Anda di halaman 1dari 6

HADITS-HADITS AKAD HAWALAH

Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Hukum Ekonomi Syari’ah yang
diampu oleh bapak: Busairi, S.Ud, M.Ag

Disusun Oleh: Muhammad Haikal Azaim 22382041117


Septi kamilia 22382042062
Jery Wahyudi 22382041115

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Hadits Hukum Ekonomi Syari’ah tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dalam penyusunan
makalah ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangannya, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang
akan datang sangat kami harapkan. Kami pun menghaturkan terima kasih sebagai
dosen pembimbing matakuliah “HADITS-HADITS AKAD HAWALAH” yang
tak pernah lelah dan bosan memberikan bimbingannya dan arahannya yang selalu
membangunkan semangat kepada para mahasiswanya. Dengan adanya pembuatan
makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa membawa
kemudahan kita dalam belajar untuk meraih prestasi yang kita inginkan.

Pamekasan, 20 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI Halaman
Sampul............................................................................................ i Kata Pengantar
.............................................................................................. ii Daftar
Isi ......................................................................................................... iii Bab I
Pendahuluan......................................................................................... 1 1. Latar
Belakang ..................................................................................... 1 2. Rumusan
Masalah ................................................................................ 1 3.
Tujuan .................................................................................................. 1 Bab II
Pembahasan........................................................................................ 2 1.
Pengertian Jual Beli.............................................................................. 2 2. Dasar
Hukum Jual Beli ........................................................................ 3 3. Rukun dan
Syarat Jual Beli.................................................................. 4 4. Pengertian
Kepemilikan....................................................................... 8 5. Dalil
Kepemilikan ................................................................................ 9 6. Klasifikasi
Kepemilikan....................................................................... 10 Bab III
Penutup.............................................................................................. 15 1.
Kesimpulan .......................................................................................... 15 2.
Saran..................................................................................................... 15 Daftar
Pustaka 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas jual beli merupakan salah satu aktivitas muamalah yang
menjadi bagian penting
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akad hawalah?
2. Bagaimana hadits tentang akad hawalah?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian akad hawalah
2. Mendeskripsikan hadits tentang akad hawalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Hawalah
Secara kebahasaan dalam Bahasa Arab, hawalah berasal dari kata al-
intiqal artinya berpindah. Hawalah diartikan dengan pemindahan utang dari
pengutang (al-mudin) pada orang lain yang diberi tanggungan pembayaran utang
tersebut. Dalam akad hawalah terdapat tiga ppihak terkait yaitu al-muhal (pemberi
pinjaman), a;-muhil (penerima pinjaman), dan al-muhal ‘alaih (penerima
tanggungan dari al-muhil). Beberapa ulama mendefinisikan hawalah seabagai
berikut:1
1. ‘Abd al-Rahman al-Jazairi: hawalah sebagai pemindahan dari satu tempat ke
tempat lain.
2. Ulama Hanafiyah: hawalah adalah memindahkan tagihan dari tanggung jawab
pengutang pada yang lain yang punya tanggung jawab kewajiban pula.
3. Al-Jazairi: pernikahan utang dari tanggung jawab seseorang menjadi tanggung
jawab orang lain
4. Syihab al-Din al-Qalyubi: akad yang menetapkan pemindahan beban utang dari
seseorang kepada yang lain.
5. Muhammad Syata al-Dimyati: akad yang menetapkan pemindahan utang dari
beban seseorang menjadi beban orang lain.
6. Ibrahim al-Bajuri: pemindahan kewajiban dari yang memindahkan menjadi
beban yang menerima penerima pemindahan
7. Taqi al-Din: pemindahan utang dari beban seseorang menjadi beban orang lain
8. Sayyid Sabiq: pemindahan dari tanggung jawab al-muhil menjadi tanggung
jawab al-muhal alaih
9. Idris Ahmad: sejenis akad atau ijab qabul pemindahan utang dari tanggung
jawab seseorang yang berutang kepada orang lain, dimana orang lain tersebut
memiliki utang pula pada yang memindahkan.
B. Hadits Tentang Akad Hawalah

1
Ahmad Baiquni, “Al-Hawalah Dalam Kajian Tafsir Dan Hadis”, Jurnal Ushuluna, Vol. 4, No. 1, IAIN
Madura, 2018, 63
Beberapa hadis membahas tentangdasar hukum akad hawalah
diantaranya sebagai berikut:2
1. Al-Hasan dan Qatadah berkata, “Jika terjadi akad hawalah, pihak penerima
pemindahan utang (al-muhal alaih) dalam keadaan kaya, maka (al-hawalah)
diperbolehkan. Ibn ‘Abbas berkata, “Dua orang dalam sebuah syarikat atau
sekelompok ahli waris dapat membagi jatah mereka menjadi beberapa bagian,
ada yang mendapatkan bagian berupa barang dan ada yang mendapatkan
berupa piutang. Jiia utang tidak dapat terbayarkan, orang yang mendapatkan
bagian berupa piutang, orang yang mendapatkan bagian berua piutang tidak
boleh meminta bagian rekannya.
2. ‘Abd Allah bin Yusuf menyampaikan kepada kami dari Malik yang
mengabarkan dari Abi al-Zinad, dari al-A’raj, dari Abi Hurairah bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda, “Penundaan pembayaran utang yang dilaksanakan
orang kaia tanpa udzur adalag sebuah kezaliman. Apabila seseorang dari kalian
memiliki piutang, kemudian pihak yang berkewajiban membayar utang
tersebut memindahkan utangnya kepada orang kaya, maka hendaklah pemilik
piutang tersebut menerima.
Kedua hadis tersebut menjelaskan bahwa haram bagi orang kaya
melakukan penundaan pembayaran utang terhadap yang memberi utang. Maksud
dari al-Matl yaitu penundaan penyelesaian tanggungan utang tang dilarang,
namun ia mesti melakukan pelunasan. Kecuali apabila pemberi utang
menghendaku pelunasannya atau apabila ia memberikan tanda keinginannya
untuk minta utang dilunasi.

2
Ahmad Baiquni, “Al-Hawalah Dalam Kajian Tafsir Dan Hadis”, 70

Anda mungkin juga menyukai