Anda di halaman 1dari 98

PENGARUH MODAL, LIKUIDITAS

DAN LEVERAGE,
TERHADAP PROFITABILITAS
PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH DI JAWA BARAT

Draff Proposal Disertasi

Oleh:
ASEP SUWARNA SE., MM

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan draf proposal

Disertasi dalam rangka memenuhi persyaratan pendaftaran Program Doktor

Hukum Ekonomi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

tahun ajaran 2019/2020.

Sangat di sadari bahwa penyusunan draf proposal ini jauh dari syarat

syarat yang harus terpenuhi dalam rangka mengikuti Program Doktoral di

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, hal ini tidak terlepas dari

ketersediaan waktu yang sangat terbatas dalam penyusunan proposal ini.

Penulis berharap setelah tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor di

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, penyempurnaan proposal ini dapat

di lakukan, baik dari sisi objek penelitian maupun metode metode penelitiannya.

Demikian harapan kami, semoga niatan untuk menggali Ilmu di bidang ekonomi

syariah dapat terwujud. Terimakasih.

Cianjur, 26 Juni 2019


Penulis
Asep Suwarna
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini perkembangannya regulasi tentang sistem perbankan di

Indonesia semakin tumbuh dan berkembang dengan disahkannya Undang undang

Perbankan No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dimana sebelumnya

perbankan syariah berpayung kepada Undang undang No. 7 tahun 1992 yang

telah diubah oleh Undang –undang No. 10 tahun 1998. Lebih jauh, undang

undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa

Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah ( Pasal 18 UU No. 21/2008).

Sebagai industri yang dapat dikatakan masih baru dan sarat dengan

moralitas serta nilai-nilai agama Islam , arah perkembangan perbankan syariah

masih terbentang luas. Sebagai refleksi dari upaya implementasi akan nilai-nilai

tersebut dalam operasionalnya juga tidak terlepas dari peraturan peraturan yang

dikeluarkan oleh regulator perbankan di Indonesia berkaitan dengan tingkat

kesehatan perbankan.

CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings dan Liquidity),

digunakan sebagai penilaian tingkat kesehatan perbankan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan perbankan tersebut di atur dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Perbankan.
Masing-masing komponen dalam CAMEL (Capital, Asset Quality,

Management, Earnings dan Liquidity) memiliki standar masing-masing yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, misalkan dalam perhitungan Capital akan terlihat

apakah bank tersebut mampu memenuhi standar akan ketetapan modal yang

diperlukan bagi bank, yang saat ini ditetapkan minimal 8% dari ATMR, pada

komponen Asset Quality dapat dilihat apakah kualitas aset yang dimiliki oleh

bank dalam kondisi baik atau tidak dengan ketentuan maksimal asset yang tidak

berkualitas/Non Performinng Loan (NPL) sebesar 5% dari keseluruhan asset

produktif. Apabila bank memiliki asset yang baik, tentu akan membantu bank

dalam meminimalisasi resiko yang akan terjadi.

Penilaian dari sisi management juga diperlukan untuk melihat apakah

pengelola bank memiliki andil yang positif dalam meningkatkan kesehatan bank.

Sedangkan komponen Earnings akan memperlihatkan seberapa efektifnya bank

dalam mengelola aset, ekuitas, dan cost untuk memaksimalkan profit bank

tersebut. Sedangkan komponen liquiditas memperlihatkan seberapa liquid-nya

suatu bank dalam menyediakan dana bagi nasabah. Dilihat dari kegunaan masing-

masing penilaian tersebut, CAMEL (Capital, Asset Quality, Management,

Earnings dan Liquidity) merupakan suatu kesatuan dalam menilai tingkat

kesehatan bank. Semakin tinggi tingkatan kesehatan bank, semakin baik pula

kinerja yang akan dihasilkan oleh bank tersebut serta semakin meningkat pula

tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut.

Dalam kaidah Fiqih, semua bentuk muammalah boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya. Ini dapat diartikan apabila ada suatu transaksi

yang baru dikenal, dimana sebelumnya tidak ada dalam hukum Islam maka
transaksi tersebut dapat diterima kecuali ada implikasi dari dalil Qur’an ataupun

hadits yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit.

Pada praktik perbankan konvensional yang dikenal saat ini, fungsi

penghimpunan dana dan penyaluran dana dilakukan berdasarkan sistem bunga

sehingga dapat dikatakan sebagai praktek perbankan yang dapat digolongkan

sebagai transaksi ribawi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Oleh karena itu,

dipandang perlu untuk diperkenalkan praktik perbankan berdasarkan prinsip

syariah.

Krisis ekonomi yang pernah terjadi di negeri ini pada masa yang lalu tentu

sangat dirasakan oleh industri perbankan di Indonesia, sebagai salah satu sektor

industri yang sangat rentan dengan kondisi perekonomian suatu negara, industri

perbankan sangat terguncang oleh keadaan ekonomi Indonesia pada saat itu.

Keadaan perekonomian negeri pada saat itu mengakibatkan tidak berjalannya

fungsi utama dari perbankan sebagai lembaga intermediasi yang bertugas untuk

penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat yang mengakibatkan hilangnya

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan.

Hilangnya kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan

mengakibatkan adanya beberapa bank terpaksa menutup operasionalnya karena

dilanda kerugian yang berkepanjangan, dimana perbankan tidak mampu

membayar bunga simpanan kepada para penyimpan sebagai akibat meningkatnya

kredit macet.

Namun demikian, ditengah tengah runtuhnya beberapa bank, ternyata bank

yang beroperasi dengan prinsip syariah masih tetap dapat bertahan hingga saat ini.

Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produknya


menyebabkan bank syariah relatif dapat mempertahankan kinerjanya dan tidak

hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban

operasional lebih rendah dari bank konvensional.

Sebagai bagian dari perbankan syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) turut serta menggerakan perekonomian Indonesia dengan lebih

memberikan pelayanan kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

melalui pelayanan jasa perbankan baik dalam hal penghimpunan dana maupun

penyaluran dana dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah antara lain

prinsip Mudharabah, Murabahah maupun musyarakah serta prinip-prinsip akan

lainnya yang diperkenankan.

Keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang merupakan

bagian dari industri perbankan secara keseluruhan juga tidak terlepas dari aturan-

aturan yang mengikat, terutama salah satunya dalam sisi permodalan, yang

merupakan syarat utama dalam menjaga keberlangsungan operasional dari suatu

bank terutama bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Jumlah modal keseluruhan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) di Indonesia hingga akhir tahun 2013 tampak pada gambar 1.1 berikut ini

Gambar 1.1
Kondisi Modal pada BPRS di Indonesia
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 besarnya

modal bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang diukur dengan rasio

kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar minimal 8% dari

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Hingga akhir tahun 2013 kondisi rata-rata agregat Capital Adequacy Ratio

(CAR) BPRS mencapai 27,59% dan termasuk kedalam kategori baik, jauh diatas

batas minimal yang diperkenankan menurut peraturan Bank Indonesia dengan

jumlah modal yang disetor sebesar Rp. 555.646 Juta. Tetapi secara nominal bila

dibandingkan dengan besarnya asset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Indonesia yang mencapai Rp. 5.833.488 Juta pada akhir tahun 2013 jumlah modal

yang disetor masih relatih kecil yaitu hanya sebesar 9,5%, sehingga secara

nominal modal Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) masih dikatakan

kurang untuk mendukung perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat secara

keseluruhan, terutama dalam upaya mencapai tingkat profitabilitas yang

diharapakan serta sebagai cadangan dalam mempertahankan tingkat likuditas.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu lembaga

pembiayaan perbankan yang sangat penting berperan dalam fungsi intermediasi

perbankan atau sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang

membutuhkan dana. Hal tersebut dicerminkan oleh rasio likuiditas yang baik.

Cooke (1989) menyatakan bahwa kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain

ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan

pengungkapan yang lebih luas.


Kondisi Likuiditas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

tampak pada gambar 1.2 berikut ini :

Gambar 1.2
Kondisi Likuiditas pada BPRS di Indonesia

Pada lembaga keuangan seperti Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

tingkat likuiditas dapat di ukur oleh Financing to Deposit Rasio (FDR), Menurut

Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Bank Indonesia menetapkan

kriteria Financing to Deposit Rasio (FDR) dianggap sehat bila besarannya

diantara 80 % - 110 %. Hingga akhir tahun 2013, Financing to Deposit Rasio

(FDR) rata-rata agregat Bank Pembiayaan Rakyat Syariah secara nasional telah

mencapai 120,93%, melebihi ketentuan yang dikategorikan sehat.

Perkembangan Likuiditas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di Indonesia yang diukur dengan Financing to Deposit Rasio (FDR) mengalami

fluktuasi yang tidak menentu dengan kecenderungan pada empat tahun terakhir

mengalami penurunan, hal ini sangat mempengaruhi kinerja perbankan syariah

khususnya pada lembaga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) karena

Financing to Deposit Rasio (FDR) merupakan parameter akan berjalan atau

tidaknya fungsi intermediasi perbankan, meskipun disisi lain terlampau besarnya


likuiditas juga akan mempengaruhi kinerja perbankan terutama dalam perolehan

profitablitas.

Struktur pendanaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) saat ini

masih didominasi oleh dana-dana yang relatif dikategorikan mahal seperti

deposito dan pinjaman dari bank umum syariah. Dengan struktur pendanaan

seperti itu, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) harus mampu

mempertahankan kinerjanya hingga tetap berada dalam kategori sehat sesuai

dengan ketentuan Bank Indonesia.

Berdasarkan teori agensi (agency theory) yang diungkapkan oleh Jensen

dan Meckling (1976), perusahaan dengan proporsi hutang yang lebih banyak

dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya pengawasan (monitoring

cost) yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage

yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi

yang memadai bagi investor atau kreditur.

Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) rasio Leverage diukur

dengan menghitung ratio Debt to Total Asset (DTA), semakin kecil nilai rasio

Debt to Total Asset (DTA) maka menunjukan proporsi hutang yang baik terhadap

asset.

Hingga akhir tahun 2013 kondisi Debt to Total Asset (DTA) di Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) secara rata-rata aggregat sebesar 20,74%

atau sebesar Rp. 1.209.720 Juta.


Gambar 1.3
Kondisi Leverage pada BPRS di Indonesia

Dengan jumlah hutang yang mencapai 20,74% dari keseluruhan asset

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) membuat Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) harus lebih bisa menjaga kualitas aktivanya agar dapat

memberikan kinerja yang baik salah satu upayanya adalah dengan lebih

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan, sehingga

pembiayaan yang diberikan akan selalu tetap dalam kondisi lancar.

Bagi lembaga perbankan, kinerja keuangan menunjukan bagaimana

orientasi manajemen dalam menjalankan organisasinya dan mengakomodasi

kepentingan manajemen (pengurus), pemegang saham (pemilik), nasabah, otoritas

moneter, maupun masyarakat umum yang aktivitasnya berhubungan dengan

perbankan.

Dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan dapat menilai

bagaimana kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan alat pengambil

kebijakan. Disamping itu, rasio keuangan juga bermanfaat untuk memprediksi

laba pada waktu yang akan datang.


Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) selama tahun 2013

tercermin dari rasio Return On Asset (ROA) mencapai angka 2,79%. Menurut

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio

ROA perbankan yang baik berada diatas 1,5%, sehingga dapat dikatakan bahwa

kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah masih cukup baik.

Gambar 1.4
Kondisi Profitabilitas pada BPRS di Indonesia

Hingga akhir tahun 2013, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah membukukan

profit sebesar Rp. 129.280 Juta, dengan jumlah asset yang mencapai Rp.5.833.488

Juta, apabilia dihitung dengan rasio Return On Asset (ROA) hanya mencapai

angka 2,2%, pencapaian ini dipandang masih belum optimal meskipun masih

dalam kategori sehat menurut ketentuan.

Untuk Lebih jelasnya kondisi rasio-rasio keuangan pada Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah di Indonesia, dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :
Tabel 1.1
Ratio Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

RATIO KEUANGAN
Tahun
CAR FDR DTA ROA
2007 34,72% 124,08% 19,60% 3,21%
2008 30,28% 128,78% 21,22% 2,76%
2009 29,98% 126,29% 20,18% 5,00%
2010 27,46% 128,47% 21,63% 3,49%
2011 23,49% 127,71% 22,65% 2,67%
2012 25,16% 120,96% 20,89% 2,64%
2013 22,08% 120,93% 20,74% 2,79%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics),
Desember 2013 diolah kembali

Selain dari rasio-rasio keuangan yang harus tetap berada dalam kondisi

yang dikategorikan sehat oleh Bank Indonesia, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

( BPRS ) juga harus mempertahankan perkembangan dari sisi yang lain seperti

asset dan cakupan layanan.

Aset BPRS selama kurun waktu satu tahun terakhir meningkat sebesar Rp

1,1 triliun atau 24,14% dari sebelumnya Rp. 4,69 triliun menjadi Rp. 5,83 triliun

per Desember 2013 (yoy), dengan pembiayaan yang diberikan (PYD) sebesar

76,0% dari total aktiva

Selain itu, adanya penambahan 8 BPRS baru pada tahun 2013 sehingga

total menjadi 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Statistik perbankan syariah,

Juni 2014) yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia juga ditambah dengan

keunggulan karakteristik Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang

beroperasi didaerah-daerah terpencil akan mampu dalam memberikan pelayanan

dengan jangkauan yang lebih luas kepada masyarakat. Sehingga hal tersebut

mendorong roda perekonomian masyarakat menengah bawah di seluruh pelosok

negeri.
Penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini pada umumnya

menggunakan model analisis rasio keuangan karena terbukti berperan penting

dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk memprediksi

kelangsungan usaha termasuk usaha perbankan. Kinerja keuangan dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan bank dan hal ini dapat dilihat dari laporan

keuangan bank tersebut. Dari laporan keuangan dapat dianalisis untuk

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keadaan keuangan atau posisi

keuangan, hasil yang telah dicapai dan perkembangan yang terjadi dari tahun ke

tahun. Dari informasi tersebut pimpinan bank atau manajemen bank diharapkan

dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan yang terjadi sehingga dapat menjadi

bahan pertimbangan pimpinan bank atau manajeman bank dalam mengambil

kebijakan yang tepat untuk kelangsungan operasionalnya.

Sebagai suatu perusahaan atau entitas ekonomi, bank memberi laporan

keuangan untuk menunjukkan informasi dan posisi keuangan yang disajikan

untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang tercantum dalam

pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor sekarang dan potensial dalam

memprediksi penerimaan kas dari deviden dan bunga di masa yang akan datang.

Hal paling mendasar yang dilihat dari suatu laporan keuangan perusahaan

khususnya perusahaan perbankan adalah pada aspek laba. Laba merupakan hasil

kerja yang dilakukan manajemen dalam melakukan kegiatan operasionalnya dan

merupakan indikator penting dari laporan keuangan. Kegunaan laba dapat dipakai

sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dan prediksi dalam meramalkan

perubahan laba yang akan datang.


Perubahan laba dianggap penting karena berkaitan dengan profitabilitas

bank. Perubahan laba yang terus meningkat atau dengan kata lain semakin

tumbuh, dapat berdampak pada aktivitas operasional bank karena mampu

memperkuat modal bank, dimana modal bank merupakan salah satu syarat

program implementasi dari Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Laba yang

terus tumbuh dapat mengindikasikan bahwa perusahaan perbankan secara

periodik mengalami peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan

operasionalnya.

Bagi para investor yang melihat peningkatan pertumbuhan laba yang ada

pada suatu perusahaan perbankan akan mempengaruhi keputusan investasi

mereka, karena investor tentu mengharapkan laba perusahaan perbankan pada

periode berikutnya lebih baik dari periode sebelumnya. Dengan mengetahui

bahwa laba dari suatu perusahaan perbankan mengalami pertumbuhan secara terus

menerus akan memancing investor lain karena berkaitan dengan bagi hasil yang

diberikan tentunya akan semakin besar. Dengan begitu manfaat yang didapat

perusahaan perbankan akan memiliki tambahan modal yang dapat dialokasikan

untuk melakukan ekspansi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan laba.

Kondisi keuangan BPRS di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir

tampak pada tabel 1.2 berikut :


Tabel 1.2
Kondisi Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
( juta )

Tahun Asset Hutang Modal PYD DPK Laba


2007 1.215.916 238.262 176.690 890.709 717.858 27.064
2008 1.693.332 359.297 221.651 1.256.610 975.815 29.787
2009 2.123.581 428.584 294.942 1.586.919 1.256.603 54.599
2010 2.738.745 592.504 347.000 2.060.437 1.603.778 78.243
2011 3.520.417 797.530 390.216 2.675.930 2.095.333 86.654
2012 4.698.952 981.454 472.202 3.553.520 2.937.802 106.482
2013 5.833.488 1.209.720 555.646 4.433.492 3.666.174 129.280
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics),
Desember 2013 diolah kembali.

Dalam menganalisis dan menilai kondisi keuangan perusahaan serta

prospek pertumbuhan labanya ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan.

Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang

dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba, termasuk

kondisi keuangan di masa depan adalah dengan melakukan analisis rasio

keuangan.

Seperangkat laporan keuangan utama dalam bentuk neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas belum dapat memberi

manfaat maksimal bagi pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan

tersebut lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan keuangan termasuk analisis

terhadap rasio-rasio keuangan.

Saat ini terdapat beberapa rasio yang dipergunakan sebagai alat ukur

penilaian terhadap perolehan laba pada suatu perusahaan. Dilihat dari fungsi

pembentuk laba adalah beban dan pendapatan , sehingga perlu untuk dianalisis

rasio apa saja yang berpengaruh terhadap fungsi pembentuk laba itu sendiri.
Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank, namun hasilnya tidak konsisten.

Variabel-variabel tersebut antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diteliti

oleh Bambang Sudiyatno (2010) menunjukan adanya pengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan laba, sementara Nurani Eka Safitri (2012)

menunjukan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan laba namun tidak signifikan.

Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam istilah perbankan syariah dikenal

dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang diteliti oleh Suryani (2011)

menunjukkan adanya pengaruh signifikan dan negatif antara Financing to Deposit

Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan laba bank sementara Nindita Tridiyani (2011)

menunjukan pengaruh yang signifikan positif Financing to Deposit Ratio (FDR)

terhadap Return On Asset (ROA).

Rasio lainnya yang berpengaruh dalam pembentukan laba adalah Debt

Total Asset Ratio (DTA) merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara

kewajiban yang dimiliki (total hutang) dan seluruh kekayaan yang dimiliki (total

aktiva). Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan di biayai

oleh dana pinjaman.

Apabila Debt Total Asset Ratio (DTA) semakin tinggi, sementara proporsi

total aktiva tidak berubah maka total hutang yang dimiliki perusahaan semakin

besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan

perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi pula.

Dari data pada tabel 1.2 menunjukan bahwa kenaikan dan penurunan laba

menunjukan trend yang tidak stabil padahal pertumbuhan laba akan


mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para investor. Dengan

tingkat bagi hasil yang besar akan menambah daya tarik bank syariah di mata

investor, fenomena ini menarik untuk diteliti apalagi pada penelitian-penelitian

terdahulu menunjukan adanya ketidak konsistenan dari beberapa elemen

pembentuk laba antara lain Modal, Likuiditas dan Leverage terhadap laba itu

sendiri, sehingga pada penelitian kali ini peneliti akan melakukan pengujian lebih

lanjut terhadap temuan-temuan empiris tersebut dengan mengambil judul

penelitian “Pengaruh Modal, Likuiditas dan Leverage terhadap

Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Jawa Barat” . Penelitian

ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan

terdahulu.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada uraian latar belakang, dapat

diindentifikasi beberapa masalah yang ditemukan antara lain :

1. Belum optimalnya keberadaan lembaga keuangan baik perbankan,

koperasi maupun lembaga lain yang sejenis sebagai lembaga intermediasi.

2. Belum optimalnya keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

pada setiap wilayah propinsi maupun kabupaten/kota.

3. Belum optimalnya daya tarik investor untuk menyimpan dananya di Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

4. Belum optimalnya Sumber Daya Insani (SDI) dalam mengelola Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).


5. Belum optimalnya sumber dana pinjaman (hutang) yang digunakan oleh

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam upaya meningkatkan

profitabilitas.

6. Belum optimalnya pengelolaan Likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah dalam upaya meningkatkan profitabilitas.

7. Belum optimalnya modal yang dimiliki Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

dalam upaya meningkatkan profitabilitas.

8. Belum optimalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam meningkatkan

profitabilitas untuk mempertahankan tingkat kesehatan dan kelangsungan

usahanya.

1.3. Batasan Masalah

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah profitabilitas

yang dicapai oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang beroperasi di wilayah

Jawa Barat belumlah optimal. Hal ini diduga antara lain dipengaruhi oleh sumber

pendanaan yang diperoleh berasal dari dana dana yang dikategorikan mahal.

Dari indentifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti

yaitu :

1. Bagaimana kondisi modal, likuiditas dan solvabilitas serta profitabilitas

pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

2. Bagaimana pengaruh modal, likuiditas dan solvabilitas terhadap

profitabilitas secara parsial dan simultan pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) di Jawa Barat.


1.4 Perumusan Masalah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) saat ini merupakan objek yang

dipergunakan oleh bank umum syariah sebagai mitra program lingkage dengan

memberikan bantuan likuiditas berupa hutang sebagai sarana untuk meningkatkan

volume usahanya dalam memperoleh profit atau laba yang tinggi tanpa

melakukan analisis atas rasio rasio yang mempengaruhinya.

Atas dasar research gap dan phenomena gap yang berkaitan dengan

pengaruh rasio keuangan perbankan meliputi Modal,Likuiditas dan Leverage

terhadap pertumbuhan Profitabilitas perbankan diatas, maka dari itu peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana modal pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Jawa Barat.

2. Bagaimana likuiditas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Jawa Barat.

3. Bagaimana leverage pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Jawa Barat.

4. Bagaimana profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di Jawa Barat.

5. Seberapa besar pengaruh modal terhadap profitabilitas pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

6. Seberapa besar pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

7. Seberapa besar pengaruh leverage terhadap profitabilitas pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.


8. Seberapa besar pengaruh modal, likuiditas dan leverage terhadap

profitabilitas secara simultan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) di Jawa Barat

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan mengkaji :

1. Modal pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

2. Likuiditas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

3. Leverage pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

4. Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa

Barat.

5. Besarnya pengaruh modal terhadap profitabilitas pada Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

6. Besarnya pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

7. Besarnya pengaruh leverage terhadap profitabilitas pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Barat.

8. Besarnya pengaruh modal, likuiditas dan leverage terhadap profitabilitas

secara bersama sama pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Jawa Barat.

1.6 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang baik,

diantaranya adalah :
1.6.1 Kegunaan Praktis

Dari segi kegunaan , hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Industri perbankan syariah khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BPRS).

Memberi masukan yang dapat digunakan sebagai referensi dalam

menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan laba.

2. Bagi Pihak Terkait

Khususnya para pemakai laporan keuangan (para pemegang saham atau

investor) dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusannya.

3. Penulis

Penulis mendapatkan tambahan wawasan dan pandangan serta

pengembangan ilmu pengetahuan yang diterima selama perkuliahan

terutama pada mata kuliah yang berhubungan dengan judul dari peneitian

yang dilakukan baik dari segi teoritis maupun penerapannya dalam

penelitian ini.

1.6.2 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan keilmuan dan

akademis terutama pada :

1. Pengembangan Ilmu Manajemen

Dapat memberikan manfaat dan nilai dalam perkembangan ilmu

manajemen khususnya manajemen keuangan dalam rangka

menghadapi era globalisasi.


2. Penelitian Lain

Penelitian ini diharapakan dapat digunakan peneliti lain untuk

menambah studi kasus dalam penelitian selanjutnya, khususnya yang

memiliki topik yang sama.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Penilaian kinerja suatu perusahaan khususnya bank dinilai dari rasio-rasio

yang mencerminkan tingkat kesehatan bank dengan metode penilaian yang

ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak terlepas dari konsep-konsep

teori manajeman secara umum.

Terdapat beberapa konsep teori yang berkaitan dengan pembahasan dalam

penelitian ini dimana teori-teori tersebut perlu diimplementasikan ke dalam

praktek maupun kasus-kasus tertentu yang berkaitan. Pada bahasan bab ini

dijelaskan teori-teori berkaitan dengan variabel-variabel pada penulisan tesis ini.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Salah satu aspek dalam manajemen adalah bagaimana seorang manajer

dapat mengenali peran dan pentingnya para pihak yang akan menunjang

pencapaian tujuan perusahaan. Para manajer harus mengakui bahwa mereka tidak

akan dapat mencapai tujuan perusahaan seorang diri, melainkan melalui kerja

sama dengan pihak lain. Seorang manajer harus pula menetapkan arah tujuan

perusahaan, memberikan kepemimpinan untuk mencapai tujuan tersebut serta

membuat keputusan mengenai bagaimana menggunakan seluruh sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Ilmu manajemen berusia sama dengan kehidupan manusia, karena pada

dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari


prinsip-prinsip manajemen baik langsung maupun tidak langsung, sadari ataupun

tidak disadari manusia selalu menggunakan prinsip-prinsip dari manajemen.

Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua

Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda

revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri, yaitu perubahan-perubahan

dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan

masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak

dan beragam jenisnya.

Dalam pelaksanaannya ilmu manajemen tidak hanya digunakan di

perusahaan atau di pemerintahan saja tetap juga diperlukan dalam segala bidang,

bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan apapun, di mana orang-orang saling

bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih jauh beberapa ahli mendefinisikan dari manajemen antara lain :

James A.F Stoner dalam Irham Fahmi (2012 ; 2) manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian anggota
organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.

Irham Fahmi (2012 ; 2) manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari secara
komprehensif tentang bagaimana mengarahkan dan mengelola orang-
orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ricky W Griffin dalam Irham Fahmi (2012 ; 2) manajemen merupakan suatu


rangkaian aktifitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Siagian (2007,8), Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau


keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui orang lain.
Ordway Tead dalam Rosyidi (2006,12) Manajemen adalah proses dan kegiatan
pelaksanaan usaha pemimpin dan menunjukan arah penyelenggaraan tugas
suatu organisasi didalam mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan.

Beberapa pengertian manajemen menurut para ahli diatas memiliki

kesamaan makna walaupun disampaikan dalam bentuk dan tolak ukur yang

berbeda. Adapun pengertian manajemen yang sering digunakan oleh orang yaitu

pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin, yang mengartikan manajemen

adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan

pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efektif

dan efisien.

Berdasarkan teori-teori tersebut , fungsi-fungsi dari manajemen

dikelompokkan berupa :

1. Perencanaan

Merupakan kegiatan dalam menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara

yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian

Merupakan kegiatan mengkoordinir sumber daya, tugas dan otoritas diantara

anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan cara yang

effektif dan effisien.

3. Pengarahan

Merupakan kegiatan pemberian pengarahan, mempengaruhi orang lain dan

memotivasi orang lain untuk bekerja.

4. Pengendalian.
Merupakan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan organisasi berjalan

sesuai dengan rencana. Fungsi dari pengendalian antara lain menentukan

standar prestasi, mengukur prestasi yag telah dicapai, membandingkan

pencapaian prestasi dengan standart dan melakukan perbaikan apabila

terdapat penyimpangan prestasi atas standar yang telah ditetapkan.

Dalam kehidupan manusia sehari hari selalu dikaitan dengan kegiatan

keorganisasian, baik organisasi formal maupun informal yang secara tidak

disadari telah menerapkan aspek-aspek manajemen dalam menjalankan

kegiatannya.

Organisasi adalah sistem peran, aliran aktifitas dan proses dan melibatkan

beberapa orang sebagai pelaksana tugas yang didisain untuk mencapai tujuan

bersama. Lebih jauh lagi organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan

didalam kehidupan manusia. Organisasi dapat membantu kita melaksanakan hal-

hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai

individu.

Pada dasarnya tujuan organisasi adalah memaksimumkan pencapaian

keinginan perusahaan yaitu memaksimumkan manfaat dan pendapatan yang

berguna bagi kelangsungan perusahaan atau organisasi.

Mamduh (2011 ; 4) Organisasi didefinisikan sebagai sekelompok orang (dua


orang atau lebih) yang bekerja sama dengan terkoordinasi, dengan cara
yang terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.

Setiap organisasi mempunyai persamaan dasar dalam sistem

pengelolaannya terutama pada fungsi-fungsi manajemen yang dijalankannya.


2.1.1.1 Definisi Manajemen

Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam,

ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen

pengurusan dan lain sebagainya. Dilihat dari literatur yang ada, pengertian

manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian:

1. Manajemen sebagai suatu proses.

2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia

3. Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni (art).

Manajemen sebagai suatu proses, melihat bagai mana cara orang untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengertian

manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut

Encylopedia of The Social Science yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu

tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.

T.Hani Handoko (2010:10) Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk


menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.

Richard L.Daft (2002:8) Manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran


organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya
organisasi.

Gordon dalam Bafadal (2004:39) Menyatakan bahwa manajemen merupakan


metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas
tertentu atau mencapai tujuan tertentu.”

Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas

manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Dari definisi di


atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi semua sumber

daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja,

pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.

2.1.1.2 Manajemen Sebagai Ilmu dan Sebagai Seni

Science adalah sekumpulan pengetahuan yang telah disistemasi,

dikumpulkan dan diterima menurut pengertian kebenaran umum, mengenai

keadaan suatu subjek dan objek tertentu. Science management (manajemen

ilmiah) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disistemtisasi, dikumpulkan dan

diterima menurut pengertian kebenaran-kebenaran universal mengenai

manajemen.

Art/seni adalah suatu kreatifitas pribadi yang kuat dan disertai

keterampilan. Science mengajarkan orang suatu pengetahuan, sedangkan art/seni

mendorong orang untuk berpraktek. Seni-manajemen urang untuk berpraktek.

Seni-manajemen meliputi kemampuan untuk melihat totalitas dari bagian-bagian

yang terpisah dan berbeda-beda, kemapuan untuk menciptakan suatu gambaran

tentang suatu visi tertentu, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau gambaran

tentang suatu visi tertentu, kemampuan untuk mengawinkan visi tersebut dengan

skill atau kemampuan yang efektif.

Manajer adalah seorang ilmuan dan sekaligus seniman, karena kecuali

mengandalkan diri pada ilmu, ia pun harus mempunyai firasat, keyakinan-

keyakinan, kreatifitas, dan menguasai cara-cara penerapannya. Karena itu

seseorang yang mempunyai pengetahuan luas tentang manajemen, bisa saja gagal

dalam melaksanakan tugasnya sebagi seorang manajer yang kompeten jika ia


cenderung seperti peran seorang artis, dan bukan seorang scientist, namun dalam

praktek kedua hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.

Perbedaan antara science dan art adalah:

Science :

1. Berkembang secara teoritis

2. Membuktikan

3. Meramalkan

4. Member defenisi

5. Memberikan kepastian/ukuran

Art :

1. Berkembang secara praktis

2. Merasa

3. Menerka

4. Menguraikan / mengajarkan

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu mengajarkan kita

tentang sesuatu, sedangkan seni/art mengajarkan kita bagaimana sesuatu hal

dilakukan.

Scientific method adalah suatu approach (pendekatan) yang tepat terhaap

suatu objek ilmu dan tujuan utamanya adalh untuk menambah pengetahuan yang

sudah ada. Sedangkan scientific Management adalah manajemen yang

menggunakan ilmu (science) dan scientific method.


Scientific management tersebut memilki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tersusun secara sistematis/teratur

2. Dapat dipelajari dan diajarkan

3. Menggunakan metode-metode ilmiah

4. Dapat dijadikan suatu teori

5. Obyektif-rasional

Scientific manager ialah manajer yang menggunakan scientific method

dalam usaha memimpin kegiatan bawahannya melalui fungsi-fungsi manajemen.

Langkah-langkah menurut metode ilmu adalah:

1. Menentukan proposisi

2. Melakukan pengamatan pertama atas proposisi

3. Menetapkan pemecahan yang dapat dijalankan terhadap proposisi tersebut

4. Memeriksa proposisi secara menyeluruh dengan menggunakan

pengetahuan yang ada maupun percobaan-percobaan yang diperoleh

5. Mengevaluasi serta menggolongkan data yang diperoleh

6. Menyatakan jawaban-jawaban yang ada diperoleh terhadap proposisi,

melalui metode induktif, maupun metode deduktif

7. Menyelesaikan dan menyatakan jawaban terhadap proposisi.

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki

definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya,

mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang

lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin

mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)

secara efektif dan efesien.

Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,

sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (Wikipedia)

Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan

adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah

dalam manajemen. Metode ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan

sebagai berikut.

1. Mengetahui adanya persoalan.

2. Mendefinisikan persoalan.

3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.

4. Menyusun alternatif penyelesaian.

5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian.

6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.

Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni.

Hal ini disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi,

kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang

semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari.
“Manajemen yang baik adalah seni bagaimana membuat masalah sebegitu

menariknya dan solusinya sebegitu konstruktifnya sehingga semua orang ingin

bekerja untuk itu dan berurusan dengan masalah tadi. Manajemen sebagai seni

mendapatkan sesuatu / menyelesaikan sesuatu dengan memberdayakan orang-

orang”. (mary parker follet)

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian,

sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu

pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi

suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala

manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah

yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diujudkan dalam bentuk

suatu teori. Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di

dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain,

bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada

hakekatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah managing (mengatur) untuk

mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan

pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa Manajemen memiliki definisi

sebagai ilmu dan seni maksud dari Manajemen sebagai Ilmu dan seni adalah

bahwa Manajemen itu sendiri memandang di dalam mencapai suatu tujuan

diperlukan kerja sama yang baik dengan orang lain atau dengan kata lain cara

bagaimana untuk membuat seseorang untuk dapat diajak bekerjasama dalam

menjalankan suatu aktivitas atau kegiatan yang terorganisir, seni dalam

Manajemen itu sendiri adalah membentuk (make) atau menciptakan (create)


manusia yang lebih efektif dari yang sudah dan sedang mereka lakukan tanpa

anda sendiri. Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk

melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary Parker

Follet ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai

suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk

melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara

melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri,karena pada dasarnya bahwa

manusia itu adalah makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup tanpa

bantuan atau campur tangan dari orang lain,itulah yang coba dipaparkan bahwa

Manajemen juga berperan sebagai suatu Ilmu dan seni.

2.1.1.3 Manajemen Sebagai Suatu Profesi

Dalam jaman modern ini semua jenis kegiatan selalu harus dimanajemeni,

dalam arti aturan yang jelas, dan sekarang boleh dikata bahwa bidang manajemen

sudah merupakan suatu profesi bagi ahlinya. Mengapa demikian, karena dalam

kegiatan apapun pekerjaan hams dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga

diperoleh masukan atau input yang besar.

Edgar H. Schein dalam bukunya yang berjudul "Organizational Socialization

and the Profession of Managemen" menguraikan karakteristik atau kriteria-kriteria

sesuatu bisa dijadikan sutau profesi, yaitu :

1. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum yang

berlaku dalam situasi dan lingkungan, hal ini banyak ditunjang dengan

banyaknya pendidikan-pendidikan yang tujuannya mendidik siswanya

menjadi seorang profesional. Misalnya Akademi Pendidikan Profesi


Manajemen, Kursus-kursus dan program-program latihan dan lain

sebagainya.

2. Para profesional memperoleh status dengan cara mencapai suatu standar

prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada keturunan, favoritas, suku

bangsa, agama dan kriteriakriteria lainnya.

3. Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat.

2.1.1.4 Tingkatan Manajemen dan Manajer

Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan baik kegiatan profesi

maupun non profesi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, maka manajer

dapat dildasifikasikan dalam dua cam yaitu tingkatan dalam organisasi dan

lingkup kegiatan yang dilakukan.

Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi

tiga golongan yang berbeda, yaitu :

1. Manajemen Lini atau manajemen tingkat pertama, yaitu tingkatan yang

paling rendah dalam suatu organisasi, di mana seorang yang bertanggung

jawab atas pekerjaan orang lain, misalnya mandor atau pengawas produksi

dalam suatu pabrik, pengawas teknik suatu bagian riset dan lain sebagainya.

2. Manajemen menengah (Midle Manager) yaitu mencakup lebih dan satu

tingkatan di dalam organisasi. Manager mengengah mengarahkan kegiatan

manager lain, juga mengarahkan kegiatan-kegiatan yang melaksanakan

kebijakan organisasi. Contohnya Kepala Bagian yang membawahi kepala

seksi, kepala devisi dan lain sebagainya.

3. Manajemen Puncak (Top Manajer), terdiri atas kelompok yang relatif kecil,

yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Mereka


menetapkan kebijaksanaan operasional dan membimbing hubungan organisasi

dengan lingkung-annya. Sebutan yang khas untuk manajemen puncak ini

adalah Chief Executive officer (Direktur Utama), Presiden dan Senior

Vicepresident.

Menurut lingkungan kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua yaitu

Manajer Fungsional dan Manajer Umum. Manajer Fungsional bertanggung jawab

pada satu kegiatan organisasi, seperti produksi, pemasaran, keuangan dan lain

sebagainya, yang dipusatkan oleh kesamaan tugas. Manajer Umum membawahi unit

yang lebih rumit, misalnya sebuah perusahaan cabang atau bagian opersional yang

independen yang bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.

Di dalam melaksanakan tugas setiap tingkatan manajer mempunyai fungsi

yang berbeda. Ada dua fungsi utama atau keahlian (skill) yaitu keahlian teknik

(Tehnical Skill) dan keahlian manajerial (Managerial Skill).

Keahlian Teknik yaitu keahlian tentang bagaimana cara mengerjakan dan

menghasilkan sesuatu yang terdiri atas pengarahan dengan motivasi, supervisi,

dan komunikasi. Sedang Keahlian Manajerial yaitu keahlian yang berkenaan

tentang hal penetapan tujuan perencanaan, mengorganisasian, penyusunan

personalia dan pengawasan.

2.1.1.5 Fungsi-fungsi Manajemen

Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi

tertentu, tapi belum ada konsensus dan kesepakatan apa yang menjadi fungsi-

fungsi manajemen. Fungsi manajemen menurut beberapa penulis pada

hakekatnya dapat dikombinasikan menjadi 10 fungsi yaitu :


1. Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksi kan

terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu di kerjakan.

2. Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan

kegiatan untuk mencapai basil yang diharapkan.

3. Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai

tujuan, termasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan

fungsinya.

4. Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu

penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru, latihan dan

pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya

guna maksimal pada organisasi.

5. Directing atau Commanding(pengarahan atau mengkomando) yaitu

usaha memberi bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan

tugas masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan

dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

6. Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

7. Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan

agar tidak adi kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan

jalan nei.ghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan

bawahan.
8. Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan

kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara

sukarela.

9. Controlling (pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan

peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai

dengan tujuan.

10. Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara

tertulis maupun lisan.

Bila dilihat dari proses pelaksanaan kegiatan manajemen, maka fungsi

manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan

pengawasan, adalah fungsi-fungai ke dalam perusahaan, sedang fungsi manajer

ke luar perusahaan adalah :

1. Mewakili perusahaan dibidang pengadilan.

2. Ambil bagian sebagai warga negara biasa.

3. Mengadakan hubungan dengan unsur-unsur masyarakat.

Sementara itu fungsi-fungsi manajemen menurut Terry (2010:9),

fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan

controlling (pengawasan).

1. Planning (Perencanaan)

a. Pengertian Planning
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang

digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan,

karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan.

Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat

ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan

untuk masa mendatang

.Proses Perencanaan

Proses perencanaan berisi langkah-langkah:

(1) Menentukan tujuan perencanaan;

(2) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;

(3) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;

(4) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan

(5) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi

hasilnya.

b. Elemen Perencanaan

Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals)

dan rencana (plan).

(1) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu,

kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula

disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat

keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu

pekerjaan.
(2) Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema

untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup

alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan

penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan,

jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaanya.

c. Unsur-unsur Perencanaan

Suatu perencanaan yang baik harus menjawab enam pertanyaan yang

tercakup dalam unsur-unsur perencanaan yaitu:

(1) Tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi

segala sesuatu yang akan dilakukan;

(2) Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, yaitu

merumuskan faktor-faktor penyebab dalam melakukan

tindakan;

(3) Tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau

lokasi;

(4) Kapan tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan

waktu pelaksanaan tindakan;

(5) Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, yaitu

menentukan pelaku yang akan melakukan tindakan;

(6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu

menentukan metode pelaksanaan tindakan.


d. Klasifikasi perencanaan

Rencana-rencana dapat diklasifikasikan menjadi:

(1) Rencana pengembangan. Rencana-rencana tersebut

menunjukkan arah (secara grafis) tujuan dari lembaga atau

perusahaan;

(2) Rencana laba. Jenis rencana ini biasanya difokuskan kepada

laba per produk atau sekelompok produk yang diarahkan

oleh manajer. Maka seluruh rencana berusaha menekan

pengeluaran supaya dapat mencapai laba secara maksimal;

(3) Rencana pemakai. Rencana tersebut dapat menjawab

pertanyaan sekitar cara memasarkan suatu produk tertentu

atau memasuki pasaran dengan cara yang lebih baik;

(4) Rencana anggota-anggota manajemen. Rencana yang

dirumuskan untuk menarik, mengembangkan, dan

mempertahankan anggota-anggota manajemen menjadi

lebih unggul (Terry, 1993: 60).

e. Tipe-tipe Perencanaan

Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut:

(1) Perencanaan jangka panjang (Short Range Plans), jangka

waktu 5 tahun atau lebih;

(2) Perencanaan jangka pendek (Long Range Plans), jangka

waktu 1 sampai dengan 2 tahun;

(3) Perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan

menentukan komprehensif yang telah diarahkan;


(4) Perencanaan operasional, kebutuhan apa saja yang harus

dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan

strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut;

(5) Perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi

berulang kali (terus-menerus);

(6) Perencanaan sekali pakai, digunakan hanya sekali untuk

situasi yang unik.

f. Dasar-dasar Perencanaan yang Baik

Dasar-dasar perencanaan yang baik meliputi:

(1) Forecasting, proses pembuatan asumsi-asumsi tentang apa

yang akan terjadi pada masa yang akan datang;

(2) Penggunaan skenario, meliputi penentuan beberapa

alternatif skenario masa yang akan datang atau peristiwa

yang mungkin terjadi;

(3) Benchmarking, perbandingan eksternal untuk mengevaluasi

secara lebih baik suatu arus kinerja dan menentukan

kemungkinan tindakan yang dilakukan untuk masa yang

akan datang;

(4) Partisipan dan keterlibatan, perencanaan semua orang yang

mungkin akan mempengaruhi hasil dari perencanaan dan

atau akan membantu mengimplementasikan perencanaan-

perencanaan tersebut;
(5) Penggunaan staf perencana, bertanggung jawab dalam

mengarahkan dan mengkoordinasi sistem perencanaan

untuk organisasi secara keseluruhan atau untuk salah satu

komponen perencanaan yang utama.

g. Tujuan Perencanaan

(1) Untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun

karyawan non-manajerial;

(2) Untuk mengurangi ketidakpastian;

(3) Untuk meminimalisasi pemborosan;

(4) Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan

dalam fungsi selanjutnya.

h. Sifat Rencana yang Baik

Rencana dikatakan baik jika memiliki sifat sifat-sifat sebagai

berikut:

(1) Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas;

(2) Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan

keadaan yang sebenarnya;

(3) Stabilitas, setiap rencana tidak setiap kali mengalami

perubahan, sehingga harus dijaga stabilitasnya;

(4) Ada dalam pertimbangan; dan

(5) Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, meliputi fungsi-

fungsi yang ada dalam organisasi.


2. Organizing (Pengorganisasian)

a. Pengertian Pengorganisasian

Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang

berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk

mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada

seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82).

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur

semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia,

sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan

berhasil.

b. Ciri-ciri Organisasi

Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut:

(1) Mempunyai tujuan dan sasaran;

(2) Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus

ditaati;

(3) Adanya kerjasama dari sekelompok orang; dan

(4) Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang.

c. Komponen-komponen Organisasi

Ada empat komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan

kata “WERE” (Work, Employees, Relationship dan Environment).

(1) Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan

berasal dari sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.


(2) Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang

ditugaskan untuk melaksanakan bagian tertentu dari

seluruh pekerjaan.

(3) Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam

organisasi. Hubungan antara pegawai dengan

pekerjaannya, interaksi antara satu pegawai dengan

pegawai lainnya dan unit kerja lainnya dan unit kerja

pegawai dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal

yang peka.

(4) Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang

mencakup sarana fisik dan sasaran umum di dalam

lingkungan dimana para pegawai melaksanakan tugas-

tugas mereka, lokasi, mesin, alat tulis kantor, dan sikap

mental yang merupakan faktor-faktor yang membentuk

lingkungan.

d. Tujuan organisasi

Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau

situasi yang tidak terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk

dicapai pada waktu yang akan dating melalui kegiatan-kegiatan

organisasi (Handoko, 1995: 109).

e. Prinsip-prinsip organisasi

Williams (1965: 85) mengemukakan pendapat bahwa prinsip-

prinsip organisasi meliputi :


(1) Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang

jelas ;

(2) Prinsip skala hirarki;

(3) Prinsip kesatuan perintah;

(4) Prinsip pendelegasian wewenang;

(5) Prinsip pertanggungjawaban;

(6) Prinsip pembagian pekerjaan;

(7) Prinsip rentang pengendalian;

(8) Prinsip fungsional;

(9) Prinsip pemisahan;

(10) Prinsip keseimbangan;

(11) Prinsip fleksibilitas; dan

(12) Prinsip kepemimpinan.

f. Manfaat pengorganisasian

Pengorganisasian bermanfaat sebagai berikut:

(1) Dapat lebih mempertegas hubungan antara anggota satu

dengan yang lain;

(2) Setiap anggota dapat mengetahui kepada siapa ia harus

bertanggung jawab;

(3) Setiap anggota organisasi dapat mengetahui apa yang

menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai

dengan posisinya dalam struktur organisasi;


(4) Dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam

organisasi secara tegas, sehingga setiap anggota mempunyai

kesempatan yang sama untuk berkembang; dan

(5) Akan tercipta pola hubungan yang baik antar anggota

organisasi, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan

dengan mudah.

3. Actuating (Pelaksanaan)

Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota

kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha

untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62).

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi

perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan

aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru

lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan

orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa

actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk

mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan

tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran

tersebut.

Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating

adalah “Directing and leading are the interpersonal aspec


of commanding by which sub ordinate are led to understand and

contibute effectivelyand efficiency to the attainment of enterprise

objectives”. Yang artinya pengarahan adalah hubungan antara aspek−spek

individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-

bawahan untuk dapat dipahami

dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaanyang

nyata.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain

merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan,

dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap

karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan

peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)

ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan

sesuatu jika :

1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,

3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang

lebih penting,atau mendesak,

4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan

dan

5. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien


2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi kerja staf

5. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

Fungsi penggerak/aktuasi haruslah dimulai dari diri manager

dengan menunjukkan kepada staf bahwa dia memiliki tekat untuk

mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus memiliki

kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.

Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan, yaitu:

1. Koordinasi kegiatan

Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana,

manajemen harus memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya

telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk mengkoordinasi

pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang bertugas harus :

a. Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan

b. Mengkoordinasikan kegiatan

c. Menyampaikan keputusan

2. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat

meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi

3. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan

meliputi :
a. Pemantauan dan pengawasan

b. Logistik (perolehan, penyaluran, penyimpanan,

pengiriman,penyebarandanpengembalianbarang)

c. Akuntasi

d. Organisasi

4. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan

berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus

dengan koordinasi kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya

selama penerapan.

4. Controlling (Pengawasan)

a. Pengertian Controlling

Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara

dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

b. Tahap-tahap Pengawasan

Tahap-tahap pengawasan terdiri atas:

(1) Penentuan standar;

(2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;

(3) Pengukuran pelaksanaan kegiatan;

(4) Pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa

penyimpangan; dan

(5) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.


c. Tipe-tipe Pengawasan

(1) Feedforward Control dirancang untuk mengantisipasi

masalah-masalah dan penyimpangan dari standar tujuan dan

memungkinkan koreksi sebelum suatu kegiatan tertentu

diselesaikan.

(2) Concurrent Control merupakan proses dalam aspek tertentu

dari suatu prosedur harus disetujui dulu sebelum suatu

kegiatan dilanjutkan atau untuk menjamin ketepatan

pelaksanaan suatu kegiatan.

(3) Feedback Control mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan

yang telah dilaksanakan.

2.1.2 Manajemen Keuangan

Secara umum fungsi manajemen terbagi sesuai dengan fungsi-fungsi

pokok pada perusahaan yang meliputi Manajemen Pemasaran, Manajemen

Sumber Daya manusia, Manajemen Operasi serta Manajemen Keuangan. Dalam

penelitian ini penulis menitik beratkan kepada manajemen keuangan sesuai

dengan pokok bahasan dalam penelitian.

Sutrisno ( 2009 ; 3) Menyebutkan manajemen keuangan adalah seluruh aktivitas


kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk
mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya
penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efesien.

Sedangkan tujuan dari manajemen keuangan menurut Suad Husnan dan

Enny Pudjiastuti (2006 ; 6) adalah memaksimumkan nilai (value) dari

perusahaan.

Dendawijaya, Lukman (2005 ; 3) Fungsi manajemen keuangan merupakan proses


perencanaan anggaran (budgeting) dimulai dengan forecasting sumber
pendanaan, pengorganisasian kegiatan pengunaan dana secara effektif
dan effisien serta mengantisipasi semua resiko kegiatan penggunaan
dana secara effektif dan effisien. Lebih lanjut dikatakan peran manajer
keuangan sangat menonjol, antara lain penerimaan sumber dana seperti
dana jangka pendek, dana jangka panjang dan dari modal sendiri.

Sutrisno (2009 ; 5) Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama
yang harus dilakukan perusahaan meliputi keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan keputusan deviden. Masing masing keputusan harus
berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan, kombinasi dari
ketiganya akan memaksimalkan nilai perusahaan.

,Kombinasi dari ketiga fungsi manajemen keuangan menurut sutrisno

(2009;5) tersebut akan memaksimumkan nilai perusahaan sehingga setiap fungsi

harus mempetimbangkan tujuan perusahaan serta mengoptimalkan kombinasi

ketiga kebijakan keuangan yang mampu meningkatkan nilai kekayaan bagi para

pemegang saham. Ketiga fungsi tersebut meliputi :

1. Keputusan Investasi

Keputusan Investasi merupakan langkah awal untuk menentukan jumlah

aktiva yang dibutuhkan perusahaan secara keseluruhan sehingga keputusan

investasi yang akan dilaksanakan merupakan keputusan terpenting yang

dibuat oleh perusahaan.

Keputusan Investasi menurut Harmono (2011; 9 ) merupakan kebjikan


terpenting dari dua kebijakan lain dalam manejemen keuangan
yaitu kebijakan pendanaan dan kebijakan deviden.

Investasi modal sebagai aspek utama kebijakan manajemen keuangan

karena investasi adalah bentuk alokasi modal yang realisasinya harus

menghasilkan manfaat dan keuntungan dimasa yang akan datang diliputi oleh

ketidakpastian yang dalam konsep manajemen keuangan disebut resiko

investasi.
2. Keputusan Pendanaan (Struktur Modal)

Keputusan Pendanaan dari sebuah perusahaan berhubungan erat

dengan pemilihan sumber pembiayaan perusahaan atau dikenal dengan

pembelanjaan perusahaan.

Menurut Harmono (2011; 11) untuk memenuhi permintaan

pelanggan dibutuhkan aktiva tetap, misalnya berupa teknologi tinggi yang

mampu bekerja secara cost effectiveness. Pada kondisi yang demikian ,

terdapat moment ungkit untuk meningkatkan leverage perusahaan dengan

asumsi struktur modal dalam kondisi batas-batas yang dimungkinkan untuk

melakukan utang. Utamanya adalah utang jangka panjang.

Indikator struktur modal optimal dapat diidentifikasi menggunakan

perubahan nilai total perusahaan melalui nilai harga per lembar saham

(earning per share) di pasar modal. Penilaian struktur modal optimal ini

dapat ditelaah melalui kerangka teoritis yang tidak hanya melihat struktur

modal itu sendiri., namun juga melihat tingkat efisiensi operasional

berkenaan dengan kegiatan investasi dan kondisi yang berkenaan dengan

keadaan pasar.

3. Kebijakan Deviden

Kebijakan Deviden merupakan cara pembagian deviden kepada

para pemegang saham yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Deviden

merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka

pihak manajemen perlu memeperrhatikan kebijakan deviden yang akan

diterapkan dalam rangka menarik investor untuk menanamkan modalnya ke

dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.


Menurut Harmono ( 2011;12) Kebijakan deviden adalah persentase laba yang
dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden
tunai, penjagaan stabilitas deviden dari waktu ke waktu, pembagian
deviden saham dan pembelian kembali saham.

2.1.3 Bank

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan maupun UU No. 21

tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat.

Dari pengertian bank menurut kedua Undang-Undang Negara Republik

Indonesia tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga

kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank

lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan

pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya adalah kegiatan

pendukung.

Sedangkan menurut Dendawijaya (2005 ; 43) bank adalah suatu badan usaha
yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan yang
menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.

Dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai

dana yang cukup agar dapat menyalurkan kredit kepada masyarakat, dana tersebut

dapat diperoleh dari pemilik bank ( pemegang saham ), pemerintah, Bank

Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat di dalam negeri.

2.1.4 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Undang-undang 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah menyebutkan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Secara fungsional BPRS tidak berbeda dengan bank konvensional maupun

bank umum syariah, yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengerahkan dana

dari masyarakat dan menyaurkan dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.

Syafi’I Antonio dalam Rindawati Ema (2007) batasan-batasan bank syariah


yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam,
menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan pada bank syariah adalah sebagai berikut

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu

pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang

harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu :

1) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad

penitipan barang/uang di mana pihak penerima titipan

tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan

dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan

barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian

penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah

berupa produk safe deposit box.


2) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah

akad penitipan barang/uang di mana pihak penerima titipan

dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat

memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung

jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang

titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam

penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima

titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan

tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara

pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

1) Al -Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha

dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam akad,

sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya

kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si

pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas

kerugian tersebut.
Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi

dua jenis:

a. Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan

mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi

oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan

mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada

shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

2) Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing

pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah :

a. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan,

wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan

pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

b. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan

dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari

mereka memberikan modal musyarakah.


3. Prinsip Jual Beli (Murabahah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara

jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang

dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank

melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank

menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah

harga beli ditambah keuntungan (margin), Implikasinya berupa:

1) Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan

harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli.

2) Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan

penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan

segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai

syarat- syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau

penjual dalam suatu transaksi salam.

Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan

kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan

cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

3) Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen

yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat

berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai


jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui

karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis,

kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli

atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan

dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau

jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak

kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1)

Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan

penggabungan sewa dan beli,dimana si penyewa mempunyai hak untuk

memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

1) Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili

dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

2) Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga

untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

3) Al-Hawalah
Al Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah

dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak

piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih

tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

4) Ar-Rahn

A-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang

ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak

yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali

seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan

bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

5) Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain

yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan

sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

2.1.5 Modal

Menurut Teguh Pudjo Muljono dalam H. Juhaya S Praja (2013 ; 244)


Modal didefinisikan sebagai jumlah dana yang ditanamkan dalam
suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu
badan usaha.
Dengan demikian modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh

pemilik dalam rangka pendirian bank. Besaran modal pada bank merupakan hal

yang penting karena dapat mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen

dalam rangka mencapai tingkat laba yang optimal.

Besaran modal pada bank diukur oleh rasio kecukupan akan modal bank

yang lebih dikenal dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan

kemampuan bank dalam menyediakan modal untuk kepentingan operasi

perusahaan perbankan dan sebagai penampung risiko kerugian dana akibat

aktivitas operasi bank.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005 ; 121) Capital Adequacy Ratio (CAR)


adalah rasio kinerja untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menjunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
resiko, seperti kredit yang diberikan.

Didalam perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat aspek

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR) adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan perbankan yang

mengandung risiko. Karena didalamnya mengandung risiko maka diberikan

pembobotan sesuai dengan kelompoknya. Dalam perhitungan Capital Adequacy

Ratio (CAR).

Bank Indonesia menyebutnya dengan Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum (KPMM). Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah

perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Juhaya S Praja (2013 ; 246) menyebutkan CAR merupakan kewajiban


penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap
bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR).
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah nilai total aktiva

bank setelah dikalikan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang

paling beresiko diberi bobot 100% dan menurut hingga 0% untuk aktiva yang

tidak beresiko.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 besarnya

Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan minimal 8% dari ATMR, sedangkan

dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank jangkar, bank

umum harus memiliki CAR minimal 12%.

2.1.6 Likuiditas

Menurut Sutrisno (2009 ; 215) Likuiditas adalah kemampuan perusahaan


untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera
dipenuhi.

Likuiditas pada industri perbankan berupa gambaran kemampuan bank

untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Salah satu

contoh kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat

adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar

yang dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki alat-alat likuid pada

suatu saat tertentu dengan jumlah yang sedemikian besar sehingga mampu

memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi maka

perusahaan tersebut dikatakan likuid.

Bank dituntut untuk memenuhi kewajiban likuiditasnya dengan membayar

semua kewajiban jangka pendeknya dengan alat likuid yang dimilikinya. Jika

sebuah bank dalam keadaan likuid maka semakin meningkatkan kepercayaan


nasabah, masyarakat, dan pemerintah sehingga dana yang dihimpun dari

masyarakat akan semakin besar dari waktu ke waktu.

Financial Deposit Ratio (FDR) merupakan salah satu rasio yang

menunjukan likuiditas suatu bank, yang berarti bahwa kemampuan bank untuk

memenuhi kewajiban keuangannya.

Menurut Almilia dan Herdiningtyas ( 2005 ; 92 ) FDR digunakan untuk menilai


likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah
dana. Financial to Deposit Ratio ( FDR) merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
debitur dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat.

Sedangkan Dendawijaya ( 2005 :89 ) Financial to Deposit Ratio (FDR)


menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Menurut Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Bank

Indonesia menetapkan kriteria rasio, FDR dianggap sehat bila besarnya antara 80

% - 110 %.

2.1.7 Leverage

Menurut Sutrisno (2009 ; 198) Leverage adalah penggunaan aktiva atau


sumber dana dimana untuk penggunaan dana tersebut
perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban
tetap.

Definisi tersebut menggambarkan bahwa selain dari yang berasal dari

modal perusahaan juga dapat menggunakan dana yang berasal dari pinjaman

pihak lain atau hutang. Besaran atas penggunaan dana dari pihak lain ditunjukan

dalam rasio leverage yaitu seberapa besar dana perusahaan dibelanjai dengan

hutang.
Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah

hutang yang digunakan dan semakin besar resiko bisnis yang dihadapi terutama

apabila kondisi perekonomian memburuk.

Untuk mengukur besaran hutang terhadap total asset suatu perusahaan

digunakan perhitungan Debt Total Asset Ratio (rasio hutang). Debt Total Asset

Ratio (DTA) mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang.

Sedangkan hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh

perusahaan baik yang berjangka panjang maupun yang berjangka pendek.

2.1.8 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukan seberapa efektifnya suatu perusahaan. Masalah

rentabilitas atau profitabilitas bagi perusahaan lebih penting dari pada masalah

laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan

tersebut telah bekerja secara efisien.

Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut. Dan

laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah laba

yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha.

Return On Assets (ROA) sebagai indikator performance suatu bank

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektivan bank dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki

oleh bank. Semakin tinggi ROA semakin tinggi pula keefektivan bank dalam

menghasilkan laba.

Menurut Siamat Dahlan (2002 ; 84), menurut ukuran profitabilitas yang


digunakan adalah return on equity (ROE) untuk perusahaan pada
umumnya dan return on asset (ROA) pada indust perbankan. Return on
Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE)
hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan
dalam bisnis tersebut.

Penentuan kesehatan bank lebih mementingkan penilaian besaran Return

on Asset (ROA) karena lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang

diukur dengan asset yangdanannya sebagian besar dari masyarakat. Semakin

besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank tersebut dan semakin baik pula dalam segi penggunaan asset.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004 besarnya rasio ROA perbankan yang baik berada diatas 1,5%.

2.1.9 Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Relevan

Penelitian tentang perhitungan rasio-rasio keuangan telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu, diantaranya sebagai berikut :

Penelitian tentang perhitungan rasio-rasio keuangan telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu, diantaranya sebagai berikut :

1. Sunarto dan Agus Prasetyo Budi (2009), dalam penelitiannya berjudul

Pengaruh Leverage, Ukuran dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap

profitabilitas di tahun 2009 menyimpulkan bahwa Leverage dengan sub

variable DTA berpengaruh negative terhadap profitabiliatas perusahaan

sedangkan Size dan Growth berpengaruh positif terhadap profitabiliatas

perusahaan.

2. Arilaha, Muhammad A. (2009), dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap

Kebijakan Dividen,menyimpulkan bahwa Cash Flow, Profitabilitas ,

likuiditas dan leverage berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden,


dimana perusahan dengan leverage yang tinggi akan menitik beratkan pada

mempertahankan likuiditas perusahaan.

3. Bambang Sudayatno dan Jati Suroso (2010) menganalisis pengaruh Dana

Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR terhadap kinerja keuangan sektor

perbankan yang go public di Bursa Effek Jakarta (BEJ) pada periode 2005

– 2008 menyimpulkan bahwa DPK dan CAR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA serta LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap ROA.

4. Suryani (2011) melakukan penelitian dengan menganalisis pengaruh FDR

terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia dengan kesimpulan

bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA

5. Nindita Tridiyani (2011) meneliti pengaruh penilaian tingkat kesehatan

bank terhadap kinerja bank dengan variable dependen ROA dan ROE serta

variable Independent CAR, LDR, NPL, BOPO, DTA dan NIM. Kesimpulan

atas penelitian adalah hanya LDR, DTA dan CAR yang berpengaruh

signifikan terhadap ROA.

6. Defri (2012) Meneliti Pengaruh CAR, Likuiditas dan Effisiensi Operasional

terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ dengan

kesimpulan penelitian CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap

ROA sedangkan BOPO berpengaruh signifikan.

7. Yoyon Supriyadi dan Fani Fazriani (2011) meneliti Pengaruh Modal

Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas (Studi Kasus pada PT. Timah

Tbk dan PT.Antam Tbk) menyimpulkan bahwa Modal perpengaruh


signifikan pada tingkat likuiditas tetapi tidak berpengaruh signifikan pada

profitabilitas.

8. Dewa Kadek Oka Kusumajaya (2011) meneliti Pengaruh Struktur Modal

dan pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Leverage pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan kesimpulan

Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas tetapi negatif terhadap leverage.

9. Nurani Eka Safitri (2012) menganalisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio

(CAR), Effisiensi (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit

Ratio (LDR) dan Debt Total Asset Ratio (DTA) terhadap Return On Asset

(ROA) menyatakan CAR, BOPO, NPL, LDR dan DTA secara bersama

sama berpengaruh terhadap ROA. NPL dan CAR berpengaruh positif

terhadap ROA namun tidak signifikan.

10. Mohammed T. Abusharba, Iwan Triyuwono, Munawar Ismail and Aulia F.

Rahman (2013) meneliti Determinants of Capital Adequacy Ratio (CAR) in

Indonesian Islamic Commercial Banks dengan kesimpulan ROA, FDR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR dan NPF berpengaruh

negative dan signifikan terhadap CAR sedangkan Deposit structure dan

OEOI tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR,

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, maka dapat dijadikan

ringkasan penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel 2.1 di halaman

berikut dari bab ini .


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
No Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian
Penelitian
1. Sunarto dan Pengaruh Dependen : Hasil penelitiannya
Agus Prasetyo Leverage, ROA Menunjukkan
Budi (2009) Ukuran dan Independen : bahwa DTA
Pertumbuhan DTA, Size dan berpengaruh Negatif
Perusahaan Growth thd Profitabilitas
Terhadap perusahaan
Profitabilitas. sedangkan Size dan
Growth berpengaruh
positif thd
profitabilitas
perusahaan

2. Arihala Pengaruh Free Dependen : Hasil Penelitian,


Muhammad A Cash Flow, Cash Cash
(2009) Profitabilitas, Flow,Profitabi Flow,Profitabilitas,
Likuiditas dan litas Likuiditas dan
Leverage ,Likuiditas dan Leverage
terhadap Leverage berpengaruh positif
Kebijakan Independen : terhadap kebijakan
Deviden. Kebijakan deviden.
Deviden
3. Bambang Analisis Dependen : Hasil penelitiannya
Sudiyatno dan pengaruh Dana ROA Menunjukkan
Jati Suroso Pihak ketiga Independen : bahwa DPK dan
(2010) (DPK), BOPO, DPK, LDR, CAR berpengaruh
CAR dan LDR , BOPO, positif dan
Terhadap CAR signifikan terhadap
Kinerja ROA, sedangkan
Keuangan Sektor BOPO berpengaruh
Perbankan yang negatif dan
Go Public di signifikan terhadap
BEJ (2005- ROA serta LDR
2008)iah berpengaruh
negative tidak
signifikan terhadap
ROA
5. Nindita Pengaruh Dependen : Disimpulkan bahwa
Tridiyani Penilaian ROA dan LDR, dan CAR
(2011) Tingkat ROE berpengaruh positif
Kesehatan Bank Independen : dan Signifikan
Terhadap CAR, LDR, terhadap ROA
Kinerja Bank. NPL, BOPO, sedangkan
DTA dan NIM NPL,BOPO, DTA
dan NIM
berpengaruh
negative terhadap
ROA.

6. Defri Pengaruh CAR, Dependen : Disimpulkan BOPO


(2012) Likuiditas dan ROA berpengaruh
Effisiensi Independen : signifikan terhadap
Operasional CAR, FDR, ROA sedangkan
Terhadap Dan BOPO FDR dan CAR tidak
Profitabilitas berpengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
Perbankan yang ROA
terdaftar di BEJ.

7. Yoyon Pengaruh Modal Dependen : Disimpulkan Modal


Supriyadi dan Terhadap Modal perpengaruh
Fani Fazriani Tingkat Independen : signifikan pada
(2011) Likuiditas dan Likuiditas dan tingkat likuiditas
Profitabilitas Profitabilitas tetapi tidak
(Studi Kasus berpengaruh
pada PT. Timah signifikan pada
Tbk dan profitbilitas.
PT.Antam Tbk)

8. Dewa Kadek Pengaruh Dependen : Disimpulkan,


Oka Struktur Modal Modal, Struktur Modal dan
Kusumajaya dan Pertumbuhan Pertumbuhan
(2011) pertumbuhan Perusahaan. Perusahaan
Perusahaan Independen : berpengaruh positif
terhadap Profitabilitas dan signifikan
Profitabilitas dan dan Leverage terhadap
Leverage pada profitabilitas dan
perusahaan tetapi negatif
manufaktur di terhadap Leverage.
Bursa Efek
Indonesia
9. Nurani Eka Analisis Dependent : Menyatakan CAR,
Safitri (2012) Pengaruh ROA BOPO,NPL,DTA
Capital Independent : dan LDR secara
Adequacy Ratio CAR, BOPO, bersama sama
(CAR), NPL, DTA berpengaruh
Effisiensi dan LDR. terhadap ROA. NPL
(BOPO),Non dan CAR
Performing berpengaruh positif
Loand (NPL), terhadap ROA
Debt to Asset namun tidak
(DTA), Loan to signifikan.
Deposit Ratio
(LDR) terhadap
Return On Asset
(ROA)

10. Mohammed T. Determinants of Dependent : ROA, FDR has


Abusharba, Capital CAR positive and
Iwan Adequacy Ratio Independent : significant influence
Triyuwono, (CAR) in ROA, NPF, on capital
Munawar Indonesian Dep, FDR. adequacy (CAR),
Ismail and Islamic and OEOI NPF has negative
Aulia F. Commercial and significant
Rahman (2013) Banks influence,
Deposit structure
and OEOI has no
significant influence
on capital adequacy,

Penelitian ini merupakan perluasan dan pengembangan berdasarkan

penelitian terdahulu diatas. Karena pada dasarnya penelitian harus dilakukan

berulang-ulang seiring dengan berjalannya waktu untuk membandingkan hasil-

hasil dari waktu sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya pada penelitian kali ini mengambil object penelitian adalah

keseluruhan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang ada di Jawa Barat,

dimana data yang digunakan merupakan data pada periode 2013 dan 2014.

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan bagaimana Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dapat mencapai tingkat profitabilitas yang

optimal dengan mengendalikan rasio rasio yang mempengaruhinya.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Modal terhadap Profitabilitas

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator untuk menilai aspek

permodalan pada suatu bank. Terdapat komponen modal dan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) didalam perhitungannya. Modal yang semakin tinggi

akan meningkatkan rasio CAR, yang berarti bank memiliki modal yang cukup

dan mampu meng-cover risiko kerugian akibat aktivitas bank. Peningkatan modal

khususnya pada modal sendiri akan menurunkan biaya dana karena bank dapat

menggunakan modal sendiri tersebut untuk dialokasikan kepada aktiva produktif

yang kemudian mampu meningkatkan profitabilitas sepanjang dana yang

dialokasikan pada aktiva produktif tersebut dapat tetap berada pada kondisi baik,

artinya pembbiayaan yang diberika oleh bank mampu kembali sesuai dengan

yang jadwal dan besaran yang diharapkan.

Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso (2010) didalam penelitiannya

menunjukan adanya pengaruh signifikan positif Capital Adequacy Ratio (CAR)

terhadap perubahan Return On Asset (ROA). Demikian pula hasil penelitian dari

Nindita Tridiyani (2011) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio ( CAR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset ROA. Sedangkan

Defri (2012) dan Yoyon Supriyadi (2011) menyimpulkan bahwa Capital

Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas

Untuk menjaga likuiditas, suatu bank biasanya melakukan penghimpuanan

dana dari pihak ketiga sebagai dana yang akan dipergunakan dalam pembentukan

aktiva produktif berupa penyaluran pembiayaan yang merupakan sumber utama

pendapatan bank. Semakin besar bank mampu menghimpun dana maka akan

semakin besar bank dapat menyalurkan pembiayaan dan semakin besar pula

resiko atas pembiayaan yang disalurkan.


Finance to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk mengukur

seberapa besar dana disalurkan untuk pembiayaan dan mencerminkan likuiditas

suatu bank. Dalam hal ini pembiayaan yang dimaksud adalah pinjaman yang

disalurkan, dari pengertian diatas peningkatan dalam rasio Finance to Deposit

Ratio (FDR ) dapat diartikan bahwa penyaluran dana ke pinjaman atau kredit

semakin besar sehingga akan menambah pendapatan bunga yang pada akhirnya

laba akan meningkat.

Akan tetapi semakin tinggi rasio Finance to Deposit Ratio (FDR)

mengindikasikan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank,hal ini disebabkan

semakin besarnya kebutuhan dana untuk penyaluran pembiayaan.

Penelitian Defri (2012) menunjukkan adanya pengaruh positif Finance to

Deposit Ratio (FDR) terhadap perubahan Return On Asset (ROA) memperkuat

teori tersebut diatas, juga dengan hasil penelitian dari Arihala Muhammad A

(2009) menyebutkan bahwa Likuiditas berpengaruh positif terhadap deviden.

2.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas

Debt Total Asset Ratio (DTA) merupakan salah satu rasio leverage yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar dana yang digunakan perusahaan

berasal dari hutang. Dimana kita ketahui bahwa rumus untuk menghitung rasio

tersebut adalah Total Hutang dibanding dengan Total Asset.

Total hutang merupakan keseluruhan hutang perusahaan, sedangkan total

asset merupakan seluruh asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi

prosentase Debt Total Asset Ratio (DTA) maka semakin berisiko terhadap

perusahaan. Resiko yang muncul dari terlalu besarnya prosentase Debt Total

Asset Ratio (DTA) salah satunya adalah besarnya beban tetap yang harus
ditanggung oleh perusahaan, berupa bunga yang harus dibayarkan kepada

kreditur.

Modigliani dan Miller dalam Suad Husnan (2006) menunjukan bahwa

sejauh pembayran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka

penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan, meskipun

manfaat tersebut akan di penalty oleh biaya kebangkrutan karena secara teori

perusahaan seharusnya menggunakan hutang yang akan meminimukan biaya

modal perusahaan. Untuk itu proporsi hutang yang akan digunakan oleh

perusahaan harus betul betul seimbang agar berdampak yang positif terhadap

peningkatan profitabilitas perusahaan.

Sunarto dan Agus Prasetyo Budi (2009) pada penelitiannya menunjukan

adanya pengaruh Negatif dari Debt Total Asset Ratio (DTA) terhadap

profitabilitas., sedangkan Arihala Muhammad A (2009) menyatakan bahwa

Leverage berpengaruh positif terhadap deviden.

2.2.4 Paradigma Penelitian

Untuk dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan Return On Asset

(ROA) khususnya dalam ruang lingkup mikro atau internal perusahaan dapat

digunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut didapat dengan cara

menganalisa laporan keuangan dari suatu perusahaan perbankan yang meliputi

rasio permodalan (capital), rasio aset (asset quality), rasio manajemen

(management), rasio laba (earning), dan rasio likuiditas (liquidity).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur

kekuatan modal dari suatu perusahaan perbankan. Semakin tinggi Capital

Adequacy Ratio (CAR), mengindikasikan bahwa kekuatan modal suatu perbankan


semakin besar sehingga mampu menghasilkan laba yang besar pula yang pada

akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan laba. Pengaruh Capital Adequacy

Ratio (CAR) terhadap pertumbuhan laba yang diteliti oleh Nindita (2012)

menunjukan adanya pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk mengukur

tingkat likuiditas perbankan dalam memenuhi kewajibannya. Hal yang

diperhatikan didalam Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah kemampuan bank

dalam menyalurkan kreditnya. Dimana semakin optimal Financing to Deposit

Ratio (FDR) maka akan semakin maksimal laba yang akan diterima dan pada

akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan laba. Pengaruh Financing to Deposit

Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan laba yang diteliti Nindita (2012) menunjukan

adanya pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba.

Debt Ratio (DR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar dana yang digunakan perusahaan berasal dari hutang. Dimana kita

ketahui bahwa salah satu rasio Debt Ratio (DR) adalah Debt Total Asset Ratio

(DTA) dimana rumus untuk menghitung rasio tersebut adalah Total Hutang

dibanding dengan Total Asset.

Total hutang merupakan keseluruhan hutang perusahaan, sedangkan total

asset merupakan seluruh asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi

prosentase debt ratio maka semakin berisiko terhadap perusahaan.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dan sebagai dasar untuk merumuskan

hipotesis maka diajukan kerangka pemikiran teoritis yang menunjukan pengaruh

Modal, Likuiditas, dan Leverage terhadap Profitabilitas dapat digambarkan pada

halaman berikut :
Modal
(X1)
Teguh Pudjo Muljono dalam
H. Juhaya S Praja (2013 ; Bambang S (2010)
244)

Profitabilitas
Likuiditas
(X2) (Y)
Defri (2012)
Sutrisno (2009 ; 215) Siamat

Leverage Dahlan
(X3)
(2012 ; 84)
Sunarto dan Agus PB (2011)
Sutrisno (2009 ; 198)

Nurani Eka Safitri (2012)

Gambar 2.1
Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas mengenai

pentingnya penilaian atas rasio rasio keuangan perbankan dalam rangka

meningkatkan pertumbuhan ROA dan masih adanya research gap dari penelitian

terdahulu serta adanya ketidak sesuaian teori, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah :

1. Modal berpengaruh terhadap Profitabilitas BPR Syariah di Jawa Barat.

2. Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas BPR Syariah di Jawa Barat

3. Leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas BPR Syariah di Jawa Barat


4. Terdapat pengaruh Modal, Likuiditas dan Leverage secara simultan

terhadap profitabilitas BPR Syariah Jawa Barat


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Perbankan Syariah, khususnya Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi di Propinsi Jawa Barat.

Penelitian dilakukan selama empat bulan mulai bulan Desember 2014 sampai

dengan bulan Maret 2015. Rincian waktu pelaksanaan penelitian seperti terlihat

dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1
Rencana Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan √
2 Penyusunan proposal penelitian dan bimbingan √ √
3 Seminar Usulan Penelitian dan bimbingan √
4 Penyusunan instrumen penelitian dan bimbingan √
5 Pengumpulan data √
6 Pengolahan data √
7 Pelaporan hasil penelitian dan ujian sidang √

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh BPR syariah yang beroperasi

di Jawa Barat yang terdaftar pada Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang

diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Data yang telah dikompilasi menunjukkan bahwa hingga tahun akhir 2013

terdapat 163 BPR Syariah, baik yang berstatus sebagai BPRS Pemerintah Daerah
maupun BPRS Swasta yang beroperasi di Indonesia, dimana 28 diantaranya

beroperasi diwilayah Propinsi Jawa Barat seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2

berikut ini.

Tabel 3.2
Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Tahun
Uraian
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
BPR S di Indonesia
- Jumlah Bank 114 131 138 150 155 158 163
- Jumlah Kantor 185 202 225 286 364 401 402
BPRS di Jawa Barat 28 28 27 28 27 27 28
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2013 diolah kembali

3.5.2. Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilitas atau secara

tidak acak, elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama

untuk terpilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan cara pemilihan sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono ; 79).

Sampel penelitian adalah bank yang memenuhi kriteria sampel tertentu

sesuai dengan yang dikendaki oleh peneliti, yaitu Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) yang bersifat operasional lokal serta memberikan pelayanan

pembiayaan bagi pengusaha kecil.

Berdasarkan kriteria tersebut dan sesuai dengan Tabel 3.2, terdapat 28

(dua puluh delapan ) BPRS yang beroperasi tersebar di wilayah Jawa Barat.
3.3 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif asosiatif

dengan pendekatan kuantitatif. Data yang dipergunakan dalam penelitian

bersumber dari data sekunder yang telah diolah kembali. Metode deskriptif yang

dipergunakan bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan

akurat mengenai fakta, sifat serta pengaruh antara fenomena yang diteliti dalam

hal ini Modal, Likuiditas dan Leverage yang ada di Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) yang beroperasi di wilayah Jawa Barat.

Metode deskriptif menurut M. Nazir (2003 ; 54) adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.

Menurut Sugiono (2003 ; 36) yang dimaksud penelitian asosiatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variable atau lebih.

Menurut Husein Umar (2004 ; 37) Penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada
data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang
kokoh.

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan

berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian. Desain pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Peneliti melakukan kajian awal untuk menentukan fenomena yang terjadi

untuk dijadikan sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian.

2. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan pemilihan masalah – masalah yang telah di

indentifikasi untuk dijadikan sebagai variable variable penelitian.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap

penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian adalah menjawab

masalah penelitian, sehingga penelitian dianggap tidak baik jika masalah

penelitian tidak dirumuskan dengan jelas. Rumusan masalah pada penelitian

ini dituangkan pada latar belakang penelitian dan dirinci dalam identifikasi

dan rumusan masalah.

4. Konsep dan Teori yang relevan

Untuk menyusun indentifikasi masalah, batasan masalah serta menjawab

rumusan masalah, peneliti membaca referensi dan hasil penelitian

sebelumnya yang relevan. Penelaahan teori akan memudahkan peneliti dalam

menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah

atau pertanyaan penelitian.

5. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan,

tetapi belum ada pembuktian secara empirik (faktual).

6. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode yang sesuai,

pertimbangan yang ideal untuk memilih metode adalah tingkat ketelitian data

yang diharapkan dan data yang konsisten. Sedangkan pertimbangan praktis


adalah tersedianya dana, waktu dan hal lainnya. Pada penelitian ini digunakan

metode deskriftif dengan teknik analisis data menggunakan metode analisis

kuantitatif.

7. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah memilih metode penelitian, peneliti selanjutnya menyusun instrument

penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen pada

penelitian ini berupa data rata-rata keuangan BPR Syariah yang selanjutnya

dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang

diajukan dengan menggunakan teknik pengukuran statistik.

8. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam penelitian yang berisikan

jawaban atas rumusan masalah. Informasi yang diberikan pada kesimpulan

mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan.

Desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini


Identifikasi Batasan Rumusan
masalah masalah masalah

Konsep dan teori yang


relevan

Pengajuan Hipotesis

Metode Penelitian

Penyusunan Instrumen
penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1
Desain Penelitian

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Modal

Variabel Modal dalam penelitian ini diidentifikasi dengan Rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atau Capital Adequacy

Ratio (CAR). Adapun formulanya adalah sesuai dengan Surat Edaran dari Bank

Indonesia No.3/30/DPNP yaitu :


Modal Inti
CAR : ---------------------------------------------------------- x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

3.4.2 Likuiditas

Yang dimaksud dengan Likuiditas dalam penelitian ini adalah mengacu

kepada peraturan Bank Indonesia yaitu kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek, yang mana pengukurannya dilakukan dengan cara

membandingkan antara total pembiayaan yang diberikan dengan total Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank dan dikenal dengan Financing to Deposit

Ratio (FDR).

Data diambil dari dari laporan keuangan publikasi yang diterbitkan oleh

Bank Indonesia dalam bentuk Direktori Perbankan Indonesia. Adapun formulanya

adalah sesuai dengan Surat Edaran dari Bank Indonesia No.3/30/DPNP yaitu :

Total Pembiayaan
FDR : -------------------------- x 100 %
Total DPK

3.4.3 Leverage

Merupakan rasio hutang yang mengukur prosentase besarnya dana yang

berasal dari hutang. Rasio yang dipergunakan adalah Debt to Total Asset Ratio (

DTA), Semakin tinggi ratio ini menunjukan perusahaan semakin berisiko dan

biasanya berpengaruh terhadap imbalan yang harus diberikan oleh debitur kepada

kreditornya. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Total Hutang
Debt to Total Asset Ratio = --------------------- x 100%
Total Aktiva

3.4.4 Profitabilitas

Penelitian ini menggunakan ROA sebagai indikator profitabilitas. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan ROA seluruh elemen asset

perusahaan yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dapat

terpenuhi. Adapun formula yang digunakan adalah sesuai dengan Surat Edaran

dari Bank Indonesia No.3/30/DPNP yaitu :

Laba Sebelum Pajak


ROA : ------------------------------------ x 100%
Total Asset

Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3
Difinisi Operasional Variabel
Sub
Variabel Konsep Variabel Indikator Rumusan Skala
Variabel
Modal
(X1) Modal adalah sejumlah
dana yang ditanamkan
dalam suatu perusahaan
- Modal MS
oleh para pemiliknya CAR = -------- x
CAR Sendiri Rasio
untuk pembentukan 100%
(MS) ATMR
suatu badan usaha.
Berdasarkan Peraturan - ATMR
Bank Indonesia No.
10/15/PBI/2008
besarnya CAR
perbankan minimal 8%
dari ATMR

Likuiditas Likuiditas adalah


(X2) kemampuan perusahaan
untuk membayar
kewajiban-
kewajibannya yang
- Pembiay
harus segera dipenuhi.
aan PYD
Menurut Surat Edaran FDR Yang FDR = ------- x Rasio
Diberi 100%
No.6/23/DPNP tanggal
DPK
kan
31 Mei 2004 Bank
(PYD)
Indonesia menetapkan
kriteria rasio, FDR - Dana
dianggap sehat bila Pihak
Ketiga
besarnya 80% - 110 %. (DPK)
Leverage Leverage adalah
(X3) penggunaan aktiva atau
sumber dana dimana
untuk penggunaan dana - Total
tersebut perusahaan Hutang TH
DTA DTA = ------ x 100%
harus menanggung ( TH ) Rasio
TA
biaya tetap atau
membayar beban tetap. - Total
Asset
(TA)
Profitabi Profitabilitas adalah
litas Kemampuan dari
(Y) perusahaan untuk ROA
memperoleh laba dari
modal yang digunakan
- Laba
Menurut Surat Edaran Sebelum
EBIT
Bank Indonesia Pajak ROA = ------- x 100 Rasio
%
No.6/23/DPNP tanggal (EBIT)
TA
31 Mei 2004 besarnya
rasio ROA perbankan - Total
yang baik berada diatas Asset
1,5%. (TA)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk melengkapi data

yang dibutuhkan dilakukan dengan cara Penelitian Kepustakaan (Library

Research) Yaitu penelitian untuk memperoleh data sekunder dengan cara mencari

dan mempelajari, serta menelaah buku-buku dan literatur-literatur, majalah-

majalah, serta artikel-artikel yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang

diteliti. Studi ini dilakukan untuk memperoleh sebanyak mungkin data dan dasar

teori yang dapat digunakan sebagai pedoman landasan berfikir dalam pembahasan

masalah.

Instrumen pada penelitian ini adalah data sekunder, yakni laporan posisi

keuangan publikasi bank umum Syariah dan BPR Syariah yang dikodifikasi dari

Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

dan data lainnya yang dihimpun oleh Ototritas Jasa Keuangan (OJK). Periodeisasi

data menggunakan Laporan Keuangan publikasi bank syariah pada Desember

tahun 2013 dan Desember tahun 2014. Jangka waktu tersebut dipandang cukup
untuk mengikuti perkembangan kinerja bank karena menggunakan data time

series dan cross section (pooling data) dan juga merupakan periode terbaru dari

laporan keuangan publikasi yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati

normal. Uji ini dilakukan dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal atau grafik.

Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Menurut Ghozali (2006 ; 37) apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan
atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.

Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan

analisis statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah

dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data

observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Untuk jumlah

sampel yang kecil analisis dengan metode ini akan membingungkan,

sehingga dapat digunakan metode lain adalah dengan melihat normal


probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability

plot sebagai berikut :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal tidak menunjukan pola distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik

Menurut Ghozali (2006 ; 59), analisis untuk mendeteksi normalitas


data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah
satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho = Data residual terdistribusi normal

H1 = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar dalam pengambilan keputusan pada uji K-S adalah :

1) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka

Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

2) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik

maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

3.6.2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006 ; 61) uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi atara variable independen. Pada model
regresi yang baik seharusnya antar variable tidak terjadi korelasi. Untuk

mendeteksi adanya tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat

dari tolerace value atau inflation factor (VIF) dengan acuan sebagai berikut :

1. Jika nilai tolerance > 1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi.

3.6.3. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2006 : 63),Uji heterokedastisitas bertujuan untuk


menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap,

maka disebut homokesdastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heterokedastisitas . Dalam

penelitian ini untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas maka tunjukan dengan

grafik scatterplot dimana :

1. Apabila titik-titik data menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu maka

tidak terjadi heterokedastisitas ,

2. Apabila titik-titik data tidak menyebar secara acak baik diatas maupun

dibawah angka 0 pada sumbu Y dan membentuk suatu pola tertentu maka

terjadi heterokedastisitas ,

3.6.4 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian dilakukan dengan

menggunakan Durbin Watson, Menurut Singgih Santoso ( 2012 ; 243) :

1. Apabila angka D-W dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif di

dalam model penelitian tersebut.

2. Apabila nilai D-W berada diantara – 2 sampai dengan +2, maka tidak

terdapat autokorelasi di dalam model penelitian tersebut.

3. Apabila angka D-W diatas +2 berarti terjadi autokorelasi negatif di dalam

model penelitian tersebut.

3.6.5 Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variabel

terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Metode analisis yang digunakan adalah

model regresi linier berganda yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e

Dimana :

Y = Profitabilitas BPRS di Indonesia

α = Konstanta

X1 = Modal

X2 = Likuiditas

X3 = Leverage

e = Error
Dalam penelitian ini profitabilits menjadi variabel terikat sedangkan

Modal, Likuiditas dan Leverage menjadi variabel bebas. Model hubungan tersebut

dapat pula digambarkan dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut :

Profitabilitas = α + β 1Modal + β 2Likuiditas + β 3Leverage + e

Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis,

mengingat penelitian ini bersifat fundamental Method. Hal ini berarti jika

koefisien β bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah

antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai

variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian

pula sebaliknya, bila koefisien nilai β bernilai negative (-), hal ini menunjukan

adanya pengaruh negatif dimana kenaikkan nilai variabel independen akan

mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.

3.7 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

nilai statistik t, nilai statistik F dan nilai koefisien determinasi (R 2 ). Perhitungan

statistik disebut disebut signifikan secara statistik apabila uji nilai statistiknya

berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak

signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1, dengan ketentuan jika

angka mendekati 1 maka hubungan kedua variable semakin kuat, jika angka

korelasi mendekati 0 hubungan kedua variable semakin lemah.


Jika korelasi bernilai positif maka tingkat korelasi searah dan mempunyai

hubungan antara variabel X dan variabel Y, dan jika nilai korelasi berangka

negatif maka tingkat korelasi berbanding terbalik atau tidak mempunyai hubungan

antara variabel X dan variabel Y.

Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan

kedua variabel. Penilaian koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4
Interpretasi Perhitungan Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,0 - 0,19 Korelasi Sangat Rendah

0,2 - 0,39 Korelasi Rendah

0,4 - 0,59 Korelasi Sedang

0,6 - 0,79 Korelasi Kuat

0,8 - 1,0 Korelasi Sangat Kuat

Sumber : Sugiono (2004 : 183)

3.7.1 Uji Statistik F ( Uji – F )

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Modal, Likuiditas

dan Leverage terhadap Profitabilitas secara simultan. Langkah-langkah yang

dilakukan menurut Gujarati (2003 ; 151) sebagai berikut :

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan.


2) Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α = 0,05)

3) Membandingkan F hitung dengan F tabel

Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus Gujarati (2003 ; 152)

R2 / ( k -1 )
F Hitung = -------------------------------
( 1 – R2 ) / ( N – k )

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya Observasi

 Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen

 Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen.

4) Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ho akan diterima jika

probabilitas kurang dari 0,05.

5) Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini menunjukan

seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu

menjelaskan variabel dependennya.

Uji hipotesis dengan F hitung dapat dirumuskan dengan persamaan

sebagai berikut :
Ho : βi = 0 ; I = 1, 2, 3, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan

dari variabel - variabel independen secara simultan terhadap Y.

Ho : βi ≠0 ; I = 1, 2, 3, artinya ada satu variabel independen yang

berpengaruh secara signifikan terhadap Y.

3.7.2 Uji Statistik T (t-test)

Pengujian hipotesis dilakukan melalui regresi yang menggunakan program

SPSS dengan membandingkan tingkat signifikasinya (Sig t) masing – masing

variabel independen dengan taraf sig α = 0,05. Apabila tingkat signifikansinya

(Sig t) lebih kecil daripada α= 0,05, maka hipotesisnya diterima yang artinya

variabel independent tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependent-nya. Sebaliknya bila tingkat signifikansinya (Sig t) lebih besar daripada

α = 0,05, maka hipotesisnya tidak diterima yang artinya variabel independent

tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Jika dinyatakan secara statistik adalah sebagai berikut :

Ho = βi = 0

Hi = βi = 0

T hitung dicari dengan persamaan sebagai berikut :

Koefisien Regresi (bi)


t- hitung = -----------------------------------
Standar Deviasi (bi)

Jika t- hitung > dari t- tabel (α. df) maka Ho ditolak,

dan

Jika t- hitung < dari t- tabel (α. df) maka Ho diterima.


DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan atas Buku atau Literatur

Dendawijaya, Lukman, (2005), Manajemen Perbankan, Edisi Kedua,


Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ghozali Imam, (2006), Aplikasi Analisis Multivariate dengan program


SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati Damodar, (2003), Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

George R. Terry, Leslie W. Rue (2009) Dasar-Dasar Manajemen, Bumi


Aksara, Jakarta

Harmono, (2011), Manajemen Keuangan (berbasis balance scorecard),


PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Handoko, T. Hani (2010) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,


BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

H. Juhaya S. Praja, (2013), Dasar-dasar Perbankan, Cetakan I, Pustaka


Setia, Bandung.

Husein Umar, (2004), Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis,
Cetakan ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James A.F Stoner, R. Edwar Freeman, Danel R. Gilbert, Jr (2012),


Manajemen, Jilid 1, PT. Prenhallindo, Jakarta.

James A.F. Stoner, Charles Wankel (2005) Management Third Edition.


Prentice-Hall Inc., NewJersey

Mohammad Nazir, (2003), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mamduh M. Hanafi (2011), Manajemen, UPP STIM YKPN, Edisi ke 3,


Jogjakarta.

Muhammad (2007), Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN,


Jogjakarta.

Ordway Tead, HE. Rosyidi, (2006), Organisasi dan Manajemen, PN Daya


Yasa Jakarta
Rindawati, Ema. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Riduwan, 2008, Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path


Analysis) Bandung. Alfabeta

Riduwan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung


2002.

Robert Ang, 2002, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft


Indonesia, Jakarta.

Singgih Santoso,2012, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik, PT. Elex


Media Komputindo, Jakarta.

Siagian, SP (2007), Filsafat Administrasi, PT Guung Agung Jakarta.

Sutrisno (2009), Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi,


Ekonisia, FE UII Yogyakarta.

Su’ad Husnan, Enny Pudjiastuti, (2006), Dasar-dasar Manajemen


Keuangan, Edisi ke 5, UPP AMP YKPN Yogyakarta

Sugiono (2004), Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung

William A. Cohen, Ph.D. (2000) ,The New Art of The Leader, PT Tangga
Pustaka, Jakarta.
Berdasarkan atas Jurnal atau Penelitian Terdahulu

Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtiyas, (2005), Analisa


Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada
Lembaga Perbankan Periode 2000-2001. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Volume 7 Nomor 2, STIE Perbanas, Surabaya.

Arilaha, Muhammad A.(2009) “Pengaruh Free Cash Flow,


Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Kebijakan
Dividen”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13 No. 1, hal. 78-
87.

Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso (2010), Analisis Pengaruh Dana


Pihak ke Tiga, BOPO, CAR dan LDR terhadap Kinerja
keuangan Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) periode 2005 – 2008, Dinamika keuangan dan
Perbankan, Vol 2 No. 2 , Hal. 125 – 137, Universitas Stikubank,
Semarang.

Cooke, T.E. 1989. “Disclosure in the Corporate Annual Reports of


Swedish Companies.” Accounting and Business Research. Vol. 19
No.74, pp.113-124.

Defri, (2012), Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan


Effisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jurnal
manajemen, Volume 01, Nomor 01, Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang

Dewa Kadek Oka Kusumajaya, (2011), Pengaruh Struktur Modal dan


Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan PadaPerusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia, Tesis, Program pasca Sarjana,Universitas Udayana,
Denpasar

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure.”
Journal of Financial Economics. Vol. 3 No. 4, pp. 305-360.

Mohammed T. Abusharba, Iwan Triyuwono, Munawar Ismail and Aulia F.


Rahman (2013), Determinants of Capital Adequacy Ratio (CAR)
ini Indonesian Islamic Commercial Banks, Global Review of
Accounting and Finance Vol. 4 No. 1 March 2013.
Nurani Eka Safitri, (2012), Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) ,
Effisiensi (BOPO), Non Performing Loan (NPL) dan Loan To
Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) Studi
pada Bank Persero Pemerintah, Universitas Hasanudin, Makasar.

Nindita Tridiyani, (2011), Pengaruh Penilaian Tingkat Kesehatan


Bank Terhadap Kinerja Bank, Tesis, Fakultas Ekonomi Program
Magister Manajemen Universitas Indonesia, Jakarta.

Suryani, (2011), Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR)


terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia, STAIN
Malikusaleh, Lhokseumawe, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei
2011.

Yoyon Supriyadi dan Fani Fazriani, (2011), Pengaruh Modal terhadap


Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas, Jurnal Ilmiah Ranggagading
Volume 11 No. 1,Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Bogor.
Berdasarkan atas Regulasi

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia (PBI). www.bi.go.id

-----------------------, Laporan Keuangan Publikasi Tahunan,www.bi.go.id

Statistik Perbankan Syariah Bulan Juni tahun 2014. Otoritas Jasa


Keuangan.

Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai