PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Adi Adrian
NIM. 63020160033
1
Nafis Irkhami, 2010. “Analisis Resiko dalam Investasi Islam”. Muqtasid, Volume 1 Nomor
2, Desember, 2010, 210.
Faricha (2016:3) menjelaskan bahwa perkembangan pasar modal
syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang
ditunjukkan dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Peningkatan ISSI
walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
tetapi kenaikan secara prosentase indeks pasa ISSI lebih besar dari IHSG. Hal
ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah, dan bertambahnya pada pasar
modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan
aplikasi yang bersumber dari nilai epistimologi islam
Gambar 1.1
Perkembangan Saham Syariah
500 462
407 408
375 381
400 345 351
328 331 321
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019
periode 1 periode 2
Dari grafik 1.1 saham syariah mengalami kenaikan yang fluktuatif dari
tahun ke tahun, walaupun menurun pada awal periode di tahun 2016 namun
tidak berpengaruh terhadap tahun setelahnya. Perkembangan dunia saham yang
signifikan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Aisiyah (2015)
terdapat faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi indeks saham
syariah yaitu oleh beberapa variabel makro ekonomi dan moneter baik
domestik maupun global seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Jumlah Uang Beredar (JUB), Inflasi, Nilai Tukar, dan lain-lain. Selain itu ada
juga pengaruh lain seperti kondisi ekonomi nasional, keamanan, kondisi
politik, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
2
Data diperoleh dari https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/saham-syariah
diakses pada tanggal 5 Juli 2020
Dewasa ini, fenomena global sangat unpredictable atau tidak dapat
diprediksi. Awal tahun 2018 sampai 2019 dunia ekonomi mengalami
guncangan dengan adanya perang dagang antara Amerika dan China. Perang
dagang dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini memang sangat
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dunia, Amerika mengumumkan tarif
bea masuk untuk barang-barang dari china sebesar 200 milliar US dollar dan
kemudian china merespon hal yang sama untuk mengenakan tarif pada barang-
barang amerika sebesar 60 milliar dollar pada 24 September 2018,
Menurut CNN Indonesia akibat sentimen perang dagang yang terjadi
antar kedua negara, indeks-indeks dalam bursa Wall Street terkoreksi dalam.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 617,38 poin (2,38%), Nasdaq
Composite melemah 3,41% diakhir perdagangan, Indek Shanghai melemah
1,1% ke level 2872,83, dan Indeks Hangseng terkoreksi melemah 2,1% ke level
27.951, 12 (14/05/2019). Sentimen negatif tersebut juga berimbas terhadap
nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, tercatat di tanggal 14 Mei 2019 Rupiah
bergerak diangka 14.425 sampai dengan 14.455 per US Dollar (melemah
0,45%). Sentimen ini juga merdampak signifikan terhadap harga minyak dunia.
Mengutip pernyataan Reuters harga minyak West Texas Intermediete (WTI)
mengalami pelemahan sebesar 1,94% menjadi 53,63 US Dollar per barel,
sedangan untuk harga minyak berjangka Brent tercatat mengalami pelemahan
sebesar 1,45 % menjadi 58,94 US Dollar per barel. Selama periode Mei 2019
prosentase pelemahan harga minyak mencapai 22% dari posisi tertigginya
bulan April 2019, kemudian harga minyak Brent mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 9%, sentimen tersebut setelah pengumuman presiden
Amerika memberikan pernyataan bahwa akan mengaplikasikan tarif lebih bagi
barang impor asal China3.
Penelitian yang dilakukan Rizaldi Yusfiarto dan Galuh Tri Pambekti
(2020) yang menganalisa variabel makro ekonomi terhadap return saham
syariah Jakarta Islamic Index (JII) selama kurun waktu perang dagang
Amerika-China menunjukkan bahwa variabel ekonomi seperti nilai tukar
USD/IDR, nilai tukar CNY/IDR, Minyak mentah WTI dan variabel
3
www.cnnindonesia.co.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2020
makroekonomi memiliki pengaruh positif terhadap return Indeks saham
syariah Indonesia. Ini menandakan bahwa fluktuatifnya kondisi ekonomi
global akan memunculkan efek domino bagi saham syariah di Indonesia.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Imamul Mutaqin (2019) yang
menganalisa variabel Makroekonomi seperti Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia, hasilnya menunjukkan harga minyak dunia, dan harga emas
dunia Berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Sedangkan Inflasi dan BI Rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
Penelitian lain dilakukan Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma
(2017) terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2007-2015,
menunjukkan bahwa variabel makroekonomi seperti inflasi dan tingkat suku
bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic
Index (JII), sedangkan kurs valuta asing dan indeks produksi tidak berpengaruh
signifikan.
Namun dilain sisi, penelitian yang sama dilakukan Arif Efendi (2017)
terhadap Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII), hasilnya menunjukkan
Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks saham Jakarta
Islamic Indeks (JII), dan suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, menarik jika dilakukan penelitian
berdasarkan variabel makroekonomi seperti BI Rate, FED Rate, Kurs
USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia,
harga minyak dunia (WTI) terhadap indeks saham syariah akibat sentimen
perang dagang dua raksasa ekonomi dunia Amerika dan China.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI)?
2. Bagaimana kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate,
Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga
Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Menganalisa Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI).
2. Menganalisa kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED
Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)?
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rizaldi Yusfiarto dan Galuh Tri yang
dimuat dalam Al-Mal Jurnal Akuntansi dan Keungan Islam, Vol. 01, No. 1
2020 dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Return Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Studi Pada Fenomena Perang
Dagang Global” dalam penelitian ini Rizaldi dan Galuh menyampaikan bahwa
hasil penelitiannya menyatakan bahwa Variabel Nilai tukar USD/IDR, nilai
tukar CNY/IDR, Minyak Mentah Dunia (WTI) dan Makroekonomi memiliki
pengaruh positif terhadap return Indeks saham syariah Indonesia, sedangkan
Inflasi dan Minyak Mentah ICP berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan Nining Khairun
Nisa, Raditya Sukma yang dimuat Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan
Volume 4 Nomor 6 Juni 2017 dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel-
Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2007-
2015” hasil dari penelitian Nining dan Raditya menyatakan bahwa Variabel
inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga
saham Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan kurs valuta asing dan indeks
produksi tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Nasir, Fakriah dan Ayuwandirah yang dimuat dalam Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Volume 15, No.1, Februari 2016 dengan judul “Analisis
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dengan
Metode Pendekatan Vector Autoregression” menyatakan bahwa terjadi
kausalitas seperti ISSI terhadap BI, ISSI terhadap BI Rate, ISSI terhadap
Inflasi, dan ISSI terhadap JUB, berdasarkan uji Impulse Response Function
(IRF) ditemukn adanya respon Kurs, JUB, inflasi, BI Rate pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Arif
Afendi yang dimuat di jurnal SEGMEN Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume
13, No.2 Juli 2017 dengan judul “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap
Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII)” yang menyatakan bahwa Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks saham JII, sedangkan
kurs berpengaruh positif terhadap dan signifikan terhadap indeks saham JII,
suku bunga dan harga emas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks
saham JII.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki
Khoiroh yang dimuat dalam Conference in Business, Accounting, and
Management. ISSN 2302-9791.Vol. 2 No. 1.May 2015 yang berjudul “Analisis
Dampak Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI)” menyatakan bahwa Inflasi dan nilai tukar IDR/USD berpengaruh
negatif signifikan terhadap ISSI, sedangkan SBIS dan harga minyak dunia
berpengaruh tidak signifikan terhadap ISSI.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fitri Rahmawati, Nirmala Baini
yang dimuat Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 4 (No.1
2019) penelitian ini berjudul “Dampak Variabel Makro Ekonomi Domestik dan
Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)” menyatakan bahwa
BI Rate dan Kurs mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ISSI,
sedangkan SBIS dan FED Rate, dan Harga Emas Dunia tidak berpengaruh
terhadap ISSI
Penelitian yang dilakukan Yudhistira Ardana yang dimuat dalam jurnal
Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 6 (1), April 2016 yang berjudul
“Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (periode Mei 2011-September 2015 dengan Model ECM”
menyatakan bahwa Suku bunga BI dalam jangka pendek tidak terdapat
hubungan, dalam jangka panjang berpengaruh negatif signifikan, nilai tukar
dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan, dalam jangka panjang
berpengaruh negatif signifikan, inflasi tidak terdapat hubungan baik jangka
panjang maupun pendek, SBIS terdapat hubungan jangka panjang dan pendek
dengan ISSI. Harga minyak dunia dalam jangka pendek tidak memiliki
hubungan, namun jangka panjang berpengaruh positif signifikan.
Penelitian yang dilakukan Edri Fauzan, Khairunnisa dalam jurnal
JAWARA: Jurnal Wawasan dan Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019
yang berjudul “Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks Saham Syariah Periode
2014-2018” menyatakan bahwa dari hasil Uji hipotesis jangka pendek
menyatakan JUB berpengaruh terhadap return indeks syariah, sedangkan nilai
tukar dan BI 7 Day Repo Rate tidak berpengaruh terhadap return indeks syriah,
begitu pula uji hiptesis jangka panjang.
E. Landasan Teori
Perang Dagang Amerika-China4
Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China bermula pada
tanggal 22 maret 2018 saat Presiden Donald Trump mengumumkan pengenaan
bea masuk sebesar US $50 miliar untuk barang-barang China yang mengacu
pada Pasal 301 UU Amerika Serikat Tahun 1974 tentang perdagangan.
Kebijakan ini mendapat reaksi keras dari pemerintah China yang membalas
dengan menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk Amerika Serikat,
termasuk kedelai yang menjadi andalan utama ekspor Amerika ke China. Aksi
saling balas pengenaan tarif masuk seperti itu terus berlanjut hingga
menyebabkan munculnya kekhawatiran global.
4
Diperoleh dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190825120118-16-94418/belum-kelar-
begini-awal-mula-perang-dagang-as-china diakses tanggal 5 Juli 2020
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)5
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks keseluruhan
saham syariah yang terdapat di bursa efek indonesia (BEI). Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pertama kali diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011
dengan jumlah saham syariah yang tercatat BEI sebanyak 214 Saham.
Keberadaan ISSI melengkapi Indeks Saham Syariah yang sudah ada
sebelumnya yaitu JII (Jakarta Islamic Index). Konstituen ISSI adalah
keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) direview setiap 6 bulan sekali, yakni setiap bulan Mei dan
November. Metode perhitungan ISSI mengikuti metode perhitungan indeks
saham BEI lainnya, yaitu rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dengan
menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar perhitungan ISSI.
Return Saham
Return merupakan sala satu faktor yang dapat memotivasi investor
untuk berinvestasi berupa imbalan keuntungan menanggung resiko atas
investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102). Sedangkan menurut
Hartono (2015:205) mendefinisikan return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Dari definisi diatas return adalah hasil keuntungan atau kerugian
yang diperoleh investor dalam berinvestasi di pasar modal. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi.
BI Rate6
BI Rate adalah kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang bersangkutan dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan
pada masyarakat seluruh Indonesia. BI Rate ditetapkan setiap bulan melalui
rapat anggota dewan gubernur dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian baik di Indonesia maupun situasi perekonomian global secara
umum. Hasil rapat inilah yang diterjemahkan menjad kebijakan moneter utuk
penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan bank-bank di Indonesia.
5
Diperoleh dari https://www.idx.co.id/idx-syariah/indeks-saham-syariah/ diakses pada
tanggal 5 Juli 2020
6
Diperoleh dari situs resmi Bank Sentral Indonesia (www.bi.go.id) diakses pada tanggal 5
Juli 2020
Fed Rate7
Fed Rate atau suku bunga The Fed Federal Reserve (istilah populeh dari
Federal Reserve yang merupakan Bank Sentral Amerika Serikat) dimana itu
adalah tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh The Fed
sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank atau
lembaga keuangan di seluruh Amerika Serikat, fungsinya tidak jauh beda
dengan BI Rate. Namun pengaruh kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed
tidak hanya dirasakan oleh Amerika Serikat namun efek dominonya dirasakan
oleh negara-negara lain seperti kebijakan ketika subprime mortgage di
Amerika tahun 2008 yang berefek domino terjadinya krisis keuangan dunia
lalu The FED menaikkan Suku Bunga acuannya yang di beberapa negara di
dunia.
Kurs USD/IDR dan CNY/IDR
Menurut Danika Reka (2013) Nilai tukar mata uang asing atau kurs
adalah hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan
mata uang dalam negeri. Nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara
terhadap negara lain yang dapat digunkan untuk transaksi perdagangan yang
mana nilai dari mata uang dipengaruhi oleh supply dan demand atas mata uang
negara yang bersangkutan.
Nilai tukar USD/IDR merupakan nilai atau harga rupiah yang di
ekspresikan dalam mata uang dollar Amerika, sedangkan nilai tukar CNY/IDR
nilai rupiah yang diekspresikan dalam mata uang yuan China.
Inflasi
Definisi dari inflasi adalah keadaan dimana naiknya harga-harga secara
umum atau dapat juga dikatakan penurunan daya beli uang. Makin tinggi
kenaikan harga maka semakin semakin menurun pula nilai uang. Menurut
Boediono (1994) definisi dari inflasi sendiri adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Putong (2002) membagi
inflasi menjadi tiga jenis. Pertama, Inflasi rendah (Creeping Inflation) yaitu
inflasi yang besarannya kurang dari 10%. Kedua, Inflasi menengah (Galloping
Inflation) besarannya antara 10-30% per tahun, biasanya ditandai dengan
7
diperoleh dari situs Bank Sentral Amerika Serikat The FED (www.federalreserve.gov)
naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Ketiga, Inflasi berat (High
Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% per tahun. Terakhir
Inflasi sangat tinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi leih dari 100% bahkan
sampai 4 digit diatasnya, dalam keadaan ini masyarakat tidak ingin lagi
menyimpan uang karena nilainya merosot tajam.
Pertumbuhan Ekonomi atau PDB
Menurut Mankiw (2008: 10-12), Pendapatan nasional adalah
pendapatan total yang diperoleh warga suatu negara dari produksi barang dan
jasa. Ukuran pendapatan nasional dibedakan menjadi tiga diantaranta Produk
Domestik Bruto (PDB), Produk National Bruto (PNB), dan Produk National
Neto. Dari ketiga ukuran pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena PDB
mengukur seluruh nilai barang dan Jasa yang diproduksi suatu negara pada
periode tertentu. Untuk mengukur PDB (Y) dibagi empat komponen yaitu
konsumsi (C), Investasi (I), Belanja Pemerintah (G), dan Ekspor neto (NX), Y
= C + I + G + NX.
Harga Emas Dunia
Sudah sejak lama emas telah menjadi patokan bagi perdagangan antar
komunitas, antar wilayah, dan kemudian antar negara, karena sangat
istimewanya emas, sampai-sampai seorang Ibnu Khaldun sangat kagum
dengan logam mulia ini, dimana dalam kitab Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun
mengatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan emas dan perak sebagai alat
pengukur nilai (maesure of value).
Archimedes pada abad 300 SM telah membuktikan jika emas bisa
dideteksi tanpa merusak dan Cuma menggunakan alat bantu air tawar biasa.
Selain itu emas juga tidak dapat diubah dengan bahan kimia lainnya
(indestructible), tidak bisa terpengaruh oleh air, udara, dan kelembaban. Emas
tidak bisa berkarat. Iron and Steel Institute, sebuah lembaga ilmiah yang
melakukan pengkajian terhadap banyak logam termasuk emas yang
bermasrkas di Washington DC, menyatakan bahwa produksi baja di Amerika
serikat sejak tahun 1995 mencapai 10.500 ton pertahunnya. Sementara
penambangan emas sedunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan
dua persen. Dalam satu tahun, indutri tambang emas seluruh dunia hanya
sanggup menghasilkan sekitar 2000 ton emas. Dibandingkan dengan total
produksi baja, kelangkaan emas ini merupakan salah satu keistimewaannya.
Disebabkan kelangkaan dan keistimewaannya, emas dan perak telah terbukti
sepanjang sejarah manusia sebagai alat tukar yang nilainya sangat stabil
(Muzakir dalam Arief, 2017:56).
Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia merupakan salah satu variabel penting yang dapat
mempengaruhi berbagai sektor riil dan fiskal. Harga minyak dunia merupakan
patokan nilai minyak mentah yang dibebankan oleh konsumen atas manfaat
dari minyak mentah tersebut. Harga minyak mentah dunia pada umumnya
mengacu dari harga spot pasar minyak dunia per barel (159 liter) dan pada
umumnya yang digunakan menjadi standar adalah jenis West Texas
Intermediate (WTI) yang diperdagangkan pada New York Mercantile
Exchange (NYMEX) atau jenis minyak Brent yang diperdagangkan pada
Intercontinental Exchange (ICE). Minyak mentah jenis West Texas
Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas tinggi karena
ringan (light) dan memiliki kandungan belerang yang sangat rendah (sweet)
sehingga harganya lebih mahal dibandingkan jenis minyak lainnya. Hal
tersebut menjadikan minyak jenis WTI sebagai patokan dalam perdagangan
minyak di dunia.
F. Kerangka Berfikir
Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka kondisi pasar modal
yang dalam hal ini diwakili oleh return saham syariah akan selalu dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian secara makro yang dalam penelitian ini diwakili
oleh BI Rate, FED Rate, nilai tukar USD/IDR, nilai tukar CNY/IDR, inflasi,
pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak dunia (WTI).
Untuk menguji variabel makroekonomi selama terjadi perang dagang
Amerika dan China seperti (BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI)) terhadap return saham syariah dilakukan pengujian dalam model
regresi linear berganda melalui uji T dan uji F.
Gambar 1.2
Bagan Kerangka Berfikir
Fauzan, Edri. & Khairunnisa. (2019). Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks
Saham Syariah Periode 2014 − 2018. JAWARA: Jurnal Wawasan dan
Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019. 17 – 27.
Rahmawati, Fitri. & Nirmala Baini. (2019). Dampak Variabel Makro Ekonomi
Domestik dan Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 4 No.1 2019. 190
– 211.
Reka, Danika. Noer Azam & Hendro Sasongko. 2014. Analisa Fundamental,
Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 16, No. 2, 175 – 184.
Suciningtias, Siti Aisiyah. & Rizki Khoiroh. (2015). Analisis Dampak Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Conference in Business, Accounting, and Management Vol. 2 No. 1.
May 2015. 398 – 412.