Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JENIS-JENIS PERIKATAN DAN UNSURNYA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hukum Perikatan
Dosen Pengampu: Galuh Widtya Qomaro, S. H.I, M. H.I

Disusun oleh :

1. Romlah Istiyah Herdianti (180711100087)


2. Elisa Hermawati (180711100099)
3. Moch. Firmandika G. M (180711100039)
4. Novrian anshar gafur (180711100127)

HUKUM BISNIS SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya


serta hidayahnya kepada kami semua. Sehingga pada saaat ini kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Hukum Perikatan dan diberikan kesempatan
membahas tentang “Jenis-jenis Perikatan dan Unsurnya”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.


Oleh karena itu kami sangat berterimakasih apabila pembaca makalah ini bersedia
memberikan kritik dan saran, sehingga kami dapat lebih banyak belajar dan
menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Galuh Widtya Qomaro,


S. H.I, M. H.I yang telah memberikan kontribusi di dalam mata kuliah ini agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik.

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................... i

Daftar isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

A. Jenis jenis perikatan .................................................................................. 2


B. Unsur unsur perikatan ............................................................................... 6

BAB III PENUTUP .............................................................................................

Kesimpulan ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang artinya hubungan yang
diatur dan diakui oleh hukum. Hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan
hubungan-hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan kesopanan,
kepatutan, dan kesusilaan. Pengingkaran terhadap hubungan-hubugan semacam
itu, tidak akan menimbulkan akibat hukum misalnya, janji untuk kekuliah
bersama. Jadi hubungan yang berada diluar lingkungan hukum bukan merupakan
perikatan.
Didalam hukum perikatan setiap orang dapet mengadakan perikatan yang
bersunber pada perjanjjian, perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yang
diatur dengan undang-undang atau tidak,inilah yang disebut dengan
kebebasan.berkontrak, dengansyarat kebebasn berkontak harus halal, dan tidak
melanggar hukum.
Didalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak
berbuat sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah
melakukan perbuatan yang sifatnya positif, tidak melanggar undang-undang, dan
sesuaidengan perjanjian. Sedangkan perikatan utuk tidak berbuat sesuatu yaitu
untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian.
Dalam perikatan terdapat beberapa pokok bahasan diantaranya:
ketentuan umum perikatan,prestasi dan wanprestasi, jenis-jenis perikatan, unsur-
unsur perikatan, peerbuatan melawan hukum, perwakilan sukarela
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis hukum perikatan ?
2. Bagaimana unsur-unsur perikatan?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis-jenis hukum perikatan
2. Dapat memahami unsur-unsur perikatan

1
.BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis jenis perikatan
Perikatan sendiri dapat dibedakan menurut:
a. Isi dari pada prestasinya:
1. Perikatan positif dan negative
Perikatan positif adalah perikatan yang prestasinya berupa
perbuatan nyata, misalnya memberi atau berbuat sesuatu dan
perikatan negative prestasinya berupa tidak berbuat sesuatu
2. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan
Adakalanya untuk pemenuhan perikatan cukup hanya
dilakukan dengan satu perbuatan saja dan dalam waktu yang
singkat tujuan perikatan telah tercapai, misalnya perikatan untuk
menyerahkan barang yang dijual dan membayar harganya
3. Perikatan alternative
Menurut pasal 1272 B.W. bahwa dalam perikatan alternatif
debitur bebas dari kewajibannya, jika ia menyerahkan salah satu
dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan
4. Perikatan fakultatif
Suatu perikatan yang objeknya hanya berupa satu prestasi,
dimana debitur dapat menggantikan dengan prestasi lain
5. Perikatan generic dan specific
Perikatan generic adalah perikatan, dimana obyeknya
ditentukan menurut jenis dan jumlahnya, sedangkan perikatan
spesifik adalah perikatan yang obyeknya ditentukan secara
terperinci
6. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
Pasal 1229 B.W. menentukan bahwa jika hanya ada satu
debitur atau satu kreditur prestasinya harus dilaksanakan sekaligus,
walaupun prestasinya dapat dibagi-bagi

2
b. Subjek-subjeknya:
1. Perikatan solider atau tanggung renteng
Suatu perikatan adalah solider atau tanggung renteng, jika
berdasarkan kehendak para pihak atau ketentuan undang-undang
a) Setiap kreditur dari dua atau lebih kreditur-kreditur
dapat menuntut keseluruhan prestasi dari debitur,
dengan pengertian pemenuhan terhadap seorang
kreditur membebaskan debitur dari kreditur-kreditur
lainnya (tanggungan renteng aktif)
b) Setiap debitur dari dua atau lebih debitur-debitur
berkewajiban terhadap kreditur atas keseluruhan
prestasi. Dengan dipenuhinya prestasi oleh seorang
debitur, membebaskan debitur-debitur lainnya
(tanggung renteng pasif). Yang sering dijumpai
adalah perikatam tanggung renteng pasif, karena
perikatan tanggung renteng aktif mengandung
kelemahan, yaitu jika prestasinya diterima oleh
salah seorang krditur dan kreditur tersebut tidak
mengadakan perhitungan terhadap kreditur-krefitur
lainnya, sedangkan ia adalah tidak mampu, maka
kreditur-kreditur lainnya akan dirugikan.
Kedudukan kreditur dalam perikatan solider pasif
lebih terjamin, karena ia dapat menuntut prestasi
sepenuhnya daripada msing-masong debitur.
2. Perikatan principle atau accessoire
Apabila soerang debitur atau lebih terikat sedemikian rupa,
sehingga periktan yang satu sampai batas tertentu tergantung
kepada perikatan yang lain, maka perikatan yang pertama disebut
perikatan pokok sedangkan yang lainnya perikatan accessoire

3
c. Mulai berlaku dan berakhirnya perikatan:
1. Perikatan bersyarat
Perikatan bersyarat diatur dalam buku III, bab 1 bagian V
yang meliputi pasal 1253 sampai dengan pasal 1267 B.W.
Suatu oerikatan adalah bersyarat, jika berlakunya atau hapusnya
perikatan tersebut berdasarkan persetujuan digantungkan kepada
terjadi atau tidaknya suatu persitiwa yang akan datang yang belum
tentu terjadi. Menurut ketentuanpasal 1253 B.W. bahwa perikatan
bersyarat dapat digolongkan ke dalam:
a) Perikatan bersyarat yang menangguhkan
Pada perikatan bersyarat yang menangguhkan,
perikatan baru berlaku setelah syaratnya dipenuhi.
Misalnya: A akan menjual rumahnya kepada si B, jika si A
diangkat menjadi Duta Besar. Jika syarat tersebut dipenuhi
(A menjadi Duta Besar) maka persetujuan jual-beli berlaku.
Jadi A harus menyerahkan rumahnya dan B membayar
harganya
b) Perikatan bersyarat yang menghapuskan
Perikatan bersyarat yang menghapuskan, perikatan
hapus jika syaratnya dipenuhi. Jika perikatan telah
dilaksanakan seluruhnya atau sebagian, maka dengan
dipenuhi syarat perikatan, maka:
1) Keadaan akan dikembalikan seperti
semula seolah-olah tidak terjadi
perikatan
2) Hapusnya perikatan untuk waktu
selanjutnya
2. Perikatan dengan ketentuan waktu
Perikatan ini di atur dalam buku III, bab I, bagian ^
meliputi pasal 1268 sampai dengan pasal 1271 B.W.

4
Perikatan dengan ketentuan waktu, adalah perikatan yang berlaku
atau hapusnya digantungkan kepada waktu atau peristiwa tertentu
yang akan terjadi dan pasti terjadi1.

Jenis-jenis perikatan

1. Perikatan bersahaja (Murni)


Jenis perikatan ini yang paling sederhana, misalnya membeli rokok di
warung. Para puhak hanya satu orang, prestaasi satu, yang seketika itu
dapat ditagih pembayarannya.
2. Perikatan Bersyarat
Syarat dalam perikatan bersyarat ini adalah suatu peristiwa yang masih
akan terjadi dan belum pasti terjadi.
3. Perikatan dengan ketentuan waktu
Ketentuan waktu dalam perikatan ini adalah suatu peristiwa yang masih
akan terjadi, tetapi pasti akan terjadi, ( pasal 1268 KUH Perdata )
4. Perikatan manasuka/alternative (pasal 1272 KUH Perdata)
Dalam perikatan alternative ini, debitur berkewajiban melaksanakan satu
dari dua atau lebih prestasi yang dipilih, baik menurut pilihannya debitur,
kreditur atau pihak ketiga.
5. Perikatan tanggung menanggung ( pasal 1278 KUH Perdata )
Dalam perikatan tanggung menanggung ini salah satu pihak atau masing-
masing pihak lain lebih dari satu orang. Dalam perikatan ini dikenal
Adagium.
6. Perikatan ayang dapatt dibagi-bagi dan tidak dapat di bagi ( pasal 1290
KUH perdata )
Suatu perikatan dikatakan tidak dapat dibagi dilihat dari sifat prestasi dan
maksud prestasi.
7. Perikatan dengan ancaman hukum ( pasal 1304 KUH Perdata )
Pengertian ancaman hukum dalam perikatan ini bukanlah hukuman fisik
atau badan, tetapi pembayaran suatu ganti rugi atau denda.

1
R.Setiawan “pokok pokok hukum perikatan” Bandung, 1977 hal :34

5
8. Perikatan Generik dan perikatan Spesifik (pasal 1391 dan 1392 KUH
Perdata)
Dalam perikatan generic pasal (1392 ),prestasi ditentukan menurut jenis
dan jumlahnya, sedangkan dalam perikatan spesifik ( 1391 KUH Perdata )
pretasi ditentukan secara tertentu dan pasti.
9. Perikatan perdata dan perikatan alam
Dalam perikatan perdata pelaksanaanya dapat dituntut didepan
pengadilan2

B. Unsur-Unsur Hukum Perikatan

Mariam Darus Badrulzaman membagi unsur hukum perikatan meniadi 4


(empat) unsur, yakni:

1. Subjek Hukum

Pada dasarnya subjek hukum yang terdapat dalam hukum perikatan ada 2
(dua) yakni kreditor dan debitor. Kreditor pada umumnya ditentukan secara
individual. Contoh, Petruk membeli mobll Bagong. In casu, Petruk adaIah
kreditor dan Bagong adalah debitor. Di sisi lam. Bagong adalah kreditor dan
Petruk adalah debitor. Kapan Petruk dan Bagong berkedudukan sebagai
kreditor dan debitor? Petruk sebagai kreditor ketika Petruk berhak menerima
mobil dari Bagong. Kemudian. Petruk sebagai debitor ketika Petruk
berkewaiiban menyerahkan uang atau membayar harga mobil tersebut kepada
si Bagong.

Di sisi lain, Bagong dapat disebut sebagai kreditor dalam hal si Bagong
berhak menerima uang atau menerima pembayaran harga mobil dari si

2
Djaja S meliala “ perkembangan hukum perdata tentang benda dan t entang benda dan hukum
perikatan)” nuansa aulia, Bandung, 2019, Hal:61

6
Petruk. Kemudian, Bagong berkedudukan sebagai debitor dalam hal Bagong
berkewajiban untuk menyerahkan mobil tersebut kepada si Petruk.

Muncul pertanyaan dalam benak kita yaitu apa yang dimaksud kreditor
dan debitor? Kreditor adalah pihak yang berhak atas prestasi dari debitor.
Dengan kata lain, kreditor adalah pihak yang berhak atas pemenuhan prestasi
dari debitor. Sedangkan, debitor adalah pihak yang berkewajiban untuk
memenuhi prestasinya kepada pihak kreditor. Bila ditinjau dari sifatnya,
kreditor bersifat aktif dan debitor bersifat pasif. jadi, debitor dan kreditor
disebut sebagai subiek hukum perikatan.

Tiap perikatan setidak-tidaknya harus ada seorang kreditor dan seorang


debitor. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam suatu perikatan terdapat
beberapa orang kreditor dan beberapa orang debitor. Hal ini dapat kita lihat
dalam perikatan tanggung menanggung sebagaimana yang diatur dalam Buku
Ketiga BW Bab Ketujuh belas Pasal 1820 1850 BW.

Perlu dipahami bahwa kreditor itu tidak perlu dikenal. Artinya,


penggantian kreditor dapat terjadi secara sepihak. Tanpa adanya bantuan
debitor. penggantian kreditor telah disetujui terjadi sejak semula. jika dalam
suatu perikatan kreditor itu ditentukan atau dikenal, maka kreditor yang
demikian disebut kreditor yang memiliki tagihan atas nama (Vordering op
naam)

Lain halnya dengan debitor dimana selamanya harus diketahui karena


seseorang tentu tidak dapat menagih dari seorang yang tidak dikenal.

Debitor bersifat tertentu dan individual sebab hal ini berkenaan dengan
diri pribadi debitor. Atas dasar kepentingan tersebut, maka untuk melakukan
pengalihan utang diisyaratkan adanya persetujuan dari pihak kreditor. Pada
dasarnya utang bersifat kualitatif. Artinya, utang yang mengikuti suatu benda
yang untuk pemenuhannya kreditor harus berhadapan dengan debitor tertentu.

7
Pada hakikatnya debitor tidak memiliki kepentingan siapa yang menjadi
kreditor. Kedudukan kreditor dapat beralih melalui peralihan tagihan (baca:
cessi) dan subrogasi.

Perlu diketahui bahwa subjek hukum perikatan tidak hanya orang


perseorangan saja (natuurlijkepersoon). Menurut Pengantar llmu Hukum,
selain orang perseorangan, badan hukum juga merupakan subjek hukum
perikatan. Sebab, badan hukum juga menyandang hak dan kewajlban seperti
manusia. Sehubungan badan hukum menyandang hak dan kewajiban, maka
badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Badan
hukum seperti Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) dan Perusahaan Umum (Perum). Yayasan, dan
Koperasi.

2. Hubungan Hukum

Hubungan hukum hanya dapat terjadi ketika melibatkan dua orang atau
lebih jika hanya melibatkan seorang saia, maka tidak mungkin ada hubungan
hukum. Kenapa hubungan hukum hanya dapat terjadi ketika melibatkan dua
orang atau lebih? Karena hukum melekatkan hak pada satu pihak dan
melekatkan kewajiban pada pihak lainnya.

Dalam hal satu pihak tidak melaksanakan kewaiibannya atau melanggar


hubungan hukum. maka hukum memaksakan agar hubungan hukum tersebut
dipenuhi atau dipulihkan kembali. Hal ini dapat dilihat pada ilustrasi di
bawah ini:

Cristiano Ronaldo membeli rumah Lionel Messi. Akibat hukum dari


perjaniian tersebut. Cristiano Ronaldo berkewajiban untuk menyerahkan uang
kepada Lionel Messi dan berhak menuntut penyerahan rumah itu. Sementara,
Lionel Messi berkewajiban untuk menyerahkan rumah tersebut kepada
Cristiano Ronaldo dan berhak menerima pembayaran atas penjualan rumah
tersebut.

8
Apabila Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo tidak melaksanakan
prestasinya atau kewajlbannya, hukum memaksakan supaya prestasi tersebut
dilaksanakan atau dipenuhi.

Sehubungan hubungan hukum melekatkan hak dan kewajlban kepada


para pihak. namun sebuah janji untuk menonton bola di stadion bersama-
sama tidak dapat disebut perikatan. Sebab, janji tidak menimbulkan akibat
hukum. Oleh karena itu, jika salah satu pihak melanggar janji, yang
bersangkutan tidak dapat dituntut ke pengadilan. janji tersebut hanya
menimbulkan ikatan moral saja, tidak menimbulkan akibat hukum.

3. Kekayaan

Kriteria kekayaan adalah ukuran-ukuran yang dipakai terhadap sesuatu


hubungan hukum sehingga hubungan hukum tersebut dapat dinamakan suatu
perikatan.

4. Objek Hukum Perikatan

Objek perikatan adalah hak dari kreditor dan kewajiban dari debitor yang
lazimnya dinamakan prestasi. Pasal 1234 BW telah menentukan bentuk-
bentuk prestasi. Pasal 1234 BW membagi prestasi meniadi 3 (tiga) bentuk,
yakni untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.

Penulis akan menguraikan ketiga jenis prestasi di bawah ini:

1) Memberikan Sesuatu

Memberi sesuatu adalah debitor menyerahkan uang atau barang yang


diperjaniikan kepada kreditor. Pasal 1235 BW mengatur bahwa dalam
tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban
si berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk

9
merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik, sampai pada saat
penyerahan.

Kewajiban yang terakhir ini adalah kurang atau Iebih luas terhadap
persetujuan-persetujan tertentu, yang akibat-akibatnya mengenai hal ini
akan ditunjuk dalam bab-bab yang bersangkutan.

Pasal ini menjelaskan tentang perjanjian yang bersifat konsensual (yang


lahir pada saat tercapainya kesepakatan) yang objeknya adalah barang, di
mana sejak saat tercapainya kesepakatan tersebut. orang yang seharusnya
menyerahkan barang itu harus tetap merawat dengan baik barang tersebut
sebagaimana layaknya, memelihara barang kepunyaan sendiri sama halnya
dengan merawat barang miliknya yang lain, yang tidak akan diserahkan
kepada orang lain.

2) Berbuat Sesuatu

Berbuat sesuatu berarti bahwa debitor melakukan sesuatu, dalam bentuk


nasihat, mengajar. mengerjakan sesuatu untuk kepentingan kreditor.

3) Tidak Berbuat Sesuatu

Tidak berbuat sesuatu bermakna debitor tidak melakukan sesuatu, yang


tidak diperbolehkan atau dilarang dalam perjanjian tersebut. Dalam hal ini.
kewajiban prestasinya bukan pada sesuatu yang bersifat aktif, melainkan
bersifat pasif yang tidak berbuat sesuatu atau membiarkan sesuatu terjadi.

Segala sesuatu tidak dapat disebut prestasi. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar dapat disebut prestasi, yakni:

a. Diperbolehkan atau tidak bertentangan dengan undang-undang,


ketertiban umum, dan kesusilaan.

b. Tertentu. Artinya prestasi itu dapat ditentukan.

c. Mungkin dilakukan atau mampu dilakukan manusia.

10
Di sisi lain, Ridwan Khairandy membagi unsur hukum perikatan menjadi
4 (empat), yakni hubungan hukum, kekayaan, para pihak, dan prestasi.

1. Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur dan diakui oleh


hukum. hubungan hukum ini pada akhirnya akan melahirkan akibat hukum
tertentu. Dalam hubungan hukum, hubungan para pihak yang di dalamnya
melekat hak di satu pihak dan pihak lain menyandang kewajlban.

2. Kekayaan

Hukum kekayaan (vermogensrecht) adalah ketentuan hukum yang


berhubungan hak dan kewajlban yang dapat dinilai dengan kekayaan.
Kekayaan adalah keseluruhan hak dan kewajiban orang (personen)?
Dalam perikatan, hubungan kedua belah pihak haruslah merupakan
hubungan hukum dalam bidang hukum harta kekayaan. Hubungan hukum
dalam bidang hukum harta kekayaan adalah hubungan hukum yang lahir
dari perikatan berupa hak dan kewajlban ltu harus dapat dimulai uang atau
setidaknya dapat diuraikan dengan sejumlah uang.

3. Para Pihak

Dalam Hukum Perikatan, para pihak merupakan subjek perikatan.


Subjek perikatan terdiri dari debitor dan kreditor. Debitor adalah pihak
yang menyandang kewaiiban untuk melaksanakan suatu prestasi,
sedangkan kreditor adalah pihak yang mempunyai hak atas pemenuhan
suatu prestasi dari debitornya.

Perlu ditegaskan bahwa dalam Hukum Perdata. orang dapat berarti


makhluk pribadi (natuurlijkepersoon atau natural person) dan badan
hukum (rechtspersoon atau legal person)

11
4. Prestasi

Prestasi merupakan objek perikatan. Prestasi itu sendiri adalah


suatu utang atau kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan dalam
suatu perikatan.3

3
Muhammad teguh pangestu “pokok poko hukum kontrak” Cv. Social politic genius, Makassar,
2019 hal: 5

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jenis jenis perikatan menurut isi dari pada presentasinya ada 6 yaitu
:perikatan postif dan negative, perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan, perikatan
alternative,perikataan fakultatif, perikatan generic dan specific, perikatan yang
dapat dibagi dan tidak dapat dibagi sedangkan menurut subjek subjek yaitu
:perikatan sekunder atau tanggung renteng, perikatan principle atau accessoir dan
menurut mulai berlaku dan berakhirnya perikatan yaitu perikatan bersyarat dan
perikatan dengan ketentuan waktu

Mariam Darus Badrulzaman membagi Unsur-unsur hukum perikatan ada 4 unsur


yaitu: subjek hukum, hubungan hukum, kekayaan. Dan objek hukum perikatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan . “Dua wa,pokok pokok hukum perikatan” Bandung, 1977

meliala s Djaja“ perkembangan hukum perdata tentang benda dant entang


benda danhukum perikatan” Nuansa Aulia, Bandung, 2019

Moh Muhammad teguh pangestu “pokok poko hukum kontrak” Cv. Social politic
geniusm,Makassar, 2019

14

Anda mungkin juga menyukai