Anda di halaman 1dari 10

Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen Pipih Sopiyan, … Pengaruh Shopping Lifestyle dan….

207
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)
Vol XI No 3, Nopember 2020

Pengaruh Shopping Lifestyle dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying


Pipih Sopiyan dan R. Neny Kusumadewi
Program Studi Manajemen FEB Universitas Majalengka
pipihoke@gmail.com
Kusumadewi.neny@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Shopping Lifestyle dan Positive Emotion
terhadap Impulse Buying baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian survey dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan verifikatif. Hasil penelitian menunjukan
bahwa 75.48% konsumen bersikap Shopping Lifestyle , 75.45% konsumen berada dalam kondisi Positive
Emotion dan 75.39% menunjukan perilaku Impulse Buying. Secara parsial Shopping Lifestyle berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Impulse Buying dengan tingkat kontribusi 13.76%. Sementara, Positive
Emotion tidak berpengaruh terhadap Impulse Buying dengan tingkat kontrbusi 1.88%. Namun, secara
simultan Shopping Lifestyle dan Positive Emotion berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying dengan
tingkat kontribusi 15%.
Kata kunci : Shopping Lifestyle, Positive Emotion, Impulse Buying

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of Shopping Lifestyle and Positive Emotion on
Impulse Buying both partially and simultaneously. This research is a type of survey research using
descriptive and verification approaches. The object of consumer research shop UD Putra Tiga Saudara
Majalengka.The results showed that 75.48% of consumers behaved in Shopping Lifestyle, 75.45% of
consumers were in Positive Emotion conditions and 75.39% showed impulse buying behavior. Partially
Shopping Lifestyle has a positive and significant effect on Impulse Buying with a contribution rate of
13.76%. Meanwhile, Positive Emotion has no effect on Impulse Buying with a contribution rate of 1.88%.
However, simultaneous Shopping Lifestyle and Positive Emotion have a significant effect on Impulse
Buying with a contribution rate of 15%. Seeing these results, it is important to do research again on the
Positive Emotion variable.
Keywords : Shopping Lifestyle, Positive Emotion, Impulse Buying

PENDAHULUAN oleh perusahaan, namun fenomena yang terjadi


sekarang ini ternyata banyak konsumen yang
Perkembangan pasar ritel saat ini begitu pesat, hal ini
berkunjung dan melakukan keputusan pembelian
berdampak semakin tingginya persaingan dalam
terhadap produk-produk yang sebenarnya tidak
usaha. Perusahaan yang ingin berhasil dalam
direncanakan. Kondisi demikian, harus mampu di
persaingan ini harus menguasai pasar. Salah satu
respon oleh perusahaaan sebagai peluang bisnis yang
aktivitas yang harus dilakukan dalam menguasai
baru yang perlu dipelajari dan dikembangkan.
pasar adalah melalui aktivitas pemasaran yang baik
Melalui pengembangan konsep Impulse Buying,
yakni berfokus pada needs dan wants konsumen.
perusahaan diharapkan mempunyai strategi baru yang
Perusahaan harus mampu memenuhi needs dan wants
perlu dikembangkan di masa yang akan datang.
konsumen .
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 4)
Keberlanjutan suatu perusahaan khususnya
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang
perusahaan yang bergerak di bidang retail adalah
dilakukan oleh individu atau organisasi yang
tergantung pada bagaimana kemampuan perusahaan
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mempengaruhi konsumen agar melakukan
dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang
keputusan pembelian setinggi-tingginya. Keputusan
atau jasa ekonomi dapat dipengaruhi lingkungannya.
pembelian yang dilandasi dengan kebutuhan
namun adakala pembelian dilakukan begitu saja
merupakan hal yang seharusnya mampu diciptakan
ketika konsumen melihat suatu produk. Tipe
208 Coopetition, Vol XI, Nomor 3, Nopember 2020, 207 – 216
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)

pembelian seperti ini disebut impulse buying atau yang suasana hatinya negatif. Emosi yang merasa
pembelian tanpa yang tidak direncanakan senang dan bangga ketika berbelanja dapat
sebelumnya. Menurut Utami dalam Anggi Mita mempengaruhi pembelian implusif. Tirmizi et al.
Wijaya (2016: 190) pembelian implusif adalah dalam Mega Usvita (2016:72) positive emotion
pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat sendiri didefinisikan sebagai suasana hati yang
produk atau merk tertentu, kemudian konsumen mempengaruhi dan menentukan intensitas
menjadi tertarik untuk membelinya, biasanya karena pengambilan keputusan konsumen. Premananto
adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut. dalam Mega Usvita (2016: 72) Faktor perasaan atau
Impulse buying yang dilakukan oleh konsumen emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer
bukanlah hal yang baru dalam pemasaran, namun karena berkaitan dengan situasi atau objek tertentu.
penjelasan mengapa hal tersebut bisa terjadi belum Perasaan seperti jatuh cinta, gembira, ingin memiliki,
banyak diketahui oleh pebisnis. Oleh karena itulah terpesona, dan antusias dari berbagai studi disinyalir
pebisnis harus mempelajari hal-hal apa saja yang memiliki korelasi positif yang signifikan dengan
dapat memicu terjadinya impulse buying. Strategi ini kecenderungan melakukan impulse buying.
dilakukan agar pebisnis dapat melakukan strategi-
Objek penelitian akan dilakukan di toko UD Putra
strategi pemasaran selanjutnya untuk menjaring lebih
Tiga Saudara Majalengka, Toko UD Putra Tiga
banyak konsumen sehingga akan mendatangkan
Saudara berdiri tahun 2001 dan membuka cabang
omzet yang banyak bagi perusahaan.
baru di Desa Baribis Kecamatan Cigasong Kabupaten
Rachmawati (2009 : 45) menyatakan bahwa ketika yang disahkan pada tanggal 25 April 2016. Toko UD
seseorang melakukan impulse buying bisa Putra Tiga Saudara merupakan salah satu retail dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu hedonic grosir yang bergerak dibidang bisnis fashion anak-
shopping value, shopping lifestyle, dan positive anak sampai dewasa, menyediakan peralatan bayi,
emotion. Betty Jackson dalam Edwin Japarianto dan kosmetik, tas, dan boneka.
Sugiono Sugiharto (2011: 33) mengatakan bahwa
Menurut hasil wawancara dengan bapak Yayan
shopping lifestyle merupakan ekspresi tentang
Suryana selaku Manager UD Putra Tiga Saudara
lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan
pada tahun 2018, beliau mengatakan bahwa rata- rata
perbedaan status sosial. Shopping lifestyle merupakan
peningkatan penjualan untuk setiap tahunnya
sikap atau pilihan seseorang dalam menggunakan
mencapai 40% bahkan jika akan menghadapi Hari
atau menghabiskan uangnya untuk membeli suatu
Raya Idul Fitri kenaikan bisa mencapai 50 - 60%. UD
produk. Peningkatan pendapatan konsumen
Putra Tiga Saudara tidak memberlakukan sistem
mengakibatkan kebutuhan konsumen juga ikut
diskon atau promosi karena di lihat dari segi harga
meningkat. Kebutuhan yang terus menerus-menerus
relatif murah dan bisa di jangkau mulai kalangan
meningkat menyebabkan tingkat belanja konsumen
menengah ke bawah sampai menengah ke atas. Untuk
pun meningkat. Baik secara langsung maupun tidak
menarik konsumen pihak perusahaan selalu update
langsung, dalam era globalisasi membawa
kepada konsumen dan pelanggan ketika barang baru
masyarakat Indonesia ke dalam budaya yang
telah datang dengan cara memberitahu lewat media
konsumtif, dimana belanja sudah menjadi lifestyle
sosial dan diteruskan dengan penyampaian mouth to
mereka. Konsumen akan rela mengorbankan sesuatu
mouth atau dari mulut ke mulut dengan begitu
demi mendapatkan produk yang mereka inginkan dan
konsumen akan tertarik untuk berbelanja.
mereka senangi. Shopping lifestyle mengacu pada
pola konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan pada
tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan bulan april 2018 ternyata hanya ada 30% konsumen
uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle yang merencanakan apa yang akan di beli dan tidak
menunjukan cara yang dipilih oleh seseorang untuk membeli item tambahan yang akan dibeli, sebanyak
mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi 30% konsumen merencanakan apa yang akan dibeli
dana untuk berbagai produk dan layanan, serta tetapi membeli item tambahan tanpa direncanakan
alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan sebelumnya, dan sisanya 40% tidak merencanakan
kategori serupa. apa yang akan mereka beli. Dan hanya 40%
responden menyatakan lebih suka berbelanja tanpa
Menurut Beatty & Ferrel dalam Septian Wahyudi
melakukan perencanaan terlebih dahulu. Maka dapat
(2017) emosi sangat mempengaruhi tindakan impulse
disimpulkan bahwa sebagian besar konsumen UD
buying. Emosi merupakan keadaan testimulasi dari
Putra Tiga Saudara melakukan impulse buying.
organisme, yang meliputi perubahan-perubahan,
termasuk perubahan prilaku konsumen yang Konsumen yang melakukan perencanaan dan tidak
mempunyai mood positif akan lebih kondusif untuk membeli item tambahan diluar yang direncanakan
melakukan pembelian implusif daripada konsumen biasanya memiliki waktu luang yang terbatas dan
Pipih Sopiyan, … Pengaruh Shopping Lifestyle dan…. 209

tidak membawa uang lebih untuk berbelanja, selain menghabiskan waktu dan uang untuk berbelanja.
itu mereka mendisiplinkan diri mereka sehingga Menurut Diah Pradiatiningtyas (2019 : 1) bahwa
terbiasa untuk tidak membeli item tambahan. Hal Shopping lifestyle merupakan pilihan seseorang
tersebut berbanding terbalik dengan konsumen yang dalam menghabiskan waktu dan uang. Ketersediaan
melakukan perencanaan sebelum berbelanja. Mereka waktu yang lebih banyak konsumen memiliki banyak
menganggap berbelanja adalah hal yang kesempatan untuk berbelanja dan dengan uang yang
menyenangkan dan bisa mengisi waktu luang, sambil tersedia mereka memiliki daya beli yang tinggi.
belanja untuk pemenuhan kebutuhan. Sedangkan
Menurut Diah Pradiatiningtyas (2019 : 1) yang
konsumen yang melakukan perencanaan sebelum
dikutip dari Suwarman (2003) shopping lifestyle
berbelanja tetapi juga membeli item tambahan diluar
dapat diukur melalui:
perencanaan seringkali terstimulus oleh barang yang
mereka suka di dalam toko. 1. Kegiatan (activities) yaitu cara hidup yang
didefinisikan oleh bagaimana seseorang
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik
menghabiskan waktu mereka
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Shopping Lifestyle dan Positive Emotion Terhadap 2. Minat (interest) mencakup apa yang dianggap
Impulse Buying (Studi Pada Konsumen Toko UD penting dalam lingkungannya
Putra Tiga Saudara Majalengka)”.
3. Opini (opinion) mencakup apa yang mereka
Rumusan Masalah pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga
mengenai dunia disekitanya
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat ditarik rumusan masalah Positive Emotion
sebagai berikut :
Diah Pradiatiningtyas (2019 : 4) berpendapat bahwa
1. Bagaimana pengaruh shopping lifestyle terhadap emosi positif adalah emosi yang mampu
impulse buying di Toko UD Putra Tiga Saudara menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang
Majalengka. yang mengalaminya. Emosi positif dapat didatangkan
dari sebelum terjadinya mood seseorang,
2. Bagaimana pengaruh positive emotion terhadap
kecondongan sifat afektif seseorang dan reaksi pada
impulse buying di Toko UD Putra Tiga Saudara
lingkungan yang mendukung seperti ketertarikan
Majalengka.
pada item barang, pelayanan yang diberikan ke
3. Bagaimana pengaruh shopping lifestyle dan konsumen, ataupun adanya promosi penjualan.
positive emotion terhadap impulse buying di Konsumen dengan emosi positif menunjukan
Toko UD Putra Tiga Saudara Majalengka. dorongan yang lebih besar dalam membeli karena
memiliki perasaan yang tidak dibatasi oleh keadaan
Tujuan Penelitian
lingkungan sekitarnya, memiliki keinginan untuk
Tujuan penelitian ini sebagai berikut : menghargai diri mereka sendiri, dan tingkat energi
yang lebih tinggi. Tingginya dorongan tersebut
1. Untuk mengetahui pengaruh Shopping Lifestyle kemungkinan besar dapat terjadi pembelian secara
terhadap Impulse Buying di Toko UD Putra Tiga implusif.
Saudara Majalengka.
Menurut Diah Pradiatiningtyas (2019 : 4) yang
2. Untuk mengetahui pengaruh Positive Emotion dikutip dari (Mehrabian & Russel,1974) mengenalkan
terhadap Impulse Buying di Toko UD Putra Tiga pleasure, araousal dan dominance sebagai tiga
Saudara Majalengka. dimensi dasar emosi yang menjelaskan perasaan
3. Untuk mengetahui pengaruh Shopping Lifestyle seseorang terhadap lingkungannya.
dan Positive Emotion terhadap Impulse Buying di 1. Kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat
Toko UD Putra Tiga Saudara Majalengka. dimana individu merasa senang, penuh
KAJIAN PUSTAKA kegembiraan, dan bahagia yang berkaitan dengan
situasi tersebut
Shopping Lifestyle
2. Antusias (araousal) mengacu pada perasaan
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin individu saat tertarik, siaga, atau afektif dalam
maju membuat perubahan – perubahan pada perilaku suatu situasi dimana ada rangsangan dari
masyarakat seperti halnya pada gaya hidup lingkungannya
seseorang. Perubahan kebiasan masyarakat terutama
mereka yang tahu teknologi dan informasi serta
mereka yang berpenghasilan tinggi cenderung untuk
210 Coopetition, Vol XI, Nomor 3, Nopember 2020, 207 – 216
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)

3. Pengendalian (dominance) mengacu pada 4. Kesenangan Berbelanja (Shopping Enjoyment)


perasaan pengendalian dan sejauh mana individu
Definisi shopping enjoyment mengacu pada
merasa dibatasi dalam perilakunya
kesenangan yang didapatkan dari proses
Impulse Buying berbelanja, dalam hal ini mengacu pada konteks
berbelanja di dalam mall atau pusat perbelanjaan.
Menurut Kollat & Willett, 1967 dalam Sudarsono
Beberapa penelitian menunjukan bahwa
(2017 : 18) Impulse buying merupakan keputusan
pembelian implusif dapat mejadi upaya seseorang
pembelian yang dilakukan di dalam toko dengan
untuk meningkatkan depresi atau untuk
tidak adanya pengakuan eksplisit akan kebutuhan atas
menghibur diri sendiri.
pembelian tersebut sebelum masuk ke toko.
Pembelian impulsive biasanya timbul ketika 5. Ketersediaan Waktu (Time Available)
konsumen berada di dalam toko dan di rangsang oleh
Time available mengacu pada waktu yang
stimuli eksternal (berupa produk yang dilihat)
tersedia bagi individu untuk berbelanja. Tekanan
sehingga muncul keinginan dalam dirinya untuk
waktu dapat mengurangi impulse buying
segera membeli produk tersebut.
sebaliknya ketersediaan waktu secara positif
Menurut Beatty dan Ferrel, dalam Septiaan terkait dengan melakukan aktivitas pencarian
Wahyudi (2017) impulse buying diukur melalui 7 dalam lingkungan ritel dapat mengakibatkan
dimensi utama, yaitu sebagai berikut: impulse buying. Individu dengan lebih banyak
waktu yang tersedia akan melakukan pencarian
1. Desakan untuk belanja (Urge to Purchase)
lagi.
Urge to purchase merupakan suatu dorongan atau
6. Ketersediaan Uang (Money Available)
hasrat yang dirasakan ketika membeli sesuatu
secara tiba-tiba atau spontan. Impulse buying Money Available mengacu pada jumlah anggaran
terjadi ketika konsumen mengalami dorongan atau dana ekstra yang dimiliki oleh seseorang
atau desakan secara mendadak, kuat dan gigih yang harus dikeluarkan pada saat berbelanja.
untuk membeli beberapa hal segera. Dorongan Beatty dan Ferrel menghubungkan variabel
kuat, kadang-kadang tak tertahankan atau sulit ketersediaan uang secara langsung dengan
dihentikan, kecenderungan untuk bertindak tiba- impulse buying karena hal tersebut dinilai menjadi
tiba tanpa musyawarah. Walaupun sangat kuat fasilitator untuk terjadinya pembelian terhadap
dan terkadang tidak dapat ditolak namun tidak suatu objek.
dapat dilakukan. Bahkan orang-orang
7. Kecenderungan Pembelian Impulsif (Impulse
menggunakan strategi yang sangat banyak untuk
Buying Tendency)
mendapatkan kontrol terhadap hasrat ini.
Impulse buying tendency didefinisikan sebagai (1)
2. Emosi Positif (Positive Affect)
kecenderungan mengalami dorongan yang secara
Pengaruh positif dipengaruhi oleh suasana hati tiba-tiba muncul untuk melakukan pembelian on
yang sudah dirasakan sebelumnya, disposisi the spot (2) desakan untuk bertindak atas
afeksi, ditambah dengan reaksi terhadap dorongan tersebut dengan hanya sedikit
pertemuan lingkungan toko tersebut (misalnya, pertimbangan atau evaluasi dari konsekuensi.
barang-barang yang diinginkan dan penjualan
Hubungan Antar Variabel
yang ditemui). Suasana hati yang positif (senang,
gembira, dan antusias) menyebabkan seseorang Hubungan Shopping Lifestyle dan Impulse Buying
menjadi murah hati untuk menghargai diri
Dalam era globalisasi membawa masyarakat ke
mereka, konsumen merasa seolah-olah memiliki
dalam perilaku yang konsumtif, dimana belanja
lebih banyak kebebasan untuk bertindak, dan akan
menjadi lifestyle. Konsumen akan rela mengorbankan
menghasilkan perilaku yang ditunjukan untuk
sesuatu demi mendapatkan produk yang diinginkan
mempertahankan perasaan yang positif.
dan disenangi. Shopping lifestyle mencerminkan
3. Melihat-lihat Toko (In-Store Browsing) pilihan seseorang tentang bagaimana cara
menghabiskan waktu dan uang. Jika Shopping
In-store browsing merupakan komponen utama
lifestyle masyarakat tinggi maka akan meningkatkan
dalam proses pembelian implusif. Jika konsumen
Impulse Buying.
menelusuri toko lebih lama, konsumen akan
cenderung menemukan lebih banyak rangsangan, Hubungan Positive Emotion dan Impulse Buying
yang akan cenderung meningkatkan kemungkinan
Seseorang dengan emosi yang positif menyebabkan
mengalami impulse buying yang mendesak.
orang tersebut memiliki gairah dalam berbelanja.
Pipih Sopiyan, … Pengaruh Shopping Lifestyle dan…. 211

Berbagai produk yang dinilai menarik akan dibeli


meskipun tidak ada perencanaan sebelumnya. Orang
tersebut menganggap bahwa pembelian yang
dilakukan merupakan pelampiasan dari rasa senang
yang di alaminya. Jika masyarakat dalam keadaan
senang maka cenderung untuk menciptkan Impulse
Buying.
Hubungan Shopping Lifestyle dan Positive
Emotion terhadap Impulse Buying
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Shopping lifestyle mencerminkan pilihan seseorang
Hipotesis
dalam menghabiskan waktu dan uang. Dengan
ketersediaan waktu konsumen akan memiliki banyak H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara
waktu untuk berbelanja dan dengan uang konsumen shopping lifestyle terhadap impulse buying.
akan memiliki daya beli yang tinggi. Faktor perasaan H2 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara
atau emosi merupakan konstruk yang bersifat positive emotion terhadap impulse buying.
fluktuatif Perasaan yang dirasakan seperti jatuh cinta, H3 =Terdapat pengaruh yang signifikan antara
gembira, ingin memiliki, terpesona, dan antusias dan shopping lifestyle dan positive emotion terhadap
kecenderungan melakukan impulse buying. impulse buying.
Konsumen dengan emosi positif akan memiliki
METODE PENELITIAN
motivasi membeli yang tinggi. Tingginya dorongan
tersebut kemungkinan besar dapat terjadi pembelian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
secara implusif. metode survei dengan pendekatan analisis deskriptif
dan analisis verifikatif. Populasi dalam penelitian
Kerangka Pemikiran
adalah konsumen toko UD Putra Tiga Saudara
Shopping lifestyle adalah cara seseorang untuk Majalengka yang berjumlah 200 orang sebagai
mengalokasikan waktu dan uang untuk berbagai sampel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
produk, layanan, teknologi, hiburan, pendidikan, ini yaitu data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sumber
sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana data diperoleh dari data primer dimana data yang
mereka tinggal. Dalam penelitian ini, shopping diambil secara langsung dari responden yaitu melalui
lifestyle menggunakan dimensi dari Suwarman pengisian kuesioner. Kuesioner yang disebarkan
(2003) dalam Diah Pradiatiningtyas, 2019 yaitu kepada konsumen sebanyak 26 pernyataan (6
activities, interest, dan opinion. pernyataan untuk Shopping Lifestyle, 6 pernyataan
mengenai Positive Emotion dan 14 pernyataan untuk
Positive emotion dapat ditimbulkan oleh suasana
Impulse Buying). Cara menilai jawaban dari setiap
hati individu yang sudah ada sebelumnya, disposisi
kuesioner melalui sikap responden dengan skala skala
afektif, dan reaksi terhadap lingkungan (misalnya
likert. Pengujian instrumen penelitian dilakukan
item yang diinginkan, promosi penjualan). Dalam
dengan Uji Validitas dan Reliabilitas. Selanjutnya
penelitian ini, dimensi yang digunakan bersumber
dilakukan konversi dari data berskala ordinal ke data
dari Mehrabian dan Russel dalam dalam Diah
berskala interval dengan Method of Successive
Pradiatiningtyas, 2019. Dimensi-dimensi tersebut
Interval(MSI) kemudian dilakukan Uji Normalitas
yaitu pleasure, arousal dan dominance.
Data. Analisis data yang digunakan melalui Analisis
Impulse buying adalah suatu kegiatan pembelian Regeresi Berganda, koefisien determinasi, Uji t dan
barang dan atau jasa yang tidak direncanakan Uji f.
sebelumnya, dan dengan sedikit atau tanpa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pertimbangan mendalam, serta kurang memikirkan
akibat atau manfaat produk, yang mana keputusan Profil Responden
pembeliannya dilakukan ketika konsumen berada di
Pembahasan ini bertujuan untuk menggambarkan
dalam toko. Dalam penelitian ini, dimensi-dimensi
karakteristik demografi dari 200 orang responden
yang digunakan dikemukakan oleh Beatty and Ferrel
yang dijadikan sampel pada penelitian ini.
dalam Wahyudi (2017), yaitu Urge to Purchase,
Karakteristik demografi tersebut adalah sebagai
Positive Affect, In-Store Browsing, Shopping
berikut:
Enjoyment, Time Available, Money Available, dan
Impulse Buying Tendecy. Dari uraian kerangka
teoritis di atas, dibuat paradigma penelitian yaitu
sebagai berikut:
212 Coopetition, Vol XI, Nomor 3, Nopember 2020, 207 – 216
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)

Tabel 1 Profil Responden Mereka selalu menyempatkan diri berbelanja karena


menganggap aktivitas itu merupakan kebutuhan dan
No Karakteristik Jumlah %
menunjukan status social mereka di masyarakat
1 Laki – Laki 73 36.5 terlebih jika mereka mengetahui produk – produk
2 Perempuan 127 63.5 yang tersedia itu menarik dan banyak produk baru
3 16-25 tahun 58 29,0 yang ditawarkan.
4 26-40 tahun 125 62,5 Hasil Tanggapan Positive Emotion Konsumen
5 41-55 tahun 15 7,5 Toko UD Putra Tiga Saudara Majalengka
6 >55 tahun 2 1.0 Pengukuran Positive Emotion dilakukan dengan
7 Pelajar/Mahasiswa 33 16,5 memberikan 6 pernyataan kepada responden dengan
8 PNS/TNI/POLRI 12 6.0 rekapitulasi sebagai berikut :
9 Karyawan Swasta 30 15.0
10 Ibu Rumah Tangga 42 21.0 Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Skor Tanggapan
11 Berniaga/berdagang 53 26,5 Responden Terhadap Positive Emotion
12 Lainnya 30 15.0 No Pernyataan Jumlah
(Sumber : Data Tabulasi Penelitian Tahun 2020) . Skor
1 Kenyamanan yang dirasakan pada saat 726
Berdasarkan tabel 1. di atas menunjukan bahwa berbelanja membuat perasaan senang
2 Produk yang dijual di toko memuaskan 755
responden yang digunakan dalam penelitian ini 3 Ketertarikan untuk berbelanja kembali 787
mayoritas berjenis kelamin perempuan, konsumen di toko yang sama
berada dalam rentang usia 26-40 tahun dan mereka 4 Bersemangat ketika berbelanja di toko 702
mayoritas bekerja sebagai pedagang. yang sama
5 Kemampuan mengendalikan diri atas 770
Hasil Tanggapan Shopping Lifesstyle Konsumen rangsangan berbelanja
Toko UD Putra Tiga Saudara Majalengka 6 Kemampuan mengendalikan diri ketika 787
Pengukuran Shopping Lifestyle dilakukan dengan membawa uang lebih
memberikan 6 pernyataan kepada responden dengan Jumlah 4527
Skor maksimum yang seharusnya tercapai 6000
rekapitulasi sebagai berikut : (Skor Maksimal 5 x 6 butir Pernyataan x
200 responden)
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Skor Tanggapan Persentase 75.45%
Responden Terhadap Shopping Lifestyle Sumber: Data Tabulasi Penelitian Tahun 2020
No. Pernyataan Jumlah
Skor Berdasarkan tabel 3 diperoleh jumlah skor sebesar
1 Kegiatan berbelanja merupakan salah
satu aktivitas yang sering dilakukan
741 4.527 hal ini menunjukan bahwa konsumen
2 Dalam seminggu, 2-3 kali saya menunjukan sikap positive emotion sebesar 75.45%
menyempatkan waktu untuk 743 dan berada pada kriteria tinggi. kondisi tersebut
berbelanja terlihat bahwa mereka merasa nyaman ketika
3 Ketertarikan terhadap produk dan
fasilitas yang tersedia
742 berbelanja, konsumen merasa puas dengan produk
4 Ketertarikan terhadap produk yang yang dijual, konsumen bersemangat ketika
769
baru berbelanja, konsumen merasa mampu mengendalikan
5 Berbelanja merupakan salah satu diri ketika berbelanja dan konsumen lebih objektif
kegiatan untuk menunjukan status 767
sosial di masyarakat berbelanja ketika membawa uang lebih.
6 Menyempatkan diri untuk berkunjung
ke tempat perbelanjaan merupakan 767 Hasil Tanggapan Konsumen Impulse Buying
kebutuhan yang harus dipenuhi Konsumen Toko UD Putra Tiga Saudara
Jumlah Skor 4529
Majalengka
Skor maksimum yang seharusnya tercapai 6000
(Skor Maksimal 5 x 6 butir Pernyataan x Pengukuran Impulse Buying dilakukan dengan
200 responden) memberikan 14 pernyataan kepada responden dengan
% 75.48%
rekapitulasi sebagai berikut:
(Sumber : Data Tabulasi Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh jumlah skor


sebesar 4.529 hal ini menunjukan bahwa konsumen
menunjukan sikap Shopping Lifestyle sebesar
75.48% dan berada pada kriteria tinggi. Kondisi
tersebut terlihat pada seringnya mereka berbelanja.
Mereka dalam seminggu bisa 2-3 kali berbelanja.
Pipih Sopiyan, … Pengaruh Shopping Lifestyle dan…. 213

Tabel 4 Rekapitulasi Jumlah Skor Tanggapan Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Responden Terhadap Impulse Buying
No. Pernyataan Jumlah
Skor
1 Membeli produk ketika ada penawaran
774
khusus (promo)
2 Berbelanja lebih banyak ketika ada
772
penawaran khusus (Promo)
3 Berbelanja lebih banyak ketika
758 Tabel 6 Hasil Koefisien Deteminasi Secara Simultan
memiliki mood yang baik
4 Merasa senang ketika melihat produk
727
yang diinginkan sejak dulu
5 Sebelum membeli produk yang
dibutuhkan, suka berkeliling toko 759
terlebih dahulu
6 Berlama – lama di dalam toko sering
dilakukan, meskipun sekedar duduk - 770
duduk dan bergurau. Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan
7 Berbelanja merupakan kegiatan yang
766
menyenangkan
8 Berbelanja mampu menjadi aktivitas
751
untuk menyenangkan diri sendiri
9 Menyempatkan waktu untuk berbelanja 731
10 Setiap ada waktu luang digunakan
748
untuk berbelanja
11 Setiap berbelanja selalu membawa uang
lebih untuk mengantisipasi harga 738
produk naik
Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa persamaan
12 Uang yang dibawa pada saat
berbelanja selalu habis dibelanjakan
749 regresi linear berganda yang diperoleh dari hasil
13 Pada saat berbelanja sering lupa analisis yaitu Y = 39.284 + 0,570X1 + 0.180X2
terhadap produk yang seharusnya di 753 maka dari persamaan di atas dapat diartikan sebagai
beli berikut :
14 Tidak berpikir panjang ketika membeli
759
1. Konstanta (α) dalam regresi sebesar 39.284 dan
produk bertanda positif artinya Impulse Buying bernilai
Jumlah 10.555 39.284 tanpa adanya pengaruh dari Shopping
Skor maksimum yang seharusnya tercapai Lifestyle dan Positive Emotion
(Skor Maksimal 5 x 6 butir Pernyataan x 14000 2. Koefisien regresi shopping lifestyle sebesar 0.570
200 responden)
dan bertanda positif, artinya setiap penambahan
Persentase 75.39%
satu aktivitas shopping lifestyle akan Impulse
Sumber: Data Tabulasi Penelitian Tahun 2020
Buying akan meningkat
3. Koefisien regresi positive emotion 0,180 dan
Berdasarkan tabel 4 diperoleh jumlah skor sebesar
bertanda negatif, artinya setiap penambahan satu
10.555 hal ini menunjukan bahwa perilaku konsumen
aktivitas positive emotion maka akan impulse
dalam melakukan Impulse Buying sebesar 75.39%
buying akan menurun.
dan berada pada kriteria tinggi. kondisi tersebut
terlihat bahwa mereka merasa nyaman ketika Selanjutnya dengan menggunakan analisis Koefisien
berbelanja, konsumen merasa puas dengan produk determinasi dapat diketahui seberapa besar
yang dijual, konsumen bersemangat ketika persentase kontribusi Shopping Lifestyle dan Positive
berbelanja, konsumen merasa mampu mengendalikan Emotion terhadap Impulse Buying baik secara parsial
diri ketika berbelanja dan konsumen lebih objektif maupun simultan.
berbelanja ketika membawa uang lebih.
Berdasarkan tabel 5 besarnya kontribusi Shopping
Lifestyle mempengaruhi Impulse Buying yaitu sebesar
Pengaruh Shopping Lifestyle dan Positive
13,76%. Meskipun nilai kontribusinya kecil namun
Emotion Terhadap Impuls Buying
nilai ini cukup berarti bagi peningkatan perilaku
Hasil pengolahan diperoleh dengan menggunakan
Impulse Buying. Artinya jika konsumen memiliki
software SPSS 21 adalah sebagai berikut:
gaya hidup senang berbelanja maka senantiasa
perilaku Impulse Buying ini akan meningkat. Hasil
214 Coopetition, Vol XI, Nomor 3, Nopember 2020, 207 – 216
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)

penelitian ini mendukung penelitian Edwin jika konsumen memiliki perilaku Shopping
Japariyanto dan Sugiono Sugiharto (2011), Mega lifestyle yang tinggi dan sertai dengan positive
Usvita (2016) dan Diah Pradiatiningtyas (2019) yang emotion, maka akan perilaku Impulse Buying akan
menyatakan bahwa Shopping Lifestyle berpengaruh meningkat.
positif dan signifikan terhadap Impulse Buying.
Saran
Sementara pengaruh Positive Emotion terhadap
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang
Impulse Buying diperoleh nilai sebesar 1.88% . Nilai
diperoleh di atas, maka beberapa saran yang dapat
ini menunjukan bahwa Positive Emotion tidak
diberikan sebagai berikut :
mampu mempengaruhi perilaku Impulse Buying.
Artinya bahwa jika jika perasaan konsumen 1. Melihat tingginya perilaku konsumen mengenai
cenderung positif, maka tidak akan berdampak pada Shopping Lifestyle, Positive Emotion dan Impulse
perilaku Impulse Buying. Konsumen akan lebih Buying menjadi peluang yang sangat menjanjikan
mampu berpikir rasional dan penuh pertimbangan bagi perusahaan. Hal yang harus segera dilakukan
dalam mengendalikan diri untuk membelanjakan berkaitan dengan variabel diatas yakni perusahaan
uang dan mereka akan lebih memanfaatkan waktu harus mulai membuat program promosi seperti
luangnya untuk hal – hal yang lain daripada pergi diskon harga, menambah lini produk yang lain
tempat perbelanjaan. Tentunya hasil penelitian ini seperti sepatu, sandal, alat – alat elektronik dan
tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan otomotif serta memaksimalkan lahan – lahan yang
oleh Jondry Adrin Hetharie (2012), Mega Usvita masih kosong sebagai prasarana rekreasi seperti
(2016), Jovinta Guntara Sudarsono (2017), Davota tempat berphoto (Selfi) yang sedang menjadi tren
Ikanubun, Sri Murni Setyawati dan Nur Choirul Afif saat ini.
(2019) dan Diah Pradiatiningtyas (2019) yang
menyatakan bahwa Positif Emotion berpengaruh 2. Ruang lingkup penelitian ini masih terbatas,
terhadap Impulse Buying. terletak pada 2 variabel independen , 1 objek
penelitian dan alat analisis yang digunakan masih
Namun, secara simultan berdasarkan pada tabel 6 dan sederhana. Untuk penelitian selanjutnya kiranya
7 diatas diperoleh bahwa Shopping Lifestyle dan masih sangat perlu adanya penelitian kembali
Positive Emotion berpengaruh terhadap Impulse denga ruang lingkup yang lebih luas seperti
Buying yakni sebesar 15%. Artinya bahwa jika padapenambahan variabel independen seperti
konsumen memiliki gaya hidup berbelanja disertai store atmosphere, 2-3 objek penelitian dan
dengan perasaan positif, maka akan meningkatkan menggunakan alat analisis yang komplek.
perilaku Impulse Buying. Melihat hal tersebut, maka
sangat penting dan perlu adanya penelitian kembali DAFTAR PUSTAKA
dan menambah variabel lainnya sebagai Inductor: A.A. Anwar, Prabu Mangkunegara. 2009. Perilaku
Konsumen. Bandung: Refika.
SIMPULAN DAN SARAN
Anggi M. Wijaya, Moh. Hufron dan A. R. Slamet.
Simpulan
2016. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Involvement Terhadap Impulse Buying (Studi
maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai Kasus Pembelian Hijab Pada Mahasiswi
berikut: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang). E
– jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen
1. Shopping lifestyle berpengaruh positif dan
Fakultas Ekonomi Unisma.
signifikan terhadap impulse buying dengan tingkat
kontribusi 13.76%. Artinya jika konsumen Davota Ikanubun, Sri Murni Setyawati dan Nur
memiliki Shopping lifestyle yang tinggi maka Choirul Afif. 2019. Pengaruh Hedonic Shopping
perilaku impulse buyingnya senantiasa meningkat Terhadap Impulse Buying Yang Dimediasi
Emosi Positif (Survei Pada Konsumen Toko
2. Positive emotion tidak berpengaruh terhadap
Fashion di Kota “X”). Jurnal Ekonomi, Bisnis,
impulse buying dengan tingkat kontribusi hanya
dan Akuntansi, 21(1).
sebesar 1.88%. Artinya tinggi rendahnya perilaku
impulse buying pada konsumen tidak ditentukan Diah Pradiatiningtyas. 2019. Analisa Pengaruh
oleh perasaan positifnya. Hedonic Shopping Value, Shopping Lifestyle,
Dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying
3. Shopping lifestyle dan positive emotion
Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Online
berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying
Di Marketplace. Journal Speed – Sentra
dengan tingkat kontribusi sebesar 15%. Artinya
Pipih Sopiyan, … Pengaruh Shopping Lifestyle dan…. 215

Penelitian Engineering dan Edukasi – Volume


11 No 2 – Mei 2019
Edwin Japariyanto dan Sugiono Sugiharto. 2011.
Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion
Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior
Masyarakat Hight Income Surabaya. Jurnal
Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April
2011 : 32-41.
Jondry Adrin Hetharie. 2012. Peran emosi positif
sebagai mediator stimulus lingkungan toko dan
faktor sosial terhadap impulse buying tendency
pada Matahari Departement Store Kota Ambon.
Jurnal Aplikasi Manajemen, 10 (4), 890-89
Jovinta Guntara Sudarsono. 2017. Pengaruh visual
merchandising terhadap impulse buying melalui
positive emotion pada zara surabaya. Jurnal
Manajemen Pemasaran, 11(1), 16-25.
Lizamary Angelina Darma dan Edwin Japarianto
(2014). Analisa pengaruh hedonic shopping
value terhadap impulse buying dengan shopping
lifestyle dan positive emotion sebagai variabel
intervening pada Mall Ciputra World Surabaya.
Jurnal Manajemen Pemasaran, 8(2), 80-89
Mega Usvita. 2016. Pengaruh Hedonic Shopping
Value, Shopping Lifestyle dan Positive Emotion
Terhadap Impulse Buying Pada Plaza Andalas
Padang. E – Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume
4, Nomor 1, Januari 2016 : 71-75.
Rachmawati. 2009. Hubungan antara Hedonic
Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku
Impulse Buying pada konsumen ritel. Majalah
Ekonomi. XIX(2): 192-209.
Septian Wahyudi. 2017. Pengaruh Price Discount
terhadap Impulse Buying. Valuta, 3(2), 276-289.
216 Coopetition, Vol XI, Nomor 3, Nopember 2020, 207 – 216
(E-ISSN : 2615-4978, P-ISSN : 2086-4620)

Anda mungkin juga menyukai