Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAB 15.

AKUNTANSI AL QARDH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Akuntansi Syariah
Dosen : Nurul Iman, S.E.I., M.M.

Oleh:
1. Rr. Nurulia Puspaningrum (201932025)
2. Lidia Putri Hasian (201432040)
3. Septiany Nur Hasanah (201732021)
4. Johan Pardomuan S (201732006)

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................……………………………………………………………………….... 1


DAFTAR ISI ...........................................…………………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN …........................................……………………………………………………………...... 3
A. Latar Belakang …...............................................……………………………………………...……………… 3
B. Rumusan Masalah ………………..............................................……………………………………..…….. 3
C. Tujuan Penulisan ………..............................................………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN AKUNTANSI AL QARDH …..………………………………………......……………………... 5
A. Pengertian, konsep dan ketentuan akuntansi Al Qardh.……............…..……….…………………… 5
B. Perlakuan akuntansi Al Qardh…………….......................................................…………………….... 9
C. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.... 11
BAB III KESIMPULAN ………...............................................................................………………….......... 14
DAFTAR PUSTAKA …………...............................................................……………...…........................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam, adalah ajaran rahmatan lill alamin, yang tujuannya datang ke dunia ini adalah untuk
membawa kesejahteraan, keberkahan, dan keamanan bagi semua manusia di dunia. Selain itu,
islam mengajarkan untuk saling tolong menolong antar sesama manusia. Terlebih lagi, Allah
SWT. telah memberikan sumber daya alam, dan yang lainnya dalam jumlah yang begitu
melimpah untuk digunakan manusia sebagai khalifah di bumi. Walaupun ajaran Islam mengakui
adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada setiap orang, tetapi hal itu dengan syarat
bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap orang mempunyai perbedaan
keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko. Namun

perbedaan itu tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu jauh antara yang kaya dengan
yang miskin karena kesenjangan yang terlalu dalam tidak sesuai dengan syariah Islam yang
mengedepankan keadilan dan kesamarataan. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk
mengkonsentrasikan sumber-sumber daya di tangan segelintir orang saja.

Kurangnya program-program efektif untuk mereduksi kesenjangan sosial yang terjadi selama ini
dapat mengakibatkan kehancuran, bukan penguatan perasaan persaudaraan yang hendak
diciptakan ajaran Islam. Syariah Islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan
pendapatan yang merata antar sesama manusia. Distribusi kekayaan dan pendapatan yang
merata bukan berarti sama rata sebagaimana faham kaum komunisme, dan lainnya. Tetapi
ajaran Islam mewajibkan setiap individu untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, dan
sangat melarang seseorang menjadi pengemis untuk menghidupi dirinya.

Dalam Ekonomi Syariah, terdapat berbagai macam bentuk transaksi kerjasama usaha, baik yang
bersifat komersial maupun sosial, salah satu berbentuk “qardh”. Qardh adalah pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan atau
dengan kata lain merupakan sebuah transaksi pinjam meminjam tanpa syarat tambahan pada
saat pengembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam akad
tathawwui atau akad tolong menolong dan bukan transaksi komersial.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang penulisan, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Qardh?
2. Apa landasan hukum Qardh?
3. Apa rukun dan syarat Qardh?
4. Bagaimana implementasi Qardh?

3
C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran konsep Qardh atau
pinjaman secara umum dan menurut perspektif Islam. Selain itu untuk memperoleh penjelasan
terkait landasan hukum, Qardh sebagai akad tabarruk, rukun dan syarat hingga implementasi
Qardh. Adapun manfaat yang akan diperoleh dari makalah ini terbagi kedalam dua hal, yaitu
pertama manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan kontibusi bagi pengembangan teori,
konsep ilmiah, dan referensi dalam ilmu Fiqh Muamalah. Manfaat kedua dari makalah ini yaitu
dalam hal praktis yang diharapkan dapat berguna bagi pemahaman penulis sekaligus bagi para
pemimpin dalam bermuamalah dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAW.

4
BAB II
PEMBAHASAN AKUNTANSI AL QARDH

A. PENGERTIAN, KONSEP & KETENTUAN AL QARDH

Pengertian Qardh
Qardh adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar
pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang berlandaskan dengan syaari’ah (tidak
adanya riba), karena ketika seseorang meminjamkan uang, maka ia tidak boleh meminta
pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yan diberikan. Namun, si peminjam boleh
saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas poko pinjamannya. Akad Qardh
dalam literatur fiqh klasik, dikategorikan termasuk dalam akad tathwawwui atau saling
membantu dan bukan transaksi komersial

Dalam fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.59 tahun 2001, Al-Qardh adalah
pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan, dengan nasabah
al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
disepakati bersama.

Menurut Syafi’i Antonio (1999), qardh adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharap imbalan.
Ada beberapa pakar yang menyamakan Qardh dengan Qardhul hasan. Misalnya
dinyatakan bahwa Qardh atau Qardh Al Hasan: is a loan extended without interest or any
other com-pensation from borowwer. The lender expects a reward only from God (Islamic
Research and Training Institute, 2007). Menurut Sjahdeini (2014), Qardhul Hasan adalah
perjanjian Qardh yang khusus untuk tujuan sosial. Penerima Qardhul Hasan hanya
diharuskan untuk melunasi jumlah pokok pinjaman tanpa harus memberikan tambahan
apapun.

Dasar Akuntasi Qardh


1. AL-QUR'AN
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak." (Qs. Al-Hadiid:11)
"dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia
berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui." (Qs. Al-Baqarah:280)

2. PAPSI tahun 2003


Berdasarkan Pendoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003), yang
disahkan pada bulan juli 2003, bagian III, Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

5
kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan
peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.

3. Fatwa DSN-MUI NO: 19/DSN-MUI/IV/2001


Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang
memerlukan, dimana nasabah al-Qardh hanya wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

4. Hadist
”Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Qatadah” Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika aku berjihad dengan jiwa dan
hartaku, aku bertempur penuh sadar demi mengharap pahala dari Allah dan maju terus
pantang mundur, apakah aku masuk surga?” Rasulullah menjawab: ”ya” Beliau
mengatakan sebanyak tiga kali, kemudian ia bersabda: ” kecuali jika kamu mati dan
kamu punya utang serta kamu tidak membayarnya..” (HR. Muslim)

Dilihat dari definisi diatas, maka pinjaman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya dan pinjaman seorang muslim untuk
saudaranya.
a. Pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya
Yaitu apa yang diberikan oleh seorang muslim untuk membantu saudaranya
tanpa mengharap kembalinya barang tersebut karena semata-mata untuk
mengharapkan balasan di akhirat nanti. Hal ini mencakup infaq untuk berjihad,
infaq untuk anak-anak yatim, infaq untuk orang-orang jompo, dan infaq untuk
orang-orang miskin. Jenis ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan kata ‘al-
qardh’, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” (Q.S Al-Baqarah: 245)
Sebagaimana yang kita lihat ayat diatas, jelaslah bahwa pinjaman yang dimaksud
disini berbeda dengan apa yang sering kita lihat didalam kehidupan
bermasyarakat, yang mana seseorang meminjam dari temannya karena didorong
oleh adanya suatu kebutuhan. Karena pinjaman yang dimaksud dalam ayat ini
sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

b. Pinjaman seorang hamba untuk saudaranya


Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan masalah ini. Madzhab Abu
Hanifah berkata, “Pinjaman yang diperbolehkan adalah sesuatu yang mempunyai
persamaan yang mungkin dapat digantikan dengan sesuatu yang serupa, akan
tetapi menyangkut barang-barang bernilai seperti hewan, property, kayu bakar
dan segala sesuatu yang tidak mungkin ditemukan barang yang serupa dan persis
dengannya waktu pengembalian barang pinjaman tersebut, maka tidak boleh

6
dipinjamkan. Karena menurut golongan ini, bahwa pinjam meminjam dengan
sesuatu yang tidak dapat digantikan dengan yang serupa tidak diperbolehkan.

Selain dasar hukum dari Alquran dan sunnah Rasulullah qard juga diatur dalam ketentuan
fatwa DSNMUI No. 19/DSN_MUI/IV/2001 yang menyebutkan bahwa:

Pertama: ketentuan umum qardh


a) Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid) yang memerlukan.
b) Nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang
telah disepakati bersama.
c) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
e) Nasabah qard dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada
LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidak mampuannya LKS
dapat:
1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Kedua: sanksi
a) Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau
seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya. LKS dapat
menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
b) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir a) dapat
berupa penjualan barang jaminan.
c) Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya
secara penuh

Ketiga: sumber

Dana qardh dapat bersumber dari:

a) Bagian modal LKS


b) Keuntungan LKS yang disisihkan
c) Lembaga lain atau individu mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.

Keempat:

a) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan
arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
b) Fatwa ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.

7
Rukun-Rukun Qardh

Rukun qardh yaitu:


a) Pelaku, terdiri atas pemberi (Muqrid) dan penerima pinjaman (Muqtarid)
b) Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan (Ma’qud ‘alaih)
c) Ijab Qabul / serah terima (Sighat)

Ketentuan Syariah Qardh adalah:


a) Pelakunya adalah orang yang cakap hukum, dan baligh
b) Objek akadnya

Para ulama memiliki pandangan sendiri-sendiri terhadap objek (barang) yang


sah dilakukan pada akad Qardh, yaitu:

a) Menurut Ulama Hanafi: qardh dianggap sah pada harta mitsil, yaitu
sesuatu yang tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan terjadinya
perbedaan nilai.
b) Menurut Ulama Maliki, Syafi’i dan Hambali: membolehkan qardh pada
benda yang tidak dapat diserahkan, ataupun benda yang ditakar, yang
ditimbang, atau yang dihitung.
c) Menurut Jumhur Ulama: membolehkan qardh pada setiap benda yang
dapat diperjualbelikan, kecuali manusia.
 jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya
 peminjam diwajibkan membayar pokok pada waktu yang sudah
ditetapkan, tidak boleh diperjanjikan akan adanya penambahan ata
pokok peminjaman. Namun si peminjam diperbolehkan memberikan
sumbangan secara suka rela.
 Apabila si peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka waktu
peminjaman dapat diperpanjangatau dihapuskan sebagian atau
seluruh kewajibannya. Naum jika si peminjam tersebut lalai maka
dapat dikenakan denda.

c) Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho atau rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbl, tertulis, melalui korespondnsi atau
dengan cara-cara komunikasi modern lainnya.

8
Skema Qardh
(2)

Pemberi (1) Peminjam


pinjaman (4)

(2)

(3)
Bisnis

(2)

Hasil laba
usaha

Sumber: Sri Nur Hayati. Akuntansi Syariah di Indonesia.

Keterangan:
(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad qardhul hasan dengan peminjam
(2) Peminjam menerima dan menjalankan usaha dengan dana pinjaman
(3) Jika memperoleh laba maka akan diperoleh peminjam
(4) Dana pinjaman akan dikembalikan kepada pemberi pinjaman

B. PERLAKUAN AKUNTANSI AL QARDH

Pengakuan dan Pengukuran


1. Pinjaman Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya.
2. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari modal Bank diakui
sebagai pendapatan operasional lainnya sebesar jumlah yang diterima.
3. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana pihak ketiga
diakui sebagai pendapatan utama lain dan dibagihasilkan sebesar jumlah yang
diterima

Penyajian

1. Pinjaman Qardh yang bersumber dari modal Bank dan dana pihak ketiga disajikan
pada pos pinjaman Qardh.
2. Penyisihan Penghapusan Aset pinjaman Qardh disajikan sebagai pos lawan (contra
account) pinjaman Qardh

Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:


1. Rincian jumlah pinjaman Qardh berdasarkan sumber dana, jenis penggunaan dan
sektor ekonomi.
2. Jumlah pinjaman Qardh yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
3. Ikhtisar pinjaman Qardh yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal,
penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pinjaman Qardh yang telah
dihapus buku dan pinjaman Qardh yang telah dihapus tagih dan saldo akhir
pinjaman Qardh yang dihapus buku.

9
Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber penggunaan dana
qardhul hasan karena dana tersebut bukan asset perusahaan. Oleh sebab itu seluruhnya
dicatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat buku besar pembantu dana atas kebajikan
berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang dikeluarkan.

a. Bagi pemberi pinjaman


1. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan - Kas xxx


Kr. Dana Kebajikan - Infak/Sedekah/Hasil Wakaf xxx

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan - Kas xxx


Kr. Dana Kebajikan - Denda/Pendapatan Non-halal xxx

3. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan – Dana Kebajikan Produktif xxx


Kr. Dana Kebajikan – kas xxx

4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardh hasan, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan - Kas xxx


Kr. Dana Kebajikan – Dana Kebajikan Produktif xxx

b. Bagi pihak yang meminjam


1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Dr. Kas xxx


Kr. Utang xxx

2. Saat pelunasan, jurnal:

Dr. Kas xxx


Kr. Utang xxx

10
C. PENYAJIAN LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN BERDASARKAN PSAK
No. 101

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) untuk entitas syariah, yang
selanjutnya disebut ‘laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan
entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain.
Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur
dalam PSAK terkait.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas syariah
untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK. Entitas syariah yang
dimaksud di PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan
khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas independen, bank sentral, dan
sebagainya.
Komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap: neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dana penggunaan dana zakat,
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.
Lembaga keuangan harus menyajikan komponen laporan keuangan tambahan yang
menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika substansi informasinya belum tercakup
dalam komponen laporan keuangan diatas.

Entitas menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan
(i) infak
(ii) sedekah
(iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang - undangan berlaku;
(iv) pengembalian dana kebajikan produktif;
(v) denda; dan
(vi) pendapatan nonhalal.
b) penggunaan dana kebajikan untuk:
(i) dana kebajikan produktif;
(ii) sumbangan; dan
(iii) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber dan
penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukkan
dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Penerimaan dana kebajikan oleh
entitas syariah diakui sebagai kewajiban paling likuid dan diakui sebagai pengurang kewajiban
ketika disalurkan.

11
Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum
konvensional. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi
yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.
Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan atas laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan, tetapi tidak terbatas, pada:
a) sumber dana kebajikan;
b) kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing penerima
c) proporsi dana disalurkanuntuk masing-masing penerima dana kebajikan diklasifikasikan
atas pihak yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan yang diatur dalam PSAK No.
7 tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan pihak
ketiga.

Ilustrasi penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

X         
  Sumber Dana Kebajikan  
  Infaq dari dalam bank syariah XXX  
  Sedekah XXX  
  Hasil pengelolaan wakaf XXX  
  Pengembalian dana kebajikan produktif XXX  
  Denda XXX  
  Pendapatan nonhalal XXX  
  Jumlah Sumber Dana Kebajikan XXX  
   
  Penggunaan Dana Kebajikan XXX  
  Dana kebajikan produktif XXX  
  Sumbangan XXX  
  Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum XXX  
  Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan (XXX)  
   
  Kenaikan (penurunan) dana kebajikan XXX  
  Saldo awal dana kebajikan XXX  
  Saldo akhir dana kebajikan XXX  
         

12
Contoh:

Ibu Aminah adalah penjual bubur dan nasi lalapan, mengajukan pinjaman Qardh ke BPRS ”Bhakti
Nusa” Malang sebesar Rp2.500.000,00 untuk modal kerjanya. Biaya administrasi yang dibebankan
Rp100.000,00 dan akan dikembalikan 3 bulan lagi.

Perlakuan akuntansinya:

a. pada saat realisasi Pinjaman Qardh


Pinjaman Qardh Rp2.500.000,00
Kas Rp2.500.000,00
b. pada saat penerimaan biaya administrasi
Kas Rp100.000,00
Pendpt. Operasional lain- Rp100.000,00
pendpt adm.pinjaman Qardh

c. pada saat penerimaan bonus/imbalan Karena dagangannya laris,


Ibu Aminah memberi imbalan sebesar Rp150.000,00
Kas Rp150.000,00
Pendpt. Operasional lain- Rp150.000,00
pendpt adm.pinjaman Qardh

d. pada saat pelunasan pinjaman/cicilan Setelah 3 bulan Pinjaman Qardh dilunasi


Kas Rp2.500.000,00
Pinjaman Qardh Rp2.500.000,00

e. pada saat menghapus Pinjaman Qardh


Misalkan sebelum dilunasi, ibu Aminah sakit dan menyatakan tidak sanggup membayar
pinjamannya
Cad. Penyisihan kerugian pinjaman Qardh Rp2.500.000,00
Pinjaman Qardh Rp2.500.000,00

13
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan atas rumusan masalah pada makalah ini, maka dapat disimpulkan
di antaranya adalah:
1. Pada hakikatnya Qardh adalah pertolongan dan kasih sayang bagi yang meminjam. Qardh
bukan suatu sarana untuk mencari keuntungan bagi yang meminjamkan, di dalamnya
tidak ada imbalan dan kelebihan pengembalian.
2. Dasar hukum Qardh meliputi dalil Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 245 dan QS.
At-Taghaabun (64) :17, dalil Hadist “Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada
orang muslim yang lain dua kali melainkan pinjaman itu (berkedudukan) seperti sedekah
satu kali.” (HR. Ibnu Majah) dan dalil Ijma’ disampaikan bahwa semua kaum muslimin
telah sepakat dibolehkan utang piutang karena Qardh memiliki kebaikan bagi kedua
belah pihak untuk saling tolong menolong.
3. Qardh sebagai akad tabarru’ dikatakan bahwa al-Qardh (Pinjaman) dapat dibagi dua yaitu
pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya dan pinjaman seorang muslim untuk
saudaranya.
4. Rukun dan syarat Qardh meliputi: adanya kedua pihak yaitu peminjam dan orang yang
diberi pinjaman, adanya barang/harta yang dipinjamkan, dan adanya akad ijab dan kabul.
5. Meskipun aktivitas utang piutang bukanlah hal yang tercela dalam Islam, namun syariat
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menahan diri agar tidak berutang kecuali
benar-benar terpaksa.
6. Implementasi produk sosial didasarkan pada fatwa MUI No. 19/DSNMUI/IV/2001 tentang
Qardh yang dananya bersumber dari bagian modal dan keuntungan yang disisihkan dari
Lembaga Keuangan Syariah (LKS), serta lembaga lain atau individu yang mempercayakan
penyaluran infaqnya lewat LKS.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Nurhayati, Siti dan Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
 Alminist Notes, ‚Himpunan Fatwa DSN MUI Tentang Lembaga Keuangan Syariah‛ dalam
http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html
 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PAPSI 2003)
 Kadarningsih, Ana. 2017. Penyajian Akuntansi Qardhul Hasan dalam Laporan Keuangan
Perbankan Syariah Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Universitas Dian Nuswantoro

15

Anda mungkin juga menyukai