Perbankan syariah juga sudah teruji Indonesia dalam melakukan penilaian kinerja
sebagai bank yang tahan terhadap krisis dengan menggunakan CAMELS, namun bebe-
ekonomi, yang ditunjukkan pada saat Indonesia rapa variabel CAMELS tidak tersedia datanya,
mengalami krisis moneter pada tahun 1997. sehingga variabel kinerja bank dalam penelitian
Pada saat perbankan konvensional mengalami ini akan dibagi ke dalam empat kelompok yang
masa yang sangat sulit bahkan beberapa bank mewakili CAMELS tersebut yakni permodalan,
dilikuidasi, sebab suku bunga simpanan sangat profitabilitas, likuiditas, dan efisiensi.
tinggi hingga mencapai lebih 50% yang
berakibat bank-bank konvensional tidak bisa Permodalan bank
menyalurkan kredit dan mengalami kesulitan Modal bank merupakan dana yang disediakan
likuiditas. Tetapi bank syariah pada saat itu oleh pemilik dalam rangka mempertahankan
masih menunjukkan kinerjanya yang bagus, perbankan dari risiko kerugian (Siamat, 2000).
karena bank syariah memang tidak tergantung Jika terjadi kerugian, maka kerugian tersebut
pada fluktuasi suku bunga (Antonio, 2001). akan mengurangi besarnya modal. Karena bank
Bank Indonesia (2008) juga melansir bahwa merupakan perusahaan yang menghimpun dana
perbankan syariah tidak terkena dampak krisis masyarakat, maka keamanan dana masyarakat
global tahun 2008. Hasanah (2011) juga harus diutamakan. Modal harus cukup besar,
menemukan pada saat krisis global tahun 2008 dan karenanya Bank Indonesia mengatur
di mana perbankan konvensional mengalami permodalan bank mengacu peraturan inter-
krisis likuiditas, namun bank syariah tidak nasional Bank for International Settlement (BIS)
terpengaruh. Bahkan Shafique et.al (2012) yang yang menentukan rasio kecukupan modal atau
meneliti perbankan syariah di negara-negara CAR minimum sebesar 8%. Ada dua macam
Arab, juga menemukan bank syariah tahan sumber permodalan bank yakni (1) modal inti
terhadap krisis global yang terjadi tahun 2008. yang bersumber dari modal disetor, agio saham,
Dari kondisi yang demikian, peneliti cadangan umum, laba ditahan dan laba tahun
berkeinginan untuk mengadakan studi kompa- berjalan. (2) modal pelengkap yakni cadangan
rasi terhadap kinerja bank syariah dan bank yang dibentuk bukan dari laba ditahan, modal
konvensional. Seperti diketahui bahwa per- pinjaman dan pinjaman subordinasi.
bankan merupakan perusahaan yang sangat Ningsih (2012) yang melakukan pene-
diatur (very regulated company) oleh Bank litian terhadap 2 perbankan syariah dan 2 per-
Indonesia. Manajemen bank harus berusaha bankan konvensional menemukan permodalan
untuk meningkatkan kinerja keuangannya, bank konvensional lebih baik dibanding dengan
sebab kinerja perbankan akan dinilai oleh Bank permodalan bank syariah. Namun Fahreza
Indonesia. Ada beberapa metode yang dapat (2012) menemukan tidak ada perbedaan antara
digunakan untuk mengukur kinerja bank sya- permodalan bank syariah dan bank konven-
riah dan salah satunya adalah Peraturan Bank sional. Demikian pula dengan Maharani (2010)
Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam peni- juga menemukan tidak ada perbedaan per-
laiannya menggunakan pendekatan CAMELS modalan bank syariah dengan bank konven-
(Capital Adequacy, Asset Quality, Management sional. Dengan demikian hipotesis yang di-
Risk, Earning Ability, Liquidity Sufficieny dan ajukan adalah:
Sensitivity of Market Risk). Ini merupakan alat H1: Ada perbedaan yang signifikan antara
ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank permodalan bank syariah dengan bank
Indonesia untuk menghitung tingkat kesehatan konvensional
bank di Indonesia.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Profitabilitas
Bank merupakan perusahaan yang bergerak Dalam rangka meningkatkan kinerja perbankan,
pada bidang kepercayaan, artinya bank akan manajemen berupaya untuk bisa memperoleh
mempunyai reputasi yang baik jika bisa diper- keuntungan. Tingkat keuntungan atau profitabi-
caya masyarakat. Oleh karena itu manajemen litas bisa dikategorikan menjadi dua yakni ting-
bank dituntut mampu meningkatkan kinerja dan kat keuntungan yang diperoleh dengan meng-
kesehatan bank. Walaupun secara resmi bank gunakan modal sendiri sering d isebut return on
equity (ROE), dan tingkat keuntungan yang
204 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 2, Juli 2014 202-209
diperoleh dengan kekayaan yang dimiliki atau yang melakukan kajian di Bangladesh dan
return on Assets (ROA). Bank konvensional Iqbal (2012) yang melakukan penelitian di
yang beroperasinya jauh lebih awal dengan pakistan, juga menemukan likuiditas bank
manajemen yang profesional seharusnya lebih syariah lebih baik dibanding bank konvensional.
baik tingkat profitabilitasnya dibanding dengan Sementara Hanif et.al (2012) yang melakukan
perbankan syariah yang relatif baru. penelitian di Pakistan menemukan likuidtas
Masruki et.al (2010) yang melakukan bank konvensional lebih baik dibanding bank
penelitian di bank Islam malaysia menemukan syariah. Hipotesis yang diajukan adalah:
profitabilitas bank konvensional lebih baik di- H3: Ada perbedaan yang signifikan antara
banding dengan bank syariah. Moin (2008) dan likuiditas bank syariah dengan bank
Hanif et.al (2012), Ryu et.al (2012), serta Siraj konvensional
and Pillai (2012) juga menemukan profitabilitas
perbankan konvensional lebih baik dibanding Tingkat Efisiensi
bank syariah. Di Indonesia, Ningsih (2012) Tidak semua kredit atau pembiayaan yang
juga menemukan adanya perbedaan yang sig- diberikan oleh perbankan lancar pengembalian-
nifikan antara profitabilitas bank syariah nya, kadang-kadang juga ada nasabah yang
dengan bank konvensional. Dengan demikian kurang lancar atau bahkan tidak lancar
hipotesis yang diajukan adalah: pelunasannya. Rasio jumlah kredit yang ber-
H2a: Ada perbedaan yang signifikan antara salah dengan jumlah kredit yang tersalurkan
profitabilitas (ROE) bank syariah dengan disebut sebagai non performance loan (NPL).
bank konvensional NPL juga bisa digunakan untuk mengukur ting-
H2b: Ada perbedaan yang signifikan antara kat efisiensi bank dalam mengelola kreditnya,
profitabilitas (ROA) bank syariah dengan artinya semakin kecil NPL semakin efisien
bank konvensional dalam memberikan kredit. Besarnya NPL
Likuiditas merupakan indikator bank kurang sehat, dan
Bank Indonesia menentapkan batas toleransi
Likuiditas bank merupakan kemampuan bank NPL bank yang dianggap sehat adalah maksi-
dalam menyediakan alat likuid agar bisa meme- mum 5%. Bank syariah yang dalam beroperasi
nuhi pengambilan masyarakat sewaktu-waktu. tidak boleh menggunakan instrumen bunga,
Ada dua ukuran yang digunakan untuk menilai menggunakan konsep margin laba dan bagi
likuiditas bank yakni (1) cash ratio yakni alat hasil dalam memberikan pembiayaan. Pem-
likuid yang tersedia dibagi dengan kewajiban biayaan bagi hasil merupakan pembiayaan yang
segera dibayar, semakin tinggi CR ini semakin risikonya lebih tinggi, sehingga dimungkinkan
tinggi kepercayaan masyarakat terhadap bank. NPL bank syariah lebih tinggi dibanding bank
CR ini juga digunakan untuk memenuhi kebu- konvensional. Ryu et.al (2012) menemukan
tuhan giro wajib minimum (GWM) yang diten- adanya NPL bank syariah lebih tinggi diban-
tukan sebesar 5%. (2) Loan to Deposit ratio ding dengan bank konvensional. Hanif et.al
(LDR) merupakan kredit yang diberikan dibagi (2012) dan Ningsih (2012) juga menemukan
dengan dana masyarakat. Rasio ini menunjuk- NPL bank syariah lebih buruk dibanding bank
kan besarnya dana masyarakat yang digunakan konvensional. Namun Fahreza (2012) menemu-
untuk penjaman, semakin tinggi LDR menun- kan tidak ada perbedaan NPL yang signifikan
jukkan risikonya semakin besar. Di samping itu antara bank syariah dengan bank konvensional.
juga digunakan sebagai ukuran sebesar besar Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
kemampuan bank menyalurkan dananya. Bank H4a: Ada perbedaan yang signifikan antara Non
konvensional yang sudah berpengalaman Performance Loan (NPL) bank syariah
seharusnya lebih mampu menyalurkan dananya. dengan bank konvensional
Masruki et.al (2010) yang melakukan
penelitian di malaysia menemukan likuiditas Tingkat efisiensi juga bisa diukur
bank syariah lebih baik dibanding dengan bank dengan biaya operasi yang dikeluarkan oleh
konvensional. Hasil penelitian Masruki et.al bank, semakin besar biaya operasinya semakin
(2010) didukung penelitian Moin (2008). tidak efisien perbankan dalam operasinya.
Demikian juga Islam and Choudory (2012) Rasio beban operasi terhadap pendapatan ope-
Analisis Kinerja Perbankan … (Dyah Rosna Yustani Toin) 205
rasi (BOPO) merupakan rasio yang lazim Variabel dan Pengukuran Variabel
digunakan perbankan untuk mengukur efisiensi Kinerja perbankan yang akan diteliti terdiri dari
operasinya. Ningsih (2012) menemukan BOPO permodalan, profitabilitas, likuiditas dan efi-
bank konvensional lebih baik dibanding bank siensi. Permodalan bank diukur dengan rasio
syariah, namun Hanif et.al (2012) menemukan kecukupan modal atau Capital Adequacy ratio
hal yang sebalikya pada bank syariah di Pakis- (CAR), profitabilitas diukur dengan dua ukuran
tan yang memiliki BOPO lebih baik dibanding rasio yaitu Return on Equity (ROE) dan Return
bank konvensional. Hal ini kemungkinan di on Assets (ROA), likuidtas diukur dengan loan
Pakistan bank syariah sudah beroperasi cukup to Deposit ratio (LDR), sedangkan tingkat
lama sehingga tingkat efisiensinya tinggi. efisiensi bank diukur dengan dua variabel yakni
Hipotesis yang diajukan adalah: Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi
H4b: Ada perbedaan yang signifikan antara ratio (BOPO) dan Non Performance Loan (NPL).
Biaya operasi terhadap Pendapatan Ope- Untuk mengukur masing-masing varia-
rasi (BOPO) bank syariah dengan bank bel penelitian, berikut akan ditampilkan ke
konvensional dalam pengukuran variabel (Tabel 2).
METODE PENELITIAN Alat Analisis
Populasi dan Sampel Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini,
Populasi dalam penelitian ini adalah semua akan menggunakan uji beda dua rata-rata (inde-
bank yang ada di Indonesia, baik perbankan pendent sample t-test). Jika thitung dengan
syariah maupun perbankan konvensional. Equality variance assumed (diasumsikan kedua
Sedangkan untuk mewakili populasinya akan varians sama) memiliki nilai sig <0.05, maka
diambil sampel sebanyak 5 Bank Konvensional dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila
dan 5 Bank Syariah. Dengana pertimbangan kedua varians berbeda, maka untuk mem-
bank syariah yang relatif baru yang jumlahnya bandingkan kedua Bank dengan t-test, sebaik-
11 bank umum syariah, maka diambil yang nya menggunakan dasar Equality variance not
umurnya relatif lama, sedangkan bank konven- assumed (diasumsikan kedua varian tidak sama)
sional diambil secara acak sederhana, maka untuk t hitung. Jika thitung dengan Equal
diperoleh bank yang digunakan sebagai sampel variance not assumed memiliki sig. >0.05,
sebagaimana tampak pada Tabel 1. dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank
Sedangkan periode pengambilan sam- Syariah dengan Bank Konvensional tidak ter-
pel selama 3 tahun dengan periode tahun 2010 dapat perbedaan yang signifikan, namun jika
sampai dengan tahun 2012. Adapun data diam- sig. <0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja
bil dari laporan keuangan tahunan bank yang keuangan Bank Syariah dengan Bank Konven-
dipublikasikan lewat website Bank Indonesia. sional terdapat perbedaan yang signifikan
temuan Masruki et.al (2010) di malaysia, juga menemukan bank syariah di Pakistan memiliki
didukung penelitian Moin (2008). Islam and BOPO lebih baik dibanding bank konvensional.
Choudory (2012) yang melakukan kajian di Ansari and Rehman (2010) juga menemukan
Bangladesh dan Iqbal (2012) dan Ansari and bank syariah di Pakistan lebih efisien dibanding
Rehman (2010) yang melakukan penelitian di bank konvensional. Hal ini dimungkinan sebab
pakistan, juga menemukan likuiditas bank di Pakistan bank syariah sudah beroperasi
syariah lebih baik dibanding bank konvensional. cukup lama sehingga tingkat efisiensinya tinggi.
Sementara Hanif et.al (2012) yang melakukan
penelitian di Pakistan menemukan hal sebalik- PENUTUP
nya. Dari hasil penelitian tersebut bisa ditarik
Efisiensi kesimpulan bahwa dilihat dari permodalan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara
Ditinjau dari tingkat efisiensi yang diukur bank syariah dengan bank konvensional, demi-
dengan Non Performace Loan (NPL) menun- kian pula dengan kredit bermasalah (NPL) juga
jukkan tingkat signifikansi sebesar 0.399 jauh tidak ada perbedaan, Hal ini disebabkan per-
lebih tinggi dibanding taraf signifikansi 0.05, modalan dan NPL menjadi syarat yang sangat
artinya tidak ada perbedaan NPL antara bank ketat dalam penilaian kesehatan perbankan
syariah dengan bank konvensional. NPL yang dilakukan oleh bank Indonesia. Sedang-
menunjukkan besarnya kredit bermasalah yang kan dari segi likuiditas ada perbedaan dan bank
dimiliki bank, dan NPL ini secara ketat diatur syariah lebih baik dibanding bank konvensional.
oleh Bank Indonesia yakni maksimum sebesar Hal ini disebabkan pada perbankan syariah
5%. Perbankan syariah maupun konvensional masih belum banya instrumen likuidtas yang
memang harus sangat berhati-hati terhadap bisa dimanfaatkan oleh bank syariah.
NPL ini, karena semakin tinggi NPL bisa Dilihat dari tingkat profitabilitas, ada
mengakibatkan turunnya laba perusahaan. Hasil perbedaan antara bank syariah dengan bank
ini didukung penemuan Fahreza (2012) yang konvensional dan bank konvensional lebih baik,
menemukan tidak ada perbedaan NPL yang hal ini disebabkan bank konvensional sudah
signifikan antara bank syariah dengan bank sangat profesional dalam pengelolaan, semen-
konvensional. Ryu et.al (2012) menemukan tara bank syariah relatif masih baru sehingga
perbedaan yang signifikan dimana NPL bank pada tahun awal pendiriannya masih meng-
syariah lebih tinggi dibanding dengan bank alami kerugian. Hal ini juga terkait dengan
konvensional, hal ini disebabkan bank syariah efisiensi yang diukur dengan BOPO. Ada
mempunyai risiko kredit lebih besar, sebab ada beberapa bank syariah masih relatif baru
kredit yang berdasarkan atas bagi hasil. Hanif sehingga mengalami kerugian.
et.al (2012) dan Ningsih (2012) juga menemu-
kan NPL bank syariah lebih buruk dibanding REFERENSI
bank konvensional. Ansari, Sanaullah and Atiqa Rehman, 2010,
Efisiensi yang ditinjau dari BOPO Financial Performance of Islamic and
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.000 Conventional Banks in Pakistan: A
lebih kecil dibanding taraf signifikansi 0.05. Comparative Study, Working Paper,
Dengan demikian ada perbedaan yang signi- 8th International Conference on
fikan BOPO antara perbankan syariah dengan Islamic Economics and Finance.
perbankan konvensional. BOPO bank konven-
sional leboh baik (kecil) dibanding bank Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank
konvensional, artinya bank konvensional lebih Syariah dari Teori ke Praktek, Gema
efisien. Hal ini disebabkan sebagian besar bank Insani, Jakarta.
syariah umurnya masih relatif baru, seperti Bank Indonesia, 2008, perbankan syariah: lebih
Bank BNI Syariah yang baru berdiri tahun tahan krisis global, www.bi.go.id
2010 dan dua tahun berdirinya masih menang-
gung kerugian. Ningsih (2012) juga menemu- Fahre za, 2012, Perbandingan Kinerja Keu-
kan BOPO bank konvensional lebih baik diban- angan Perbankan Syariah gengan
ding bank syariah, namun Hanif et.al (2012)
Analisis Kinerja Perbankan … (Dyah Rosna Yustani Toin) 209