Anda di halaman 1dari 86

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Guna menghindari kesalahpahaman dalam memahami serta mengembangkan

judul skripsi ini, untuk itu diperlukan adanya penegasan bahwa judul yang saya

gunakan ”PERBANDINGAN KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN

BANK UMUM KONVENSIONAL TERHADAP PENGUASAAN PASAR

DENGAN TINGKAT EFISENSI SEBAGAI VARIABLE MEDIASI (Studi

pada Bank Syariah Mandiri dan Bank periode tahun 2008-2018)”

1. Perbandingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata banding

yang berarti persamaan, sedangkan membandingkan mempunyai arti mengadu

dua hal untuk diketahui perbandingannya.

2. Kinerja berarti perbandingan antara hasil nyata (realisasi) dengan tolak ukur

yang telah ditetapkan serta telah dicapai baik secara kuantitas dan kualitas oleh

perusahaan maupun secara personal1.

3. Bank umum syariah adalahbank yang dalam kegiatannya operasionalnya

berdasarkan prinsip syariah, serta memberikan jasa jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Bank umum syariah dapat menjadi bank devisa atau bank non

devisa. Bank devisa yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar

1
Islahulzzaman, Istilah-istilah Akuntansi danAuditing (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012). h.
225.
2

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing seperti transfer, inkaso,

pembukaan latter of credit yang semuanya bisa dilaksanakan ke luar negeri.2

4. Bank umum konvensional merupakan badan usaha yang menghimpun dana

dari pihak yang surplus berupa simpanan dan menyalurkannya pada pihak yang

mengalami defisit berupa pinjaman atau bentuk lainnya untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat.3

5. Penguasaan pasar adalah persentase dari luasnya total pasar yang dapat

dikuasai oleh suatu perusahaan dan menjadi acuan perusahaan itu sendiri

karena perusahaan dengan nilai pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati

keuntungan dan penjualan produk dengan lebih baik.4

6. Efisiensi merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur berapa

masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran

(output)5. Suatu bank dapat dikatakan efisien jika mampu memproduksi sesuai

target dengan biaya seminimal mungkin namun mendapatkan laba dengan

maksimal6.

2
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2017), h. 58
3
Gatot Supramono, Perbankaan dan Masalah Kredit (Jakarta: PT. Rinerka Cipta, 2009), h.
44.
4
Wachyu Probo Asmoro, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Market Share
Bank Syariah Di Indonesia”. Skripsi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah, 2018
5
Islahulzzaman, Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing …, h. 132.
6
Nico Ferari dan Heri Sudarsono, “Tingkat Efesiensi perbankaan syariah dan konvensional
dengan menggunakan data envlopment analysis (DEA)”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam
Volume 1 No. 2, Juli 2011
3

B. Alasan Memilih Judul

1. Secara Objektif

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia harus ditunjang

dengan adanya kondisi perekonomian yang baik, termasuk dalam sistem

perbankan. Kinerja perbankaan syariah maupun konvensionaldapat dinilai

melalui penguasaan pasar (market share)karena market share perusahaan

dapat menjadi cerminan kinerja suatu bank. Melalui market share perusahaan

dapat melihat seberapa besar bagian dari pasar yang dapat dikuasai

perusahaan. Jika pangsa pasar dan kinerja bank mengalami penurunan maka

bank tersebut harus siap menghadapi masalah efisiensi. Oleh karna itu perlu

dilakukan penelitin dengan judul ini untuk mengetahui perbandingan bank

umum syariah dan konvensional terhadap penguasaan pasar dengan tingkat

efisiensi guna dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi semua

pihak.

2. Secara Subjektif

Pokok bahasan dan materi dalam penelitian ini sesuai dan relevan

dengan ilmu yang telah di pelajari di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

terutama jurusan Perbankan Syariah, selain itu literatur penunjang penelitian

ini telah tersedia pada perpustakaan serta website dari bank yang akan diteliti

melalui publikasi laporan keungan tahunannya.

C. Latar Belakang Masalah

Di era saat ini, salah satu bidang yang sedang berkembang adalah

perekonomiaan. Ilmu ekonomi pada dasarnya studi tentang bagaimana


4

masyarakat mengelola sumber-sumber daya yang selalu terbatas atau langka.7

Seperti dalam sektor lembaga keuangan yang masih berkembang dengan

perannya yang ikut andil dalam perekonomiaan. Namun hal yang lebih

memudahkan masyarakat adalah perbankan. Peran perbankaan dalam

perekonomian dalam memajukan ekonomi suatu negara sangatlah besar karena

hampir seluruh sektor kegiatan keuangan membutuhkan bank. Dengan memiliki

cabang yang tersebar ke pelosok wilayah, hal ini dapat memudahkan masyarakat

dalam melakukan pelayanan. Bank juga merupakan lembaga keuangan yang

menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintahan dan swasta,

maupun perorangan dalam menyimpan dana-dananya. Dengan membahas

perbankaan artinya tidak lepas dalam membahas aktivitas keuangan. Dengan

memberikan kredit di beberapa sektor perekonomian, bank menstabilkan arus

barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Bank merupakan supplier

sebagian besar uang yang beredar sebagai alat tukar atau alat pembayaran,

sehingga bank menjadi penyeimbang kebijakan moneter dapat berjalan.

Perkembangan sistem keuangan dapat mempengaruhi tingkat tabungan,

investasi, serta pertumbuhan ekonomi jangka panjang disuatu negara sehingga

dapat mempredikisi perkembangan ekonomi dimasa depan.8

Adanya persaingan antara bank umum konvensional dengan bank umum

syariah dalam menawarkan produk yang dimilikinya sangatlah ketat. Hal ini

tidak terkecuali untuk perbankaan syariah, namun dalam perbankaan syariah

sosialisasinya masih dalam kategori masif di masyarakat. Padahal perbankaan


7
N. Gregory Mankiw,“Pengantar Ekonomi” (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1998), h.3.

8
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:Kencana, 2017), h. 16
5

syariah relatif lebih stabil dibanding perbankan konvensional. Bank syariah juga

selalu meningkatkan sistem operasionalnya dan manajemen untuk mengungguli

persaingan dengan bank konvensional. Dalam bank umum syariah pada

operasionalnya sangat dilarang adanya riba, gharar, maisir dll. Seperti yang telah

dijelaskan pada Q. S Al- Baqarah [1] : 275 yang berbunyi:9

ۚ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِمنَ ۡٱل َم‬
‫الُ ٓو ْا‬MMَ‫َأنَّهُمۡ ق‬M ِ‫سِّ ٰ َذلِكَ ب‬

‫ا‬MM‫ى فَلَ ۥهُ َم‬Mٰ َ‫ٱنتَه‬MMَ‫ة ِّمن َّربِّ ِهۦ ف‬Mٞ Mَ‫ِإنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱل ِّربَ ٰو ۗ ْا َوَأ َح َّل ٱللَّه ُۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ‬
ٓ
٢٧٥ َ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰخَ لِ ُدون‬ Mَ ‫َسلَفَ َوَأمۡ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن عَا َد فَُأوْ ٰلَِئ‬
ۡ ‫ك َأ‬
ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬
Artinya: orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka
kekal di dalamnya.
Dapat diketahui bahwa perbankaan syariah memiliki pertumbuhan aset yang

cukup tinggi namun hal ini diimbangi dengan adanya fluktuasi yang terjadi,

sangat berbeda dari perbankaan konvensional yang terlihat cukup stabil

meskipun aset yang dimiliki lebih rendah dibanding bank umum syariah. Ada

beberapa hal yang dapat mempengaruhi perubahan aset Bank Umum Syariah

dan Bank Umum Konvensional yang dimiliki bank setiap tahunnya. Salah

satunya pengaruh input dan output yang dimiliki pihak bank.

Praktik pada perbankaan, tinggi rendahnya biaya dana dipengaruhi dari dana

pihak ketiga yang dimiliki sebuah bank. Secara umum suku bunga dana giro
9
Al-quran dan terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2007).
6

adalah yang paling murah, kemudian disusul oleh suku bunga tabungan, dan

kemudian suku bunga deposito berjangka yang merupakan dana berbiaya

tertinggi10. Pengendalian kredit bank apabila plafond kredit ditetapkan secara

baik dan benar maka kredit diharapkan lancar karena jika terjadi kredit macet

akan tetap dapat ditarik dengan cara menjual anggunan yang sudah ada, namun

pihak bank akan tetap lebih memilih untuk meminimalisir agar tidak terjadi

kredit macet. Berbeda dengan perbankaan konvensional yang terjadi kenaikan

pada NPF pada setiap tahunnya sehingga memiliki pengaruh pada bank

konvensional. Terkadang untuk menghindari kredit macet yang meningkat pihak

bank melakukan pengetatan terhadap permohonan pembiayaan yang diajukan

nasabah. Hal ini sering ditafsirkan sebagai tindakan mempersulit permohonan

pembiayaan oleh nasabah. Sehingga dapat berpengaruh terhadap penguasaan

pasar atau market share pada bank itu sendiri. Hal ini berakibat rendahnya

kepercayaan masyarakat terhadap perbankaan syariah.

Guncangan ekonomi Amerika yang dimulai sejak pertengahan tahun 2007

sebagai akibat dari krisis kreditperumahan bermutu rendah atau lebih dikenal

dengan kasus subprime mortagage ternyata berimbas pada krisis sektor finansial

yang serius. Imbas krisis keuangan di Amerika pada akhirnya dirasakan oleh

indonesia. Hingga kurun waktu terakhir imbas krisis Amerika sangat kuat

dirasakan oleh Indonesia yang terlihat dari beberapa indikator. Indonesia

merupakan negara yang masih sangat bergantung pada aliran dana investor

asing, dengan adanya krisis global yang secara otomatis investor asing menarik

10
Djoko Retnadi editor Eko B. Supriyono, Memilih Bank Yang Sehat (Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo, 2006), h.170
7

dannannya darii Indonesia. Hal ini mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang

indonesia. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk membangun

ekonomi serta menjalankan perusahaan-perusahaan hilang. Sehingga membuat

sebagian perusahaan tak berdaya, hingga akhirnya Negara yang akan

menanggung hutang perbankaan dan perusahaan swasta. (MATERI)

Krisis keuangan yang semula hanya dialami oleh Amerika pada akhirnya

menjalar ke negara-negara lain sehingga tidak hanya menjadi krisis keuangan

dengan skala global namun menjadi perlambatan ekonomi secara global tetapi

mendorong terjadinya perlambatan ekonomi secara global. Selain berakibat pada

melemahnya sektor keuangan, juga berimplikasi pada sektor rill. Sektor rill

domestik yang memiliki hubungan dengan sektor keuangan domestik, serta

terhadap sektor rill dan keuangan internasional melalui aktivitas ekspor impor

dan pembiayaan sudah dapat merasakan krisis keuangan dan perlambatan

ekonomi global. Sehingga berimbas pada PHK besar-besaran merupakan opsi

perusahaan untuk mengdapi karena kelesuan perekonomian.

Hingga juni 2009, pemerintah menyatakan telah terjadi PHK sebanyak

57.000 karyawan sebagai dampak dari krisis global 2008-2009 (Republika 24

Juni 2009). Meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan menjadi

masalah sosial yang harus dihadapi masayarakat dan pemerintah sebagai adanya

dampak lanjutan dari krisis keuangan dan pelambatan ekonomi di Indonesia.

Saat ini, pada dunia perbankaan Maket share masih dikuasai oleh

perbankaan konvensional. Hal ini di karenakan kurangnya sosialisasi tentang

perbankaan syariah dan kepercayaan dari nasabah yang masih rendah. Sebagian
8

masyarakat masih mengaggap perbankaan syariah pada operasionalnya masih

berdasarkan sama dengan bank konvensional hanya di beri lebel syariah saja.

Hal ini masih menjadi tugas bank syariah yang belum terselesaikan. Seperti yang

dijelaskan pada Q. S An-Nisa [4] : 29:

‫اض ِّمن ُكمۡۚ َواَل‬ َ Mَ‫وا اَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا َأمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً عَن ت‬
ٖ ‫ر‬M
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَاٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

٢٩ ‫ت َۡقتُلُ ٓو ْا َأنفُ َس ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dilarang memakan harta

dijalan yang batil. Karena pada dasarnya penguasaan pasar menjadi indikator

suatu perusahaan untuk mengukur keberhasilan perusahaanya sehingga

terkadang suatu perusahaan mengabaikan jalan yang ditempuh untuk

mendapatkan konsumen. Selain itu Ada faktor unik di dalam penyusunan

anggaran bank yaitu adanya prinsip prudential banking, sehingga suatu bank

tidak mungkin melaksanakan kegiatan ekspansi usahanya di luar batasan yang

telah ditetapkan oleh otoritas moneter yang meliputi aktiva tertimbang menurut

resiko, tingkat capital adequacy ratio. Batas maksimum pemberian kredit, ratio

net open position11. Sehingga hal ini dapat menjadi acuan pihak bank untuk

melaksanakan ekspansi. Pada saat di lapangan, fluktuasi kinerja yang terjadi

pada bank konvensional dan bank syariah dapat berpengaruh pada keuntungan

yang diperoleh. Salah satunya melalui efisiensi yang digunakan pihak bank

dalam mengevaluasi kinerja operasional. Serta penguasaan pasar pada bank

11
Teguh Pudjo Muljono, Bank Budgeting Profit Panning dan Control,(Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 1996). h.8
9

konvensional dan bank syariah yang dapat menjadi cerminan pada kinerja suatu

bank. Jika pangsa pasar dan kinerja bank mengalami penurunan maka bank

tersebut harus siap meghadapi masalah efisiensi. Hal ini tidak dapat dilepaskan

dari peran market share. Pada dasarnya market share adalah salah satu indikator

pada dunia perbankaan. Karena melalui market share perusahaan dapat melihat

seberapa besar bagian dari pasar yang dapat dikuasai perusahaan.

Berdasarkan fenomena di atas maka dirasa perlu untuk melasanakan

penelitian berupa kajian yang mendalam ,untuk menguji PerbandinganKinerja

Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional Terhadap

Penguasaan Pasar dengan Tingkat Efisiensi Sebagai Variable Mediasi(Studi

pada Syariah Mandiri dan Bank Mandiri Periode 2008-2018).

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kinerja Bank Umum Syariah terhadap penguasaan pasar dengan

tingkat efisiensi sebagai variable mediasi?

2. Bagaimana kinerja Bank Umum Konvensional terhadap penguasaan pasar

dengan tingkat efisiensi sebagai variable mediasi?


10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji kinerja Bank Umum Syariah terhadap penguasaan pasar dengan

tingkat efisiensi sebagai variable mediasi.

2. Untuk menguji kinerja Bank Umum Konvensional terhadap penguasaan pasar

dengan tingkat efisiensi sebagai variable mediasi.

Penelitian mengenai kinerja bank syariah dan bank konvensional terhadap

penguasaan pasar dengan efisiensi sebagai variable mediasi ini diharapkan dapat

memperoleh manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan tentang perbankan syariah sebagai salah

satu bagian dari ekonomi Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi

keuangan antara bank konvensional dan bank syariah, sehingga bank

tersebut dapat memberikan pelayanan terbaik.

b. Bagi Penulis
11

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menerapkan

pencapaian ilmu penulis selama masa perkuliahan, serta untuk menambah

pengetahuan tentang perbankan syariah khususnya tentang penguasaan

pasar dan tingkat efisiensi pada perbankaan.

c. Bagi Akademisi

Menambah khasanah pengetahuan serta sebagai masukan pada

penelitian dengan topik yang sama yang akan datang.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori

Teori Sinyal (Signalling Theory)


12

Signaling theory pada dasarnya lebih menekankan pada pentingnya informasi

yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar

perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis

karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran

baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan pasaran efeknya. Informasi yang

lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor dipasar

modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputsan investasi.

Pada waktu informasi diumumkan dan demua pelaku pasar sudah menerima

informasi tersebut, pelaku pasar ter;ebih dulu menginterpretasikan dan

menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal

buruk (bad news).

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat

menjadi signal bagi pihak luar perusahaan, terutama investor adalaha laporan

keuangan tahunan. Laporan keuangan juga dapat dijadikan evaluasi dari pihak

intern. Seperti untuk menilai seberapa besar penguasaan pasar yang telah

dikuasai oleh perusahaan itu sendiri yang dapat berdampak jika penguasaan

pasarnya positif maka keuntungan yang akan diperoleh perusahaan meningkat.

Selain itu dapat digunakan dalam menilai seberapa efisiennya suatu perusahaan

dalam mengatur input dan outputnya. Untuk menilai suatu efisiensi perusahaan

sehingga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan.Sehingga Laporan keuangan

selain dapat dijadikan acuan oleh para pihak-pihak eksternal baik para investor

dan badan-badan pengawas.


13

B. Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional

1. Sejarah Perbankaan

Kegiatan perbankaan dikenal saat zaman Babylonia. Kegiatan perbankaan

kemudian berkembang ke zaman Yunani kuno serta zaman Romawi. Pada saat

itu kegiatan utama bank hanyalah sebagai tempapat tukar menukar uang oleh

para pedagang antarkerajaan. Sehingga dalam sejarah secara harfiah bank

berarti meja tempat menukarkan uang. Kemudian terjadi perkembangan

kegiatan operasional menjadi tempat penitipanuang atau simpanan. 12 Jasa-jasa

bank kemudian berkembang dengan sangat pesat mengikuti kebutuhan

masyarakat dengan didampingi teknologi yang semakin maju. Seiring dengan

berkembangnya perdagangan maka dunia perbankaan pun semakin pesat.

Perkembangan perdagangan yang semula hanya berkembang di daratan Eropa

akhirnya menyebar ke Asia Barat. Beberapa bank yang sudah terkenal pada

saat itu di benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul

Bank of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320.13 Sebaliknya perkembangan

perbankaan di daratan Inggris baru dimulai pada abad ke-16. Namun karena

negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol atau Portugis

begitu aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian menjadi daerah

jajahannya, maka perkembangan perbankaan pun ikut di bawa ke negara

jajahannya.

Perbankaan di Indonesia perkembangannya tidak terlepas dari era zaman

penjajahan Hindia Belanda tempo dulu. Pada saat itu terdapat beberapa bank
12
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 27

13
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankaan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 15
14

yang memegang peranan penting dalam pemerintahan penjajahan belanda.

Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah membuat

beberpa pergeseran di Indonesia. Jumlah perbankaan di Indonesia bertambah,

baik dari segi kuantitas mau pun kualitas pelayanan. Beberapa bank milik

belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.14

Sejarah Bank syariah di indonesia lahir 1992. Bank syariah pertama di

Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Perkembangan Bank Muamalat di

Indonesia dati tahun 1992 sampai 1999 tergolong aman. Bahkan ketika terjadi

krisis moneter Bank Muamalat tidakterlalu terkena dampaknya. Hingga pada

tahun 1999 berdirilah Bank Syariah Mandiriyang merupakan konversi dari

Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang

kemudian dibeli oleh Bank Dagang Negara, yang kemudian dikonversi menjadi

bank syariah kedua di Indonesia, yaitu Bank Syariah Mandiri.15

Proses perkembangan Bank Syariah Mandiri menjadi taruhan bagi bankir

syariah. Bila Bank Syariah Mandiri berhasil maka bank syariah di Indonesia

dapat berkembang. Begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan BSM

merupakan Bank Syariah yang didirikan oleh BUMN milik pemerintah.

Ternyata BSM mengalami perkembangan yang pesat serta diikuti oleh

pendirian bank syariah atau unut usaha syariah lainnya.

2. Bank

Masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang sangat

membutuhkan untukmelaksanakan transaksi keuangannya dikarenakan bank


14
Ibid, h. 16

15
Ismail, Perbankaan Syariah (Jakarta: Pranamedia Grup, 2011), h 31.
15

merupakan tempat terpercaya. Bank merupakan lembaga keuangan yang

kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa- jasa lainnya.

Dalam praktiknya krgiatan bank dibedakan sesuai jenis bank tersebut. Setiap

bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melaksanakaan kegiatannya, jika

dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan yang dilaksanakan oleh bank

umum dengan Bank Perkreditan Rakyat16. Definisi bank menurut UU No.

10/1998 Pasal 1 ayat 2 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak17.Dua fungsi pokok bank yaitu penghimpunan dana dari

masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat, oleh karena itu disebut

Financial Intermediary.18

Bank merupakan suatu jenis lembaga keuangan yang memiliki fungsi utama

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta beberapa pelayanan

dalam bentuk jasa.19

Kinerja bank sering digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank yang

bersangkutan. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangannya

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan

16
Ibid, h. 32

17
www.zonareferensi.com. Diakses tanggal 30 januari 2019. Pkl. 14.30
18
Ismail, Perbankaan Syariah (Jakarta: Pranamedia Grup, 2011), h 30
19
Ismail, Akuntansi Bank (Jakarta, Prenadamedia Grup, 2010), h. 12.
16

benar. Ada beberapa indikator untuk menilai tingkat kesehatan bank. Salah satu

indikatornya adalah menggunakan laporan keuangan. Landasan hukum

perbankaan:20

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankaan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun

1998.

b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2004.

Bank melaksanakan manajemen dana bank yang kegiatannya meliputi

penetapan dana pengelolaan dan pengalokasian dalam berbagai aktiva

berdasarkan prioritasnya21. Hal ini dilakukan untuk memelihara tingkat

likuiditas bank dalam kondisi yang sehat sehingga memberikan kesempatan

pada bidang perbankaan menjadi lebih berkembang. Jenis bank ditinjau dari

segi cara penentuan harga:

a. Bank Konvensional

Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harganya

menggunakan bunga sebagai imbalan balas jasa. Bank konvensional

memberikan balas jasa kepada nasabah yang menempatkan dananya di bank

tersebut. Bank konvensional memberikan balas jasa berupa bunga untuk

20
Veithzal at. al, Commercial Bank Management (Rajawali Pers. 2013). h. 2
21
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank (Rineka Cipta: Jakarta, 2012), h.
3.
17

tabungan dan deposito serta memberikan jasa giro kepada nasabah yang

mempunyai simpanan giro.22

Pada dasarnya bank akan mendapat bunga atas pinjaman (kredit)yang

diberikan kepada nasabah dan feeatas transaksi jasa perbankaan yang

diberikan kepada nasabah yang membutuhkan pelayanan jasa bank.

Besarnya fee atas pelayanan jasa perbankaan tergantung pada kebijakan

bank masing-masing serta dipengaruhi persaingan antar bank. Contoh bank

konvensional antara lain Bank BRI, BNI, Mandiri dan Permata.

Setelah mengalami masa sulit pasca krisis global tahun 2008,

pertumbuhan perbankaan di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun

2010 dan 2011. Akan tetapi sejak tahun 2012 sampai tahun 2015

pertumbuhan aset perbankaan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan

tingginya biaya dana yang dapat mengancam likuditas dan manajemen bank

itu sendiri. Dibawah ini dipaparkan kinerja keuangan bank umum

konvensional dalam bentuk rasio, tabel, dan diagram:

Table 1
Kinerja keuangan bank umum konvensional
tahun 2007 sampai 2017 (dalam satuan persen)
Persentase CAR (%) NPL (%) ROA (%) BOPO (%) LDR (%)
2007 19,3 4,07 2,78 84,05 66,32
2008 16,76 3,2 2,33 88,59 74,58
2009 17,42 3,31 2,6 86,63 72,88
2010 17,18 2,56 2,86 86,14 75,21
2011 16,05 2,17 3,03 85,42 78,77
2012 17,43 4,49 3,11 74,1 83,58
2012 17,43 4,49 3,11 74,1 83,58
2013 18,13 3,78 3,08 74,08 89,7
2014 19,57 2,88 2,85 76,29 89,42
2015 21,39 2,48 2,32 81,49 92,11
22
Ismail, Manajemen Perbankaan (Kencana, 2010), h. 2010.
18

2016 22,93 2,59 2,23 82,22 90,7


2017 23,35 2,47 2,07 81,74 90,55
Sumber: Data Statistik Perbankaan Indonesia (SPI) OJK
(http://www.ojk.go.id

Gambar 1
Diagram Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional
100
90
80
70
CAR
60
NPL
50 ROA
40 BOPO
LDR
30
20
10
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rasio keuangan bank knvensional sejak tahun 2007 sampai pada

tahun 2017:

Cash Adequeency Ratio (CAR) pada setiap tahunnya terjadi fluktuasi.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi naik turunnya rasio Cash

Adequeency Ratio (CAR). Seperti pada tahun 2007 menunjukan 1,30% ,

kemudian tahun 2008 turun menjadi 16,76%. Naik kembali pada tahun 2009

menjadi 17,42%, tahun 2010 mengalami sedikit penurunan menjadi 17,18%,

tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 16,5%, tahun 2012 terjadi

kenaikan menjadi 18,3%, pada tahun 2014-2017 mengalami kenaikan

berturut turus sebesar 19,57%, 21,39%, 22,93%, dan 23,35%.


19

Non Performing Loan (NPL) pada setiap tahunnya menunjukan

terjadinya fluktuasi. Terjadinya penurunan pada NPL dapat mempengaruhi

laba yang akan diperleh pihak bank. Salah satu faktor pembiayaan

bermasalah dikarenakan persyaratan atas pembiayaan tidak terpenuhi dan

kebijakan pemberian pembiayaan yang kurang tepat. Pada tahun 2007 NPL

sebesar 4,07%, mengalami penurunan tahun 2008 menjadi 3,02%, tahun

2009 mengalami kenaikan menjadi 3,31%, tahun 2010 mengalami

penurunan kembali menjadi 2,56%, tahun 2011 mengalami penurunan

menjadi 2,17%, tahun 2012 mengalami kenaikan kembali menjadi 4,49%,

tahun 2013 terjadi penurunan 3,78%, tahun 2014-2015 mengalami

penurunan 2,59% dan 2,48%, kemudian tahun 2016-2017 mengalami

penurunan kembali menjadi 2,59 dan 2,47%.

Return On Asset (ROA) mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Tahun

2007 jumlah ROA sebsesar 2,78%, kemudian sejak tahun 2008-2012 terjadi

kenaikan meskipun dalam peresentase yang kecil hingga menjadi 3,11%,

tahun 2013-2017 kembali mengalami penurunan sampai menyentuh angka

2,07%.

Biaya Operasional (BOPO) mengalami kenaikan setiap tahunnya, jika

suatu perusahaan pendapatan operasionalnya lebih besar dari dari beban

operasionalnya maka perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan, namun

jika terjadi sebaliknya maka dapat membahayakan perusahaan tersebut.

Pada perbankaan konvensional pendapatan operasinal didapatkan dari biaya

bunga. Sedangkan biaya operasionalnya berasal dari biaya bunga atau dana
20

pihak ketiga. Pendapatan bunga didapatkan setiap bulannya ketika nasabah

membayar kewajibannya kepada pihak bank. Kemuadian, pendapatan bunga

didapatkan dari giro, deposito, maupun simpanan berjangka obligasi yang

didapatkan secara perbulan atau pertahun. Tahun 2007-2009 BOPO sebesar

84,05% menjadi 86,63%, pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan

85,42%, tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 74,10%,

tahun 2013 kembali mengalami sedikit penurunan menjadi 74,08%,

kemudian tahun 2014 mengalami peningkatan kembali sekitar 81,4%, tahun

2016 kembali mengalami kenaikan menjadi 82,22%, dan tahun 2017

mengalami penurunan menjadi 81,74%.

Loan To Deposit Ratio (LDR) mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bisa

dikatakan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) memiliki fungsi

intermediasi terhadap efisiensi. Tahun 2007 LDR berjumlah 66,32%, tahun

2008 mengalami kenaikan menjadi 74,58%, tahun 2009 mengalami

penurunan menjadi 72,88%, kemudian tahun 2010 mengalami penurunan

menjadi 75,21%, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 83,58%, tahun

2013 mengalami kenaikan kembali menjadi 89,70%, pada tahun 2014

kembali mengalami sedikit penurunan menjadi 89,42%, tahun 2015

mengalami kenaikan menjadi 92,11%, tahun 2016 turun kembali menjadi

90,70% dan pada tahun 2017 kembali mengalami penurunan menjadi

90,55%.

b. Bank Syariah
21

Sejak tahun 1992 di Indonesia telah menerapkan dua sistem operasinal

perbankaan, yaitu perbankaan umum konvensional dan bank umum syariah.

Bank syariah muncul dengan konsep yang berbeda dari bank konvensional.

Terlebih lagi dalam sistem operasionalnya23.

Sesuai dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 bank syariah adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Seperti

penyaluran dana pada bank syariah disebut pembiayaan dengan menerapkan

perjanjian diawal transaksi dengan menerapkan sistem bagi hasil yang

sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini berbeda pada bank konvensional yang

biasa disebut kredit dan penerima kredit harus membayarkan bunga sesuai

jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak bank.24

Bank syariah memiliki system operasional yang berbeda dengan bank

konvensional.Bank syariah memberikan layanan bebas bunga untuk

nasabahnya dan mengutamakan prinsip kehati-hatian agar terhindar dari

riba. Meskipun masalah riba masih memiliki perdebatan karena sebagian

masyarakat berpendapat kalau bunga bank bukan riba tetapi keuntungan.

Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit

usaha syariah (UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Selain

23
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah Di Indonesia (Salemba
Empat, 2013), h. 5.
24
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2015). h.135
22

itu bank umum syariah merpakan bank yang berdiri sendiri sesuai dengan

akta pendiriannya, dan bukan merupakan bagian dari bank konvensional.25

Dalam jangka pendek, perbankaan syariah nasional diarahkan pada

pelayanan pasar domestik yang cukup luas. Sistem perbankaan yang

diharapkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern

yang bersifat universal26. Beberapa contoh bank umum syariah antara lain

Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega,

Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah, dan Bank BRI Syariah.

Dasar hukum bank syariah:

1 FUNGSI BANK 3

Masyarakat yang Beli Dana Jual Dana Masyarakat yang


kelebihan dana kekurangan dana

2 4
Giro Pinjaman

Tabungan (kredit)

Deposito

Gambar 2
Fungsi Bank
Sumber: Kasmir, Dasar-Dasar Perbankaan

Ada beberapa fungsi bank yaitu:

1. Nasabah (masyarakat) yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan

uangnya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito di bank konvensional.

25
Ismail, Akuntansi Bank (Jakarta, Prenadamedia Grup, 2010), h. 33.
26
www.bi.go.id
23

Sedangkan di bank syariah berupa giro IB, tabungan IB, dan deposito IB.

Bagi pihak bank, dana masyarakat yang disimpan di bank sama saja dengan

membeli dana.

2. Nasabah yang menyimpan dananya pada bank akan memperoleh berupa

bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil untuk bank syariah.

3. Kemudian dana dari nasabah disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat

yang membutuhkan dan amelalui pinjaman atau kredit.

4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit, diharuskan

mengembalikan pinjaman tersebut disertai bunga dan bagi hasil bagi sistem

bank syariah karena sesuai hukum Islam.

Bank syariah adalah bank yang kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip

Islam. Selain itu pada bank syariah mengharamkan prinsip riba. Ada

beberapajenis dan kegiatan Bank Syariah juka ditinjau dari segi fungsinya

yaitu:

1) Bank Umum Syariah

Bank umum syariah disebut juga dengan full branch, karena tidak

dibawah koordinasi bank konvensional.Pada dasarnya bank umum syariah

dapat dimiliki oleh bank konvensional, namun aktivitas serta pelaporannya

terpisah.

Kegiatan bank umum syariah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga

fungsi utama yaitu;

a) Menghimpun dana daeri masyarakat


24

b) Penyaluran dana dari masyarakat

c) Pelayanan jasa

2) Unit Usaha Syariah

Pada dasarnya unit usaha syariah merupakan bagian atau unit tertentu

dalam struktur organisasi bank konvensional. Sehingga unit usaha syariah

tidak memiliki kantor pusat serta laporan diberikan secara terpisah atas

aktivitas operasionalnya , meskipun pada akhirnya diberikan laporan

konsolidasi oleh induknya27. Secara umum, kegiatan unit usaha syariah

hampir sama dengan bank umum syariah.

Contoh dari unit usaha syariah yaitu, Bank Danamon Syariah, BII

Syariah, Bank Permata Syariah, CIMB Niaga Syariah, serta unit usaha

lainnya.

3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank pembiayaan syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan

dalam bentuk penghimpunan dana dan penyaluran dana. BPRS tidak dapat

melaksakan transaksi lalu lintas pembayaran seperti giro wadiah.

Penyaluran dana dilaksanakan melalui pembiayaan dengan akad jual beli

atau pendapatan bagi hasil, dengan begitu pihak bank mendapatkan margin

keuntungan.28

Berikut merupakan tabel dan diagram kinerja keuangan bank umum

syariah tahun 2007 sampai dengan tahun 2017:

Tabel 2
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
27
Ismail, Akuntansi Bank (Jakarta, Prenadamedia Grup, 2010), h. 33
28
Ibid, h. 55
25

Tahun 2007 Sampai dengan Tahun 2017


(dalam satuan persen)

Presentase CAR (%) NPL (%) RoA (%) RoE (%)


2007 10,16 4,05 2,07 76,5
2008 12,8 3,95 1,42 81,7
2009 10,7 4,01 1,48 84,3
2010 16,2 3,02 1,67 80,5
2011 16,6 2,52 1,79 78,4
2012 14,1 2,22 2,14 74,7
2013 14,4 2,62 2 78,2
2014 16,1 4,95 0,8 96,9
2015 15 4,84 0,49 97
2016 15,9 4,42 0,63 96,2
2017 17,9 4,77 0,63 94,9
Sumber: data satatistik perbankaan Indonesia (SPI) OJK
(http://www.ojk.go.id)
Gambar 2
Diagram Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional
120

100

80
CAR
60 NPL
RoA
40 RoE

20

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

2. Perbedaan Bank Konvensional dan Syariah

Tak bisa dipungkiri jika sejumlah masyarakat awam masih banyak yang

kurang familier dengan kehadiran bank syariah meskipun hampir semua bank

memliki bank syariah. Bisa dikatakan akses yang tidak merata disemua

wilayah serta sosialisasi yang kurang maksimal dari pihak bank syariah

menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat kurang mengerti tentang


26

perbankaan syariah. Ada beberapa perbedaan bank syariah dan bank

konvensional:

Tabel 3
Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional


Investasi, hanya untuk produk serta Investasi, tidak
proyek yang halal dan mempertimbangkan halal atau
menguntungkan haram nya suatu proyek yang
terpenting menguntungkan.
Return yang dibayar atau diterima Return yang dibayar kepada
berasal dari bagi hasil serta nasabah penyimpan dana dan
pendapatan lainnya berdasarkan return yang diterima dari nasabah
prinsip syariah. mengguna dana berupa bunga.
Perjanjian atau akad dibuat sesuai Perjanjian menggunakan hokum
dengan syariat Islam. positif.
Orientasi pembiayaan, tidak hanya Orientasi pembiayaan, untuk
untuk keuntungan namun memperoleh keuntungan atas dana
berorientasi pada kesejahteraan yang telah dipinjamkan.
masyarakat (falah oriented).
Hubungan antara nasabah dan Hubungan antara pihak bank dan
pihak bank merupakan mitra. nasabah adalah kreditor dan
debitur.
Dewan pengawas terdiri dari BI, Dewan pengawas terdiri dari
Bapepam, Komisaris, dan Dewan Bapepam, BI dan Komisaris.
Pengawas Syariah (DPS).
Penyelesaian sengketa, melalui Penyelesaian sengketa melalui
peradilan agama karena setiap pengadilan negeri setempat.
terjadinya sengketa dilaksanakan
secara musyawarah antara bank
dan nasabah.
Sumber Data: Ismail, Perbankaan Syariah
Bank syariah juga biasa disebut sebagai interest fee banking, yaitu sistem

perbankaan yang pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem


27

bunga (riba)29, spekulasi (maisir), dan ketidakpastiaan (gharar). Seperti

pada Q. S Al-Baqarah ayat 275:

‫ ۡي ٰطَ ُن‬M‫ٱلش‬
َّ ُ‫ه‬Mُ‫و ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّط‬MMُ‫ا يَق‬MM‫ون ِإاَّل َك َم‬ َ ‫ون ٱلرِّ بَ ٰو ْا اَل يَقُو ُم‬ َ ُ‫ين يَ ۡأ ُكل‬َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ۗ
َ ِ‫سِّ ٰ َذل‬
‫ك بَِأنَّهُمۡ قَالُ ٓو ْا ِإنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ْا َوَأ َح َّل ٱللَّه ُۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬ ۚ ‫ِم َن ۡٱلم‬
َۚ
‫هَّلل‬ ‫َأ‬
ِ ۖ ‫ف َو مۡ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱ‬ َ َ‫ٱلرِّ بَ ٰو ْا فَ َمن َجٓا َءهۥُ َم ۡو ِعظَة ِّمن َّربِّ ِهۦ فَٱنتَهَ ٰى فَلَهۥُ َما َسل‬
ٞ
ٓ
٢٧٥ ‫ون‬ َ ‫ار هُمۡ فِيهَا ٰ َخلِ ُد‬ ِ ۖ َّ‫ص ٰ َحبُ ٱلن‬ ۡ ‫ك َأ‬ َ ‫َو َم ۡن َعا َد فَُأ ْو ٰلَِئ‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.
Penjelasan perbedaan bunga pada bank konvensional dan bagi hasil pada

bank syariah:

Tabel 4
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Perbedaan Bunga Bagi hasil


Besarnya Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah
Persentase modal yang di keuntungan yang diperoleh
pinjamkan untuk usaha. dari usaha yang dibiayai
Pembayaran Tanpa pertimbangan Menggunkan pertimbangan
apakah untung atau rugi besarnya keuntungan usaha
usaha yang dijalankan yang dijalan kan. Jumlah
nasabah. Jumlah pembyaran bagi hasil akan
pembayaran tidak akan meningkat jika adanya
meningkat meskipun peningkatan pendapatan
keuntungan usaha usaha.
berlipat.
Sumber : https:// kumparan.com

Sistem bunga mendorong bank menyalurkan kreditnya sesuai dengan

kemampuan debitur yang mengambil kredit di bank. Sehingga prospek

produktivitas usaha kurang diutamakan30. Hal ini bisa dikatakan bahwa bank

29
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2015). h. 259.

30
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2015). h. 264.
28

syariah adalah suatu lembaga keuangan yang menjadi perantara atau pihak

ketiga antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang

kekurangan dana untuk digunakan sebagai kegiatan usaha atau kegiatan

lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Bisa dikatakan bahwa sistem keuangan Islam telah terjadi perkembangan

dan menjadi alternatif dalam berbagai solusi yang terjadi dengan sesuai

hukum Islam.Hal ini dibuktikan dari kemampuan bertahan bank syariah di

Indonesia saat terjadi krisis ekonomi yang bahkan menumbangkan beberapa

lembaga keungan konvensional yang tidak mampu bertahan.

3. Laporan Keuangan

Bank dalam kesehariannya perlu memperhatikan kinerja kerja sehingga

para pengguna jasa bank dapat melihat baik tidaknya suatu bank serta dapat

meningkatkan minat parapengguna bank baik kreditur kreditur, masyarakat,

pengusaha, ataupun orang-orang menggunakan jasa bank. Hal ini bagi bank

dapat menjadi tolak ukur terhadap kerja yang telah bank lakukan sehinggaa

dapat mencegah hal yang dapat menghambat kinerja bank itu sendiri.

Analisis laporan keuangan merupakan salah satu bentuk yang digunakan

untuk menilai kinerja perusahaan dalam kondisi yang baik atau tidak.

Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan

posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil usaha perusahaan padaperiode

yang berakhir padatanggal tertentu dan terdiri dari neraca daftar laba rugi,

perubahan ekuitas, arus kas serta informasi lainnya31. Cara yang tepat untuk

mengetahui kondisi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai analisis dan


31
Islahulzzaman, Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing…, h. 242.
29

salah satunya yaitu melalui analisis rasio. Analisisi rasio keuangan

membutuhkan laporan keuangan setidaknya dua tahun terakhir dari

berjalannya perusahaan agar dapat dibandingkan. Melalui analisis rasio

dapat diketahui seperti apa kondisi kinerja keuangan perusahaan. Analisis

rasio dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis, diantaraya rasio likuiditas,

solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas. Tingkat likuiditas dapat

menunjukan sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan jaminan harta lancar yang dimiliki. Tingkat solvabilitas,

dapat menunjukan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi

semua kewajiban dengan jaminan harta yang dimiliki. Tingkat aktivitas,

dapat mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam mengunakan aktiva

yang dimilikinya. Serta tingkat profitabilitas, dapat menunjukan sejauh

mana perusahaan mampu menghasilkan laba dengan modal yang ada32.

Tujuan dari analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan yang ada agar dapat diketahui dampak yang dapat

mempengaruhi keeradaan perusahaan maupun kinerja perusahaan nantinya.

Analisis rasio keuangan pada dasarnya merupakan perbandingan angka-

angka dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

angka lain33. Menggunakan analisis rasio keuangan, untuk dapat mengetahui

kinerja keuangan bank yang juga termasuk kesehatan bank itu sendiri, bank

perlu menggunakan aturan-aturan pelaksanaan secara baik dan benar. Sesuai

dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011, tentang Penilaian


32
Mellisa Olivia Tanor. Analisis Laporan Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan
PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK. Jurnal EMBA, Vol. 3 No. 3, 2015. h. 641
33
Ibid.
30

Tingkat Kesehatan Bank Umum yang juga terdapat Surat Edaran Bank

Indonesia No. 6/23/DPNP/2004 mengenai kriteria penetapan peringkat

komponen, yang didalamnya terdapat peringkat yang digunakan untuk

mencerminkan kondisi Bank secara umum.

Bank yang memiliki tingkat kesehatan yang baik dikatakan memiliki

kinerja yang baik pula. Agar memiliki kinerja yang baik masyarakat

pemodal akan menanamkan dananya pada saham bank tersebut. Hal ini

dapat menunjukan adanya kepercayaan masyarakat bahwa bank tersebut

dapat memenuhi harapannya34. Bank yang memperoleh dana dari

masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mengelola aktiva serta sumber-

sumber dana dari masyarakat akan secara sadar bahwa memiliki tanggung

jawab untuk mengelola aktiva serta sumber-sumber dana yang dimiliki

secara profesional. Sedangkan investor yang mengandalkan informasi

fundamental yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dari

laporan keuangan, selain informasi non-fundamental yang lainnya. Laporan

keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan suatu bentuk

komunikasi dari pihak manajemen kepada para owner untuk dapat menilai

kinerja dari manajemen.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Tranparansi

Kondisi Keuangan Bank, Bank wajib menyusun serta menyajikan laporan

keuangan dalam bentuk dan cakupan yang telah ditentukan sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia ini,yang terdiri dari: (1)Laporan Keuangan;

34
Maikel, Stanly, Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan pada
PT. BPR Citra Dumoga Manado. Jurnal EMBA, Vol.3 No. 1, 2015. h. 924
31

(2)Laporan Keuangan Pubnlikasi Triwulan; (3)Laporan Keuangan Publikasi

Bulanan; dan (4) Laporan Konsolidasi. Laporan Keuangan yang diterbitkan

diharapkan mencerminkan kinerja bank tersebut yang sebenarnya. Melalui

informasi yang bersifat fundamental tersebut dapat dilihat apakah bank

tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik. Hal ini dapat diartikan

bahwa pihak bank telah memanfaatkan, mengelola dan mencapai kinerja

secara optimal engan menggunakan sumber-sumber dana yang ada35.

Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung bagaimana

unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran

yang ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam sebuah proses

manajemen strategis yaitu dengan memperhatikan profitabilitas, pangsa

pasar dan penguranga biaya, dari berbagai ukuran lainnya harus benar-benar

digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi

strategi36. Demikian pula dengan dengan kinerja perbankaan dapat diartikan

sebagai hasil yang dicapai suatu bank dalam mengelola sumber daya yang

ada secaraefektif dan efesien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

oleh manajemen37. Penilaiaan kinerja perbankaan menjadi sangat penting

dilakukan karena operasi perbankaan sangat peka terhadap maju mundurnya

perekonomian suatu negara38.


35
Ibid.
36
Ponttie Prasnanugraha, “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja
Bank Umum di Indonesia”. (Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang,
2007), h.67
37
Ponttie Prasnanugraha, “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja
Bank Umum di Indonesia”… h.50

38
Ponttie Prasnanugraha, “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja
Bank Umum di Indonesia”… h.52
32

Berdasarkan Surat edaran BI No. 23/77/KEP/DIR, tanggal 28-02-1991,

semula bank wajib mempublikasikan laporan keuangannya di media cetak

empat kali dalam setahun pada akhir bulan Maret, Juni, September dan

Desember. Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 27/5/U/PBB, tanggal

25 Januari 1995, bank hanya wajib mempublikasikan laporan keuangan

bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankaan

Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)

yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut ketentuan

tersebut laporan keuangan bank terdiri dari (1) Neraca (2) Laporan

Perhitungan Laba Rugi, (3) Laporan Komitmen dan Kontijensi, (4) Laporan

Perubahan Posisi Keuangan, dan (5) Catatan atas Laporan Keuangan.

C. Penguasaan pasar
Sejak bangkit pada tahun 2000-an, bank-bank besar semakin jelas

terbagi dalam dua kelompok besar yaitu Bank Nasional Devisa (BSND) Dan

Bank Persero. Sedangkan bank dengan skala kecil berada pada kelompok

lain yaitu Bank Swasta Nasional Non Devisa (BSNND), Bank

Pembangunan Daerah (BPD), Bank Asing dan Bank Campuran.

Peran kelompok Bank Persero yang terdiri bank-bank milik pemerintah

dan kelompok Bank Nasional Devisa (BSND) sangat dominan dalam

penguasaan pasar termasuk dana pihak ketiga (DPK), kredit asset maupun

laba perbankaan. Melihat fakta-fakta yang terjadi dapat diperkirakan bahwa

bank-bank besar dapat tetap mendominasi dalam pangsa pasar DPK.yang

merupakan salah satu indikator


33

Penguasaan pasar yaitu penguasaan suatu produk terhadap pasar atau

besarnya jumlah produk yang diminta di pasar. Pangsa pasar merupakan

salah satu faktor utama dalam menilai kekuatan pasar. Suatu perusahaan

berkembang atau tidaknya dapat dilihat dari seberapa besar market share

yang dikuasai oleh perusahaan tersebut.

Penguasaan pasar merupakan keinginan dari semua pelaku usaha,

karena penguasaan pasar yang cukup besar memiliki potensi positif dengan

tingkat keuntungan yang mungkin bias diperoleh pelaku usaha. Biasanya

pihak yang dapat melaksanakan penguasaan pasar merupakan pelaku usaha

yang memiliki market power.39 Berdasarkan ketentuan Pasal 19 UU No 5

Tahun 1999, pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktik monopoli atau persaingan tidak sehat berupa:

a. Menolak dan /atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan

kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan

b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk

tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya, atau

c. Membatasi peredaran dan /atau penjualan barang dan /atau jasa pada

pasar bersangkutan; atau

d. Melaksanakan praktik monopoli terhadap pelaku usaha tertentu.

berdasarkan

Seorang funding product development manager harus dapat mengetahui

dimana posisi produk penghimpunan dananya di pasar perbankaan dan

39
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2012) h.
256.
34

mengerti bagaimana tingkat persaingan pasar yang terjadi.Hal ini

dikarenakan analisa pangsa pasar merupakan analisa yang bertujuan untuk

mengukur hal tersebut40.Penguasaan pasar dapat juga dilihat dari jumlah

rekening ataupun banyaknya nasabah.

Faktor-faktor penguasaan pasar:

a. Pangsa pasar yang terlalu tinggi.

b. Pesaing baru yang semakin banyak di industri yang sama.

c. Terjadi penurunan daya saing perusahaan.

d. Promosi yang tidak dapat mencapai target market atau tidak tepat

sasaran.41

Market share adalah satu penentu keuntungan bank karena persentasi

Pangsa Pasar DPK yang tinggi sehingga memudahkan bank untuk

mengalokasikan dananya ke dalam beberapa alternatif seperti penyaluran

pembiayaaan kepada pihak yang membutuhkan dana, pembelian instrumen

surat berharga seperti sertifikat Bank Indonesia (SBI), sertifikat wadiah

Bank Indonesia (SWBI), serta alternatif investasi lain. Sehingga bisa

dikatakan Market share adalah salah satu kunci pihak bank dalam bertahan

ditengah persaingan dengan bank lainnya.

Selain pangsa pasar dana pihak ketiga (DPK), Pangsa pasar pembiayaan

bisa menjadi faktor penentu. Sebagaimana definisi pangsa pasar sendiri

menurut Kamus bisnis merupakan persentase total penjualan suatu

perusahaan (dari semua sumber) dengan total penjualan jasa atau produk
40
Ikatan Bankir Indonesia,Mengelola kualitas layanan perbankan (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2014) h. 280
41
https://www.maxmanroe.com, diakses pada 18 Ferbruari 2019 pukul 09.00 WIB.
35

dalam industri. Menurut Antonio dalam Ranianti , pembiayaan merupakan

salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan fasilitas dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang defisit unit. Jadi, pihak yang

memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada bank

dengan produk-produk yang dapat disesuaikan berdasarkan keinginan

nasabah. nasabah yang menginvestasikan dananya akan mendapat imbalan

berupa bagi hasil atau bunga. Pihak bank juga akan pendapatkan pendapatan

dari hasil pembiayaan yang dilakukan dan dikelola dengan baik maka akan

berpengaruh sangat baik terhadap profitabilitas bank Pada dasarnya untuk

menentukan besarnya bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan

yaitu dengan cara besarnya jumlah produk yang diminta dan dihasilkan oleh

suatu perusahaan dibandingkan dengan jumlah permintaan di pasar. Jadi

Market Share pada perbankan syariah dapat diartikan sebagai presentase

dari luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh perbankan syariah dari

total pasar industri perbankan nasional.42 Dengan demikian, market share

perbankan syariah di Indonesia dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

Rumus Penguasaan Pasar:

Total Aset Perbankaan Syariah atau Konvensional


× 100 %
Total Aset Perbankan Nasional

D. Efisiensi

Efisiensi pada dasarnya dapat didefinisaikan sebagai peminimalisiran waktu,

tenaga dan keterampilan yang terbuang untuk mendapatkan input yang

42
Nurul Fatimah Rofiatun, Pengaruh Pangsa Pasar Dan Indikator Perbankaan Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia, universitas sebelas maret, Journal of Islamic
Economics Lariba (2016). vol. 2, issue 1: 13-24
36

maksimal.

Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro, yaitu teori

produsen dan teori konsumen. Teori produsen menyebutkan bahwa produsen

memaksimumkan keuntungan biaya dan meminimalkan biaya produksi yang di

keluarkan. Sedangkan disisi lain, teori konsumen menyebutkan bahwa

konsumen cenderung memaksimumkan utilitas atau tingkat kepuasannya

terhadap suatu barang.43 Fungsi utilitas juga menjadi salah satu faktor penting

bagi konsumen dalam memilih produk44. Efisiensi diukur bagaiman idealnya

penggunaan asset untuk membatasi hal-hal yang mubazir untuk pengembangan

bisnis.

Dalam Islam, konsep efisiensi telah di bahas dalam Al-Quran, seperti pada

Q. S Al-Isra ayat 27:

ٗ ُ‫ان ٱل َّش ۡي ٰطَ ُن لِ َربِّ ِهۦ َكف‬


٢٧ ‫ورا‬ َ ‫ِإنَّ ۡٱل ُمبَ ِّذ ِر‬
ِ ۖ ‫ين َكانُ ٓو ْا ِإ ۡخ ٰ َو َن ٱل َّش ٰيَ ِط‬
َ ‫ين َو َك‬
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”

Hal ini membuktikan bahwa Allah telah memberikan perhatian terhadap

perilaku efisiensi. Hal ini telah di tekankan pada surat Al-Isra, agar

menghindari perilaku boros karena boros adalah saudara syaitan. Seperti yang

telah diaplikasikan pada kegiatan efisiensi yang memaksimalkan output yang

43
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah
(Jakarta: Kencana, 2009). h. 10
44
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT:Raja Grafindo Persada, 2015).
37

akan didapatkan namun dengan input yang minimal. Karena, pada dasarnya

efisiensi yaitu kondisi ideal ketika masyarakat memperoleh manfaat yang

maksimal dari penggunaan sumber daya45.

Dalam sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi,46 yaitu:

1. Technical Efficiency

Kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan

menggunakan tingkat input tertentu. Dengan kata lain, suatu proses produksi

dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat

lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.

3. Allocative Efficiencye

Merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan

inputnya dengan struktur harga dan tekhnologinya. Terminologi efisiensi

Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk menghormati

ekonom Italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep efficiency

inexchange. Efisiensi Pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan

secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk

meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak-tidaknya keadaan

suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input

dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau

tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan

secara efisien.

45
N. Gregory Mankiw. Pengantar Ekonomi (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1998), h.3

46
Rio Novandra, “Analisis Perbandingan Efisiensi Perbankaan Syariah dan Konvensional di
38

4. Economic Efficiency

Kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi

ekonomis secara implisit merupakan konsep least cost production. Untuk

tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien

secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya dimana biaya

per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk

tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara

ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk

memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

Pengukuran model efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan,

antaralain:

a. Pendekatan sisi input

Pendekatan ini digunakan untuk menjawab seberapa banyak input

dikurangi untuk mendapatkan kuantitas output yang sama. Pendekatan

ini digunakan jika keadaan pasar sedang berada dititik jenuh sehingga

perusahaan perlu mengetahui tingkat efisiensi dari sumber daya yang ada

saat ini.

b. Pendekatan sisi output

Pendekataan ini menjawab berapa banyak kuantitas output yang

ditingkatkan secara proporsional untuk memproduksi kuantitas input

yang sama. Pendekatan ini digunakan pada saat kondisi pasar sedang

bagus sehingga produsen dapat meningkatkan output dengan input yang

sama. Skala ekonomis dapat ketika output dapat digandakan dengan


39

biaya (cost per unit) kurang dari dua kali lipat dan perusahaan yang

memproduksi tetap dalam skala yang ekonomis. Kemudian ketika

adanya tambahan produksi, biaya produksi justru semakin menurun,

sehingga pada akhirnya membawa pada kondisi yang efisien.

Efisiensi dalam perbankaan, menurut Sutawijaya dan Sri lestari sama halnya

pada perusahaan yang menjadi tolak ukur dalam mengukur kinerja bank47.

Salah satu aspek yang penting dalam pengukuran kinerja bank adalah efisiensi.

Bank yang lebih efisien diharapkan akan mendapat keuntungan yang optimal

seperti dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas servis yang lebih baik

pada nasabahnya. Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cerminan dari

kualitas kinerja yang baik.

Sehingga indikator efisiensi untuk Bank Umum Konvensional dari segi

input yaitu berupa giro, deposito, dan tabungan. Sedangkan pada output yaitu

berupa kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Indikator pada

Bank Umum Syariah dari segi input yaitu giro IB, deposito IB, dan tabungan

IB. Dan indikator output yaitu mudharabah, musyarakah dan murabahah.

E. Konsep Penghitungan Efisiensi

Frontier efficiency bisa dikatakan penggunaanya cukup superior bagi standar

rasio keungan laporan keuangan.Seperti pada return on asset atau cost/ revenue

ratio yang umumnya digunakan sebagai regulator oleh manajer lembaga

keuangan maupun konsultan industry dalam mengevaluasi kinerja suatu


47
Rakhmat Purwanto, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional dan
Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analisis, Skripsi, Universitas
Diponegoro Semarang : 2011, h. 30.
40

perusahaan. Frontier efficiency dianggap superior karena indikator

pengukurannya menggunakan teknik statistik yang dapat mempengaruhi

perbedaan harga input dan output pada pasar pasar yang dapat mempengaruhi

kinerja standar rasio dalam rangka untuk mendapatkan perkiraan terbaik

berdasarkan kinerja dari para manajer48.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

keuangan yang berbeda. Analisis frontier dibagiatas metode parametrik dan non

paragmetik dalam mengukur efisiensi keuangan49.

Pendekatan parametik terdapat tiga pendekatan utama yaitu Stochastic

Frontier Analsis (SFA), Distribution Free Approach (DFA), Thick Frontier

Approach (TFA). SFA terkadang dijelaskan sebagai pendekatan frontier

ekonomi, sebuah bentuk spesifik fungsi dari cost, profit, atau hubungan produksi

sejumlah input, output, dan faktor lingkungan dan memperhitungkan random

eror50.

Sementara itu DFA merupakan sebuah bentuk fungsi yang spesifik untuk

frontier, namun memisahkan inefisiensi dari random error menggunakan bentuk

yang berbeda. Selain itu, DFA mengasumsikan bahwa efisiensi setiap perusahaan

48
Nurul Huda dan Mustafa Edwin N, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:
Kencana, 2009) h. 12
49
Nurul Huda dan Mustafa Edwin N, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 46, mengutip Berger, Allen H dan David B H umphrey, Efficiency of Financial
Of Institusions: International Survey and Direction For Future Research (European Journal of
Operational Research 98, 1997), h. 175-212
50
Nurul Huda dan Mustafa Edwin N, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah …h. 50
41

stabil sepanjang waktu, dimana random error cenderung rata-rata menjadi nol

sepanjang waktu51.

Terakhir yakni TFA, TFA merupakan spesifik dari fungsi dan asumsi jarak

kinerja yang diprediksi tertinggi dan terendah kinerjanya dalam mewakili random

error, sedangkan jarak dalam kinerja yang diprediksi antara yang tertinggi dan

terendah mewakili inefisiensi52.

Pendekatan non-parametrik terbagi atas dua, yaitu Free Disposal Hull (FDH)

merupakan sebuah kasus spesial dari model DEA dimana setiap poin yang

berhubungan dengan puncak DEA tidak dimasukan pada frontier.

Data Envlopment Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH). Data

Envlopment Analysis (DEA) merupakan metode perhitungan dalam mengukur

efisiensi. Teknik ini dikembangkan pertama kali oleh Farel ditahun 1957 yang

mengukur efisiensi teknik satu input dan satu output menjadi multi input dan

multi output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif sebagai rasioinput dan

output. Alat analisis ini dipopulerkan oleh beberapa peneliti lain. Charnes-

Cooper- Rhodes pada tahun 1978. Para peneliti ini pertama kali menemukan

model DEA CCR (Charnes- Cooper- Rhodes) pada tahun 197853. Model ini

mengasumsikan adanya Constant Return to Scale (CRS). CRS adalah terjadinya

perubahan proporsional yang sama pada tingkat input akan menghasilkan

51
ibid

52
ibid
53
ibid
42

perubahan proporsional yang sama pada tingkat output (misalnya: penambahan

satu persen input akan menghasilkan penambahan satu persen output).

Hasil skor efisiensi DEA ternyata berbeda dengan rasio keuangan bank

syariah memiliki skor efisiensi DEA yang berbeda dengan rasio keuangan Bank

Syariah memiliki skor efisiensi DEA yang lebih baik daripada bank

konvensional, baik dari pendekatan asset dan produksi. Namun berbeda dengan

rasio BOPO , dimana rata-rata skor BOPO bank konvensional selalu lebih baik

daripada bank syariah. Hal ini menurut Mediadianto disebabkan oleh adanya

perbedan interpretasiatas kedua metode tersebut. DEA menunjukan tingkat

turnover suatu bank dari variabel input dan output yang dimiliki. Sedangkan pada

rasio keuangan menunjukan seberapa besar tingkat return suatu bank yang

diwakili dari variabel input dan output yang dimiliki54.

Berdasarkan hasil penelitiaan yang melakukan perbandingan tingkat efisiensi

biaya dengan metode stochastic frontier dengan dengan nilai BOPO pada studi

kasus Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamaat Indonesia perioe Juni 2001-

Desember 2005, menunjukan bahwa nilai rata-rata BOPO antara kedua bak

tersebut sama secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Begitu pula dengan

nilai rata-rata efisiensi biaya metode stochatic frontier dengan nilai rata-rata

BOPO pada kedua bank syariah tersebut pada dasarnya sama secara signifikan

pada taraf kepercayaan55.

54
Mediadianto, Arief, Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan Metode Data
Envlopment Analysis (DEA). (Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2007).
55
Nurul Huda dan Mustafa Edwin N, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah …h. 50
43

Selama ini yang menjadi metode pengukuran efisiensi dalam pengukuran

efisiensi dalam perbankaan syariah yaitu berdasarkan rasio keuangan Biaya

Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO). Perhitungan rasio BOPO

berasal dari data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank yang

diambil dari bank tersebut56.

BiayaOperasional
Rumus BOPO: ×100 %
PendapatanOperasional

Melalui hasil perhitunga BOPO tersebut, akan dilihat efisiensi bank tersebut.

Apabila nilai rasio BOPO-nya lebih besar dari 90% atau mendekati 100%, maka

bank tersebut tidak efisien. Namun apabila nilsi rasio BOPO-nya dibawah 90%,

maka bank tersebut efisien.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian serta jurnal- jurnal yang

membahas topik yang sama sebagi sumber referensi dan tinjauan pustaka pada

penelitian yang akan dilakukan. Sebagai berikut :

1. Jurnal Abraham Muchlisin dan Dwi Umardani57 pada tahun 2016 yang berjudul

“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank

Konvensional”. Peneliti menyatakan berdasarkan hasil uji t-test terdapat

perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari rata-rata

(mean) perbankan syariah sebesar 94,375% lebih besar dibandingkan rata-rata

(mean) perbankan konvensional sebesar 91,625%. Berdasarkan hasil uji t-test


56
Ibid, h. 64

57
Abraham Muchlisin dan Dwi Umardani, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Syariah Dan Bank Konvensional, Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, Vol 9 No. 1 2016.
44

terhadap rasio-rasio perbankan syariah dan konvensional, rasio CAR (Cash

Adequacy Ratio), rasio rentabilitas yang diwakili ROA (Return on Asset) dan

ROE (Return On Equity), dan rasio likuiditas yang diwakili oleh variable rasio

LDR/FDR menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perbankan

syariah dengan perbankan konvensional. Serta rasio NPL/NPF perbankan

syariah dengan perbankan konvensional tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.

2. Jurnal oleh Sesario Tri Nur Hendra dan Deny Dwi Hartono 58tahun 2017,

Universitas Sebelas Maret. Berjudul “Penaruh Konsentrasi dan Pangsa Pasar

Terhadap Pengambilan Resiko Bank”. Herfindahl Indeks (HI) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap risk-taking (Zscore). Semakin rendah nilai

Herfindahl Indeks maka mempengaruhi pengambilan pengambilan resiko

(Zscore) yang semakin tinggi. Sedangkan Consentration Ratio dan Market

Share tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risk-taking (Zscore)

yang semakin tinggi.

3. Jurnal oleh Nurul Fatimah Rofiatun 59 tahun 2016, Universitas Sebelas Maret.

Berjudul “Pengaruh Pangsa Pasar dan Indikator Perbankaan Terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”. Pangsa pasar pihak ketiga total

equity dan size memiliki pengaruh positif sehingga jika terjadi kenaikan ROA

akan meningkat. Sedangkan pangsa pasar pembiayaan memiliki pengaruh

negatif terhadap ROA.

58
Sesario Tri Nur Hendra dan Deny Dwi Hartomo, Pengaruh Konsentrasi dan Pangsa Pasar
Terhadap Pengambilan Resiko Bank. Jurnal Bisnis Manajemen, vol 17 No. 22, 2017.
59
Nurul Fatimah Rofiatun, Pengaruh Pangsa Pasar dan Indikator Perbankaan Terhadap
45

4. Jurnal oleh Rafika Rahmawati60 tahun 2012, dengan judul “Efficiency of Fund

Management of Sharia Banking in Indonesia (Based on Paramatrick

Approach)”. Peneliti menyimpulkan adanya pengaruh antara input komponen

dan output (total pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki) memiliki

pengaruh secara simultan. Berdasarka t-test bahwa bank muamalat indonesia

variable input dan outputnya mempengaruhi tingkat efisiensi biaya. Sedangkan

pada Bank Syariah Mandiri, semua variable input dan output mempengaruhi

tingkat

5. Jurnal oleh Nuraini purboastuti, Nurul Anwar dan Irma Suryahani61 pada tahun

2015 dengan judul “Pengaruh Indikator Utama Perbankan Terhadap Pangsa

Pasar Perbankan Syariah”. Peneliti mengungkapkan indikator DPK, ROA,

NPF, FDR dan Nisbah secara simultan mempengaruhi peningkatan pangsa

pasar perbankan syariah. DPK dan ROA berpengaruh signifikan terhadap

pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.

6. Jurnal oleh Sunarsih62 pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis Perbandingan

Tingkat Efisiensi Perbankaan Syariah Dan Konvensional Di Indonesia”.

Peneliti menyatakan bahwa dengan menggunakan metode kuantitatif dan data

skunder serta tehnik analisis Data Envelopment Analysis (DEA) maka dapat

dilihat bahwa selama kurun waktu 2011-2014 dengan sampel 10 bank

konvensional, hanya terdapat tiga bank yang efisien yaitu Bank Mandiri, Bank
60
Rafika Rahmawati, Efficiency of Fund Management of Sharia Banking in Indonesia
Based on Paramatrick Approach, International Journal of Academics and Management Sciences,
Vol. 1, No. 2 April 2012.
61
Nuraini purboastuti, Nurul Anwar dan Irma Suryahani, Pengaruh Indikator Utama
Perbankan Terhadap Pangsa Pasar Perbankan Syariah, Journal of Economics and Policy 8 (1)
62
Sunarsih, Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankaan Syariah Dan Konvensional
Di Indonesia, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol 51 No. 1 Juni 2017.
46

BRI dan Bank Permata. Rata-rata tingkat efisiensi perbankan konvensional

mengalami fluktuasi. Namun setelah dilakukan uji beda menggunakan

Independent Sample T-test diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat perbankan syariah dan perbankan konvensional.

7. Jurnal oleh Zulfikar Bagus Pambuko63 pada tahun 2016 yang berjudul

“Determinan Tingkat Efisiensi Perbankaan Syariah Di Indonesia: Two

StagesData Envlopment Analysis (DEA)”. Peneliti menyatakan bahwa setelah

pengujian pertama bahwa tingkat efisiensi tahap pertama di Bank Umum

Syariah (BUS) di Indonesia pada periode 2010-2013 masih dalam kondisi

fluktuatif dan masih termasuk dalam kategori inefisien atau belum optimal

dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan nilai rata-rata industri

syariah sebesar 95,1. BUS dengan kepemilikan campuran adalah BUS yang

paling efisien dibandingkan BUSN Devisa dan BUSN Non-devisa. Penyebab

ketidakefisienan DMU pada studi ini disebabkan oleh ketidak optimalan dalam

mengalokasikan dan menghasilkan output, baik dari sisi jumlah pembiayaan,

pendapatan jasa, maupun alokasi dana untuk investasi.

H. Kerangka Pemikiran

63
Zulfikar Bagus Pambuko, Determinan Tingkat Efisiensi Perbankaan Syariah Di
Indonesia: Two StagesData Envlopment Analysis (DEA) , CAKRAWALA, Vol. XI No. 2
47

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaiman berbagai

teori saling berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi64.Adapun

kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :

Kinerja Bank Penguasan


Umum Syariah Pasar

Efisiensi
(variable mediasi)

Gambar 2
Kerangka Pemikiran Bank Umum Syariah

Kinerja Bank Umum


Penguasaan
Konvensional
Pasar

Efisiensi
(Variable Mediasi)

Gambar 3
Kerangka Pemikiran Bank Umum konvensional
Keterangan : = Secara Langsung
= Secara Tidak Langsung
I. Hubungan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,
2015). h. 60.
48

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian, dimana rumus

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Jadi

hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang akan

diuji kebenarannya, sehingga hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Pengaruh kinerja Bank Umum Syariah terhadap penguasaan pasar.

H1 : Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antarakinerja Bank

Umum Syariah terhadap penguasaan pasar.

2. Pengaruh kinerja Bank Umum Konvensional terhadap penguasaan pasar.

H2: Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antarakinerja Bank Umum

Konvensional terhadap penguasaan pasar.

3. Pengaruh antaraefisiensi terhadap penguasaan pasar pada Bank Syariah.

H3: Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antaraefisiensi terhadap

penguasaan pasar.

4. Pengaruh antarakinerja Bank Umum Konvensional terhadap efisiensi.

H4: Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antarakinerja Bank

Umum Konvensional terhadap efisiensi.

5. Pengaruh kinerja Bank Umum Konvensional terhadap penguasaan pasar.


49

H5: Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara kinerja Bank

Umum Konvensional terhadap penguasaan pasar.

6. Pengaruh antaraefisiensi terhadap penguasaan pasar pada Bank Konvensional.

H5: Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antaraefisiensi terhadap

penguasaan pasar.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan metode pendekatan penelitian secara kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat meneliti populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.65

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah regeneralisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu sendiri yang

kemudian diminimalisir guna menghemat waktu, tenaga dan juga dana dalam

penelitian.

65
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D h. 8
50

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Syariah

Mandiri dan Bank syariah sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2018.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah jenis data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan, buku, majalah berupa

laporan keuangan publikasi peruhaan, laporan pemerintah, artikel buku-buku

sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya66. Dalam hal ini berupa informasi-

informasi yang telah disiapkan dan diolah dari bahan-bahan laporan yang salah

satunya adalah laporan statistik perbankaan syariah yang dipublikasikan melalui

website resmi Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) . Serta kedua bank yang

bersangkutan, yaitu pada Bank Syariah Mandiri (www.syariahmandiri.co.id)dan

Bank Mandiri (www.bankmandiri.co.id) dari tahun 2008-2018.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematika dan standar

dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menghasilkan data yang valid

dan reliable.Metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

a. Metode Kepustakaan

Data yang diperoleh peneliti dalam metode kepustakaan yaitu dengan

membaca buku, skripsi, thesis dan jurnal yang berbuhubangan dengan judul

penelitiaan sebagai acuan dalam penelitian.

b. Metode Dokumentasi

66
V. Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi(Yogyakarta: PUSTAKA
BARUPRESS, 2015), h. 89.
51

Metode dokumentasi yaitu suatu cara di dalam mengumpulkan data-

data yang diperlukan dengan melalui catatan yang tertulis dengan obyektif

dan kongkret67. Data yang diperoleh peneliti dalam metode ini yaitu dengan

cara mengumpulkan data laporan keuangan perbankaan syariah dan

konvensional tahun 2008-2018 yang diperoleh melalui website resmi Bank

Syariah Mandiri , Bank Konvensional dan Otoritas Jasa Keuangan.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifa atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun jenis variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel

independen.68

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau biasa disebut variabel bebas.Variabel bebas

adalah variabel yang memiliki pengaruh timbulnya variabel dependen

(terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas, Kinerja Bank Umum Syariah

Dan Bank Umum Konvensional (X) adalah:

a. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mampu

menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Asset atau aktiva yang dimaksud pada ROA merupakan keseluruhan harta

67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…., h. 240.
68
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,
2015), h. 38-39
52

perusahaan yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing

yang telah diubah perusahaan aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan

untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka

semakin baik, hal ini membuktikan posisi perusahaan semakin kuat.

Laba Bersi h Sebelum Pajak


Rumus ROA : ×100 %
Total Aset

Tabel 6
Indikator penilaian Return on Asset (ROA)
Nilai Kredit Predikat
>1,21% Sehat
≥0,98% -≤ 1,21% Cukup Sehat
≥0,76% -≤ 0,98% Kurang Sehat
≤ 0,76% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP.
2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat.Variabel terikat

merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel bebas.Dalam hal ini

variabel terikatnya adalah Penguasaan Pasar (Y). Penguasaan pasar pada

perbankaan merupakan kemampuan bank syariah dan bank konvensional

dalam menguasai pasar dan menjaring minat konsumen melalui produk yang

ditawarkan.

Rumus Penguasaan Pasar:


53

Total Aset Perbankan Syariah atau Konvensional


× 100 %
Total Aset Perbankan Nasional

3. Variabel Mediasi (Z)

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio untuk

mengukur tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasionalnya. Jika

rasio BOPO ini semakin kecil maka semakin efisien biaya operasional bank

yang dikeluarkan dan pembiayaan semakin banyak yang tersalurkan. Saat

bank mengalami masalah maka kegiatan operasional dapat terganggu

termasuk dalam menjalankaan fungsinya yang berupa penyaluran dana dalam

bentuk pembiayaan.

Rumus BOPO:
BebanOperasional
×100 %
PendapatanOperasional

Tabel 9
Indikator penilaian Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Nilai Kredit Predikat
≤93,52% Sehat
93,53% -≤ 94,73% Cukup Sehat
94,73% -≤ 95,92% Kurang Sehat
≥95,93% Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP
F. Definisi Operasional Variabel
54

Definisi operasional variable penelitian dimaksudkan untuk memahami arti

setiap variable penelitian sebelum dilakukan analisis, instrument, serta serta

sumber pengukuran berasal dari mana.

Adapun definisi operasional variable dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 10
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Variable Indikator Skala


Kinerja merupakan ROA:
Kinerja perbandingan antara
hasil nyata dengan Laba Bersih Sebelum Pajak ×100%
(X) tolak ukur yang Rasio
ditetapkan serta telah Total Aset
dicapai .
69

Penguasaan Pasar Penguasaan Pasar :


Market adalah persentase
Share dari luasnya total Total Aset Perbankaan ×100%
pasar yang dapat
Rasio
(Y) dikuasai oleh suatu Total Aset Perbankan Nasional
perusahaan70

Efisiensi
merupakan
indikator yang Efisiensi:
Efisiensi digunakan untuk
mengukur input Beban Operasional ×100% Rasio
(Z) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan Pendapatan Operasional
output 71.

69
Islahulzzaman, Istilah-istilah Akuntansi danAuditing (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012). h.
225.

70
Wachyu Probo Asmoro, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Market Share
Bank Syariah Di Indonesia”. Skripsi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah, 2018
55

G. Teknik Pengumpulan Data

Cara Yang Digunakan mengetahui hubungan antara variabel bebas dan

terikat maka menggunakan regresi linear berganda. Dalam praktik dilapangan

banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi variable terikat (dependen

variable), tidak hanya satu variable. 72Dalam hal ini variabel dependennya (Y)

adalah penguasaan pasar, variabel indepnden (X) adalah kinerja bank umum

syariah dan bank umum konvensional dan tingkat efisiensi (variable mediasi).

Analisis regresi linier berganda biasanya digunakan untuk

memprediksi pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel

terikat73. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linier berganda

(multiplier linier regression method). Analisis regresi linier berganda

digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang diteliti, baik

secara parsial maupun secara simultan. Variabel independen mana yang paling

kuat pengaruhnya terhadap variabel dependen74.

71
Islahulzzaman, Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing …, h. 132.

72
Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto, Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan
Bisnis (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2016). h. 27
73
Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), h. 94

74
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang : Badan
Penerbit Undip, 2006), h. 91
56

Metode analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalahstatistik

deskriptif, uji asumsi klasik, analisis jalur, uji F, ujikoefesien determinasi, uji T,

dan uji sobel.

1. Asumsi Klasik

b. Uji Normalitas

Uji normalitas akan menguji data variabel bebas dan data variabel terikat

pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau

berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika

mempunyai data variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi normal

atau normal sama sekali. Uji normalitas dapat dilakukan dengan

menggunakan uji kolmogorov smirnov satu arah.Pengambilan kesimpulan

untuk menentukan apakah suatu data mengikuti distribusi normal atau tidak

adalah dengan melihat nilai signifikasinya. Jika signifikasinya > 0,05 maka

distribusi normal dan sebaliknya jika signifikasi < 0,05 maka variabel tidak

berdistribusi normal.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Yps= α+β1 K. BUS + e1 …(1a)


Ye= α+β1 kinerja BUS + e2 …(2a)
Yps= α+β2 YE + e3 …(3a)
Keterangan:
Yps = Penguasaan Pasar
Ye = Efisiensi
α = konstanta
β = koefisien regresi
57

K. BUS = Kinerja Bank Umum Syariah


e = standar eror

Yps= α+β1 K. BUK + e1 …(1b)


Ye= α+β1 kinerja BUK + e2 …(2b)
Yps= α+β2 YE + e3 …(3b)
Keterangan:
Yps = Penguasaan Pasar
Ye = Efisiensi
α = konstanta
β = koefisien regresi
K. BUK = Kinerja Bank Umum Konvensional
e = standar eror

3. Analisis Jalur

Metode analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menguji pengaruh

variabel mediasi. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi

linier berganda. Penggunaan analisis jalur untuk melihat hubungan kualitas

antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teo i. Untuk

mengetahui pengaruh intervening ini dapat diuji menggunakan sobel test75.

Model persamaan yang digunakan adalah:

Yps = α+β1 K.bus + β2YE + e4 …(4a)


Keterangan:
Yps = Peguasaan Pasar
Ye = Efisiensi
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
K.BUS= Kinerja Bank Umum Syariah
e = Standar Eror

Yps = α+β1 K.bus + β2YE + e4 …(4b)

75
Ibid., h. 46.
58

Keterangan:
Yps = Peguasaan Pasar
Ye = Efisiensi
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
K.BUK= Kinerja Bank Umum Konvensional
e = Standar Eror

4. Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Uji t (Uji Parsial)

Uji statistik t digunakan untuk memastikan apakah variabel

independen yang terdapat dalam persamaan tersebut setiap individu

berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (uji parsial).Caranya

dengan melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel

independen.Uji t ini digunakan untuk menguji apakah secara parsial

variable CAR, ROA, ROE, NPL/ NPF, dan LDR/ FDR memberi

pengaruh signifikan atau tidaknya terhadap penguasaan pasar. Untuk

mengetahuinya dilakukan uji signifikan nilai koefesien variable CAR,

ROA, ROE, NPL/ NPF, dan LDR/ FDR dengan uji t yaitu dengan

membandingkan nilai t hitung dengan nilai signifikan level.

b. Uji F (Uji Simultan)

Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua

variabelindependen memiliki pengaruh yang sama terhadap variabel

dependen. Kriteria pengujian tingkat kepercayaan yang digunakan adalah


59

95% atau taraf signifikansi 5% (α=0,05). Jika taraf signifikansinya >0,05

Ha ditolak dan jika taraf signifikansinya <0,05 Ha maka diterima.

Uji F ini digunakan untuk menguji apakah secara simultan variable CAR,

ROA, ROE, NPL/ NPF, dan LDR/ FDR memberi pengaruh signifikan

atau tidaknya terhadap penguasaan pasar. Untuk mengetahuinya maka

dilakukan uji signifikan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F

table dan melihat nilai signifikan level (sig), jika nilai sig < 0,05 maka

H0 ditolak.

a) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ariable

independen secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap variable

dependen.

b) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi

variable independen secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata

terhadap variable dependen.

c. Koefesien Determinasi

Indikator pada analisis regresi menunjukan ragam (variasi) naik

turunnya (Y) yang diterangkan oleh pengaruh linier X yakni berupa

bagian keragaman dalam variable Y yang dapat dijelaskan oleh

beragamnya nilai-nilai variable X).

Uji koefesien determinasi dimana nilai yang mendekati angka satu

berarti variable-variable independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable

dependen.
60

d. Uji hipotesis

a) Uji Parsial (Uji t)

Uji T ini digunakan untuk menguji apakah secara parsial variable

CAR, ROA, ROE, NPL/ NPF, LDR/ FDR memberi pengaruh

signifikan atau tidaknya terhadap penguasaan pasar. Untuk

mengetahuinya dilakukan uji signifikan nilai koefesien variable

CAR, ROA, ROE, NPL/ NPF, LDR/ FDR dan BOPO dengan uji t

yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai signifikan

level.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


61

A. Gambaran Singkat Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter yang terjadi sejak Juli 1997, yang kemudian disusul

dengan kerisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam

perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankaan

Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami

kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah

Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturasi dan

merekapitulasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No.10 Tahun 1988, tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pada bulan

November 1998 telah memberipeluang yang sangat baik bagi tumbuhnya

bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan

bank yang ada di Indonesia dapat beroperasi sepenuhnya secara syariah atau

membukacabang khusus syariah.

PT.Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki Yayasan

Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Mahkota Prestasi berupaya untuk keluar

dari krisis 1997-1998 dengan berbagai macam cara. Mulai dari langkah-

langkah menuju mergerhingga pada akhirnya memilih untuk melakukan

konversi menjadi bank syariah dengan menggunakan suntikan modal

daripemilik.

Hingga akhirnya terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara,

Bank Bumi Daya,Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri
62

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila

Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) kemudian

diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).

PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya

untuk melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi Bank

Syariah, sesuai dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk

membentuk unit Syariah. Langkah awalnya dengan merubah Anggaran Dasar

tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah

berdasarkan Akta Notaris: Ny. Macharani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19

Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 Tanggal 8 September 1999

Notaris: Sujipto, SH. Nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri sah diubah

menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.

Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat

Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP.BI/1999 telah

memberikan izin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan

usaha dengan berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti.

Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia

No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah

menyetujui perubahan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah

Mandiri.

Tepatnya Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999

merupakan haripertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Lahirnya

Bank Syariah Mandirimerupakan buah usaha bersama dari para perintis bank
63

syariah tepatnya PT. Bank Susila Baktidan Manajemen PT. Bank Mandiri

yang memandang pentingnya kehadiran bank syariahdilingkungan PT. Bank

Syariah Mandiri (Persero).

PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang tumbuh

melandasi kegiatan operasionalnya. Keselarasan antara idealisme usaha serta

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satukeunggulan PT. Bank Syariah

Mandiri dalam kiprahnya diperbankan syariah Indonesia.PT. Bank Syariah

Mandiri hadir bersama untuk membangun Indonesia menuju Indonesia

yanglebih baik.PT. Bank Syariah Mandiri merupakan bank yang mewujudkan

perkembangan ekonomi bersama masyarakat dengan berlandaskan syariah

dan juga berorientasi untuk mencari laba untuk anggota dan lingkungan dalan

perusahaan.

PT. Bank Syariah Mandiri memiliki cabang di setiap provinsi, baik itu

berupa kantorcabang, kantor cabang pembantu maupun kantor kas yang siap

melayani nasabah BankSyariah Mandiri yang tersebar disetiap daerah.

Visi dan misi Bank Syariah Mandiri:

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambunangan.

2. Mengutamakan peghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan

padasegmen UMKM.
64

3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yangsehat.

4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.

Produk Bank Syariah Mndiri:

2. Tabungan BSM

Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan penyetorannya dapat

dilakukan setiap saat selama jam buka kantor kas di konter BSM atau melalui

ATM.

3. BSM Tabungan Dollar

4. BSM Tabungan Mabrur

5. BSM Tabunganku

6. BSM Tabungan Simpatik

7. Tabungan BSM Investa Cendekia

8. Tabungan Berencana

9. Tabungan Kurban BSM

2. Sejarah Singkat PT Mandiri


65

PT Bank Mandiri Tbk, yang kemudian disebut Bank Mandiri

didirikan di Indonesia sejak 2 Oktober 1998. Sesuai dengan peraturan

pemerintah No. 75 Tahun 1998 Tanggal 1 Oktober 1998. Akta pendirian

telah disahkan oleh menteri kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No.

C2-561 NHT.01. Tahun 98 tanggal 2 Oktober 1998, serta diumumkan pada

tambahan No. 6859 dalam berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal

4 Desember 1998. Sejak Juli 1999 Bank Mandiri didirikan dengan

pengalihan hampir seluruh Saham Pemerintah Republik Indonesia yaitu PT

Bank Bumi Daya (Persero), PT Bank Expor Indonesia ( Persero), PT

Pembangunan Indonesia serta Setoran Tunai Pemerintah PT Bank

DagangNegara (Persero).

Bank Bumi Daya (BDD) didirikan melalui proses yang cukup panjang

dan bermula dari sebuah perusahaan Belanda, De Nationale Hanlesbank

NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Kemudian tahun 1964

Chartered Bank yang sebelumnya merupakan bank milik Inggris akhirnya

dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan

operasi tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1965, digabung Bank Umum

Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.

Bank Ekspor Impor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari

perusahaan dagang milik Belanda NV, Nederlanchsch handels

Maaatschappij yang didirikan pada tahun 1970. Hingga akhirnya

Pemerintah Indonesia menasionalkan perusahaan ini pada tahun 1960.


66

Kemudian pada tahun 1965. Bank Umum Negara Indonesia Unit II dipecah

menjadi dua unit, salah satunya yakni Bank Umum Negara Indonesia Unit II

Divisi Exspor-Impor, yang kemudian menjadi Bank Exim, Bank Pemerintah

yang membiayai kegiatan ekspor dan impor. Bank Pembangunan Indonesia

(Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank Industri

yang didirikan pada tahun 1951. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)

ditugaskan dalam membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan

jangka menengah dan jangka panjang tepatnya pada sektor manufaktur,

transportasi dan pariwisata.

Bank Dagang Negara (BDN) pada dasarnya salah satu bank tertua di

Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara (BDN) lebih dikenal sebagai

Nederlanchsch Indische Escompto Maaatschappij yang didirikan di Batavia

(Jakarta) pada tahun 1957. Sejak 1949 namanya berubah menjadi

Escomptobank NV. Kemudian pada tahun 1960 Escomptobank di

nasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara (BDN),

sebuah bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.

Keputusan pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan

mergerpada keempat bank tersebut disebabkan karena terjadinya krisis

ekonomi regional sejak tahun 1997 yang mengakibatkan

perlunyapembenahan sektor pada perbankan Indonesia. Pemerintah

Republik Indonesia dengan bantuan International Monetary Fund (IMF),

Bank Dunia, Asia Development Bank (ADB) telah menetapkan

kebijaksanaan serta program rekapitalasi dan restrukturisasi bank umum


67

pada bank swasta maupun pemerintah. Upaya restrukturisasi dilakukan

secara menyeluruh berupa perbaikan kualitas aktiva produktif maupun

peningkatan efisiensi antara lain melalui pembenahan organisasi, sistem dan

sumber daya manusia, penyempurnaan teknologi, serta peningkatan

pelayanan kepada nasabah yang menjadi langkah penting dalam dunia

perbankan untuk membantu pemulihan dunia perbankan Indonesia dan pada

umumnya perbaikan ekonomi Indonesia.

Dilaksanakannya restrukturisasi atas penggabungan bank ke dalam PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk, maka PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

memiliki organisasi dan sistem yang lebih efisien serta sumber daya

manusia yang profesional dan produktif.

Setelah menyelesaikan proses merger, Bank Mandiri kemudian

memulaiproses konsolidasi. Diantaranya menutup 194 kantor cabang yang

saling tumpang tindih dan mengurangi jumlah pegawai dari 26.000 menjadi

17.620. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh

jaringan melalui iklan dan promosi. Salah satu pencapaian penting adalah

penggantian secara menyeluruh plat form teknologi. Bank Mandiri

kemudian mewarisi sembilan core banking system yang berbeda dari

keempat legacy bank.

Setelah melakukan investasi awal untuk konsolidasi sistem yang

berbedatersebut, Bank Mandiri mulai melaksanakan program penggantian

platform yang berlangsung selama tiga tahun dengan investasi US$ 200 juta,

dimana program penggantian tersebut difokuskan untuk kegiatan consumer


68

banking. Infrastruktur teknologi informasi Bank Mandiri sudah dapat

memfasilitasi straightthrough processing dan interface yang sama untuk

nasabah.Berdasarkan sektor usaha, nasabah bergerak di bidang usaha yang

sangat seragam khususnya makanan dan minuman, pertanian, konstruksi,

kimia dan tekstil. Persetujuan kredit dan penagawasan dilaksanakan dengan

prinsip ‘ four eyes’ dimana persetujuan kredit dipisahkan dari kegiatan

pemasaran dan bussiness unit.

Sejak berdirinya Bank Mandiri telah bekerja keras untuk menciptakan

timmanajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada

prinsip – prinsip Good Governance yang telah diakui secara internasional.

Bank Mandiri disupervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipilih

berdasarkan anggota komunitas keuangan yang terpandang. Manajemen

eksekutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Dewan

Utama.

Dewan Direksi terdiri dari banker dari legacy banks yang juga dari

pihak luarindependen yang sangat kompeten. Selain itu Bank Mandiri

menjalankan fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary,

dan juga menjadi objek pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang

dilakukan oleh Bank Indonesia, (Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan) BPKP, dan (Badan Pemeriksa Keuangan) BPK serta auditor

internasional.AsiaMoney Magazine memberikan penghargaan atas

komitmen Bank Mandiri dalam melaksanakan penerapan Good Corporate


69

Governance(GCG) dengan memberikan Corporate Governance Award

untuk kategori Best Overall forCorporate Governance in Indonesia dan Best

for Disclosure and transparency.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai data dari sample yang dijadikan penelitian. Informasi umum

mengenai data penelitian ini menggunakan mean, nilai minimum dan

standar deviasi. Uji analisis deskriptif dilakukan terhadap data kinerja

perbankaan syariah, efisiensi dan penguasaan pasar. Berikut ini disajikan

hasil uji statistic deskriptif pada table 4.1

Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean
ROA (X) 11 0,03 2, 25 1,3309
Penguasaan Pasar (Y) 11 1,47 38, 14 25,5391
EFISIENSI (Z) 11 73,00 98,49 84,2509
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan pada tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini berjumah 11. Variabel independent dalam

analisis deskriptif ini yaitu kinerja perbankaan yang diukur menggunakan

rasio ROA. Rasio ROA menunjukan nilai minimum sebesar 0,03tepatnya

pada tahun 2014 tingkat profitabilitas bank syariah menurun dan bisa

dikatakan tidak sehat, sedangkan nilai maximum sebesar 2,25 terjadi pada

tahun 2012, dan rata-rata (mean) sebesar 1,3309.

Efisiensi yang dilakukan menunjukan rata-rata sebesar 84,2591. Hal ini

berarti bahwa rata-rata perusahaan sempel telah mengungkapkan 0,84% dari


70

total efisiensi sebanyak 11 item. Efisiensi memiliki nilai minimum sebesar

73,00. Hal ini bisa dikatakan Bank Syariah Mandiri selama 11 tahun tepatnya

pada tahun 2012 mendapatkan nilai efisiensi terendah, dan nilai maksimum

sebesar 98,49.

Variabel depenen dalam penelitian ini yaitu penguasaan pasar. Variabel

dependent dalam analisis deskriptif ini penguasaan pasar. Menunjukan nilai

minimum sebesar 1,47, maximum sebesar 38,14, rata-rata (mean) sebesar

25,5391.

Uji analisis deskriptif dilaksanakan juga terhadap data kinerja

perbankaan konvensional, efisiensi dan penguasaan pasar. Berikut ini

disajikan hasil uji statistic deskriptif pada table 4.2

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean


ROA (X) 11 1,95 3,66 3,1155
Penguasaan Pasar (Y) 11 23,10 80,94 64,3327
EFISIENSI (Z) 11 11,29 15,43 14,2973
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan pada tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini berjumah 11. Variabel independent dalam

analisis deskriptif ini yaitu kinerja perbankaan yang diukur menggunakan

rasio ROA. Rasio ROA menunjukan nilai minimum sebesar 1,95 tepatnya

pada tahun, sedangkan nilai maximum sebesar 2,25 terjadi pada tahun 2012,

dan rata-rata (mean) sebesar 3,1155.


71

Efisiensi yang dilakukan menunjukan rata-rata sebesar 14,2973. Hal ini

berarti bahwa rata-rata perusahaan sempel telah mengungkapkan 0,14% dari

total efisiensi sebanyak 11 item. Efisiensi memiliki nilai minimum sebesar

11,29 dan nilai maksimum sebesar 15,43.

Variabel depenen dalam penelitian ini yaitu penguasaan pasar. Variabel

dependent dalam analisis deskriptif ini penguasaan pasar. Menunjukan nilai

minimum sebesar 23,10, maximum sebesar 80,94, rata-rata (mean) sebesar

64,3327

2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan regresi untuk mengetahui adanya pengaruh

atau tidak antara variabel independen terhadap variabel independen

maka perlu diadakannya pengujian asumsi klasik.Berikut ini adalah

hasil pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one-

sample Kolmogorov-smirnov, karena uji normalitas dengan grafik

secara visual bisa kelihatan normal padahan secara statistik bisa

sebaliknya.Nilai signifikan dari residual yang berdistribusi secara

normal adalah jika nilai asymp. Sig (2-tailed) dalam pengujian one-

sample kolmogorov-smirnov test lebih dari a= 0,05. Uji normalitas

Bank Syariah Mandiri dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
72

N Unstandardized Residual
11 0,570

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.3 diatas dengan

menggunakan metode one sampel komogrov-smirnov menunjukkan

bahwa nilai residualnya adalah 0,570. Dengan demikian, nilai residual

lebih besar dari signifikansi 0,05 atau 0,570< 0,05 maka data tersebut

berdistribusi secara normal.

Uji normalitas Bank Mandiri dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
N Unstandardized Residual
11 0,134

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.4 diatas dengan

menggunakan metode one sampel komogrov-smirnov menunjukkan

bahwa nilai residualnya adalah 0,134. Dengan demikian, nilai residual

lebih besar dari signifikansi 0,05 atau 0,134< 0,05 maka data tersebut

berdistribusi secara normal.

b. Uji Autokorelasi

Penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson untuk

mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi.


73

Penjelasan mengenai autokorelasi Bank Syariah Mandiri akan

ditampilkan dalam tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson
1,533
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai Durbin Watson

sebesar 1,975 Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05

dan jumlah data (n) = 11, serta k = 2 diperoleh nilai dl sebesar

0,7580 dan du sebesar 1,604. Dengan ini didapat 4 – du = 2,467.

Penjelasan mengenai autokorelasi Bank Mandiri akan

ditampilkan dalam tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson
1,863
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai Durbin Watson

sebesar 1,863 Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05

dan jumlah data (n) = 11, serta k = 2 diperoleh nilai dl sebesar

0,7580 dan du sebesar 1,604. Dengan ini didapat 4 – du = 2,137.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan

uji glejser karena hasilnya lebih akurat.Model regresi yang baik

yaitu model regresi yang tidak mengandung heteroskedastisitas,


74

dimana dapat ditunjukan dengan tingkat signifikan kurang dari

5%.Adapun hasil dari uji glejser pada Bank Syariah Mandiri dapat

dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi
ROA (X) 0,731
Efisiensi(Z) 0,574
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa model

regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi

heteroskedastisitas, hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas

signifikansinya untuk semua variabel independen di atas 0,05 atau

5%. Variabel ROA menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,731

dan variabel Efisiensi menunjukkan tingkat signifikan sebesar

0,574 hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

dalam penelitian ini karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05%.

Adapun hasil dari uji glejser pada Bank Syariah Mandiri

dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi
ROA (X) 0,776
Efisiensi(Z) 0,055
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa model

regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi

heteroskedastisitas, hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas

signifikansinya untuk semua variabel independen di atas 0,05 atau


75

5%. Variabel ROA menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,776

dan variabel Efisiensi menunjukkan tingkat signifikan sebesar

0,055 hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

dalam penelitian ini karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05%.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan regresi berganda dengan menggunakan SPSS 17

pada Bank Mandiri Syariah yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil persamaan Regresi Model 1

variabel B Signifikansi
(Constant) 17.883 0,070
ROA 5,753 0,334
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat ditulis persamaan regresi

sebagai berikut:

YEfisiensi = 17,883 + 5,753ROA + e

Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a) Constant = 17,883, artinya apabila ROA konstan atau tetap maka

efisiensi sebesar 17,883.

b) Koefisien regresi ROA sebesar 5,753, artinya apabila ROA

meningkat 1% maka akan diikuti peningkatan efisiensi sebesar 5,753.

Tabel 4.10
Hasil Persamaan Regresi Model 2
Variabel B Signifikansi
(Constans) 98,458 0,000
ROA (X) -11,881 0,000
Efisiensi (Z) 0,063 0,226
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2018
76

Berdasarkan tabel 4.10 maka diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

YPenguasaan Pasar= 98,458 + -11,881ROA + 0,063Efisiensi + e

Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a) Constant = 98,458, artinya bila ROA dan efisiensi konstan atau tetap,

maka penguasaan pasar sebesar 98,458.

b) Koefisien regresi ROA sebesar -11,881, artinya bila ROA meningkat

sebesar 1% maka akan diikuti peningkatan ROA sebesar -11,881.

c) Koefisien regresi efisiensi sebesar 0,063, artinya bila efisiensi

meningkat sebesar 1% maka akan diikuti peningkatan penguasaan

pasar sebesar 0,063.

Hasil perhitungan regresi berganda dengan menggunakan SPSS 17

pada Bank Mandiri yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.11
Hasil persamaan Regresi Model 1

variabel B Signifikansi
(Constant) 59,792 0,069
ROA 1,458 0,877
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.11 maka dapat ditulis persamaan regresi

sebagai berikut:

YEfisiensi = 59,792+ 1,458ROA + e

Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a) Constant = 59,792, artinya apabila ROA konstan atau tetap maka

efisiensi sebesar 59,792.


77

b) Koefisien regresi ROA sebesar 1,458, artinya apabila ROA

meningkat 1% maka akan diikuti peningkatan efisiensi sebesar

1,458.

Tabel 4.12
Hasil Persamaan Regresi Model 2
Variabel B Signifikansi
(Constans) 19,149 0,000
ROA (X) -1,452 0,065
Efisiensi (Z) -0,005 0,841
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.12 maka diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

YPenguasaan Pasar= 19,149+ -1,452ROA+ -0,005Efisiensi + e

Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a) Constant = 19,149, artinya bila ROA dan efisiensi konstan atau tetap,

maka penguasaan pasar sebesar 19,149.

b) Koefisien regresi ROA sebesar -1,452, artinya bila ROA meningkat

sebesar 1% maka akan diikuti peningkatan ROA sebesar -1,452.

c) Koefisien regresi efisiensi sebesar -0,005, artinya bila efisiensi

meningkat sebesar 1% maka akan diikuti peningkatan penguasaan

pasar sebesar -0,005.

a. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)


78

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel

independen mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji F pada Bank

Mandiri Syariah dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13
Hasil Uji Simultan
Model B Signifikansi
Regression 101,676 0,000
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai F sebesar

101,676 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000 dan bila

dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 maka nilai

probabilitas ini lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, secara

simultan ROA dan efisiensi berpengaruh terhadap penguasaan

pasar.

. Hasil uji F pada Bank Mandiri dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.14

Tabel 4.14
Hasil Uji Simultan
Model B Signifikansi
Regression 2,336 0,159
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai F sebesar

2,336 dengan nilai probabilitas sebesar 0,159 dan bila dibandingkan

dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 maka nilai probabilitas ini

lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, secara simultan ROA dan

efisiensi berpengaruh terhadap penguasaan pasar.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)


79

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh


satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen. Hasil pengujian parsial pada Bank Mandiri
Syariah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15
Hasil Uji Parsial (Uji t) Model 1
Variabel T Signifikansi
ROA (X) -13,665 0,000
Berdasarkan tabel 4.12 hasil uji t di peroleh nilai koefisien
--13,665 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efisiensi, maka H2 diterima.
Tabel 4.16
Hasil Uji Parsial (Uji t) Model 2
Variabel T Signifikansi
ROA (X) 1,507 0,170
Efisiensi (Z) 1,311 0,226
Berdasarkan tabel 4.16 di peroleh hasil sebagai berikut:

a) Hasil uji t untuk kinerja lingkungan diperoleh nilai koefisien

1,507dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penguasaan pasar, maka H1 diterima.

b) Hasil uji t untuk efisiensi diperoleh nilai koefisien 1,311dengan

nilai signifikansi sebesar 0,029 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan

bahwa efisiensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penguasaan pasar, maka H3 diterima.

Pengujian parsial juga dilaksanakanpada Bank Mandiri


dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini:

Tabel 4.17
80

Hasil Uji Parsial (Uji t) Model 1

Variabel T Signifikansi
ROA (X) -1,459 0,049
Berdasarkan tabel 4.13 hasil uji t di peroleh nilai koefisien

--1,459 dengan signifikansi 0,049< 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ROAtidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efisiensi, maka H2 diterima.

Tabel 4.18
Hasil Uji Parsial (Uji t) Model 2
Variabel T Signifikansi
ROA (X) -0,006 0,996
Efisiensi (Z) -0,208 0,841
Berdasarkan tabel 4.18 di peroleh hasil sebagai berikut:

c) Hasil uji t untuk kinerja lingkungan diperoleh nilai koefisien -

0,006dengan nilai signifikansi sebesar 0,996< 0,05. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penguasaan pasar, maka H1 diterima.

d) Hasil uji t untuk efisiensi diperoleh nilai koefisien 1,311dengan

nilai signifikansi sebesar 0,841< 0,05. Jadi dapat disimpulkan

bahwa efisiensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penguasaan pasar, maka H3 diterima.

c. Analisis Jalur (Path Analysis)

Di bawah ini merupakan hasil output SPSS 17 untuk

persamaan regresi model pertama pada Bank Mandiri Syariah


81

Standardized
Variabel Coefficients T hitung Sig.
b
X→M
X→Y
M→ Y

Variabel StandardizedCoefficients Signifikansi


B
ROA (X) 0,322 0,334
Sedangkan untuk persamaan regresi model kedua diperoleh
persamaan sebagai berikut:

Variabel StandardizedCoefficients Signifikansi


B
ROA (X) -1,007 0,000
Efisiensi (Z) 0,095 0,226
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan hasil output SPSS yang tertera pada Tabel

model 1 dan Tabel model 2 di atas diketahui persamaan regresi

sebagai berikut:

a) Substruktur I :

b) Yefisiensi = 0,322ROA + e

c) Substruktur II :

d) YPenguasaan Pasar = -1,007ROA + 0,095efisiensi + e


82

Berdasarkan model substruktur 1 dan substruktur 2, maka

dapat digambarkan pada Gambar 1 berikut :


ROA (X) Penguasaan Pasar
0,322
(Y)

-1,007 0,095

Efisiensi
(Z)

Gambar 4.1
Validasi Model Gambar Jalur Akhir
Berdasarkan diagram jalur diatas, maka dapat dihitung

besarnya pengaruh langsung (direct effect), Pengaruh tidak

langsung (indirect effect) serta pengaruh total (total effect) antar

variabel. Perhitungan pengaruh antarvariabel adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.19
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung serta Pengaruh ROA (X),
Tingkat Efisiensi (M), dan Penguasaan Pasar (Y)
Pengaruh Pengaruh Pengaruh
Langsung Tidak Total
Langsung
ROA (X) ke pengungkapan -1,007 -1,007
Efisiensi (Z)
ROA (X) ke Penguasaan 0,322 -1,007×0,095 0,3214
Pasar (Y)
=-0,0006

Efisiensi (Z) ke Penguasaan 0,095 0,095


Pasar (Y)
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019

Di bawah ini merupakan hasil output SPSS 17 untuk

persamaan regresi model pertama pada Bank Mandiri


83

Variabel StandardizedCoefficients Signifikansi


B
ROA (X) 0,053 0,877
Sedangkan untuk persamaan regresi model kedua diperoleh
persamaan sebagai berikut:

Variabel StandardizedCoefficient Signifikansi


s
B
ROA (X) -0,601 0,065
Efisiensi (Z) -0,058 0,841
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan hasil output SPSS yang tertera pada Tabel

model 1 dan Tabel model 2 di atas diketahui persamaan regresi

sebagai berikut:

e) Substruktur I :

f) Yefisiensi = 0,053ROA + e

g) Substruktur II :

h) YPenguasaan Pasar = -0,601ROA + -0,058efisiensi + e

Berdasarkan model substruktur 1 dan substruktur 2, maka

dapat digambarkan pada Gambar 1 berikut :


ROA (X) Penguasaan Pasar
-0,601
(Y)

0,053 -0,058

Efisiensi
(Z)

Gambar 4.1
Validasi Model Gambar Jalur Akhir
Berdasarkan diagram jalur diatas, maka dapat dihitung

besarnya pengaruh langsung (direct effect), Pengaruh tidak


84

langsung (indirect effect) serta pengaruh total (total effect) antar

variabel. Perhitungan pengaruh antarvariabel adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.19
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung serta Pengaruh ROA (X),
Tingkat Efisiensi (M), dan Penguasaan Pasar (Y)
Pengaruh Pengaruh Pengaruh
Langsung Tidak Total
Langsung
ROA (X) ke pengungkapan -0,601 -0,601
Efisiensi (Z)
ROA (X) ke Penguasaan 0,053 -0,601×0,053 0,021
Pasar (Y)
=-0,0318

Efisiensi (Z) ke Penguasaan 0,053 0,053


Pasar (Y)
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada dasarnya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Dari hasil pengujian pada Bank Syariah Mandiri diperoleh sebagai

berikut

Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1

Model R Square
1 0,104
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,104. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

variabel independen yaitu ROA dapat menjelaskan tingkat efisiensi

hingga sebesar 10,4%. Sedangkan sisanya 89,6% dijelaskan oleh


85

faktor – faktor lain selain ROA. Analisis koefisien determinasi

model 2 dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel ROA dan efisiensi.

Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2
Model R Square
1 0,962
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,962. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

variabel independen yaitu ROA dan penguasaan pasar terhadap

efisiensi sebesar 96,2% Sedangkan sisanya sebesar 3,8% dijelaskan

oleh faktor – faktor lain selain variabel independen tersebut.

Sedangkan, hasil pengujian pada Bank Syariah diperoleh sebagai

berikut

Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1

Model R Square
1 0,003
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

variabel independen yaitu ROA dapat menjelaskan tingkat efisiensi

hingga sebesar 0,3%. Sedangkan sisanya 99,97% dijelaskan oleh

faktor – faktor lain selain ROA. Analisis koefisien determinasi

model 2 dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel ROA dan efisiensi.


86

Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2
Model R Square
1 0,369
Sumber: SPSS 17 diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,369. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

variabel independen yaitu ROA dan penguasaan pasar terhadap

efisiensi sebesar 36,9% Sedangkan sisanya sebesar 63,1%

dijelaskan oleh faktor – faktor lain selain variabel independen

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai