Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM

SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

PROPOSAL

Disusun oleh:
David Edisson
201960142

JURUSAN MANAJEMEN
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
JAKARTA
2021

Trisakti School of management


2

ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM


SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy


Ratio, Loan/Financing to Deposit Ratio, Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional, Non Performing Loan/Financing dan Size perusahaan terhadap
kinerja yang diukur dengan Return On Asset (ROA) dan membandingkan kinerja
keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia pada
tahun 20122016.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
yang dipublikasi dari tahun 2012-2016 yang diterbitkan oleh bank yang
bersangkutan. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik deskriptif, data panel dan uji beda dua rata-rata (Independent
sample t-test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, Size secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah dan Bank
Umum Konvensional. Variabel BOPO, NPF/NPL berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional.
Variabel FDR/LDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan
terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dan Bank
Umum
Konvensional dilihat dari rasio ROA.

Kata Kunci: Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, CAR, FDR,
LDR, BOPO, NPF,NPL, Size.

Trisakti School of management


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia yang berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM
KONVENSIONAL DI INDONESIA” ini tepat pada waktunya. Ucapan terima
kasih peneliti sampaikan kepada:
1. Ketua pengurus TSM Bapak Arya Pradipta, S.E., Ak., M.E., CA.
2. Ketua program studi S1 Manajemen Dr. Titta Deitiana, M.M.
3. Dosen pengampu bapak Aulia Danibrata Dr., S.E., M.
4. Orang tua dan keluarga peneliti.
5. Teman-teman peneliti yang selalu mendukung sepanjang penyusunan
makalah ini.
Makalah peneliti masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini. Semoga dengan
kritik dan saran yang membangun peneliti dapat menghasilkan makalah yang
lebih baik lagi dikemudian hari.
Jakarta, 23 November 2021

Peneliti

Trisakti School of management


4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia perbankan di Indonesia saat ini mengalami persaingan antar bank yang

sangat tajam yang ditandai dengan munculnya bank-bank baru sehingga persaingan

tersebut akan bertambah ketat. Keadaan ini menyebabkan pihak perbankan dituntut

untuk segera melakukan langkah-langkah penyesuaian kebijakan dan memilih

strategi yang tepat untuk menguasai perubahan selanjutnya. Persaingan perbankan

juga bukan hanya berasal dari pesaing dalam negeri tetapi juga pesaing luar negeri

sehingga jajaran perbankan di Indonesia perlu cepat tanggap dalam menghadapinya.

Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007:153) ditinjau dari segi imbalan atau

jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan

menjadi:

1. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik penghimpuanan

dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan

imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana

untuk suatu periode tertentu.

2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana

maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan

imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional

dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang

diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh

Trisakti School of management


5

lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan operasional bank syariah

menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun

membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan

riba yang diharamkan. Pola bagi hasil pada bank syariah memungkinkan nasabah

untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi

hasil yang diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar

pula bagi hasil yang akan diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi

hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa

pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang transparan

dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional, nasabah tidak dapat

menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh.

Sistem syariah ini menawarkan keadilan, transparansi, akuntabilitas dan saling

percaya di antara para pelaku ekonomi. Sistem ekonomi dunia saat ini didominasi

oleh segelintir pemilik modal, dan para kapitalis yang memiliki pengaruh yang luar

biasa dalam pergerakan roda ekonomi, yang pada akhirnya banyak menimbulkan

korban sehingga keberadaan bank syariah ini diharapkan mampu memberikan solusi

atas keadaan tersebut.

Dengan dikeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008 membuat industri perbankan syariah

nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong

pertumbuhan perbankan syariah secara lebih cepat lagi, akibatnya bank syariah ini

muncul sebagai kompetitor bagi bank konvensional yang telah berkembang pesat.

Trisakti School of management


6

Kinerja perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang sangat baik pada

periode 2009-2013 dengan rata-rata pertumbuhan aset 43%. Namun ironinya,

pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2015 sedang memasuki masa suram.

Pertumbuhan aset sempat mencapai 49% pada tahun 2013, namun pertumbuhan aset

pada juli 2015 sangat menurun drastis menjadi 7,98% (Otoritas Jasa Keuangan).

Turunnya pertumbuhan perbankan syariah tidak hanya dari sisi aset namun

juga pembiayaan dan dana pihak ketiga. Bahkan pertumbuhan tersebut juga berada

jauh dibawah perbankan konvensional. Pembiayaan syariah tumbuh 5,55%, jauh

lebih rendah dibanding kredit konvensional.

Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar

dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan

bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia terlebih

dahulu. Persaingan yang semakin tajam dan ketat ini harus dibarengi dengan

manajemen yang baik dan teratur untuk bisa bertahan lama di industri perbankan.

Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup

adalah kinerja keuangan bank.

Adanya persaingan antar bank umum syariah dan bank umum konvensional

yang tidak bisa dihindarkan ini, membawa dampak positif dan negatif bagi

perkembangan sebuah bank. Dampak positifnya adalah memotivasi agar bank saling

berpacu menjadi yang terbaik baik segi kinerja keuangannya dan lainnya. Sedangkan

dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju

perkembangan bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang

besar bagi bank, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.

Trisakti School of management


7

Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio

keuangan sehingga dapat mengetahui kinerja tersebut dengan menggunakan analisis

rasio, yakni rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio efisiensi, risiko kredit,

rasio rentabilitas, atau mungkin berdasarkan size bank yang diukur berdasarkan aset

yang dimilikinya. Analisis rasio ini merupakan teknis analisis untuk mengetahui

hubungan antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi bank

secara individual maupun secara bersama-sama.

Bank juga harus berhati-hati dalam pemberian pembiayaan karena juga

dapat menyebabkan pembiayaan bermasalah. Risiko pembiayaan bermasalah ini

diukur dengan rasio NPF (Non-Performing Financing). Semakin tinggi NPF

menyebabkan keuntungan bank lebih rendah karena bank harus menyediakan

lebih banyak cadangan piutang. Sedangkan untuk mengukur efisiensi dapat

menggunakan rasio biaya operasional pada pendapatan operasional (BOPO).

Peningkatan persentase pada rasio ini mencerminkan kurangnya kemampuan bank

dalam mengelola usahanya. Begitu pula apabila bank mampu mengelola usahanya

maka bank akan mengalami peningkatan aset, pengukuran skala bank ini diukur

dengan rasio Size.

Sedangkan untuk mengukur kinerja keuangan perbankan dilihat dari aspek

rentabilitas (profitabilitas) dapat diukur dengan menggunakan Return on Asset

(ROA). ROA merupakan alat untuk mengukur kemampuan

perusahaan

menghasilkan laba dengan mengelola total aset setelah disesuaikan dengan biaya

untuk mendapatkan aset tersebut. Selain itu ROA menggambarkan nilai efektifitas

Trisakti School of management


8

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan semua aktiva

yang dimilkinya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas tampak pertumbuhan perbankan syariah yang

berfluktuasi. Namun demikian pun saat ini cukup banyak bank konvensional yang

telah mendirikan bank umum syariah contohnya, Bank BNI kini membuka Bank BNI

Syariah sebagai bank yang menjalankan usahanya dengan berlandaskan pada prinsip

syariah. Selain itu, bank lain seperti BRI, BCA dan Bank Mega juga telah membuka

bank syariah dengan nama BRI Syariah, Bank BCA Syariah dan Bank Mega Syariah.

Hal ini menjadi pertanyaan bagi penulis mengenai apa yang melatarbelakangi

dibukanya Bank Umum Syariah tersebut oleh Bank Umum Konvensional, apakah hal

ini dikarenakan masalah kinerja keuangan bahwa Bank Umum Syariah lebih baik

jika dibandingkan dengan kinerja Bank Umum Konvensional dari aspek rentabilitas

(profitabilitas) ataukah ada hal lain yang menjadi dasar pertimbangan oleh Bank

Umum Konvensional sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini

berjudul: “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia’’

Trisakti School of management


9

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pengaruh tingkat kecukupan modal yang diukur dengan Capital

Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan berdasarkan aspek

rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional

di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh risiko likuiditas yang diukur dengan Loan to Deposit

Ratio (LDR) terhadap kinerja keuangan berdasarkan aspek rentabilitas

(profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di

Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh tingkat efisiensi yang diukur dengan Biaya Operasional

pada Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap kinerja keuangan berdasarkan

aspek rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan

konvensional di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh risiko kredit yang diukur dengan Non Performing Loan

(NPL) terhadap kinerja keuangan berdasarkan aspek rentabilitas

(profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di

Indonesia?

5. Bagaimana pengaruh total asset yang dikur dengan Size terhadap kinerja

keuangan berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah

dan perbankan konvensional di Indonesia?

Trisakti School of management


10

6. Apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kinerja keuangan

perbankan syariah dan perbankan konvensional berdasarkan aspek rentabilitas

(profitabilitas)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat kecukupan modal yang diukur dengan

Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan perbankan syariah

dan perbankan konvensional berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas).

2. Untuk menganalisis pengaruh risiko likuiditas yang diukur dengan Financing

to Deposit Ratio (FDR) terhadap kinerja keuangan berdasarkan aspek

rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional

di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat efisiensi yang diukur dengan Biaya

Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap kinerja keuangan

berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah dan

perbankan konvensional di Indonesia.

4. Untuk menganalisis pengaruh risiko kredit yang diukur dengan Non

Performing Financing (NPF) terhadap kinerja keuangan berdasarkan aspek

rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan syariah dan perbankan konvensional

di Indonesia.

5. Untuk menganalisis pengaruh total asset yang dikur dengan Size terhadap

kinerja keuangan berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan

syariah dan perbankan konvensional di Indonesia.

Trisakti School of management


11

6. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara

kinerja keuangan berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas) pada perbankan

syariah dan perbankan konvensional di Indonesia?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Dunia Perbankan

Untuk memberikan masukan yang berguna agar mendukung kinerja keuangan

perusahaan kearah yang lebih baik lagi.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti

mengenai kinerja keuangan perbankan baik perbankan syariah maupun perbankan

konvensional.

3. Bagi Pengguna Jasa Perbankan

Kepada pengguna jasa perbankan baik syariah maupun konvensional dapat digunakan

sebagi sumber informasi untuk dapat melihat bagaimana kinerja keuangan perbankan

syariah dan kinerja keuangan perbankan konvensional.

Trisakti School of management


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Intermediasi Bank

Bank pada hakikatnya adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya

sebagai agent of trust dan agent of development (Judisseno, 2002). Sebagai agent of

trust, bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk

melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai

agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong

kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan baik

pembayaran maupun penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para

pelaku ekonomi.

Sebagai lembaga perantara (financial intermediaries), kedudukan bank tampak

seperti gambar berikut.

Surplus of Fund
Tabungan

Lembaga Bank Masyarakat

Pinjaman

Lack of Fund

Gambar 2.1
Bank sebagai Lembaga Intermediasi

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa bank menerima simpanan (tabungan) dari

kelompok masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund). Selanjutnya bank

Trisakti School of management


13

9
mengelola simpanan masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund). Perlu

ditekankan di sini bahwa yang dimaksud kekurangan dapat berarti orang yang sama

sekali tidak memiliki uang untuk keperluan konsumsi, atau kekurangan dalam arti

untuk menambah modal usaha.

Berbeda dengan bank konvensional, fungsi intermediary pada bank syariah

mempunyai dimensi lebih luas, khususnya kaitannya dengan kelompok masyarakat

yang kekurangan dana (lack of fund). Bank menyalurkan dana tidak hanya

sematamata dalam bentuk kredit yang seringkali memberatkan pihak debitur,

melainkan dapat berupa zakat, infaq, shadaqah, pinjaman kebajikan (qardhul hasan)

dan atau kepentingan social lainnnya. Dengan kata lain bank syariah harus dapat

berfungsi sebagai lembaga leasing, pegadaian dan lembaga-lembaga lain yang sesuai

dengan syariat Islam khususnya di bidang muamalah.

2.2 Bank Umum Konvensional

Pengertian bank dapat dijumpai dalam pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang No.10

Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu:

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Trisakti School of management


14

3. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

usahanya adalah menghimpun danan dari masyarakat dan menyalurkan kembali

dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2002)

Menurut Lukman dalam Marissa (2011:39), pada dasarnya terdapat tiga prinsip

yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu :

1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya.

2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank yang manpu

menjamin seluruh hutangnya.

3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu.

2.3 Bank Umum Syariah

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsipprinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan

masalah uang sebagai dagangan utamanya (Sudarsono, 2008).

Trisakti School of management


15

Adapun jenis-jenis akad yang menjadi landasan kegiatan operasional

perbankan syariah antara lain:

Tabel 2.1 Jenis-jenis Akad pada Perbankan Syariah


Prinsip Keterangan
Wadi'ah Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempuny barang/uang
dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujua untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

Mudharabah Dalam menghimpun dana adalah Akad kerja sama antara piha pertama
(malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai pemilik da dan pihak kedua
(‗amil, mudharib, atau Bank Syariah) yang bertinda sebagai pengelola
dana dengan membagi keuntungan usaha sesu dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam Akad. pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha
antara piha pertama (Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan
piha kedua (nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana denga
membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan, sedangkan kerugia
ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jiks pihsk kedu
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian

Musyarakah Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usah tertentu
yang masing-masing pihak memberikan porsi dana denga ketentuan
bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan Sedangkan
kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing masing.

Murabahah Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga beliny kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebi sebagai
keuntungan yang disepakati.
Ijarah Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna ata manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanp diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Ijarah Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna ata manfaat
Muntahiyah dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sew dengan opsi
Bittamlik pemindahan kepemilikan barang

Trisakti School of management


16

Prinsip Keterangan
Tijar'i Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehka
penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membaya sewa
sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakh masa sewa
pemilik barang menjual barang tersebut kepada penyew dengan harga
yang disetujui kedua belah pihak.

Salam Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan da pembayaran


harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syar tertentu yang
disepakati.
Istishna' Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan baran
tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepaka antara
pemesan atau pembeli (mustashni‘) dan penjual atau pembu (shani‘).

Qardh Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahw nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada wakt yang telah
disepakati.

Hawalah Akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lai yang
wajib menanggung atau membayar.

Kafalah Akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain di
mana pemberi jaminan (kafil) bertanggung jawab atas pembayara kembali
utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful).

Wakalah Akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanaka suatu
tugas atas nama pemberi kuasa.
Sumber :Booklet Perbankan Indonesia

2.4 Kegiatan Operasional Bank Umum Syariah

Pada sistem operasi bank umum syariah, pemilik dana menanamkan uangnya

di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan

keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka

yang membutuhkan (misalnya modal usaha) dengan perjanjian pembagian

keuntungan sesuai kesepakatan (Ema dalam Widya Wahyuningsih,2012) . Sistem

operasional Bank Umum Syariah tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Trisakti School of management


17

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional

didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang

membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan

investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan

dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda

halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal

dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya,

dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal

dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya

yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain

itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan

menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja

bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme

penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan

melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham

perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana

adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini

ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan

bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak

untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak mengambil

titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Trisakti School of management


18

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang

mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan

pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai

deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek

sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender

atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model,

yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan

prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk

pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan

dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan

manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli,

namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli

obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan

guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip

bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan

pola-pola musyarakah dan mudharabah.

2.5 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional berdasarkan (Booklet

Perbankan Indonesia 2011) adalah sebagai berikut:

Trisakti School of management


19

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito

berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan hal diatas lainnya.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan

dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada

bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak.

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk

surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip

Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank sepanjang tidak

bertentangan dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Trisakti School of management


20

14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang

keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi,

serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan

syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh BI.

17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2.6 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional

Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan Bank

Umum Syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan

yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank

kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan

bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit

sharing. Dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara

defenitif, profit sharing diartikan ―distribusi beberapa bagian dari laba pada para

pegawai di sebuah perusahaan (Muhammad, 2005).

Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya

memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat

adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi,

usaha yang dilakukan mengandung risiko dan karenanya mengandung unsur

Trisakti School of management


21

ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak

memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan

berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil


BAGI HASIL BUNGA

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi 1. penentuan bunga dibuat pada waktu


hasil dibuat pada waktu akad dengan akad dengan asumsi harus selalu
berpedoman pada untung.
kemungkinan untung rugi
2. Berdasarkan rasio bagi hasil 2. besarnya persentase berdasarkan pad
berdasarkan pada jumlah keuntungan jumlah uang/modal yang dipinjamkan.
yang diperoleh. 3. pembayaran bunga tetap seperti yan
3. Bagi hasil tergantung pada keuntungan dijanjikan tanpa pertimbangan apaka
proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi proyek yang dijalankan oleh piha
kerugian akan ditanggung bersama nasabah untung atau rugi
oleh kedua belah pihak.
4. Jumlah pembagian laba meningkat 4. jumlah pembayaran bunga tidak
sesuai dengan peningkatan jumlah meningkat sekalipun jumlah keuntungan
pendapatan. berlipat atau keadaan ekonomi sedang
―booming‖
5. tidak ada yang meragukan keabsahan 5. eksistensi bunga diragukan (kalau tidak
bagi hasil dikecam) oleh semua agama termasuk
Islam
Sumber : Antonio, 2007; 61

2.7 Kinerja Keuangan Perbankan

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi

bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode

Trisakti School of management


22

waktu. Kinerja keuangan adalah suatu alat analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012).

Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu

perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut

dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan

perusahaan yang bersangkutan yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan rugi laba

serta laporan-laporan keuangan lainnya (Munawir, 2010).

Kinerja keuangan berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas) dapat diukur

dengan menggunakan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan dan

mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai bank yang bersangkutan. Karena bank

yang sehat adalah bank yang terus meningkat diatas standart yang telah ditetapkan

(Kasmir, 2012:49).

2.7.1 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara

laba dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset

yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. ROA merupakan indikator

kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh

bank. ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak

dengan total aktiva.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Wilman, 2011).

Trisakti School of management


23

2.7.2 Kecukupan Modal/ Rasio Permodalan (Capital)

Kecukupan modal adalah gambaran kemampuan bank dalam mempertahankan

modal yang mencukupi untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari

penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk

pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Rasio Kecukupan Modal yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio yaitu rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha serta menampung kerugian yang diakibatkan dalam

operasional bank. Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan

kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau memenuhi ketentuan,

Bank tersebut dapat beroperasi sehingga terciptalah laba. Besarnya modal suatu Bank

juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Bank.

Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank (Sawir,

2009).

2.7.3 Risiko Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.

Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu

kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan

menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas

(Muhammad, 2004).

Risiko likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio

perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang

diterima oleh pihak bank yang bersangkutan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui

Trisakti School of management


24

kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang

telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para

debiturnya.

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank,

sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam

menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat

(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif).

Dengan meningkatnya laba, maka kinerja keuangan bank tersebut akan lebih baik

(Harahap, 2009).

2.7.4 Efisiensi Perbankan

Efisiensi adalah kata yang menunjukkan keberhasilan seseorang atau

organisasi atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber yang

digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Dengan kata lain,

efisiensi merupakan perbandingan antara sumber dan hasil. Jika dikaitkan dengan

teori sistem, maka efisiensi merupakan perbandinga antara masukan (input)

dengan keluaran (output) (Muhammad, 2004).

Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi

operasional dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang

berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang

diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh

terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan

semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005). Salah satu rasio

mengukur efisiensi perbankan ialah rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional

Trisakti School of management


25

(BOPO). BOPO merupakan rasio antara biaya operasional dibagi pendapatan

operasional. Biaya operasional adalah semua biaya atau beban yang dikeluarkan

untuk membiayai kegiatan usaha bank tersebut.

Dalam kegiatan operasional pastinya bank membutuhkan biaya, tanpa adanya

biaya tidak mungkin kegiatan tersebut dapat dijalankan. Biaya operasional akan

berhubungan dengan pendapatan operasional. Biaya operasional pendapatan

operasional (BOPO) merupakan hal yang saling berkaitan apbila pendapatan lebih

besar daripada biaya operasional, maka bank akan mendapatkan profit yang lebih

besar.

Bersadarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa semakin kecil rasio BOPO

maka biaya operasional yang dikeluarkan bank semakin efisien, yang berarti

kinerja keuangan bank akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin besar rasio

BOPO maka berarti bank kurang mampu menekan biaya operasional sehingga

bank kurang efisien dalam mengelola sumber daya yang ada di bank, sehingga

dapat menyebabkan kinerja keuangan dan tingkat profitabilitas menjadi menurun.

2.7.5 Risiko Kredit

Pada penelitian ini kinerja keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap

nilai suatu resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini

menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit

bermasalah yang diberikan oleh pihak bank. Non Performing Loan (NPL) merupakan

aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besaran

NPL ditujukan dengan persentase perbandingan kredit bermasalah dengan seluruh

kredit atau pembiayaan yang dikucurkan bank (Syahyunan, 2004)

Trisakti School of management


26

Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas

kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

2.8 Size Perusahaan

Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan

kedalam beberapa kelompok. Diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Skala

perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya

perusahaan yang didasarkan kepada total asset perusahaan (Masri dan Martani,

2012).

Ukuran perusahaan atau size dihitung dengan menggunakan logaritma natural

(ln) dari total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan daya

tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dengan demikian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

SIZE = Ln Total Asset.

Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding

perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama adalah ukuran

perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari

pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar

(bargaining power) dalam kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan

pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat

memperoleh lebih banyak laba. Perusahaan yang besar membutuhkan dana yang

besar pula yang digunakan sebagai sumber pendanaan sehingga utang perusahaan

juga akan menjadi besar (Masri dan Martani, 2012).

Trisakti School of management


27

2.9 Penelitian Terdahulu


NAMA JUDUL PENELITI VARIABEL HASIL PENELITIAN
PENELITI PENELITIAN
Imam Subuweh Analisis ROA, 1. Dilihat dari
(2008) Perbandingan ROE, a perkembangan
Kinerja KeuangBOPO, a kinerja keuangannya
Bank Syariah d LDR, selama periode 2003-
Bank NPL, 2007 dan prediksi
Konvensional DAR selama 2008-2012,
Periode 2003-200 kinerja bank syariah
lebih baik dari kinerja
bank konvensional.
2. Dari hasi uji perbedaan
dua sampel bebas (t-
test) disimpulkan
bahwa tidak terdapat
perbedaan kinerja
yang signifikan antara
bank konvensional dan
bank syariah.

Trisakti School of management


28

Bahmanyar Financial ROA, oROE, 1. Analisis empiris


Hamedian Performance CAR, aASQ, menunjukkan bahwa
(2013) Islamic Banks oEFF, variabel
Vs Convention LQR, independen CAR, LQR
Banks:The Case LSIZE dan EFF telah
Malaysia mempengaruhi
profitabilitas ROA bank
syariah secara positif
dan ASQ,
Size
memperngaruhi
ROA secara
negatif.Sebaliknya
profitabilitas ROE
bank syariah
dipengaruhi positif
oleh ASQ, Size dan
ROE dipengaruhi
negatif oleh CAR,
LQR, EFF.
2. Analisis empiris
menunjukkan

NAMA JUDUL PENELITI VARIABEL HASIL PENELITIAN


PENELITI PENELITIAN
bahwa variabel
independen CAR, ASQ
dan Size telah
mempengaruhi
profitabilitas ROA
bank konvensional
secara negatif dan
LQR, EFF
memperngaruhi ROA
secara positif.
Sebaliknya,
profitabilitas ROE
bank syariah
dipengaruhi positif
oleh LQR, EFF.
Sedangkan CAR,
ASQ, Size
mempengaruhi ROE
secara negatif

Trisakti School of management


29

Armanto Analisis CAR, Berdasarkan hasil


Witjaksono Komparatif ROA, analisis diketahui
danAnis Kinerja Keuangan ROE, n Terdapat Perbedaan
Yunistriani Bank Syariah da FDR/LDR, antara CAR, NPL, FDR
(2011) Bank NPL/NPF bank syariah dan
Konvensional bank
berdasarkan konvensional secara
Metode CAMEL signifikan dan tidak
terdapat perbedaan
pada ROA,ROE, dan
FDR antara bank
syariah dan bank
konvensional.
Rima Turk Ari sCompetitive L/TA i Ada perbedaan
(2010) conditions E/TA komposisi aset dan
Islamic an ROA portofolio di seluruh
conventional ROE a Bank Islam
banking: a glob dan konvensional.
Bank Islam
perspective
mengalokasikan porsi
aset mereka secara
signifikan lebih tinggi
untuk pinjaman.
Dibandingkan bank

NAMA VARIABEL
JUDUL PENELITI HASIL PENELITIAN
PENELITI PENELITIAN
konvensional yang
menunjukkan
eksposur kredit yang
lebih tinggi risiko.
Secara keseluruhan
ROA dan ROE bank
Islam dan
konvensional tidak
berbeda signifikan.
Sumber: Peneliti (2017)

2.10 Kerangka Konseptual

Bank Umum Bank Umum


Syariah Konvensional

Trisakti School of management


30

CAR CAR

FDR LDR

ROA ROA
BOPO BOPO

NPF NPL
Uji Beda (independent
sample t test
Size Size

Bank Umum Bank Umum


Syariah Konvensiona

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

2.11 Hipotesis

Hipotesis menurut Erlina (2007:41) mengatakan ―hubungan yang diduga

secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji

secara empiris‖. Berdasarkan konseptual diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Capital Adequacy Ratio yaitu rasio permodalan yang menunjukkan

kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha

serta menampung kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Besarnya

modal suatu Bank juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap kinerja Bank. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja

suatu bank. Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis yang dapat dipergunakan

adalah sebagai berikut:

Trisakti School of management


31

H1 : Rasio CAR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank.

Pengukuran risiko likuiditas pada perbankan syariah menggunakan rasio LDR.

Semakin besar persentase LDR maka mengindikasikan rendahnya manajemen risiko

likuiditas bank dan semakin menunjukkan kinerja keuangan yang tidak baik, karena

bank tidak dapat mengelola dana bank tersebut. Sebaliknya jika semakin kecil

persentase LDR maka semakin baik manajemen likuiditas bank tersebut karena dapat

menyediakan dana pada saat nasabah membutuhkan dana. Maka hipotesis yang dapat

dipergunakan adalah:

H2 : Rasio FDR berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank.

Pengukuran efisiensi kinerja keuangan pada perbankan menggunakan Rasio

keuangan BOPO. Semakin besar persentase BOPO maka mengindikasikan

kurangnya kemampuan bank dalam mengelola kinerja keuangan bank. Begitu juga

sebaliknya jika semakin kecil persentase BOPO maka semakin baik pula kinerja

keuangan bank karena dapat memaksimalkan pendapatan dan meminimumkan biaya

operasional. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis yang dapat dipergunakan

adalah sebagai berikut :

H3 : Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank.

Sedangkan untuk pengukuran risiko kredit pada perbankan syariah dengan

menggunakan rasio NPL. Semakin besar persentase NPL maka mengindikasikan

rendahnya kualitas kredit yang diberikan karena bank tidak mampu meminimalkan

tingkat kredit bermasalah dan gagalnya bank dalam memanajemen risiko kredit.

Maka hipotesis yang dapat dipergunakan adalah :

H4 : Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank.

Rasio yang digunakan untuk mengukur skala bank ialah dengan menggunakan

rasio Size. Rasio ini untuk mengetahui ukuran bank dalam golongan besar, sedang,

Trisakti School of management


32

atau kecil. Pengukuran ini menunjukkan posisi bank dengan jumlah aset yang

dimiliki oleh bank tersebut. Bank yang berukuran besar ialah bank yang kinerjanya

baik dan memiliki aset yang tinggi, dari analisis diatas maka dapat ditarik hipotesis

berikut:

H5 : Rasio Size berpengaruh posistif terhadap kinerja keuangan bank.

Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik

karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat aktivitas yang

meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan

laba perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik.

H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kinerja Bank Umum

Syariah dengan Bank Umum Konvensional.

Trisakti School of management


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian komparatif

dengan metode penelitian kuantitatif . Penelitian komparatif yaitu penelitian yang

bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih

objek penelitian yang kemudian dibandingkan guna mencari perbedaan antara kedua

atau lebih objek yang diteliti.

Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan

model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena

yang terjadi.Dengan metode ini, penulis dapat menganalisa dan mengintrepetasikan data

yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya menguji kebenaran hipotesis yang telah

dirumuskan.

3.2 Batasan Operasional

Adapun beberapa batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan 5 variabel bebas (independen variabel) yaitu Capital

Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Biaya Operasional

Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Size. Dan variabel terikat

(dependen variabel) yaitu Return on Asset

2. Sebagai objek dalam penelitian ini terdiri dari 10 bank umum syariah dan bank

umum konvensional.

3. Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan oleh masing-masing

Trisakti School of management


34

bank dengan rentang waktu tahun 2012-2016.

31
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara

rinci, definisi operasional variabel dan skala pengukuran variabel ditunjukkan

oleh tabel berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel


Variabel Definisi Operasional Rumus Skala

Kecukupan CAR menunjukkan Modal Rasio


Modal kemampuan bank dalam CAR  x100%
CAR menyediakan dana untuk ATMR
keperluan pengembangan
usaha serta menampung
kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan
operasional bank.
Profitabilitas ROA digunakan untuk Rasio
ROA mengukur kemampuan Laba bersih_
manajemen bank dalam
ROA x100%
memperoleh keuntungan
secara keseluruhan. Total _aktiva
Semakin Tinggi Rasio ROA
suatu Bank semakin
baik kinerja bank tersebut
Likuiditas LDR digunakan digunakan Total _ pembiayaan Rasio
LDR untuk mengetahui LDR  x100%
kemampuan bank dalam Dana_ pihak _ketiga
membayar kembali
kewajiban kepada para
nasabah yang telah
menanamkan dananya
dengan kredit-kredit yang
telah diberikan kepada
para debiturnya
Efisiensi BOPO adalah rasio yang Biaya operasional_ Rasio
BOPO digunakan untuk mengukur BOPO 
tingkat efisiensi dan
x100%
kemampuan bank dalam
Pendapatan_Operasional

Trisakti School of management


35

melakukan kegiatan

Variabel Definisi Operasional Rumus Skala

operasionalnya. Menurut
Bank Indonesia Semakin
kecil BOPO menunjukkan
semakin efisien bank dalam
menjalankan aktivitas
usahanya.
Kualitas Asset NPL ini digunakan untuk Total _Kredit _Bermasalah Rasio
NPL mengukur seberapa besar NPL 
tingkat kredit bermasalah x100%
yang telah disalurkan oleh Total _Kredit
bank.

Size Ukuran perusahaan pada Size = Ln (Total Aset) Rasio


dasarnya adalah
pengelompokan
perusahaan kedalam
beberapa kelompok.
Diantaranya perusahaan
besar, sedang dan kecil.
Ukuran perusahaan
merupakan daya tarik bagi
investor untuk
menanamkan modalnya

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah sekelompok orang atau objek kejadian yang

mempunyai karakteristik tertentu dan sampel penelitian adalah bagian dari populasi

yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan Sri

Mulyani, 2007).

Adapun metode yang digunakan untuk menentukan sampling dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive Sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya

disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih

Trisakti School of management


36

sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut (Rochaety Ety, 2009:66).

Kriteria untuk pemilihan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang telah berdiri lebih dari

7 tahun.

2. Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank

Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan bank dari tahun

20122016.

3. Bank Umum Konvensional yang memiliki Bank Umum Syariah dan telah go

public yang menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan dalam

penelitian ini selama lima tahun berturut-turut yaitu dari 31 Desember 2012

sampai 31 Desember 2016 dan telah disampaikan kepada Bank Indonesia.

Tabel 3.2 Daftar Bank yang Memenuhi Kriteria Sampel


Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional
PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Mandiri,
PT Bank BCA Syariah PT Bank Central Asia
PT Bank BNI Syariah PT Bank Negara Indonesia
PT Bank BRI Syariah PT Bank Rakyat Indonesia
PT Bank Jabar Banten Syariah PT Bank Jabar Banten
PT Bank Maybank Syariah Indonesia PT Bank Maybank Indonesia
PT Bank Panin Syariah PT Bank Panin
PT Bank Bukopin Syariah PT Bank Bukopin
PT Bank Syariah Mega Indonesia PT Bank Mega Indonesia
PT Bank Victoria Syariah PT Bank Victoria

Trisakti School of management


37

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalan penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder

merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada Masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).

Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan

yang rutin diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada situs www.ojk.go.id,

situs resmi bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, koran,

internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber literatur seperti, buku, jurnal, internet dan lain-lain

yang berhubungan dengan aspek penelitian. Data-data sekunder dalam penelitian

ini berupa Laporan Keuangan Publikasi Bank selama periode 2012 hingga 2016.

Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang

bersangkutan dan Otoritas Jasa Keuangan. Jenis laporan yang digunakan penulis

menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi,

Laporan Rasio Keuangan dan Ikhtisar keuangan.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam mengolah data, penelitian ini menggunakan program komputer

eviews 9 untuk analisis statistik deskriptif dan menganalisis data yang diperoleh.

Namun sebelumnya data-data yang diperoleh diformulasikan terlebih dahulu

dengan menggunakan program microsoft excel untuk memperoleh data variabel

sebelum dianalisis dengan menggunakan program eviews 9. Sedangkan untuk

membandingkan kinerja keuangan antara bank umum syariah dengan bank

umum konvensional menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-

Trisakti School of management


38

test).

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam

bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik

deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel

penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa : frekuensi, tendensi

sentral (mean, median, modus), dispersi (deviasi standar, variance) dan

pengukur-pengukur bentuk (measures of shape). Selain itu Analisis deskriptif

juga dapat menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data sehingga dapat

dipelajari secara singkat.

3.7.2 Model Regresi Data Panel

Model regresi data panel merupakan model analisis yang menggunakan

data gabungan antara data time series dan data cross section. Model regresi ini

dipilih oleh beberapa peneliti untuk mendukung penelitian yang datanya

terbatas.Selain itu model ini memiliki keunggulan karena memiliki parameter

yang lebih banyak.

Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linier berganda

dengan data panel. Menurut Pratomo dan Hidayat (2007), Regresi linier

berganda adalah regresi antara variabel dimana variabel bebasnya lebih dari satu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data panel.

3.7.3 Pemilihan Model Data Panel

Untuk mengetahui nilai yang efisien dari model regresi linier diatas maka

perlu mengestimasi data panel dengan menggunakan tiga model persamaan

(Pratomo dan Paidi, 2007) yaitu Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect

Trisakti School of management


39

Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).

1. Ordinary Least Square (OLS)

Ordinary Least Square (OLS) merupakan pendekatan model data panel

yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu

sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai

kurun waktu.

2. Fixed Effect Model (FEM)

Metode ini mengasumsikan bahwa terdapat perbedaan antar individu variabel

(cross-section) dan perbedaan tersebut dapat dilihat melalui perbedaan

interceptnya.Menurut Pratomo dan Paidi (2010), metode ini lebih efisien digunakan

di dalam data panel apabila jumlah kurun waktu lebih besar daripada jumlah individu

variabel.Keunggulan yang dimiliki metode ini adalah dapat membedakan efek

individul dan efek waktu dan metode ini tidak perlu menggunakan asumsi bahwa

komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas.

3. Random Effect Model (REM)

Dengan metode ini efek spesifik individu variabel merupakan bagian dari

error-term. Model ini berasumsi bahwa error-term akan selalu ada dan mungkin

berkorelasi sepanjang time-series dan cross-section. Metode ini lebih baik digunakan

pada data panel apabila jumlah individu lebih besar daripada jumlah kurun waktu

yang ada.

Dengan menggunakan program Eviews terdapat Uji Hausman, Uji Likehood

Ratio (Chow Test), dan Uji Langrange Multiplier. Uji Hausman, Uji Likehood, Uji

Langrange Multiplier akan membantu kita untuk menentukan metode apa yang

paling efisien digunakan dari ketiga model persamaan tersebut.

Trisakti School of management


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan setelah

permasalahan diidentifikasi dan telah melewati segala tahap-tahap pengolahan

data untuk menciptakan suatu model permasalahan untuk dianalisis lebih lanjut.

Dalam penelitian ini obyek yang dijadikan penelitian adalah perusahaan

perbankan syariah dan perbankan konvensional selama periode 2012-2016.

Dalam penelitian ini terdapat 10 sampel perbankan syariah dan 10 sampel

perbankan konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan kinerja keuangan bank umum syariah dan bank umum

konvensinal di Indonesia.

4.2 Analisis Deskriptif Statistik

Metode analisis deskriptif statistik terlebih dahulu digunakan guna

memberikan gambaran dari data statistik yang diperoleh dari hasil estimasi melalui

software eviews 9. Deskripsi data statistik perusahaan sektor perbankan selama

periode 2011 sampai dengan 2015 akan disajikan dalam analisis ini.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Bank Umum


Syariah
ROA CAR FDR BOPO NPF SIZE
Mean 0.105400 22.40800 94.94900 95.00080 5.191000 15.52060
Median 0.700000 18.21000 90.26000 90.64500 2.880000 15.62500
Maximum 3.800000 64.20000 192.9000 192.6000 55.06000 18.18000

Trisakti School of management


Minimum -22.80000 11.10000 67.70000 50.76000 0.100000 7.000000
Std. Dev. 3.960389 12.48805 23.96371 25.29455 8.954944 1.680126
Observations 50 50 50 50 50 50
Sumber : Hasil Olah Data Eviews, lampiran 1

32
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Bank Umum
Konvensional
ROA CAR LDR BOPO NPL SIZE
Mean 2.396000 17.60160 82.14160 75.76380 2.326800 18.91073
Median 2.135000 16.92500 85.55000 80.28000 2.175000 18.79324
Maximum 5.150000 26.21000 96.47000 94.91000 4.480000 20.63791
Minimum 0.390000 12.76000 55.35000 28.09000 0.400000 16.42307
Std. Dev. 1.223763 2.803864 9.012197 15.16832 0.962154 1.49315
Observations 50 50 50 50 50 50
Sumber : Hasil Olah Data Eviews, lampiran 2

4.2.1 Variabel ROA


Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengamatan

pada sampel perbankan syariah dalam penelitian ini selama periode 2012 sampai

dengan 2016 yang terdiri dari 5 time series dan 10 cross section. Mean atau nilai

rata-rata variabel ROA pada perbankan syariah dari tahun 2012 sampai dengan

2016 adalah sebesar 0,1054%. Perbankan syariah yang memiliki nilai ROA

tertinggi adalah Bank

Mega Syariah dengan nilai 3,8% pada tahun 2012 dan nilai ROA terendah adalah

Maybank Syariah dengan nilai -22,8% pada tahun 2015. Nilai standard deviasi

ROA adalah 3.96 yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel akan

berjarak plus atau minus 3.96 dari mean. Sedangkan berdasarkan tabel 4.2 diatas

Trisakti School of management


diketahui Mean atau nilai rata-rata variabel ROA pada perbankan konvensional

dari tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 2,396%. Ini menunjukkan

bahwa setiap Rp 1 dari aset menghasilkan laba Rp 0,02396. Perbankan

konvensional yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah Bank Rakyat Indonesia

dengan nilai 5,15 pada tahun 2012 dan nilai ROA terendah adalah Bank Bukopin

dengan nilai 0,39 pada tahun 2015. Nilai standard deviasi ROA adalah 1,223763

yang berarti sebagian besar nilai ROA pada sampel akan berjarak plus atau minus

1,223763 dari mean nilai rata-rata.

Berdasarkan analisis deskriptif diatas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan

berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas), bank umum konvensional memiliki

kualitas ROA lebih baik dibanding bank umum syariah. Namun nilai rata-rata

ROA perbankan syariah belum sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu diatas 1,5%.

4.2.2 Variabel CAR

Mean atau nilai rata-rata variabel CAR pada perbankan syariah dari tahun

2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 22,408%. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap Rp 1 dari ATMR dijamin oleh modal sebesar Rp 0,22408. Perbankan

syariah yang memiliki nilai CAR tertinggi adalah Maybank Syariah dengan nilai

64,2 pada tahun 2012 dan nilai CAR terendah adalah Bukopin Syariah dengan nilai

11,1 pada tahun 2013. Nilai standard deviasi CAR perbankan syariah adalah

12.48805 yang berarti sebagian besar nilai CAR pada sampel akan berjarak plus

atau minus 12.48805 dari mean. Hal ini menunjukkan nilai CAR perbankan syariah

cukup berfluktuatif. Sedangkan berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui Mean atau

nilai ratarata variabel CAR pada perbankan konvensional dari tahun 2012 sampai

Trisakti School of management


dengan 2016 adalah sebesar 17,6016. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari

ATMR dijamin oleh modal sebesar Rp 0,176016. Perbankan konvensional yang

memiliki nilai CAR tertinggi adalah Bank Mega dengan nilai 26,21 pada tahun

2016 dan nilai CAR terendah adalah Maybank dengan nilai 12,76 pada tahun 2013.

Nilai standard deviasi CAR adalah 2,803864 yang berarti sebagian besar nilai CAR

pada sampel akan berjarak plus atau minus 2,803864 dari mean atau nilai rata-rata.

Berdasarkan analisis deskriptif di atas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan

berdasarkan kecukupan modal, bank umum syariah memiliki kualitas CAR lebih

baik dibanding bank umum konvensional. Namun nilai rata-rata keduanya sudah

sesuai ketentuan

Bank Indonesia yaitu diatas 8%.

4.2.3 Variabel FDR/LDR

Mean atau nilai rata-rata variabel FDR pada perbankan syariah dari tahun

2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 96,949%. Perbankan syariah yang

memiliki nilai FDR tertinggi adalah Maybank Syariah dengan nilai 192,9 pada

tahun

2012 dan nilai FDR terendah adalah BNI Syariah dengan nilai 67,7 pada tahun

2012. Nilai standard deviasi FDR perbankan syariah adalah 23,96 yang berarti

sebagian besar nilai FDR pada sampel akan berjarak plus atau minus 23,96 dari

mean. Hal ini menunjukkan nilai FDR perbankan syariah cukup berfluktuatif.

Sedangkan berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui Mean atau nilai rata-rata variabel

LDR pada

Trisakti School of management


perbankan konvensional dari tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah

sebesar 82,1416. Perbankan konvensional yang memiliki nilai LDR tertinggi


adalah

Bank BJB dengan nilai 96,47 pada tahun 2013 dan nilai LDR terendah adalah
Bank

Mega dengan nilai 55,35pada tahun 2016. Nilai standard deviasi LDR adalah

9,012197 yang berarti sebagian besar nilai LDR pada sampel akan berjarak plus

atau minus 9,012197 dari mean atau nilai rata-rata. Berdasarkan analisis deskriptif

di atas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan berdasarkan risiko likuditas,

rata-rata LDR bank umum konvensional sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu

diantara 75%94% dan bank umum syariah tidak sesuai ketentuan Bank Indonesia

yaitu diantara

75%-94%.

4.2.4 Variabel BOPO

Mean atau nilai rata-rata variabel BOPO pada perbankan syariah dari tahun

2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 95,008%. Ini menunjukkan bahwa setiap

Rp 1 dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya operasional sebesar Rp

0,95. Perbankan syariah yang memiliki nilai BOPO tertinggi adalah Maybank

Syariah dengan nilai 192,6 pada tahun 2016 dan nilai BOPO terendah adalah Panin

Syariah dengan nilai 50,76 pada tahun 2012. Nilai standard deviasi BOPO

perbankan syariah adalah 25,29455 yang berarti sebagian besar nilai BOPO pada

sampel akan berjarak plus atau minus 25,29455 dari mean. Hal ini menunjukkan

Trisakti School of management


nilai BOPO perbankan syariah cukup berfluktuatif. Sedangkan berdasarkan tabel

4.2 diatas diketahui Mean atau nilai rata-rata variabel BOPO pada perbankan

konvensional dari tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 75,76380. Ini

menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya

operasional sebesar Rp 0,757638. Perbankan konvensional yang memiliki nilai

BOPO tertinggi adalah Maybank dengan nilai 94,91 pada tahun 2014 dan nilai

BOPO terendah adalah BCA dengan nilai 28,09 pada tahun 2012. Nilai standard

deviasi BOPO adalah 15,16832 yang berarti sebagian besar nilai BOPO pada

sampel akan berjarak plus atau minus 15,16832 dari mean atau nilai rata-rata yang

berarti nilai BOPO bank umum konvensional berfluktuatif. Berdasarkan analisis

deskriptif di atas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan berdasarkan tingkat

efisiensi, rata-rata BOPO bank umum konvensional menunjukkan tingkat efisiensi

yang tinggi dan bank umum syariah menunjukkan tingkat efisiensi yang rendah.

Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah

sebesar 93,52, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia. Jika angka rasio menunjukkan angka di atas 90% dan mendekati 100%

ini berarti bahwa kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat

rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja

bank yang bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi.

4.2.5 Variabel NPF/NPL

Mean atau nilai rata-rata variabel NPF pada perbankan syariah dari tahun

2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar 5,191. Perbankan syariah yang memiliki

nilai NPF tertinggi adalah Maybank Syariah dengan nilai 55,06 pada tahun 2016

Trisakti School of management


dan nilai NPF terendah adalah BCA Syariah dengan nilai 0,1 pada tahun

2012,2013 dan 2014. Nilai standard deviasi NPF perbankan syariah adalah 8,95

yang berarti sebagian besar nilai NPF pada sampel akan berjarak plus atau minus

8,95 dari mean. Hal ini menunjukkan nilai NPF perbankan syariah cukup

berfluktuatif. Sedangkan berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui Mean atau nilai

rata-rata variabel NPL pada perbankan konvensional dari tahun 2012 sampai

dengan 2016 adalah sebesar 2.3268. Perbankan konvensional yang memiliki nilai

NPL tertinggi adalah Bank Victoria dengan nilai 4,48 pada tahun 2015 dan nilai

NPL terendah adalah BCA dengan nilai 0,4 pada tahun 2012 dan 2013. Nilai

standard deviasi NPL adalah 0,962154 yang berarti sebagian besar nilai NPL pada

sampel akan berjarak plus atau minus 0,962154 dari mean atau nilai rata-rata yang

berarti nilai NPL bank umum konvensional stabil. Berdasarkan analisis deskriptif

di atas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan berdasarkan risiko kredit, bank

umum konvensional memiliki kualitas NPL lebih baik dibanding bank umum

syariah karena nilai rata-rata NPL bank umum syariah tidak sesuai ketentuan Bank

Indonesia yaitu di bawah 5%.

4.2.6 Variabel Size

Ukuran perusahaan atau size dihitung dengan menggunakan logaritma

natural (ln) dari total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan

merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya Mean atau nilai

rata-rata variabel

Trisakti School of management


Size pada perbankan syariah dari tahun 2012 sampai dengan 2016 adalah sebesar

15,52. Perbankan syariah yang memiliki size tertinggi adalah Mandiri Syariah

dengan nilai 18,18 atau memiliki aset sebesar Rp 78.831.722.000.000 pada tahun

2016 dan size terendah adalah BRI Syariah dengan nilai 7,00 dengan total aset Rp

939.472.000.000 pada tahun 2012. Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui Mean

atau nilai rata-rata variabel size pada perbankan konvensional dari tahun 2012

sampai dengan 2016 adalah sebesar 18,91. Perbankan konvensional yang memiliki

nilai size tertinggi adalah Bank Rakyat Indonesia dengan nilai 20,64 dengan total

aset Rp 964.000.690.000.000 pada tahun 2016 dan nilai size terendah adalah Bank

Victoria dengan nilai 16,42307 dengan total aset Rp 13.565.876.000.000 pada

tahun 2012. Berdasarkan analisis deskriptif di atas terlihat bahwa size Bank Umum

Konvensional lebih besar dibanding dengan Bank Umum Syariah.

4.3 Hasil Estimasi Bank Umum Syariah

Persamaan regresi dengan menggunakan metode data panel melalui

program Eviews 9. Dalam penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan uji estimasi

untuk menentukan metode analisis regresi data panel yang tepat. Penulis

melakukan estimasi dengan menggunakan metode Likelihood Test untuk memilih

model mana yang terbaik antara Common Effect dan Fixed Effect dengan taraf

signifikansi 5%.

Tabel 4.3 Hasil Uji Likelihood


Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.182680 (9,35) 0.3361
Cross-section Chi-square 13.276337 9 0.1505
Sumber : Hasil Olah Data Eviews, lampiran 3

Trisakti School of management


Berdasarkan hasil di atas menunjukan Prob. Chi-Square 0,1505 > 0,05. Dengan

demikian model yang terpilih adalah common effect. Kemudian dilakukan lagi

pengujian dengan Hausman Test untuk memilih model regresi yang tepat antara

fixed effect dan random effect.

Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman


Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 5 1.0000
Sumber : Hasil Olah Data Eviews, lampiran 4

Uji Hausman menunjukkan Prob. Cross-Section random 1,0000 > 0,05 maka

model yang terpilih adalah random effect. Karena berdasarkan kedua uji tersebut

menghasilkan hasil yang tidak konsisten, kemudian dilakukan lagi pengujian

dengan Lagrangge Multiplier (LM) Test untuk memilih model regresi yang tepat

antara common effect dan random effect.

Tabel 4.5
Hasil Uji Lagrangge Multiplier
Test Hypothes is

Cross-section Time Both


Breusch-Pagan 0.236682 0.976194 1.212876
(0.6266) (0.3231) (0.2708)
Sumber : Hasil Olah Data Eviews, lampiran 5
Berdasarkan hasil di atas nilai prob. Breusch-Pagan sebesar 0,2708 > 0,05.

Artinya antara common effect dan random effect yang terbaik adalah common

effect. Dengan demikian dari hasil ketiga uji tersebut model yang paling baik

digunakan untuk mengestimasi adalah common effect.

Trisakti School of management


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis deskriptif terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan

berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas), bank umum konvensional

memiliki kualitas ROA lebih baik dibanding bank umum syariah. Namun

nilai rata-rata ROA perbankan syariah belum sesuai ketentuan Bank

Indonesia yaitu diatas 1,5%.

2. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif rata-rata CAR Bank Umum

Syariah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata CAR Bank Umum

Konvensional dengan kata lain CAR Bank Umum Konvensional lebih baik

dibandingkan Bank Umum Syariah. Namun nilai rata-rata keduanya sudah

sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu diatas 8%.

3. Berdasarkan analisis deskriptif di atas terlihat bahwa kinerja keuangan

perbankan berdasarkan risiko likuditas, rata-rata FDR bank umum syariah

tidak sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu diantara 75%-94%.

4. Berdasarkan analisis deskriptif di atas terlihat bahwa kinerja keuangan

perbankan berdasarkan tingkat efisiensi, rata-rata BOPO bank umum

konvensional menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi dan bank umum

syariah menunjukkan tingkat efisiensi yang rendah.

Trisakti School of management


5. berdasarkan risiko kredit, bank umum konvensional memiliki kualitas NPL

lebih baik dibanding bank umum syariah karena nilai rata-rata NPL bank

umum syariah tidak sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu di bawah 5%.

6. Berdasarkan analisis deskriptif di atas terlihat bahwa size Bank Umum

Konvensional lebih besar dibanding dengan Bank Umum Syariah.

7. Secara parsial diketahui pada bank umum syariah bahwa variabel bebas

CAR dan Size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

ROA. Sedangkan BOPO dan NPF memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap ROA. Pada bank umum konvensional varibel bebas

CAR dan Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA sedangkan

variabel bebas BOPO dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA.

8. Dilihat dari kinerja bank disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata yang

signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

Konvensional berdasarkan aspek rentabilitas (profitabilitas).

5.2 Saran

1. Bagi Perusahaan Bank Syariah Indonesia

a. Rasio ROA Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan dengan

melakukan efisiensi usaha dan lebih berhati-hati dalam melakukan

ekspansi agar setiap aset yang digunakan dalam operasi dapat

menghasilkan laba seperti yang diharapkan .

b. Rasio BOPO Bank Umum Syariah dapat diperkecil dengan

melakukan efisiensi dalam setiap operasi usaha. Bank Umum

Trisakti School of management


Syariah di Indonesia perlu membuat suatu sistem yang dapat

menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan

operasional.

c. Rasio FDR Bank Umum Syariah dapat diperkecil dengan harus

memiliki aset-aset lancar yang jumlahnya lebih besar dari

kewajibankewajiban lancarnya.

d. Rasio NPL dapat ditingkatkan kualitasnya dengan lebih berhati-hati

dalam pemberian kredit terhadap nasabah untuk mengurangi jumlah

kredit yang macet dan bermasalah.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya menggunakan variabel CAR,BOPO, FDR, NPF,

dan SIZE sementara masih banyak rasio-rasio keuangan lainnya dan

faktorfaktor lain seperti Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin

(NIM), porsi kepemilikan publik, dan lain-lain yang dapat dipakai untuk

memprediksi ROA.

Trisakti School of management


DAFTAR PUSTAKA

Antonio S. 2007. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarata (ID): Gema Insani
Press.

Ardiana, Marissa. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah


Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global
Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada Pt
Bank Syari’ah Mandiri Dan Pt Bank Mandiri Tbk). FE UNDIP.

Ariss, Rima Turk. 2010. Competitive conditions in Islamic and conventional


banking: A global perspective. Lebanon: Lebanese American University

Bank Indonesia. 2008. Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia

Bank Indonesia. 2011. Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta (ID): Bank Indonesia

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat

Buyung Nusantara, ST. 2009. Analisis Pengaruh Npl, Car, Ldr, Dan Bopo
Terhadap Profitabilitas Bank. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Trisakti School of management


Damayanti, Ria Tuzi. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Syariah dan Bank Konvensional. Institute Pertanian Bogor.

Darsono & Ashari.2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi


Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta

Dendawijaya, L.2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Erlina, Mulyani Sri.2007. Metodologi: Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan


Manajemen. USU Press

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-2. Bandung:


Alfabeta

Hamedian, Bahmanyar. 2013. Financial Performance of Islamic Banks vs.


Conventional Banks:The Case of Malaysia. Malaysia: Eastern
Mediterranean University

Harahap, Sofyan S. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti.

Indah Masri dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Cost of
Debt. SNA XV. Banjarmasin

Judisseno, Rimsky K. 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.


Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

______.2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Fakto yang Mempengaruhi Kinerja


Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan
Total Aset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14 No. 1

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Trisakti School of management

Anda mungkin juga menyukai