Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI DAN OBJEK KAJIAN FILSAFAT ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah “Filsafat Islam”


Dosen Pengampu:
Nurul Syalafiyah, M.Fil

Oleh :
Muhammad Abdul Rozaq (12)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM (FDKI)


KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
INSTITUT AGAMA ISLAM
PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK
TAHUN 2022

i
KATA PENGATAR
Rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat,
petunjuk, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.

Sholawat serta salam kita berikan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberikan hidayah dan inayahnya dari jaman jailiyah sampai islamiyah seperti
sekarang ini.

Pada dasarnya makalah yang penulis sajikan ini akan mengupas Tentang " Definisi dan
Objek Kajian Filsafat Islam "
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang telah memberi masukan.
Terutama kepada Ibu Nurul Syalafiyah, M.Fil. sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Filsafat Islam
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangan sehingga kritik dan
saran sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi diri
sendiri dan para pembaca Aamiin Ya Robbal Alamin.

Nganjuk, 24 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 1
TUJUAN.................................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat Islam.................................................................................................. 2
B. Objek Kajian Filsafat Islam.......................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...............................................................................................................7
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Filsafat Islam lahir pada saat filsafat Yunani dalam keadaan mati suri, karena
munculnya paham-paham anti ilmu pengetahuan di dunia Barat. Filsafat Islam menunjukkan
bahwa bentuk keseriusan Islam terhadap ilmu pengetahuan baik yang bersifat konsep (Al-
Qur’an dan Hadis) maupun pemikiran yang dilakukan oleh para filosof melalui penelitian
yang sungguh-sungguh dan dukungan dari penguasa sehingga ia menjadi lampu penerang
bagi dunia Islam, barat dan dunia modern. Berkat kerja keras para filosof Islam klasik ini
maka kajian filsafat dalam Islam menjadi sebuah teori yang monumental, sehingga filsafat
Yunani menjadi aktual dan berubah dari mitos menjadi logos. Perubahan ini adalah bukti
teori Islam sebagai marcusuar ilmu pengetahuan jika dibandingkan antara Yunani dan Islam.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dari Filsafat Islam ?
2. Apa saja yang menjadi Objek Kajian Filsafat Islam ?
III. Tujuan Masalah
Mengerti dari berbagai sudut perspektif filosof mengenai definisi Filsafat Islam dan apa saja
yang menjadi objek kajian filsafat Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Filsafat Islam
Secara etimologi, kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia (dari akar kata
philein artinya mencintai, philos artinya cinta, dan sophia artinya kebenaran atau
kebijaksanaan, wisdom, kearifan, atau hikmat) yang melahirkan kata Inggris philosophy atau
kata Arab falsafah. Biasanya, diterjemahkan dengan “cinta kebijaksanaan”. Jadi, kata
majemuk philosophia berarti daya upaya pemikiran dan renungan manusia untuk mencari
kebenaran hakiki atau sejati dalam arti kebijaksanaan atau hikmah. Dari istilah tersebut,
jelaslah bahwa orang berfilsafat ialah orang yang mencari kebenaran atau mencintai
kebenaran dan bukan orang yang merasa memiliki kebenaran.
Dalam khazanah ilmu, filsafat diartikan sebagai berpikir yang bebas, radikal dan berada
dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. Kerja
pikiran ada di otak, oleh karena itu tidak ada satu kekuatan pun, baik raja maupun penguasa
negara mana pun, yang bisa menghalangi seseorang untuk berpikir, apalagi mengatur atau
menyeragamkannya, sepanjang seseorang itu dalam keadaan sehat wal'afiyat, sehingga
meskipun seseorang itu di penjara, tetap saja pikirannya dapat bekerja. Bebas artinya dapat
memilih apa saja untuk dipikirkan, tidak ada yang haram untuk dipikirkan, semuanya
tergantung pada pilihan dan kesanggupan seseorang untuk memikirkannya. la bisa berpikir
mengenai kehidupannya di dunia, dalam berbagai aspeknya, dan ia pun bisa memikirkan
kehidupannya setelah mati. Jikalau pun ada batas, maka batas batas itu bersifat internal, yaitu
pilihan obyek berpikirnya sehingga menjadi batasan obyek atau cara kerja internalnya sendiri,
yang menyangkut cara dan metode yang ditempuh.
Kebebasan berpikir tidak sama dengan kebebasan berbuat. Berpikir itu secara kodrati
bersifat bebas, dan kebebasan berpikir ini menjadi suatu fitrah yang sudah semestinya terjadi
pada manusia. Kebebasan berfikir tidak perlu ditakuti, karena dalam taraf berpikir, tidak bisa
dikenakan sanksi moral apa pun. Sanksi moral hanya dapat dikenakan pada suatu tindakan
atau perbuatan, yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Oleh karena itu, kesalahan dalam
berpikir tidaklah kriminal, bukan suatu kejahatan.
Berpikir dan berbuat adalah dua hal yang berbeda, meskipun bisa menyatu. Berfilsafat
adalah berpikir radikal, radix artinya akar, sehingga berpikir radikal artinya sampai ke akar
suatu masalah, mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas fisik yang
ada, memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik, dan seringkali disebut
sebagai metafisis. Pengembaraan filsafat melewati batas-batas penginderaan manusia, sebagai

2
contoh, ketika seseorang dengan inderanya menatap laut, maka laut dalam alam pikiran
filsafat, tidak hanya dimaknai gumpalan air, yang dihiasi dengan desiran angin dan deburan
ombak, tetapi lebih dalam. dari itu, apakah sesungguhnya hakikat laut itu, dan eksistensinya
mendeskripsikan makna laut bagi kehidupan manusia. Berfilsafat adalah berfikir dalam
tahapan makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu, atau keberadaan dan kehadiran,
Berpikir dalam tahap makna artinya menemukan makna terdalam dari sesuatu, yang berada
dalam kandungan suatu kebenaran, keindahan atau pun kebaikan, sehingga nilai keindahan
menjadi makna yang terkandung dalam karya seni, nilai kebenaran bisa terkandung dalam
suatu teori keilmuan dan nilai kebaikan bisa terkandung dalam suatu tindakan.
Kata Islam berasal, dari kata salima yang berarti "sejahtera", "tidak tercela" "tidak
bercacat". Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi
"selamat"). Dari akar kata itu juga, terbentuk kata-kata salm, silm, yang berarti "kedamaian",
"kepatuhan", dan "penyerahan diri". Berdasarkan uraian tersebut, makna yang terkandung
dalam Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan
kepatuhan”.
Berdasarkan etimologi quraniyah, Islam dapat diartikan sebagi berikut: Pertama, lawan
dari syirik (dliddus syirk), sebagaimana tertuang dalam QS. Al-An'am, ayat 14. Kedua, lawan
kufur (didlul kufr) sebagaimana dalam QS. Ali-Imran ayat 80. Ketiga, kemurnian kepada
Allah (alikhlashu ila Allah) sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 12. Keempat, ketundukan
dan kepatuhan kepada Allah (as silm wa at thoah ila Allah) sebagimana dalam QS Azzumar
ayat 54.10
Islam yang berarti juga salam: keselamatan, penyerahan atau kebebasan, kesucian, atau
al-takhiyah: kebahagiaan kesejahteraan." Kata Islam secara semantik berasal dari akar kata
salima artinya menyerah, tunduk dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah,
dan dengan menyerahkan diri kepada-Nya maka ia memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Dalam pengertian menyerah, maka semua makhluk ciptaan Allah, gunung, samudera, udara,
air, cahaya dan bahkan setan (karena itu setan bukan musuh Allah, tapi musuh manusia) pada
hakikatnya adalah Islam, dalam arti tunduk dan menyerah kepada Penciptanya, pada hukum
hukum yang sudah ditetapkan dan berlaku pada dirinya, sebagai sunnatullah (termasuk
hukum alam).
An-Nahlawi mendefinisikan Islam adalah tatanan ilahi yang selain dijadikan oleh Allah
sebagai penutup segala syari'at, juga sebagai sebuah tatanan kehidupan yang paripurna dan
meliputi seluruh aspeknya. Allah telah meridhai Islam untuk menata hubungan antara
manusia dengan Al Khalik, alam, makhluk, dunia, akherat, masyarakat, istri, anak,

3
pemerintah dan rakyat. Juga untuk menata seluruh hubungan yang dibutuhkan oleh manusia.
Penataan ini didasarkan atas ketaatan dan keikhlasan beribadah kepada Allah semata, serta
pelaksanaan segala yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Muhammad Syaltut mendefinisikan Islam adalah agama Allah yang diperintahkan
untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi
Muhammad dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh
manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya. Menurut H.A.R Gibb “ Islam is indeed
much more than a system of theology; it is a complete civilization”, yakni Islam tidak hanya
sekedar sistem teologi, tetapi juga mencakup semua sistem peradaban manusia. Disini letak
keleluasaan Islam yang wilayahnya tidak hanya mencakup unsur materi dan duniawi tetapi
juga unsur immateri dan ukhrawi,
Filsafat Islam, Islamic Philisophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak
Islami. Islam menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat Islam
bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of Islam. Filsafat Islam selalu merupakan
upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan Kebenaran atau Yang Hakiki, dengan
bahasa intelektual dan rasional. Filsafat Islam artinya berfikir yang bebas, radikal dan berada
pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan
memberikan kedamaian hati. Dengan demikian, filsafat Islam berada dengan menyatakan
keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada keselamatan dan
kedamaian.
Ahmad Fu’ad al-Ahwani, mendefinisikan Filsafat Islam, pembahasan tentang alam dan
manusia yang disinari oleh ajaran Islam. Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy, filsafat Islam secara
umum di dalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu
pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Pengertian secara khusus, ialah
pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof Muslim.
Filsafat Islam bukan filsafat yang dibangun dari tradisi filsafat Yunani yang bercorak
rasionalistik, tetapi dibangun dari tradisi sunnah Nabi dalam berpikir yang rasional
transendental. Rujukan filsafat Islam bukan tradisi intelektual Yunani, tetapi rujukan filsafat
Islam adalah sunnah Nabi dalam berpikir, yang akan menjadi tuntunan dan suri tauladan bagi
kegiatan berpikir umatnya. Karena sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat tauladan
bagi umatnya, baik tauladan dalam bertindak, berperilaku maupun berpikir. Dalam hubungan
ini, Al-Quran 33: 21 menegaskan:

‫لقد كان لكم في رسول هللا أسوة حسنة لمن كان يرجوا هللا واليوم األخر وذكر هللا كثيرا‬

4
Artinya:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak mengingat Allah".
Filsafat Islam mempunyai metode yang jelas, yaitu rasional transendental, dan berbasis
pada kitab dan hikmah, pada dialektika fungsional Al-Quran dan aqal untuk memahami
realitas. Secara operasional bekerja melalui kesatuan organik pikir dan qalbu, yang menjadi
bagian utuh kesatuan diri atau nafs. Filsafat Islam tidak netral, tetapi bertujuan untuk
melibatkan diri dalam proses transformasi pembebasan dan peneguhan kemanusiaan
mencapai keselamatan dan kedamaian, baik dalam kehidupan di dunia maupun akhirat,
Filsafat Islam pada hakikatnya adalah filsafat Kenabian Muhammad.
Filsafat kenabian (prophetic philosophy) merupakan bentuk orisinal dalam tradisi
filsafat Islam. Yang dimaksud dengan filsafat kenabian adalah realitas pengetahuan dan
nubuat kenabian sebagai suatu landasan ontologis, epistemologis, serta aksiologis bagi
konstruksi pemikiran Islam. Realitas pengetahuan yang didasarkan atas filsafat kenabian ini
bersumber dari dialektika rasio dan wahyu, bukan semata-mata penalaran diskursif seperti
yang terjadi dalam alam pikiran Yunani. Perbedaan antara filsafat Yunani dan filsafat Islam
terletak pada persoalan ini. Filsafat kenabian ini bukan dilahirkan oleh filsafat Yunani, karena
kelahirannya berada pada periode filsafat Islam. Adapun pounding father yang memunculkan
konsep filsafat kenabian adalah Al-Farabi. Al-Farabi telah memposisikan nabi sebagai
manusia yang memiliki kekuatan imajinatif yang memungkinkannya berhubungan dengan
'aql fa'al untuk mencapai kebenaran tertinggi. Kebesaran pemikiran Al-Farabi dihadiahi
julukan

2. Objek Kajian Filsafat Islam


Adapun objek filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya, yaitu realitas,
baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaannya terletak pada subjek yang mempunyai
komitmen Qur'ani. Filsafat Islam membahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan
ontologis, hingga menjangkau dataran yang metafisis.
Filsafat Islam juga membahas mengenai nilai-nilai, yang meliputi dataran epistemologis,
estetika dan etika. Di samping itu, filsafat Islam membahas pula tema-tema fundamental

5
dalam kehidupan manusia, yaitu Tuhan, manusia, alam dan kebudayaan, yang disesuaikan
dengan kecenderungan perubahan dan semangat jaman.
Kajian filsafat Islam terhadap obyeknya (obyek material), dari waktu ke waktu, mungkin
tidak berubah, tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus kajiannya
(obyek formal) harus berubah dan menyesuaikan dengan perubahan, serta konteks kehidupan
manusia, dan semangat baru yang selalu muncul dalam setiap perkembangan jaman.
Filsafat Abad pertengahan membedakan antara obyek material danı obyek formal.
Obyek material mengarah pada keseluruhan eksistensi yang merupakan kedalaman subyek.
Para filosof dan saintis berpendapat bahwa obyek material pengetahuan tidak lain adalah
manusia itu sendiri. Manusia sebagai wujud material bukan dalam pengertian materialistis
metafisis sebagaimana Feuerbach mengartikan manusia merupakan entitas sempurna dari
'ada'nya di dunia.
Sementara obyek formal itu menyangkut ciri atau dimensi khas yang lebih dilihat
sebagai watak karakteristik disiplin pengetahuan yang berbeda-beda. Obyek formal inilah
yang membedakan kekhususan masing-masing ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa objek filsafat itu sama dengan objek ilmu
pengetahuan, bila ditinjau secara material, dan berbeda. bila secara formal. Adapun objek
kajian filsafat Islam itu sendiri mencakup Tuhan, alam, dan manusia, yang bersumber kepada
Al-Qur'an, Hadis, dan akal.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat Islam, Islamic Philisophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak
Islami. Islam menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat
Islam bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of Islam. Filsafat Islam selalu
merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan Kebenaran atau Yang
Hakiki, dengan bahasa intelektual dan rasional. Filsafat Islam artinya berfikir yang bebas,
radikal dan berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang
menyelamatkan dan memberikan kedamaian hati. Dengan demikian, filsafat Islam berada
dengan menyatakan keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada
keselamatan dan kedamaian.

Filsafat Islam telah mampu merubah mitos menjadi logos. Dalam perkembangan
konsep dan pemikiran filosof masih bersifat Yunani terutama dalam pembahasan
ketuhanan, jiwa dan lainnya. Hal ini terbukti dalam pembahasan teori emanasi Plotinus
(pemikiran musyrikin dan zinziq) dalam penciptaan alam, yang pengaruhnya merusak
aqidah Islam. Teori-teori ini terutama dikembangkan oleh Al-Kindi, Al-Farabi.
Objek filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya, yaitu realitas, baik yang
material maupun yang ghaib. Objek filsafat sama dengan objek ilmu pengetahuan, bila
ditinjau secara material, dan berbeda. bila secara formal. Adapun objek kajian filsafat Islam
itu sendiri mencakup Tuhan, alam, dan manusia, yang bersumber kepada al-Qur'an, Hadis,
dan akal.

7
DAFTAR PUSAKA
Hermawan.heris dan Yaya Sunarya. (2011) “ Filsafat Islam ” Bandung, CV. Insan
Mandiri.
Zulkarnaini, (2018) “ Filsafat Islam ( Kajian Filosof Klasik ) ”. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Anak (JIPA). Vol. 3 No. 4, di akses pada tanggal 23 Oktober 2022, pukul 21.16
WIB. http://iurnal.stkipan-nur.ac.id

Anda mungkin juga menyukai