengenai nabi dan filosof yang
disamakan oleh Al Farabi, menganggap bahwa kenabian adalah sesuatu yang dapat dicapai
oleh semua orang melalui tingkatan-tingkatan proses pembelajaran.

4
DAFTAR PUSTAKA
A Qadir, C. Philosophy and Science in Islamic World, terj. Yayasan Obor Indonesia Filsafat
dan Pengetahuan dalam Islam Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1991
Al-Jisr, Nadim, Qissatul Iman alih bahasa A.Hanafi, Kisah Mantjari Tuhan Jakarta : Bulan
Bintang, 1966, Jilid I

Anda mungkin juga menyukai