Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 disebutkan

bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dengan kata lain, bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga

intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi ini membuat bank memiliki posisi yang

strategis dalam perekonomian, pasalnya, dengan aktivitasnya, yaitu menhimpun

dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan akan

meningkatkan arus dana untuk investasi, modal kerja maupun konsumsi. Dengan

demikian, akan dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tertulis pula

bahwa bank umum melaksanakan kegiatan usaha konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah (bank syariah).

1
2

Perbedaan mendasar antar bank konvensional dan bank syariah adalah

larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana system bunga yang dianut ole

hank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya, bank

syariah menganut sistem bagi hasil.

Dilihat dari segi peranannya, dalam sistem perbankan konvensional, selain

berperan sebagai jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga

masih menjadi penyekat antara keduanya karena tidak adanya transferability risk

and return, dimana, seluruh keberhasilan dan risiko usaha didistibusikan secara

langsung kepada pemilik dana. Tidak demikian halnya sistem yang dianut

perbankan syariah, dimana perbankan syariah menjadi manajer investasi, wakil,

atau pemegang amanat (costudian) dari pemilik dana investasi di sektor riil

sehingga menciptakan suasana harmoni.1

Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak

adanya Undang-Undang No.21 Tahun 20082 tentang Perbankan Syariah yang

memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Industri keuangan

syariah di Indonesia menempati peringkat ketujuh industri keuangan syariah dunia

yang dinilai dari ukuran-ukuran tertentu dan bobot yang bervariasi, seperti jumlah

lembaga keuangan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta

kelengkapan infrastuktur. Perkembangan jumlah lembaga keuangan syariah di

Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS)

dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ditunjukan dalam Tabel 1.1 berikut:

1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 147
2
http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-21-tahun-2008-tentang-perbankan-syariah
3

Tabel 1.1
Perkembangan Perbankan Syariah
Kelompok Tahun

Bank 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

BUS 5 6 11 11 11 11 12

UUS 27 25 23 24 24 23 22

BPRS 131 138 150 155 158 163 163

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (2014)3

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, tampak bahwa perkembangan kelembagaan

perbankan syariah semakin meningkat sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Sehingga pada tahun 2014, jumlah Bank

Umum Syariah di Indonesia yang beroperasi menjadi 11, diikuti oleh 22 Unit Usaha

Syariah, dan 163 BPRS. Peningkatan eksistensi bank syariah di Indonesia juga

didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank

syariah dan telah berkembang menjadi sebuah tren. Pada bank syariah, hubungan

antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur,

melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul

maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, posisi uang atau kas

suatu perusahaan dan kemampuannya memenuhi kewajiban dalam membayar

utang tepat pada waktunya sangatlah penting. Itulah sebabnya penting bagi bank

syariah untuk terus menjaga tingkat likuiditasnya.

3
Laporan publikasi SPS Desember (2014)
4

Likuiditas merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja suatu

perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dalam

membayar utang tepat pada waktunya dapat menjadi tolak ukur kinerja perusahaan

tersebut. Semakin tinggi tingkat Likuiditasnya, semakin baik pula kinerja keuangan

perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja Likuiditas adalah

Current Ratio (CR) dan Financing Deposit Ratio (FDR). Current Ratio merupakan

ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi

kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari

kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai

dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.4 Sedangkan FDR adalah rasio

antara besarnya seluruh volume pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan jumlah

penerimaan dana dari berbagai sumber. Rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukan bahwa suatu bank meminjamkan

dananya (financing-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang

rendah menunjukan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap

untuk dipinjamkan.5

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa FDR lebih memfokuskan

kepada pengelolaan Pembiayaan dan Penghimpunan dana. Sedangkan CR hanya

mengukur kewajiban jangka pendek untuk menunjukan seberapa jauh tuntutan dari

kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva. Alasan menggunakan Financing to

Deposit Ratio adalah karena FDR merupakan rasio yang digunakan untuk

4
Agnes Sawir, Analisis Kinerja keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Hal. 8
5
Julius R. Latumaerissa Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Hal. 23
5

mengukur tingkat likuditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk

memenuhi permintaan pembiayaan dengan menggunakan total asset yang dimiliki

bank.6 Sehingga semakin tinggi FDR maka laba bank akan meningkat (dengan

asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif), dengan

meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian

besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Kinerja keuangan suatu bank juga mencerminkan tingkat kesehatan bank

tersebut. Dalam Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP disebutkan penilaian tingkat

kesehatan bank dipengaruhi oleh Faktor RGEC (Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings dan Capital).

Krisis ekonomi global masih membayangi perekonomian nasional

walaupun kinerja perekonomian nasional termasuk industri perbankan syariah

masih tidak begitu terpengaruh dan cenderung masih mengalami pertumbuhan yang

cukup baik, Hal ini antara lain didorong oleh kinerja sektor riil yang membaik dan

aktifitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat antara lain dengan

mulai ekspansinya Bank Umum Syariah baru yang berdiri ditahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 yang relatif cukup tinggi serta

stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi yang terkendali memberikan kondisi yang

kondusif bagi dunia usaha. Hal ini memberikan dampak kepada peningkatan aset,

simpanan dan penyaluran dana sehingga fungsi intermediary perbankan syariah

yang tercermin dari Financing to Deposit Ratio (FDR) masih terjaga dengan baik,

6
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, 2003.
6

selain permodalan dan profitabilitas industri perbankan syariah juga tetap

terpelihara dengan cukup baik, Pada tahun 2011 Operating Efficiency Ratio

perbankan syariah pada triwulan I tercatat sebesar 73,07%, triwulan II sebesar

74,02% triwulan III sebesar 73,85% dan triwulan IV sebesar 76,44% sedangkan

perkembangan FDR pada laporan perbankan syariah mandiri pada triwulan I

sebesar 84,06%, triwulan II sebesar 88,52%, triwulan III sebesar 89,86% dan

triwulan IV sebesar 86,03%7

Proses pemulihan perekonomian global sudah mulai dirasakan pada akhir

tahun 2012, walaupun di beberapa bagian dunia masih ada yang justru baru

memasuki krisis keuangan dan perekonomian. Namun secara umum arah

perkembangan perekonomian pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik dari

pada tahun 2012. Terlebih untuk kinerja perekonomian Indonesia dengan tingkat

konsumsi domestik relatif tinggi dan kelas menengah yang meningkat serta

ditunjang oleh kondisi makro ekonomi yang relatif terjaga dengan baik, merupakan

beberapa faktor penyebab perekonomian nasional tidak terlalu terpengaruh oleh

krisis perekonomian global. Begitu pula dengan perbankan syariah nasional, relatif

tidak begitu signfikan mengalami dampak krisis ekonomi global pada awal tahun

2012 sejalan dengan fokus perbankan Indonesia yang lebih tertuju kepada pasar

domestik yang masih besar, serta potensi pangsa perbankan syariah yang masih

tinggi diIndonesia, dengan pangsa pasar sampai dengan akhir tahun 2012 telah

mendekati 5%.

7
Laporan keuangan perbankan bank syariah mandiri tahun 2011
7

Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang

masih didominasi struktur asetnya sekitar ± 98% oleh Bank Umum Syariah (BUS)

dan Unit Usaha Syariah (UUS) relative cukup baik Pada tahun 2012 Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

perbankan syariah pada triwulan I tercatat sebesar 70,47%, triwulan II sebesar

70,11% triwulan III sebesar 71,14% dan triwulan IV sebesar 73,00% sedangkan

perkembangan FDR pada laporan perbankan syariah mandiri pada triwulan I

sebesar 87,25%, triwulan II sebesar 92,21%, triwulan III sebesar 93,90% dan

triwulan IV sebesar 94,40%.8

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 mengalami perlambatan

dibanding periode tahun-tahun sebelumnya, Selama tahun 2013, meski diwarnai

perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pelemahan kinerja pasar keuangan serta

proses transisi pengalihan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK,

secara umum perkembangan keuangan syariah maupun pengaturan serta

pengawasan industri keuangan syariah termasuk perbankan syariah tetap berjalan

dengan baik. Sepanjang tahun 2013 ketahanan sistem keuangan, khususnya

perbankan relatif terjaga meskipun kinerjanya sedikit menurun seiring perlambatan

pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2013 Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional) perbankan syariah pada triwulan I tercatat

sebesar 69,24% triwulan II sebesar 81,63% triwulan III sebesar 87,53% dan

8
Laporan keuangan perbankan bank syariah mandiri tahun 2012
8

triwulan IV sebesar 84,05% sedangkan perkembangan FDR pada laporan

perbankan syariah mandiri pada triwulan I sebesar 95,61%, triwulan II sebesar

94,22%, triwulan III sebesar 91,29% dan triwulan IV sebesar 89,97%.9

Sedangkan perkembangan keuangan di bank mandiri syariah Pada tahun

2014 pada rasio BOPO perbankan syariah pada triwulan I tercatat sebesar 81,99%

triwulan II sebesar 93.03% triwulan III sebesar 93,02% dan triwulan IV sebesar

98,46% sedangkan perkembangan FDR pada laporan perbankan syariah mandiri

pada triwulan I sebesar 90,34%, triwulan II sebesar 89,91%, triwulan III sebesar

85,68% dan triwulan IV sebesar 82,13%.10

Apabila Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) mengalami peningkatan maka FDR harus menurun

begitupun sebaliknya namun jika Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional) meningkat sedangkan FDR ikut meningkat juga

atau sebaliknya maka ini terjadi permasalahan dari teori yang ada.11

9
Laporan keuangan perbankan bank syariah mandiri tahun 2013
10
Laporan keuangan perbankan bank syariah mandiri tahun 2014
11
Dendawijaya (2004) dalam Mita Puji Utari tahun (2011) Skripsi ”analisis pengaruh CAR,
NPL, ROA, dan BOPO terhadap LDR”, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Hal 7
9

Tabel. 1.2
Data Perbandingan Operating Efficiency Ratio dan Financing to Deposito
Ratio (FDR) di Bank Syariah Mandiri
Posisi Triwulan12
Dalam Persentase
Tahun Triwulan BOPO FDR

I 73.07 84.06

II 74.02 88.52
2011
III 73.85 89.86

IV 76.44 86.03

I 70.47 87.25

II 70.11 92.21
2012
III 71.14 93.90

IV 73.00 94.40

I 69.24 95.61

II 81.63 94.22
2013
III 87.53 91.29

IV 84.05 89.97

I 81.99 90.34

II 93.03 89.91
2014
III 93.02 85.68

IV 98.46 82.13

Sumber : Data Laporan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri (Triwulan)

12
Data Laporan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri (Triwulan)
10

Melihat kembali apa yang terjadi secara empiris tampak bahwa rasio-rasio

keuangan dari tahun ke tahun mengalami perubahan khusunya pada tahun 2011

Triwulan I dan II di tahun 2012 pun mengalami perubahan di Triwulan II,III dan IV

dan juga di tahun 2013 di Triwulan III dan IV dan juga pada tahun 2014 mengalami

perubahan yaitu pada Triwulan ke II dan III itu terdapat permasalahan yang muncul

yang menyatakan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) mengalami penaikan dan FDR pun ikut menaik maka ada

hubungan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional) dan FDR begitupun sebaliknya.

Maka dari itu peneliti akan meneliti lebih lanjut tentang “PENGARUH

OPERATION EFFICIENCY RATIO TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT

RATIO (FDR) DI BANK SYARIAH MANDIRI”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka dapat di ajukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Operating Efficiency Ratio pada Bank

Mandiri Syariah?

2. Bagaimana perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank

Mandiri Syariah?

3. Bagaimana pengaruh Operating Efficiency Ratio terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR) Secara parsial?


11

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan Operating Efficiency Ratio pada bank

mandiri syariah.

2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Financing to Deposit

Ratio (FDR) pada Bank Mandiri Syariah

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Operating Efficiency Ratio

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian di harapkan memiliki beberapa manfaat ialah sebagai

berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal

pengembangan ilmu ekonomi khususnya manajemen keuangan syariah, melalui

pendekatan dan cakupan variable yang digunakan terutama masalah hubungan

efisiensi operasional terhadap kinerja bank syariah yang diukur dari

profitabilitasnya dan likuiditas yang terjadi dibank syariah.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para debitur maupun kreditur

bank syariah terutama bagi kemitraan (partnership) antara penyandang dana

(shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Agar memiliki sebuah


12

gambaran indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang dapat

memenuhi kewajibannya untuk menjadi tolak ukur kinerja perusahaan tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang masalah tersebut telah banyak dilakukan peneliti lain.

Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini.

Skripsi yang disusun oleh Imam Ghozali “Pengaruh CAR (Capital

Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio) BOPO (Rasio Biaya

operasional terhadap pendapatan operasional) dan NPL (NonPerforming Loan)

terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Periode (Januari: 2004 – Oktober:

2006)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel CAR berhubungan

negatif dan signifikan dengan demikian variabel tersebut tidak sesuai hipotesis,

disebabkan adanya risiko yang besar sehingga CAR dapat berpengaruh negatif.

Variabel FDR berhubungan positif dan signifikan, hal ini dikarenakan bila semakin

besar dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan maka dapat mempengaruhi

tingkat profitabilitas. Variabel BOPO berhubungan positif dan signifikan hal ini

disebabkan dengan adanya penambahan cabang baru dan promosi dapat

mempengaruhi tingkat profitabilitas periode Januari: 2004-Oktober: 2006 yang

dilakukan oleh bank Syariah Mandiri. Variabel NPL berhubungan negatif dan

signifikan dikarenakan semakin rendah tingkat kredit macet suatu bank maka

semakin baik bank tersebut. NPL menerangkan tingkat pengembalian pembiayaan

non lancar terhadap total pembiayaan dari suatu bank.

13
14

Iim Fatimah (2008), Pengaruh Penempatan Dana Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (Sbis) Dan Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip Syariah (Puas)
13
Terhadap Financing To Deposit Ratio (Fdr) Perbankan Syariah, Metodologi

yang di gunakan adalah Regresi berganda, Dari hasil analisis diketahui bahwa

kedua variabel terikat yaitu variabel SBIS dan PUAS tidak secara bersama-sama

dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah. Dan hasil uji t menunjukan bahwa

hanya variabel PUAS yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan

syariah.

Mita Puji Utari (2011), Analisis Pengaruh Car, Npl, Roa, Dan Bopo

Terhadap Ldr (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di
14
Indonesia Periode 2005-2008), metodologi yang di gunakan adalah purposive

sampling, uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta analisis regresi berganda, Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel independen CAR berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,192 > 0,050,

NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi

0,000 < 0,050, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap LDR dengan

tingkat signifikansi 0,560 > 0,050, BOPO berpengaruh positif Signifikan terhadap

LDR dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,050. Kelima variabel berpengaruh

sebesar 24,4% terhadap LDR.

13
Iim Fatimah (2008), Pengaruh Penempatan Dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(Sbis) Dan Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip Syariah (Puas) Terhadap Financing
To Deposit Ratio (Fdr) Perbankan Syariah,Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah.
14
Mita Puji Utari (2011), Analisis Pengaruh Car, Npl, Roa, Dan Bopo Terhadap Ldr (Studi
Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia Periode 2005-2008)
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
15

Mugi Yarti (2011), Pengaruh Solvabilitas terhadap likuiditas PT bank

mandiri syariah, 15variable yang di gunakan adalah CAR dan FDR. Hasil Penelitian

ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas (CAR)

terhadap Likuiditas (FDR) pada Bank Muamalat Indonesia. Hal ini berdasarkan

pengujian hipotesis yang menghasilkan nilai sig. sebesar 0,002 untuk Solvabilitas

(CAR).Karena nilai sig < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Husni Mubarak (2011), Analisis Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(Sbis) Dan Pasar Uang Antarbank Syariah (Puas) Terhadap Financing To Deposit

Ratio (Fdr) Serta Implikasinya Kepada Return On Assets (Roa) Bank Syariah Di

Indonesia, 16Metodologi yang digunakan Analisis jalur dengan model dekomposisi,

Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Inflasi, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan,

sedangkan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil pengujian pada substruktur II

menunjukkan bahwa variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan

Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap Return on

Assets (ROA).

15
Mugi Yarti (2011), Pengaruh Solvabilitas terhadap likuiditas PT bank mandiri syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah.
16
Husni Mubarak (2011), Analisis Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Dan
Pasar Uang Antarbank Syariah (Puas) Terhadap Financing To Deposit Ratio (Fdr) Serta
Implikasinya Kepada Return On Assets (Roa) Bank Syariah Di Indonesia,Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah.
16

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metodologi Hasil
1 Imam “Pengaruh CAR Hasil Penelitian Ini
Ghozali (Capital Adequacy Menunjukkan bahwa
Ratio), FDR Variable CAR
(Financing to Deposit berhubungan negative
Ratio) BOPO (Rasio dan signifikan Dengan
Biaya operasional demikian variable
terhadap pendapatan tersebut tidak sesuai
operasional) dan NPL hipotesis, disebabkan
(NonPerforming adanya risiko yang besar
Loan) terhadap sehingga CAR dapat
Profitabilitas Bank berpengaruh negatif.
Syariah Mandiri Variabel FDR
Periode (Januari: 2004 berhubungan positif dan
– Oktober: 2006)” signifikan, Variabel
BOPO berhubungan
positif dan signifikan hal
ini disebabkan dengan
adanya penambahan
cabang baru dan
promosi, Variabel NPL
berhubungan negative
dan Signifikan
dikarenakan semakin
rendah tingkat kredit
macet suatu bank maka
semakin baik bank
tersebut
dilanjutkan
17

Lanjutan table 2.1


2 Iim Pengaruh Penempatan regresi Dari hasil analisis
Fatimah Dana Sertifikat Bank berganda diketahui bahwa kedua
(2008) Indonesia Syariah variabel terikat yaitu
(Sbis) Dan Pasar variabel SBIS dan
Uang Antar bank PUAS tidak secara
Berdasarkan bersama-sama dapat
Prinsip Syariah (Puas) mempengaruhi FDR
Terhadap Financing perbankan syariah. Dan
To Deposit Ratio (Fdr) hasil uji t menunjukan
Perbankan Syariah bahwa hanya variabel
PUAS yang signifikan
dalam mempengaruhi
FDR perbankan syariah.
3 Mita Puji “Analisis Pengaruh purposive Hasil penelitian
Utari Car, Npl, Roa, Dan sampling, uji menunjukkan bahwa
(2011) Bopo Terhadap Ldr asumsi klasik variabel-variabel
(Studi Kasus Pada dan uji independen CAR
Bank Umum Swasta hipotesis serta berpengaruh positif
Nasional Devisa Di analisis regresi tidak signifikan
Indonesia Periode berganda terhadap LDR dengan
2005-2008)” tingkat signifikansi
0,192 > 0,050, NPL
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
LDR dengan tingkat
signifikansi 0,000 <
0,050, ROA
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap LDR dengan
18

tingkat signifikansi
0,560 > 0,050, BOPO
berpengaruh positif
Signifikan terhadap
LDR dengan tingkat
signifikansi 0,001 <
0,050. Kelima variabel
berpengaruh sebesar
24,4% terhadap LDR.
4 Mugi Yarti “Pengaruh Hasil Penelitian ini
(2011) Solvabilitas Terhadap menunjukan bahwa
Likuiditas terdapat pengaruh yang
Pt Bank Muamalat signifikan antara
Indontesia Tbk Solvabilitas (CAR)
(Analisis Car terhadap Likuiditas
Terhadap Fdr Tahun (FDR) pada Bank
1993-2009)” Muamalat Indonesia.
Hal ini berdasarkan
pengujian hipotesis
yang menghasilkan nilai
sig. sebesar 0,002 untuk
Solvabilitas
(CAR).Karena nilai sig
< 0.05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
5 Husni Analisis Inflasi, Analisis jalur Hasil pengujian pada
Mubarak Sertifikat Bank dengan model substruktur I
(2011) Indonesia Syariah dekomposisi. menunjukkan bahwa
(Sbis) Dan Pasar variabel Inflasi,
Uang Antarbank
19

Syariah (Puas) Sertifikat Bank


Terhadap Financing Indonesia
To Deposit Ratio Syariah (SBIS)
(Fdr) Serta berpengaruh signifikan
Implikasinya Kepada terhadap pembiayaan,
Return On Assets sedangkan Pasar Uang
(Roa) Bank Syariah Antarbank Syariah
Di Indonesia (PUAS) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR).
Hasil pengujian pada
substruktur II
menunjukkan bahwa
variabel Inflasi,
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR)
berpengaruh signifikan
terhadap Return on
Assets (ROA).

B. Konsep dan Teori

1. Tinjauan teoritis Tentang Operating Efficiency Ratio

Rasio Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.


20

Menurut Lukman Dendawijaya Beban Operasional Pendapatan

Operasional adalah rasio biaya operasional yang digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasional.17 Menurut Imam Gozali, rasio biaya operasional adalah

perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Semakin rendah Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional). berarti semakin efisien bank tersebut dalam

mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka

keuntungan yang diperoleh bank pun akan semakin besar.18Semakin kecil rasio

ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang

bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah

semakin kecil. Semakin kecil rasio ini maka kinerja bank semakin baik.

Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan

dengan rasio Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.19 Secara

matematis, Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) dapat dirumuskan sebagai berikut:

= × 100%

17
Lukman DendaWijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 118
18
Imam Gozhali, Pengaruh CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap Profitabilitas Bank
Syariah Mandiri, Skripsi FEUII, Yogyakarta , 2006, hlm. 97
19
Iswi Hariyani, Rayendra L. Toruan, Restrukturisasi dan penghapusan kredit macet (2010)
hlm,54
21

Yang termasuk biaya operaional semua jenis biaya yang berkaian

langsung dengan kegiatan usaha bank. Biaya operasional terdapat dalam

laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya bagi hasil, biaya

tenaga kerja, biaya umum administrasi, biaya penyusutan dan penyisihan aktiva

produktif, biaya sewa gedung dan inventaris, dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua

pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang

benar benar telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan laba

rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual-beli, pendapatan

sewa, pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi, dan pendapatan

operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta dividen yang

diterima dari saham yang dimiliki.20

Ketentuan tingkat Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) menurut Bank Indonesia adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.2
Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI
Tingkat BOPO Klasifikasi
Di bawah 93,52% Sehat

93,52%-94,72% Cukup Sehat

94,72%-95,92% Kurang Sehat

Diatas 95,2% Tidak Sehat

Sumber: www.bi.go.id

20
Lukman DendaWijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 119
22

2. Tinjauan Teoritis tentang Likuiditas

Untuk mengadakan interprestasi dan analisis terhadap laporan

keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering

digunakan untuk analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan

dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau

lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi

dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan

keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.

Selain itu, likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi

kemungkinan ditariknya deposito/simpanan deposan/penitip. Maksudnya,

suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan uang

dari para penitip dana maupun dari peminjam/debitur. Ada juga yang

mengartikan likuiditas adalah tingkat kemudahan relative suatu aktiva untuk

segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai,

serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang diperoleh. 21

Sedangkan menurut Oliver G. Wood, “Likuiditas adalah kemampuan

bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban

yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada

penundaan”.22

21
Mohamad Muslich, Manajemen Keuangan Modern; Analisis, Perencanaan, dan
Kebijaksanaan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. III, h. 48
22
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2004), hlm.153
23

Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis

adalah rasio likuiditas atau lebih spesifiknya Loan to Deposit Ratio (LDR) dan

dalam bank syariah sendiri rasio ini lebih sering dikenal dengan istilah

Financing to Deposit Ratio (FDR).

a. Financing To Deposit Ratio (Fdr)

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan

terhadap dana pihak ketiga, adalah perbandingan antara pembiayaan

yang diberikan oleh Bank Syariah dengan Dana Pihak Ketiga yang

berhasil dikerahkan oleh bank23.Semakin besar tingkat FDR, maka

semakin baik pula Bank Syariah tersebut dapat menjalankan fungsi

intermediasinya.

Dari fungsi intermediasi, Perbankan Syariah menunjukan

kinerja yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun ketahun

besarnya fungsi intermediasi mendekati 100 persen bahkan pernah

melampui. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang

ada di bank Syariah disalurkan kembali kepada masyarakat. Sementara

bank konvensional paling tinggi mendekati 70 persen24. Fakta ini

menunjukan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan

sector riil atau fungsi Perbankan Syariah dalam melumasi mesin

ekonomi lebih tangguh dibandingkan agregat Perbankan Konvensional.

23
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2002), hlm. 55
24
A.Riawan Amin, “Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional” i-syariah,
(September,2009), hlm..41
24

Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana

pinjaman yang berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah

peminjam yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya

rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin

tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang

kurang likuid dibanding dengan bank yang nilai FDR nya lebih kecil.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29

Mei 1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh

melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau

pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

asalkan tidak melebihi 110%25.

= 100%

Dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan untuk

menggerakan sector riil dan diharapkan mampu untuk memicu

pertumbuhan ekeonomi. Begitupula sebaliknya, bila dana FDR Bank

Syariah tidak disalurkan dengan baik maka dampaknya selain

penggerakan sector riil terhambat, juga mengakibatkan dana

masyarakat tersebut menganggur (iddle money) dan dapat

mempengaruhi berkurangnya jumlah uang yang beredar atau dapat

digunakan sebagai tujuan spekulasi dengan menekan nilai tukar rupiah

bahkan dapat terjadi inflasi. Begitu pentingnya FDR ini dalam

25
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah…Op. Cit, hlm. 55
25

menggerakan sector riil yang dapat memacu pertumbuhan ekonimi,

maka Bank Sentral selalu memantau perkembangannya dan hati-hati

dalam menentukan kebijakan moneternya.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan

antar konsep tersebut dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka,

dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang

terkait. Kerangka pemikiran ini digunakan sebagai dasar untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang di angkat. Atau, bias diartikan sebagai

mengalirkan jalan pemikiran yang logis (construct logic) atau kerangka konseptual

yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan

kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat hasil-hasil penelitian

terdahulu yang relevan.26

Rasio Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti

semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan

sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Hasbi

(2011) menambahkan semakin kecil rasio ini maka kinerja bank semakin baik.

26
Heri Gunawan,Dasar-dasar Metode Research, Bandung: Azfie Media Utama.Hal 34
26

Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio

Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional) akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

FDR (Financing to Deposit Ratio) yang analog dengan Loan to Deposit

Ratio pada bank konvensional adalah perbandingan antara pembiayaan yang

diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.

Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman yang

bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat

likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti

digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang

mempunyai angka rasio lebih kecil. Sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan

kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit.

Apabila Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) mengalami peningkatan maka FDR harus menurun

begitupun sebaliknya, namun jika Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional) meningkat sedangkan FDR ikut

meningkat juga atau sebaliknya maka ini terjadi permasalahan dari teori yang ada.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka dapat dibuat kerangka

pemikiran teoritis yang ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Operating Efficiency Financing to Deposit


Ratio) Ratio
(FDR)
X
Y
27

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X : Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional)

Y : Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan gambar 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa penelitian dilakukan

dengan mengambil dua variabel bebes yaitu Pengaruh Operating Efficiency

Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) sebagai variabel X

sedangkan variabel terikat (variabel Y) adalah Financing to Deposit Ratio (FDR).

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.27Dari kerangka penelitian di atas, maka untuk mempermudah

dalam melakukan penelitian akan digunakan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis

alternatif (Ha).

Ha : µ ≠ 0, artinya Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) berpengaruh terhadap tingkat Financing to

Deposit Ratio (FDR).

Ho : µ = 0, artinya Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) tidak berpengaruh terhadap tingkat Financing

to Deposit Ratio (FDR).

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cetakan 17, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm. 64.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian menurut sugiono, menyatakan bahwa “Objek penelitian

adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

tentang sesuatu hal objektif, valid, dan realiabel tentang suatu ha (variabel

tertentu)”. 28

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) dan

Financing to Deposit Ratio (FDR) yang di ukur dengan ratio, yaitu perbandingan

jumlah Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional) dari periode berjalan dengan periode sebelumnya, begitu pula dengan

pengukuran ratio tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR).

Objek yang dipilih sebagai tempat penelitian yang dilakukan adalah di Bank

Syariah Mandiri dan periode waktu penelitiannya adalah data keuangan dari mulai

tahun 2011 sampai tahun 2014. Penelitian dilakukan dilokasi ini berdasarkan

beberapa pertimbangan, pertama, adanya masalah yang memungkinkan untuk

diteliti. Kedua tersedianya sumber data yang cukup dan relevan dengan masalah

yang diteliti.

28
Sugiono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung:
Alfabeta.Hal.13

28
29

B. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan

suatu pengetahuan tertentu. Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.29 Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif – analitis –

verifikatif pendekatan kuantitatif yang menggunakan data historis time series.

Metode analisis deskriptif adalah penelitian terhadap objek yang diteliti

dalam keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun

dan disimpulkan. Sedangkan analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif

dengan metode statistik untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.30

Tujuan dari metode penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah data

yang dianalisa tersebut saling berpengaruh atau tidak.

C. Operasionalisasi Variabel

Definisi operasionalisasi variabel adalah objek penelitian, atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Adapun variabel-

variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R &
D,(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 6.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm.147
30

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

bebas.Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).31

Jadi variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Rasio Operating Efficiency

Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona). Rasio yang

sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dengan demikian efisiensi operasi

suatu bank yang diproksikan dengan rasio Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) akan mempengaruhi

kinerja bank tersebut. Secara matematis, Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

= × 100%

31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cetakan 17, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm.39
31

2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas.32

Jadi variabel dependen adalah tipe pariabel yang dapat dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel terikat. Variabel dependen pada

penelitian ini adalah tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to

Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan

oleh Bank Syariah dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh

bank33. Semakin besar tingkat FDR, maka semakin baik pula Bank Syariah

tersebut dapat menjalankan fungsi intermediasinya.

Rumus untuk menghitung Financing to Deposit Ratio

= 100%

D. Jenis Data

Secara garis besar data yang terkumpul diklasifikasikan kedalam data

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah jenis data yang tidak menentukan

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cetakan 17, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm.39
33
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2002), hlm. 55
32

jumlah data atau bilangan tertentu melainkan hasil penelitian pada objek penelitian,

data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.Sedangkan data kuantitatif

adalah data yang berupa angka-angka, data ini diperoleh dari laporan keuangan

bank. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

meliputi:

1. Data laporan keuangan neraca bank berupa total aktiva di Bank Syariah

Mandiri.

2. Data laporan keungan laba rugi bank berupa saldo laba/rugi setelah

pajak di Bank Syariah Mandiri,

3. Data tentang pengaruh Operating Efficiency Rario terhadap tingkat

Financing to Deposit Ratio (FDR) di Bank Syariah Mandiri.

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data

primer dan sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari Bank Syariah Mandiri

berupa lapooran keungan bank.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa data runtut (time series) yang

diperoleh dari Bank Indonesia berupa laporan keuangan yang di

publikasikan.
33

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.Tujuan yang di ungkapkan

dalam hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan

penelitian.Jawaban itu herus di uji secara empirik, dan untuk maksud inilah

dibutuhkan pengumpulan data.Teknik yang digunakan untuk pengambilan data

pada penelitian ini adalah Studi Kepustakaan, penelusuran dokumen dan publikasi

informasi.

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperkuat hasil penelitian yang

dilaksanakan dengan cara mencari konsep-konsep yang relevansinya sama dengan

masalah yang diteliti. Untuk memperkuat dan menunjang hasil penelitian

digunakan buku-buku dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam permasalahan yang

diteliti.

G. Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah

hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan.Untuk mempermudah dalam

proses pengolahan dan analisis data, dalam penelitian iniakan digunakan analisa

kuantitatif dengan bantuan program Statistical Package for Social Scince (SPSS).

Analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah analisis deskritif

dan analisis asosiatif. Metode Deskriptif Merupakan metode yang bertujuan untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran suatu objek penelitian yang diteliti

melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang
34

berlaku umum. Sedangkan metode Asosiatif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Penelitian ini memiliki tingkat yang tertinggi bila di bandingkan dengan penelitian

yang lain, seperti penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan menggunakan

penelitian ini, dapat kita temukan beberapa teori yang dapat memberikan

penjelasan, perkiraan dan kontrol suatu gejala.

Apabila Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) mengalami peningkatan maka FDR harus menurun namun

jika Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional) meningkat sedangkan FDR ikut meningkat juga atau sebaliknya maka

ini terjadi permasalahan dari teori yang ada.

Sehingga kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Operating Efficiency Financing to Deposit


Ratio Ratio
(FDR)
X
Y

Gambar 3.1
Model Penelitian

Dari model penelitian di atas akan membentuk rumus sebagai berikut:

1 1

Atau

1
35

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Analisis Regresi

Analisa regresi adalah hubungan yang didapat pada umumnya

dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan

fungsional antara variabel-variabel.Persamaan ini dapat digunakan untuk

melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel

independen dimanipulasi atau diubah-ubah.

Model analisis yang digunakan untuk menguji model regresi yang

dirumuskan adalah regresi liniear sederhana.Regresi linear sederhana adalah

teknik mengukur besarnya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap

variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini mempunyai variabel

independen berupa Operating Efficiency Ratio dan variabel dependennya

berupa Financing to Deposit Ratio (FDR).

Rumus atau formulasi yang digunakan adalah :

Persamaan umum regresi linear sederhana34:

Ý=a+bX

Dimana: Ý = nilai yang diprediksikan (variabel dependen)

a = konstanta atau bila harga X = 0

b = koefisien korelasi untuk BOPO

X = Nilai Variabel independen

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,Catakan 17,(Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm.188.
36

Koefisien regresi, harga a dan b dapat dicari dengan rumus35:

∑ ∑ − ∑ ∑
=
∑ − ∑

∑ − ∑ ∑
=
∑ − ∑

Setelah harga a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linear

sederhana dapat disusun. Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat

digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) bagaimana variabel dependen

akan terjadi bila variabel independen ditetapkan.36

2. Analisis Determinasi (R 2)

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan

koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi

(r2).

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y).Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen (X) dalam menjelaskan variasi

variabel dependen (Y) amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen (X) memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk mempperdiksi variasi variabel dependen (Y).37

35
Sudjana, Metoda Statistik, Cetakan 3 (Bandung: Tarsito, 2005), hlm. 315.
36
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,Cetakan 4,(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.267.
37
Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 83.
37

Jadi koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X

(Independen) mempengaruhi variabel Y (dependen / variabel terikat).

Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik

kemampuan X menerangkan Y.

Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus yaitu:

Kd = r2 x 100%

Dimana: Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

3. Analisis Korelasi

Analisa korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan

antara variabel-variabel.Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat

hubungan, terutama untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien korelasi.38

Korelasi merupakan angka yang meunjukan arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel atau lebih.Arah dinyatakan dalam bentuk

hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam

besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan

hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan

meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila suatu variabel diturunkan

maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau

labih dikatakan hubungan negatif, bila nilai suatu variabel dinaikkan maka akan

38
Ibid, hlm. 367.
38

menurunkan nilai variabel yang lain, dan juga sebaliknya bila nilai suatu

variabel diturunkan, maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Kuatnya

hubungan antara variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien

korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1,

sedangkan yang terkecil adalah 0.39

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Korelasi Product Momment. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua

variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau

lebih adalah sama.40

Simbol besaran korelasi adalah r yang disebut koefisien korelasi,

sedangkan simbol parameternya ρ (rho). Nilai koefisien korelasi r berkisar

antara -1 sampai +1 yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut:

a. Jika r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang liniear positif, yaitu

semakin besar nilai variabel X (independen), semakin besar pula

nilai variabel Y (dependen), atau semakin kecil nilai variabel X

(independen), semakin kecil pula nilai variabel Y (dependen).

b. Jika r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linear negatif, yaitu

semakin kecil nilai variabel X (independen), semakin besar nilai

variabel Y (dependen), atau semakin kecil nilai variabel X

(independen), semakin kecil pula nilai variabel Y (dependen).

39
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,Cetakan 4,(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.226.
40
Ibid. hlm. 228.
39

c. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara

variabel X (independen) dengan variabel Y (dependen).

d. Jika nilai r = 1 atau r = -1, artinya telah terjadi hubungan linear

sempurna, yaitu berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang

semakin mengarah ke angka 0, maka garis semakin tidak lurus.

Penafsiran atas kriteria yang digunakan dalam mengukur besar kecilnya

korelasi, adalah sebagai berikut41:

Tabel 3.1
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,22 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Untuk mengetahu kuat atau lemahnya hubungan (derajat korelasi)

antara kedua variabel tersebut, yaitu42:

Rumusnya:

Persamaan korelasi


=
∑ ∑

41
Ibid, hlm. 231
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,Catakan 17,(Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm.183.
40

Dimana: rxy = korelasi antara variabel X dan Y

r = (xi – x)

y = (yi – y)

Koefisien korelasi

∑ − ∑ ∑
=
∑ − ∑ ∑ − ∑

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yaitu asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya.43

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengevaluasi adanya pengaruh

Operating Efficiency Ratio terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

terhadap FDR.

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel independen dan satu

variabel dependen, sedangkan sekala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Uji-t akan digunakan untuk menguji signifikansi konstanta. Dimana

hipotesisnya yaitu:

Ho : µ = 0, Operating Efficiency Ratio berpengaruh terhadap Financing to

Deposit Ratio

43
Sudjana, Metoda Statistik, Cetakan 3 (Bandung: Tarsito, 2005), hlm. 219
41

Ha : µ ≠ 0, Operating Efficiency Ratio tidak berpengaruh terhadap Financing

to Deposit Ratio

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka data yang diperoleh dapat

dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut44:


Rumusnya: = √

Dimana: t = Probabilitas

r2 = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Setelah dianalisis dengan menggunakan rumus tersebut maka langkah

selanjutnya menentukan t table, kemudian menyimpulkan hipotesis dengan

kriteria pengujiannya yaitu:

a. Jika ttabel < thitung maka Ho ditolak, Ha diterima atau ada pengaruh.

b. Jika ttabel > thitung maka Ho diterima, Ha ditolak atau tidak ada pengaruh.

Dengan derajat kebebasan dk = n – 2 dan taraf signifikansi α = 0,05 (5%).

Jadi uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial.Apakah nilai

signifikansi t < α Ho ditolah dan Ha diterima.

44
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,Cetakan 4,(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.230.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Sejarah PT Bank Syari’ah Mandiri

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan

integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syari’ah Mandiri

(BSM) sejak awal pendiriannya.

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang

disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional

telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap

seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam

kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-

bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya

mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi

sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang

dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang

Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha

keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan

beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

42
43

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim,

dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero)

pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga

menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai

pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan

Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan

perbankan syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon

atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang

bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi

bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah

segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha

BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri

sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8

September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI


44

No.1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.

1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT

Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal

25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank

yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah

Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk

bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Salah satu kantor cabang utama Bank Syari’ah Mandiri yang

menjadi tempat praktik kerja lapangang yaitu yang beralamat di Jl. Ir. H.

Juanda No.24 Kel. Citarum, Kec. Cibeunying, Bandung – Jawa Barat,

Telepon. 022 –4267266 : Fax. 022 – 4267267 lokasi ini strategis dan mudah

dijangkau oleh masyarakat.

b. Kondisi Fisik

Kondisi fisik kantor cabang utama Bank Syari’ah mandiri daerah

bandung ini memiliki gedung berlantai tiga yaitu sebagai berikut :

1) Lantai satu terdiri dari tempat Coustemer service (CS), Gadai,

Teller, ruang manager, ruang back office, parkiran, dapur dan toilet.
45

2) Lantai dua terdiri dari tempat marketing yaitu landing dan fanding,

ruang, tunggu ruang tempat apel, ruang manager, ruang tunggu,

musalla dan toilet.

3) Lantai tiga ruang meeting, ruang FOC ruang gudang alat tulis kantor

ruang serba guna dan toilet.

c. Visi dan Misi

1) Visi

Visi dari Bank Syari’ah Mandiri (BSM) adalah Memimpin

pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.

2) Misi

Misi dari Bank Syari’ah Mandiri (BSM) ada lima hal, yaitu:

a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata

industri yang berkesinambungan.

b) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM.

c) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang

sehat.

d) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

e) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.


46

Bagan Organisasi
47

Profil Perusahaan

a. Profil:

Nama: PT Bank Syariah Mandiri

Alamat: Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta


10340– Indonesia
Telepon: (62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting)

Faksimili: (62-21) 3983 2989

Situs Web: www.syariahmandiri.co.id

Tanggal Berdiri: 25 Oktober 1999

Tanggal Beroperasi: 1 November 1999

Modal Dasar: Rp2.500.000.000.000,-

Modal Disetor: Rp1.489.021.935.000,-

Kantor Layanan: 854 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh


Indonesia
Jumlah jaringan ATM BSM: 909 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 11.454,
ATM Bersama 53.722 unit (includeATM Mandiri
dan ATM BSM), ATM Prima 66.770 unit, EDC
BCA 196,870 unit, ATM BCA 10,596
dan Malaysia Electronic Payment System (MEPS)
12.010 unit.
Jumlah Karyawan: 16.945 orang (Per Desember 2013)

b. Kepemilikan Saham

1. PT Bank Mandiri (Persero) 231.648.712 lembar saham (99,999999%)


Tbk. :
2. PT Mandiri Sekuritas: 1 lembar saham (0,000001%)
48

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak

pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati

bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang

disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri

disingkat “ETHIC”.

E xcellence : Mencapai hasil yang mendekati sempurna (perfect result-oriented).

T eamwork : Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

H umanity : Mengembangkan kepedulian terhadap kemanusiaan dan lingkungan.

I ntegrity : Berperilaku terpuji, bermartabat, dan menjaga etika profesi.

Customer Focus : Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya nasabah dan berupaya

melampaui harapan nasabah (internal dan eksternal).

d. Produk – Produk Yang Berada Di Bank Syari’ah Mandiri

1) Tabungan

a) Tabungan BSM

Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan

setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di

konter BSM atau melalui ATM.

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah

muthlaqah

 Bagi hasil yang kompetitif

 Online di seluruh outlet BSM


49

 Fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM

& debit dan kartu potongan harga di merchant yang telah

bekerjasama dengan BSM

 Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking &

BSM Net Banking

 Minimum setoran awal: Rp80.000 (perorangan) dan

Rp1.000.000 (non-perorangan)

 Minimum setoran berikutnya: Rp10.000

 Saldo minimum: Rp50.000

 Biaya tutup rekening: Rp20.000

 Biaya administrasi Rp6.000

 Syarat:

 Perorangan:

 Non-Perorangan:

 Manfaat:

 Aman dan terjamin

 Kemudahan bertransaksi di seluruh outlet BSM

 Kemudahan bertransaksi di manapun saja dengan

menggunakan layanan e-banking BSM

 Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.


50

b) Tabungan Berencana

Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil

berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah

ditetapkan.

 Fitur:

 Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah.

 Bagi hasil yang kompetiti

 Periode tabungan 1 s.d. 10 tahun

 Usia nasabah minimal 17 tahun dan maksimal 65 tahun

saat jatuh tempo

 Setoran bulanan minimal Rp100 ribu

 Target dana minimal Rp1,2 juta dan maksimal Rp200

juta

 Jumlah setoran bulanan dan periode tabungan tidak

dapat diubah

 Tidak dapat menerima setoran diluar setoran bulanan

 Saldo tabungan tidak bisa ditarik, dan bila ditutup

sebelum jatuh tempo (akhir biaya masa kontrak) akan

dikenakan administrasi.

 Syarat:

 Kartu identitas: KTP/SIM/Paspor nasabah

 Memiliki rekening asal (source account) berbentuk

Tabungan atau Giro di BSM


51

 Manfaat:

 Kemudahan perencanaan keuangan Nasabah jangka

panjang

 Memperoleh jaminan pencapaian target dana

 Mendapatkan perlindungan asuransi secara gratis dan

otomatis, tanpa pemeriksaan kesehatan

 Manfaat asuransi adalah sebesar kekurangan target dana

dari setoran bulanan yang telah dibayarkan, sehingga

manfaat asuransi dihitung dengan cara sbb.

 Manfaat asuransi = Target dana – Jumlah pembayaran

setoran bulanan pada saat klaim jumlah pembayaran

setoran bulanan pada saat klaim.

c) Tabungan Simpatik

Tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang

disepakati.

 Fitur & Biaya

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah

 Setoran awal minimal Rp20.000 (tanpa ATM) &

Rp30.000 (dengan ATM)

 Setoran berikutnya minimal Rp10.000

 Saldo minimal Rp20.000

 Biaya tutup rekening Rp10.000


52

 Biaya administrasi Rp2.000 per rekening per bulan atau

sebesar bonus bulanan (tidak memotong pokok)

 Biaya pemeliharaan kartu ATM Rp2.000 per bulan

 Syarat:

 Kartu identitas: KTP/SIM/Paspor nasabah

 Manfaat:

 Aman dan terjamin

 Online di seluruh outlet BSM

 Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan

BSM

 Fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM

& debit dan kartu potongan harga di merchant yang telah

bekerjasama dengan BSM

 Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking &

BSM Net Banking

 Penyaluran zakat, infaq dan sedekah.

d) Tabungan Investa Cendekia

Tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan

dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) dan dilengkapi

dengan perlindungan asuransi.

 Fitur:

 Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah

 Periode tabungan 1 s.d. 20 tahun


53

 Usia nasabah minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun

saat jatuh tempo

 Setoran bulanan minimal Rp100.000 s.d. Rp10.000.000

dengan kelipatan Rp50.000

 Bagi hasil yang kompetitif

 Jumlah setoran bulanan dan periode tabungan tidak

dapat diubah namun dapat dilakukan setoran tambahan

diluar setoran bulanan

 Syarat:

 Kartu identitas: KTP/SIM/Paspor nasabah

 Memiliki Tabungan BSM sebagai rekening asal (source

account).

 Manfaat:

 Kemudahan perencanaan keuangan masa depan,

khususnya untuk biaya pendidikan putra/putri

 Mendapatkan perlindungan asuransi secara otomatis,

tanpa melalui pemeriksaan kesehatan


54

 Seleksi Asuransi:

*) Bagi Nasabah Free Cover/Automatic Cover dan Non Medis

**) Pada saat seleksi kepesertaan asuransi dilakukan, penabung tidak

sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit (RS) atau sedang berada
55

dalam masa pengobatan atau pengawasan dokter/RS atas suatu penyakit

atau kondisi berbahaya yang dianggap berpotensi menyebabkan kematian.

e) Tabungan Dollar

Tabungan dalam mata uang dollar (USD) yang penarikan

dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan

BSM

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi’ah yad

dhamanah

 Minimum setoran awal USD100

 Saldo minimum USD100

 Biaya administrasi maksimum USD 0,5 dan dapat

mengurangi saldo minimal

 Biaya tutup rekening USD5

 Syarat:

 Kartu Identitas: (KTP/SIM/Paspor) nasabah

 NPWP (jika ada).

 Manfaat:

 Dana (USD) aman dan tersedia setiap saat

 Online di seluruh cabang BSM

 Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan

BSM
56

f) Tabungan Qurban

Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu

nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah

 Fitur:

 Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah

 Hanya dapat diambil pada saat akan melakukan ibadah

kurban atau aqiqah

 Minimum setoran awal Rp50.000

 Minimum setoran berikutnya Rp25.000

 Minimum saldo setelah pelaksanaan Aqiqah dan ibadah

Kurban Rp50.000.

 Syarat:

 Kartu identitas diri (KTP/SIM/Paspor)

 Manfaat:

 Kemudahan perencanaan keuangan untuk pembelian

hewan kurban

 Kemudahan pelaksanaan dan pendistribusian kurban.

g) Tabungan Pensiun

Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang

rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat

dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil


57

kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi

pensiunan pegawai negeri Indonesia.

 Fitur

 Dikelola dengan prinsip mudharabah mutlaqah

 Bagi hasil bersaing

 Manfaat

 Membantu pengelolaan keuangan nasabah

 Bagi hasil bersaing

 Biaya administrasi ringan

 Pembukaan rekening dapat dilakukan di seluruh

jaringan BSM

 Persyaratan

 Pensiunan dan calon pensiunan Pegawai Negeri Sipil,

Pejabat Negara, Hakim, TNI, Polri.

 Penerima tunjangan yang dibayarkan oleh PT Taspen,

yaitu: Veteran PKRI dan KNIP.

 Fotokopi KTP/SIM

 Petunjuk memindahkan pembayaran pensiun melalui BSM

 Membuka Tabungan Pensiun BSM

 Membawa Tabungan Pensiiun BSM beserta SK (Surat

Keputusan) Pensiun ke kantor PT Taspen

 Mengisi formulir mutasi kantor bayar di PT Taspen


58

h) Tabunganku

Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan

ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di

Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadhi’ah yad

dhamanah.

 Setoran awal pembukaan rekening minimum Rp20.000

(tanpa ATM) dan Rp80.000 (dengan ATM).

 Setoran tunai selanjutnya minimum Rp10.000.

 Saldo minimum rekening (setelah penarikan) adalah

Rp20.000 (tanpa ATM) dan Rp50.000 (dengan ATM).

 Jumlah minimum penarikan di counter sebesar

Rp100.000 kecuali pada saat penutupan rekening.

 Bebas biaya administrasi rekening.

 Biaya pemeliharaan Kartu TabunganKu Rp2.000 (bila

ada).

 Biaya penutupan rekening atas permintaan nasabah

Rp20.000.

 Biaya ganti buku karena hilang/rusak atau sebab lainnya

sebesar Rp0.
59

 Rekening dormant (tidak ada transaksi selama 6 bulan

berturut-turut):

 Syarat:

 Kartu Identitas: KTP/SIM/Paspor.

 Manfaat:

 Aman dan terjamin

 Online di seluruh outlet BSM

 Bonus

 Fasilitas Kartu TabunganKu yang berfungsi sebagai

kartu ATM & debit.

 Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking &

BSM Net Banking.

 Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.

 Ketentuan:

 Nasabah pemilik rekening TabunganKu adalah nasabah

perorangan.

 Nasabah adalah Warga Negara Indonesia.

 Nasabah TabunganKu hanya dibenarkan memiliki 1

rekening di 1 Bank.

 Tidak dibenarkan mendapatkan fasilitas joint account

“AND” atau “OR”.

 Bila saldo ≤Rp20.000, maka rekening akan ditutup oleh

sistem dengan biaya penutupan sebesar sisa saldo.


60

2) Giro

a) Giro

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk

kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip

wadiah yad dhamanah.

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yad

dhamanah

 Setoran Awal minimum Rp500.000 (perorangan) dan

Rp1.000.000 (Non-Perorangan)

 Saldo minimum Rp500.000 (perorangan) dan

Rp1.000.000 (Non-Perorangan)

 Biaya administrasi bulanan:

 Biaya tutup rekening: Pelanggaran Rp50.000 dan

Permintaan Sendiri Rp20.000

 Biaya buku cek/giro : Rp 100.000

 Syarat:

 Perorangan:

 Perusahaan:

 Manfaat:

 Dana aman dan tersedia setiap saat

 Kemudahan transaksi dengan menggunakan cek atau

B/G
61

 Fasilitas Intercity Clearing untuk kecepatan pembayaran

inkaso (kliring antar wilayah)

 Fasilitas BSM Card, sebagai kartu ATM sekaligus debet

(untuk perorangan)

 Fasilitas pengiriman account statement setiap awal

bulan Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan

kebijakan BSM

b) Giro Singapore Dollar

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore

Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan

berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau

non-perorangan

 Fitur & Biaya:

 Setoran Awal minimum SGD200

 Saldo minimum SGD200

 Biaya administrasi bulanan SGD2

 Biaya tutup rekening SGD5.

 Syarat:

 Perorangan:

 Perusahaan:

 Manfaat:

 Dana aman dan tersedia setiap saat


62

 Penarikan dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan slip penarikan

 Bonus bulanan sesuai kebijakan BSM.

c) Giro Euro

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore

Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan

berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau

non-perorangan

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah

yaddhamanah

 Setoran Awal minimum EUR200

 Saldo minimum EUR200

 Biaya administrasi bulanan EUR2

 Biaya tutup rekening baik EUR5

 Syarat:

 Perorangan:

 Perusahaan:

 Manfaat:

 Dana aman dan tersedia setiap saat

 Penarikan dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan slip penarikan

 Bonus bulanan sesuai kebijakan BSM.


63

d) Giro Valas

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar

untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan

prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-

perorangan.

 Fitur & Biaya:

 Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yad

dhamanah

 Bebas biaya penarikan bank notes sampai dengan

USD5.000 per bulan

 Setoran Awal minimum USD1.000

 Saldo minimum USD1.000

 Biaya administrasi bulanan USD5

 Biaya tutup rekening USD10

 Syarat:

 Perorangan :

 Perusahaan :

 Manfaat:

 Dana aman dan tersedia setiap saat

 Penarikan dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan slip penarikan

 Fasilitas pengiriman account statement setiap bulan

 Bonus bulanan sesuai kebijakan BSM.


64

3) Deposito

a) Deposito

Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah

yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah untuk

perorangan dan non-perorangan.

 Fitur & Biaya:

 Jangka waktu yang fleksibel: 1, 3, 6 dan 12 bulan

 Dicairkan pada saat jatuh tempo

 Setoran awal minimum Rp2.000.000

 Biaya Materai Rp6.000

 Biaya Penarikan: Rp30.000/rekening

 Syarat:

 Perorangan:

 Perusahaan:

 Manfaat:

 Dana aman dan terjamin

 Pengelolaan dana secara syariah

 Bagi hasil yang kompetitif

 Dapat dijadikan jaminan pembiayaan

 Fasilitas Automatic Roll Over (ARO).


65

b) Deposito Valas

Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar

yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah untuk

perorangan dan non-perorangan.

 Fitur & Biaya:

 Jangka waktu yang fleksibel: 1, 3, 6 dan 12 bulan

 Dicairkan pada saat jatuh tempo

 Setoran awal minimum USD1.000

 Biaya Materai Rp6.000.

 Syarat:

 Perorangan:

 Perusahaan:

 Manfaat:

 Dana aman dan terjamin

 Pengelolaan dana secara syariah

 Bagi hasil yang kompetitif

 Dapat dijadikan jaminan pembiayaan

 Fasilitas Automatic Roll Over (ARO).


66

2. Deskripsi Data Penelitian

a. Perkembangan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) di Bank Syariah Mandiri

Data mengenai perkembangan Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) dalam penelitian ini

diperoleh dari laporan keuangan pertriwulan dari tahun 2011 sampai dengan

tahun 2014. Variabel Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) merupakan Variabel X.

Dibawah ini adalah perkembangan Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) yang ada di Bank

SYariah Mandiri dari tahun 2011 – 2014:

Tabel 4.1
Perkembangan BOPO di Bank Syariah Mandiri
Dalam Persentase
Tahun Triwulan BOPO

I 73.07
II 74.02
2011
III 73.85
IV 76.44
I 70.47
II 70.11
2012
III 71.14
IV 73.00
I 69.24
2013 II 81.63
III 87.53
67

IV 84.05
I 81.99
II 93.03
2014
III 93.02
IV 98.46

Berdasarkan tabel nilai Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) pada PT Bank Syariah

Mandiri tahun 2011 – 2014, maka penulis mendeskripsikan perkembangan

Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) pertriwulan melalui sebauh grafik dibawah ini:

Grafik 4.1
Perkembangan Operating Efficiency Ratio (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) di
Bank Syariah Mandiri
120
100
80
60
40
BOPO
20
0

Berdasarkan grafik tersebut, tingkat Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) mengalami tren yang

fluktuatif dari period eke periode. Tabel dan Grafik diatas menunjukan
68

bahwa rata-rata Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) di Bank Syariah Mandiri sebesar 79,25%

dengan jumlah tertinggi sebesar 98,46% pada triwulan ke-4 tahun 2014 dan

jumlah terendah sebesar 69,24% pada triwulan ke-1 tahun 2013.

b. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) di Bank Syriah

Mandiri

Financing To Deposit Ratio (FDR) merupakan, perbandingan antara

pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah dengan Dana Pihak Ketiga

yang berhasil dikerahkan oleh bank45.Semakin besar tingkat FDR, maka

semakin baik pula Bank Syariah tersebut dapat menjalankan fungsi

intermediasinya Berikut adalah kondisi Financing to Deposit Ratio (FDR)

pada Bank Syariah Mandiri untuk periode triwulan tahun 2011 – 2014

Tabel 4.2
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) di Bank Syariah Mandiri
Dalam Persentase
Tahun Triwulan FDR
I 84.06
II 88.52
2011
III 89.86
IV 86.03
I 87.25
II 92.21
2012
III 93.90
IV 94.40

45
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2002), hlm. 55
69

I 95.61
II 94.22
2013
III 91.29
IV 89.97
I 90.34
II 89.91
2014
III 85.68
IV 82.13

Berdasarkan tabel nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) pada PT

Bank SyariahMandiri periode pertriwulan 2011 – 2014 di atas, maka

pennulis mendeskripsikan perkembangan Financing to Deposti Ratio

melalui grafik dibawah ini:

Grafik 4.2
Finacing To Deposit Ratio (FDR)
100
95
90
85
80
FDR
75
Juni 2011

Juni 2012

Juni 2013

Juni 2014
Sep-11

Sep-12

Sep-13

Sep-14
Maret 2011

Desember 2011
Maret 2012

Desember 2012
Maret 2013

Desember 2013
Maret 2014

Desember 2014

Dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat Financing to Deposit Ratio

(FDR) PT. Bank Syariah Mandiri selalu mengalami peningkatan atau


70

penurunan, karena hal in disebabkan oleh naik turunnya pembiayaan yg

disalurkan.

c. Pengaruh Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) di

Bank Syariah Madiri

Pada penelitian ini, untu mengetahui besarnya pengaruh Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona)

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), maka dapat dilihat dari analisis

statistic, analisis statistic yang digunakan adalah analisis regresi sederhana,

korelai produk moment, koefisien determinasi dan uji-t.

Berikut ini data perbandingan Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) dan tingkat Financing to

Deposit Ratio (FDR) di Bank Syariah Mandiri periode tahun 2011 – 2014:

Tabel 4.3
Data Perbandingan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasiona) dan Tingkat Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada Bank Syariah Mandiri
Posisi Triwulan
Dalam Persentase
Tahun Triwulan BOPO FDR

I 73.07 84.06

II 74.02 88.52
2011
III 73.85 89.86

IV 76.44 86.03

2012 I 70.47 87.25


71

II 70.11 92.21

III 71.14 93.90

IV 73.00 94.40

I 69.24 95.61

II 81.63 94.22
2013
III 87.53 91.29

IV 84.05 89.97

I 81.99 90.34

II 93.03 89.91
2014
III 93.02 85.68

IV 98.46 82.13

Berdasarkan tabel perbandingan Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) dan Financingto

Deposit Ratio (FDR) pada PT Bank Syariah Mandiri periode triwulan 2011

- 2014 di atas, maka penulis mendeskripsikan perkembangan Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona)

dan Financing to Deposit Ratio (FDR) melalui grafik dibawah ini.


72

Grafik 4.3
Perbandingan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasiona) dan Financing to Deposit Ratio

120

100

80

60

40 BOPO
20 FDR

0
Juni 2011

Juni 2012

Juni 2013

Juni 2014
Sep-11

Sep-12

Sep-13

Sep-14
Maret 2011

Desember 2011
Maret 2012

Desember 2012
Maret 2013

Desember 2013
Maret 2014

Desember 2014
Dengan demikian, maka dapat dicari pengaruh Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona)

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Penulis mencoba melakukan

analisa kuantitatif dengan metode statistik untuk menyatakan pengaruh

fungsional dengan mengidentifikasikan Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) sebagai variabel

independen (X) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel

dependen (Y). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi

sederhana, korelasi product moment, koefisien determinasi dan uji t.

1) Analisis Regresi Sederhana

Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR) pada Bank Syariah Mandiri, maka penulis

menggunakan analisis regresi sederhana dengan model sebagai berikut:


73

Dimana:

Y = Total Financing to Deposit Ratio (FDR)

X = Jumlah BOPO

a = Konstant

b = Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil pengolahah data menggunakan software SPSS 20 di

peroleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4
Analisis Regresi Linear Sederhana Operating Efficiency Ratio (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 102.897 8.006 12.853 .000


1
BOPO -.166 .100 -.405 -1.658 .120
a. Dependent Variable: FDR

Menurut tabel 4.4 dengan menggunakan analisis regresi linear

sederhana dapat mengahsilkan suatu persamaan regresi yaitu:

Y = 102,897 – 0,166X

Berdasarkan persamaan diatas, dapat diartikan bahwa koefisien a

bernilai 201,897, sedangkan koefisien b bernilai -0,166 memberikan arti

bahwa setiap perubahan variable independen X yaitu Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan


74

Operasiona) sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat variable Y yaitu

Financing to Deposti Ratio (FDR) sebesar 0,166%. Hal ini menunjukan

bahwa kenaikan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) berbanding terbalik dengan Financing

to Deposit Ratio (FDR)

2) Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara

Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Berikut ini

adalah hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 20.

Tabel.4.5
Analisis Korelasi Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing tob Deposit Ratio
(FDR)
Correlations

BOPO FDR

Pearson Correlation 1 -.405

BOPO Sig. (2-tailed) .120

N 16 16

Pearson Correlation -.405 1

FDR Sig. (2-tailed) .120

N 16 16

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

sebesar -0,405, berarti telah terjadi hubungan yg linear negatif yang

sedang antara Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio


75

(FDR). Dikatakan Hubungannya sedang dapat diketahui jika melihat

interpretasi nilai korelasi dibawah ini:

Tabel 4.6
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,22 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

3) Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR) yang dinyatakan dalam persentase. Berikut hasil

pengolahan data koefisien determinasi dengan menggunakan software

SPSS 20:

Tabel 4.7
Koefisien Determinasi Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .405a .164 .104 3.71049

a. Predictors: (Constant), BOPO


76

Tabel di atas menunjukan bahwa hasil analisis koefisien

determinasi Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)

sebesar 16,4%. Ini berarti jumlah Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) memberikan pengaruh

terhadap Financing Deposit Ratio (FDR) meskipun rendah.

4) Uji t

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dan

membuktikan apakah Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) atau sebaliknya. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan pengujian hipotesis berikut ini:

Ho : µ= 0, artinya Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR).

Ha : µ ≠ 0, artinya Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) berpengaruh berpengaruh

signifikan terhadap tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR).

Rumus yang digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut

menggunakan uji-t, yaitu:

√ − 2
=
√1 −

0,405 √16 − 2
=
√1 − 0.164
77

0,405 .3,742
=
√0,836

1,515
=
0,914

= 1,66

Dengan nilai α = 1 % dan dk = 16 – 2 = 14 diperoleh nilai t tabel

sebesar = 2,977. Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diperoleh nilai t

hitung sebesar 1,66. Karena T hitung (1,66) < t tabel (2,977), maka Ho

diterima. Hal tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR) pada Bank Syariah Mandiri.

Ho ditolak
Ho ditolak
Ho diterima

2,977

-2,977 1,66

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode statistic, tingkat Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) memiliki

pengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).Sehubungan dengan hipotesis


78

yang telah ditentukan, hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang ada,

bahwa “ Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR) pada Bank Syariah Mandiri” dinama Ho diterima dan Ha

ditolak.

Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan analisis regresi,

tingkat Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) berpengaruh secara negatif terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR). Hal ini berarti ketika Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) meningkat, maka menurut hasil dari analisis

regresi Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami penurunan, begitupun

sebaliknya.

Pengujian Koefisien korelasi dengan hasil -0,405 menandakan bahwa

hubungan yang rendah antara Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).

Selain itu, berdasarkan perhitungan koefisien determinasi menyatakan bahwa

jumlah Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) hanya berpengaruh 16,4% terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

Dan sisanya 83,6% oleh faktor-faktor lainnya Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF) , Return On Asset (ROA), Hal tersebut dikarenakan

pengaruh Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) yang tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) yang

disalurkan Bank Syariah Mandiri sebagaimana gambar dibawah ini:


79

Operating Efficiency Financing to Deposit


16,4%
Ratio) Ratio
(FDR)
X
Y

Gambar 4.2
Pengujian Koefisien determinasi

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan nilai signifikan 1% hasil dari

pengujian tersebut adalah t hitung ( 1,66) < t tabel (2,977) dengan kata lain Ho

diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, dari beberapa analisis di atas, dapat

dirumuskan bahwa Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) tidak berpengaruh signifikan terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pula

pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) mengalami Tren yang fluktuatif,

tingkat Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) mengalami tren yang fluktuatif dari period eke

periode. Tabel dan Grafik diatas menunjukan bahwa rata-rata Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) di Bank Syariah Mandiri sebesar 79,25% dengan jumlah

tertinggi sebesar 98,46% pada triwulan ke-4 tahun 2014 dan jumlah

terendah sebesar 69,24% pada triwulan ke-1 tahun 2013.

2. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) PT. Bank Syariah

Mandiri selalu mengalami peningkatan atau penurunan, karena hal in

disebabkan oleh naik turunnya pembiayaan yg disalurkan

3. Pengaruh jumlah Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR) pada Bank Syariah Mandiri yang dilakukan dengan metode

statistic adalah sebagai berikut:

80
81

a. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan analisis

regresi, tingkat Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) berpengaruh secara negatif terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini berarti ketika Operating

Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasiona) meningkat, maka menurut hasil dari analisis regresi

Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami penurunan, begitupun

sebaliknya.

b. Jumlah Koefisien korelasi dengan hasil -0,405 menandakan bahwa

hubungan yang rendah antara Operating Efficiency Ratio (Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) dengan Financing to

Deposit Ratio (FDR).

c. Dan tingkat Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasiona) hanya berpengaruh 16,4% terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR). Berdasarkan pengujian hipotesis

dengan nilai signifikan 1% hasil dari pengujian tersebut adalah t hitung

( 1,66) < t tabel (2,977) dengan kata lain Ho diterima dan Ha ditolak.

Dengan demikian, dari beberapa analisis di atas, dapat dirumuskan

bahwa Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasiona) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara Operating Efficiency Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan


82

Operasiona) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Syariah

Mandiri.

B. Saran

Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat

ada beberapa masukan yang dapat penulis sampaikan kepada beberapa pihak

yang berkepentingan yaitu:

1. Saran penelitian ini bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini, hendaknya

perlu melakukan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam dengan

menggunakan variabel-variabel lain selain Operating Efficiency Ratio

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) yang dapat

mempengaruhi Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini dimaksudkan

untuk menguji seberapa besar pengaruh masing-masing variabel

tersebut berpengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR).

2. Bagi bank terkait, diharapkan lebih aktif lagi dalam pengawasan

terhadap pembiayaan yang disalurkan bank kepada nasabah harus lebih

ditingkatkan lagi, agar Tingkat Efisiensi atau Operating Efficiency

Ratio (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasiona) bisa

berkembang lebih baik lagi, sehingga berdampak pada Financing to

Deposit Ratio.

Anda mungkin juga menyukai