Anda di halaman 1dari 14

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Akutansi Keuangan Syariah

Oleh:

Kelompok II

1. Agung Fahrezi
2. Santalia

Dosen Pengampu:

Muhammad Yasir Nasution, M.E

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan makalah ini nantinya.
Mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari judul ini
“Sistem Keuangan Syariah” sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Panyabungan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Pemeliharaan Harta ............................................................... 2


B. Akad/Kontrak dan Transaksi.............................................................. 7
C. Transaksi yang Dilarang .................................................................... 8
D. Instrumen Keuangan Syariah ............................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem keuangan Islam hari ini telah menjadi perbincangan yang menarik di
negara yang penduduknya mayoritas muslim maupun non muslim, bahkan di
negara barat. Keuangan Islam tentu memiliki ciri khusus yang membedakan
dengan keuangan non Islam atau yang lebih bisa disebut konvensional, yaitu
terbebas dari unsur riba, kedzaliman, eksploitasi dan segala unsur yang memuat
ketidakadilan. Begitu pula urusan utang piutang dengan bunga sangat merugikan
dan menjauhkan dari keadilan. Karena riba mempunyai dampak negatif dalam
kehidupan sosio-ekonomi dan sosial kemasyarakatan lainnya sehingga Allah SWT
melarangnya.
Hukum Islam merupakan bagian dari tata hukum Indonesia, yang mana bagi
setiap muslim, sudah menjadi kewajiban dalam menerapkan aturan yang telah
dititahkan oleh Allah SWT, karena agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, termasuk dalam pembangunan ekonomi dan juga dalam institusi
keuangan. Institusi keuangan yang mempunyai peranan penting terhadap
perkembangan ekonomi sebuah Negara modern khusus institusi perbankan. Tidak
dapat dinafikan, bahwa institusi perbankan memang menyediakan kebutuhan yang
sangat dibutuhkan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemeliharaan harta?
2. Bagaimana akad/kontrak dan transaksi?
3. Apa saja transaksi yang dilarang?
4. Bagaimana instrumen keuangan syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep pemeliharaan harta.
2. Untuk mengetahui akad/kontrak dan transaksi.
3. Untuk mengetahui transaksi yang dilarang.
4. Untuk mengetahui instrumen keuangan syariah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemeliharaan Harta


Keuangan syariah adalah sistem keuangan yang beroperasi sesuai dengan
hukum dan prinsip syariah. Seperti halnya sistem keuangan konvensional,
komponen keuangan syariah mencakup pasar, lembaga keuangan, instrumen
keuangan, dan jasa keuangan.1 Keempat elemen ini diatur oleh hukum syariah dan
peraturan industri keuangan yang berlaku. Sistem keuangan syariah selalu
berinteraksi dengan sistem keuangan secara umum.
Prinsip dasar syariah dalam keuangan adalah mengadopsi aturan (rules)
syariah dalam muamalat, yaitu menghindari hal-hal yang diharamkan. Langkah
selanjutnya, menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianjurkan oleh
syariah dalam setiap elemen sistem keuangan sebagai pengganti atas hal-hal yang
diharamkan, dalam rangka mewujudkan tujuan syariah, yaitu mencapai
kemaslahatan. Pemeliharaan harta dalam sistem keuangan syariah harus terbebas
dari unsur-unsur sebagai berikut:
1. Maysir atau Perjudian
Maysir secara bahasa bermakna judi (gambling) yaitu transaksi yang
digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti. Kata maysir dan
turunannya berulang sebanyak 44 kali dalam Alquran. Kata maysir sendiri
ditemukan pada:
a. QS. Al-Baqarah (2): 219

‫اْلَ ْم ِر َوا لْ َمْي ِس ِرقُ ْل فِْي ِه َماۤ اِ ْْثٌ َکبِْيـٌر َّوَمنَا فِ ُع لِلنَّا ِس َواِ ْْثُُه َماۤ اَ ْکبَـ ُر ِم ْن نـَِِّْ ِه َما‬
ْ ‫ك َع ِن‬َ َ‫يَ ْس ـئَـلُ ْون‬
‫ت لَ َِلَّ ُک ْم تَـتَـ َْ َّك ُرْو َن‬ ٰ ْ ‫ِّي ال ٰلّوُ لَـ ُك ُم‬
ِ ‫اْل ٰي‬
ُ ‫ك يـُبَـ ن‬
ِ ِ
َ ‫ك َما َذا يـُْنْ ُق ْو َن قُ ِل الْ َِْ َو َك ٰذل‬ َ َ‫َويَ ْس ـئَـلُ ْون‬
Artinya:“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan
judi. Katakanlah, Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada
manfaatnya. Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang
(harus) mereka infakkan. Katakanlah, Kelebihan (dari apa yang
diperlukan). Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu agar kamu memikirkan.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 219)

1
Lukman Dendawijaya. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 22. 2015.

2
b. QS. Al-Ma‟idah (5): 90-91.

‫س نم ْن َع َم ِل الشَّْي ٰط ِن فَا‬ ِ
ٌ ‫ب َوا ْْلَ ْزَْل ُم ر ْج‬ ُ ‫صا‬
ِ
َ ْ‫اْلَ ْم ُر َوا لْ َمْيس ُر َوا ْْلَ ن‬ ْ ‫ٰيۤاَ يـُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُـْۤوا اََِّّنَا‬
‫اْلَ ْم ِر َوا لْ َمْي ِس ِر‬
ْ ‫ضاءَ ِِف‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ْجتَنبُـ ْوهُ لَ َِلَّ ُك ْم تُـْل ُح ْو َن اََّّنَا يُِريْ ُد الشَّْي ٰط ُن اَ ْن يـُّ ْوق َع بـَْيـنَ ُك ُم الْ َِ َد َاوَة َوا لْبَـ ْغ‬
‫وة فَـ َه ْل اَنْـتُ ْم ُّمْنتَـ ُه ْو َن‬ َّ ‫ص َّد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر ال ٰلّ ِو َو َع ِن‬
ِ ‫الص ٰل‬
ُ َ‫َوي‬
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan
minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi
kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat, maka tidakkah
kamu mau berhenti?”(QS. Al-Ma‟idah 5: Ayat 90-91)
Alquran mengakui bahwa terdapat manfaat material dari maysir berupa
memperoleh keuntungan besar secara mudah, namun dengan kerusakan yang
ditimbulkan jauh lebih besar. Secara ekonomi, pelarangan judi membuat
investasi dapat semakin terdorong untuk mengalir ke sektor produktif karena
tidak ada investasi yang digunakan ke sektor perjudian.
2. Gharar atau Ketidakpastian Akad
Secara bahasa gharar berarti menipu, memperdaya, dan ketidakpastian.
Gharar adalah suatu perbuatan yang dapat memperdayakan manusia di dalam
bentuk harta, kemegahan, jabatan, syahwat dan lainnya. Gharar tidaklah sama
dengan transaksi spekulatif atau melakukan suatu bisnis dengan tanpa diketahui
hasilnya secara pasti. Gharar terkait dengan akad atau perjanjian yang membuat
salah satu atau kedua pihak berada dalam kondisi ketidakpastian, sehingga
dapat merugikan salah satu pihak.
Ketidakpastian ini bisa terjadi pada aspek barang yang menjadi objek
transaksi, yaitu misalnya barang yang tidak jelas kualifikasinya, barang yang
tidak dimiliki oleh penjualnya, barang yang tidak diketahui keberadaannya,
atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain
dalam syariah. Ketidakpastian juga dapat terjadi pada aspek harga, di mana
harga tidak disepakati atau disepakati lebih dari satu harga sehingga membuat
setiap pihak tidak pasti keadaanya. Tidak setiap bentuk gharar dilarang,
bergantung dengan potensi bahaya yang ditimbulkan.

3
Berbeda dengan judi yang dilarang dalam kondisi apapun, pelarangan
gharar dapat berubah karena pengaruh teknologi dan peradaban. Adanya
perbaikan teknologi dapat mengurangi ketidakpastian sehingga membuat
transaksi yang semula berisiko menjadi tidak berisiko, seperti transaksi online
yang berlaku saat ini. Secara ekonomi, pelarangan gharar akan mengedepankan
transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasional lainnya serta
menghindari ketidakjelasan dalam berbisnis.
3. Riba
Secara bahasa riba berarti bertambah dan tumbuh. Riba adalah
penambahan pendapatan secara tidak sah (batil), antara lain, dalam transaksi
pinjam meminjam yang mempersyaratkan pemberi pinjaman menerima
pengembalian dana melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu
(nasi’ah).2 Kata riba dengan berbagai bentuknya disebutkan 20 kali dalam
Alquran, antara lain dalam:
a. QS. Ali „Imran (3): 130

‫ِٰ َْةً َّوا تـَّ ُقوا ال ٰلّوَ لَ َِلَّ ُك ْم تـُْلِ ُح ْو َن‬ ِ


ْ َ‫يٰـۤاَيـُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمنُـ ْوا َْل تَأْ ُكلُوا النربٰۤوا ا‬
َ ‫ض َِا فًا ُّمض‬
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.”(QS. Ali „Imran 3: Ayat 130)
b. QS. An-Nisa‟ (4): 160-161

‫نى ْم َع ْن َسبِْي ِل ال ٰلّ ِو َكثِْيـًرا‬


ِ ‫ت اُ ِحلَّت ََلم وبِصد‬
َ َ ُْ ْ
ٍ ‫َّواَخ ِذ ِىم فَبِظُْل ٍم نمن الَّ ِذين ىا دوا حَّرمنَا علَي ِهم طَينٰب‬
ْ ْ َ ْ َ ُْ َ َ ْ َ ُ ْ
ِ ِ ِ ِ
‫النربٰوا َوقَ ْد نـُ ُه ْوا َعْنوُ َواَ ْكلـ ِه ْم اَْم َوا َل النَّا ِس بِا لْبَا ِط ِل َواَ ْعتَ ْدنَـا ل ْل ٰـكْ ِريْ َن ِمْنـ ُه ْم َع َذا بًا اَ لْي ًما‬
Artinya:“Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka
makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan
karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan
karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah
dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan
cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di
antara mereka azab yang pedih.”(QS. An-Nisa‟ 4: Ayat 160-161)
c. QS. Al-Baqarah (2): 276

ُّ ‫ت َوا ل ٰلّوُ َْل ُُِي‬


‫ب ُك َّل َكَّْا ٍر اَثِْي ٍم‬ َّ ‫َيَْ َح ُق ال ٰلّوُ النرٰبوا َويـُْرِِب‬
ِ ‫الص َد ٰق‬

2
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Alfabeta, hlm. 19. 2017.

4
Artinya:“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang
dosa.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 276)
Riba dalam sejarahnya merupakan praktik yang juga mengakar sangat
kuat dalam tradisi masyarakat yang sangat sulit dihilangkan sampai sekarang.
Secara ekonomi, manfaat pelarangan riba sejalan dengan pelarangan judi, yaitu
untuk mendorong lancarnya arus investasi agar tidak terhambat oleh tingkat
suku bunga yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya investasi. Dengan
dihapusnya bunga, maka semua potensi usaha memiliki akses yang sama
terhadap modal yang ditawarkan oleh calon investor.
4. Larangan terhadap Komoditi Haram
Larangan terhadap yang haram dapat timbul karena beberapa
kemungkinan, yaitu secara jelas disebutkan dilarang oleh Allah SWT. Pendapat
adanya pertimbangan para ulama atas interpretasi oleh Allah SWT tidak
dijelaskan secara langsung dalam Alquran. Kata haram dengan segala
turunannya disebutkan sebanyak 83 kali dalam Alquran, antara lain:
a. QS. Al-Baqarah (2): 173

‫اضطَُّر َغْيـَر بَا ٍغ َّوَْل َعا ٍد‬ ٰ ِ ِ ِ


ْ ‫اْلِْن ِزيْ ِر َوَماۤ اُى َّل بِو لغَ ِْْي اللّ ِو فَ َم ِن‬ َ ‫اََّّنَا َحَّرَم َعلَْي ُک ُم الْ َمْيتَةَ َوا لد‬
ْ ‫َّم َو ََلْ َم‬
‫فَ ََلۤ اِ ْْثَ َعلَْي ِو اِ َّن ال ٰلّ َو َغ ُْ ْوٌر َّرِحْي ٌم‬
Artinya:“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,
daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut
nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya),
bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 173)
b. QS. An-Nahl (16): 115

‫اضطَُّر َغْيـَر بَا ٍغ َّوَْل َعا ٍد‬ ٰ ِ ِ ِ


ْ ‫اْلِْن ِزيْ ِر َوَماۤ اُى َّل لغَ ِْْي اللّ ِو بِو فَ َم ِن‬ َ ‫اََّّنَا َحَّرَم َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةَ َو الد‬
ْ ‫َّم َو ََلْ َم‬
‫فَاِ َّن ال ٰلّوَ َغ ُْ ْوٌر َّرِحْي ٌم‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,
daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama)
selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan
karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. An-Nahl
16: Ayat 115)

5
c. QS. Al-Ma‟idah (5): 3

ُ‫اْلِْن ِزيْ ِر َوَماۤ اُِى َّل لِغَ ِْْي ال ٰلّ ِو بِو َوا لْ ُمْن َخنِ َقةُ َوا لْ َم ْوقُـ ْو َذةُ َوا لْ ُمتَـَرنديَة‬
ْ ‫َّم َو ََلْ ُم‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوا لد‬ ْ ‫ُحنرَم‬
‫ب َواَ ْن تَ ْستَـ ْق ِس ُم ْوا بِا ْْلَ ْزَْل ِم ٰذ‬ ِ ‫ُّص‬ ِ ِ ِ ‫وا لن‬
ُ ‫السبُ ُع اَّْل َما ذَ َّكْيتُ ْم َوَما ذُ ب َح َعلَى الن‬ َّ ‫َّطْي َحةُ َوَماۤ اَ َك َل‬ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ت لَـ ُك ْم ديْـنَ ُك ْم‬ ُ ‫س الَّذيْ َن َك َْ ُرْوا م ْن ديْـن ُك ْم فَ ََل ََتْ َش ْوُى ْم َوا ْخ َش ْون اَ لْيَـ ْوَم اَ ْك َم ْل‬ َ ‫ل ُك ْم ف ْس ٌق اَلْيَـ ْوَم يَئ‬
‫ف نِْل ٍْْث‬ ٍ ِ‫اضطَُّر ِِف ََْممص ٍة َغْيـر متَجا ن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ْ ْ ‫ت لَـ ُك ُم ْاْل ْس ََل َم ديْـنًا فَ َم ِن‬ ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ِْ َم ِ ِْت َوَرضْي‬ ُ ‫َواَ ْْتَ ْم‬
‫فَاِ َّن ال ٰلّوَ َغ ُْ ْوٌر َّرِحْي ٌم‬
Artinya:“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan
pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula)
mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu
perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang
siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. Al-
Ma‟idah 5: Ayat 3)
Dalam aktivitas ekonomi Islam setiap orang diharapkan untuk
menghindari hal-hal yang haram, baik haram zatnya maupun haram selain
zatnya. Keuangan syariah hanya memberikan layanan keuangan untuk
memproduksi, mengonsumsi dan mendistribusikan barang dan jasa yang halal.
5. Larangan terhadap Cara yang Batil
Batil secara bahasa bermakna batal atau tidak sah. Dalam aktivitas jual
beli, Allah menegaskan manusia dilarang mengambil harta dengan cara yang
batil sebagaimana tersebut dalam:
a. QS. Al-Baqarah (2): 188

ْ ‫َوَْل تَأْ ُكلُْۤوا اَْم َوا لَـ ُك ْم بـَْيـنَ ُك ْم بِا لْبَا ِط ِل َوتُ ْدلُْوا ِِبَاۤ اِ ََل‬
‫اَلُ َّـک ِام لِتَأْ ُکلُ ْوا فَ ِريْـ ًقا نم ْن اَْم َوا ِل النَّا ِس بِا ِْْل‬
‫ِْْث َواَ نْـتُ ْم تَـ ِْلَ ُم ْو َن‬
Artinya:“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang
batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para
hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta
orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS.
Al-Baqarah 2: Ayat 188)

6
b. QS. An-Nisa‟ (4): 29

ٍ ‫ٰيـۤاَيـُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُـ ْوا َْل تَأْ ُكلُْۤوا اَْم َوا لَـ ُك ْم بـَْيـنَ ُك ْم بِا لْبَا ِط ِل اَِّْلۤ اَ ْن تَ ُك ْو َن ِِتَا َرًة َع ْن تَـَرا‬
‫ض نمْن ُك ْم َوَْل‬
‫تَـ ْقتُـلُْۤوا اَنْـ ُْ َس ُك ْم اِ َّن ال ٰلّوَ َكا َن بِ ُك ْم َرِحْي ًما‬
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.”(QS. An-Nisa‟ 4: Ayat 29)

B. Akad/Kontrak dan Transaksi


Keuangan syariah dibangun atas asumsi bahwa manusia sadar dan akan
bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Dalam melakukan transaksi dimulai
dengan akad atau perjanjian, akan muncul hak dan kewajiban, sehingga menjadi
jelas hak dan kewajiban masing-masing pihak agar tidak ada pihak-pihak yang
dizhalimi.3 Adapun prinsip akad atau perjanjian dinilai sah atau tidak batil menurut
syariah adalah:
1. Memenuhi rukun dan syarat akad.
2. Tidak memasukkan syarat-syarat yang melanggar prinsip syariah.
3. Tidak ada unsur pemaksaaan (ikrah) oleh salah satu pihak yang berakad.
4. Tujuan akad bukan untuk maksiat.
Adapun juga jenis akad ada dua, yaitu:
1. Akad Tabarru‟
Akad tabarru‟ merupakan perjanjian/kontrak yang tidak mencari
keuntungan material (nirlaba), namun hanya bersifat kebajikan murni, seperti
infak, wakaf, dan Qard Al-Hasan (pinjaman ihsan) yaitu pinjaman ikhlas atau
pinjaman yang tidak menambahkan syarat tambahan.
2. Akad Tijaro
Akad tijaro merupakan perjanjian/kontrak yang bertujuan mencari
keuntungan usaha, seperti akad yang mengacu kepada konsep jual beli yaitu
akad murabahah dan salam; akad yang mengacu kepada konsep bagi hasil yaitu
mudharabah, dan musyarakah; akad yang mengacu kepada sewa yaitu ijarah,
dan akad yang mengacu kepada titipan yaitu wadiah.

3
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Grafindo Persada, hlm. 15. 2018.

7
C. Transaksi yang Dilarang
Adapun beberapa kategori transaksi yang dilarang dalam keuangan syariah,
berdasarkan cara transaksinya, yaitu sebagai berikut:4
1. Tadlis
Tadlis adalah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi
berusaha untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain. Hal ini
dimaksudkan untuk menipu pihak lain akibat ketidaktahuan akan informasi
objek yang diperjualbelikan. Informasi yang disembunyikan bisa berupa
jumlah, kualitas, harga, hingga waktu penyerahan barang yang ditransaksikan.
Contohnya sering kita temui di kehidupan sehari-hari, seperti menjual barang
bekas di marketplace tanpa deskripsi barang yang lengkap ataupun mencurangi
timbangan saat berbelanja kebutuhan pokok.
2. Ikhtikar
Ikhtikar adalah situasi di mana produsen atau penjual membuat
hambatan untuk mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Praktik ini
umum dilakukan dengan cara menimbun stok barang agar harga produk yang
dijualnya meningkat. Kemudian, penjual tersebut akan menjual produknya
dengan harga yang sudah mahal. Ikhtikar dapat juga dilakukan dengan cara
menghalangi penjual lain untuk masuk ke pasar. Hal ini bertujuan agar ia
menjadi penjual satu-satunya (monopoli). Tentunya para konsumen akan
dirugikan terkait hal ini.
3. Bai‟ Najasy
Bai‟ Najasy adalah kondisi di mana konsumen atau pembeli
menciptakan permintaan palsu. Ini menyebabkan seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk, sehingga harga jual produk akan naik.
Ketika harga naik, pembeli kemudian akan melepas kembali barang yang sudah
dibeli sebelumnya untuk meraup keuntungan tinggi. Contoh sederhananya
adalah pada kasus pelelangan, di mana penyelenggara bekerja sama dengan
peserta yang khusus ditugaskan untuk melakukan penawaran palsu agar harga
barang lelang semakin tinggi.

4
A. Saeed. Bank Islam dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar, hlm. 10. 2014.

8
4. Gharar
Gharar adalah proses transaksi jual beli yang tidak memiliki kepastian,
sehingga dapat merugikan pembeli. Sama seperti Tadlis, Gharar dapat terjadi
dalam empat aspek, yaitu kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
Namun bedanya, Gharar murni terjadi akibat ketidakpastian, sedangkan Tadlis
merupakan praktik penipuan yang disengaja dan telah direncanakan
sebelumnya. Contoh jual beli Gharar adalah ketika benda yang dijual belum
berada di tangan penjual, seperti membeli anak sapi di dalam kandungan.
Contoh lainnya adalah jual beli tanah yang di dalamnya masih terpendam bibit
kacang-kacangan dan sayuran.
D. Instrumen Keuangan Syariah
Instrumen keuangan adalah kontrak keuangan antarpihak, yang dapat
diperdagangkan, dimodifikasi dan diselesaikan secara langsung. Instrumen
keuangan bisa berupa uang tunai (mata uang), bukti kepemilikan suatu entitas
(saham), atau hak kontrak untuk menerima atau memberikan uang (obligasi).
Instrumen keuangan dapat dikategorikan berdasarkan “kelas aset” bergantung pada
apakah itu berbasis ekuitas (saham) atau berbasis hutang (obligasi).
Jika instrumennya adalah hutang, maka bisa dikategorikan lebih jauh ke
dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) atau jangka panjang. Demikian pula
dalam keuangan syariah, jenis instrumen keuangannya pada dasarnya adalah sama.
Namun demikian, pada keuangan syariah proses penyusunan instrumen keuangan
harus mengikuti ketentuan dan prinsip syariah, maka keuangan syariah tidak
mengenal instrumen derivative.
Hal ini disebabkan oleh adanya faktor gharar dan kecenderungan maysir
dan riba pada instrumen derivative. Jenis instrumen keuangan syariah antara lain:
1. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
2. Sukuk/Obligasi Syariah.
3. Negotiable Certificate of Deposit Syariah (NCDS).
4. Sukuk BI (SukBI).

5
M. Nurianto Al-Arif. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pusaka Setia, hlm. 30. 2012.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keuangan syariah adalah sistem keuangan yang beroperasi sesuai dengan
hukum dan prinsip syariah. Adapun pemeliharaan harta dalam sistem keuangan
syariah harus terbebas dari unsur-unsur sebagai berikut:
1. Maysir atau perjudian.
2. Gharar atau ketidakpastian akad.
3. Riba.
4. Larangan terhadap komoditi haram.
5. Larangan terhadap cara yang batil.
Dalam melakukan transaksi dimulai dengan akad atau perjanjian, akan
muncul hak dan kewajiban, sehingga menjadi jelas hak dan kewajiban masing-
masing pihak agar tidak ada pihak-pihak yang dizhalimi. Adapun prinsip akad atau
perjanjian dinilai sah atau tidak batil menurut syariah adalah:
1. Memenuhi rukun dan syarat akad.
2. Tidak memasukkan syarat-syarat yang melanggar prinsip syariah.
3. Tidak ada unsur pemaksaaan (ikrah) oleh salah satu pihak yang berakad.
4. Tujuan akad bukan untuk maksiat.
Adapun beberapa kategori transaksi yang dilarang dalam keuangan syariah,
berdasarkan cara transaksinya, yaitu sebagai berikut:
1. Tadlis
2. Ikhtikar
3. Bai‟ Najasy
4. Gharar
Instrumen keuangan adalah kontrak keuangan antarpihak, yang dapat
diperdagangkan, dimodifikasi dan diselesaikan secara langsung. Instrumen
keuangan bisa berupa uang tunai (mata uang), bukti kepemilikan suatu entitas
(saham), atau hak kontrak untuk menerima atau memberikan uang (obligasi).
B. Saran
Demikian hasil makalah kami, pemakalah sadar masih banyak kekurangan
dalam makalah untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arif, M. Nurianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pusaka Setia.

Ascarya. 2018. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Dendawijaya, Lukman. 2015. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Saeed, A. 2014. Bank Islam dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan
Interpretasi Kontemporer. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarsono, Heri. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai