Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT UMUM

Tentang

“FILSAFAT ISLAM”

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. SYAHRIL AMRITA (2315050001)

2. ANGGUN ERIVA (2315050021)

Dosen Pembimbing:

Silmi Novita Nurman, S.Th. I, M. Ag

KELAS A

PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR (IAT)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Segala puji kami ucapkan atas kehadiran Allah subhanahu wa ta'ala yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam kita
curahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkat limpahan dan
rahmatnya kami mampu menyelesaikan masalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Islam.

Adapun judul makalah kami yaitu “ Filsafat Islam ” yang telah kami
usahakan semaksimal mungkin. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan
dari makalah kami baik dari segi penulisan maupun penyusunan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat


memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 07 Oktober

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam....................................................................................................... 3

B. Latar Belakang Munculnya Filsafat Islam............................................................................. 4

C. Periode Filsafat Islam di Timur dan di Barat........................................................................ 5


D. Pokok Pemikiran Filsafat Islam............................................................................................. 6

E. Faktor-faktor Timbulnya Filsafat Islam................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah ilmu adalah sejarah dari ilmu itu sendiri.
Ilmu akan sangat membantu seseorang dalam mempelajarinya. Bagaimana ilmu itu dapat
berkembang sedemikian rupa, bagaimana cara berfikir dalam bidang ilmu tersebut, atau
bagaimana satu sejarah dapat merubah pola pikir dalam pemikiran seseorang. Begitu juga
sejarah ilmu-ilmu dalam peradaban Islam. Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai
pemikiran yang berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa
disebut filsafat Islam.

Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran
filsafat Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah
nukilan dari filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasilinteraksi dengan filsafat Yunani dan
yang lainnya. Itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan sebelum terjadinya
transmisi filsafat Yunani kedalam Islam.Banyak tokoh-tokoh yang lahir pada era filsafat Islam.
Salah satunya al-'arabi. Al-'arabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung
didunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal
para filsuf Yunani, Plato, Aristoteles, dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di
berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-'arabi telah
menulis berbagai buku tentangsosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik. Ia
dapat memainkan dan telah menciptakan berbagai alat musik. Al-'arabi adalah penerus tradisi
intelektual Al-Kindi, tapi dengan kompetensi, kreativitas, dan kebebasan berpikir.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Islam?

2. Jelaskan latar Belakang Munculnya Filsafat Islam

3. Sebutkan dan jelaskan periode Filsafat Islam di Timur dan di Barat beserta tokoh
-tokoh dan pemikirannya!

4. Bagaimana Pokok-pokok Pemikiran Filsafat Islam?

5. Jelaskan dan sebutkan secara detail tentang Faktor-faktor Timbulnya Filsafat


Islam!

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami yang dimaksud dengan Filsafat Islam.

2. Untuk mengetahui dan memahami latar Belakang Munculnya Filsafat Islam.

3. Untuk memahami periode Filsafat Islam di Timur dan di Barat.

4. Untuk memahami Pokok-pokok Pemikiran Filsafat Islam.

5. Untuk memahami Faktor-faktor Timbulnya Filsafat Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam

Filsafat Islam adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Karena
berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan bertentangan satu
sama lain adalah hal yang wajar.

Bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat yang bercorak Islami, yang dalam bahasa
Inggris dibahasakan menjadi Islamic Philosophy, bukan the Philosophy of Islam yang
berarti berpikir tentang Islam. Dengan demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas,
radikal (radix) yang berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter
yang dapat memberikan keselamatan dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam
tidak netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan
kedamaian. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Karena itu filsafat yang
pindah ke negeri Arab ini dinamakan filsafat Islam. Walaupun di kalangan para sejarawan
banyak yang berbeda pendapat dalam penamaan filsafat yang pindah ke Arab tersebut.
Namun kebanyakan di antara mereka menyimpulkan, bahwa filsafat yang pindah tersebut
adalah filsafat Islam (Al-Ahwani, 1984:2).

Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah
menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional.

Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat
hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia.

Ibn Sina (980-1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa
manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan
praktis dalam batas-batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam diantara
nama-nama Allah juga terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat
hubungan yang erat antara filsafat dan agama (C.A Qadir, 1989: 8).

Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah perkembangan
dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut al-Qur’an
seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental,
bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum
Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk
menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal (C.A. Qadir, 1989: ix). Filsafat
Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah mempunyai ciri tersendiri
sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu tunduk dan terikat oleh norma-
norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan hasil pemikiran manusia secara
radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia
berdasarkan ajaran Islam.

Filsafat, Ilmu dan Agama

Bahwa Filsafat Agama memiliki dua pengertian:

1.Berfikir tentang dasar-dasar Agama secara logis dan bebas tanpa terikat oleh ajaran
agama dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama.
2. Berpikir tentang dasar-dasar agama secara kritis-analitis dengan tujuan untuk
menyatakan kebenaran agama, bahwa ajaran agama tidak bertentangan dengan logika.
Sedangkan Filsafat Ilmu Agama adalah hasil kreasi pemikiran yang logis, sistematis dan
radikal berdasarkan pada pengalaman hidup, baik langsung atau tidak langsung mengenai
keyakinan adanya aturan hidup yang bersumber dari suatu kekuasaan yang absolut.
Perbedaan keduanya menurut Faishal adalah, bahwa Filsafat Agama membahas dasar-
dasar agama secara analitis-kritis tanpa terikat oleh ajaran-ajaran agama dan menjelaskan
bahwa apa yang diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika. Sementara Filsafat
Ilmu Agama adalah hasil kreasi berpikir berdasarkan pengalaman hidup tentang dasar-
dasar agama secara logis, sistematis dan radikal yang berguna bagi perkembangan ilmu
pada umumnya dan khususnya ilmu agama.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek
tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya,
seperti seni dan agama. Objek kajian filsafat meliputi objek material dan objek formal, fisik
dan metafisik, termasuk Tuhan, alam dan manusia, sedangkan objek formalnya adalah
hakikat dari segala sesuatu yang ada (yang wujud), baik yang fisik maupun yang metafisik.
Ilmu (Ilmu Pengetahuan) Berbeda dengan filsafat, ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan
mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan
mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha memberikan makna sepenuhnya
mengenai objek yang diungkapkannya.

B. Latar Belakang Munculnya Filsafat Islam

Latar belakang filsafat Islam tidak dapat dipisahkan dari pemikiran filosofnya yang
dipengaruhi oleh para filosof Yunani, karena para filosof Islam menuntut ilmu kepada
filosof Yunani.Berikut adalah sejarah bagaimana terjadinya kontak antara Filosof Islam
dengan Filosof Yunani. Pada zaman awal perkembangan Islam, sebenarnya kaum
muslimin tidak bermaksud mengutip pemikiran filsafat dari pihak manapun juga. Mereka
tidak menaruh perhatian soal tersebut, bahkan samasekali tidak berniat mengutip ilmu
apapun juga dan tidak pernah memikirkannya. Kalau di kemudian hari ada sebagaian dai
ilmu-ilmu tersebut yang merembes kedalam pemikiran orang-orang Arab, itu semata-
mata karena keharusan yang tak dapat dihindari, karena semakin eratnya hubungan
mereka dengan bangsa-bangsa lain di sekitar negerinya. Hubungan seperti itu memang
sudah terjadi sejak zaman jahiliyah, tetapi masih terbatas dalam ruang lingkup yang amat
sempit. Misalnya, Al-Harits, belajar ilmu kedokteran pada suatu perguruan di Jundi Sabur,
Persia dan di kenak sebagai dokter Arab

Sebuah riwayat yang berasal dari sa’ad bin abi waqash mengatakan, ketika ia menderita
sakit, Rasul Allah SAW datang menjenguknya saat itu beliau menyarankan :” Datanglah
kepada al-Harits bin kaldah, ia mengetahui tentang kedokteran”.
Akan tetapi Ilmu pengetahuan yang diperoleh al-Harits dapat ditanggap, cukup karena ia
belum menguasai semua pokok dan cabang ilmu kedokteran secara ilmiah. Untuk itu
memang diperlukan penguasaan Bahasa suryani sebagai alat untuk dapat mempelajari
berbagai buku kedokteran yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa tersebut
danbtersebar di Jundi Sabur.Ilmu pengetahuan di bidang itu pada umumnya di kuasai
oleh orang-orang Suryani sendiri.

Kisah kuno yang menurut sejarah merupakan keseinambungan dari zaman plato dan
aristoteles, dua orang Filosofi yunani : yang satu menaruh perhatian besar pada
problema matematika sedangkan yang kedua menaruh perhatian besar kepada masalah
alam dan kedokteran. Kedua-duanya juga mempunyai perguruan filsafat masing
–masing.Pada abad ke-3 SM Hipocrate juga telah mendirikan sebuah perguruan ilmu
kedokteran. Kemudian setelah kota iskandariyah dibangun kota itu menjadi tempat
peradaban Yunani yang lebih banyak bersifat Ilmiah daripada yang bersifat Filosofis. Dari
perguruan tersebut lahir sejumlah ahli pikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes,
Ptolemaeus dan lain-lainnya lagi, yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak (astronomi) dan ilmu kedokteran. Hingga
abad ke-6 kota Iskandariyah tetap menjadi mercusuar ilmu pengetahuan. Kemudian
muncul pula di kota itu para ahli pikir generasi kedua yang mengatur, menyusun dan
mempelajari buku-buku peninggalan para ahli pikir generasi pertama untuk bahan
pengajaran. Dari para ahli pikir generasi kedua itulah orang-orang Arab menterjemahkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Mulai abad pertama hingga abad ke-3 M pembaharuan terhadap pembaharuan terhadap
ajaran phytagoras cenderung ke arah masalah matematika dan moral. Demikian pula
ajaran pluto, direvisi oleh plotinus yang menciptakan Neo Platonisme. Ia lahir dan
dibesarkan di Mesir, memperoleh pendidikan di Iskandariyah dan berbahasa Yunani.
Dialah yang menciptakan ajaran Enneads, yaitu ajaran filsafat yang menjelaskan
terjadinya pelimpahan dari Yang Satu (supreme in material force). Sebagian dari bukunya
diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dengan nama Theologia. Teori “Pelimpahan”nya
banyak mempengaruhi para filosof Islam.Muridnya yang bernama Porhyrius tidak kalah
pengaruhnya dalam kehidupan filsafat Islam hal itu tidak mengherankan karena dialah
yang menulis buku isagoge,kata dalam Bahasa Yunani yang terkenal di kalangan orang-
orang Arab sampai Zaman kita ini.Isagoge bermakna “Pintu masuk” (madkhal), yakni
pintu untuk memasuki pembicaraan tentang teori filsafat Aristoteles.

Demikianlah cuplikan sejarah awal mula para filosof islam mengadakan kontak dengan
para filosof Yunani, yang merupakan latar belakang lahirnya Filsafat Islam.

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia agar


menggunakan akal pikiran untuk memikirkan tentang segala sesuatu yang diciptakan-
Nya.Allah SWT berfirman.[12]
…‫ن‬
َ ‫ﻢ َﺗَﺘَﻔَّﻜُﺮو‬
ْ ‫ت َﻟَﻌَّﻠُﻜ‬
ِ ‫ﻢ اﻵَﻳﺎ‬
ُ ‫ﻦ اﻟَّﻠُﻪ َﻟُﻜ‬
ُ ‫ﻚ ُﻳَﺒِّﻴ‬
َ ‫(َﻛَﺬِﻟ‬٢١٩)

…Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berpikir. (QS al-
Baqarah (2):219.

Lahirnya filsafat Islam setelah kaisar yustianus menutup akademi neoplatonisme di


Athena, beberapa guru besar hijrah ke kresypon tahun 527. Setelah itu, di tempat yang
baru mengadakan kegiatan mengajar, mereka dalam waktu 20 tahun di samping
mengajarkan filsafat, juga mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang mengajarkan
filsafat seperti alexandria, anthipia, Beirut. Setelah proses urbanisasi, mereka terikat oleh
birokrasi dan mengalami krisis identitas dalam bidang sosial dan agama.

Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan


ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual yang pada saat itu tersedia warisan
pemikiran Yunani. Proses akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur, yaitu Via Diffusa
(kontak pergaulan sehari-hari) dan Via Bruditorum (kehendak mencari karya-karya
Yunani).

C. Periode Filsafat Islam di Timur dan di Barat Beserta para tokoh dan pemikirannya

Berikut ini pembagian aliran pemikiran filsafat Islam berdasarkan hubungannya dengan
sistem pemikiran Yunani, ada empat yaitu:

a. Periode Mu'tazilah

Telah diterangkan di muka, bahwa mu'tazilah merupakan mazhab atau aliran di Baghdad
dan Basrah. Keberadaan mu'tazilah ini sangat penting artinya dalam pemikiran filsafat
Islam. Karena terlihat orientasi pemikirannya dalam menetapkan hukum, pemakaian akal
pikir didahulukan, kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan alhadits. Menurut
mereka, Alquran dan Al hadits tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.

b. Periode Filsafat Pertama

Terdapat dua bagian dalam periode filsafat pertama, yaitu _pertama_ bercorak,
Neoplatonic yang berkembang di Irak, Iran, dan Turkistan; kedua bercorak pterimatetis
yang berkembang di Spanyol dan magrib (Maroko). Sebagai upaya pendahuluannya
adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani, kemudian diterjemahkan.
Orang yang banyak mennerjemahkan adalah Al-kindi dan Ibnu Sina.

Al-Kindi (800-870), dialah satu-satunya orang Arab asli yang menjadi filsuf atau ahli pikir.
Ia berhasil menerjemahkan kurang lebih 260 buah buku Yunani, juga berhasil mengarang
lebih dari 200 buah buku atau risalah. Orientasi pemikirannya adalah Mu'tazilah. Ketika
aliran mu'tazilah dilarang, sebagian bukunya hilang. Corak pemikirannya mengacu pada
sistem Yunani yang bebas, diselingi dengan pemikirannya sendiri dan mengecam
pemikiran yang tidak sesuai dengan ketahuidan.
Ibnu Sina (980-1037) Dalam umur 18 tahun ia telah menjadi ahli dalam bidang filsafat,
astronomi,fikih,matematika, biologi, ilmu bahasa dan lain-lainnya. Karya ilmiahnya
berjumlah 267 buah buku dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Iya dianggap sebagai
filsuf yang hebat dalam sejarah Islam karena ia telah berhasil membuat sintesis filsafat
yang lebih luas.

c. Periode Kalam Asy'ari

Timbulnya aliran ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

— Perlunya mempertahankan kemurnian tauhid, dari keragaman sistem pemikiran dalam


Islam;

— Untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari serangan luar;

— Terdapat gerakan yang membahayakan ketahuidan, misalnya Al-Hallaj (858-922).

d. Periode Filsafat Kedua.

Dalam sejarah Islam kemasa Spanyol disebut Andalusia titik berkat jasa seorang
pahlawan Islam Tariq bin Ziyad yang meluaskan Islam sampai ke Spanyol, tahun 710.
Cordoba dan Toledo ditaklukan. Kemudian Dinasti Abdurrahman berkuasa hingga 3 abad.
Puncak keemasannya pada pemerintah Abdurrahman III (912-916), Al-Hakam II (961-
976). Selanjutnya, pada tahun 1031 khalifah Umayyah jatuh karena Perang Salib,
bersamaan juga berturut-turut Toledo, Cordoba, Soweto.

¹Muslim Ishak, op. cit., hlm. 8, yang dikutip dari Hitti, The Arabs: A Short History, hlm. 159.

Suatu karya penting dari Ibnu Tufail adalah Hayy bin Yaqzan, buku ini telah berabad-abad
menarik peminat filsafat. Setelah Ibnu Rusyd meninggal dunia, sejarah dalam filsafat
Islam terputus, filsafat tidak diperhatikan lagi hingga tahun 1870.

Filsuf Muslim Di Wilayah Barat.

Mengenal Ibn Bajjah dan Karyanya Betapa pun sedikitnya informasi mengenai aktivitas
kefilsafatan dan keilmuan yang terjadi di Andalusia, abad ke-11 tak pelak telah
menjadi saksi atas munculnya sejumlah ilmuwan yang meletakkan dasar bagi sebuah
revolusi ilmiah dan filosofis yang genuine. Dan puncak dari revolusi tersebut ialah
hidupnya kembali Aristotelianisme dan tersebarnya filsafat Yunani-Arab ke dunia
Barat.Sejarah filsafat Andalusia dipelopori oleh Abu Bakr ibn Al-Sayigh, yang lebih
dikenal dengan Ibn Bajjah dalam literatur Arab dan Avempacedalam literatur Latin. Lahir
di Saragossa menjelang akhir abad ke-11, Ibn Bajjah kemudian pindah ke Seville,
lalu ke Granada dan akhirnya keracunan dan meninggal dunia pada usia yang relatif
muda di Fez, Maroko, pada 1138. Tidak banyak yang bisa diutarakan tentang sejarah
hidup Ibn Bajjah. Ibn al-Imam, salah seorang murid Ibn Bajjah, telah mentranskripsi
sejumlah besar tulisan Ibn Bajjah ihwal filsafat. Dalam transkripsi itulah dia
membubuhkan sekilas sejarah hidup Ibn Bajjah.Kontribusi Ibn Bajjah pada filsafat,
tulis Ibn al-Imam, “sungguh-sungguh mencengangkan.” “Sebelum beliau”, lanjut Ibn
al-Imam sembari mengutip sebait sajak, “mata seolah tak pernah melihat matahari
terbit di Barat,” maksudnya di Andalusia. 3 Kontribusi yang ditinggalkannya antara lain:
beberapa risalah dalam ilmu logika yang masih tersimpan di perpustakaan Escurial,
Spanyol; Risalah tentang jiwa; Risalah Al-Ittisal; Risalah al-Wada’berisi uraian tentang
penggerak pertama bagi manusia dan tujuan sebenarnya bagi wujud manusia dan alam;
Beberapa risalah tentang ilmu falak dan ketabiban; Risalah Tadbir al-Mutawahhid;
Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari Aristoteles, Al-Farabi,
Porphyrius, dan sebagainya.

Tokoh-tokoh Pemikiran Islam

1. Al Kindi

Al Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya'kub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn
Ismail Al-Ash'ats ibn Qais Al-Kindi, lahir di Kufah (Irak) pada tahun 801 M tepatnya pada
masa Daulah Abbasiyah.

Kecenderungan Al-Kindi lebih mengarah pada ilmu pengetahuan dan filsafat. Al-Kindi
mencurahkan perhatiannya untuk menerjemahkan dan mengkaji filsafat serta pemikiran
rasional lainnya yang marak saat itu.

Para sejarawan memberi julukan kepada Al-Kindi sebagai "Filosof Arab" disebabkan
dia adalah satu-satunya filosof muslim keturunan Arab asli. Pemikiran Al-Kindi ditemukan
dalam Risalah Fal-Hudat al-Asvya. Al-Kindi mengemukakan dalil yang lazim digunakan para
teolog, yaitu dalil baharu alam, dalil keragaman dan kesatuan, dan dalil pengendalian alam
dalam keteraturan.

2. Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah Abu Al-Husain ibnu 'Abd Allah ibn Hasan ibnu Ali ibn Sina ia juga dikenal
dengan sebutan Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah. Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna
di Dunia Barat sebagai seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia
(sekarang Iran). Ia dilahirkan di Afsyana dekat Bukhara pada tahun 980 M (370 H) dan
meninggal pada tahun 1037 M (428 H) dalam usia 58 tahun. Ia merupakan salah satu
cendekiawan Islam yang mahir dalam dunia filsafat.

3. Imam Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi
asy-Syafi'i. Al- Ghazali lahir di Thus, Khurasan, Persia (sekarang Iran) pada 1058/ 450 H
dan wafat juga di Thus, pada 1111/14 Jumadil Akhir 505 H dalam usia 52 tahun.
Beliau dikenal sebagai seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang di Barat dikenal
dengan sebutan Algazel, khususnya pada abad Pertengahan (Von Dehsen, 1999:75).

4. Ibnu Bajjah

Abdul Syukur al-Azizi dalam buku Untold Islamic History mengatakan nama lengkap Ibnu
Bajjah adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin as-Sayigh at-Tujibi as- Sarakusti. Ia
adalah filsuf muslim terkemuka dari Andalusia yang lahir di Kota Zaragoza, Spanyol, pada
tahun abad ke 5H/11M, tepatnya pada tahun 1082 M.

Hasil pemikirannya ini, dituangkan dalam Risalah al-Wada dan Tadbir al-Muttawwahid,
kedua karya Ibnu Bajjah tersebut merupakan pembelaan terhadap pemikiran Al Farabi
dan Ibnu Sina. Ibnu Bajjah juga menulis sebuah kitab yang berjudul An-Nafs. Kitab ini
menjelaskan tentang persoalan yang berkaitan dengan jiwa, pembahasan kitab ini
banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Yunani la banyak membuat ulasan terhadap
pemikiran dan karya Aristoteles dan Galen.

5. Ibnu Thufail

Ibnu Thufail atau Abu Bakar bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail lahir di Guadix
(Wadi Asy), Granada, Spanyol pada tahun 506 H/1110 M. Filsuf yang populer dengan
sebutan Abubacer di dunia Barat ini memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu
filsafat.

la dianggap sebagai filsuf kedua yang memiliki pengaruh besar di dunia Barat setelah
Ibnu Bajjah. Karyanya yang berjudul Hayy Ibnu Yagzan (Kehidupan Anak Kesadaran),
telah menorehkan tinta emas di atas lembaran sejarah sebagai salah satu karya paling
berharga yang pernah ada di bidang filsafat.

D. Pokok-pokok Pemikiran Filsafat Islam

Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu, politik,
penciptaan alam, akhlaq, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah tersebut
termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia. Dalam hal ini
akan dibahas masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu
(Tuhan) atau kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.

1. HUBUNGAN FILSAFAT (AKAL) DAN AGAMA

Hubungan filsafat dan agama merupakan hubungan yang sangat erat kaitannya.Filsafat dan
agama safawi tidak bisa bertentangan.Dalam kajiannya filsafat membahas tentang kebenaran
dan wahyu membawa informasi tentang kebenaran.Keduanya sama-sama membahas tentang
kebenaran.Selanjutnya agama disamping wahyu juga menggunakan akal, filsafat juga memakai
akal.Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat yang membahas al-haqq al-awwal. Membahas
soal Tuhan diwajibkan dalam islam. Oleh karena itu mempelajari filsafat dalam islam tidak
dilarang.²

Al-Farabi berpendapat bahwa filsafat dapat mengganggu keyakinan orang awam. Oleh karena
itu, ia menyarankan agar filsafat tidak dibocorkan dan tidak disampaikan kepada orang awam.
Para filsuf seharusnya menulis pemikiran filsafatnya dalam bahasa dan gaya yang tidak jelas,
agar kalau jatuh ke tangan awam, mereka tidak dapat memahaminya sehingga tidak
mengancam keyakinan mereka.³

Sedangkan Ibn Rusyd menjelaskan hubungan filsafat dan wahyu mengatakan, bahwa filsafat
ialah tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengatahui semua yang ada ini. Al-Quran
sebagaimana dapat dilihat dari ayat-ayat yang mengandung kata-kata afalaa yandzurun
(mengapa mereka tidak memperhatikan/berpikir), afalla yatadabbarun (mengapa mereka tidak
merenungkan), laayatin li ulil al-bab (sebagai tanda bagi orang-orang yang berpikir, dan
sebagainya, menyuruh agar manusia berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk
mengetahui Tuhan. Dengan demikian.Tuhan sebenarnya menyuruh manusia agar berfilsafat.
Oleh karena itu, ia berpendapat, bahwa berfilsafat hukumnya wajib, atau sekurang-kurangnya
sunah. Selanjutnya Ibn Rusyd menambahkan jika pendapat akal bertentangan dengan wahyu
maka teks wahyu harus diberi interpretasi sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan pendapat
akal. Menurutnya, bahwa ayat-ayat Al-Qur’an disamping mengandung arti lahir, juga megandung
arti batin. Umpamanya surga, dalam arti lahir, berbentuk jasmani.Adapun dalam arti batin, yang
dimaksud surga ialah kesenangan spiritual atau intelektual.⁴

E. Faktor-faktor Timbulnya Filsafat Islam

Timbulnya filsafat dalam dunia Islam dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor dorongan ajaran Islam

Untuk membuktikan adanya Allah, Islam menghendaki agar umatnya memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi. Dan penciptaan tersebut tentu ada yang menciptakannya.
Pemikiran yang demikian itu kemudian menimbulkan penyelidikan dengan pemikiran filsafat.
Agama Islam selalu menyeru dan mendorong umatnya untuk senantiasa mencari dan menggali
ilmu. Oleh karena itu ilmuwan pun mendapatkan perlakuan yang lebih dari Islam, yang berupa
kehormatan dan kemuliaan.

2. Faktor Dakwah Islam

Islam menghendaki agar umatnya menyampaikan ajaran Islam kepada sesama manusia. Agar
orang-orang yang diajak masuk Islam itu dapat menerima Islam secara rasional, maka Islam
harus disampaikan kepada mereka dengan dalil-dalil yang rasional pula. Untuk keperluan itu
diperlukan filsafat.

3. Faktor Menghadapi Tantangan Zaman (ekstern)

Zaman selalu berkembang, dan Islam adalah agama yang sesuai dengan segala perkembangan.
Tetapi hal itu bergantung kepada pemahaman umatnya. Karena itu setiap zaman berkembang,
menghendaki pula perkembangan pemikiran umat Islam terhadap agamanya. Pengembangan
pemikiran tersebut berlangsung di dalam filsafat.

4. Faktor Pengaruh Kebudayaan Lain

Setelah daerah kekuasaan meluas ke berbagai wilayah, umat Islam berjumpa dengan
bermacam-macam kebudayaan. Mereka menjadi tertarik, lalu mempelajarinya dan akhirnya
terjadi sentuhan budaya diantara mereka. Hal ini banyak sekali ditemukan dalam beberapa teori
filsafat Islam, misalnya “teori emanasi” dari Al-Farabi.

Manfaat

1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi

Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari
permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih
dalam dan lebih luas.

2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia

Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.

3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang

Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu
mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.

4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran

Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis,
melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.

5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka

Kita akan semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.

6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru

Ide-ide yang lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis,
tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.

7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional


Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan
sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis

8. Filsafat membantu menjadi diri sendiri

Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh
pendapat dan pandangan umum.

9. Filsafat dapat membangun semangat toleransi

Menjaga keharmonisan hidup di tengah perbedaan pandangan atau pluralitas.⁵

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna, yang
mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati
yang tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunah.Perbedaan filsafat Islam dengan filsafat
Barat adalah filsafat Barat memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara agama
dengan filsafat sedangankan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan agama.

Latar belakang lahirnya filsafat islam adalah karena pada abad ke 16 umat islam menjalankan
ibadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Tokoh-tokoh dalam filsafat Islam diantaranya,
al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Bajjah.Pokok-pkok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam adalah
hubungan filsafat (akal) dan agama, tentang kejadian alam, dan tentang roh serta kelangsungan
hidup.

Cara menyikapi perbedaan pendapat para filosof mengenai filsafat islam adalah dengan cara
sikap terbuka dan toleransi. Dengan mempelajari filsafat islam kita dapat melihat segala
sesuatu tidak hanya di permukaannya saja tetapi lebih jauh dalam dan luas. Selain itu manfaat
mempelajai filsafat membuat kita memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.Filsafat mengasah pikiran untuk lebih kritis.Hal ini membuat kita tidak begitu saja
menerima sesuatu tanpa mengetahui maksudnya.

Saran

Diharapkan perkembangan ilmu yang pesat di zaman modern ini tidak luput dari nilai-nilai
agama dan agama dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu
selanjutnya.Tanpa adanya bimbingan terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan
teknologi tidak semakin menyejahterakan manusia, tetapi justru merusak bahkan
menghancurkan kehidupan mereka.

REFERENSI

¹Muslim Ishak, op. cit., hlm. 8, yang dikutip dari Hitti, The Arabs: A Short History, hlm. 159.

²Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet I, hlm. 120-
121

³Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA hlm.304

⁴Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA hlm. 305

⁵Ana, Chy. 2015. " 20 Manfaat Belajar Filsafat Bagi Kehidupan." http://manfaat.co.id/20-manfaat
-belajar-filsafat-bagi-kehidupan (diakses tanggal 19 maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai