Anda di halaman 1dari 83

PENGARUH LIKUIDITAS, KECUKUPAN MODAL,

DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP


PROFITABILITAS PADA BPRS DI INDONESIA
TAHUN 2017-2022

SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu Syarat
PenyelesaianTugas Akhir
DalamBidangAkuntansi Syariah (AKSYA)

Oleh:
Nila Aprilia
1820610008

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Lembaga keuangan yang mempunyai peran penting dan memberikan
dampak perekonomian baik ditingkat mikro ataupun mikro yaitu Bank. Bank
berfungsi menjadi penengah keuangan bagi seseorang yang membutuhkan
dana dengan seseorang yang kelebihan dana. Sebagai lembaga keuangan
dalam menjalankan usaha jasa dan memasarkan kepercayaan, suatu bank
berusaha sebesar mungkin mencari nasabah baru, memperbanyak dana-
dannya serta pula memperbanyak pemberian kredit serta jasa-jasanya.1
Lembaga keuangan sebagai penengah bagi seserang yag kelebihan
dana dengan seseorang yang kekuangan dana, dibutuhkan bank dalam kinerja
keuangan yang sehat. Oleh karena itu, perantara bisa lancar. Industri
perbankan adalah hakikat dari sistem keuangan nasional yang merupakan
salah satu sumber pembiayaan untuk rakyat yang memerlukan dana baik
untuk tujuan bisnis ataupun untuk mencukupi kebutuhan konsumtif.
Makadariitu bank membutuhkanpengelolaan dana yang baik agar bisa
melakukan penyaluran pembiayaan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.2
Bank syariah mengelola dana dengan konsep yang tidak sama dengan
bank konvensional. Bank syariah mengelola dana tanpa adanya unsure riba,
namun pada dasarnya sebuah organisasi bisnis, bank syariah juga mempunyai
tanggungjawab memaksimalkan nilai investasi dari pemegang.3 Hadirnya
lembaga keuangan yang berprinsip Syariah Islam di Indonesia bisa disebut
cukup baru yakni tahun 1990’an, walaupun warga yang bertempat tinggal di
Indonesia mayoritas muslim. Bank syariah menjadi mediator lembaga
1
Uus Ahmad Husaeni, “AnalisisPengaruh Dana PihakKetiga Dan NonPerforming
Financing Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia,” Jurnal Ekonomi Syariah, 5, no. 1
(2017): 2
2
Adhyasa Putra, Muhamad Syaichu, “AnalisisPengaruh Bank Size, BOPO, FDR, CAR, Dan
ROA Terhadap Non-Performing Financing” Diponegoro Journal Of Management 10, no. 2
(2021): 2
3
BernadHananto, SutrisnaAmijaya, “PengaruhUkuran Perusahaan, Ratio Kecukupan
Modal, Dana SyirkahTemporer, dan BOPO TerhadapProfitabilitas Bank Syariah Di Indonesia,”
Jurnal Ekonomi Syariah Pelita Bangsa06, no. 02 (2021): 138
keuangan dengan harapan bisa memberikan solusi palin tepat daripada bank
konvensional.4
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu
menurut jenisnya perbankan syariah terbagi menjadi Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).5 Secara luas BUS, UUS, dan BPRS digunakan sebagai bank
alternatif untuk rakyat yang menjalankan usaha mikro kecil menengah dengan
pedoman pada nilai-nilai Islam. Hadirnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia meningkatkan jumlah nama lembaga keuangan syariah, sebab
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada sistem perbankan di Indonesia
termasuk lembaga keuangan tidak berbasis riba ketika mencukupi apa yang
diperlukan rakyat dengan transaksi pembiayaan. 6 Hal tersebut juga
ditekankan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 275:

‫الر ٰبوا اَل َي ُق ْو ُم ْو َن اِاَّل َك َما َي ُق ْو ُم الَّ ِذ ْي َيتَ َخبَّطُ ُهالشَّْي ٰطنُ ِم َن‬ ِّ ‫اَلَّ ِذيْ َن يَْأ ُكلُ ْو َن‬
@ۗ ‫الْ َم‬
ِّ‫س‬
‫ۥ َم ۡو ِعظَ ۬ةٌ ِّمن‬ ُ‫نجٓاءَه‬ ْ ۚ ‫ٱلرب ٰو‬ ۡ ‫ٱلرب ٰو ْۗ‌اوَأحلَّٱللَّهٱ‬ ۡ ِ ۡ ‫ِإ‬ ِ
َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ِّ ُ‫َذٲل َكبَِأنَّ ُهمۡ َقالُ ٓواْ مَّنَاٱلبَ ۡيعُمثل‬
‫م‬ َ‫ف‬ ‌
‫ا‬ ِّ ‫م‬ ‫ر‬
َّ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ۡ ‫ب‬ ‫ل‬
‫ب ٱلنَّا ِۖ‌ر‬
ُ ٰ‫ص َحـ‬ ۡ ‫ك َأ‬َ ‫ۥِۤإلَىٱللَّ ِۖ‌ه َو َم ۡن َع َاد فَ ُْأولَ ٰـ ٓ ِٕٮ‬ ُ‫اسلَ َف َوَأ مُۡره‬ َ َ‫َّربِِّهۦف‬
َ ‫ۥ َم‬ ُ‫ٱنت َهٰى َفلَه‬
)٢٧٥( ‫مُه مۡ ِفْي َها َخـٰلِ ُدو َن‬
Artinya:“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tida dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah sampai kepadanya larangan dari

4
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 37
5
Undang-Undang, “21 Tahun 2008, Perbankan Syariah,” (16 Juli 2008).
6
Uus Ahmad Husaeni, “AnalisisPengaruh Dana PihakKetiga Dan Non Performing
Financing Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia,”, Jurnal Ekonomi Syariah, 5, no.
1 (2017): 2
tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan) dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (Q.S Al-Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat tersebut menerangkan tentang pengharaman riba
dalam bertransaksi atau berbisnis. Suatu lembaga keuangan yang
beroperasional berbasis Islami, juga dapat menyelenggarakan system
fungsional di dalamnya. Selain itu lembaga keuangan juga memiliki fungsi
penghubung penyaluran dana masyarakat yang dapat menghasilkan
keuntungan dan tidak melanggar nilai-nilai Islam.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan suatu lembaga
keuangan syariah yang telah lama berdiri di Indonesia sejak tahun 1991.
Lembaga keuangan syariah yang berlandaskan pada pembiayaan rakyat
merambah pada segi mikro rakyat kecil. Total Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia berdasarkan data statistic perbankan syariah sampai saat
ini yaitu berjumlah 164.7 Dalam melaksanakan kegiatan operasional sebagai
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) juga mengharapkan kinerjanya
memcapai target maksimum. Kinerja lembaga keuangan dapat dihitung sesuai
rasio keuangan pada satu periode tertentu. Sebuah laporan keuangan pada
bank bias menerangkan bagaimana keadaan keuangan bank menyeluruh serta
menunjukan gambaran dalam satu periode terkait kinerja bank. Keberadaan
laporan keuangan bias membantu meberikan saran bagi pihak perusahaan
agar merevisi kesalahan. Jumlah komponen laporan keuangan yang
dimilikinya memungkinkan munculnya banyak rasio yang bias dihitung oleh
suatu entitas. Pasti dalam menggunakan rasio keuangan perlu dilakukan
penyesuaian jenis industri dan analisis kebutuhan sebagai pengguna laporan
keuangan.8

7
Ahmad Azmy, ”AnalisisPengaruhRasio Kinerja KeuanganTerhadapProfitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia,” JurnalAkuntansi XXII, no. 01 (2018): 120.
8
IkatanAkuntan Indonesia, Modul Level Dasar (CAFB) ManajemenKeuangan(Jakarta: IAI,
2019), 187.
Bertambah baiknya suatu pengelolaan bank tentu mendapatkan laba
yang bias meningkatkan profitabilitas. Untuk mengetahui kinerja bank salah
satunya yaitu profitabilitas. Indikator yang sesuai dalam mengukur kinerja
bank adalah profitabilitas. Apabila kinerja bank diketahui baik maka akan
meningkatkan rasa percaya warga pada bank tersebut, begitu juga sebaliknya.
Profitabilitas akan diproksikan memakai Return On Asset (ROA) sebagai
kinerja bank. Return On Asset (ROA) mendasarkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan dalam beroperasi. Alasan dipilihnya Return
On Asset (ROA) dijadikan pengukuran kinerja yaitu dikarenkan Return On
Asset (ROA) dapat mengukur efektifitas perusahaan untuk mendapatkan laba
dengan menggunakan aktiva dimilikinya. Return On Assets dikatakan
mempunyai kinerja yang baik jika memiliki nilai yang tinggi.9
Beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu likuiditas,
kecukupan modal, dan pembiayaan bermasalah. Likuiditas merupakan suatu
pengukuran yang menyatakan kekuatan bank dalam mencukupi seluruh utang
jangka pendek dan mampu bayar ulang seluruh deposannya waktu jatuh
tempo. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila bias mencukupi
kewajibannya. Pengelolaan likuiditas artinya problem yang relatif kompleks
pada aktivitas operasi bank. Likuiditas sulit dikelola karena sebagian besar
pengelolaan dana pada bank merupakan dana warga yang berjangka pendek
dan bias ditarik sewaktu-waktu. Bank dituntu tuntuk memperhatikan
kebutuhan likuiditas semaksimal mungkin dalam jangka tertentu. Apabila
perusahaan bisamembentuklikuiditas bank denganbaik,
makaprofittabilitasperusahaanakansemakintinggisehinggamemperolehhasil
yang positifuntuk bank.
Salah satu ukuran yang dipergunakan untuk menganalisis rasio
likuiditas ialah Financing to Deposit Ratio (FDR), yaitu ini rasio
mengarahkan kekuatan kemampuan bank pada penyediaan dana kepada
debitur dengan kepemilikin modal pada bank serta dana yang dihimpun dari

9
MiswarRohansyah, Rachmawati, dkk, “ Pengaruh NPF Dan FDR Terhadap ROA Bank
Syariah Di Indonesia,” Robush- Research Business and Economic Studies 1, no. 1 (2021): 125.
warga. Praktisi perbankan sebgian berpendapat setuju jika batas dari FDR
bank yaitu berkisar 80%. Tetapi, toleransi dibatasi diantara dari 85% dan
100%. Sementaraitu, menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP
tanggal29 Mei 1993, besaran FDR dideklarasikan oleh Bank Indonesia tidak
diperbolehkan lebih dari 110%.
Kecukupan modal yaitu faktor lain yang memilki pengaruh pada
profitabilitas dan faktor yang memegang peranan penting dalam kinerja suatu
perusahaan. Kecukupan modal menggambarkan tingkat kesehatan bank yang
memiliki tujuan agar kepercayaan warga terjaga terhadap perbankan, menjaga
dana warga pada bank yang berkaitan dan mencukupi standar. Dengan
operasional yang baik di suatu bank maka modal akan meningkat,
mengamati indikator kesehatan permodalan dapat memakai pengukuran
Capital Adequancy Ratio (CAR). CAR merupakan rasio kecukupan modal
yang berguna untuk menanggung resiko kerugian yang dihadapi bank suatu
saat yang mungkin terjadi.
Faktor lain dalam profitabilitas yaitu pembiayaan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah merupakan alokasi dana pada bank syariah, seperti
ketika nasabah yang meminjam uang dari bank tetapi gagal melaksanakan
kewajibannya ketika jatuh tempo. Indikator yang dipergunakan bank syariah
dalam mengetahui pembiayaan bermasalah yaitu dengan Non Performing
Financing (NPF). NPF digunakan sebagai indicator dalam menilai
kelancaraan pembiayaan. Untuk itu pembiayaan bermasalah yakni faktor
yang mempengaruhi profitabilitas yang digunakan sebagai faktor
pertimbangan tingkat keuntungan yang diperoleh bank.10
Berikut ini merupakan data tabel FDR, CAR, NPF dan ROA
Lembaga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia sejak tahun 2017
sampai dengan tahun 2022.
Tabel 1. 1

10
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and to3, no. 1 (2021):
39-40.
Data Tahunan BPRS Di Indonesia Tahun 2017-2022
Rasio
Keuanga 2017 2018 2019 2020 2021 2022
n
111,12 116,67 113,59 108,78 103,38 109,90
FDR
% % % % % %
CAR 20,81% 19,33% 17,99% 28,60% 23,79% 23,52%

NPF 9,68% 9,30% 7,05% 7,24% 6,95% 7,27%

ROA 2,55% 1,87% 2,61% 2,01% 1,73% 1,73%


Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2017-2022
Menurut data statistik perbankan syariah di Indonesia, Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah di Indonesia pada tahun 2017 sampai periode
Juni 2022 memiliki tingkat rasio FDR yang melebihi batas aman yaitu di atas
100%. Hal tersebut menandakan bahwa BPRS di Indonesia kinerja dalam
pengelolaan modal kurang sehat dan dan belum memaksimalkan dalam
melakukan pembiayaan. Selain itu nilai rata-rata FDR juga terjadi fluktuasi.
Pada tahun 2018 FDR terjadi kenaikan senilai 116,67% namun ROA terjadi
penurunan sebesar 1,87%. Kemudian pada tahun 2019 FDR terjadi penurunan
sebesar 113,59% sedangkan ROA naik sebesar 2,61%. Dan pada tahun 2020
mengalami penurunan senilai 103,38% dan ROA mengalami penurunan. Pada
periode hingga Juni 2022 FDR mengalami kenaikan sebesar 109,90%, namun
nilai ROA masih tetap sama dari tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukan
ketidaksesuaian pada teori yang menyebutkan jika FDR terjadi peningkatan,
maka ROA juga terjadi pengingkatan atau sebaliknya.
Kemudian dari data statistik perbankan syariah nilai rasio CAR pada
BPRS di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2017 sampai dengan
2022. Dimulai tahun 2017 mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar
19,33%% dan 2019 sebesar 17,99% , kemudian mengalami kenaikan di tahun
2020 dengan nilai yang cukup signifikan sebesar 28,60%. Nilai ROA juga
mengalami hal yang sama yaitu memiliki nilai yang cukup fluktuatif dari
tahun 2017 sampai tahun 2022. Akan tetapi ketika CAR mengalami
penurunan, nilai rata-rata ROA terjadi kenaikan yaitu pada tahun 2019. Dan
ketika CAR terjadi peningkatan nilai rata-rata ROA mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2020. Selanjutnya pada tahun 2021 CAR terjadi penurunan
sebesar 23,79% sedangkan ROA juga mengalami penurunan sebesar 1,73%,
sampai periode Juni 2022 CAR turun sebesar 23,52% dan ROA juga
menurun. Hal tersebut menunjukan ketidaksesuaian antara CAR dan ROA,
dan ketidaksesuaian dengan teori yang menyebutkan jika CAR terjadi
peningkatanmaka ROA juga terjadipeningkatan.
Pada tahun 2017-2022 periode Juni BPRS di Indonesia memiliki rasio
NPF yang melebihi ketentuan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
28 tahun 2019 yaitu melebihi 5% dengan presentase naik turun pertahunnya.
Dapat dikatakan pada BPRS di Indonesia memiliki rasio tinggi menunjukan
kualitas kegiatan pembiayaan di BPRS kurang baik dalam mengelola
pembiayaannya dan menandakan bahwa BPRS di Indonesia menghadapi
resiko tinggi kredit bermasalah dan juga mempengaruhi pencapaian laba
bank. Berdasarkan data statistik perbankan syariah, rata-rata NPF mengalami
fluktuasi dari tahun 2017 sampai tahun 2022 periode Juni. Pada tahun 2018
NPF terjadi penurunan sebesar 9,30% dari 9,68% tetapi ROA juga terjadi
penurunan dari 2,55% menjadi 1,87%. Sedangkan pada tahun 2019 NPF
turun sebesar 7,05% tetapi ROA naik sebesar 2,61%. begitu juga pada tahun
2020 sampai dengan 2021 mengalami hal yang sama di tahun 2018. Hal itu
tidaklah sebanding dengan teori yang meyebutkan jika NPF terjadi
peningkatan maka ROA akan menurun.
Return On Assets yaitu rasio yang dijadikan untuk pengukuran kinerja
perusahaan saat mengelola aset dan memperoleh keuntungan. Dimana
bertambah tingginya nilai ROA, bias dimaknai bahwa perusahaan sudah
efisien dalam memperoleh keuntungan dari hasil mengelola aset yang
dipunya. Berdasarkan table statistic perbankan syariah, data ROA BPRS di
Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan selama 2017 sampai 2022
periode Juni. Hal tersebut berarti pada BPRS pastinya memiliki masalah
dalam kinerjanya. Untuk itu maka diperlukan penelitian untuk mengetahui
apa saja faktor yang mempengaruhi ROA atau profitabilitas yang menjadikan
nilai rasio keuangan mengalami fluktuasi.
Penelitian oleh Ahmad Azmy (2018) yang menganalisis tentang
pengaruh rasio kinerja keuangan terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia menjelaskan rasio CAR tidaklah mempunyai
pengaruh dan arah hubungannya negatif pada ROA dan ROE, sedangkan
rasio NPF dan FDR berpengaruh dan arah hubungan negatif pada ROA dan
ROE. Dan rasio BOPO berpengaruh dan arah hubungan bergerak negatif
pada ROA dan positif pada ROE. SedangkanhasilpenelirianRetnoWulandari
(2017) menganalisis pengaruh CAR, FDR, NPF dan Pertumbuhan DPK
terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
memperlihatkan bahwa secara simultan rasio CAR, FDR, NPF, dan
Pertmbuhan DPK memiliki pengaruh pada ROA. Secara parsial, CAR tidak
memilki pengaruh pada ROA, tetapi FDR, NPF, DPK secara parsial memilki
pengaruh terhadap pada ROA.
Pada penelitian Nida Laili Fitriyah dan Muhammad Yusron Sholikhin
(2019) yang menentukan penyebab yang mempengaruhi profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia menemukan hasil bahwa rasio
kecukupan modal CAR, FDR, dan NPF tidak signifikan dalam
mempengaruhi ROA. Selain itu juga mengungkapkan BOPO atau efisiensi
dari manajemen BPRS memilik ipengaruh signifikan negatif untuk
memperoleh profitabilitas. Dan hasil untuk inflasi menunjukan hubungan
tidak signifikan negatif pada profitabilitas. Sedangkan pada penelitian Uus
Ahmad Husaeni (2017) menganalisis pengaruh DPK dan NPF terhadap
profitabilitas BPRS di Indonesia menunjukan bahwa secara simultan DPK
dan NPF memiki pengaruh pada ROA.
Menurut Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana (2018) yang
menguji pengaruh CAR, NPF, dan FDR pada profitabilits menunjukan hasil
CAR dan NPF memiliki pengaruh negatif signifikan pada profitabilitas dan
rasio FDR memiliki pengaruh positif signifikan pada ROA. Sedangkan
Hafizh Muarif, dkk (2021) dalam penelitiannya menunjukan FDR dan NPF
memiliki pengaruh negatif pada ROA dan rasio CAR memiliki pengaruh
positif pada ROA.
Muhammad Syakhrun, dkk (2019) menganalisis pengaruh CAR,
BOPO, NPF, dan FDR pada ROA yaitu hasil pengujian menunjukan bahwa
CAR, BOPO, dan NPF memilki pengaruh negatif pada ROA. Sedangkan
FDR memilki pengaruh positif pada ROA. Pada penelitian sejenis dilakukan
Mumun Maemunah dan Yanti (2020) menguji faktor yang berpengaruh pada
profitabilitas yakni berupa NPF, BOPO, dan FDR. Hasilnya menujukan NPF
dan BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA sedangkan FDR
memiliki pengaruh positif signifikan pada ROA.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek,,
variabel dan waktu penelitian. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia yang terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada periode Januari 2017 – Juni 2022. Variabel yang
dipilih penelitian ini yakni rasio keuangan yang diproksikan dalam tiga
variabel diantaranya likuiditas yang diukur menggunakan Financing to
Deposit Ratio (FDR), kecukupan modal yang diukur menggunakan Capital
Adequancy Ratio (CAR), dan pembiayaan bermasalah dengan pengukuran
Non Performing Financing (NPF). Sedangkan variabel profitabilitasnya
diukur dengan Return On Assets (ROA).
Terjadinya kenaikan maupun penurunan ROA berdasarkan data
statistic perbankan syariah mungkin disebabkan oleh kenaikan maupun
penurunan rasio keuangan. Bukti empiris penelitian yang telah dilakukan
terkait pengujian rasio keuangan terhadap profitabilitas menunjukan hasil
yang tidak sama. Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan penelitian
terdahulu yang dinilai masih konklusif maka peneliti berkeinginan untuk
meneliti lanjut dan mengkaji lebih pada permasalahan tersebut yang dijadikan
penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Kecukupan Modal dan
Pembiayaan Bermasalah Terhadap Profitabilitas BPRS Di Indonesia
Tahun 2017-2022”.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan permasalahan
yang dikaji dengan tujuan supaya permasalahan spesifik dan mengindari
tumpang tindih pada permaslalahan lain di luar wilayah. Batas masalah
penelitian ini yaitu:
1. Objek penelitian ini yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berada di
Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
2. Data yang dipergunakan adalah Laporan Keuangan Bulanan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah periode Januari 2017- Juni 2022 yang
terletak dalam Laporan Statistik Perbankan Syariah yang diedarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
3. Variabel yang dipilih yakni Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital
Adequancy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) serta
Return On Asset (ROA)

C. RumusanMasalah
1. Apakah likuiditas memiliki pengaruh pada profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia tahun 2017-2022?
2. Apakah kecukupan modal memiliki pengaruh pada profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia tahun 2017-2022?
3. Apakah pembiayaan bermasalah memilki pengaruh pada profitabilitas
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia tahun 2017-2022?
4. Apakah likuiditas, kecukupan modal, dan pembiayaan bermasalah
memiliki pengaruh terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia tahun 2017-2022?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh bukti empiris dan mengkaji pengaruh likuiditas pada
profitabilitas BPRS di Indonesia tahun 2017-2022
2. Untuk memperoleh bukti empiris dan mengkaji pengaruh kecukupan
modal pada profitabilitas BPRS di Indonesia tahun 2017-2022
3. Untuk memperoleh bukti empiris dan mengkaji pembiayaan bermasalah
pada profitabilitas BPRS di Indonesia tahun 2017-2022
4. Untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh likuiditas,
kecukupan modal, dan pembiayaan bermasalah pada profitabilitas BPRS
di Indonesia tahun 2017-2022

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diinginkan mampu membagikan manfaat di
berbagai pihak. Manfaat penelitian ini yakni:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi pemikiran dan menambah pengetahuan mengenai
pengaruh likuiditas, kecukupan modal, dan pembiayaan bermasalah
terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademis
Dapat memperluas pengetahuan dan bermanfaat bagi penelitian
berikutnya yang akan merencanakan penelitian serupa. Berharap hasil
dari penelitian ini bermanfaat untuk mahasiswa dalam memperluas
pengetahuannya.
b. Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Diharapakan bisa menolong pihak manajemen dalam menganalisis
faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah supaya bisa membuat perbaikan dalam kinerja keuangan agar
tujuan perusahaan tercapai.
c. Bagi Masyarakat
Mengasihkan referensi serta mempeluas pengetahuan terkait dana
Bank Pembiayaan Rakyat, sebagai pertimbangan dalam pengajuan
pembiayaan di BPRS.
d. Bagi Peneliti
Untuk pemenuhan syarat perolehan gelar sarjana akuntansi syariah dan
sebagai pengetahuan tentang masalah yang ditelilti.

F. SistematikaPenulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian sesuai buku Pedoman
Penyelesaian Tugas Akhir Program Sarjana (Skripsi) Institut Agama Islam
Negeri Kudus. Pada sistematika penulisan penelitian ini menjelaskan tentang
gambaran secara keseluruhan isi dalam penelitian sehingga memudahkan bagi
pembaca. Berikut adalah sistematika penulisan penelitian:
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi halaman judul, lembar pengesahan majelis
penguji ujian munaqosah, halaman pernyataan, abstrak, motto,
persembahan, pedoman transliterasi arab-latin, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, dan daftar gambar.
2. Bagian Isi
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memuat latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitan, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab yang memuat pemaparan teori-teori yang digunakan
sebagai dasar untuk mendukung dalam penelitian yang
dilaksanakan yaitu meliputi deskripsi teori, penelitian
terdahu, kerangka berfikir, dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab yang memuat terkait jenis dan pendekatan penelitian,
setting penelitian, populasi dan sampel, identifikasi
variabel, definisi operasional variabel, uji validitas dan
reliabilitas instrument, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab yang memuat gambaran obyek penelitian, satistik
deskriptif, analisis data dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab yang berisikan tentang kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data dan saran-saran.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka serta lampiran-lampiran
sbagai pendukung penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Teori Agensi
Dalam teori ini menjelaskan keterkaitan keagenan guna kontrak
yang menyebutkan satu atau lebih prinsipal pemilik mempekerjakan orang
lain atau agen guna menjalankan pelayanan tertentu atas nama mereka
dengan mendelegasikan kekuasaan pengambilan keputusan tertentu ke
agen. Kepemilikan dan pengendalian dipisah dapat mempengaruhi agen
berperilaku bertentangan dengan harapan pemilik. Manajemen jika
bertugas mempunyai tujuan individu yang berkompetisi sesuai haapan
pemilik dalam mengutamakan kepentingan investor. Kepemilikan dan
pengendalian dipisah suatu perusahaan dinamakan konflik keagenan.11
Konflik keagenan timbul adanya perbedaan tujuan dan asimentri
informasi antara manajemen bank syariah selaku agen dan nasabah selaku
prinsipal. Prinsipal juga menginginkan untuk mengetahui semua informasi
terkait kegiatan manajemen dalam berinvestasi atau dana yang ada dalam
perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminta laporan
pertanggungjawaban dari agen (manajemen). Teori keagenan ini dijadikan
sebagai landasan penelitian dengan esensi adanya pemisahan antara fungsi
investor dan pihak manajemen bank. Untuk itu, investor atau nasabah
ingin mengetahui persoalan terkait kinerja keuangan yang baik untuk
menilai prospek perusahaan di masa depan dari perkembangan
profitabilitas tersebut.12

Pada dasarnya prinsipal dan agen selalu ingin memaksimalkan


keuntungan perusahaan, hal tersebut sesuai dengan tujuan kinerja
keuangan. Kinerja keuangan dapat dinyatakan baik jika memperoleh
11
Bambang Jatmiko, Akuntansi Manajemen (Suatu Teori & Implementasi Riset Aksi,
(Yogyakarta: CV. Supra Dian Mandiri, 2015), 45.
12
Muhammad Syakhrun, dkk, “Pengarh CAR, BOPO, NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia,” Bongaya Journal of Research in
Management 2, no. 1 (2019): 4.
keuntungan banyak. Dalam meningkatkan keuntungan, dana yang berasal
dari masyarakat akan dikelola agen melalui peminjaman/kredit, investasi,
dan lainnya. Jika agen berhasil memaksimalkan keuntungan, maka kinerja
akan dinilai baik. Dana masyarakat yang dikelola dengan baik dan benar,
dapat memungkinkan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek
yang harus dilunasi pada saat jatuh tempo. Demikian juga dengan prinsipal
yang ingin meningkatkan keuntungan supaya memperoleh pengembalian
dari dividen yang banyak.
2. Teori Sinyal
Sinyal dapat diartikan sebagai peilaku dipilih perusahaan guna
mengasihkan instruksi ke investor mengenai cara manajemen melihat
perubahan perusahaan. Semua info didapat oleh pihak manajemen
merupakan salah satu hal yang dapat djadikan tanda atau sinyal bahwa
perusahaan mampu memberikan keinginan para pemiliknya. Teori sinyal
menyatakan bahwa sinyal positif dapat dilihat dari banyaknya
pengeluaran investasi perusahaan yang berarti bahwa perusahaan
mengalami perkembangan dan kemajuan di waktu akan datang, maka bisa
digunakan untuk indikator nilai perusahaan yang diwujudkan dengan cara
meningkatkan harga saham. Peningkatan hutang perusahaan dapat
menjadi sinyal positif karena orang lain dapat melihat bagaimana cara
perusahaan membayar kewajibaannya di masa depan guna mengurangi
risiko bisnis yang rendah.13
Teori sinyal menerangkan alasan perusahaan mempunyai
keinginan guna menyampaikan info terkait informasi laporan keuangan ke
pihak luar. Keinginan perusahaan untuk menyampaikan informasi
dikarenakan adanya perbedaan informasi antara perusahaan dan pihak
luar karena perusahaan dan pihak luar lebih banyak mengetahui terkait
perusahaan dan prospek masa depan daripada pihak keluar (investor dan
kreditor). Minimnya informasi pada pihak luar terkait perusahaan

13
Eugene F Brigham & Joel F Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan buku 1,
(Jakarta: Salemba Empat, 2011), 214.
menyebabkan mereka melindungi dirinya dengan menawarkan harga
rendah kepada perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengurangi asimetri. Untuk meminimalisir terjadinya informasi asimetri
dapat dilakukan dengan cara memberikan sinyal pada pihak luar.14
3. Profitabilitas
Tujuan akhir suatu perusahaan yang ingin diraih yaitu
mendapatkan laba tinggi. Apabila mendapatkan laba tinggi sesuai target,
perusahaan bisa melakukan berbagai kesejahteraan pemilik, karyawan, dan
juga menguamakan kualitas produk serta menjalankan investasi baru.
Berhubungan dengan hal tersebut, manajemen perusahaan dalam
melakukan operasionalnya dituntut untuk mendapatkan target yang telah
ditentukan. Maksudnya banyaknya laba yang ingin didapat menjadi
sebagai kewajiban yang dilakukan supaya sesuai keinginan dan tidak asal
mendapat laba.15
Rasio profitabilitas yakni rasio yang dijadikan sebagai ukuran
kekuatan perusahaan demi memperoleh laba yang berasalah dari kegiatan
bisnis normalnya. Perusahaan merupakan sebuah perkumpulan yang
kegiatannya ditunjukan untuk mendapatkan laba melalui penjualan barang
atau jasa kepada konsumen. Sebagian besar perusahaan, tujuan
operasionalnya yaitu untuk meningkatkan laba, baik laba jangka pendek
atau laba jangka panjang. Tuntutan manajemen untuk memaksimalkan
return untuk pemilik perusahaan, dan mengutamakan kemakmuran
pekerja. Hal tersebut bisa terjadi jika perusahaan mendapatkan keuntungan
dalam kegiatan bisnisnya.
Rasio profitabilitas dinamakan juga rasio rentabilitas. Selain
memilikitujuan guna memahami kekuatan perusahaan ketika memperoleh
keuntungan pada periode tertentu. Rasio profitabilitas bertujuan sebagai
pengukuran efektifitas manajemen mengoperasionalakan perusahaan.
Dalam mengukur rasio profitabilitas bisa dijalankan cara melakukan

14
Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal, (Yogyakarta: Ekonosia, 2005), 11.
15
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Edisis 1 (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 196.
perbandingan dengan komponen yang terdapat pada neraca dan bisa
dilaksanakan pada beberapa periode. Hal tersebut bertujuan untuk
mengawasi dan memberikan evaluasi perkembangan profitabilitas
perusahaan setiap periode. Dilakukannya analisis rasio keuangan secara
berselang kemungkinn manajemen dapat efektif dalam penetapan langkah
memperbaiki dan efisiensi.16
Penggunaan rasio profitabilitas, biasanya menyesuaikan pada
harapan dan keinginan perusahaan. Sebuah perusahaan bisa memanfaatkan
seluruh atau sebagian profitabilitas yang ada. Penggunaan sebagian rasio
ini artinya perusahaan menggunakab rasio yang perlu dimengerti.
Profitabilitas berperan penting terhadap bank guna untuk ukuran seberapa
efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan keuntungan
Variabel independen yang dipergunaan yakni Return On Asset
(ROA) sebagaiIndicator financial ratio. Penelitian kini digunakan ROA
sebagai variabel depeden alasannya Bank Indonesia dalam membina da
mengawasi perbankan mendasar pada nilai profitabilitas bank dalam
pengukuran dalam aset.17 Return On Asset adalah rasio yang menentukan
besarnya keikutsertaan aset pada menghasilkan laba bersih. Semakin
banyak hasil pengembalian pada aset maka banyak juga total laba bersih
yang diperoleh dari tiap dana yang tertanam pada total aset. Sebaliknya,
makin kecil hasil pengembalian pada aset maka semakin kecil juga total
laba bersih dari tiap dana yang tertanam pada jumlah aset.18
Penggunaan rumus dalam menghitung hasil pengembalian aset:

Laba Bersih
ROA = x 100%
Total A set

Persamaan rumus tersebut berarti apabila kita ingin meningkatkan


nilai ROA maka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan laba bersih
16
Hery, Analisis Kinerja Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), 192.
17
Medina Almunawaroh dan Rina Marliana, “Pengaruh CAR, NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia,” Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018):
6
18
Hery, Analisis Kinerja Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), 193.
setelah pajak atau bisa juga dengan meningkatkan jumlah aset.
Meningkatkan laba bersih setelah pajak berarti memperoleh laba dari
setiap penjualan yang dilakukan semakin banyak. Meningkatkan total aset
berarti menghasilkan penjualan yang lebih banyak dari aset yang dimiliki.
Jika perusahaan dapat melakukan hal tersebut berarti nilai ROA akan
bertambah tinggi.19 Dua faktor yang mempengaruhi besarnya, yaitu:
a. Rasio perputaran aset operasi (rasio perputaran aset untuk
operasi).
b. Margin keuntungan adalah volume operasi yang ditekankan
sebagai presentase serta total penjualan bersih. Margin
keuntungan menghitung laba yang digapai oleh bank yang
dikaitkan pada penjualan.
Peningkatan pendapatan mungkin mengindikasi Bank memiliki
aset yang cukup besar untuk dimanfaatkan atau didistribusikan kembali
dalam bentuk dana masyarakat sehingga rasio FDR akan meningkat. Hal
itu bisa memberi ancaman pada likuiditas bank dimana kebanyakan dana
yang akan diberikan dalam bentuk pembiayaan sehingga bank akan kurang
liquid.20 Return on Asset (ROA) atau profitabilitas adalah rasio yang
dijadikan ukuran efektifitas manajemen dalam pengelolaan laba yang
didapatkan bank. ROA guna mengetahui kekuatan bank bank mengelola
aset dalam menghasilkan keuntungan secara maksimal. Besar pembiayaan
bank syariah dapat mempengaruhi tingkat ROA setiap periode. Bank
Indonesia telah menetapkan besaran ROA yaitu diatas 1,5%.21
Berdasarkan lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 28/ SEOJK.03/ 2019 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah peringkat ROA yakni:
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Peringkat ROA
19
Suad Husnan, Manajemen Keuangan, (Tangerang: Universitas Terbuka, 2019), 103
20
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009) hal 68.
21
Heri Sudarsono, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah Di Indonesia,” Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, no.2 (2017): 175
Peringkat Kriteria
1 ROA > 1,450%
2 1,215% < ROA ≤ 1,450%
3 0,999% < ROA ≤ 1,215%
4 0,765% < ROA ≤ 0,999%
5 ROA ≤ 0,765 %

