Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga buku ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan pengelaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
modul ini agar menjadi lebih baik lagi.
Istilah perilaku erat hubunganya dengan objek yang studinya diarahkan pada
permasalahan manusia. Dibidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara terus-
menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Pada dasarnya perilaku konsumen
merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi
tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa)
guna memenuhi kebutuhannya.
Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita
harus mamahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa
yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang
memengaruhi serta dipengurhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa da dilakukan konsumen.
(Nugroho)
Oleh karena itu, saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang
dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah
berlalu dan telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen
yang mendikte produk apa yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan kini
harus berfokus pada konsumen, konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan.
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching
for, purchasing, using, evaluating, and disposintog of products, services, and ideas they
expect will satisfy they needs”.
“The various facets of the decision of the decision process by which customers come to
purchase and consume a product”.
Istilah perilaku konsumen dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat
keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
“Studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima,
menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide.”
“Merupakan tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang dan jasa, termasuk dalam kegiatan pengambilan keputusan.”
“Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita,
dimana terdapat aspek pertukaran didalamnya”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor penting dalam definisi
tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh
dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran. Perilaku konsumen
adalah dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen,
atau masayarakat luas akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini
berdampak tidak hanya pada studi perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada
pengembangan strategi pemasaran.
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi suatu individu karena berbagai
alasan untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku konsumen, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta
kebijakan umum.
Mowen dan Minor (2002:11-14) menjelaskan bahwa terdapat tiga perspektif riset
perilaku konsumen, yaitu perspektif pengambilan keputusan (decision-making perspective),
perspektif pengalaman (experiential persepective) dan perspektif pengaruh perilaku
(behavioral influence perspective).
a. Orientasi konsumen.
b. Fakta mengenai perilaku pembelian.
c. Teori yang membimbing dalam proses berfikir.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-
kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada konsumen
yang ada maupun konsumen potensial (Stanton, 1997). Pengertian tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang
saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
dan mendistribusikan barang/jasa kepada konsumen secara individual maupun kelompok.
Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber
dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain.
Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok
dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan
melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran. Definisi pemasaran tersebut
berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and
idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan
jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan terhadap
pemasarannya, yaitu:
Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu
sumber bukan pemasaran (kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-
komponen bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi
(Swastha, 2002). Perilaku konsumen mempelajari dimana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.
Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan
pemasaran perusahaan.
Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan
berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah:
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut: (1) Teori Ekonomi
Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan
maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila
memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang
sama untuk beberapa produk yang lain; (2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri
pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan
lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen,
karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung; (3) Teori Antropologis. Teori ini
juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang
lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
Secara sederhana Assael (1994 : 14) mengemukakan bahwa ada tiga faktor pokok yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pertama adalah individu konsumen, dimana
pemilihan produk dan jasa dipengaruhi oleh; kebutuhan, persepsi, dan sikap terhadap
alternatif-alternatif serta demografi konsumen, gaya hidup dan kepribadian. Kedua adalah
faktor lingkungan yang dipelihatkan oleh kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan
faktor situasional. Ketiga adalah strategi pemasaran yang mengawasi konsumen dengan
variabel-variabel produk, harga, promosi, dan distribusi. Berkowitz (1992 : 118).
Pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang
atau berasal dari produk atau merek yang dipasarkan (Wilkie, 1990 : 453). Pengaruh
situasional pada konsumen adalah faktor personal dan lingkungan sementara yang muncul
pada aktivitas konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti
melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktivitas konsumen terjadi, mempengaruhi
tindakan konsumen seperti perilaku pembelian, dan tidak termasuk karakteristik personal
yang berlaku dalam jangka panjang. Situasi konsumen relatif merupakan kejadian jangka
pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor personal yang
memiliki jangka waktu lama.
Terdapat tiga jenis situasi berkaitan dengan pemasar yaitu: situasi konsumsi, situasi
pembelian, dan situasi komunikasi (Assael, 1994 : 527).
1. Situasi konsumsi.
2. Situasi pembelian.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
A. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang, didalam suatu budaya terdapat kumpulan nilai-nilai
dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat
dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya –
subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih
spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis:
kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Ada banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan
lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh
satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain
B. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil,
keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi
kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran
individu atau bersama. Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi. Seseorang
umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi.
Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.
Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh
masyarakat.
C. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan
tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi
barang dan jasa yang dibelinya.
D. Faktor Psikologis
Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi
merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara
untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan
ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak
nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang
timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga
diri atau kebutuhan diterima.
Sebagai pemasar, ada beberapa hal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan
informasi dari konsumen sebagai bahan evaluasi untuk mendapatkan kesempatan utama
dalam pengembangan pemasaran. Pemasar juga harus memberikan informasi kepada
organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik
merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan
dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah mengambil keputusan
kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada
konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola
pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek.
1. Pengenalan Masalah
2. Pencarian informasi.
3. Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif
secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
4. Keputusan Pembeli
Dalam hal ini proses terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan
keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik
seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen
secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan
beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi
untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan
peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep
perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk
pengembangan stratergi pemasaran.
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli
merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal
Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen,
sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang
dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang
lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting
keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat
atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan
keputusan terbatas dan proses inertia;
B. Proses “ Inertia “,
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan
keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal
kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan
untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan
pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan
kepentingan yang rendah “kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience
yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli
merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu. Pengambilan keputusan
konsumen menghubungkan konsep perilaku dan strategi pemasaran melalui
penjabaran hakekat pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa yang digunakan
oleh konsumen dalam memilih merek akan memberikan petunjuk dalam manajemen
pengembangan strategi. Pengambilan keputusan konsumen adalah bukan proses
yang seragam. Ada perbedaan antara (1) pengambilan keputusan dan (2) keputusan
dengan keterlibatan kepentingan yang tinggi dan keputusan dengan keterlibatan
kepentingan yang rendah.
BAB II
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU
KONSUMEN
BAGIAN I
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan
orang sekelilingnya atau antara banyak orang. Lingkungan sosial juga merupakan orang-
orang lain yang berada di sekeliling konsumen dan termasuk perilaku dari orang-orang
tersebut. Adapun lingkungan sosial terbagi lagi menjadi dua;
a. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen, yang
berinteraksi langsung dengan konsumen. Lingkungan mikro mempengaruhi
perilaku, sikap dan kognitif konsumen tertentu secara langsung. Ayah, ibu, adik,
kakak dan anggota keluarga lainyang tinggal bersama dengan konsumen
adalahlingkungan mikro sosial. Mereka akan mempengaruhi sikap dan perilaku
konsumen secara langsung.
b. Lingkungan makro adalah lingkungan jauh dari konsumen bersifat umum dan
berskalaluas, misalnya sistem politik dan hukum, kondisiekonomi dan budaya.
Karena itu lingkungan makro memiliki pengaruhluas terhadap masyarakat bukan
hanya kepada individu konsumen.
2. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah semua aspek fisik non manusia dalam lingkungan di mana
perilaku konsumen terjadi. Lingkungan fisik dibagi menjadi 2 kategori;
a. Ruang (spatial)
- Produk dan Merk
- Toko
- Desainn toko
b. Non Ruang (Nonspatial)
- Waktu
- Cuaca
- Kelembapan
- Tingkat Kebisingan
A. Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan yang dianut atau segala sesuatu yang dianggap penting
oleh seseorang atau suatu masyarakat. Kepercayaan bersama atau norma
kelompok yang telah diserap oleh individu.
1. Nilai-nilai umum (global values)
B. Norma (Norm)
Norma adalah kepercayaan yang dianut dengan consensus dari suatu kelompok
sehubungan dengan kaedah perilaku untuk anggota individual. Norma akan
mengarahkan seseorang tentang perilaku yang diterima dan yang tidak diterima.
Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang
boleh dan tidak boleh. Norma terbagi dalam 2 macam;
2. Cresive Norm, merupakan norma yang ada dalam budaya dan bias dipahami
dan dihayati, jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari
budaya yang sama.
C. Kebiasaan
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara
budaya. Kebiasaan diturunkan dari generasi ke generasi. Kebiasaan juga
menyangkut berbagai jenis perayaan yang terus menerus dilakukan secara rutin.
Contoh; kebiasaan daerah Manado, dalam setiap perayaan Paskah terdapat
tradisi membagikan telur Paskah sehingga secara otomatis meningkatkan
permintaan akan telur.
D. Larangan
E. Konvensi
1. Mitos
2. Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep) yang memiliki
arti penting lainnya (makna budaya yang diinginkan) contoh : bendera warna
kuning yang ditaruh di tepi jalan atau depan rumah, symbol bahwa ada warga
yang meninggal. Simbol “Macan” pada produk biskuit merek “BISKUAT”,
memberikan inspirisi sebagai merek yang biskuit yang akan memberikan
energi dan kekuatan kepada konsumen.
Konsumen adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang
lain, berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai
lingkungan social konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling
mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai
yang dianggap penting. Salah satunya unsur lingkungan sosial adalah budaya.
“Culture refers to a set of values, idea, artifacts, and other meaningful symbols that help
individuals communicate, interpret, and evaluate as member of society” (Engel, Blackwell
dan Miniard,1995). Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan symbol- simbol lain
yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan
evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti
nilai, pemikiran dan kepercayaan, Budaya bisa berbentuk objek material, rumah, pakaian,
kendaraan adalah contoh-contoh produk yang bisa dianggap sebagai Budaya suatu
masyarakat. Undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi dan bahasa adalah
beberapa contoh lain dari budaya suatu masyarakat.
Menurut Philip Kotler dan AB.Susanto, menyatakan bahwa faktor budaya dipengaruhi
oleh :
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak
mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarganya serta
lembaga-lembaga penting lain.
b. Sub-budaya
Masing-masing budaya terdiri atas subbudaya yang lebih kecil yang memberikan lebih
banyak ciri dan sosialisasi khusu bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri atas
kebangsaaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak subbudaya
membentuk segmen pasar penting dan pemasar seiring merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen (Rangkuti, 2002:
98) Misalnya :
1. Individual/Kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada,
New Zaeland, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang,
India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci
yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu.
Tidak mengherankan, Konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda
pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu
informasi.
Seperti contoh, Konsumen dari negara yang lebih kolektif cenderung untuk lebih
suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibanding dengan budaya
individualistik.
2. Usia Muda/Tua
Dalam hal ini adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat
sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, Para orang tua memilih
untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda
dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak
mereka.
3. Luas/Batasan Keluarga
Pengertiannya adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu
keputusan penting bagi anggota keluarganya. Orang tua memiliki kebijakan yang lebih
dalam memutuskan apa yang terbaik untuk anaknya, atau malah sebaliknya anak-anak
memberi keputusan sendiri apa yang terbaik untuk mereka. Pada beberapa budaya,
pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak.
Dalam hal ini seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa
sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecendurungan dalam mengambil
keputusan dalam membeli.
A. Kelas sosial
Kelas sosial adalah serangkaian konsep dalam ilmu-ilmu sosial dan teori politik
berpusat pada model stratifikasi sosial di mana seseorang dikelompokkan ke
dalam seperangkat kategori sosial hirarkis.
Dalam bahasa umum, “kelas sosial”, merupakan istilah yang biasanya identik
dengan onomi,” didefinisikan sebagai: “orang yang memiliki status sosial,
ekonomi, atau pendidikan yang sama,” misalnya, “kelas pekerja”; “bermunculan
profesional kelas- Kelas sosial terbagi menjadi kelas atas, kelas menengah dan
kelas bawah.
Pada prinsipnya, jika setiap atribut manusia diciptakan dalam suatu masyarakat
dapat dibagi menjadi kelas-kelas sosial yang berbeda maka kelas sosial tersebut
dapat dibagi berdasarkan pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengaruh politik,
asal negara, jenis kelamin. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan
tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut.
Kelas Sosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak
dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.
Jadi, definisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial ialah: Sekelompok manusia
yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.
B. Status Sosial
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang
dalam masyarakatnya (Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakatdibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah. Status sosial sering pula disebut
sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok
masyarakatnya.
Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status,
seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah,
Guru dsbnya. Dalam teori sosiologi, unsur- unsur dalam sistem pelapisan
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur ini
merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan
seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial.
Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah
laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan
masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial atau kelompok masyarakat. Cara-cara memperoleh status atau
kedudukan;
4. Pengaruh Individu
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang
memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat
merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen, bila
jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-
jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang berasal dari diri
konsumen, yang diantaranya;
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan
demikian pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan
jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya
peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan
dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator
ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk
menetapkan posisi produknya.
d. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat
mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola
kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat dna
pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat,
dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan
bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah
penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga
timbul karena dua alasan;
a. Banyak produk yang dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit
keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, barangkali
dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota lain dari keluarga besar. Mobil
biasanya dibeli oleh keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja
mereka terlibat dalam pelbagai tahap keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu
senggang bagi banyak keluarga adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat.
Kunjungan tersebut kerap melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli
berbagai barang rumah tangga, busana, dan barangkali bahan makanan. Perjalanan
tersebut mungkin pula melibatkan semua anggota dalam memutuskan di restoran
fast-food mana untuk membelanjakan pendapatan keluarga yang dapat digunakan.
Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi
tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian
keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey
dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada
untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke
semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang
mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika
anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang
dibeli oleh keluarga atau pengaruh relatif dalam keputusan tersebut.
Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang
berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti
(nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
tingga bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti, ditambah kerabat
lain, seperti kakek-nenek, paman dan bibi, sepupu dan kerabat karena perkawinan. Keluarga
dimana seseorang dilahirkan disebut keluarga orientasi (family of orientation), sementara
keluarga yang ditegakkan melalui perkawinan adalah keluarga prokreasi (family of
procreation).
Rumah tangga (household) adalah istilah lain yang kerap digunakan oleh para pemasar
sewaktu mendeskripsikan perilaku konsumen. Rumah tangga berbeda dengan keluarga
dalam rumah tangga mendeskripsikan semua orang, baik yang berkerabat maupun yang
tidak, yang menempati satu unit perumahan. Baik untuk rumah tangga maupun keluarga,
data dapat digunakan oleh organisasi pemasaran untuk analisis makro maupun pemasaran.
6. Pengaruh Situasi
Situasi merupakan perilaku konsumen disuatu lingkungan untuk tujuan tertentu, situasi
konsumen bisa berlangsung sangat singkat (Misal membeli koran saat menunggu di lampu
lalu lintas), lebih lama ( berbelanja di swalayan , 10-15 menit), atau sangat lama ( mencari
dan membeli kendaraan bekas, 1-7 hari). Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)
mengemukakan bahwa pengaruh situasi adalah pengaruh yang muncul dari faktor-faktor
yang sangat terkait dengan waktu dan tempat, yang tidak tergantung kepada konsumen dan
karakteristik objek(produk atau merek). Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa
situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi
dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Situasi
konsumen terdiri dari 3 faktor yaitu tempat dan waktu, penjelasan mengapa perilaku
tersebut terjadi, dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumen.
Situasi sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau
barang. Terjadinya pembelian yang tidak direncanakan sering dilakukan oleh siapa saja
terutama pada waktu berbelanja. Sekarang ini banyak sekali toko-toko, pengecer,
supermarket, mall dan lain-lain bermunculan menawarkan barang kebutuhan kepada
konsumen. Tingginya tingkat persaingan di antara supermarket, toko, pengecer, mall dan
lain-lain menuntut setiap penjual berusaha menawarkan berbagai rangsangan yang mampu
menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian.
Pengaruh situasi konsumen adalah faktor personal dan lingkungan yang terdapat pada
saat aktifitas konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti berikut;
a. Situasi Konsumsi
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan disaat konsumen memperoleh
informasi atau melakukan komunikasi. Konsumen mungkin memperoleh informasi
melalui :
- Komunikasi lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga;
- Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran,
majalah,poster, billboard, brosur, leaflet dsb;
- Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promosi penjualan yang
berada di papan pengumuman depan toko.
b. Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau keadaan yang dialami ataupun yang
dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan
mempengaruhi pembelian Contoh: ketika konsumen berada di bandara, ia mungkin
akan bersedia membayar sekaleng Cola berapa saja harganya ketika haus.
Sebaliknya, jika ia berbelanja Cola di swalayan dan mendapatkan harganya relatif
lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan
menunda pembelian Cola dan mencari di tempat lain.
c. Situasi Pemakaian
Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa yang merupakan
situasi atau suasana ketika konsumen ingin mengkonsumsi atau mengunakan suatu
produk atau jasa. Konsumen sering kali memilih suatu produk karena pertimbangan
dari situasi konsumsi. Misalnya, konsumen muslim sering menggunakan pakaian
muslim pada saat hari raya idul fitri atau hari besar keagamaan lainnya. Situsi seperti
ini lah yang digunakan oleh produsen untuk menggunakan konsep situasi
pemakaian.
BAB III
KELAS SOSIAL DAN KELOMPOK SOSIAL
BAGIAN I
Kelas sosial adalah penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat, artinya semua keluarga
dan orang yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat
umum. Dengan demikian pengertian kelas adalah parallel dengan pengertian lapisan tanpa
membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya.
Adapun yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan unsur
ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kedudukan
(status group).
5.1.2 Proses Statifikasi Sosial dan Sifat Alamiah Sosial dalam Kelas Sosial dan
Kelompok Sosial
Dalam masyarakat di mana kamu tinggal, kamu dapat menjumpai orang-orang yang
termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin. Penggolongan tersebut menunjukkan bahwa
di dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain. Dalam sosiologi, pengelompokan masyarakat berdasarkan
tingkatan-tingkatan tertentu itu disebut dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan
anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejal sosial yang sifatnya
umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman Yunani Kuno, Aristoteles (384– 322
SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-
tengahnya.
Berikuti ini merupakan beberapa pendapat menurut ahli tentang stratifikasi sosial;
1. Pitirim A. Sorokin
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas- kelas
secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa
stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur.
Lapisanlapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas batasbatasnya, tetapi tampak
bahwa setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan
atau strata sosial yang secara relatif adalah sama.
2. P.J. Bouman
Stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam
kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut status
sosial.
3. Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam
kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
1. Ukuran kekayaan
Merupakan kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah dan materiil saja.
Biasanya orang yang memiliki harta dalam jumlah yang besar akan menempati
posisi teratas dalam penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria ini.
3. Ukuran kehormatan
Dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau dapat pula diukur dari sisi kekayaan
materiil. Orang yang mempunyai gelar kebangsawanan yang menyertai namanya,
seperti raden, raden mas, atau raden ajeng akan menduduki strata teratas dalam
masyarakat.
Secara luas, kriteria umum penentuan seseorang dalam stratifikasi sosial adalah
sebagai berikut;
1. Kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam
kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif.
Stratifikasi sosial didalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
perkembangan masyarakat dan dapat pula secara sengaja ditentukan oleh masyarakat itu
sendiri.
Contoh stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya adalah pada masyarakat kerajaan,
dimana orang yang masih keturunan raja akan menempati lapisan yang tertinggi.
2. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Tujuan Tertentu Stratifikasi
sosial yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan tertentu biasanya berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal (resmi),
seperti birokrasi pemerintah, universitas, sekolah, partai politik, perusahaan, dan lain
sebagainya.
Dalam stratifikasi sosial yang sengaja disusun terdapat berbagai cara untuk menentukan
atau menetapkan kedudukan seseorang dalam strata tertentu, antara lain sebagai berikut;
1. Perbedaan ras dan budaya. Ketidaksamaan ciri biologis, seperti warna kulit, latar
belakang etnis, dan budaya telah mengarah pada lahirnya stratifikasi dalam
masyarakat. Dalam hal ini biasanya akan terjadi penguasaan grup yang satu terhadap
grup yang lain.
2. Pembagian tugas dalam hampir semua masyarakat menunjukkan sistem pembagian
tugas yang bersifat spesialisasi. Posisi-posisi dalam spesialisasi ini berkaitan dengan
perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dari order sosial yang muncul.
3. Stratifikasi lambat laun terjadi, karena alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau
langka. Kelangkaan ini terasa apabila masyarakat mulai membedakan posisi, alatalat
kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Jadi, suatu kondisi
yang mengandung perbedaan hak dan kesempatan di antara para anggota dapat
menciptakan stratifikasi.
Menurut Max Webber, pelapisan sosial atau stratifikasi sosial ditandai dengan adanya
beberapa hal berikut ini;
1. Persamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib. Peluang untuk hidup masing-
masing orang ditentukan oleh kepentingan ekonomi yang berupa penguasaan barang
serta kesempatan memperoleh penghasilan dalam kehidupan.
3. Kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan menurut Webber adalah suatu peluang bagi
seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui
suatu tindakan komunal, meskipun mengalami pertentangan dari orang lain yang
ikut serta dalam tindakan komunal tersebut.
Sistem lapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat yang bersangkutan. Akan tetapi, lapisan atau stratifikasi sosial ini dapat terjadi
dengan sengaja yang disusun untuk tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan
masyarakat tanpa disengaja, seperti tingkat kepandaian seseorang, usia, dekatnya hubungan
kekerabatan dengan orang yang dihormati, atau mungkin harta yang dimiliki seseorang,
bergantung pada masyarakat yang bersangkutan dalam memegang nilai dan norma sosial,
sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri. Stratifikasi sosial yang dibentuk dengan
sengaja, berhubungan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang secara resmi dalam
organisasi- organisasi formal, seperti organisasi pemerintahan, partaipolitik, militer, dan
organisasi sosial lain yang dibentuk berdasarkan tingkat tertentu. Sistem pelapisan sosial ini
sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
Stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat dapat menyangkut pembagian uang,
tanah, kehormatan, dan bendabenda yang memiliki nilai ekonomis. Uang dapat dibagi
secara bebas di antara anggota suatu organisasi berdasarkan kepangkatan dan ukuran
senioritas, tanpa merusak keutuhan organisasi yang bersangkutan. Bahkan, apabila dalam
suatu sistem pemerintahan, kekuasaan, dan wewenang tidak lagi dibagi secara teratur sesuai
dengan ukuran stratanya, akan menimbulkan kekacauan yang memecah keutuhan
masyarakat dan secara tidak langsung memecah keutuhan suatu negara.
Menurut Soekanto, semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan
kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial, tidaklah demikian. Perbedaan atas
lapisan-lapisan pada masyarakat, merupakan gejala yang universal yang merupakan bagian
dari sistem sosial setiap masyarakat. Pada masyarakat kecil dan homogen dapat dikatakan
hampir tidak terdapat pelapisan sosial. Adapun masyarakat yang heterogen seperti di
perkotaan, memperlihatkan kecen derungan menuju ke arah stratifikasi yang lebih banyak
dan kompleks, sebab dasar dari stratifikasinya adalah pembagian kerja. Penilaian ditinjau
dari segi peranan yang berhubungan dengan jenis pekerjaannya dalam memenuhi
kepentingan masyarakat nya yang didasarkan atas penilaian biologis dan kebudayaan.
1. Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertentangan yang terjadi
pada masyarakat sehingga menjadi objek penyelidikan.
2. Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur, yaitu
sebagai berikut;
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, misalnya penghasilan, kekayaan,
keselamatan (kesehatan, laju angka kejahatan), wewenang.
b. Sistem pertentangan yang diciptakan masyarakat (prestise dan penghargaan).
c. Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat, hak milik, wewenang, atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, misalnya tingkah laku, cara ber pakaian, bentuk
rumah, keanggotaan dalam suatu organisasi formal.
e. Mudah sukarnya berubah kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu atau kelompok sosial yang menduduki status sosial
yang sama dalam sistem sosial, seperti: a) pola-pola interaksi (struktur clique dan
anggota keluarga); b) kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap, dan
nilai; c) kesadaran akan status masing-masing; d) aktivitas dalam organisasi secara
kolektif.
Dilihat dari sifatnya, kita mengenal dua sistem stratifikasi sosial, yaitu sistem
stratifikasi sosial tertutup dan system stratifikasi sosial terbuka.
Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada
masyarakat Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta tertentu sangat sulit,
bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas sangat sulit
untuk pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada pelanggaran berat yang
dilakukan oleh anggota tersebut.
Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang bersifat terbuka ini
akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal maupun vertikal.
Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk
mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong
oleh beberapa faktor berikut ini.
a. Perbedaan ras dan sistem nilai budaya (Adat Istiadat), perbedaan ini menyangkut
warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku bangsa.
b. Pembagian tugas (Spesialisasi), spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan
fungsi stratifikasi dan kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
c. Kelangkaan hak dan kewajiban, apabila pembagian hak dan kewajiban tidak
merata, maka yang akan terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi
sosial di dalam masyarakat.
3.2.1 Kategori isi dan pengukuran kelas sosial, gaya hidup dan kelas sosial
A. Kategori isi
Kategori isi kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisara dari status
rendah sampai status yang tinggi. Dengan demikian,para anggota kelas tertentu merasa
para anggota kelas sosial lainyamempunyai status yang lebih tinggi atau lebih yang
lebih rendah dari pada mereka.krena itu,bagi kebanyakan orang,penggolongan sosial
berarti orang tersebut sama dengan mereka (Dalam kelas sosial yang sama), superior
dibanding mereka (Kelas sosial yang lebih tinggi), maupun inferior dibandingkan
mereka (Kelas sosial yang lebih rendah).
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakp dalam berbagai
kategori yang luas berikut ini;
1. Ukuran subyektif
Dalam pendekatan subyektif untuk mengukurkelas sosial,para individudiminta
untuk menaksirkan kedudukan kelas sosialmereka masing-masin,klasifikasi
keangotaan kelas sosial yangdihasilkan didasarkan pada persepsi partisipasi
terhadap dirinya atau citra diri partisipasi. Kelas sosial dianggap sebagai
fenomenayang menggambarkan rasa memiliki atau mengindetifikasi dengan
orang lain. Ukuran keanggotaan sosial yang subyektif cenderung menghasilkan
berlimpahnya orang yang menggolongkan diri sebagai kelas menengah.
2. Ukuran reputasi
Para sosiolog telah menggnakan pendekatan reputasi untuk memeperoleh
pengertian yang lebih baikmengenai struktur masyarakat tertentu yang sedang
dipelajari. Tetapi,para peneliti konsumen lebih tertarik pada ukuran kelas sosial
lebih tertarik pada ukuran kelas sosial untuk memahami pasar dan perilaku
konsumn dengan lebih baik. Sesuai dengan tujuan yang lebih terfokus
ini,pendekatan reputasi telah terbukti tidak dapat dipergunakan.
3. Ukuran obyektif
Berbeda dengan metode subyektif dan metode reuputasi, yang mengharuskan
orang memimpikan kedudukan para anggota masyarakat lainya,ukuran obyektif
terdiri dari berbagai variabel demografis atau sosioekonomis yang dipilih
mengenai para individu yang sedang di pelajari. Semua variabel ini diukur
melalui kuesioner yang berisibeberapa prtanyaan faktual kepada para responden
mengenai diri mereka sendiri, keluarga atau tempat tinggal mereka. Ketika
memilih ukuran obyektif kelas sosial, kebanyakan penelitian lebuh menyukai
satu atau beberapa variabel berikut ini,pekerjaan,jumlah penghasilan,dan
pendidikan. Ukuran subyektif kelas sosial terbagi menjadi dua kategori pokok
yaitu;
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Penghasilan
- Variabel lain
A. Gaya hidup
Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusianyang bisa berubah
bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah
gaya hidup pada awalnya dibuat oleh pisikolog Austria, Afraid Alder pada tahun
1961.
Menurut Kolter ( 2000:89 ) adalah pola hidup seseorang di dunia yang dikspresikan
dalam aktivitas,minat,dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “Keseluruhan diri
seseorang“ dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga dapat
disimpulkan,gaya hidup adalah pola hidup seseorang dimna terdapat titik temu
antara kebutuhan ekspersi diri dengan harapan suatu kelomok tertentu yang
diekspresikan dalam aktivita,minat dan opininya. Gaya hidup setiap kelompok
memiliki akan mempunyai ciri khas tesendiri sehingga, gaya hidup suatu masyarakat
berbeda dengan masyarakat lainnya.
B. Kelas sosial
Menurut Peter Beger mendeinisikan kela sebagai konsep kelas yang dikaitkan
dengan posisi seseorang dalam masyarakat dalam berdasarkan kriteria ekonomi.
Apabila semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka semakin tingi juga
kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termaksud
kategori kelas menengah (high class) sebaliknya bagi mereka yang
perekonomiannya cukup atau kurang, termaksud kedalam kategori kelas menengah
(middle class) dan kelas bawah (lower class).
2. Pekerjaan, merupakan aspek kelas sosial yang penting,karena begitu banyak segi
kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
a. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya,
maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang
diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Peranan dalam hal ini
ialah Achieved Status, merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang dengan
disengaja. Contoh;
- Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak
mempunyai anak.
- Seseorang tidak bisa memberikan surat tilang (bukti pelanggaran) kalau dia
bukan polisi.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peranan
yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain. Seseorang
dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang
wanita dapat mempunyai peranan sebagai konflik peranan timbul ketika seseorang
harus memilih salah satu diantara peranannya misalnya sebagai ibu atau sebagai
karyawan kantor.
b. Konflik peranan, timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau
lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika
seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai atau kurang
mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia
tidak melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna. Contoh;
- Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru di suatu sekolah. Ketika puterinya sakit, ia
harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter.
Pada saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam dirinya terjadi
konflik karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar
dikelas isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus
- Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para
anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-
norma yang sesuai dengan posisinya.
2. Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat. Contoh;
- Seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar,
membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi truktur
sosial masyarakat.
Contoh: Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dsb, merupakan peranperan dalam
masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat.
4. Fungsi Peranan Sosial
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut
antara lain:
1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan
struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu
mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut
memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
2. Segmentasi pasar
a. Dapat diukur (Measurable), merupakan suatu ukuran, daya beli, dan profil pasar harus
dapat diukur dengan tingkat tertentu.
b. Dapat dijangkau (Accessible), segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara
efektif.
c. Cukup besar (Substantial), segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba
yang dapat dilayani. Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup
bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.
Begitu luasnya karakteristik yang terdapat di pasar, maka segmentasi pasar perlu
dilakukan, berikut adalah manfaat dan tujuan secara lebih detail;
a. Tahap Survey
Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada target segmen pasar untuk mendapatkan
pemahaman terhadap sikap, motivasi, dan perilaku konsumen. Wawancara bisa dalam
bentuk kuesioner, di mana data kuesioner yang terkumpul bisa dijadikan informasi
atas atribut-atribut yang dibutuhkan.
b. Tahap Analisis
Di tahap ini, data yang mengandung variabel-variabel berkorelasi tinggi dibuang,
kemudian dilakukan analisis kelompok untuk menghasilkan jumlah maksimum
segmen yang berbeda.
c. Tahap Pembentukan
Di tahap ini dibentuklah kelompok berdasarkan perbedaan sikap, perilaku, demografis,
psikologis, psikografis, dan pola media. Dari sifat dominan yang ditemukan pada
kelompok tersebut, diberikanlah nama profil pada kelompok segmen itu.
h. Segmentasi hybrid
Segmen ini dibentuk berdasarkan kombinasi beberapa variabel segmen yang
membentuk sebuah segmen tunggal. Sebagai contoh segmen geodemografis, sangat
berguna untuk menemukan prospek terbaik bagi seorang pengiklan atau pemasar
dalam menemukan kepribadian, tujuan, dan ketertarikan dan diisolasikan dimana
mereka hidup.
1. Kelompok semu yaitu kelompok sosial yang terbentuk secara spontan , tidak
direncanakan, dan tidak terorganisir. Karena cara terbentuknya tersebut,
diantara anggotanya biasanya tidak terjadi interaksi secara terus menerus, tidak
ada kesadaran berkelompok, serta kehadirannya tidak konstan. Kelompok
semu dibagi menjadi tiga :
c. Publik adalah masyarakat luas yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Publik terbentuk karena ada perhatian yang sama yang disatukan oleh alat-
alat komunikasi misalnya; orang-orang pendengar siaran radio atau saluran
televisi.
2. Kelompok nyata salah satu cirinya adalah kehadirannya selalu konstan.
Kelompok nyata diklasifikasikan menjadi 4 jenis;
c. Kelas antar anggota kelompok dan tidak ada organisasi dalam kelompok
sosial jenis ini. Misalnya; kelompok yang memiliki kesamaan jenis
kelamin (laki-laki/perempuan), ras,agama, kelompok kaya dan miskin.
2. Out Group adalah kelompok yang berada diluar keanggotaan seorang individu
atau kebalikan dari in group.
Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu tampak dari
pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang dalam membeli akan
barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun hanya sebagai penghias dalam kelas
sosial begitu berbeda. Untuk kelas sosial dari status yang lebih tinggi akan membeli barang
kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki harga yang cukup
mahal. Sementara itu untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang
kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja. Adapun yang
merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin
merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
A. Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status
sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena
memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang
rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh: Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni
Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa.
Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari
gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda,
Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh
kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
B. Pengertian Kelompok
Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan
proses pertumbuhan kelompok itu sendiri. Individu sebagai makhluk hidup
mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow dikenal sebagai:
- Kebutuhan fisik
- Kebutuhan rasa aman
- Kebutuhan kasih sayang
- Kebutuhan prestasi dan prestise, serta
- Kebutuhan untuk melaksanakan sendiri.
Di lain pihak, individu memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas,
namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu
harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup satu kelompok.
Dalam keadaan seperti itu, individu berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada
dirinya melalui prinsip escapism, artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan
mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada orang lain yang menurut
pendapatnya memiliki sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri
seperti ini mengakibatkan timbulnya perasaan perlunya kemesraan di dalam
kehidupan bersama. artinya, individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan
individu lain.
Bentuk kelompok seperti keluarga, regu kerja, atau regu belajar merupakan contoh
konkret dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat yang baik di
dalam masyarakat yang semakin kompleks. Smith menguraikan: “Kelompok adalah
suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk
berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.”
1. Klasifikasi Kelompok
Kelompok dapat diklasifikasikan menjadi empat dikotomi;
2. Disclaimant group adalah kelompok yang menolak satu ide maupun produk , seperti
misalnya yayasan kanker yang menolak konsumsi rokok dan mempengaruhi anggota
masyarakat umumuntuk tidak mengkonsumsi rokok.
1. Kelompok Formal, yaitu kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis
dan keanggotaannya terdaftar secara resmi. Contohnya, Serikat Pekerja Indonesia,
universitas dll.
2. Kelompok Informal, yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara
tertulis dan keanggotaannya tidak terdaftar secara resmi. Contohnya, kelompok
bermain futsal, kelompok arisan dll.
Ada tiga jenis daya tarik utama kelompok acuan yang biasa digunakan dalam kiat- kiat
pemasaran;
1. Selebritis, pada umumnya orang terpesona melihat orang kaya, sukses terkenal, dan
mereka bisa terkenal karena cantik/ganteng dan mempunyai keahlian tertentu. Mereka
mempengaruhi pengagumnya dalam hal cara berpikir, apa yang dibeli, digunakan,
ditonton, dimaka, diminum, didengarkan, dan dalam kegiatan dimana mereka terlibat.
2. Ahli atau pemimpin pendapat; mereka adalah orang-orang yang pendapatnya mengenai
suatu produk tertentu dituruti oelh orang-orang yang kurang tahu tentang produk
tersebut.
Menurut Hawkins et al. (2007), terdapat tiga pengaruh kelompok referensi, yaitu:
Terdapat tiga cara yang disampaikan oleh Engel et al. (1994), yaitu:
Besar kecilnya pengaruh yang dibrikan oleh kelompok acuan terhadap perilaku individu
biasanya tergantung dari sifat-sifat dasar individu, produk yang ditawarkan, juga pada faktor-
faktor sosial yang spesifik.
2. Kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok acuan. Sebuah kelompok acuan yang
dianggap kredibel, menarik, atau kuat dapat menginduksi sikap konsumen dan
perubahan perilaku. Sebagai contoh, ketika konsumen memperhatikan dengan
memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja atau kualitas suatu produk atau jasa,
mereka akan dipengaruhi oleh orang- orang yang mereka anggap sebagai orang yang
terpercaya dan berpengetahuan.
3. Sifat produk yang menonjol secara visual atau verbal. Produk yang menonjol secara
visual maupun verbal adalah produ-produk yang dikonsumsi didepan umum dan juga
produk yang ekslusif seperti barang-barang mewah.
4. Dampak kelompok acuan terhadap produk dan pilihan merek, terutama yang meyangkut
reward power dan social power. Di beberapa kasus, untuk beberapa produk, kelompok
acuan mungkin kelompok acuan dapat mempengaruhi kategori produk baik seseorang
dan pilihan merek (atau tipe). Seperti produk yang disebut produk plus, merek barang
plus. Pada kasus yang lain, kelompok acuan mempengaruhi hanya produk kategori
keputusan.
5. Besar kecilnya risiko yang dipersepsi konsumen bila dia menggunakan produk tersebut.
Semakin besar resiko yang dipersepsi, semakin besar pengaruhkelompok acuan yang
sengaja dicari. Orang yang ingin membeli mobil akan bertanya dan terus mencari
informasikarena dia mempersepsi risiko yang tinggi (harga mahal dan dia bukan ahli
mesin).
BAB IV
PENGARUH PRIBADI DAN DIFUSI INOVASI
BAGIAN I
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983)
mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran
tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process
by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the
members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis
perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh
individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide,
praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide,
praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka Difusi Inovasi adalah suatu proses penyebar
serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang
terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu
ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial.
Sementara itu, tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial
tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada
masyarakat.
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,
ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk
S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu
inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva
ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu
yang lainnya menggambarkan dimensi waktu. Pemikiran Tarde menjadi penting karena
secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi
inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current
importance because “Most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat
itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-
penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan
hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva
S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of
adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on
a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori difusi inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana
studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer,
seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh
teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of
Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of
Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis
Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).
Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat dan
dinamika sosial dan politik akan mempengaruhi pilihan strategi komunikasi dan diseminasi
informasi publik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus catatan bagi pejabat publik dan humas
pemerintah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan tersebut.Secara
umum pola komunikasi di masa mendatang relatif tidak berubah. Komunikasi linier, sebagai
basis, tetap digunakan. Namun, proses atau pendekatan komunikasi transaksional (yang
bersifat diskusi interaktif, kooperatif, egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan
menjadi kebutuhan.
Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang menghadirkan
narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan. Hanya saja, media perlu
berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’ menjadi ‘mau bersuara’ dan menghindari
narasumber yang “itu lagi, itu lagi” karena akan membuat audiens cepat bosan.
4.1.4 Element Difusi Inovasi
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen
pokok, yaitu:
1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam
hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber
kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu
memperhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik penerima. Jika
komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak
yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan
efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat
dalam;
a. Proses pengambilan keputusan inovasi,
b. Keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima
inovasi, dan
c. Kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
d. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen
yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara
lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu
inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang
berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup;
Hal yang berbeda dengan presentasi yang dilakukan dalam prinsip heterophily seperti
yang dialaminya tahun lalu, ketika itu ia mempresentasikan proposalnya dengan lugas,
banyak menggunakan bahasa Inggris dan banyak mengambil contoh kasus di Amerika.
Presentasinya tidak begitu disukai dan proposalnya tidak begitu disukai dan proposalnya
ditolak.
Pengaruh individu dalam perilaku konsumen merupakan salah satu faktor yang dapat
menjadi acuan seorang konsumen dalam melakukan kegiatan pembelian. Setiap individu
memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam menkonsumsi suatu barang atau jasa, namun
adakalanya seorang individu dapat mempengaruhi individu lainnya dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang individu,
antara lain :
A. Faktor Sosial
3. Peran dan statua, peran merupakan aktivitas yang diharapkan seseorang sesuai
orang-orang dalam lingkungan sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status
yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat.
B. Faktor Personal
2. Gaya hidup, gaya hidup seseorang akan membentuk pola kehidupan yang
membentuk aktivitasnya, dimana seseorang dapat mengekspresikan dengan
menunjukkan ketertarikan dan opini terhadap suatu produk.
C. Faktor Psikologis
D. Faktor Kultur
1. Sub Kultur, Sekelompok orang yang memiliki kesamaan agama, daerah atau
bangsa seseorang.
A. Teori ekonomi mikro, teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah
dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal
utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang
lain;
B. Teori Psikologis, teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu
yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks alam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat
diamati secara langsung.
C. Teori Antropologis, teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-
kelas sosial dan sebagainya.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun
kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku
konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan
yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan
yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak
atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka
individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen. Motivasi mempunyai suatu
proses yaitu ;
1. Tujuan. Perusahaan harus bias menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin
dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.
4. Integrasi Tujuan. Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan
tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta
perluasan pasar.
Seorang konsumen mungkin akan terlibat atau menjadi bagian dari satu atau lebih
kelompok. Seorang konsumen yang bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan
adalah anggota dari kelompok pegawai dari perusahaan tempat ia bekerja. Konsumen
tersebut menjadi anggota masyarakat di komplek perumahan ia tinggal. Jika konsumen
menjadi anggota sebuah klub kebugaran, maka ia menjadi bagian dari kelompok klub
kebugaran tersebut. Jika ia aktif di partai politik, maka ia adalah bagian dari kelompok
partai tersebut. Sebuah kelompok (group) merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-
orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa
merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-
masing kelompok di mana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku
pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut.
Beberapa definisi kepribadian menurut para ahli sosiologi antara lain sebagai berikut,
4. John F. Cuber: Menurut John F. Cuber, kepribadian adalah keseluruhan sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
3. Sikap, ialah sambutan terhadap objek yang sifatnya positif, negatif atau ambivalen.
3. Kemandirian; mempunyai sifat yang mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
10. Mampu mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstrutik, tidak
desktruktif (merusak).
2. Hiperaktif.
3. Sulit tidur.
8. Bersikap kejam atua senang mengganggu orang lain yang usianya jauh lebih
muda atau tdengan binatang.
13. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis).
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Lingkungan
3. Kondisi Situasional
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur
perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk
digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat
keputusan organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan
Model Lima Besar. Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi
kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat
seseorang.
Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi
hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian yang biasanya disebut
Model Lima Besar. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian
mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar
variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-faktor lima besar mencakup
ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka
terhadap hal-hal baru.
Kesan pertama memang menentukan segalanya. Saat dua orang bertemu untuk pertama
kalinya mereka akan saling menilai satu sama lainnya.
1. Jabat tangan
Jabat tangan yang kuat biasanya mencerminkan karakter yang kuat dan percaya diri.
Sedangkan jabat tangan yang lemah menunjukkan kurangnya kepercayaan diri. Satu
studi menemukan bahwa orang yang berjabat tangan dengan erat menunjukkan bahwa
dia adalah sosok yang ekstrovert. Selain itu, mereka juga seringkali ekspresif dalam
menyampaikan emosinya dan tak tidak pemalu.
"Seseorang yang melihat ke dalam cangkir ketika sedang minum cenderung lebih
mawas diri, sadar diri, idealis dan fokus," kata responden David Junto. "Seseorang yang
melihat bibir cangkir ketika minum, cenderung mudah dipengaruhi orang lain, lebih
sadar lingkungan, riang, ekstrovert dan mudah percaya."
3. Menggigit kuku
Penelitian mengungkapkan bahwa mereka yang suka menggigit kuku atau menarik
rambut dan menggaruk kulit kepala adalah orang yang cenderung perfeksionis. Selain
itu, mereka juga sosok orang yang tak bisa sepenuhnya santai.
4. Tulisan tangan
Tulisan tangan seseorang bisa bicara banyak tentang diri. Grafologis Kathi
McKnight mengungkapkan penggunaan huruf dalam ukuran besar dalam tulisan
seseorang menunjukkan bahwa seseorang tersebut punya orientasi. Sedangkan, huruf
yang kecil menunjukkan bahwa seseorang tersebut orang yang tertutup. Huruf yang
miring ke kiri dan kanan berarti seseorang tersebut ramah namun sentimental. Huruf
yang miring ke kiri adalah pertanda sosok yang introspektif. Sedangkan huruf yang
tegak berarti pragmatis.
Di zaman sekarang, cukup sulit untuk lepas dari ponsel. Namun seberapa sering
seseorang melihat ponsel juga bisa jadi penanda tipe kepribadian. Ketika seseorang
terlalu sering melirik ponsel untuk cek email atau sekadar memperbaharui status media
sosial, ini bisa berarti kalau seseorang kurang stabil secara emosional dan mencoba
untuk meningkatkan suasana hati.
6. Kontak mata
Menurut Carl Rogers, konsep diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan
bersifat konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri kita
atau persepsi yang kita miliki tentang hubungan antara diri kita dengan orang lain, apa
pendapat orang lain tentang diri kita dan juga berbagai aspek tentang kehidupan kita.
Konsep diri merupakan gabungan dari pandangan diri kita tentang orang tua kita, teman
kita, pasangan kita, juga dari atasan kita, karyawan, atlit dan juga dari artis yang kita
idolakan. Konsep diri seseorang terdiri dari gabungan berbagai persepsi yang merefleksikan
peran spesifik dalam konteks kehidupan. Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan
percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap
situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia
muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan
stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi
sumber stres atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat
satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatkan konsep diri. Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual. Kepribadian yang sehat disebut dengan istilah fully functioning person yang
memiliki ciri-ciri terbuka pada pengalaman, hidup pada masa kini, percaya pada diri sendiri,
mengalami kebebasan dan kreatifitas. Kelima ciri tersebut berjalan secara berurutan, bila
seseorang tidka terbuka pengalamannya maka ia tidak bisa hidup pada masa kini, tidak
percaya pada diri sendiri dan seterusnya.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu
tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain
tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman di
keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi
individu/lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu
dari adaptif sampai maladaptive.
4. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan
konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah
laku yang unik dari individu tersebut.
5. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan
individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
6. Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Komponen dari konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal),
harga diri (self esteem), peran (self rool) dan identitas (self idencity).
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen, 1991). Sejak
lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan (Keliat, 1992). Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Individu yang stabil, konsisten dan realistis terhadap gambaran dirinya
akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan. Menurut Potter dan Perry (2005), Body image berkembang
secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan
struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli
eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi.
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di
masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan
sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai
pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang
memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada
usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru
dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab. Menurut Anna
Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri, yaitu :
Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi
darikemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai
dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan,
pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya. Harga diri dibentuk
sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas,
karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang
harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri rendah terkait
dengan hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi,
dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Konsep ini menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan
konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif
bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya
sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima
dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-
tujuan yang sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki kemungkinan besar untuk
dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa
hidup adalah suatu proses penemuan.
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi
karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengizinkan adanyapenyimpangan dari seperangkat hukum
yang dalam pikirannyamerupakan cara hidup yang tepat. (Akhanggit’s, 2010)
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep
diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun
dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya,
menyebutkan dimensi utama dari konsep diri, yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi
pengharapan, dan dimensi penilaian. Paul J. Cenci (1993) menyebutkan ketiga dimensi
konsep diri dengan istilah: dimensi gambaran diri (sell image), dimensi penilaian diri (self-
evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal).
Menurut Rola (2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang
individu dan mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian.
1. Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki
individu merupakan sesuatu yang individu diketahui tentang dirinya. Hal ini mengacu
kepada istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain.
Serta sesuatu yang merujuk kepada kualitas seperti individu yang egois, baik hati,
tenang, dan bertempramen tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan
diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan individu tidaklah menetap
sepanjang hidupnya, penegtahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku
individu tersebut atau dengan cara merubah kelompok pembanding.
2. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai satu set
pandangan tentang siapa dirinya, individu juga memiliki pandangan lain yaitu, tentang
kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Setiap individu mempunyai pengharapan
bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda untuk tiap individu.
3. Penilaian
Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri. Individu
berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Penilaian terhadap dirinya
adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya
dapat terjadi pada dirinya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri menurut Stuart dan
Sunden adalah sebagai berikut:
1. The significant others, yaitu orang lain yang kita anggap penting atau biasa, dimana
konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman orang lain, belajar diri sendiri
melalui cerin orang lain dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri
pandnagan orang lain terhadap diri sendiri.
2. Reference group, yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan. Kelompok tersebut
memberi arahan dan pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan
norma yang berlaku dalam kelompok tersebut. Hal ini terkait dengan sifat manusia
yang selalu hidup dalam kelompok. Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti secara
sukarela. Kelompok acuan mempengaruhi pembentukan konsep diri kita.
3. Teori perkembangan, konsep ini mengarikan bahwa konsep diri belum ada waktu
lahir, konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir.
4. Self perception (persepsi diri sendiri), yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri
dan penilaiannya, serta perspsi individu terhadap pengalamannya akan situasi
tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman.
1. Diri fisik (physical self). Aspek ini menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan
dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan
dirinya, penampilan dirinya (cantik, menarik, tidak menarik) dan keadaan
tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
4. Diri keluarga (family self). Aspek ini menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh seseorang merasa kuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga,
serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu
keluarga.
5. Diri sosial (sosial self). Aspek ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi
dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada
pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada Beberapa hambatan yang sering
terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
1. Hambatan yang berasal dari lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan
sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat
pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan
kebudayaan.
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri Penghambat yang cukup besar adalah
pada diri sendiri, misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas,
keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang
kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas
rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan
latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.
BAB VI
MOTIVASI DAN KETERLIBATAN KONSUMEN
BAGIAN I
6.1.1 Motivasi
Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh
seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang
tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan
sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Sepanjang waktu pola perilaku tertentu diakui lebih efektif daripada pola yang lain
untuk pemenuhan kebutuhan, dan ini menjadi berfungsi sebagai insentif. Insentif adalah
ganjaran yang diantisipasikan dari jalannya tindakan yang memberi potensi pemenuhan
kebutuhan.
Dengan demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek
tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya
jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut berminat
untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.
Motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses
dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan
untuk memperoleh kepuasan.
Menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu
yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut
dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak terpenuhinya
kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif
(berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan
menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.
6.1.2 Dinamika Proses Motivasi
Proses motivasi:
A. Tujuan, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai,
baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah tujuan tersebut.
D. Integrasi tujuan, proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan
tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta
perluasan pasar. Tujuan individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan.kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya
penyesuaian motivasi.
A. Meningkatkan kepuasan.
B. Mempertahankan loyalitas.
C. Efisiensi.
D. Efektivitas.
E. Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dan
pembeli atau konsumen.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun
kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku
konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan
yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan
yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak
atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka
individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
6.1.6 Klasifikasi Motif
Banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya. Klasifikasi
yang banyak dikenal antara lain;
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic
seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung
dalam tubuh manusia.
Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan Motif Ekstrinsik
ditimbulkan dari luar.
Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif berdasarkan pada
reaksi organisme terhadap rangsangan yang dating.
Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf kesadaran manusia pada
motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan
organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari
lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia
dengan Tuhan.
Metode atau cara yang digunakan perusahaan dalam pemberian motivasi terdiri atas;
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap
konsumen untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.
Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-
fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah konsumen untuk melakukan
pembelian.
Sedangkan bentuk motivasi yang diberikan oleh perusahaan dapat dalam bentuk insentif
positif maupun insentif negatif;
A. Motivasi Positif
Motivasi positif dari produsen tidak saja memberikan dalam bentuk sejumlah uang
tapi bisa juga memotivasi dengan memberikan diskon, hadiah, dan pelayanan yang
optimum yang ditunjukan pada diferensiasi dan positioning yang dilakukan kepada
mereka yang melakukan pembelian dan yang akan melakukan pembelian.
B. Motivasi Negatif
Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow
bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup
terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat semakin tinggi sebelum
menjadi hal yang memotivasi.
Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan
keamanan. Diantaranya; physical security (aman dari kejahatan dan agresi),
(keselamatan kerja), security of revenues and resources (keamanan sumber daya), moral
and physiological security (keamanan fisiologis), familial security (keamanan
keluarga), security of health (keamanan kesehatan), dan security of personal property
against crime (keamanan kekayaan pribadi dari kejahatan).
Manusia biasanya membutuhkan rasa dimiliki dan diterima, apakah datang dari
kelompok sosial yang luas atau koneksi sosial yang kecil. Mereka membutuhkan untuk
mencintai dan dicintai oleh yang lainnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka orang
akan menjadi rentan merasa sendirian, gelisah, dan depresi. Kekurangan rasa cinta dan
dimiliki juga berhubungan dengan penyakit fisik seperti penyakit hati.
D. Kebutuhan Akan Penghargaan (The Esteem Needs)
4. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit,
ancaman, ketakutan, dan sejeninya.
1. Kebutuhan fisik, kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mudah dilihat.
Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan
untuk melihat, mendengar, beristirahat.
5. Kebutuhan untuk dikasihi, semua orang ingin disukai, meskipun cara yang
ditempuh untuk mencapainya kadang- kadang menunjukkan dorongan yang
bertentangan.
6. Kebutuhan untuk dikenal, setiap manusia merasa perlu untuk dihargai, dipuji dan
dihormati oleh orang lain.
1. Primary needs, yang didasarkan kebutuhan biologis seperti makanan, air, udara,
obat-obatan dan lainnya.
2. Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan
untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau
melakukan sesuatu yangmerugikan orang lain.
3. Need for power, yaitu kebutuhan akan kekuasaan yang merupakanrefleksi dari
dorongan untuk mencapai autoritas,untuk memiliki pengaruh kepada orang lain.
6.2.1 Keterlibatan
Keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam
mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam
tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperolrh
dan mengolah informasi dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan masalah
yang diperluas.
Beberapa konsumen terniat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti
mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar
menawar dengan penjual. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai
relevan secara pribadi oleh konsumen; produk/merek, objek, perilaku, kejadian, situasi,
lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik
dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.
Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan.
Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu
mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar
bahwa cirri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai
tujuan dan nilai yang penting.
Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan sosial yang ada disekitar kita yang
dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk
dan merek yang terlihat secara pribadi dan relevan.
Sebagian besar karena ketidaksepakatan definisi, maka banyak cara telah diusulkan
untuk mengukur keterlibatan. Setiadi (2005: 124) mengemukakan dua indikator sebagai alat
ukur keterlibatan, yaitu:
A. Brand loyalty
Pada brand loyalty tidak ada lagi merek yang dipertimbngkan untuk dibeli selain
merek produk yang sering dibelinya. Ketika merek produk itu tidak tersedia, maka
konsumen akan berusaha mencari produk tersebut di tempat lain sampai
mendapatkannya. Konsumen yang berperilaku seperti ini dapat dikatakan bahwa
konsumen loyal terhadap merek pilihannya. Loyalitas merek dapat didefinisikan sebagai
sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang
konsisten terhadap merek tersebut sepanjang waktu (Setiadi, 2005: 124).
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari loyalitas merek.
Pertama dengan pendekatan instrumental conditioning, yang memandang bahwa
pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukkan loyalitas merek.
Perilaku pengulangan pembelian diasumsikan merefleksikan penguatan atau stimulus
yang kuat. Jadi, pengukur bahwa seorang konsumen loyal atau tidak dilihat dari
frekuensi dan konsistensi perilaku pembeliannya terhadap merek. Pengukuran loyalitas
dengan pendekatan ini menekankan pada perilaku masa lalu (Setiadi, 2005: 125).
Pendekatan kedua didasarkan pada teori kognitif. Beberapa peneliti percaya bahwa
perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Dengan perkataan lain perilaku
pembelian berulang tidak merefleksikan loyalitas merek. Menurut pendekatan ini,
loyalitas menyatakan komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya
direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus. Konsumen mungkin sering
membeli merek tertentu karena harganya murah dan ketika harganya naik konsumen
beralih ke merek lain (Setiadi, 2005: 125).
1. Konsumen yang loyal terdapat merek cenderung lebih percaya diri terhadap
pilihannya.
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasa tingkat resiko yang lebih
tinggi dalam pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap
merek.
B. Ekuitas merek
Sikap merek adalah aspek penting dari ekuitas merek. Ekuitas merek menyangkut
nilai suatu merek bagi pemasar dan bagi konsumen. Dari sudut pandang pemasar,
ekuitas merek menyiratkan keuntungan, arus kas dan pangsa pasar yang lebih besar
(Setiadi, 2005: 125).
Dari sudut pandang konsumen, ekuitas merek melibatkan suatu sikap merek positif
yang kuat didasarkan pada kepercayaan dan arti baik yang dapat diakses dari dalam
ingatan. Ketiga faktor ini menciptakan hubungan konsumen merek yang menyenangkan
dan kuat atas aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan dasar bagi ekuitas
merek (Setiadi, 2005: 125).
Tingkat keterlibatan konsumen dipengaruhi oleh dua sumber yaitu relevansi pribadi
intrinsik dan situasional (Peter dan Olson, 2000:85). Relevansi pribadi intrinsik (intrinsik
self-relevance) mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam
ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti akhir ini melalui pengalaman masa lalu
mereka terhadap sutau produk. Pada saat menggunakan produk, konsumen balajar bahwa
ciri produk tertentu memiliki konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai
yang penting.
Relevansi-pribadi intrinsik adalah suatu fungsi ciri konsumen dan produk. Ciri produk
yang relevan adalah atribut produk dan konsekuensi fungsionalnya (manfaat dan resiko
yang diperkirakan). Resiko yang dipertimbangkan adalah elemen penting dalam keterlibatan
produk, karena konsumen cenderung merasa terlibat dengan produk yang dapat
menyebabkan konsekuensi negatif. Faktor produk lainnya yang dapat mempengaruhi
sumber intrinsik keterlibatan adalah munculnya situasi sosial dan komitmen waktu (Setiadi,
2005:118).
A. Faktor pribadi, kebutuhan dan dorongan dari dalam diri merupakan faktor paling
kuat mempengaruhi keterlibatan apabila produk dan jasa dipandang sebagai citra diri
yang mempertinggi. Faktor ini bersifat langgeng.
B. Faktor produk, produk tidak menimbulkan keterlibatan dalam dan dari diri sendiri.
Meskipun demikian karakteristik produk dapat membentuk keterlibatan konsumen.
Secara umum keterlibatan karena produk dapat meningkat karena produk dapat
memenuhi kebutuhan dan produk merupakan nilai yang penting.
Keputusan pembelian merupakan suatu proses yang dimulai dari need recognition dan
berakhir pada divestemen. Konsumen individual yang mengidentifikasi kebutuhan, membeli
dan mengkonsumsi produk atau jasa kemudian membuang atau menghentikan jasa yang
telah dikonsumsi. Oleh karena proses ini dimulai dari pengenalan kebutuhan, maka proses
ini merupakan suatu sistem pemenuhan kebutuhan. Sistem ini dibuat aktif atau digairahkan
oleh motivasi. Sebagai individual proses keputusan pembelian akan banyak bervariasi
karena perbedaan latar belakang karakteristik tersebut berasal dari budaya dan nilai-nilai
individu, demografi, psikologi dan atribut sosial termasuk didalamnya adalah perbedaan
pada motivasi dan keterlibatannya (Engel, Blackwell, dan Miniard, 2001:71).
Para ahli telah mendalami berbagai hal yang mempengaruhi keputusan membeli
konsumen pada waktu mereka membeli sesuatu. Beberapa peranan yang mungkin
dimainkan orang dalam sebuah keputusan membeli menurut Kotler (2006:252) adalah
sebagai berikut;
Para konsumen menjalani atau menempuh suatu perilaku membeli yang kompleks
bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan penting
di antara beberapa merek produk yang ada.
Banyak produk yang dibeli dalam keadaan konsumen kurang terlibat dan tidak
terdapat perbedaan nyata antara merek. Konsumen membeli satu produk dengan merek
yang sama karena kebiasaan bukan karena loyalitas merek, terutama pada produk yang
harganya murah atau produk yang sudah sering dibeli.
D. Perilaku membeli yang mencari keragaman
Proses lima tahap yang dilalui konsumen dalam keputusan membeli yaitu pengenalan
masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat keputusan membeli,
dan perilaku setelah membeli. Model ini menekankan bahwa proses membeli dimulai jauh
sebelum tindakan membeli itu dan mempunyai konsekuensi yang panjang setelah membeli.
Hal itu mendorong para pemasar untuk memusatkan perhatiannya pada proses membeli
daripada keputusan membeli (Kotler, 2006: 256). Proses keputusan membeli dapat dilihat
pada bagan berikut:
Model ini menekankan bahwa proses membeli dimulai jauh sebelum tindakan membeli
itu dan mempunyai konsekuensi yang panjang setelah membeli. Hal itu mendorong para
pemasar untuk memusatkan perhatiannya pada proses membeli daripada keputusan membeli
(Kotler, 2006: 257).
A. Pengenalan Masalah
Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang
diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli
atau dari luar. Dari dalam diri misalnya haus, lapar, sex dan sebagainya, yang akan
meningkat hingga tahap ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan.
Dorongan dari luar dapat dikarenakan keberadaan toko, televisi atau iklan.
B. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak
mencari informasi yang lebih banyak lagi. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk
memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan
dengan kebutuhan tersebut. Biasanya kegiatan mencari informasi meningkat tatkala
konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah terbatas ke pemecahan
masalah yang diperluas.
C. Penilaian Alternatif
Konsep-konsep dasar tertentu membantu memperjelas proses penilaian konsumen
terhadap suatu produk. Konsep-konsep dasar penilaian konsumen terhadap suatu produk
pertama, dikaitkan oleh sifat-sifat produk atau ciri-ciri tertentu. Kedua, bobot
pentingnya ciri-ciri yang berbeda dengan ciri yang sesuai. Ketiga, kepercayaan merek di
mana setiap merek menonjolkan ciri tertentu yang akan melahirkan citra merek.
Keempat, fungsi kemanfaatan, yakni bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan
dengan alternatif yang berbeda bagi setiap ciri. Sedangkan kelima, prosedur penilaian
konsumen yang berbeda untuk membuat pilihan di antara sekian banyak ciri objek.
D. Keputusan Membeli
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari
order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan
pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-
tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang.
Pengolahan informasi pada konsumen terjadi ketika salah satu pancaindera konsumen
menerina input dalam bentuk stimulus. Stimulus bisa berbentuk produk, nama merek,
kemasan, iklan, nama produsen.
7.1.2 Pemaparan
Pemaparan adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pemasar untuk menyampaikan
stimulus kepada konsumen. Stimulus bisa berbentuk iklan, kemasan, merek, hadiah.
Stimulus adalah input apapun yang datang dari pemasar yang disampaikan kepada
konsumen melalui berbagai media.
7.1.3 Perhatian
Tidak semua stimulus yang dipaparkan akan memperoleh perhatian karena keterbatasan
sumber daya kognitif karena itu konsumen menyeleksi stimulus yang akan diperhatikannya
dan akan diproses lebih lanjut, proses ini dikenal sebagai perceptual selection. Dua faktor
utama yang mempengaruhi perceptual selection adalah faktor pribadi dan faktor stimulus.
Faktor pribadi adalah karakteristik konsumen yang muncul dari dalam diri konsumen.
Faktor stimulus bisa dikontrol dan dimanipulasi oleh pemasar dan pengiklan dengan tujuan
untuk menarik perhatian konsumen.
2. Warna, warna-warni dari suatu stimulus akan menarik perhatian lebih besar
dibandingkan yang hitam putih atau penggunaan warna yang tidak tepat.
3. Intensitas, suara yang lebih keras, durasi iklan TV yang lebih lama dan frekuensinya
lebih sering merupakan beberapa contoh dari intensitas stimulus
5. Posisi, stimulus lebih diperhatikan oleh konsumen karena letaknya yang strategis di
suatu lokasi.
6. Petunjuk, tanda yang digunakan agar mata konsumen lebih tertuju kepada stimulus
yang diarahkan oleh suatu petunju, biasanya digunakan tanda panah.
9. Isolasi, yaitu suatu tehknik meletakan stimulus pada suatu ruang dimana ruang yang
digunakan oleh stimulus ini hanya sedikit sekali, sedangkan sisa ruangan yang besar
tidak terpakai.
10. Stimulus yang disengaja, stimulus yang dipasang untuk menarik perhatian kita,
seperti telepon dan bel rumah secara sengaja.
11. Pemberi pesan yang menarik, dengan menggunakan selebriti, tokoh, dan para
eksekutif sebagai bintang iklan.
12. Perubahan gambar yang cepat, biasanya pada iklan TV yang menampilkan banyak
gambar dalam waktu yang sangat cepat, hal tersebut menimbulkan aktivitas otak
secara tidak sengaja. Kelemahannya, iklan yang seperti ini akan sulit diingat.
7.1.4 Pemahaman
Tahap ini merupakan usaha konsumen untuk mengartikan/menginterpretasikan stimulus.
Pada tahap ini konsumen melakukan “perceptual organization”, yaitu pengelompokan
stimulus sehingga memandangnya sebagai satu kesatuan.
Gambar merupakan objek atau stimulus yang ditempatkan dalam suatu latar
belakang. Orang biasanya mengorganisasikan persepsi mereka ke dalam hubungan
antara objek dan latar belakangnya, dimana objek yang terlihat kontras dengan latar
belakangnya akan lebih menarik perhatian.
2. Pengelompokan
3. Closure
Pemahaman seorang konsumen untuk memahami suatu objek dalam arti yang utuh
walaupun ada bagian dari objek tersebut yang hilang atau tidak lengkap.
7.1.5 Penerimaan
B. Memori jangka pendek, tempat penyimpan informasi untuk waktu yang terbatas dan
memiliki kapasitas terbatas, lamanya waktu penyimpanan adalah kurang dari 30
detik.
C. Memori jangka panjang, tempat menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
lama, memiliki kapasitas yang tidak terbatas dan menyimpan semua pengetahuan
konsumen secara permanen.
Encoding adalah proses untuk menyeleksi sebuah kata atau gambar untuk
menyatakan suatu persepsi terhadap sebuah objek. Contoh : penggunaan simbol atau
logo untuk melambangkan merek produknya agar mudah diingat konsumen.
Merupakan proses pengingatan kembali suatu informasi yang telah disimpan dalam
memori jangka panjang untuk di pakai sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
A. Pengertian Persepsi
2. Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu
produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian
produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi
perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar
dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk
(harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Informasi yang
diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan)
seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen
terhadap suatu obyek,yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara
langsung akanmempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau
tidak.
B Proses Persepsi
C. Seleksi
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang
disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu memborbardir
indera konsumen. Jika dilihat dari asalnya, stimuli ada yang berasal dari individu
(seperti aroma, iklan, dll) serta yang berasal dari dalam diri individu seperti harapan,
kebutuhan dan pengalaman.
Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat
apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.
Tokoh yang pertama adalah Richard Chatham Atkinson lahir pada tanggal 19 maret
1929 di OakPark, Illinois. Dia adalah seorang profesor psikologi amerika dan
administrator akademik. Pernah menjabat sebagai presiden dan bupati di University of
California, dan juga mantan kanselir UC San Diego. Ia mendapatkan gelar sarjana di
University of Chicago dan gelar Ph.D. dalam psikologi eksperimental dan matematika di
Indiana University, Atkinson bergabung dengan fakultas Universitas Stanford pada tahun
1956. Dia menjabat sebagai profesor psikologi di Stanford dari tahun 1956 sampai 1975.
Pada tahun 1975, karir Atkinson beralih dari peneliti menjadi administrasi ketika ia
ditunjuk sebagai Direktur National Science Foundation. Dia kemudian menjabat sebagai
Kanselir dari University of California, San Diego, dan Presiden dari University of
California pada tahun 1977, ia menerima American Psychological Association’s
Distinguished Scientific Contribution Award.
Richard Martin Shiffrin lahir pada tanggal 13 maret 1942 di New Haven, Connecticut.
Ia adalah seorang ahli dalam bidang kognisi manusia. Ia turut menulis Atkinson-Shiffrin
Memory Model pada tahun 1968 dengan Richard Atkinson, yang menjadi penasihat
akademik pada saat itu. Atkinson-Shiffrin Memory Model yang mengandung komponen
memori jangka pendek dan panjang. Model tersebut menunjukkan pentingnya dan
kemungkinan pemodelan proses kontrol kognisi, dan menjadi salah satu teori yang paling
sering dikutip dalam seluruh bidang psikologi
Shiffrin mendapat gelar B.A. di Yale University pada tahun 1964 (mathematics) dan
gelar Ph.D. di Stanford University pada tahun 1968 (experimental and mathematical
psychology). Dia bergabung dengan IU pada tahun 1968, dan menjadi the Luther Dana
Waterman Professor di tahun 1980. Pada tahun 1989, ia mendirikan sekaligus menjadi
direktur di Indiana University Cognitive Science Program. Shiffrin dianugerahi beasiswa
Guggenheim pada tahun 1975, kemudian terpilih sebagai Society of Experimental
Psychologists pada tahun 1981, memimpin lembaga Psychonomic Society pada tahun
1982 dan The Society for Mathematical Psychology pada tahun 1983, dan memperbaiki
Jurnal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition from 1980-1984.
Fergus Ian Muirden Craik lahir pada tanggal 17 April 1935, di Edinburgh, Skotlandia.
Ia adalah seorang psikolog kognitif yang dikenal karena terobosan penelitian pada tingkat
pengolahan dalam memori. Penelitian tersebut dikerjakan bersama Robert Lockhart di
University of Toronto. Craik telah menerima berbagai penghargaan dan dianggap sebagai
pemimpin di bidang memori, perhatian dan penuaan kognitif. Ia belajar di Universitas
Edinburgh. Pada tahun 1965, ia menerima gelar PhD dari University of Liverpool. Ia
memulai karir akademisnya di Birkbeck College, dan kemudian pindah ke Universitas
Toronto pada tahun 1971. Saat ini, ia adalah Senior Scientist di Rotman Research Institute
di Toronto. Dia terpilih mahasiswa Fellow di Royal Society pada tahun 2008.
Pada sub bab sebelumnya telah dibahas dua teori pemrosesan informasi yang masih
memiliki beberapa kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan pada model tiga penyimpanan
Atkinson Shiffrin dan model tingkatan pemrosesan informasi Craik dan Lockhart maka
diperlukan gabungan dari kedua teori ini. Jika proses pemrosesan informasi dimulai dengan
adanya rangsangan atau stimulus yang kemudian ditangkap melalui indera dan diteruskan
ke dalam sensori memori. Didalam sensori memori informasi yang ditangkap itu berupa
visual atau auditori, informasi tersebut dikenali dah mendapat perhatian. Setelah itu dari
memori sensori informasi itu diteruskan ke dalam memori jangka pendek atau working
memory. Pada tahap ini, informasi yang telah diperoleh diulang atau dibedakan setelah itu
informasi kemudian di encoding dan masuk kememori jangka panjang. Di dalam memori
jangka panjang, informasi tersebut diasosiasikan dengan pengetahuan sudah ada
sebelumnya dan kemudian disimpan. Informasi yang telah diasosiasikan itu kemudian
dipanggil kembali (retrieval) ke dalam memori jangka pendek baru setelah itu timbullah
respon.
1. Pengkodean (encoding)
Encoding proses yang pertama kali dilakukan ketika menerima suatu informasi.
Pembelajar umumnya menyimpan informasi yang diterima tidak persis seperti sama
namun mereka melakukan pengkodean (encoding), yaitu dengan memodifikasi
informasi dengan suatu cara (Omrod 2009: 274). Pengkodean biasanya dilakukan untuk
membuat informasi baru yang dimiliki menjadi bermakna dan menghubungkannya
dengan informasi-informasi yang telah ada di Long Term Memory (Memori Jangka
Panjang). Schunk (2012: 262) menyatakan bahwa pengkodean merupakan proses
menempatkan informasi yang baru ke dalam sistem pengolahan informasi dan
mempersiapkannya untuk disimpan di Long Term Memory (Memori Jangka Panjang).
Ketika kita mendengarkan musik, menonton film, berbincang dengan teman, kita telah
mengkodekan informasi ke dalam memori kita. Menurut Santrock (2013: 313) ada enam
konsep yang berhubungan dengan pengkodean, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan
mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penataan (organisasi).
Atensi atau perhatian adalah hal yang paling awal yang dilakukan seseorang
untuk melakukan encoding. Broadbent dalam Schunk (2012: 238) menjelaskan
bahwa informasi yang masuk dari lingkungan disimpan sebentar dalam sebuah
sistem indrawi, berdasarkan karakteristik fisiknya potongan-potongan informasi
diseleksi untuk diproses lebih lanjut oleh sistem perseptual. Informasi yang tidak
digunakan akan dibuang dan tidak diproses lebih lanjut. Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui jika atensi (perhatian) bersifat selektif karena sumber daya otak
kita yang terbatas untuk mengakses seluruh informasi ke dalam otak. King
(2007:398) menjelaskan atensi terbagi (divided attention) akan mempengaruhi
encoding ingatan, hal ini terjadi ketika seseorang harus memperhatikan beberapa
hal secara bersamaan. Penelitian membuktikan jika seorang yang dimungkinkan
untuk memusatkan pikirannya pada suatu hal akan lebih baik kinerja pada tes
ingatan dibandingkan dengan individu yang perhatiannya telah terbagi.
B. Pengulangan (rehearsal)
Santrock (2013: 315) menjelaskan bahwa pengulangan (rehearsal) adalah
repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama dalam memori.
Akan tetapi cara pengulangan tidak bisa bekerja baik untuk mempertahankan
informasi dalam jangka panjang karena pengulangan sering kali hanya berupa
mengulang-ngulang informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu.
Proses pengulangan dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengulangan
pemertahanan (maintantenance rehearsal) yakni mengulang informasi berkali-
kali dan pengulangan elaboratif (elaborative rehearsal) yakni menghubungkan
informasi dengan sesuatu yang telah diketahui (Schunk, 2012:264). Ormrod
(2009: 280) Pengulangan pemantapan (maintenance rehearsal) pengulangan
secara cepat sejumlah kecil informasi untuk membuatnya tetap berada dalam
memori kerja. Pengulangan yang efektif diproses ke dalam ingatan adalah jenis
pengulangan elaboratif karena pengulangan ini menghubungkan informasi yang
diperoleh dengan sesuatu yang telah diketahui atau pengetahuan sebelumnya.
C. Pemrosesan Mendalam
Teori ini dikemukakan oleh Fergus Craik dan Robert Lockhart yang mengatakan
bahwa kita dapat memproses informasi dari berbagai level. Teori ini kemudian
lebih dikenal dengan Teori Level Pemrosesan. Santrock (2013: 316) menyatakan
bahwa pemrosesan memori terjadi pada kotinum dari dangkal ke mendalam,
dimana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.
Ada tiga level dalam teori ini yaitu tingkat dangkal, tingkah menengah, dan
tingkat terdalam. Berikut ini adalah penjelasannya menurut King (2007: 399)
sebagai berikut;
1. Tingkat dangkal yaitu fitur fisik atau sensoris dari rangsangan dianalisis.
Sebagai contoh ketika binatang, suara, bentuk fisik seperti memiliki 4 kaki
dari gambar yang tersaji.
2. Tingkat menengah, yaitu rangsangan dikenali dan diberi label. Contohnya
kita mengenali bintang berkaki empat tersebut adalah anjing.
3. Tingkat terdalam, yaitu informasi diproses secara semantik, sesuai dengan
maknanya yang pada tahap ini kita melakukan asosiasi. Misalnya kita akan
mengasosiasikan gonggongan anjing sebagai tanda berbahaya atau waktu
bermain dan pada tahap ini mungkin kita akan memikirkan kapan kita
terakhir kali bertemu dengan anjing.
Informasi yang diperoleh akan lebih bermakna jika diproses secara mendalam
karena pemrosesan informasi secara mendalam melakukan asosiasi. Seperti
halnya ketika kita akan mengikuti mata kuliah filsafat. Maka untuk lebih mudah
mengingat segala hal yang berhubungan dengan mata kuliah filsafat seperti
dosen pengampu, ruang, waktu kuliah akan kita asosiasikan dengan mata kuliah
filsafat.
D. Elaborasi
Ormrod (2009: 293) menjelaskan bahwa elaborasi adalah proses kognitif dimana
pembelajar memperluas informasi baru berdasarkan apa yang sudah mereka
ketahui. Cara untuk mengelaborasi suatu informasi yang baru diperoleh adalah
dengan mencari contoh. Misalnya referensi diri (self reference). Semakin banyak
menemukan contoh dari kehidupan sendiri, semakin besar kemungkinan akan
mengingat konsep tersebut. Salah satu alasan kenapa elaborasi menghasilkan
ingatan yang baik adalah karena elaborasi menambahkan kekhasan atau
keunikan “kode ingatan” (Ellis dalam Santrock, 2013: 317). Dengan
mengelaborasikan sebuah pengetahuan dengan pengalaman kita sebelumnya
maka akan menciptakan representasi yang sangat unik dalam ingatan. Dengan
kata lain, semakin khas atau unik suatu pengalaman itu maka akan semakin
mudah mencari informasi tersebut.
Mengkonstruksi citra atau imaji terjadi disaat kita juga sedang mengelaborasi
suatu informasi tertentu. Allan Paivo (Santrock, 2013:318) menyatakan bahwa
memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu sebagai kode verbal atau
sebagai kode citra/imaji. Paivo juga menambahkan bahwa semakin detail dan
unik dari suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam mengingat
informasi itu. Menurut Ormrod (2009: 294) Visual imagery adalah proses
membentuk gambar mental tentang suatu objek atau ide. Misalnya ketika
seorang anak hendak membuat sebuah gambar tentang transportasi yang dia
ketahui terlebih dahulu kesan imagi gambar sebuah mobil, pesawat atau kereta
akan muncul dalam pikirannya. Para peneliti menemukan bahwa anak SD yang
lebih muda itu dapat menggunakan imaji untuk melhat gambar secara lebih baik
ketimbang jika mereka diminta mengingat materi verbal seperti kalimat
(Schneider & Pressley dalam Santrock, 2013:318 ).
F. Penataan
Informasi yang diperoleh akan lebih mudah untuk diproses jika informasi
tersebut telah terorganisir dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Schunk
(2012: 262) materi-materi yang terorganisir akan meningkatkan memori karena
item-itemnya dihubungkan antara satu sama lain secara sistematis. Ingatan
terhadap satu item akan memicu ingatan terhadap item-item yang berkaitan
dengan item tersebut. Semakin tertata informasi yang disajikan, semakin mudah
untuk mengingatnya. Ada dua cara untuk mengorganisasikan materi yaitu
dengan menggunakan hierarki dan mnemonik Schunk (2012: 262). Teknik
mnemonik (umumnya dikenal metode menghafal “jembatan keledai”) adalah
teknik khusus untuk membantu mengingat daftar kata-kata. Sementara menurut
Santrock (2013: 319) chunking (pengemasan) adalah strategi penataan memori
yang baik, yakni mengelompokan atau mengepak informasi menjadi unit unit
yang dapat diingat sebagai satu unit tunggal. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan jika pengorganisasian informasi dapat dilakukan dengan hierarki,
mnemonik, dan chunking.
2. Penyimpanan
Informasi yang telah diterima akan dibentuk menjadi encoding dan proses selanjutnya
akan disimpan di dalam memori. King (2007: 402) menjelaskan bahwa penyimpanan
(storage) mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan waktu dan
bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan. Memori dijadikan tempat
penyimpanan untuk segudang informasi yang telah dialami sehingga memori berfungsi
untuk menghubungkan kejadian yang lalu dengan kejadian sekarang dan kejadian yang akan
datang. Aspek yang menonjol dari penyimpanan ini adalah tiga penyimpanan dari
komponen memori yaitu memori sensoris, memori jangka pendek, dan memori jangka
panjang. Sebelumnya telah dijelaskan secara sederhana oleh Atkinson dan Shiffrin tentang
kerja 3 penyimpanan memori ini. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih luas tentang 3
penyimpanan ini berdasarkan beberapa teori pendukung oleh para ahli.
Berdasarkan penelitian dari Sperling (1960) memori sensoris dibedakan menjadi dua
yaitu memori echonic dan memori iconic. Memori echonic adalah nama yang
diberikan untuk jenis ingatan sensoris auditoris yang dipertahankan selama beberapa
detik sementara memori iconic adalah nama yang diberikan untuk jenis ingatan
sensoris visual yang dipertahankan sekitar seperempat detik (King, 2007: 403).
Untuk ingatan sensoris dari indra yang lain seperti penciuman dan peraba masih
mendapatkan perhatian yang sedikit dalam penelitian ilmiah. Pada tahap ini penting
bagi seseoran untuk memperhatikan informasi yang hendak diterima karena jangka
waktu memori sensori hanya beberapa saat saja. Dalam pembelajaran, seorang guru
sangat penting untuk menarik perhatian siswa dengan informasi yang ingin disajikan
sehingga siswa mampu menfokuskan perhatiannya dan memori sensorisnya dapat
bekerja maksimal.
B. Memori jangka pendek atau working memories, setelah informasi diterima oleh
memori sensoris, informasi ini diteruskan ke dalam memori jangka pendek. Memori
jangka pendek (short-term memory) terkadang disebut juga dengan sebutan working
memories. Santrock (2013: 320) menjelaskan bahwa memori jangka pendek adalah
sistem memori berkapasitas terbatas dimana informasi dipertahakan sekita 30 detik,
kecuali informasi itu diulang, dimana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat
lebih lama. Working memories memang tidak mempunyai kapasitas sebanyak
memori sensoris tapi jangka waktu mempertahankan informasi masih lebih baik dari
memori sensoris. Schunk (2012: 256) menyatakan bahwa informasi yang datang
dipertahankan dalam kondisi aktif dalam jangka waktiu pendek dan diproses dengan
cara diulang atau dihubungkan dengan informasi yang ditarik dari memori jangka
panjang (long term memory). Menurut Baddeley (Santrock 2013: 321) ada tiga
komponen dalam working memoris diantaranya sebagai berikut;
1. Phonological loop (bagian penyimpanan suara/bahasa). Pada penyimpanan ini
memiliki dua komponen terpisah kode akustik (suara yang didengar) yang
menghilang setelah beberapa detik dan pengulangan (rehearsal) yang membuat
individu dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.
D. Memori jangka panjang (long term memories), Driscoll (1994:70) menegaskan “The
long term memory represents our permanent storehouse of information.” Memori
jangka panjang menggambarkan gudang informasi yang kita simpan secara relatif
permanen. Memori jangka panjang akan menyimpan informasi yang kita miliki
secara relatif lama atau permanen dan mudahnya kita dalam mengakses setiap
informasi yang ada di gudang penyimpanan memori jangka panjang. Memori jangka
panjang dibagi menjadi dua bagian, berikut ini adalah penjelasannya;
2. Memori prosedural
2. Teori skema
Teori skema muncul dalam studi Frederick Barlett (1932). Santrock (2013: 325)
menjelaskan bahwa sebuah skema adalah informasi-konsep, pengetahuan, informasi
tentang kejadian yang sudah eksis dalam pikiran seseorang. Pada saat menyimpan
informasi pada ingatan, sering kali informasi tersebut sudah ada dalam gabungan
ingatan. Misalnya ketika kita hendak memesan makanan disuatu tempat makan yang
kita baru pertama kali mengunjungi tempat makan itu. Hal yang pertama kita
lakukan pasti adalah melihat menu, padahal kita belum pernah sama sekali makan di
tempat itu. Hal itu terjadi, karena kita sebelumnya sudah memiliki pengetahuan apa
yang terjadi dalam sebuah tempat makan. Naskah (script) adalah sebuah skema
kejadian tertentu (Schank & Abelson dalam King, 2007: 415). Misalnya ketika kita
melanggar rambu lalu lintas lalu kita didatangi oleh seorang yang berseragam seperti
polisi dan meminta kita menunjukkan SIM, maka naskah kita pasti akan mengatakan
jika dia adalah polisi yang hendak menilang kita. Dengan penjelasan tersebut dapat
diketahui jika naskah akan membantu untuk mengatur ingatan seseorang.
3. Pengambilan
A. Pemanggilan kembali
Menurut Omrod (2009: 303) ada beberapa petunjuk pemanggilan yang relevan.
Tugas memori dimana seseorang harus memanggil informasi dari memori jangka
panjang hanya dengan petunjuk pemanggilan minimal. Kesan mengenai suatu
obyek yang pada saat itu tidak ada lagi, melainkan hanya tinggal bekasnya saja.
Selain itu, dalam tugas memanggil dipengaruhi seberapa bermaknanya informasi
yang akan kita panggil. Semakin bermakna suatu informasi makan akan semakin
mudah untuk memanggil informasi tersebut.
B. Lupa
Selain beberapa aspek tersebut, dalam pengambilan atau penarikan informasi juga
kadang terjadi lupa. Lupa (forgetting)menurut Schunk (2012: 294) merupakan hilangnya
informasi dari memori atau ketidakmampuan mengakses informasi. Telah disebutkan
sebelumnya jika apa yang simpan itu hanya bekas (memory trance) yang dapat menjadi
pudar dan menghilang. Menurut King (2007: 435) menyatakan ada beberapa faktor yang
menyebabkan kita lupa yaitu kegagalan encoding, kegagalan retieval, decay theory, dan
fenomena di ujung lidah. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa faktor tersebut.
3. Decay theory atau yang lebih dikenal dengan nama teori kemerosotan juga
merupakan salah satu penyebab lupa. Menurut Santrock (2013: 329) teori ini
menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya jika informasi yang disimpan pada
penyimpanan merupakan jejak ingatan dan jejak ingatan yang tersimpan dalam
ingatan itu bisa hilang dengan berlalunya waktu. Sternberg (2008:198)
menjelaskan teori kemerosotan menyatakan bahwa informasi menjadi dilupakan
karena hilangnya, bukannya pergantian, secara gradual jejak-jejak memori. Jadi
pada teori ini kemerosotan memandang potongan asli informasi menghilang
secara bertahap sesuai dengan berjalannya waktu kecuali sesuatu dilakukan
untuk menjaganya agar tetap utuh.
4. Fenomena di ujung lidah atau lebih dikenal dengan nama (tip of the tongue)
adalah salah satu gangguan yang sering kali dialami oleh seseorang. James, 2006
; Maril, et al, 2005 (King, 2007: 437) menyatakan bahwa ini adalah sebuah jenis
retrieval yang diusahakan yang terjadi ketika seseorang yakin mereka
mengetahui sesuatu, tetapi tidak bisa menariknya dari ingatan. Seseorang pada
kondisi ini biasanya dapat dengan sukses mengambil karakteristik dari sebuah
kata seperti huruf pertamanya atau jumlah suku kata, tetapi tidak berhasil
mengambil kata tersebut. Contohnya ketika seorang mahasiswa berada dalam
suatu kegiatan organisasi dan dia berjumpa dengan dua orang yang duduk
bersama. mahasiswa tersebut dapat dengan mudah mengenali salah satunya
dengan Siti. Mahasiswa yakin bahwa mahasiswa tersebut juga mengenal
namanya dan yakin namanya berawal dengan huruf S. Mahasiswa tersebut
sangat yakin jika memang benar-benar mengenalnya tapi dia tidak bisa
mengingatnya sekarang. Mungkin ketika pada proses pengenalan mahasiswa
tersebut tidak memperhatikan namanya lebih dari kata pertamanya.
1. Perhatian (attention)
2. Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) diperlukan untuk mempertahankan informasi pada saat
akan di encoding sehingga dapat tersimpan dalam memori jangka panjang.
3. Khususkan konteks atau bahan untuk mudah diingat dengan hal-hal yang lain
Informasi yang ingin diperoleh hendaknya berhubungan dengan informasi yang lain
sehingga mudah cara pemanggilannya. Cara ini bisa dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan pada diri sendiri dan membuat catatan dengan baik. Mengajukan pertanyaan
untuk diri sendiri setelah membaca atau memperoleh suatu informasi akan
mengembangkan asosiasi dengan informasi yang berhubungan atau perlu diambil dari
memori. Mencatat informasi yang diperoleh sangat berguna untuk tetap menjaga
informasi itu agar tidak hilang karena berlalunya waktu.
A. Metode loci, anak menyusun imaji/citra dari suatu item yang akan diingat dan
membayangkan anak tersebut menyimpannya dalam lokasi yang dikenali.
Misalnya jika anak harus mengingat sederetan konsep maka mereka bisa
membayangkan meletakkannya di rumah rumah mereka, seperti di kamar tidur,
ruang keluarga, dapur dan sebagainya. Pada saat anak perlu mengambil kembali
informasi tersebut, anak bisa membayangkan rumahnya lalu membayangkan
dirinya berjalan di ruang-ruang untuk mengambil konsep itu.
B. Metode kata kunci, metode ini diterapkan dengan melekatkan imaji kepada
dengan kata-kata yang penting. Misalnya ketika menerangkan variabel x pada
siswa, kita bisa membuat perumpamaan jika variabel x itu adalah kue atau apel.
C. Akronim, metode ini menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan
diingat. Misalnya untuk menghafalkan warna pelangi bisa dihafalkan dengan
cara mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).
Salah satu teori pengajaran yang paling populer berdasarkan prinsip-prinsip kognitif
adalah teori pengajaran yang dirumuskan oleh Robert Gagene (1985). Pada teori ini
terdapat sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
persiapan, tahap pembelajaran utama atau inti, dan tahap transfer belajar. Pada tahap
persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas memerhatikan, harapan, penarikan.
Sementara pada tahap pembelajaran utama atau inti adalah penguasaan dan praktik yang
terdiri dari persepsi selektif, pengkodean semantik, penarikan dan pemberian respons
dan penguatan. Pada tahap transfer belajar meliputi pemberian tanda untuk penarikan
dan generalisabilitas.
SQ3R merupakan salah satu strategi pembelajaran dalam yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran yang memiliki singkatan dari Survey, Question, Read,
Recite, Review. Sementara PQ4R merupakan strategi pembelajaran yang lebih baru dari
SQ3R dengan tambahan R yaitu Reflect. Metode ini dikembangkan oleh Thomas
Robinson yang termasuk ke dalam strategi elaborasi. PQ4R merupakan singkatan dari
Preview, Question, Read, Recite, Review dan Reflect. Berikut ini langkah penerapan
metode PQ4R menurut Santrock (2013:336-337).
A. Preview, kegiatan membaca sepintas atau mensurvei materi yang akan dipelajari
secara ringkas.
C. Read, kegiatan ini menyuruh siswa untuk membaca secara aktif tentang bacaan
tadi yang hanya dibaca secara sepintas. Pada saat kegiatan ini usahakan agar
siswa dapat berkonsentrasi dan mampu memahami apa yang disampaikan dalam
bacaan
D. Reflect, merupakan kegiatan untuk memahami informasi yang ada. Pada proses
ini bisa dilakukan dengan cara menghubungkan informasi yang diperolehnya
dengan informasi yang sudah ada di memorinya. Siswa juga dapat berhenti
sesekali untuk merenungkan dan memikirkan interpretasi dari informasi yang
diterima.
F. Review, pada tahap ini kegiatan siswa untuk membaca rangkuman (intisari )
yang telah dibuatnya dan telah menjawab pertanyaan yang telah diajukannya
untuk mengevaluasi rangkuman dan jawabannya dengan cara membaca kembali
informasi atau materi yang dipelajari.
BAB VIII
PEMBELAJARAN DAN INGATAN
BAGIAN I
8.1.1 Ingatan
Motivasi Ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang
melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di
psikologi kognitif dan ilmu saraf. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai
hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah hal yang
pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya
dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam
kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning),
menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering).
Proses Encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah
menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan
peringkat yang ada pada organisme). Jadi encoding merupakan suatu proses mengubah
sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organisme.
Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori.
Proses pengubahan informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
A. Tidak sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh inderanya dimasukkan
dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya. Contoh konkritnya dapat kita lihat
pada anak-anak yang umumnya menyimpan pengalaman yang tidak disengaja,
misalnya bahwa ia akan mendapat apa yang diinginkan jika ia menangis keras-
keras sambil berguling-guling.
Masalah interval dapat dibedakan atas lama interval dan isi interval:
a. Lama interval, yaitu berkaitan dengan lamanya waktu pemasukan bahan (act of
remembering). Lama interval berkaitan dengan kekuatan retensi. Makin lama
intervalnya, makin kurang kuat retensinya, atau dengan kata lain kekuatan
retensinya menurun.
b. Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi
interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau
mengganggu memory traces, sehingga kemungkinan individu akan mengalami
kelupaan.
c. Atas dasar lama interval dan isi interval, hal tersebut merupakan sumber atau
dasar berpijak dari teori-teori mengenai kelupaan.
Fungsi ketiga ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang
disimpan dalam ingatan. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari
dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila
dibutuhkan. Mekanisme dalam proses mengingat kembali sangat membantu organisme
dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “Belajar dari
Pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya
di masa lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini juga.
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:
a. Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu
tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Conyohnya mengingat nama
seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.
Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: a) practice interference; b)
retroactive interference. Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi
pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah
dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja
dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.Sebaliknya, seorang siswa akan
mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru materi yang baru kita pelajari
tidak dapat masuk ke dalam ingatan, karena terhambat oleh materi lain yang sudah terlebih
dahulu di pelajari . Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau
diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya,
antara lain menurut Barlow, Reber, dan Anderson, adalah sebagai berikut:
Merupakan upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul
setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain
pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap
teks Pancasila lebih kuat.
Ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas
belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam
belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi
belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari
sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat
melindungi memori dari kelupaan.
4. Singkatan
Yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga
menarik dan memiliki kesan tersendiri.
6. Clustering
8.4.1 Transfer
Istilah “transfer belajar” berasal dari bahasa Inggris “Transfer of learning” dan berarti;
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke
bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Pemindahan atau pengalihan itu
menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh atau digunakan di suatu
bidang studi atau situasi di luar lingkup pendidikan. Pemindahan atau pengalihan itu
menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang
atau situasi di luar lingkup bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh.
Mempelajari sesuatu di bidang studi yang lain atau dalam pengaturan kehidupan sehari-
hari. Berikut ini merupakan macam-macam transfer belajar;
A. Transfer positif
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif
yakni belajar dalam situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
“Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau bpengalihan hasil belajar itu
berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar
yang lain dalam kurikulum di sekolah atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari,
transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”. Transfer positif, akan
mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip
dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.
Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah
belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab).
Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam
memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan
mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda
empat.
B. Transfer negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif
dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki
pengaruh merusak atau mengalami hambatan terhadap ketrampilan/pengetahua yang
dipelajari. “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil
belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi
tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur
kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”.
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah
menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu
yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut
pada masa yang akan datang. Misalnya, ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor
dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang
selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke
salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan.
Pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam
mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama
bertahun-tahun sesudah tamat sekolah. Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan
menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak
mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik. Artinya, ketrampilan
yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.
C. Transfer Vertikal
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi.
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran
yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai
pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang ssiwa SD yang
telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II
akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III.
D. Transfer lateral
Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis, daya tentang
psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian/ daya-
daya yang berdiri sendiri.Seperti daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya
merasa, dan lain-lain. Menurut teori daya (formal disiplin) daya-daya jiwa yang ada pada
manusia itu dapat dilatih. Dan setelah berlatih dengan baik, daya- daya itu dapat digunakan
pula untuk pekerjaan yang lain yang menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah
transfer belajar. Misalnya seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara
melempar dengan tepat, mula-mula ia melempar-melempar dengan batu, kemudian
disekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih pula melempar dengan bola. Menurut
teori daya, anak yang telah melatih daya melemparnya dengan baik, nantinya jika ia telah
dewasa dan menjadi dewasa dapat menjadi pelempar granat yang baik. Contoh lain murid-
murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran sejarah tidak boleh tidak daya
ingatannya sering digunakan untuk mengingat-ingat bermacam-macam peristiwa, ingatan
anak itu makin terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka pendapat menurut teori
daya daya ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat digunakan pula
(ditransferkan) kepada pekerjaan lain. Demikian, menurut teori daya pada tiap mata
pelajaran disekolah pendidik perlu melatih daya-daya itu (daya ingatan, berpikir,
merasakan, dan sebagainya) sehingga daya-daya yang sudah terlatih itu akan dapat
digunakan dalam mata pelajaran yang lain dan bagi pekerjaan pekerjaan lain diluar sekolah.
Sekolah yang menganut teori daya ini, sudah tentu mengutamakan terlatihnya semua daya-
daya jiwa anak, dari pada nilai atau kegunaan mata pelajaran.Berguna atau tidaknya
materi/isi mata pelajaran itu dalam praktek dikemudian hari, tidak menjadi persoalan yang
penting, apapun yang diajarkan asal dapat melatih daya-daya jiwa adalah baik. Penganut
teori daya beranggapan bahwa anak-anak yang pandai di sekolah suadah tentu akan pandai
pula dimasyarakat.
Pandangan ini dipelopori oleh Edward, yang berpendapat bahwa transfer belajar dari
satu bidang studi kebidang studi yang lain atau idang studi sekolah ke kehidupan sehari-
hari, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang studi atau
antara bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak unsur yang sama
makin besar kemungkinan terjadi tarnsferbelajar.Dengan kata lain terjadinya transfer belajar
sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur. Misalnya antara bidang
studi aljabar dan ilmu ukur dll. Mula-mula Edward mengartikan “elemen identik” sebagai
unsur yang sungguh-sungguh sama (=identik) kemudian pengertian identik diartikan
sebagai “ada kesamaan, sejenis” perubahan pandangan ini membuat teorinya tentang
transfer belajar lebih mudah dapat diterima. menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah
pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak
adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar terjadinya transfer belajar positip.
C. Teori Generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd. Menurut teori ini transfer belajar lebih
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip
umum .Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan prinsip untuk
memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke
bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu mula-mula
diperoleh.Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi” yaitu mampu
menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang
khusus.Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah,
prinsip dan siasat-siasat pemecahan problem.Jadi kesamaan antara dua bidang studi
tsb.tidak terdapat dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam struktur dasar
dan dalam prinsip.
2. Hasil belajar, hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat berupa
pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
ketrampilan motorik dan sikap. Hasil belajar yang lama dapat memudahkan untuk
menerima stimulus yang baru. Jadi baik atau tidaknya, sedikit atau banyaknya hasil
belajar yang diperoleh sebelumnya dapat mempengaruhi transfer belajar atau proses
belajar selanjutnya.
3. Bahan/materi bidang-bidang studi, metode atau prosedur kerja yang diikuti dan
sikap dibutuhkan dalam bidang studi. Transfer belajar mengendalikan adanya
kesamaan, maka kesamaan antara daerah/bidang studi atau antara bidang studi dan
kehidupan sehari-hari itu, secara nyata harus ada. Adanya kesamaan juga meliputi
taraf intelegensi, minat, dan perhatian.
5. Sikap dan usaha guru, kesadaran dan usaha dari guru untuk mendampingi siswa
dalam mengadakan transfer belajar. Sikap guru yang menyadari, bahwa
tanggungjawab nya tidak hanya terbatas paa bidang studi tertentu, tetapi juga
mencakup usaha jujur untuk membentuk kepribadian siswa secara kesluruhan,
dalam perkembangan intelektual, efektif (sikap) dan sosial.
BAB IX
PENGENALAN MASALAH DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAGIAN I
1. Pendekatan Interpretif.
2. Pendekatan Tradisional yang didasari pada teori dan metode dari Ilmu Psikologi
Kognitif, Sosial dan Behavioral serta Ilmu Sosiologi.
3. Pendekatan Sains Pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari Ilmu
Ekonomi dan Statistika.
Semua pendekatan yang dijelaskan diatas mempunyai nilai-nilai tertentu yang dapat
memberikan pemahaman mengenai perilaku konsumen. Selain itu dapat pula diterapkan
untuk strategi marketing jika dilihat dari tingkatan maupun sudut pandang analisis yang
berbeda-beda. Ketiga pendekatan ini dapat digunakan oleh suatu pemilik bisnis atau
perusahaan, baik dengan menggunakan salah satu dari pendekatan tersebut maupun dengan
menggunakan ketiga pendekatan sekaligus. Semuanya tergantung dari jenis-jenis masalah
yang dihadapi oleh masing-masing bisnis dan suatu perusahaan.
B. Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk membeli
produk.
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi.
Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi jika
seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau adanya
kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena faktor-faktor ketidakhati-hatian dalam
melakukan pengkaijan masalah.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
2. Claude S. George, Jr, mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang bisa
mendorong terciptanya keputusan, adapun tahapan tersebut adalah :
1. Mengidentifikasi masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.
2. Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
3. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
5. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umunya.
3. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam
alternative yang ada dan dipilih yang terbaik.
Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan terprogram atau keputusan tidak
terprogram., setiap keputusan tersebut memiliki perbedaan masing-masing. Untuk lebih
detailnya di bawah ini :
1. Keputusan Terprogram
Keputusan yang terprogram dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin,
tanpa ada persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang terkerjakan
berlangsung secara baik dan stabil. Dalam realitas keputusan terprogram diselesaikan
ditingkat lini paling rendah tanpa harus menunggu masukan keputusan dari pihak sangat
terkait, seperti para top management. Contoh dari keputusan yang terprogram adalah
pekerjaan yang dilaksanakan dengan rancangan SOP (Standar Operating System),
sehingga dalam pekerjaan dilapangan para bawahan sudah dapat mengerjakannya secara
baik apalagi jika disertai dengan buku panduan operaisonalnya, adapun yang menjadi
persoalan jika para bawahan belum mengerti secara benar, misalnya ada beberapa
bagian yang tidak terjelaskan pada buku panduan.
Pada dasarnya suatu keputusan terprogram akan dapat terlaksana dengan baik jika
memenuhi beberapa syarat, seperti :
C. Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama keputusan yang
terprogram tersebut dilaksanakan.
Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana begitu, sebab
sebuah keputusan itu selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan waktu, tenaga
dan fikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan tersebut.
Saat pengambilan keputusan adalah saat dimana kita memiliki kendali dalam bertindak.
Selanjutnya yang dianggap penting adalah pertanggung jawaban dari keputusan itu sendiri
kepada pihak yang berkepentingan.
Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan merupakan
serangkaian tahap yang terdiri dari delapan langkah, antara lain sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
4. Mengembangkan alternatif-alternatif
5. Menganalisis alternatif
Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak selamanya berlangsung sesuai
dengan rencana yang diharapkan. Secara umum dampak perubahan keputusan tersebut
dapat dikelompokan menjadi dua kelompok perubaham;
Perlu kita pahami bahwa data keputusan yang terlalu lama sulit untuk di jadikan sebagai
data prediksi kedepan, dan jika kedepan terlalu jauh untuk di prediksi maka ketepatan atau
tingkat akurat prediksi juga menjadi bagian yang di ragukan hasilnya.
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan proses
yang dilakukan. Sehingga kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil
keputusan tersebut yang telah diaplikasikan atau telah di uji secara maksimal dan terlihat
hasilnya secara maksimal serta di nilai secara maksimal juga. Penilaian secara maksimal
tentunya akan menjadi lebih jelas dan lebih bisa dipertanggung jawabkan kebenaranya dari
pada penilaian secara tidak maksimal tentunya. Maka dari itu untuk menilai suatu kualitas
keputusan yang di buat haruslah di uji secara pendekatan yang bisa di pertanggung
jawabkan secara ilmiah.
Pendekatan keilmuan yang di pakai disini haruslah berdasarkan pada ruang lingkup
dimana asal mula proses awal berdirinya keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut adalah
dipakai untuk bidang ilmu ekonomi, teknik, kedokteran dan sosioligi maka itu harus
berlandaskan pada asas-asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan, dengan
maksud nantinya selau saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor
ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksut guna menghindari terjadinta tumpang
tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya. Dimana kita mengetahui
bahwa kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak bergerak
atau juga tidak diberikan keleluasaan begerak secara “independent” sesuai dengan garisnya.
Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara
professional.
Ada beberapa solusi secara umum yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan
persoalan atau membuat suatu keputusan menjadi jauh lebih baik, yaitu :
A. Menerapkan konsep keputusan yang cenderung hati-hati dan memikirkan setiap
dampak yang timbul secara jangka pendek dan panjang.
Pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian
informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk
membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif
hanya dengan membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus
tentang gambaran produk yang diinginkan.
Pencarian informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari komunikasi
perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari pelopor opini, sedangkan
informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber informasi dari kegiatan pemasaran
perusahaan.
3. Tingkat kinerja atau karakteristik dari setiap solusi alternatif pada setiap evaluatif
4. Kriteria.
5. Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari
informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi
kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya. Jika tidak,
konsumen akan menyimpan kebutuhan itu kedalam ingatan atau mengerjakan
pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
Pada satu tahapan tertentu, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian. Pada
tahapan itu, seseorang menjadi lebih menerima informasi mengenai kamera. Ia
memperhatikan iklan kamera, kamera yang digunakan oleh temannya, dan percakapan
tentang kamera. Atau ia mungkin mengerjakan pengumpulan informasi secara aktif, dimana
ia mencari informasi tertulis, menelepon teman, dan mengumpulkan informasi dengan
berbagai cara lain. Jumlah pencarian yang dikerjakan tergantung pada kekuatan dorongan
pada dirinya, jumlah informasi awal yang ia miliki, kemudahan pencarian informasi
tambahan, nilai yang ia berikan pada informasi tambahan, dan kepuasan yang di dapat
setelah pencarian.
Pertama, sumber itu meyakinkan. Pemasaran getok tular atau pemasaran dari mulut ke
mulut adalah satu-satunya metode promosi dari konsumen, oleh konsumen, dan untuk
konsumen. Mempunyai konsumen yang setia dan terpuaskan dan membangga- banggakan
bisnis mereka dengan anda merupakan mimpi setiap pemilik bisnis. Tidak hanya konsumen
yang puas mengulangi pembelian, tetapi mereka juga menjadi papan promosi berjalan bagi
bisnis anda.
Kedua, biaya yang rendah. Menjaga hubungan dengan konsumen dan mengubahnya
menjadi sumber promosi getok tular membutuhkan biaya yang relatif rendah. Semakin
banyak informasi yang didapat, kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang adanya
merek dan fitur akan meningkat. Dalam pencarian informasi, seseorang banyak mempelajari
merek yang tersedia. Informasi itu juga membantunya meninggalkan pilihan merek tertentu.
Perusahaan harus mendesain bauran pemasarannya agar calon konsumen sadar dan tahu
akan mereknya. Secara hati-hati perusahaan harus mengidentifikasi sumber informasi
konsumen dan tingkat kepentingan tiap-tiap sumber itu. Konsumen harus ditanyai
bagaimana awalnya mereka mendengar merek itu, informasi apa yang didapat, dan
bagaimana mereka mengurutkan tingkatan arti penting sumber informasi yang berbeda beda
itu.
1. Penggunaan Internet.
2. Pencarian Eksternal
Konsumen cukup sampai pencarian internal jika apa yang di cari telah di penuhi.jika
tidak,konsumen akan berlanjut ketahap pencarian ekternal.onsumen mungkin juga
mengkombinasikan antara pencarian internal dan eksternal agar informasi yang di
perolehnya mengenai produk dan merek menjdi sempurna dan meyakinkan.pencarian
eksternal adalah proses pencarian informasi dan produk dan merek,pembelian maupun
komsumsi kepada lingkungan konsumen. konsumen akan bertanya kepada teman,
saudara atau tenaga penjual. Konsumen akan membaca kemasan,surat kabar,majalah
konsumen,melihat dan mendengar berbagai iklan produk. Informasi yang dicari melalui
pencarian ekternal biasanya meliputi:
3. Biaya VS Manfaat
a. Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga memungkinkan analis
untuk mengurangi biaya dari manfaat.
b. Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari kebijakan
atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap pendapatan masyarakat
secara keseluruhan.
c. Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat hanya bayangan
4. Analisa perbandingan biaya dan manfaat dapat kita gunakan dalam masalah
pengeluaran negara. Walaupun demikian kita harus memperhatikan hal-hal dalam
keadaan yang nyata seringkali kenyataan-kenyataan itu berbeda dengan rencana-
rencana yang dibuat berdasarkan suatu ramalan. Data yang ada banyak yang tidak
sempurna. Kita harus memperluas definisi kita hanya pada baiaya individu dan
manfaat individu, tetapi menjadi tambahan biaya social (social Marginal
Costs=SCM) dan tambahan manfaat social (social Marginal Benefit+SMB)
Guna membandingkan manfaat (benefit) dan biaya (costs) haruslah diproleh suatu
angka dengan dasar waktu yang sama, karena proyek-proyek itu memberikan
manfaat manfaat utuk jangka panjang (lebih dari satu tahun) maka manfaat-manfaat
itu harus dijumlahkan, demikian pula biayanya. Untuk memperoleh angka yang
berlaku umum maka nilai dan manfaat dan biaya dari tahun-tahun yang berbeda
untuk masa yang akan datang harus dinyatakan dengan nilai pada tahun ini (present
value) yaitu menggunakan tingginya tingkat bunga sebagai alat untuk menghitung
nilai sekarang.
Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan ruang lingkup dari
biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan. Beberapa pendekatan yang
biasa dilakukan adalah:
2. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak langsung.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata (tangible) atau tidak
nyata (intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan manfaat yang secara langsung
dapat diukur dengan harga pasar yang sebenarnya dari barang dan pelayanan,
sementara yang tidak nyata adalah biaya dan manfaat yang secara tidak langsung
diukur dengan cara menafsirkan nilai sebenarnya dari barang itu dengan patokan
harga pasar. Ketika berhubungan dengan yang tidak nyata seperti harga udara
bersih, analis kemungkinan membuat harga bayangan dengan membuat
keputusan subyektif tentang nilai dolar dari biaya maupun manfaat.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat itu dihasilkan secara “langsung” atau
“tidak langsung” oleh suatu program, Biaya atau manfaat primer adalah suatu
biaya atau manfaat yang dihubungkan dengan sasaran program yang paling
bernilai, sedangkan biaya atau manfaat sekunder berkaitan dengan sasaran yang
kurang bernilai. Sebagai contoh, program sertifikasi guru. Manfaat langsungnya
adalah, dihasilkannya 2000 guru bersertifikat setiap tahun, dengan biaya 2M
rupiah. Manfaat sekundernya: Peningkatan motivasi pengembangan diri guru,
dan dampak biaya sekundernya: berkurangnya sekian ratus jam mengajar akibat
proses sertifikasi yang ketat.
Konsumen membuat keputusan dalam berbagai cara dan keputusan yang mereka buat
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Proses dimana konsumen mengevaluasi dan
memilih di antara alternatif diilustrasikan pada gambar diatas. Terbagi dalam empat proses,
pertama, kita akan memberikan gambaran dari proses yang konsumen gunakan untuk
memilih di antara alternatif. Kemudian, kita akan menggambarkan sifat dan karakteristik
kriteria evaluatif (manfaat dari produk harus disediakan). Setelah memeriksa kriteria
evaluatif, kita akan fokus pada kemampuan konsumen untuk menilai kinerja produk pada
kriteria evaluatif. Akhirnya, kita akan memeriksa aturan keputusan yang digunakan
konsumen untuk memilih satu alternatif dari yang ada. Penting untuk diingat bahwa banyak
pembelian melibatkan sedikit atau tidak ada evaluasi alternatif. Keputusan nominal tidak
memerlukan evaluasi pada setiap alternatif. Pembelian terakhir diulang tanpa
mempertimbangkan informasi lainnya. Keputusan terbatas mungkin melibatkan
membandingkan beberapa merek (set Evoked kecil) pada satu atau dua dimensi (saya akan
membeli Heinz atau Del Monte kecap, tergantung pada yang lebih murah di Safeway).
Pembahasan kita akan membuat pilihan konsumen tampak lebih logis, terstruktur, dan
rasional. Kita tahu bahwa situasi memainkan peran penting dalam proses yang digunakan
untuk membuat pilihan konsumen. Sebagai contoh, ketika kita lelah atau bergegas, kami
sangat mungkin untuk menggunakan proses pilihan yang berbeda daripada yang kita
lakukan jika kita memiliki lebih banyak energi atau waktu. Sejumlah besar penelitian dan
strategi pemasaran telah mengasumsikan pembuat keputusan konsumen rasional dengan
baik, preferensi stabil. Konsumen juga diasumsikan memiliki keterampilan yang cukup
untuk menghitung opsi yang akan memaksimalkan nya nilai, dan akan memilih atas dasar
ini. Pendekatan ini disebut teori pilihan rasional. Tugas dalam teori pilihan rasional adalah
untuk mengidentifikasi atau menemukan satu pilihan yang optimal untuk menghadapi
pembuat keputusan.
A. Affective Choices Pilihan afektif yang paling mungkin ketika motif yang mendasari
consummatory daripada instrumental. Consummatory motive mendasari perilaku
yang secara intrinsik bermanfaat untuk individu yang terlibat. Motif Instrumental
mengaktifkan perilaku yang dirancang untuk mencapai tujuan kedua. Misalnya,
seseorang mungkin membaca best-seller untuk kesenangan membaca buku
(consummatory motive), sedangkan yang lain mungkin membaca buku yang sama
untuk dapat tampil “dengan itu” untuk teman-teman nya (instrumental motif).
Pilihan afektif cenderung lebih holistik. Merek tidak didekomposisi menjadi
komponen yang berbeda untuk evaluasi terpisah. Evaluasi umumnya berfokus pada
bagaimana mereka akan membuat pengguna merasa seperti yang biasa digunakan.
Pilihan sering didasarkan terutama pada respon emosional langsung dengan produk
atau layanan.
B. Attribute based versus Attitude based choice processes, merupakan dua proses
pertimbangan yang mungkin digunakan untuk membeli kamera digital:
Proses 1: Setelah konsultasi Internet untuk menentukan fitur apa yang paling
disukai, konsumen kemudian pergi ke toko elektronik lokal dan membandingkan
berbagai merek fitur yang paling penting baginya yaitu, otomatis, kamera ukuran,
fitur zoom, dan ukuran penyimpanan. Dia melihat keynggulan masing-masing model
atas atribut dan kesan umum nya model kualitas masing-masing. Atas dasar evaluasi
ini, ia memilih SportZoom Olympus.
Contoh pertama di atas adalah pilihan berbasis atribut. Contoh yang kedua pilihan
berbasis sikap. Secara umum, pentingnya membuat keputusan yang optimal
meningkat dengan nilai barang yang sedang dipertimbangkan dan konsekuensi dari
keputusan yang tidak optimal. Semakin mudah untuk mengakses atribut informasi
lengkap suatu merek, pengolahan berdasarkan atribut,lebih kemungkinan akan
digunakan.
Kriteria evaluatif berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai
alternatif-alternatif pilihan. Kriteria evaluatif biasanya merupakan fitur produk atau atribut
yang berhubungan dengan manfaat yang diinginkan oleh pelanggan atau biaya mereka harus
dikeluarkan oleh pelanggan. Dengan demikian, banyak konsumen yang ingin menghindari
gigi berlubang menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Untuk konsumen ini,
fluoride merupakan kriteria evaluatif yang berhubungan dengan manfaat pencegahan gigi
berlubang. Dalam hal ini, kriteria evaluatif dan manfaat yang diinginkan tidak identik, dan
fluoride penting sebagai fitur hanya sejauh bahwa hal itu membantu mencegah gigi
berlubang. Kriteria evaluatif dapat berbeda dalam jenis, jumlah, dan pentingnya.
Measurement of evaluative criteria melibatkan penentuan:
Metode langsung termasuk menanyakan pada konsumen kriteria apa yang mereka
gunakan dalam pembelian tertentu. Metode tidak langsung berasumsi konsumen tidak
dapat mengatakan kriteria evaluatif mereka (teknik projektif dan perceptual mapping).
2. Determination of Consumers’ Judgments of Brand Performance on Specific
Evaluative Criteria
Pengukuran penilaian konsumen untuk kinerja merek pada spesifik kriteria evaluatif
dapat mencakup :
C. Skala likert
F. The constant sum scale adalah metode langsung yang paling umum.
Rata-rata konsumen tidak cukup terlatih untuk menilai kinerja bersaing merek kriteria
evaluatif kompleks seperti kualitas atau daya tahan. Untuk lebih mudah kriteria,
bagaimanapun, sebagian besar konsumen dapat dan jangan membuat penilaian tersebut.
Harga umumnya dapat dinilai dan dibandingkan secara langsung. Namun, bahkan ini bisa
menjadi kompleks. Kelompok konsumen telah mendorong untuk unit harga (pricing oleh
pengukuran umum seperti biaya per ounce) untuk membuat perbandingan seperti lebih
sederhana.
Pentingnya kriteria evaluatif bervariasi antara individu dan juga di dalam individu
yang sama dari waktu ke waktu. Penggunaan situasi, konteks kompetitif-secara umum,
efek iklan.
Tingkat tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang lain. keputusan
disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan seperangkat alternatif yang bisa
diterima, sedangkan sisanya aturan umumnya menghasilkan satu “terbaik” alternatif.
Untuk target pasar menggunakan eliminasi oleh aspek aturan, sangat penting untuk
memenuhi atau melampaui satu atau lebih persyaratan konsumen persyaratan (dalam
urutan) dari kriteria yang digunakan dari kompetisi.
10.1.1 Pembelian
Menurut pendapat Galloway dkk. (2000:31) mengenai fungsi pembelian yaitu, “The
role of purchasing function is to make materials and parts of the right quality, and
quantity available for use by operations at the right time and at the right place.”
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah
untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang
tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Pembelian adalah proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa, dan
perlengkapan. Kegiatan tersebut terkadang disebut Pengadaan barang. Tujuan utamanya
adalah memperoleh bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan
kualitas dan jasa yang dipersyaratkan. Terlepas dari memastikan bahwa perusahaan
mempunyai persediaan bahan tanpa henti, adalah fungsi dari pembelian untuk
memastikan bahwa ada keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris
sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi labanya sepanjang menyangkut
biaya bahan.
Prosedur pembelian:
Dalam proses pembelian, konsumen akan melalui sebuah proses, sebagai berikut:
C. Tahap ketiga, maka seorang konsumen akan merasa suka dan butuh terhadap produk
itu secara umum.
D. Tahap keempat adalah preferensi. “Kenapa saya harus membeli produk merk A,
bukan merk B. Kenapa saya harus membeli tipe yang seharga ini bukan seharga itu.”
Ini adalah preferensi. Konsumen akan mencocokkan produknya disesuaikan dengan
kesukaannya, seleranya, budgetnya dan lainnya. Di tahapan ini konsumen sudah
mulai mengerucutkan pada apa yang lebih disukai dibandingkan yang lain.
F. Tahapan yang terakhir, keenam, akhirnya konsumen tersebut akan merasa puas atas
hasil pembelian yang telah dilakukannya, dan setiap konsumen akan berbeda.
Jadi, sebenarnya dalam tahapan ketika seseorang ingin membeli sesuatu apakah itu
laptop, mobil, makanan, baju dan lainnya akan melewati 6 tahapan ini. Kesadaran akan
kebutuhan produk, lalu mendorongnya mencari informasi lebih banyak. Setelah itu dia
yakin akan kebutuhannya membeli produk itu. Setelah proses ini dia akan mencari
preferensi mana yang dia sukai. Lalu akhirnya dia meyakinkan diri, “Ok”, kalau begini
saya beli.” Setelah yakin, seorang konsumen akhirnya membeli.
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan
pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap
rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau ksternal. Dalam
sebuah kasu, rasa lapar, haus, dapat menjadi sebuah pendorong atau pemicu yang
menjadi kegiatan pembelian. Dalam beberapa kasus lainnya, kebutuhan juga dapat
didorong oleh kebutuhan eksternal, contohnya ketika seseorang mencium sebuah
wangi masakan dari dalam rumah makan ia akan merasa lapar atau seseorang
menjadi ingin memiliki mobil seperti yang dimiliki tetangganya.
Pada tahap ini pemasar perlu melakukan identifikasi keadaan yang dapat memicu
timbulnya kebutuhan konsumen. Para pemasar dapat melakukan penelitian pada
konsumen untuk mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan
minata mereka terhadap suatu produk.
2. Pencarian Informasi
Pada level kedua, konsumen mungkin akan mungkin masuk kedalam tahap
pencarian informasi secara aktif. Mereka akan mencari informasi melalui bahan
bacaan, pengalaman orang lain, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk
tertentu. Yang dapat menjadi perhatian pemasar dalam tahap ini adalah bagaimana
caranya agar pemasar dapat mengidentifikasi sumber-sumber utama atas informasi
yang didapat konsumen dan bagaimana pengaruh sumber tersebut terhadap
keputusan pembelian konsumen selanjutnya.
Menurut Kotler (2003:225) sumber utama yang menjadi tempat konsumen untuk
mendapatkan informasi dapat digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu:
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahapan selanjutnya, setelah mengumpulkan informasi sebuah merek,
konsumen akan melakukan evaluasi alternatif terhadap beberapa merek yang
menghasilkan produk yang sama. Pada tahap ini ada tiga buah konsep dasar yang
dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama,
konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen akan mencari
mafaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen akan memandang masing-
masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalam memberikan manfaat yang digunakan dan untuk memuaskan kebutuhan itu.
Atribut yang diminati oleh pembeli dapat berbeda-beda tergantung pada jenis
produknya. Contohnya, konsumen akan mengamati perbedaan atribut sperti
ketajaman gambar, kecepatan kamera, ukuran kamera, dan harga yang terdapat pada
sebuah kamera.
4. Keputusan Pembelian
Pada tahapan keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh dua faktor utama
yang terdapat diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu:
A. Sikap orang lain, yaitu sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang
disukai seseorang akan bergantung pada dua hal. Pertama, intensitas sikap
negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai calon konsumen. Kedua,
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain (Fisbhein, dalam Kotler
2003:227). Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang
lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya. Keadaan preferensi sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli
terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat
menyukai merek yang sama.
B. Faktor yang kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat
mengurangi niat pembelian konsumen. Contohnya, konsumen mungkin akan
kehilangan niat pembeliannya ketika ia kehilangan pekerjaannya atau adanya
kebutuhan yang lebih mendesak pada saat yang tidak terduga sebelumnya.
Selain perilaku pascapembelian, dan tindakan pasca pembelian, pemasar juga haru
memantau cara konsumen dalam memakai dan membuang produk tersebut. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri konsumen, dan lingkungan
atas pemakaian yang salah, berlebihan atau kurang bertanggung jawab.
1. Masalah pengakuan
3. Cari supplier
4. E-Procurement
Pada situs web diatur sekitar dua jenis e-hub: hub vertikal berpusat pada industri
(plastik, baja, kimia, kertas) dan hub fungsional (logistik, media pembelian, periklanan,
manajemen energi). Selain menggunakan situs-situs web, perusahaan dapat melakukan
e- procurement dengan cara;
A. Langsung extranet link ke pemasok utama. Sebuah perusahaan dapat mengatur link
extranet kepada pemasok utama. Sebagai contoh, dapat mengatur account e-
procurement langsung di Dell atau Office Depot, dan karyawan dapat melakukan
pembelian mereka dengan cara ini.
B. Membeli aliansi. Coca-Cola, Sara Lee, Kraft, PepsiCo, Gillette, P & G, dan
beberapa perusahaan lain bergabung untuk membentuk aliansi membeli disebut
Transora untuk menggunakan leverage gabungan mereka untuk mendapatkan harga
yang lebih rendah untuk bahan baku.
5. Permohonan proposal
6. Supplier seleksi
Sebelum memilih pemasok, pusat membeli akan menentukan atribut pemasok yang
diinginkan dan menunjukkan kepentingan relatif mereka. Untuk menilai dan
mengidentifikasi para pemasok yang paling menarik, membeli pusat sering
menggunakan model evaluasi pemasok.
8. Tinjauan kinerja
Pembeli periodik melakukan review kinerja pemasok yang dipilih. Tiga metode
yang umum digunakan. Pembeli dapat menghubungi pengguna akhir dan meminta
evaluasi mereka, pembeli bisa menilai pemasok pada beberapa kriteria menggunakan
metode skor tertimbang, atau pembeli mungkin agregat biaya kinerja yang buruk untuk
datang dengan biaya disesuaikan pembelian, termasuk harga. Review kinerja dapat
menyebabkan pembeli untuk melanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri hubungan
pemasok.
A. Surat permintaan pembelian, dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh
fungsi gudang untuk meminta fungsi pembelian melakukan pembelian barang
dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang tersebut dalam surat permintaan
pembelian.
C. Surat order pembelian, dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada
pemasok yang telah dipilih.
D. Laporan penerimaan barang, dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk
menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis,
spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order
pembelian.
F. Bukti kas keluar, dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar
pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah
pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok.
A. Register bukti kas keluar, merupakan suatu jurnal untuk mencatat utang yang
timbul dari pembelian.
BAB I
http://yusikatiaraputrii.blogspot.com/2015/10/konsep-dasar-perilaku-
konsumen.html.Diakses tanggal 4 Januari 2019.
Hamidah. Perilaku Konsumen Dan Tindakan Pemasaran. library.usu.ac.id. Diakses 4
Januari 2019.
Engel, James F, BlackWell Roger D, Miniard Paul W..1994. Perilaku Konsumen
Jakarta.Binarupa Aksara.
BAB II
• https://fadliadhin.wordpress.com/2014/12/11/pengaruh-pengaruh-terhadap-perilaku-
konsumen/
• http://www.academia.edu/11065159/Makalah_Lingkungan_dan_Situasi_Konsumen
• http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-perilaku-konsumen-dan-menurut-
para-ahli-lengkap.html
• https://www.dictio.id/t/apakah-hubungan-antara-lingkungan-dengan-perilaku-
konsumen/14002/2
• https://www.academia.edu/37308957/PERILAKU_LINGKUNGAN_TERHADAP_
PENGARUH_KONSUMEN
Peter dan Olson, 1996. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. D. Sihombing
(penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
David L.Louden and Albert J.Della Bitta, 1984, Consumer Behavior : Concept and
Applications. The United States of America : ByMcGraw Hill.Inc
James F.Engel et.all,1968,Consumer Behavior, Illinois : The Dryden Press
Solomon,M.R.1999,Consumer Behaviour : Buying,Having, and Being,4th
Edition.New Jersey 07548; Prentice Hall
Sumber Internet :
• https://fadliadhin.wordpress.com/2014/12/11/pengaruh-pengaruh-
terhadap-perilaku-konsumen/
• http://www.academia.edu/11065159/Makalah_Lingkungan_dan_Situ
asi_Konsumen
• https://www.scribd.com/document/330045933/Pengaruh-
Lingkungan-Terhadap-Perilaku-Konsumen-FULL
222
BAB III
·
Prasetijo, Ristiyanti. Dra. MBA., dan J.O.I, John Ihalauw. Prof. Ph.D.. 2005. Perilaku
Konsumen. Salatiga.
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-
diferensias dalam-masyarakat
http://yurisadewi.blogspot.com/2012/12/perilaku-konsumen-pengaruh-kelas-
sosial.html http://massofa.wordpress.com
http://html-pdf-converter.com
http://rararirureroo.blogspot.com/2012/10/pengaruh-kebudayaan-terhadap-
pembelian.html
http://laelatulafifah.blogspot.com/2013/12/pengaruh-kelas-sosial-dan-status.html
http://sheilynurfajriah.blogspot.com/2013/01/pengaruh-individu-terhadap-
perilaku.html http://novaarinda.wordpress.com/2014/01/05/perilaku-konsumen-
pengaruh-keluarga-dan-rumah-tangga/
http://spidolbekas.wordpress.com/2014/01/18/pengaruh-situasi-pada-perilaku-
konsumen/
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Esis Erlangga.
Iman.2107.Rangkuman Materi Sosiologi Kelas XI SMA “Kelompok
Sosial”.http://blog.unnes.ac.id/imamalfarizi96/2017/11/06/rangkuman-materi-
sosiologi-kelas-xi-sma-kelompok-sosial/(diakses 30 Desember 2018)
Ridhwan Hasna.2017.Materi Sosiologi SMA Kelas XI : Kelompok
Sosial.http://blog.unnes.ac.id/hasnafarras/2017/11/12/materi-sosiologi-sma-kelas-xi-
kelompok-sosial/(diakses 30 Desember 2018)
BAB IV
https://hildafitriningsih.wordpress.com/2011/07/03/pengaruh-konsumen-dan-
penyebaran-inovasi/
http://strategikomunikasi.blogspot.com/2011/12/difusi-inovasi.html
223
BAB V
224
Riadi, Muchlisin. 2013. Pengertian dan Komponen Konsep
Diri.www.kajianpustaka.com. Diakses pada 22 September 2016.
Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta:EGC.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
https://studylibid.com/doc/562815/makalah-pengembangan-
kepribadian-%E2%80%9Ckonsep-diri%E2%80%9D
BAB VI
satriopandutomo.blogspot.com/2010/11/blog-post_17.html
http://walangkopo99.blogspot.com/2013/03/pengertian-motivasi.html
http://lukivikydesha.blogspot.com/2010/11/tugas-8-psi-konsumen-keterlibatan-
dan.html
http://perilakukonsumenharsetoas.blogspot.com/
http://fajrinstation.blogspot.com/p/klasifikasi-motif.html
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/2011100472mn2/page25.html
http://bedahdesamandiripertamina.blogspot.com/2012/05/teori-kebutuhan-dasar-
manusia.html
http://ekobudiatmodjo.blogspot.com/2012/05/hierarki-dari-kebutuhan-manusia-
menurut.html
http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/09/motivasi-konsumen.html
http://nurii-thaa.blogspot.com/2013/10/bab-4-motivasi-dan-keterlibatan.html
http://lukivikydesha.blogspot.com/2010/11/tugas-8-psi-konsumen-keterlibatan-
dan.html
https://lacusza.blogspot.com/2013/10/bab-4-motivasi-dan-keterlibatan.html
http://irriyanti.blogspot.com/2013/10/bab-iv-motivasi-dan-keterlibatan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/bab-9-“-keterlibatan-dan-motivasi-“/
http://uyungs.wordpress.com/2008/12/06/keterlibatan-konsumen-involvement/
http://id.scribd.com/doc/66694286/128/KETERLIBATAN-KONSUMEN
225
BAB VII
BAB VIII
BAB IX
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar Pengertian dan Masalah Manajemen, Bumi
Aksara, Jakarta, 2005
Irham Fahmi, SE., M.Si, Manajemen Pengambilan Keputusan, ALFABETA,
Bandung, 2013
http://nuraditama.blogspot.co.id/2012/03/pemecahan-masalah-dan-pengambilan.html
226
BAB X
http://vina-20.blogspot.com/2011/10/evaluasi-alternatif-sebelum-pembelian.html
diakses tanggal 30 Desember 2018
http://retnoariani.blogspot.co.id/2013/09/bagaimana-konsumen-
mengevaluasi-dalam.html diakses tanggal 30 Desember 2018
http://devisavitri23.blogspot.co.id/2015/11/evaluasi-alternatif-
sebelum-pembelian_23.html diakses tanggal 30 Desember 2018
https://hadper.wordpress.com/2016/11/11/perilaku-konsumen-16-
evaluasi-dan-pemilihan-alternatif diakses tanggal 30 Desember 2018
BAB XI
Kotler.Philip, Gary Amstrong. 2004 .Prinsip-prinsip pemasaran.Jakarta :Erlangga.
http://nulisbuku.com/books/download/samples/0293d624cd4f4314871e91a0b77
4d91d.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1444/1/industri-sugih.pdf
http://parlinnndungan.blogspot.co.id/2011/10/evaluasi-sebelum-dan-
sesudah-pembelian.html
http://minatekonomi.blogspot.com/2015/10/medeskripsikan-pola-
perilaku-konsumen.html=1
https://pisokology09b.blogspot.co.id/2011/06/proses-setelah-
pembelian-kepuasaan.html?m=1
http://parlindungan.blogspot.co.id/2011/10/evaluasi-sebelum-dan-
sesudah-pembelian.html/m=1
http://www.ipapedia.web.id/2015/06/pola-perilaku-konsumen-dan-produsen.html
http://dedexwidya.blogspot.co.id/2015/06/analisis-perubahan-pola-konsumsi.html
https://www.academia.edu/9023900/Pola_Perilaku_Membeli_Produk_Kebutuha
n_Ru
mah_Tangga_Pangan_dan_Non_Pangan_di_Pasar_Modern_Pada_Konsumen_W
anita
_Dewasa_Tengah_di_Kota_Karawang
http://gultomhans.wordpress.com/2012/11/11/pembelian/
http://sulaimantap.wordpress.com/2011/01/06/proses-pembelian/
http://ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com/2009/10/31/tahapan-
keputusan-pembelian/
http://siadevelopment.blogspot.com/2012/04/siklus-pembelian.html