Rasio profitabilitas menggambarkan kekuatan bank dalam


memperoleh laba merupakan dari mengelola aset dimilikinya secara
keseluruhan atau disebut Return On Asset (ROA). Pencerminan kinerja
keuangan bank dapat ditentukan dari peningkatan kesehatan bank, Bank
Indonesia lebih mengutamakan penilaian banyaknya keuntungan
berdasarkan ROA karena Bank Indonesia mementingkan profitabilitas
bank pengukurannya menggunakan aset dimana sebagian besar dananya
bersumber dana simpanan warga22
Rasio profitabilitas juga menjelaskan kemampuan suatu
perusahaan dalam menjaga stabilitas finansialnya untuk selalu berada
dalam kondisi yang stabil dan profit. Karena apabila kondisi ini
mengalami penurunan maka itu cenderung telah membuat perusahaan itu
berada dalam ambang kondisi yang harus diwaspadai untuk kelayakan dan
keamanan dalam berinvestasi.23
4. Likuiditas
Dalam prakteknya, tidak jarang dijumpai perusahaan yang sering
kali mengalami kesulitan finansial sehingga tidak mampu mendanai
kegiatan operasionalnya atau melakukan pembayaran hutang. Entitas yang
tidak mempunyai dana yang cukup untuk membayar kewajibannya bisa
dipastikan bahwa entitas tersebut tidak akan bisa membayar apalagi
melunasi semua hutang-hutangnya kepada kreditor secara tepat waktu

22
Eko Sudarmanto, Astti, dkk, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta: Yayasan Kita
Menulis, 2021), 35.
23
Irham Fahmi, Syahiruddin, dkk, Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 155.
yaitu saat jatuh tempo. Selain itu, tidak jarang djumpai perusahaan yang
merasakan kesulitan dana sampai tidak bisa membayar gaji karyawan.
Dalam jangka panjang, hal tersebut bisa saja akan mengganggu
kesinambungan bisnis perusahaan serta juga bisa menyebabkan
ketidakpercayaan kreditor terhadap perusahaan di masa depan.
Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakmampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yaitu, pertama perusahaan
tersebut tidak mempunyai dana sama sekali, sehingga tidak dapat bisa
membayar utang jangka pendeknya. Kedua, bisa jadi perusahaan
sebenarnya tidak mengalami kesulitan finansial, namun pada waktu
memiliki hutang yang telah jatuh tempo, perusahaan masih memerlukan
waktu untuk mencairkan beberapa aset lancar lainnya menjadi kas. Seperti
melakukan penagihan piutang usaha, menjual persediaan barang dagang
atau bahkan menjual beberapa sekuritas jangka pendeknya.24
Bank membutuhkan persediaan dana untuk melunasi tarikan
deposit oleh deposan dan juga untuk melunasi permintaan kredit dari
nasabah. Dana tersebut bersumber dari deposit dan hutang. Naik turunnya
persediaan dana yang dibutuhkan oleh bank tergantung dengan naik
turunnya deposit dan permintaan kredit. Jumlah deposit dan permintaan
kredit dapat dipengaruhi oleh gerakan perekonomian. Oleh karena itu,
perencanaan likuiditas menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan
mengaitkan pada aspek pereokonomian. Permasalahan likuiditas timbul
apabila terjadi pengaliran kredit yang berlebihan, yang diiringi oleh tidak
stabilnya liabilitas.
Likuiditas bank merupakan kesanggupan suatu bank dalam
mencukupi kewajiban, termasuk yaitu kewajiban jangka pendek. Dari
aktiva, likuiditas merupakan kekuatan merubah semua aset jadi tunai.
Sedangkan pasiva, merupakan kewajiban bank untuk mencukupi
keinginan pendanaan via portofolio liabilitas. Kemampuan likuiditas aset
bergantung pada faktor utama yang meliputi kandungan daya cair aset itu

24
Hery, Analisis Kinerja Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), 149.
sendiri dan daya jual aset tersebut. Indikator yang terdapat dalam
komponen ini yaitu berupa rasio dana lancar terhadap dana atau simpanan
pihak ketiga, yang merupakan perwujudan dari beberapa asetnya kurun
waktu satu tahun. Selain komponen tersebut, pemeliharaan likuiditas juga
bersumber dari rasio total pembiayaan dimiliki bank syariah pada dana
pihak ketiga.25
a. Aktiva Produktif (Pembiayaan)
Kegiatan pembiayaan (financing) adalah peran utama bank yang
memberikan pelayanan guna mencukupi keinginan pihak termasuk
defisit unit, dimana berdasarkan penggunaannya, pembiayaan terbagi:
1) Mencukupi kebutuhan konsumsi, yang akan habis untuk
mencukupi keinginan.
2) Produksi dalam artian besar, guna meningkatkan usaha.
b. Dana Pihak Ketiga
Dana yakni uang tunai yang kepemilikannya bank dalam bentuk
tunai. Uang tunai tersebut diperoleh dari jajaran pemilik bank sendiri,
namun juga dari simpanan orang atau pihak lain yang suatu saat akan
diambil kembali, baik secara sekaligus atau bertahap. Bank syariah
bisa memperoleh danawarga dalam bentuk:
1) Titipan (wadiah) merupakan titipan yang menjamin aman dan
pengembaliannya namun tidak mendapatkan laba.
2) Penyertaan modal merupakan bagi hasil dan bagi risiko investasi
umum, dan bank akan memberikan bagi hasil secara adil sesuai
portofolio investasi dari penyertaan modal.
3) Investasi khusus yangmana bank memperoleh gaji manajer
investasi. Sehingga bank tidak ikut serta dalam investasi, dan
investor menanggung sepenuhnya risiko investasi.26

25
Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, (Surabaya: CV Penerbit
Qiara Media, 2019), 181.
26
Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, (Surabaya: CV Penerbit
Qiara Media, 2019), 183-184.
Pengukuran yang digunakan untuk menganalisis rasio likuiditas
salah satunya yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), dimana FDR
merupakan rasio yang menunjukan kekuatan bank ketika mengelola dana
dihimpun dari warga. Pembatasan keamanan FDR bank umumnya berkisar
90%-100%, dan sesuai bank sentral, pembatasan keamanan FDR bank
110%.Rasio FDR yang lebih tinggi menunjukan kapasitas likuiditas yang
rendah.27
Financing to Deposit Ratio (FDR) yakni rasio yang menghitung
sejauh mana kekuatan bank saat melunasi dana warga dan bermodalkan
sendiri berandal kredit yang disalurkan ke warga. Peningkatan dan
penurunan FDR disebabkan oleh28:
1) Tingkat biaya dana
2) Laba yang diinginkan
3) Biayaopersional
4) Tingkat resikokredit.
Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk mengukur
rasio jumlah pinjaman terhadap jumlah dana yang digunakan oleh Dana
Pihak Ketiga(DPK). Apabila meningkatnya rasio FDR, maka akan
minimum kapasitas likuiditas bank. Hal itu diakibatkan oleh total dana
bank yang mengalami peningkatan yang digunakan untuk membebani
kredit. Pengukuran FDR berasal dari ada bandingan total pinjaman atau
pembiayaan dan piutang yang dikasihkan terhadap jumlah pihak dana
ketiga. Rumus perhitungannya adalah:29

Total Pembiayaan
FDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga

27
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 43.
28
Muhammad Yusuf, “Dampak Indikator Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia,” Jurnal Keuangan dan Perbankan 13, no. 2 (2017), 143.
29
Sujarwo, Manajemen Aset dan Liabilitas Bank Syariah, (Depok: Penerbit PNJ Press,
2019), 76.
Berdasarkan lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 28/SEOJK.03/ 2019 tetang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Pembiayaan Syariah peringkat FDR adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Peringkat FDR
Peringkat Kriteria
1 50% < FDR ≤ 75%
2 75% < FDR ≤ 85%
3 85% < FDR ≤ 100%
4 100% < NPF ≤ 120%
5 FDR > 120%

Apabila nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) tinggi, maka


keuntungan yang diperoleh bank juga tinggi dengn asumsi bank harus bisa
menghimpun dana pembiayaan dengan cara efektif, dan juga
keuntunganbank mengalami peningkatan, dan kinerjabankberkembang,
namun kinerja keuangan perusahaanrendah karena semakin banyak dana
yang digunakan untuk pembiayaan.30
5. Kecukupan Modal
Modal adalah salah satu peran penting pada lembaga keuangan
syariah namun bukan yang paling penting. Untuk menghasilkan
keuntungan maka digunakan pemanfaatan modal, tetapi tidak dapat
berlebihan yang bisa mengakibatkan ketidaktepatanpada aturan. Perbankan
syariah wajib melaksanakan semua kegiatannya dengan dorongan aqidah
yang bisa membuatseseorang merasakan bahwa kegiatan yang dilakukan
tidak hanya sekedar kegiatan yang memiliki tujuan mendapatkan laba,
namun juga dapat dijadikan sebagai perjuangan untuk mencapai kebaikan

30
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 44.
dan menyelamatkan orang-orang dari praktik-praktik yang menyimpang
syariat Islam.
Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi kemampuan bank
secara tepat dalam melakukan operasionalnya. Dan juga berpengaruh
terhadap rasa percaya warga pada kinerja bank. Modal adalah pendanaan
yang diperlukan bank dalam menjalankan operasionalnya. Hal terpenting
yang besangkutan dengan permasalahan dana yaitu cara
menjalankanoperasional manajemen atau pengelolaan dana. Manajemen
dana merupakan proses kelola, himpunan, dan alokasi dana dari warga dan
dana modal yang bertujuan menjadikan bank syariah cepat serta tepat.31
Gejala umum yang sering dialami bank-bank pada negara
berkembang yaitu kekurangan modal, dimana hal tersebut bersumber dari
dua hal, yakni pertama yaitu karena modal yang dimiliki relatif kecil, yang
kedua yaitu kualitas modalnya tidak baik. Untuk itu, pengawas bank
diharapkan untuk menyakinkan jika bank harus memiliki modal yang
cukup pada jumlah atau kualitasnya. Pemahaman terkait kecukupan modal
tidak hanya tentang jumlah modal dan kualitas, namun rasio kecukupan
moda juga, atau dinamakan sebagai Capital Adequancy Ratio (CAR).32
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan
pertumbuhan bank berfungsi guna menjaga rasa percaya warga adalah
modal. Untuk itu modal juga bisa dimanfaatkan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya risiko. Tingkat kecukupan modal bank disebutkan
dengan Capital Adequency Ratio (CAR).33Pengukuran tingkat kecukupan
modal dilakukan cara:
a. Melakukan perbandingan Modal dengan Dana Pihak Ketiga
Pandangan melalui perlindungan kepentingan deposan,
perbandingan jumlah modal pada pos pasiva adalah arah mengenai

31
Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana, “Pengaruh CAR, NPF dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018):
6
32
Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, 370.
33
Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, (Surabaya: CV.Penerbit
Qiara Media, 2019), 180.
pengamanan simpanan warga di bank. Rumus yang digunakan dalam
perhitungannnya yaitu ratio modal dihubungkan simpanan pihak ketiga
(giro, deposito, tabungan) berikut ini:
Modal dan Cadangan
Capital Adequency Ratio =
Giro+ deposito+tabungan
x

10%

Dari rumus di atas dapat dijelakan ratio modal atas simpanan


cukup 10% dan rasio permodalan bank dinyatakan baik. Perbandingan
modal dan simpanan warga perlu dikaitkan dengan
mempertimbangkan aktiva yang terdapat risiko. Maka modal perlu
dilengkapi dari jenis cadangan sebagai penyangga modal, maka dari itu
secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
b. Melaukan perbandingan Modal dengan Aktiva Berisiko
Perbandingan yang sampai berkembang saat ini yang
menjadikan persetujuan BIS (Bank for International Settlements) yang
merupakan organisasi bank sentral berasal negara maju disponsori oleh
Amerika Serikat, Kanada, negara Eropa Barat dan Jepang. Pada tahun
1988 ketetntuan permodalan disepakati penetapan CAR yakni rasio
minimum berdasar pada perbandingan modal dan aktiva berisiko.34
Rumus menghitung kecukupan modal yakni:

Total Modal
Capital Adequency Ratio = x 100%
Total ATMR

Berdasarkan lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 28/SEOJK.03/ 2019 tetang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Pembiayaan Syariah peringkat CAR yakni:
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Peringkat CAR

34
Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, (Surabaya: CV.Penerbit
Qiara Media, 2019), 165-166.
Peringkat Kriteria
1 CAR ≥ 15%
2 13,5% ≤ CAR < 15%
3 12% ≤ CAR < 13,5%
4 8% ≤ CAR < 12%
5 CAR < 8%

Penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR), dimana bank sentral


atau Bank Indonesia menentukan kewajiban penyediaan modal minimal
dipunyai setiap bank umum yang ditetapkan dalam Capital Adequacy
Ratio (CAR). CAR minimum per bank adalah 8% sesuai batas yang
ditentukan oleh Bank for International Settlements (BIS). Standar BIS ini
telah menjadi model bagi berbagai bank sentral dunia, termasuk Bank
Indonesia atau Bank Indonesia.35 Bertambah tingginya CAR maka berarti
kekuatan bank semakin baik penanggungan beban dari tiap kegiatan
produktif yang mempunyai risiko. Apabila nilai CAR meningkat berarti
bank dapat memfasilitasi kegiatan operasional dan keterlibatan tinggi bagi
profitabilitas.36
Rasio kecukupan modal memiliki tujuan yaitu membuktikan
bahwa bank bisa menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan
operasional yang dilaksanakan. Pada tahun 1990 dalam praktiknya,
beberapa lembaga keuangan internasional sudah meningkatkan berbagai
metode pengukuran keperluan modal bank dengn memakai model-model
statistik yang dikaitkan dengan banyaknya kebutuhan modal dengan
praktik manajemen resiko yang diimplementasikan pada bank (ekonomic
capital). Untuk menutupi kerugian yang terjadi, bank akan menghitung
modal yanng dibutuhkan dengan menggunakan rasio probabilitas tertentu.

35
Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 97.
36
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 44.
The comptroller’s manual sampai tahun 1971 perbaikannya
menyediakan pedoman garis besar secara resmi untuk ketercukupan secara
modal dak tidak bisa diingkari secara khusus tergantung pada rasio modal.
Berikut adalah 8 faktor yang didaftar controller yang dipertimbangkan
dalam pemenuhan ketercukupan modal:
a. Kualitas manajemen
b. Likuiditas aset
c. Sejarah pendapatan dan pengumpulan laba atau pendapatan
d. Kualitas dan karakter kepemilikan
e. Beban atas biaya akan pertemuan pemilik
f. Struktur tabungan yang berubah dan yang mempunyai potensi
g. Kualitas prosedur operasi
h. Kapasitas bank dalam mencukupi kebutuhan keuangan sekaran ddan
akan datang.
Setiap faktor di atas memiliki hubungan dengan beberapa cara,
jenis risiko yang bermacam yang dihadapi oleh bank komersial. Suatu
bank wajib memiliki jumlah dana modal dari sebagian yang sudah
disebutkan di atas. Seagai tambahan pada faktor-faktor ini, agen
peraturan berusaha untuk mengembangkan tingkat pertumbuhan
pendapatan dan aset saat mencoba untuk menilai ketercukupan modal
bank.37
Beberapa contoh alternatif cara pencapaian tingkat modal yang
sehat yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah komponen yang termasuk dalam kategori modal
ditambahkan sesuai dengan ketentuan otoritas moneter setempat.
Cara ini disebut sebagai konvensional karena peningkatan modal
bank dilakukan dengan cara menambah satu atau lebih komponen
modal. Alternatif tersebut dapat ditempuh dengan cara menyuntik
tambahan setoran modal, meningkatkan bagian laba yang ditahan,

37
Julius R Latumaerissa, Manajemen Bank Umum, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014),
60-61.
dan menambah komponen modal lain seperti penyisihan piutang
tak tertagih dan kewajiban modal.
b. Revaluasi aktiva tetap. Cara ini dilakukan dengan menilai kembali
harga tunai dari aktiva tetap yang dipunyai. Nilai atau harga aktiva
tetap jauh lebih besar daripada harga bukunya sehingga ada selisih.
Selisih ini bisa digunakan untuk salah satu komponen modal
sehingga bisa memperkuat posisi modal bank.
c. Mengatur ulang posisi aset. Dalam kasus tersebut, pihak
manajemen intern menilai kembali portepel kualitas aktiva yang
dimiliki. Hasil penilaian penggunaan kas bank mengurangi
komponen berkualitas rendah. Dengan asumsi tidak ada perubahan
jumlah modal pengurangan aktva akan memperbaiki tingkat
kesehatan modal.38
6. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah didefinisikan sebagai pinjaman yang sulit
untuk dilunasi karena faktor kesengajaan atau dapat juga oleh faktor
eksternal yang mengakibatkan ketidakmampuan nasabah untuk melunasi
sebagian atau seluruh kewajiban kepada perbankan syariah sebagaimana
disetujui pada kontrak pembayaran. Pembiayaan bermasalah ditetapkan
Bank Indonesia termasuk pembiayaan yang dikategorikan
sebagaikolektibilitas tidak terlalu lancar, keraguan, serta macet.
Tidak ada definisi atau pengertian “pembiayaan bermasalah” dalam
suatu aturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang diartikan sebagai
NPF dalam lembaga keuangan syariah, yang merupakan istilah
“pembiayaan bermasalah”, dan dalam perbankan konvensional sebagai
“kredit bermasalah”. Industri perbankan Indonesia umumnya
menggunakan istilah Non Performing Loan sebagai terjemahan dari
problem loan atau Non Performing Loan, termasuk arti umum
dipergunakan pada perbankan internasional. Tetapi, pada statistik
perbankan syariah yang dideklarasikan oleh Dewan Perbankan Syariah

38
Julius R Latumaerissa, Manajemen Bank Umum, 79-80.
Bank Indonesia, dapat ditemukan makna NPF, atau duyunan ma'dumah
dalam kamus perbankan syariah, yang didefinisikan sebagai "Pembiayaan
non-lancar dari tidak terlalu lancar sampai dengan macet".39
Rasio Non Permorming Financing (NPF) menggambarkan kinerja
perbankan syariah dalam mengelola risiko pembiayaan. Apabila rasio NPF
bertambah tinggi maka diartikan kredit macet yang dilakukan semakin
bertambah atau dengan kata lain manajemen pembiayaan yang
dilaksanakan bank kurang baik. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai rasio
NPF rendah maka dapat dikatakan kinerja bank dalam mengelola
pembiayaan sudah baik.40
Pengukuran pembiayaan bermasalahdigunakan indikator rasio Non
Performing Financing (NPF). Jika nilai NPF tinggi maka tinggi juga risiko
pembiayaan yang hendak diterima oleh bank. Dampaknya cadangan cukup
besar wajib disediakan oleh bank, sehingga bisa meminimalkan modal
milik bank syariah.41
Rumus menghitung pembiayaan bermasalah adalah:

Total Pembiayaan Bermaslah


Non Performing Financing = x 100%
Total Pembiyaan

Berdasarkan lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan


Nomor 28/SEOJK.03/ 2019 tetang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Pembiayaan Syariah peringkat NPF adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Kriteria Penilaian Peringkat NPF

39
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 45.

40
Misbahul Munir, “Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan Inflasi terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia,” Journal of Islamic Economic, Finance and Banking 3, no. 1
(2019): 91.
41
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) 121.
Peringkat Kriteria
1 NPF ≤ 7%
2 7% < NPF ≤ 10%
3 10% < NPF ≤ 13%
4 13% < NPF ≤ 16%
5 NPF > 16%

Nilai NPF yang tinggi menunjukan bahwa bank terus memiliki


pembiayaan bermasalah yang banyak begitu juga sebaliknya nilai NPF
yang rendah berarti menunjukan bank memilki pembiayaan bermasalah
yang minim. Sehingga berdampak terhadap kinerja bank dan juga
berakibat pada keuntungan, jadi likuiditas bank terganggu. 42 Berdasarkan
aturan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, NPF dikatakan baik
yaitu besarnya di bawah 5%. Apabila melebihi batas wajar, berarti bank
bisa jadi kehilangan kesempatan mendapatkan pendapatan dari kredit yang
disalurkan kepada nasabah sehingga keuntungan yang didapatkan
menurun dan berdampak buruk terhadap profitabilitas.43
Berikut pemicu yang mengakibatkan pembiayaan bermasalah:44
a. Faktor ekternal
1) Kondisi ekonomi yang mengalamiperubahan dan
peraturanayngberpengaruhtehadapbidangusahadebitur..
Perubahan tersebutadalah tantangan konstan bagi pemilik
dan manajer perusahaan.
2) Ketatatnyapersaingan,teknologi yang berkembang,
perubahan preferensi nasabah, yang menjadikankendala
usaha debitur atau mempersulit usaha debitur guna
berkembang sepadan tujuan usahanya.

42
Abdul Nasser Hasibun dkk, Audit Bank Syariah, (Jakarta: Kencana, 2020), 136-137.
43
Ahmad Azmy, “Analisis Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan Terhadap Profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi 22, no. 1 (2018): 126.
44
Ikatan Bankir Indonesia, Bisnis Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2015), 92-93.
3) Faktor risiko geografis bencana alam yang memiliki
pengaruh usaha debitur.
b. Faktor internal
1) Sikap kooperatif debitur menurun dan manajemen
perusahaan tidak memiliki itikad baik.
2) Pembiayaan yang diberikan tidak dimanfaatkan
sebagaimana semestinya seperti yang dijanjikam dengan
bank.
3) Strategi bisnis yang ditempuh debitur kurang tepat.
4) Konflik yang mempengaruhi kepengurusan, organisasi dan
kepegawaian kegiatan usaha perusahaan(badan usaha milik
debitur)
5) Analisis kredit yang tidak memadai, sehingga penilaian dan
mitigasi risiko tidak akurat, sehingga penerbitan pinjaman
lebih besar dari permintaan debitur
6) Kurangnya pengawasan terhadap fasilitas kredit yang
diberikan kepada debitur.
7) Lemahnya penguasaan agunan dari objek/jaminan fisik dan
peningkatannya

B. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian terkait
likuiditas, kecukupan modal dan pembiayaan bermasalah tehadap
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Hasil dari
penelitian-penelitian terdahulu ini akan dijadikan rujukan serta perbandingan
dalam melaksanakan penelitian maka peneliti bisa memperbanyak teori yang
disesuaikan dalam menganalisis penelitian. Berikut tabel jurnal terkait
penelitian yang dilaksanakan peneliti:
Tabel 2. 5
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Tahun Judul Hasil Peneitian
Penelitian
1 Hafizh Muarif, Likuiditas, Variabel likuiditas
Azharsyah Ibrahim, Kecukupan Modal, dan pembiayaan
dan Abrar Amri Pembiayaan bermasalah secara
(2021) Bermasalah dan parsial memiliki
Pengaruhnya pengaruh negatif pada
Terhadap profitabilitas .
Profitabilitas Bank sedangkan variabel
Umum Syariah di kecukupan modal
Indonesia Periode memilki pengaruh
2016-2018 positif pada
profitabilitas. Secara
simultan likuiditas,
kecukupan modal,
dan pembiayaan
bermasalah memilki
pengaruh positif pada
profitabilitas.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu kuantitatif.
b. Meggunakan metode analisis analisis regresi linier berganda.
c. Alat uji menggunakan SPSS.
d. Variabelnya terdiri dari likuiditas, kecukupan modal, pembiayaan
bermasalah yang di proksikan dengan profitabilitas.
Perbedaan:
a. Populasi dalam penelitian Hafizh Muarif, dkk adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2016-2018 sedangkan penelitian yang
akan dilakukan peneliti yaitu menggunakan populasi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia yang terdaftar dalam Statsitik Perbankan
Syariah periode 2017-2022.
b. Metode pemilihan sampel penelitian ini yaitu metode sampel
jenuhsedangkan pada penelitian Hafizh Muarif, dkk tidak dijelaskan
metode pemilihan sampel.
2 Mumun Maemunah Pengaruh NPF, Variabel NPF dan
dan Yanti (2020) BOPO, dan FDR BOPO memilki
Terhadap pengaruh negatif
Profitabilitas signifikan pada ROA
Perbankan Syariah bank syariah,
(Studi Kasus Pada sedangkan variabel
Perbankan Syariah FDR memilki
di Indonesia pengaruh positif
Periode 2012- signifikan pada ROA
2016) bank syariah.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif
b. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
c. Alat uji menggunakan SPSS.
Perbedaan:
a. Populasi dalam penelitian Mumun dan Yanti yakni pada Perbankan
Syariah di Indonesia periode 2012-2016 sedangakan pada penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah periode 2017-2022.
b. Metode pemilihan sampel yang digunakan peneliti yaitu metode
sampel jenuh sedangkan pada penelitian Mumun dan Yanti tidak
dijelaskan metode pemilihan sampel.
c. Variabel independen yang digunakan dalam peneliti yang akan
dilakukan yaitu likuiditas (FDR), kecukupan modal (CAR), dan
pembiayaan bermasalah (NPF) sedangkan penelitian Mumun dan Yanti
menggunakan variabel independen yang meliputi NPF, BOPO, FDR.
3 Nida Laili Fitriyah Faktor Penentu Variabel CAR, FDR,
dan Mohammad Profitabilitas BPRS dan NPF tidak
Yusron Sholikhin di Indonesia signifikan dalam
(2019) mempengaruhi ROA,
BOPO memiliki
pengaruh signifkan
negatif terhadap
ROA, dan inflasi
menunjukan
hubungan tidak
signifkan negatif
terhadap ROA.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif.
b. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
c. Populasi penelitian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
d. Metode pemilihan sampel menggunakan sampel jenuh.
Perbedaan:
a. Variabel indpenden penelitian Nida dan M. Yusron yakni CAR,
NPF, FDR, BOPO, dan INF sedangkan penelitan yang akan
dilakukan peneliti menggunakan FDR, CAR, NPF.
b. Alat uji yang digunakan peneliti yaitu SPSS sedangkan pada
penelitian Nida dan M. Yusron menggunakan Eviews 8.
c. Data yang digunakan dalam penelitan yang akan dilakukan yaitu
BPRS periode 2017-2022 sedangkan pada penelitian Nida dan M.
Yusron BPRS periode 2011-2018.
4 Muhammad Pengaruh CAR, Variabel CAR,
Syakhrun, Asbi Amin, BOPO, NPF dan BOPO, dan NPF
dan Anwar (2019) FDR Terhadap memilki pengaruh
Prpfitabilitas Pada negatif terhadap
Bank Umum profitabilitas Bank
Syariah di Umum Syariah di
Indonesia Indonesia. Namun
FDR memilki
pengaruh positif
terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah
di Indonesia.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya kuantitatif.
b. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
c. Alat uji menggunakan SPSS.
Perbedaan:
a. Populasi pnelitian Muhammad Syakhrun yakni Bank Umum Sariah
namun penelitian ini yaitu Bank Pembiayaan Rakyar Syariah.
b. Metode pemilihan sampel yang digunakan peneliti yaitu metode
sampel jenuh sedangkan pada penelitian Muhammad Syakhrun
menggunakan purposive sampling..
c. Variabel independen penelitian Muhammad Syakhrun meliputi
CAR, BOPO, NPF, dan FDR. Sedangkan penelitian ini yakni FDR,
CAR, NPF.
5 Ahmad Azmy (2018) Analisis Pengaruh Variabel CAR tidak
Rasio Kinerja berpengaruh dan
Keuangan hubungan mengarah
Terhadap negatif terhadap ROA
Profitabilitas Bank dan ROE. Variabel
Pembiayaan NPF dan FDR
Rakyat Syariah di berpengaruh dan
Indonesia hubungan mengarah
negatif terhadap ROA
dan ROE. Sedangkan
variabel BOPO
berpengaruh yang
signifika dan
hubungan mengarah
negatif terhadap ROA
dan bergerak positif
terhadap ROE.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif.
b. Populasinya yaitu pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
c. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
d. Alat uji menggunakan SPSS.
Perbedaan:
a. Variabel independen penelitian Ahmad Azmy meliputi CAR, NPF
FDR, dan BOPO sedangkan penelitian ini yaitu FDR, CAR, dan NPF.
b. Variabel dependen penelitian Ahmad Azmy terdiri dari ROA dan ROE
sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan ROA saja.
c. Data penelitian ini yaitu BPRS periode 2017 – 2022 sedangkan pada
penelitian Ahmad Azmy pada BPRS periode 2011 – 2016.
d. Metode pemilihan sampel penelitian ini yaitu metode sampel jenuh
sedangkan penelitian Ahmad Azmy tidak dijelaskan metodenya.
6 Medina Pengaruh CAR, Variabel CAR dan
Almunawwaroh dan NPF dan FDR NPF memiliki
Rina Marliana (2018) Terhadap pengaruh negatif
Profitabilitas Bank signifikan pada
Syariah di Profitabilitas.
Indonesia Sedangkan variabel
FDR menunjukan
pengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu kuantitatif.
b. Menggunkan metode analisis regresi linier berganda.
c. Alat uji menggunakan SPSS.
d. Variabelnya terdiri dari FDR, CAR, NPF yang di proksikan dengan
profitabilitas.
Perbedaan:
a. Populasi penelitian Medina dan Rina yaitu pada Bank Syariah di
Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Unit Syariah
periode 2009 – 2016. Sedangkan pada penelitian ini yaitu pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah periode 2017-2022.
b. Metode pemilihan sampel penelitian ini yaitu metode sampel jenuh
sedangkan dalam penelitian Medina dan Rina tidak dijelaskan
mengenai metode yang digunakan.
7 Uus Ahmad Husaeni Analisis Pengaruh Variabel Dana Pihak
(2017) Dana Pihak Ketika Ketiga secara parsial
dan Non tidak memiliki
Performing pengaruh negatif dan
Financing tidak signifikan pada
Terhadap Return variabel ROA,
On Asset Pada sedangkan variabel
BPRS di Indonesia Non Performing
Financin parsial
memiiki pengaruh
positif dan signifikan
pada variabel ROA.
Secara simultan Dana
Pihak Ketiga dan Non
Performing Financing
memiliki pengaruh
signifikan pada ROA.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif.
b. Populasinya yakni Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
c. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
d. Alat uji menggunakan SPSS.
Perbedaan:
a. Variabel independen penelitian Uus Ahmad Husaeni terdiri dari DPK
dan NPF sedangkan penelitian ini yaitu FDR, CAR, NPF.
b. Metode pemilihan sampel yang digunakan peneliti yaitu metode
sampel jenuh sedangkan pada penelitian Uus Ahmad Husaeni
menggunakan purposive sampling.
c. Data yang digunakan penelitian ini yaitu BPRS periode 2017 – 2022
sedangkan pada penelitian Uus Ahmad Husaeni pada BPRS periode
2014 – 2016.
8 Retno Wulandari Analisis Pengaruh Variabel CAR secara
(2017) CAR, FDR, NPF, parsial memilki
dan Pertumbuhan pengaruh tidk
DPK Terhadap signifikan pada ROA,
Profitabilitas Pada sedangkan variabel
Industri Bank FDR, NPF dan
Pembiayaan pertumbuhan DPK
Rakyat Syariah di memiki pengaruh
Indonesia Tahun signifikan pada ROA.
2011-2015 Secara simultan
CAR, FDR, NPF dan
pertumbuhan DPK
memiki pengaruh
signifikan pada ROA.
Persamaan:
a. Jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif.
b. Populasinya yakni Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
c. Menggunakan metode pemilihan sampel jenuh.
d. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
e. Alat uji menggunakan SPSS.
Perbedaan:
a. Variabel indpenden penelitian Retno Wulandari meliputi CAR, FDR,
NPF, dan Pertumbuhan DPK sedangkan penelitan yang akan dilakukan
peneliti menggunakan FDR, CAR, NPF..
b. Data yang digunakan dalam penelitan yang akan dilakukan yaitu BPRS
periode 2017-2022 sedangkan pada penelitian Nida dan M. Yusron
BPRS periode 2011-2015.

Berdasarkan penelitian sudah dilaksanakan, perbedaan menyeluruh


dari hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti
terletak pada objek penelitian dan variabel-variabel yang digunakan juga
berbeda. Begitu juga dengan time series yang digunakan oleh peneliti berbeda
dengan penelitian terdahulu. Terdapat beberapa variabel yang sama namun
variabel tersebut tidak digunakan secara bersama-sama. Sehingga penelitian
terdahulu dapat memperkuat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Peneliti akan meneliti lebih lanjut terkait likuiditas (Financing to Deposit
Ratio), kecukupan modal (Capital Adequancy Ratio), dan pembiayaan
bermasalah (Non Performing Financing) diproksikan dengan profitabilitas
(Return On Asset) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah periode 2017-2022.
C. Kerangka Berfikir
Variabel yang digunakandalampenelitianiniterdiridariempat, yaitu
variabel bebas yang meliputi likuiditas (Financing to Deposit Ratio),
kecukupan modal (Capital Adequancy Ratio), pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing), dan profitabilitas (Return On Asset) sebagai variabel
terikat. Berdasarkan uraian itu, kerangka berfikir pada penelitian ini yaitu:
Gambar 2.6
Kerangka Berfikir

Kecukupan Modal
(Capital Adequancy Ratio)
(X2)

Profitabilitas
H1
H2

H3

Pembiayaan Bermasalah
(Non Performing Financing)
(X3)

H4

Berdasarkan gambar di atas, dipahami bahwa likuiditas, kecukupan


Likuiditas
modal, dan pembiayaan
(Financing bermasalah mempengaruhi profitabilitas, serta
to Deposit Ratio)
(X1) modal dan pembiayaan bermasalah mempengaruhi
likuiditas, kecukupan
profitabilitas pada saat yang sama. Secara teoritis Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah dalam mencapai profitabilitas akan dipengaruhi sejumlah indikator
keuangan. Melalui rasio keuangan dapat menjelaskan apa saja yang dapat
mempengaruhi profitabilitas baik dari segi peningkatan aset dan ekuitas.

D. Hipotesis
Hipotesis adalah turunan dari kerangka berfikir yang dijadikan
jawaban sementara terhadap tujuan penelitian. Hipotesis yaitu pernyataan
sementara terkait hubungan antara beberapa dua variabel atau lebih. Hipotesis
yaitu jawaban sementara dari jawaban rumusan masalah. 45adapun yang
menjadi hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas
FDR merupakan seberapa banyak dana pihak ketiga pada bank
syariah yang dikeluarkan untuk pembiayaan. Apabila nilai FDR semakin
meningkat maka dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga juga semakin

45
Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis & Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2015), 68.
banyak. Adanya penyaluran dana pihak ketiga yang maksimal maka
ROA bank semakin tinggi.46 Standar pembiayaan terkait dana pihak
ketiga tidak boleh melebihi batas yang disahkan oleh peraturan Bank
Indonesia. Apabilia rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank
melebihi dari 100% maka menunjukan jumlah pembiayaan yang
disalurkan bank melebihi dana yang dihimpun. Sehingga dana yang
dihimpun dari masyarakat sedikit, hal tersebut dapat dikatakan bank
dalam beroperasi tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak perantara
dengan baik.47
Rasio yang tinggi menunjukan indikasi kemampuan likuiditas
bank yang berkaitan semakin rendah. Berkurangnya tingkat likuiditas
bisa berpengaruh pada naiknya profitabilitas. Sehingga nilai FDR
memeberikan pengaruh positif terhadap profitabilitas. Beberapa hasil
penelitian yang menyatakan bahwa FDR dapat mempengaruhi ROA
yaitu penelitian Medina & Rina (2018) menunjukan bahwa FDR
berpengaruhpositif terhadap profitabilitas.48 Begitu juga pada penelitian
Muhammad Syakhrun, dkk (2019) telah menunjukan bahwa FDR
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.49 Penelitian Mumun & Yanti
(2020) yang menunjukan bahwa Financing to Deposit Ratio berpengaruh
terhadap profitabilitas bank syariah.50 Berdasarkan hal di atas, hipotesis
yang dapat ditetapkan.
H1 : Likuiditas (Financing to Deposit Ratio) Berpengaruh Positif
terhadap Profitabilitas (Return On Asset)

46
Mumun Maemunah & Yanti, “Pengaruh NPF, BOPO, Dan FDR Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah” Jurnal Buana Akuntansi 5, no. 1 (2020): 83.
47
Ahmad Azmy, “Analisis Pengaruh Rasio Kinerja Keuangan Terhadap Profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia, Jurnal Akuntansi 22, no. 1 (2018), 125.
48
Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana, “Pengaruh CAR,NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonmi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018),
9.
49
Muhammad Syakhrun, dkk, “Pengarh CAR, BOPO, NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia,” Bongaya Journal of Research in
Management 2, no. 1 (2019): 9.
50
Mumun Maemunah dan Yanti, “Pengaruh NPF, BOPO, Dan FDR Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah” Jurnal Buana Akuntansi 5, no. 1 (2020): 90.
2. Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas
Kecukupan modal adalah faktor utama bagi bank untuk
mengembangkan usaha dan menanggung risiko serta menggambarkan
tingkat kesehatan bank yang memiliki tujuan untuk menjaga kepercayaan
masyarkat terhadap pihak perbankan, melindungi dana masyarakat pada
bank yang berkaitan dan juga mencukupi standar Bank Indonesia. 51 Rasio
Capital Adequancy Ratio adalah rasio kecukupan modal dari perbankan
dan bisa mempengaruhi tingkat profitabilitas. Adanya pengaruh yang
positif antara rasio CAR dengan profitabilitas perbankan (ROA). Hal
tersebut menunjukan bahwa semakin maksimal CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva
produktif yang berisiko52
Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kecukupan modal. Apabila nilai CAR rendah
maka dapat mengakibatkan turunya modal yang dimiliki untuk
menanggung resiko kerugian yang terjadi. Sebaliknya, apabila nilai CAR
tinggi maka bisa meningkatkan pendapatan bank, sehingga mampu
mempengaruhi tingkat profitabilitas.53 Hal tersebut sesuai dengan temuan
Hafizh Muarif , dkk pada penelitannya yang menunjukan bahwa
kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hal di atas, hipotesis yang ditetapkan:
H2: Kecukupan Modal (Capital Adequancy Ratio) Berpengaruh
Positif terhadap Profitabilitas (Return On Asset)
3. Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Profitabilitas
Pembiayaan bermasalah merupakan terjadinya kegagalan pihak
debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi pinjaman yang
sebelumnya sudah disetujui dalam perjanjian kedua belah pihak. Hal
51
Hafizh Muarif dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal Pembiayaan Bermasalah Dan
Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2016-2018”,
Juournal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1 (2021), 47.
52
Eko Sudarmanto, dkk, Manajemen Risiko Perbankan, (Sumatra: Yayasan Kita Menulis,
2021), 44.
53
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah edisi revisi, (Jakarta: Azkia
Publisher, 2009), 162.
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan peluang untuk
mendapatkan penghasilan dari pembiayaan yang disalurkan sehingga
berpengaruh pada profitabilitas atau keuntungan yang belum maksimal.54
Pencapaian profitabilitas bank dapat dipengaruhi oleh tingkat
kesehatan pembiayaan (Non Performing Financing). Semakin tinggi nilai
NPF maka dapat memperkecil keuntungan atau profitabilitas bank. Hal
tersebut dikarenakan dana yang tidak bisa kembali mengakibatkan bank
tidak bisa menjalankan pembiayaan pada aktiva produktif lainnya. Hal
itu berakibat pendapatan bank berkurang sehingga profitabilitas
perbankan terganggu.55 Penelitian yang dilakukan oleh Uus Ahmad
Husaeni (2017) menunjukan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap
ROA dan dengan arah positif.56 Berdasarkan hal di atas hipotesis
ditetapkan:
H3: Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)
Berpengaruh Positif Terhadap Profitabilitas (Return On Asset)
4. Pengaruh Likuiditas, Kecukupan Modal Dan Pembiayaan Bermasalah
Terhadap Profitabilitas
Faktor internal ataupun eksternal sudah menjadi pengaruh struktur
kinerja perbankan. Peningkatan peraturan keuangan, inovasi teknologi
dan keuangan adalah beberapa tantangan baru untuk seorang pasar sektor
keuangan dan bank. Seluruh perningkatan atau perkembangan ini tentu
saja berimplikasi terhadap biaya dan pendapatan bank maupun
profitabilitas.57 Bank diharapkan selalu pada kondisi yang baik supaya

54
Retno Wulandari, “Analisis CAR, FDR, NPF Dan Pertumbuhan DPK Terhadap
Profitabilitas Pada Industri Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia Tahun 2011-2015”
Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 4, no. 9 (2017), 745.
55
Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana, “Pengaruh CAR,NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonmi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018),
8.
56
Uus Ahmad Husaeni, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing
Finance Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia”, Equilibrium Jurnal Ekonomi
Syariah 5, no. 1 (2017), 12.
57
Nida Laili F dan M Yusron Sholikhin, “Faktor Penentu Profitabilitas BPRS Di
Indonesia”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 5, no. 3 (2019), 174.
tidak akn merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan,
untuk itu terdapat aturan kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank bisa dinilai dari berbagai indikator. Salah
satu indikator yang digunakan dasar dalam penilaian yaitu laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Hasil analisis laporan keuangan dapat
membantu pihak perbankan untuk mempertimbangkan keputusan yang
diambil untuk masa yang akan datang. Hal tersebut juga bisa dilakukan
dengan melihat kinerja keuangan bank. Indikator yang digunakan dalam
mengukur kinerja keuangan suatu perbankan yaitu profitabilitas, dimana
faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya likuiditas,
kecukupan modal dan pembiayaan bermasalah.58
Penelitian yang dilakukan Hafizh (2021) menunjukan bahwa
likuiditas, kecukupuan modal, dan pembiayaan bermasalah berpengaruh
positif terhadap profitabilitas.59 Sedangkan penelitian Medina dan Rina
(2018) menunjukan bahwa nilai CAR, NPF dan FDR berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.60Berdasarkan hal di atas ditetapkan
hipotesis:
H4 : Likuiditas (Financing to Deposit Ratio), Kecukupan Modal
(Capital Adequency Ratio)dan Pembiayaan Bermasalah (Non
Performing Financing) secara Simultan Berpengaruh Signifikan
terhadap Profitabilitas (Return On Asset)

58
Muhammad Syakrun dkk, “Pengaruh CAR, BOPO, NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia” Bongaya Journal Of Research in
Management 2, no. 1 (2019), 2.
59
Hafizh Muarif dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal Pembiayaan Bermasalah Dan
Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2016-2018”,
Juournal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1 (2021), 52.
60
Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana, “Pengaruh CAR, NPF Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018),
17.
BAB III
METODE RISET
A. Jenis dan Pendekatan
Kajian riset ini mengadopsi metode riset kausal komparatif yang
memiliki tujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat terjadinya
suatu fenomena. Jenis riset kausal komparatif menitikberatkan pada
permasalahan yang berhubungan adanya kausal antar kedua faktor. Pada
riset terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
variabel dependen (variabeel yang dipengaruhi). 61 Pada riset kausal
komparatif, peneliti tertarik gunamemaparkan satu atau lebih banyak
faktor yang menyebabkan masalah. Dengan maksud, peneliti melakukan
riset kausal supaya dapat membuktikan bahwa variabel x menyebabkan
variabel y.62 Dalam implementasi riset yang dilakukan peneliti yaitu
bermaksud untuk mengetahui pengaruh likuiditas, kecukupan modal, dan
pembiayaan bermasalah (variabel independen) terhadap profitabilitas
(variabel dependen) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
periode 2017-2022 yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Pendekatan dalam riset ini yaitu pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif yakni suatu pendekatan riset yang sifatnya objektif,
yang mencakup pengumpulan data kuantitatif dan pengolahan datanya
menetapkan metode pengujian statistik.63Riset data dan fakta dapat
disajikan dalam bentuk angka yang difungsikan gunamengkaji populasi
dan sampel tertentu.64

61
Sandu Siyoto Dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publish ,2015), 44.
62
John Wiley dan Sons, Metode Penelitian Untuk Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2017),
112.
63
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, (Jakarta: Grasindo, 2005), 18.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2015),
62.
B. Sumber Data
Sumber data yaknikeseluruhanyang
mampumenuangkansumberaktualterkaitrisetini. Riset ini menetapkan
sumber data sekunder yang bersifat panel. Data sekunder tidak diperoleh
secara langsung namun dengan cara melalui dokumentasi atau arsip-arsip
resmi, yang dimaksud bersifat data panel yaitu gabungan data antara time
series dan cross section yang yakni data yang dikumpulkan menurut
urutan waktu dalam rentang waktu tertentu pada sejumlah individu.65
Data sekunder yang dibutuhkan pada riset ini berupa laporan
tahunan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang diperoleh melalui
website resmi Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan sumber lain
yang menunjang riset ini.

C. Setting Riset
Setting riset ini menetapkan objek Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia. Ruang lingkup riset terkait apakah rasio keuangan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang meliputi likuiditas,kecukupan
modal, dan pembiayaan bermasalah berpengaruh terhadap profitabilitas
pada BPRS Di Indonesia tahun 2017 hingga 2022. Riset ini lakukan dari
bulan September sampai dengan selesai.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasiadalah wilayah yang dapatdigeneralisasikan yang
terdiridariobjek/subjekdengankarakteristiktertentu yang
telahditentukanpenelitiuntukdipelajari dan ditarikkesimpulan.66
Populasi berarti keseluruhan dari objek atau subjek yang dipelajari dan
berkaitan dengan masalah riset. Populasi dalam riset ini yaitu seluruh

65
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif , Kombinasi, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), 137.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif , Kombinasi, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), 80.
Perbankan Syariah yang beroperasi di Indonesia untuk kelompok Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah dengan jumlah 164 yang terdiri dari 33
provinsi yang data keuangannya telah dijadikan satu dalam laporan
statistik perbankan syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan. Populasi
dalam riset ini yaitu laporan bulanan dalam statistik perbankan syariah
pada BPRS di Indonesia periode Januari 2017 - Juni 2022.
2. Sampel
Sampel yakni bagian dari populasi, sampel berisi beberapa
anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, yang mementuk
sampel hanyalah beberapa elemen populasi saja, bukan seluruh
elemen.67Penentuan sampel dari populasi harus benar-benar
respresentatif (mewakili). Rancangan penentuan sampel pada riset ini
yaitu nonprobability sampling dengan metode sampling
jenuh.Sampling jenuh yaitu teknik dalam penentuan sampel bila
seluruh anggota populasi dijadikan sampel. 68 Data yang digunakan
sebagai sampel dalam riset ini adalah data FDR, CAR, NPF dan ROA
yang terdapat dalam statistik perbankan syariah pada BPRS di
Indonesia. Data yang diambil berasal dari laporan keuangan BPRS
secara global yang dipublikasikan dalam Statistik Perbankan Syariah.
Sampel dalam riset ini berjumlah 66 yang diambil dari data laporan
keuangan bulanan BPRS mulai dari periode Januari 2017 sampai
dengan periode Juni 2022.

E. Identifikasi Variabel
Pada dasarnya variabel risetyakni segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari guna
mendapatkan informasi terkait hal tersebut, kemudian bisa menarik
kesimpulannya. Pada riset ini menetapkan dua jenis variabel yaitu:

67
Nuryaman dan Veronica Christina, Metodologi Penelitan Akuntansi dan Bisnis, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2015), 101.
68
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif , Kombinasi, Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), 84-85.
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi timbulnya
variabel terikat.69 Variabel bebas dalam riset ini rasio keuangan yang
meliputi likuiditas (X1), kecukupan modal (X2), dan pembiayaan
bermasalah (X3).
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau sebagai akibat
yang timbul karena adanya variabel bebas.70 Variabel terikat dalam
riset ini yaitu rasio profitabilitas (Y) yang diukur dengan Return On
Asset (ROA).

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam riset ini yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala Sumber
variabel Data
FDR Financing to FDR Skala Sekunder
Deposit Rasio = Rasio
yakni rasio
Total Pembiayaan
yang Total Dana Pihak Ketiga
digunakan x 100%
untuk
mengukur
komposisi
jumlah
pembiayaan
69
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), 4.
70
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), 4.
yang diberikan
dibandingkan
dengan jumlah
dana yang
digunakan oleh
Dana Pihak
Ketiga.71
CAR Capital Capital Adequency Skala Sekunder
Adequancy Total Modal Rasio
Ratio =
Total ATMR
Ratio yakni
rasio kinerja x 100%
bank yang
digunakan
untuk
mengukur
kecukupan
dana bank
sendiri untuk
menunjang
aset yang
menghasilkan
risiko,
misalnya
pemberian
kredit sehingga
dapat
mempengaruhi

71
Sujarwo, Manajemen Aset dan Liabilitas Bank Syariah, (Depok:Penerbit PNJ Press,
2019), 76.
profitabilitas.72
NPF Non Non Performing Skala Sekunder
Performing Financing= Rasio
Financing Total Pembiayaan
Bermaslah x
yakni
Total Pembiyaan
perbandingan
100%
tingkat resiko
pembiayaan
macet dengan
tingkat
pembiayaan
yang
disalurkan oleh
perbankan
kepada
nasabah.73
ROA Return On Laba Bersih Skala Sekunder
ROA =
Total A set
x
Asset yakni Rasio
rasio 100%
profitabilitas
yang
menggambarka
n kemampuan
bank dalam
memperoleh

72
Muhammad Syakhrun, dkk, “Pengaruh CAR, BOPO, NPF, Dan FDR Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”, Bongaya Journal of Research in
Management 3, no. 1, (2019): 5.
73
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dkk, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia Periode 2016-2018,” JIHBIZ Global Journal of Islamic Banking and Finance 3, no. 1
(2021): 45.
laba dari hasil
pengelolaan
aset yang
dimilikinya
secara
keseluruhan.74

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling stategis
dalam riset, karena dalam riset tujuan utamanya yaitu memperoleh data.
Jika tidak mengerti teknik pengumpulan data, berarti peneliti tidak akan
memperoleh data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Riset ini
menetapkan metode pengumpulan data dengan teknik dokumentasi.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-
data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran
fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah riset.75
Dalam sebuah riset, keberadaan data mutlak diperlukan. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam riset ini, kita memang
membutuhkan data dari berbagai sumber. Data dapat didefinisikan sebagai
informasi dari catatan peristiwa, kumpulan informasi atau angka, atau
kumpulan informasi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan riset.
Data juga dapat dijadikan sebagai bahan baku yang perlu diolah untuk
menghasilkan informasi kualitatif dan kuantitatif atau informasi yang
menunjukkan fakta. Data yang baik dalam proses riset adalah data yang
dapat dipercaya (valid), tepat waktu, mencakup jangkauan yang luas,
relevan, dan memberikan gambaran yang lengkap tentang pertanyaan riset
yang sedang kita kerjakan.

74
Eko Sudarmanto, Astuti, dkk, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta: Yayasan Kita
Menulis, 2021), 35.
75
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2016), 137.
Data yakni komponen riset yang sangat penting dan mendasar.
Oleh karena itu, sebelum mengumpulkan data riset, kita harus menentukan
data apa yang harus kita kumpulkan selama proses riset. Bagaimana kita
mengumpulkan data kemudian juga harus direncanakan dengan hati-hati.
Jenis data yang dikumpulkan akan mempengaruhi metode atau teknik
pengumpulan data yang akan diterapkan.76 Data yang diperlukan dalam
riset ini yaitu data sekunder yang meliputi dokumen, artikel, buku, jurnal
dan lainnya. Data yang dimaksud yairu laporan keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang terdapat dalam Otoritas Jasa Keuangan
periode 2017-2022.

H. Teknik Analisis Data


1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan menggambarkan atau menggambarkan data
yang telah dikumpulkan, dan tidak dimaksudkan untuk menarik
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau menggeneralisasi.Statistik
deskriptif hanya berkaitan dengan menggambarkan atau memberikan
informasi tentang data atau situasi. Statistik deskriptif digunakan untuk
menjelaskan situasi, gejala, atau masalah.77Analisis deskriptif dalam
riset ini adalah deskripsi mean, minimum, maksimum dan standar
deviasi data untuk masing-masing variabel.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas mempunyai tujuan untuk menguji variabel
pengganggu yang terdistribusi normal atau residual dalam metode
regresi. Seperti dapat dilihat, uji t dan f mengansumsikan bahwa
residual terdistribusi normal. Jika asumsi ini tidak dipatuhi, uji

76
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 84.
77
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2014), 30-31.
statistik akan menjadi tidak valid untuk ukuran sampel yang kecil.78
Model regresi yang baik memiliki nilai residual yang terdistribusi
normal. Ada beberapa cara untuk menguji normalitas, yaitu dengan
melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal
P-P Plot of regression standardized residual atau dengan uji One
Sampel Kolmogorov-Smirnov.
Penentuan untuk mengetahui distribusi data, apakah
mengikuti distribusi normal, poisson, uniform, atau exponential
dengan menetapkan uji one sampel kolmogorov-smirnov dalam
riset ini. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual
terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka residual berdistribusi normal.79
b. Uji Mutikolonieritas
Uji multikolinearitas dirancang untuk menguji apakah
model regresi menemukan korelasi (independen) antara variabel
independen. Indikator model regresi yang baik yaitu tidak adanya
korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika
variabel-variabel bebas saling berhubungan, maka variabel-
variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar variabel bebasnya adalah
nol.Toleransi mengukur variabilitas variabel yang dipilih,
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilaitoleransi ≥
0,10 sertadengannilai VIF ≤ 10,
makatidakterjadimultikolinearitas.80
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

78
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang:
Undip, 2011), 160.
79
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolahan Data Terpraktis, 94.
80
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 19, 105.
kesalahan penganggu pada periode t-1 dalam model regresi linier.
Jika terdapat korelasi, maka disebut masalah autokorelasi.
Autokorelasi terjadi karena pengamatan berturut-turut dari waktu
ke waktu berkorelasi. Model regresi yang baik adalah model tanpa
autokorelasi. Untuk menentukan ada apakah ada korelasi, uji
Durbin-Waston (DW) dilakukan pada kondisi berikut81:
1) DU < DW < 4 – DU maka H0 diterima, artinya tidak terjadi
autokolerasi.
2) DW < DL atau DW > 4 – DL maka H 0 ditolak, artinya terjadi
autokorelasi.
3) DL < DW < DU atau 4 – DU < DW < 4 – DL, artinya tidak ada
kepastian atau kesimpulan yang pasti.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dirancang untuk menguji apakah
terdapat ketidaksamaan varians pada residual dari satu pengamatan
ke pengamatan lainnya dalam suatu model regresi. Jika varians
residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya masih ada,
disebut homoskedastis, dan jika berbeda disebut heteroskedastis.
Model regresi yang baik adalah model dengan atau tanpa
homoskedastisitas.82 Untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan uji glejser. Uji glejser
dilakukan dengan meregresi variabel bebas dengan nilai absolut
dari residualnya. Jika nilai signifikansi variabel independen dan
residualabsolut lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.83
3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda dan Koefisien Determinasi
(R2)
a. Analisis Regresi Linier Berganda

81
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolahan Data Terpraktis, 106.

82
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 19, 139.
83
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolahan Data Terpraktis, 115.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh atau hubungan linier antara dua atau lebih
variabel independen dengan satu variabel dependen.84Dalam riset
ini untuk menganalisis data menetapkan rumus persamaan linier
berganda. Uji regresi linier berganda digunakan untuk pengujian
hipotesis pertama, dimana variabel dependennya adalah
Profitabilitas (Y) dan variabel independennya adalah
Likuiditas(X1), Kecukupan Modal(X2), dan Pembiayaan
Bermasalah (X3). Dengan rumus85:
Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + e
Keterangan:
Y : Profitabilitas
a : Konstanta
X1 : Likuiditas
X2 : Kecukupan Modal
X3 : Pembiayaan Bermasalah
b1b2b3 : Koefisien Regresi
e : Standar Eror
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) terutama mengukur seberapa
baik model menjelaskan perubahan variabel dependen. Koefisien
determinasi memiliki nilai antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil
berarti variabel independen memiliki kemampuan yang sangat
terbatas untuk menjelaskan perubahan variabel dependen. Nilai
yang mendekati satu berarti bahwa variabel bebas menyediakan
hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi
perubahan variabel dependen.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 bisa bernilai negatif,
meskipun nilai yang diinginkan harus positif. Jika nilai dalam uji
84
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolahan Data Terpraktis, 148.

85
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 289.
empiris. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif,
maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai 0. Jika nilai R2 = 1, maka
adjusted R2 = R2 = 1, dan jika R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 - k)/ (n
- k), maka adjusted R2 akan bernilai negatif.86 Besarnya koefisien
determinasi dapat dihitung dengan menetapkan rumus berikut:
R2 = r2 x 100%
Keterangan:
R2 : Koefisien Determinasi
r2 : Nilai Korelasi Berganda
100% : Presentase Kontribusi
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji F)
Uji signifikan parameter simultan bertujuan untuk
menentukan apakah variabel independen yang terkandung dalam
persamaan regresi secara bersama-sama mempengaruhi nilai
variabel dependen. Uji F digunakan untuk menentukan apakah
setiap variabel dependen sebagai prediktor memiliki hubungan
linier atau tidak dengan variabel dependen. Untuk menentukan
hipotesis, tes ini dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai
Fhitung dengan Ftabel , dengan ketentuan sebagai berikut87:
1) Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 di tolak dan H1 diterima
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 di tolak
2) Tingkat signifikansi > α = 0,05: H0 diterima
Tingkat signifikansi < α = 0,05: H0 di tolak
b. Uji Signifikansi Parameter Parsial (Uji T)
Uji signifikansi parameter parsiat atau Uji T pada dasarnya
menunjukkan besarnya pengaruh salah satu variabel penjelasan
atau dependen dalam menjelaskan perubahan variabel dependen.
Untuk menentukan hipotesis, tes ini dilakukan dengan
86
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 19, 97.
87
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), 257.
membandingkan nilai-nilai Thitung dengan Ttabel , dengan ketentuan
sebagai berikut88:
1) Jika Thitung >Ttabel , maka H0 di tolak dan H1 diterima
Jika Thitung <Ttabel , maka H0 diterima dan H1 di tolak
2) Tingkat signifikansi > α = 0,05: H0 diterima
Tingkat signifikansi < α = 0,05: H0 di tolak

88
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 19, 98.
BAB IV
HASIL RISET DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran ObyekRiset
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pendirianlembagakeuangan Islam didasarkan pada
tuntunanbermualamahdalam Islam yang yaknikeinginankuatdarisebagian
orang mayoritasumat Islam, dan
langkahpositifdalamrangkaretrukturisasiperekonomian Indonesia
digariskandenganberbagaiskenariokebijakanumumkeuangan, moneter,
dan perbankan.
Kebijakankhususnyayaituuntukmengisikesempatanbagikebijakan
Liberation Bank saatmenentukantingkatbunga yang diketahui pada
saatitudenganperbankantanpabunga. DenganUndang-Undang No 21
Tahun 2008 berkenaanpasal 1 Perbankan Syariah, Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yakni salah satulembagakeuangan yang
kegiatannyatidakmenyediakanlayananlalulintaspembayarann, dan
Beracuanprinsip-prinsiphukum Islam.89
Undang-UndangNomor 21 Tahun 2008 tentangperbankan syariah
sudahmengatursecarakhususeksitensi bank syariah di Indonesia. Undang-
Undangtersebutmelengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun 1992
tentangperbankansebagaimanatelahdiubahdengan UU No. 10 Tahun
1998 yang
belumspesifiksehinggadiperlukanpengaturankhususdalamUndang-
Undangtersendiri. Menurutpasa 18 Undang-Undang No 21 2008. Bank
Syariah terdiridari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.90Bentukhukum BPRS yaituperseroanterbatas. BPRS
hanyadapatdimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia,

89
StatistikPerbankan Syariah, https://www.bi.go.id/UU No 21 2008, Di akses 15 November
2022 Pukul 14:31 WIB.
90
Ahmad Ifham, PedomanUmum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Gramedia,
2010), 3.
pemerintahandaerahataukemitraanantara WNI atau Badan hukum
Indonesia denganpemerintahdaerah.91
2. Tujuan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)
Setiaplembagabaikkeuanganatautidakmemilikitujuanoperasional.
Adapun
tujuanopersionalakanmemberikanperusahaangambarantentangprospek
masa depan, apa yang ingindicapai. Adapun tujuanoperasional BPRS
yaitu:
a. Meningkatkankesejahteraanekonomiumat Islam,
khususnyamasyarakatekonomitertinggal yang bertempattinggal di
pedesaan.
b. Meningkatkanlapangankerja, terutama di tingkatjalanan,
sehinggamengurangiurbanisasi.
c. Mempromosikanukhuwahislamiyahmelaluikegiatanekonomimendala
mdalamrangkameningkatkanpendapatanperkapitauntukmeningkatka
nkualitashidup yang memadai.92
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat membantu masyarakat
yang memiliki ekonomi terbatas, semua produk yang dimiliki BPRS
sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagi masyarakat yang
membutuhkan dapat melakukan pembiayaan pada BPRS. Untuk
masyarakat yang mempunyai keinginan bekerja tetapi tidak mempunyai
dana bisa melakukan pembiayaan produktif yaitu untuk peningkataan
usaha baik usaha produksi, perdaangan,maupun investasi. Jika
masyarakat membutuhkan sesuatu untuk konsumsi maka dapat
melakukan pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang diberikan
untuk pemelianatau pengadaan barang tertentu.
3. Strategi Operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

91
Andri Soemitro, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2016),
EdisiKedua, 59.
92
WarkumSumitro, Asas-asasPerbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (Jakarta:
PT Raja GrafindoPersada, 2004), 129.
Strategi yang digunakan upaya untuk mencapai tujuan
operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu sebagai berikut:93
a. BPRS tidak pasif atau menunggu terhadap datangnya permintaan
fasilitas, akan tetatpi harus bersifat aktif dengan menjalankan
solisitasi/riset kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang
memerlukan tambahan modal, sehingga mempunyai prospek bisnis
yang baik.
b. BPRS mempunyai jenis usaha yang waktu perputaran uangnya
jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan
kecil.
c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberikan pembiayaan.
Strategi BPRS untuk berusaha tidak menunggu nasabah untuk
datang ke BPRS, namun BPRS berusaha mendekati masyarakat dengan
bermacam-macam cara, seperti terjun ke tempat-tempat usaha
masyarakat yang kecil yang masih memerlukan pengembangan usahanya
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan
adanya lembaga keuangan seperti BPRS. Upaya yang dilakukan BPRS
adalah salah satu upaya yang bisa membantu program pemerintah dalam
mensejahterakan perekonomian masyarakat.
4. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah diatur dalam pasal 21 yaitu bahwa kegiatan usaha
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi94:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1) Simpanan dalam bentuk tabungan atau bentuk lain yang
dipersamakan Beracuan akad wadi’ah atau akad lainnya yang
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.

93
WarkumSumitro, Asas-asasPerbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkati, 130.
94
Otoritas Jasa Keuangan, “ 21 Tahun 2008, Perbankan Syariah”, (16 Juli 2008)
2) Investasi dalam bentuk deposito atau tabungan atau lainnya
yang dipersamkan Beracuan akad mudharabah atau akad
lainnya yang tiak melanggar prinsip-prinsip syariah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1) Pembiayaan bagi hasil Beracuan akad mudharabah atau
musyarakah.
2) Pembiayaan Beracuan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3) Pembiayaan Beracuan akad qardh.
4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah Beracuan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
5) Pengamnilalihan utang Beracuan akad hawalah
c. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
Beracuan akad wadi’ah atau investasi Beracuan akad mudharabah
atau akad lainnya yang tidak bertenntangan dengan prinsip syariah.
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum
Konvensional, dan Unin Usaha Syariah.
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya sesuai dengan prinsip syariah Beracuan persetujuan Bank
Indonesia.
Adapun pelarangan kegiatan operasional Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Beracuan UU No. 21 Tahun 2008 adalah:95
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.

95
Otoritas Jasa Keuangan, “ 21 Tahun 2008, Perbankan Syariah”, (16 Juli 2008)
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran
uang asing dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk
untuk menanggulangi kesulitan likuiditas BankPembiayaan Rakyat
Syariah.
f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam
Undang-Undang.
5. Perkembangan BPRS di Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan sebagai badan independen yang memiliki
mandat untuk mengatur dan mengawasi sektor perbankan untuk kinerja
yang sehat, termasuk dalam industri Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah perlu dilakukan agar industri dapat
berkembang secara sehat dan berkelanjutan serta dapat memberikan
kontribusi yang lebih praktis bagi perekonomian , khususnya dalam
memberikan akses keuangan kepada masyarakat dan Usaha Mikro dan
Kecil di daerah atau wilayahnya.96
Perkembangan jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia mengalami fluktuatif. Pada tahun 2017 dan 2018 berjumlah
167 BPRS, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan di provinsi
Bengkulu, Nanggro Aceh Darusalam, dan Papua, sehingga berjumlah
164 BPRS. Dan juga pada tahun 2020 berjumlah 163 BPRS mengalami
penurunan yang terjadi di provinsi Jawa barat. Provinsi Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah sebagai tiga provinsi dengan jumlah BPRS
terbanyak.
Pertumbuhan BPRS hingga akhir tahun 2021 mengalami hal positif
baik di sisi aset, pembiayaan, maupun penghimpunan dana masyarkat.

96
Otoritas Jasa Keuangan ,”Roadmap Pengembangan Usaha Industri BPR dan BPRS”,
diakses pada 15 November 2021,
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Roadmap-Peengembangan-Industri-
BPR-dan-BPRS-(RBPR-S)-2021-2025.aspx.
Saat ini, pertumbuhan aset BPRS mencapai 17,05 triliun. Sedangkan
pembiayaan dan dana pihak ketiga masing-masing yaitu 11,98 triliun dan
11,59 triliun. Pada lima tahun sebelumnya aset BPRS yaitu 10,84 triliun
pada tahun 2017. Sedangkan masing-masing pembiayaan dan dana pihak
ketiga pada tahun 2017 berjumlah 7,74 triliun dan 6,97 triliun. Hal ini
menujukan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menyimpan
uangnya di BPRS.
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data
secara statistik. Penggambaran data risetberupamean, minimum, maksimum
dan standardeviasidari masing-masing variabelriset.
Tabel 4. 1
StatistikDeskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
FDR 66 103.38 124.47 113.5726 4.67815
CAR 66 17.99 33.26 22.7988 3.56986
NPF 66 6.95 11.80 9.1380 1.44020
ROA 66 1.63 2.73 2.2312 .31868
Valid N (listwise) 66
Sumber : data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
Beracuantabel 4.1 hasilstatistikdeskriptifdapatdilihatbahwajumlah
total data yang digunakandalamrisetyaitu 66 sampel yang
berasaldarilaporankeuangan BPRS di Indonesia periodeJanuari 2017 – Juni
2022. Variabellikuiditas (FDR) memperolehnilai minimum 103,38,
nilaimaksimum 124,47, nilai rata-rata (mean) sebesar 113,5726 dan
nilaistandardeviasi 4,67815. Pada variabel FDR memilikinilai minimum,
maksimum, mean dan standardeviasi yang
lebihtinggidaripadavariabellainnya. Variabelkecukupan modal (CAR)
memperolehhasilnilai minimum 17,99, nilaimaksimum 33,26, nilai rata-rata
(mean) sebesar 22,7988 dan standardeviasi 3,56986.
Variabelpembiayaanbermasalah (NPF) memperolehhasilnilai minimum 6,95,
nilaimaksimum 11,80, nilai rata-rata (mean) sebesar 9,1380 dan
nilaistandardeviasisebesar 1,44020.
Hasil nilai rata-rata (mean) variabelindependenmemilikinilai yang
lebihbesardibandingkannilaistandardeviasinya, haltersebutmenunjukanbahwa
data mengindikasikanhasil yang baik. Variabeldependenprofitabilitas (ROA)
memperolehhasilnilai minimum 1,73, nilaimaksimum 2,73, dengannilai rata-
rata (mean) 2,2312 dan nilaistandardeviasisebesar 0,31868. Hasil
tersebutmenunjukanbahwanilaistandardeviasilebihkecildaripadanilai rata-rata
ROA yang mengindikasihasil yang baik.

C. Hasil Uji AsumsiKlasik


1. Hasil Uji Normalitas
Uji
normalitasberfungsiuntukmelihatapakahvariabelpenggangguatau residual
bedistribusi normal. Dalam uji normalitas data menetapkan uji One-
Sample Kolmogorov Smirnov. Untukmengetahuiapakahdistribusi residual
terdistribusi normal atautidak, jikanilaisignifikansilebihbesardari 0,05
maka residual berdistribusi normal.
Tabel 4. 2
.Hasil Uji Normalitas

Unstandardized
Residual
N 66
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .22201882

Most Extreme Differences Absolute .076


Positive .076
Negative -.053
Test Statistic .076
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
Pada hasilpengujiannormalitasdengan uji One Sample Kolmogorov
Smirnov Test tersebut, pada tabel 4. 3dapatdiketahuibahwanilaisignifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed)) yang dihasilkanlebihdari 0,05, yaitu 0,200 > 0,05
yang berartimaka data pada risetiniterdistribusisecara normal.
2. Hasil Uji Multikolinearitas
Hubunganvariabelindependenterhadapvariabeldependenmenjadite
rgangguapabilaterdapatkorelasi yang tinggiantaravariabel-
variabelindependennya. Untukitudilakukan uji multikolinearitas.
Pendeteksianada dan
tidaknyamultikolinearitasdapatdilihatdarinilaiVariance Inflation Factor
(VIF) ataunilaitoleransi. Jika nilaitoleransi ≥ 0,10 sertadengannilai VIF ≤
10, makatidakterjadimultikolinearitas.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
FDR .792 1.262
CAR .834 1.199
NPF .677 1.477

Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)


Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4. 3 di
atasmenunjukanbahwanilai VIF setiapvariabel ≤ 10 dan nilaitolerance ≥
0,10. Nilai VIF variabel FDR sebesar 1, 262, variabel CAR sebesar
1,199, dan variabel NPF sebesar 1,477. Kemudiannilaitolerance pada
variabel FDR sebesar 0,792, variabel CAR 0,834, dan variabel NPF
sebesar 0,677. Hasil pengujiantersebutmenunjukan model
risetinitidakterdapatgejalamultikolinearitas, yang
berartibahwatidakadakorelasiantarvariabelindependen yang tinggi.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Hubunganantarvariabeldalamriset yang
menetapkanteknikanalisisregresibergandaharusterbebasdarimasalahautok
orelasi. Untukmendeteksiadaatautidaknyaautokorelasi,
dapatdilakukandengancara uji Durbun-Watson (DW). Uji
inibisadinyatakanbebasdariautokorelasi dan dapatditerimaapabila DU <
DW < 4 – DU.

Tabel 4. 4
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square
Square the Estimate Watson
1 .860a .740 .723 .16897 2.289
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.4 di atasmenunjukanbahwanilai
DW yaitu 2,289. BeracuantabelDurbin Wastonpembanding,
dapatdiketahuinilai DU = 1,6974, DL = 1,5079 dan 4 – DU = 2,3026.
Kriteriabebasautokorelasiterpenuhidengan DU < DW < 4 – DU
yaitudengannilaisebesar 1,6974 < 2, 289 < 2,3026. Dari hasil uji
autokorelasitersebutartinya data pada risetinitidakterjadiautokorelasi.
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pendeteksianterhadapheteroskedastisitasdimaksudkanuntukmen
getahuiapakahdalamsebuah model regresiterjadiketidaksamaanvariandari
residual ataupengamatankepengamatanlain. Uji
glejserdigunakanuntukmengetahuiada dan tidaknyaheteroskedastisitas.
Uji
inidilakukandenganmeregresikannilaimutlakdenganvariabelindependende
ngannilaisignifikansilebihbesardari 0,05
makatidakterjadiheteroskedastisitas.
Tabel 4. 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) .366 .453 .807 .423
FDR .002 .004 .053 .383 .703
CAR -.009 .005 -.241 -1.779 .080
NPF -.018 .015 -.181 -1.207 .232
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
Beracuanhasil uji heteroskedastisitasmelalui uji Glejserpada
Tabel 4. 6dapatdilihatbahwanilaisignifikan masing-masing
variabelbebas> 0,05 yaitu pada variabellikuiditas (FDR) sebesar 0,703,
kecukupan modal (CAR) sebesar 0,080, dan
pembiayaanbermasalahsebesar 0,232. Hal
inidapatdikatakanbahwahasilmenunjukantidakterjadiheteroskedastisitasd
alam model regresi pada risetini, dan
pengujianvariansvariabeldiketahuiterpenuhi, yang
ditunjukandengannilaisignifikansivariabelrisetlebih> 0, 05.

D. Hasil Uji Hipotesis


1. Hasil Uji KoefisienDeterminasi¿)
Uji
koefisiendeterminasiinibertujuanuntukmengetahuiseberapabesarkemamp
uanvariabeldependendapatdijelaskan oleh variabelindependen. Nilai R2
yang kecilberartikemampuanvariabel-
variabelindependenmenjelaskanvariasivariabeldependenterbatas.
Apabilakoefisiendeterminasimendekatisatumakavariabelindependenakan
berpengaruhterhadapvaraibeldependen.
Dalamrisetinivariabelindependenlebihdaridua, makakoefisiendeterminasi
yang digunakanyaitunilaiadjusted R square.
Tabel 4. 6 Hasil Uji KoefisienDeterminasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .717a .515 .491 .22733

Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)


Koefisiendeterminasi pada Tabel 4. 6
dapatdiketahuinilaiadjusted R square sebesar 0,491 atau 49,1%. Hal
iniberartibahwavariabel yang ditelitiyaitulikuiditas (FDR), kecukupan
modal (CAR), dan pembiayaanbermasalah (NPF)
memilikipengaruhsebesar 49,1% terhadapprofitabilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia tahun 2017-2022. Sedangkansisanyasebesar
50,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidakditelitidalamrisetini.

2. Hasil Uji KoefisienRegresi Linier Berganda


Uji regresi linier
bergandadigunakanuntukmengetahuipengaruhatauhubungan linier
antaraduaataulebihvariabelindependendengansatuvariabeldependen.
Dalamrisetinivariabelindependenterdiridarilikuiditasatau FDR (X1),
kecukupan modal atau CAR (X2), dan pembiayaanbermasalahatau NPF
(X3) terhadapprofitabilitas (Y) sebagaivariabeldependen.
Tabel 4. 7 Hasil Uji KoefisienRegresi Linier Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.227 .743 -4.340 .000
FDR .043 .007 .631 6.345 .000
CAR .009 .009 .100 1.031 .307
NPF .041 .024 .186 1.728 .089
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
BeracuanTabel 4.7
dapatdilihatpersamaanregresibergandadapatdirumuskansebagaiberikut:
Y = (-3,227) + 0,043 X1 + (0,009 X2) + 0,041 X3 + e
Rumus di atasdapatdijelaskansebagaiberikut:
a. Konstanta = - 3,227
Nilai konstantasebesar – 3,227dapat diinterprestasikanjika
ROA variabeldependentetapsebesar -3,227,
makavariabelindependenlikuiditasatau FDR (X1), kecukupan modal
atau CAR (X2), dan pembiayaanbermasalahatau NPF (X3)
sebelumnyakonstantidakberubah. Setiapvariabel pada risetinidibatasi
pada penilaian minimum (tidaknolehnol). Jika
nilainyanolmakaprofitabilitasatau ROA
memilikitingkatkinerjasebesar -3,227.
Meskipunnilaikontantabernilainegatiftidakmenjadipermasalahan.

b. KoefisienVariabelLikuiditasatau FDR (X1) = 0,043


Variabel FDR
memilikiarahkoefisienpositifdengannilaikoefisiennyayaitu 0,043.
Hal tersebutberartibahwalikuiditasatau FDR
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitasatau ROA (Y). Nilai
koefisienvariabel FDR sebesar 0,043
menunjukanbahwasetiappeningkatanlikuiditassebesarsatusatuanmak
aprofitabilitasakanmeningkatsebesar 0,043.
c. KoefisienVariabelKecukupan Modal atau CAR (X2) = 0,009
Variabel CAR
memilikiarahkoefisienpositifdengannilaikoefisiennyayaitu 0,009.
Hal tersebutberartibahwakecukupan modal atau CAR
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitasatau ROA (Y). Nilai
koefisien 0,009 menunjukanbahwasetiapkenaikan CAR
sebesarsatusatuanmakaakanmenyebabkankenaikanprofitabilitassebes
ar 0,009.
d. KoefisienVariabelPembiayaanBermasalahatau NPF (X3) = 0,041
Variabel NPF
memilikiarahkoefisienpositifdengannilaikoefisiennyayaitu 0,041.
Hal tersebutberartibahwapembiayaanbermasalahatau NPF
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitasatau ROA (Y). Nilai
koefisienvariabel NPF sebesar 0,041
menunjukanbahwasetiappeningkatanpembiayaanbermasalahsebesars
atusatuanmakaakanmenyebabkanpeningkatanprofitabilitassebesar
0,041.
3. Hasil Uji T (Parsial)
Uji T digunakanuntukmengetahuiapakahvariabel-
variabelindependensecaraparsialberpengaruhnyataatautidakterhadapvaria
beldependendengansyaratberpengaruhsecarasignifikanjikanilaiThitung>Ttabel
dengansignifikansi 5%. Adapun hasil uji T parsialsebagaiberikut.
Tabel 4.8
Hasil Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.227 .743 -4.340 .000
FDR .043 .007 .631 6.345 .000
CAR .009 .009 .100 1.031 .307
NPF .041 .024 .186 1.728 .089
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
BeracuanTabel 4.8 pada hasil Uji T dapatdilihatpengaruh masing-
masing variabelsecaraparsialsebagaiberikut:
a) Pada pengujianhipotesispertamayaitupengujianvariabellikuiditasatau
FDR terhadapprofitabilitas BPRS di Indonesia tahun 2017-2022.
Pada Tabel 4.8 dapatdiketahuinilaiThitungvariabel FDR sebesar 6,345
>dariTtabelyaitu 1,669 dengansignifikansi 0,000 <
0,05 ,makadapatdisimpulkanbahwavariabel FDR (X1)
secaraparsialberpengaruhpositifsignifikanterhadapprofitabilitasatau
ROA (Y).
b) Pada pengujianhipotesiskeduayaitupengujianvariabelkecukupan
modal atau CAR terhadapprofitabilitas BPRS di Indonesia tahun
2017-2022. Pada Tabel 4.8 dapatdiketahuinilaiThitungvariabel CAR
sebesar 1,031 <Ttabelyaitu 1,669 denga nilaisignifikansi 0,307 > 0,05,
makadapatdisimpulkanbahwavariabel CAR (X2) secaraparsial t
berpengaruhnegatiftidaksignifikanterhadapprofitabilitasatau ROA
(Y).
c) Pengujianhipotesisketigayaitupengujiamvariabelpembiayaanbermasal
ahatau NPF terhadapprofitabilitas BPRS di Indonesiatahun 2017-
2022 . pada Tabel 4.8 dapatdiketahuinilaiT hitungvariabel NPF sebesar
1,728 >Ttabelyaitu 1,669 dengannilaisignifikansi 0,089,
makadapatdisimpulkanbahwavariabel NPF (X3)
secaraparsialberpengaruhpositiftidaksignifikanterhadapprofitabilitasa
tau ROA (Y).
4. Hasil Uji F (Simultan)
Uji F digunakanuntukmengujiapakahvariabel-
variabelindependenlikuiditasatau FDR (X1), kecukupan modal
atau CAR (X2) dan pembiayaanbermasalah (X3)
secarasimultanbeprngaruhsignifikanterhadapvariabeldependenya
ituprofitabilitasatau ROA (Y) dengansyaratjikajikaFhitung>Ftabel.
dengansignifikansi 0,05. Adapun hasil uji F
adalahsebagaiberikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 3.397 3 1.132 21.913 .000b
1
Residual 3.204 62 .052
Total 6.601 65
Sumber: data sekunderdiolah IBM SPSS 26 (2022)
BeracuanTabel4.9 dapatdiketahuinilaiFhitungsebesar
21,913 dan nilaiFtabelsebesar 2,75 yang berartinilaiFhitung>Ftabeldan
nilaisignifikansinyayaitu 0,000 yang berarti< 0,05.
Makadapatdisimpulkanbahwavariabellikuiditasatau FDR (X1),
kecukupan modal atau CAR (X2), dan
pembiayaanbermasalahatau NPF (X3)
secarasimultanberpengaruhterhadapvariabeldependennyayaitupr
ofitabilitasatau ROA (Y).

E. Pembahasan
1. PengaruhLikuiditas (Financing to Deposit Ratio)
terhadapProfitabilitas (Return On Asset)
Hipotesispertama (H1) pada
risetiniyaitulikuiditasberpengaruhpositifterhadapprofitabilitas.
HipotesisiniditerimakarenaBeracuanhasilpengolahan data
untukvariabellikuiditasatau FDR
menunjukannilaisignifikansinyasebesar 0,000 yang berartikurangdari
0,05 dan nilaiThitung>Ttabelyaitusenilai6,345 > 1,669. Nilai
koefisienregresivariabellikuiditasatau FDR adalah 0,043, yang
yakniangkapositif. Nilai koefisienregresi yang
positifmenunjukanbahwalikuiditasatau FDR
mempunyaihubunganpositifterhadapprofitabilitas.
Dapatdisimpulkanbahwavariabellikuiditasatau FDR
berpengaruhpositifsignifikanterhadapprofitabilitasatau ROA.
Hasil risetinitidaksejalandenganriset yang dilakukan oleh Hafiz
Muarif (2021) yang
menyatakanbahwalikuiditasberpengaruhnegatifterhadapprofitabilitas.
Hal inimengindikasibahwasetiapadanyakenaikantingkatlikuiditasmaka
akanmenurunkantingkatprofitabilitas (ROA). Jika
likuiditassemakinmeningkat, makaprofitabilitas (ROA) yang
dihimpunakanmenurun. Likuiditas yang
tinggimampumenyebabkanturunnya asset perusahaankarena
dapatdigunakanuntukmemenuhikewajiban-
kewajibanjangkapendekterhadap dana pihakketiga.
Apabilalikuiditasmeningkat, dapat juga mengakibatkankinerjakeuangan
bank menurun dan dapat juga menambahresiko bank
yaituterjadikebangrutan.97
Hasil risetinisejalandenganrisetMumun dan Yanti (2020) yang
menyatakanbahwa FDR berpengaruhpositif dan
signifikanterhadapprofitabilitas.98 FDR
akanmelihatseberapajauhpemberianpinjamankepadanasabah,
pinjamandapatmengimbangikewajiban bank
untuksegeramemenuhipermintaandeposan yang
inginmenarikkembaliuangnya yang telahdigunakan oleh bank
untukmemberikanpinjaman.
Teori agensi mendukung riset ini karena teori agensi
menyatakan bahwa harus terdapat kesesuaian antara informasi yang
dimiliki oleh bank serta manajer yang nantinya akan disampaikan
kepada nasabah. Kinerja keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian ekuitas serta minat nasabah
untuk menginvestasikan dananya. Oleh karena itu nasabah dapat menilai
apakah bank tersebut mempunyai likuiditas yang baik atau tidak.
Apabila likuiditas bank dinilai baik oleh pihak yang membutuhkan
informasi, maka bank dapat menjalankan kinerjanya dengan baik.
RasioFinancing to Deposit Ratio mempunyaiperanan yang
penting dan yaknirasio yang digunakanuntukmengukurlikuiditas bank
dan memenuhikewajiban yang harusdipenuhi. Apabilanilai FDR
97
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dan Abrar Amri, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah Dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Periode
2016-2018”, 49.
98
MumunMaemunah dan Yanti, “ Pengaruh NPF, BOPO, dan FDR
TerhadapProfitabilitasPerbankan Syariah Periode 2012-2016”, 89.
tinggimakasemakintinggialiran dana pihakketiga dan itu juga
menunjukanbahwasemakintinggipembayarannya,
semakinbanyakpendapatan bank meningkat. Hal
inisepertidenganresikotinggipengembaliantinggi (high risk). Jika rasio
FDR bank di bawah 120% yang yaknistandar yang dianut oleh BPRS,
artinyabagian dana bank yang dialokasikankepadapihak lain yang
membutuhkancukupbaik. Pada saat yang sama, jikarasio FDR melebihi
yang ditetapkan, dapatdikatakanbahwaover budget yang
digunakanpembiayaan dana pihakketiga dan
menunjukansemakinriskankondisilikuidasi bank.
Hasil pengolahan data dalamrisetinimenunjukanbahwa FDR
berpengaruhpositifsignifikanterhadapprofitabilitas (ROA). BPRS di
Indonesia memiliki rata-rata tingkatnilairasio FDR sudahmencapai di
atas 100%. Hal inimenunjukanbahwa BPRS
dapatmenjalankankinerjanyasebagailembagaintermediasidenganbaik.
BPRS dinilaidapatmenyalurkanpembiayaankepadamasyarakatsecara
optimal sehinggadeposanmempercayakan BPRS dapatmengelola dana
yang merekamiliki. Apabilatingkatkepercayaanmasyarakatterhadap
BPRS semakintinggimakaperolehan dana yang
didapatkandarideposansemakinbanyak. Tingkat profitabilitas pada
BPRS dapatdipengaruhi pada perolehan dana. Apabila FDR naik
makaprofitabilitas yang diperoleh bank juga naik denganasumsibahwa
bank mampumenyalurkan dana
pihakketigakepadanasabahsecaramaksimal.
2. PengaruhKecukupan Modal (Capital AdequancyRatio)
terhadapProfitabilitas(Return On Asset)
Hipotesiskedua (H2) risetinibahwakecukupanmodal
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitasditolak. Hasil pengolahan data
untukvariabelkecukupan modal (CAR) iniditolakkarenanilaisignifikansi
0,307 > 0,05 dan nilaiThitung<Ttabelyaitusebesar 1,031 < 1,669. Nilai
koefisienregresivariabel CAR 0,009.
Koefisienregresipositifmenunjukanbahwavariabelkecukupan modal
berhubunganlangsungdenganprofitabilitas.
Denganhasiltersebutdapatdisimpulkanbahwavariabelkecukupan modal
(CAR) berpengaruhnegatiftidaksignifikanterhadapprofitabilitas (ROA).
Hasil risetinitidaksejalandenganriset Hafiz Muarif (2021) yang
menyatakanbahwakecukupan modal
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitas.
Risettersebutmenyatakansemakinmeningkatnya modal yang digunakan,
bank akanterdoronguntukmeningkatkanprofitabilitas bank, karena
modal tersebutdigunakanuntukmemenuhikebutuhan bank. Sehingga
uang
tersebutdapatdigunakanuntukmeningkatkanprofitabilitasperusahaan.99
Hasil risetinikonsistendenganriset yang dilakukan Muhammad
Syakhrun dan Asbi Amin (2019) yang menunjukanbahwa CAR
memilikipengaruhnegatif dan tidaksignifikanterhadapprofitabilitas. Nida
Laily dan Mohammad Yusron (2019) yang juga menyatakanbahwa
CAR memilikihubungannegatifdenganprofitabilitas dan
memberikandampak yang tidaksignifikan.100 Hal
inibisaterjadiakibatpeningkatanprofitabilitasturutdiikuti juga
denganmeningkatnyakebutuhanpembentukancadangandalamrangkamen
gantisipasikonsekuensipeningkatanresikosejalandenganoptimalisasiprod
uktivitas asset, sehinggakecukupanpermodalan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang diproksikandengan CAR mengalamipenurunan.
Teori sinyal mendukung hasil riset ini karena jika permodalan
yang digunakan suatu bank meningkat maka profitabilitas bank juga
tinggi. Apabila bank mempunyai profitabilitas yang tinggi, maka dapat
memberikan sinyal kepada nasabah bahwa bank tersebut dapat menjalan
kegiatan operasionalnya dengan efisien, sehingga membuat citra baik di
99
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dan Abrar Amri, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah Dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Periode
2016-2018”, 49.
100
Nida LailiFitriyah dan Mohammad YusronSholikhin, “FaktorPenentuProfitabilitas
BPRS Di Indonesia”, 178.
depan nasabah. Dengan adanya citra baik dari nasabah maka bank
tersebut akan semakin menarik banyak nasabah untuk dapat bergabung.
Banyaknya nasabah yang bergabung dapat meningkatkan permodalan
untuk menjalankan kegiatan operasional dan menunjang segala
kebutuhan, sehingga dapat memeperoleh laba yang diharapkan.
Hipotesis yang diajukan pada risetiniadalahpositif, karenanilai
CAR negatifmakadisimpulkanhipotesisiniditolak. CAR pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia pada tahun 2017-2022 yang
tinggitidakmenyebabkanprofitabilitas yang tinggi. Jika
dilihatdarikondisiempirisdariobyekriset,
makaakanterlihatbahwanilairasioCAR adalah di atas 8% dan
mempunyainilai rata-rata sebesar 22,7%. Hal inidapatdisebabkankarena
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang beroperasi pada tahun 2017-
2022 cukupbaikdalammengoptimalkan dana yang ada.
Bank mengoptimalkan dana yang adakarenaperaturan bank
yang mensyaratkan CAR minimal 8% mengakibatkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah berusahamenjaga agar CAR yang
dimilikisesuaidenganperaturan yang berlaku. Hasil pengolahan data
dalamrisetinimenunjukanbahwa CAR
berpengaruhtidaksignifikanterhadapprofitabilitas (ROA). Hal
inidapatdisebabkan oleh kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
dalammengelolakecukupan modal yang dimilikikurang optimal,
sehingga CAR tidakdapatmenyerapkerugian yang dialamidenganbaik.
Bank yang mempunyai modal
besartetapitidakbisamemanfaatkanmodalnyadengancaraefektifdalamme
nghasilkanlaba, makatidakakanberpengaruhterhadapprofitabilitas.
3. PengaruhPembiayaanBermasalah (Non Performing Financing)
terhadapProfitabilitas (Return On Asset)
Hipotesisketiga (H3) risetinibahwapembiayaanbermasalah
yang diproksikandengan NPF
berpengaruhpositifterhadapprofitabilitasditerima. Hasil pengolahan data
untukvariabelpembiayaanbermasalahhipotesisiniditerimakarenanilaisign
ifikansi 0,089> 0,05 dan nilaiThitung>Ttabelyaitusebesar 1,728 > 1,669.
Nilai koefisienregresiuntukvariabelpembiayaanatau NPF adalahpositif,
yaitu +0,041. Koefisienregresipositifmenunjukanbahwavariabel NPF
memilikihubunganpositifterhadapprofitabilitas.
Dengandemikiandapatdisimpulkanbahwapembiayaanbermasalahberpen
garuhpositiftidaksignifikanterhadapprofitabilitas.
Hasil risetinimendukungriset yang dilakukan oleh Uus Ahmad
Husaeni (2017) yang menyatakanbahwapembiayaanbermasalah yang
diproksikandenganNon Performing Financing (NPF)
berpengaruhsignifikanterhadap ROA. Hasil
risetinimenjelaskanbahwasemakintinggi dan rendahtingkat NPF,
makamengakibatkan naik turunnya ROA.101 Hasil risetRetnoWulandari
(2017) juga menyatakanbahwa NPF berpengaruhsignifikanterhadap
ROA. Semakintinggi NPF menunjukansemakintinggirisiko yang
dihadapi oleh bank, sebaliknyasemakinrendah NPF makamenunjukan
BPRS dapatmengelolapembiayaandenganbaiksehinggamengurangirisiko
bank dsnberdampak pada tingkatprofitabilitas.102
Hasil riset Medina dan Rina (2018) yang menyatakanbahwa
NPF berpengaruhnegatifterhadap ROA mendukunghasilrisetini. 103 Hal
inimenunjukanbahwasemakinbesar NPF akanberdampak pada
penurunanprofitabilitas.
Risikoberupakesulitanpengembalianpembiayaan oleh
debiturdenganjumlah yang cukupbesardapatmempengaruhikinerja bank.
Terdapatnyapembiayaanbermasalahtersebutmenyebabkanpembiayaan
yang disalurkanbanyak yang tidakmemberikanhasil.

101
Uus Ahmad Husaeni, “AnalisisPengaruh Dana PihakKetiga dan Non Performing
Financing Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia”, 12.
102
RetnoWulandari, “Pengaruh CAR, FDR, NPF, Dan Pertumbuhan DPK
TerhadapProfitabilitas Pada Industri BPRS Di Indonesia Tahun 2011-2015”, 753.
103
Medina Almunawaaroh dan Rina Maliana, “Pengaruh CAR, NPF, dan FDR
TerhadapProfitabilitas Bank Syariah Di Indonesia”, 16
Hipotesisiniditerimakarenabesarnya NPF menjadi salah
satupenghambattersalurnyapembiayaanperbankan.
Pembiayaanbermasalah yang
semakinmeningkatdapatmenyebabkanpembentukancadanganpembiayaa
nbermasalah. Kerugianpembiayaanyaknibiaya yang
berartimenurunkanlaba. Risettingkatpembiayaanbermasalahatau NPF
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun 2017-2022
tergolongtinggi. Beracuan data nilairasio NPF diatas 7%, dan
mempunyainilai rata-rata 9,13 %. Sesuaidenganaturan yang
telahditentukan oleh Bank Indonesia, NPF dikatakanbaikyaitubesarnya
di bawah 7%.
Nilai NPF yang tinggidapatberdampak pada kesehatan bank.
Semakinbesar NPF makasemakinbesar pula kerugian yang dialami
bank, yang kemudianakanmengakibatkanberkurangnyakeuntungan
bank. Keuntungan yang berkurangakanmengakibatkan total asset bank
juga ikutberkurang.
Terjadinyapembiayaanbermasalahdisebabkankarenamudahnya bank
memberikanpembiayaankurangcermatdalammengantisispasiberbagaike
mungkinanrisikousaha yang dibiayai. Untukitupentingbagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
untukmempertahankantingkatpembiayaanbermasalahnya pada tingkat
yang rendahsesuaidenganketentuan Bank Indonesia agar Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
dapatmempertahankanpertumbuhanprofitabilitas uang relatiftinggi.
4. PengaruhLikuiditas (Financing to Deposit Ratio), Kecukupan
Modal (Capital Adequency Ratio) dan PembiayaanBermasalah (Non
Performing Financing) terhadapProfitabilitas (Return On Asset)
Hipotesiskeempat (H4) risetiniditerima.
Beracuanhasilpengolahan data menunjukanbahwalikuiditas (Financing
to Deposit Ratio), kecukupan modal (Capital Adequency Ratio) dan
pembiayaanbermasalah (Non Performing
Financing)secarasimultanberpengaruhpositifterhadapprofitabilitas
(Return On Asset). Hal iniditunjukan pada hasilpengolahan data yang
didapatkanyaitunilaiFhitung>Ftabeldengannilaisebesar 21,913 > 2,75, dan
nilaisignifikansinyayaitu 0,000 < 0,05. Denganhasiltersebut,
makavariabelbebassecarasimultanmempunyaipengaruh yang
besarterhadapprofitabilitas.
Hasil risetinisejalandenganriset yang dilakukan oleh Hafizh,
Azharsyah, dan Abrar (2021) yang menyatakanbahwalikuiditas,
kecukupan modal, dan
pembiayaanbermasalahsecarasimultanberpengaruhpositifterhadapprofita
bilitas.104 Kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas dan
struktur yang mendukung pengelola dan pemanfaatan aset dapat
menunjang kinerja keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Akan
tetapi, jika struktur perusahaan, sistem, prosedur, regulasi, dan data base
kurang baik akan mengakibatkan pengelolaan aset, sehingga terjadinya
peningkatan biaya operasinal yang dapat mengakibatkan penurunan
profitabilitas.
Suatu bank wajibmemperhatikankeakuratan dana
likuiditasbaikdalamjangkapendekmaupunjangkapanjang. Jika likuiditas
bank tersebutberadadiposisi yang baikmakaprofitabilitassuatu bank juga
semakintinggisehinggamampumenghasilkannilai yang positifbagi bank.
Denganadanyakecukupan modal dapatmeningkatkankinerjasuatu bank
dalammenjagakepercayaanmasyarakatsehinggadapatmeningkatkan
modal bank itusendiri. Ketidaksesuaian bank dalammenyalurkan dana
mampumenjadikan bank
tersebutmengalamikendaladalammemenuhikewajibannya pada saatjatuh
tempo. Hal tersebutmempengaruhiseberapabanyakkeuntungan yang
diperoleh bank. Bank diharapkanselaludalamkondisi yang baik agar

104
HafizhMuarif, Azharsyah Ibrahim, dan Abrar Amri, “Likuiditas, Kecukupan Modal,
PembiayaanBermasalah Dan PengaruhnyaTerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah Periode
2016-2018”, 52.
semuapihak yang berkontribusidalampengelolaan dana
tersebuttidakmerasadirugikan,
sehinggadiperlukanpertimbangandalammengambilkeputusan yang
akandatang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan riset ini adalah untuk mengumpulkan bukti empiris tentang
pengaruh dari likuiditas (Financing to Deposit Ratio), kecukupan modal
(Capital Adequency Ratio), dan pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing) terhadap profitabilitas (Return On Asset) pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia tahun 2017-2022.
Beracuan hasil riset ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel likuiditas (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas pada BPRS di Indonesia tahun 2017-
2022, maka hipotesis pertama (H1) diterima. Beracuan hasil
pengolahan data, hipotesis ini diterima karena menunjukan bahwa nilai
signifikansi untuk variabel likuiditas (FDR) yaitu 0,000 yang berarti
lebih kecil dari 0,05, nilai Thitung > Ttabel yaitu 6,435 > 1,669, dan nilai
koefisien regresi variabel likuiditas (FDR) adalah positif yaitu + 0,043.
Peningkatan jumlah pinjaman yang diberikan pada nasabah dapat
meningkatkan profitabilitas bank. Oleh karena itu, BPRS di Indonesia
mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal, sehingga kinerja
bank mengalami perkembangan yang baik.
2. Variabel kecukupan modal (Capital Adequency Ratio) berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas pada BPRS di Indonesia
tahun 2017-2022, maka hipotesis kedua (H 2) ditolak. Beracuan hasil
pengolahan data, hipotesis kedua ditolak karena menunjukan bahwa
niliai signifikansi untuk variabel kecukupan modal (CAR) yaitu 0,307
lebih dari 0,05, nilai Thitung < Ttabel yaitu sebesar 1,031 < 1,669, dan niai
koefisien regresi variabel kecukupan modal (CAR) bernilai positif
yaitu 0,009. Kinerja BPRS di Indonesia tahun 2017-2022 dalam
mengelola kecukupan modal atau kemampuan untuk menanggung
risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko yang kurang optimal,
sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap profitabilitas.
3. Variabel pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing)
berpengaruh positiftidaksignifikan terhadap profitabilitas pada BPRS
di Indonesia., maka hipotesis ketiga (H3) diterima. Beracuan hasil
pengolahan data, hipotesis ketiga diterima karena menunjukan bahwa
nilai signifikansi variabel pembiayaan bermasalah (NPF) 0,089 lebih
besar dari 0,05, nilai Thitung > Ttabel yaitu sebesar 1,728 > 1,669, dan nilai
koefisien regresi variabel pembiayaan bermasalah (NPF) bernilai
positif yaitu + 0,041. Meningkatnya pembiayaan bermasalah, akan
berdampak pada resiko kredit yang disalurkan termasuk potensi tidak
tertagih. Hal ini berarti bank harus lebih meningkatkan kinerja bank
agar pembiayaan bermasalah akan semakin kecil supaya keuntungan
yang diperoleh bank semakin baik.
4. Variabel likuiditas (Financing to Deposit Ratio), kecukupan modal
(Capital Adequency Ratio), dan pembiayaan bermasalah (Financing to
Deposit Ratio) secara simultan berpengaruh positif (+) secara
signifikan terhadap profitabilitas pada BPRS di Indonesia. Beracuan
pengolahan data hipotesis keempat diterima karena hasil menunjukan
bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 21,913 > 2,75 dan nilai signifikansi
masing-masing model sebesar 0,000 < 0,05. Variabel FDR, CAR , dan
NPF memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Meningkatnya peranan
BPRS dalam mengelola dan menyalurkan dana kepada masyarakat
dapat mempengaruhi tingkat keuntungan (ROA).
B. Saran
Beracuan hasil riset, pembahasan, dan kesimpulan di atas, peneliti
memberikan rekomendasi untuk pihak yang terlibat dengan riset ini
suspaya riset selanjutnya lebih baik. Saran yang dapat peneliti berikan
terdapat beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk riset selanjutnya dapat dilakukan variabel yang lebih beragam
yang mungkin memiliki pengaruh terhadap profitabilitas bank dan

Anda mungkin juga menyukai