Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA


(Studi Kasus Pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2011-2016)

Maisarah1), Zamzami2), Enggar Diah P.A3)


1)
Alumni Magister Ilmu Akuntansi Pascasarjana Universitas Jambi Tahun 2018
2&3)
Dosen Pembimbing

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence of financial ratios of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA), Operational Costs and
Operating Income (BOPO), Return On Equity (ROE) and Loan to Deposit Ratio (LDR) to Financial Distress
condition of Sharia Banking in Indonesia. This research was conducted on 11 (eleven) Syariah Banks in Indonesia.
Secondary data sources are obtained from the financial statements of each bank for the period 2011-2016. The
method used in this research is multiple regression analysis. Based on the results of the analysis, it is found that the
financial ratios of CAR, NPF, BOPO and LDR have an influence on the Financial Distress condition of Sharia
Banking in Indonesia, while the NIM, ROA and ROE financial ratios have no effect on Financial Distress Syariah
Banking in Indonesia.

Keywords: Financial ratios, financial distress

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Return On Asset (ROA), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Return On Equity (ROE) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap kondisi Financial Distress Perbankan Syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap 11 (sebelas)
Bank Syariah di Indonesia. Sumber data sekunder diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank untuk
periode tahun 2011-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan ditemukan bahwa rasio keuangan CAR, NPF, BOPO dan LDR memiliki
pengaruh terhadap kondisi Financial Distress Perbankan Syariah di Indonesia, sedangkan rasio keuangan NIM,
ROA dan ROE tidak berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress Perbankan Syariah di Indonesia.

Kata Kunci: Rasio keuangan, financial distress

Halaman | 19
1. PENDAHULUAN Analisis laporan keuangan merupakan alat penting
untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
1.1. Latar Belakang
keuangan perusahaan.
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1988 Dengan melakukan analisis terhadap kondisi
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 perusahaan, risiko kebangkrutan dapat dihindari. Selain
Tahun 1992 Tentang Perbankan, Bank adalah badan itu, dengan analisis tingkat kesehatan keuangan, juga
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam akan dapat dinilai kemampuan perusahaan memenuhi
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk perusahaan, distribusi aktivanya, keefektivan
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan
banyak. Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus
2008, berdasarkan kegiatan operasionalnya, Bank dibayar, serta memprediksi seberapa besar risiko
dibedakan menjadi Bank Konvensional dan Bank kebangkrutan yang mungkin akan dialami perusahaan.
Syariah. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan bagi banyak pihak, tidak hanya manajemen perusahaan,
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan karena kelangsungan hidup dan kondisi keuangan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. perusahaan menentukan kemakmuran berbagai pihak
Setelah sebelumnya Indonesia mengalami krisis yang berkepentingan (stake holder) seperti investor,
multi dimensi pada pertengahan tahun 1997, yang kreditor dan pihak lainnya. Stabilitas keuangan
disebut dengan krisis moneter, dimana krisis ini dimulai perusahaan menjadi perhatian penting bagi karyawan,
dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar investor, pemerintah, pemilik bank dan otoritas
hingga sampai pada masalah likuidasi dibidang pengatur regulasi. Oleh karena itu banyak
perbankan, pada tahun 2008, dunia dikejutkan dengan dikembangkan metode atau cara untuk memprediksi
krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat subprime terjadinya financial distress. Jika kondisi financial
mortgage. Dampak dari krisis tersebut juga dirasakan distress dapat diprediksi lebih dini, maka pihak
oleh negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia. manajemen perusahaan bisa melakukan tindakan-
Akibat dari rangkaian krisis tersebut, banyak tindakan yang bisa digunakan untuk memperbaiki
perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan kondisi keuangan perusahaan. Prediksi ini sekaligus
keuangan yang disebut dengan financial distress. bisa digunakan oleh berbagai pihak untuk pengambilan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Bank keputusannya.
Syariah memiliki tingkat resistensi yang lebih baik dari Berdasarkan yang telah dijelaskan diatas dan
pada Bank Konvensional. Hal ini dibuktikan dengan didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu,
hasil dari beberapa penelitian tentang perbankan, Bank Syariah tampak lebih stabil dalam menghadapi
diantaranya : Menurut penelitian Sudarsono (2009), krisis ekonomi yang pernah terjadi. Selama krisis
menyimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat
stabil dibandingkan dengan Bank Konvensional dalam memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan
menghadapi krisis keuangan global. Hal yang senada perbankan konvensional. Namun, perbankan syariah
disampaikan oleh Abustan (2009), dalam penelitiannya sebagai lembaga keuangan tentu akan menghadapi
menyimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah secara berbagai resiko yang tidak menutup kemungkinan bisa
umum lebih baik dibandingkan perbankan mengancam eksistensinya. Oleh karena itu untuk
konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi,
Devi (2014), menunjukkan bahwa Bank Syariah lebih diperlukan suatu tindakan sedini mungkin untuk
baik kinerjanya dari segi rasio LDR dan ROA, mengukur kondisi serta tingkat kesehatan perbankan
sedangkan Bank Umum Konvensional lebih baik syariah.
kinerjanya dari segi rasio CAR, NPL dan BOPO. Penelitian ini menganalisis laporan keuangan
Menurut Plat dan Plat, dalam Fahmi (2011 : 158), perbankan syariah dengan menggunakan rasio-rasio
mendefinisikan financial distress sebagai tahap sebagai model prediksi dan menggunakan teknik
penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum Multiple Discriminant Analysis (MDA). Rasio-rasio
terjadinya kebangkrutan atau likuiditasi. Financial yang digunakan menjelaskan dan memberikan
Distress dimulai dari ketidakmampuan dalam gambaran kinerja tentang baik buruknya keadaan atau
memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama posisi keuangan suatu bank dari satu periode ke periode
kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk berikutnya.. Dengan menggunakan rasio-rasio tersebut
kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban maka analisis ini akan sangat membantu dalam
dalam kategori solvabilitas. Kondisi Financial Distress menganalisa kinerja keuangan dan membantu
bisa dialami oleh semua perusahaan, terutama jika memprediksi kondisi financial distress perbankan
kondisi perekonomian di negara tempat perusahaan syariah di Indonesia.
tersebut beroperasi mengalami krisis ekonomi. Untuk Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
mengatasi atau meminimalisir terjadinya kebangkrutan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
di perusahaan, pihak manajemen harus melakukan berjudul “Analisis Rasio Keuangan Untuk
pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan Memprediksi Kondisi Financial Distress Perbankan
dengan menggunakan analisis laporan keuangan.

Halaman | 20
Syariah di Indonesia. (Studi Kasus Pada bank Syariah 6. Untuk mengetahui pengaruh rasio Return On Equity
di Indonesia Periode 2011-2016)”. terhadap kondisi financial distress perbankan
syariah di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah 7. Untuk mengetahui pengaruh rasio Loan to Deposit
Ratio terhadap kondisi financial distress perbankan
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, syariah di Indonesia.
maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai 8. Untuk mengetahui pengaruh rasio Capital Adequacy
berikut : Ratio, Non Performing Financing, Net Interest
Margin, Return On Asset, Net Working Capital to
1. Bagaimanakah pengaruh rasio Capital Adequacy
Total Asset, Retained Earning to Total Asset, Biaya
Ratio terhadap kondisi financial distress perbankan
Operasional Pendapatan Operasional, Return On
syariah di Indonesia?
Equity, Loan to Deposit Ratio, Earning Before
2. Bagaimanakah pengaruh rasio Non Performing
Interest and Tax to Total Asset, Book Value Equity
Financing terhadap kondisi financial distress
to Book Value Debt secara bersama-sama terhadap
perbankan syariah di Indonesia?
kondisi financial distress perbankan syariah di
3. Bagaimanakah pengaruh rasio Net Interest Margin
Indonesia.
terhadap kondisi financial distress perbankan
syariah di Indonesia?
4. Bagaimanakah pengaruh rasio Return On Asset 1.4. Manfaat Penelitian
terhadap kondisi financial distress perbankan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
syariah di Indonesia? pihak-pihak yang membutuhkan. Berikut beberapa
5. Bagaimanakah pengaruh rasio Biaya Operasional manfaat penelitian ini:
Pendapatan Operasional terhadap kondisi financial 1. Bagi peneliti
distress perbankan syariah di Indonesia? Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
6. Bagaimanakah pengaruh rasio Return On Equity peneliti di bidang akuntansi, khususnya mengenai
terhadap kondisi financial distress perbankan bidang penelitian yaitu prediksi kondisi financial
syariah di Indonesia? distress perbankan syariah.
7. Bagaimanakah pengaruh rasio Loan to Deposit 2. Bagi penelitian selanjutnya
Ratio terhadap kondisi financial distress perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
syariah di Indonesia? referensi dalam melakukan penelitian sejenis serta
8. Bagaimanakah pengaruh rasio Capital Adequacy menambah pengetahuan di bidang akuntansi
Ratio, Non Performing Financing, Net Interest khususnya mengenai prediksi kondisi financial
Margin, Return On Asset, Net Working Capital to distress perbankan syariah.
Total Asset, Retained Earning to Total Asset, Biaya 3. Bagi perusahaan yang diteliti.
Operasional Pendapatan Operasional, Return On Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
Equity, Loan to Deposit Ratio, Earning Before oleh manajemen, kreditur, investor atau pemakai
Interest and Tax to Total Asset, Book Value Equity laporan keuangan lainnya untuk mengevaluasi
to Book Value Debt secara bersama-sama terhadap kondisi keuangan perusahaan untuk pengambilan
kondisi financial distress perbankan syariah di keputusan dan membantu memberikan informasi
Indonesia? rasio keuangan yang dapat menjadi alat untuk
memprediksi kebangkrutan bank.

1.3. Tujuan Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA


Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 2.1. Tinjauan Pustaka
21.1. Pengertian Bank Syariah
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio Capital Adequacy
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Ratio terhadap kondisi financial distress perbankan
Tahun 2008 tentang Perban kan Syariah menyebutkan
syariah di Indonesia.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio Non Performing
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
Financing terhadap kondisi financial distress
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
perbankan syariah di Indonesia.
Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah adalah
3. Untuk mengetahui pengaruh rasio Net Interest
prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
Margin terhadap kondisi financial distress
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
perbankan syariah di Indonesia.
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
4. Untuk mengetahui pengaruh rasio Return On Asset
syariah.
terhadap kondisi financial distress perbankan
syariah di Indonesia.
2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank
5. Untuk mengetahui pengaruh rasio Biaya
Konvensional
Operasional Pendapatan Operasional terhadap
Menurut Ismail (2010:34), beberapa perbedaan
kondisi financial distress perbankan syariah di
antara bank syariah dan bank konvensional antara lain:
Indonesia.

Halaman | 21
Tabel 1 uang (modal) yang keuntungan yang diperoleh
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dipinjamkan
c. Pembayaran bunga tetap Begi hasil bergantung pada
seperti yang dijanjikan tanpa keuntungan proyek yang
BANK pertimbangan apakah proyek dijalankan. Bila usaha
BANK SYARIAH
KONVENSIONAL yang dijalankan oleh pihak merugi, kerugian akan
Investasi Investasi hanya untuk Investasi, tidak nasabah untung atau rugi ditanggung bersama oleh
proyek dan produk mempertimbangkan kedua belah pihak.
yang halal serta halal atau haram d. Jumlah pembayaran bunga Jumlah pembagian laba
menguntungkan. asalkan proyek yang tidak meningkat sekalipun meningkat sesuai
dibiayai jumlah keuntungan berlipat peningkatan jumlah
menguntungkan. atau keadaan ekonomi pendapatan
Return Return yang dibayar Return baik yang sedang “booming”
dan/atau diterima dibayar kepada e. Eksistensi bunga diragukan Tidak ada yang meragukan
berasal dari bagi hasil nasabah penyimpan (kalau tidak dikecam) oleh keabsahan bagi hasil
atau pendapatan dana dan return yang semua agama, termasuk
lainnya berdasarkan diterima dari nasabah islam
prinsip syariah. pengguna dana berupa
bunga.
Perjanjian Perjanjian dibuat Perjanjian 2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Bank Syariah
dalam bentuk akad menggunakan hukum Menurut Karnaen Perwataatmadja dan M Syafi’i
sesuai dengan syariah positif. Antonio, penulis buku “Apa dan Bagaimana Bank
islam.
Islam” (1992) dalam www.neraca.co.id, Bank Syariah
Orientasi Orientasi pembiayaan, Orientasi pembiayaan,
tidak hanya untuk untuk memperoleh memiliki kelebihan diantaranya :
keuntungan akan tetapi keuntungan atas dana
untuk falah oriented, yang dipinjamkan. a. Kelebihan Bank Syariah terutama pada kuatnya
yaitu berorientasi pada ikatan emosional keagamaan antara pemegang
kesejahteraan saham, pengelola bank dan nasabahnya. Dari ikatan
masyarakat. emosional ini dapat dikembangkan kebersamaan
Hubungan Hubungan Bank Hubungan Bank
Bank Dengan Nasabah Dengan Nasabah
dalam menghadapi risiko usaha dan membagi
Dengan adalah mitra adalah kreditur dan keuntungan secara jujur dan adil.
Nasabah debitur. b. Dengan adanya keterikatan secara religi, maka
Dewan Dewan pengawas Dewan pengawas semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam adalah
Pengawas terdiri dari BI, terdiri dari BI, berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran
Bapepam, Komisaris Bapepam, Komisaris.
dan Dewan Pengawas agamanya sehingga adanya keyakinan bahwa
Syariah (DPS). besaran bagi hasil yang diperoleh akan membawa
Penyelesaian Penyelesaian sengketa, Penyelesaian sengketa berkah.
Sengketa diupayakan melalui pengadilan c. Fasilitas pembiayaan yang tidak membebani
diselesaikan secara negeri setempat.
musyawarah antara
nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar
bank dan nasabah, biaya secara tetap, hal ini adalah memberikan
melalui peradilan kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah
agama. untuk dapat berusaha secara tenang dan sungguh-
sungguh.
Bank Syariah dan Bank Konvensional dalam d. Dengan adanya sistem bagi hasil, untuk penyimpan
beberapa hal juga memiliki persamaan, terutama dalam dana setelah tersedia peringatan dini tentang
sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, keadaan Bank yang bisa diketahui sewaktu-waktu
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan untuk dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima,.
pembiayaan dan sebagainya. Masyarakat perlahan- e. Penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya
lahan mulai mengenal dengan jelas perbedaan antara sistem bunga menjadikan bank islam lebih mandiri
Bank Syariah dan Bank Konvensional, yaitu terutama dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam
pada sistem bunga (interest). Artinya, Bank maupun dari luar negeri.
Konvensional menerapkan sistem bunga sebagai imbal
hasilnya, sedangkan Bank Syariah menerapkan prinsip
bagi hasil. Menurut Antonio (2001:61) perbedaan Selain memiliki kelebihan, Bank Syariah juga
antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dilihat pada tabel memiliki kelemahan sebagai berikut:
berikut: a. Bank dengan sistem syariah terlalu berprasangka
Tabel 2 baik kepada semua nasabahnya dan bersasumsi
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil bahwa semua orang yang terlibat dalam Bank Islam
adalah jujur. Dengan demikian Bank Islam sangat
BUNGA BAGI HASIL rawan terhadap mereka yang beritikad tidak baik,
a. Penentuan bunga dibuat pada Penentuan besarnya sehingga diperlukan usaha tambahan untuk
waktu akad dengan asumsi rasio/nisbah bagi hasil mengawasi nasabah yang menerima pembiayaan
harus selalu untung dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
dari Bank Syariah.
kemungkinan untung rugi b. Sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-
b. Besarnya persentase Besarnya rasio bagi hasil perhitungan yang rumit terutama dalam menghitung
berdasarkan besarnya jumlah berdasarkan pada jumlah bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan nilai
Halaman | 22
simpanannya dibank tidak tetap. Dengan demikian lebih baik lagi. Berikut rasio-rasio keuangan yang dapat
kemungkinan salah hitung setiap saat bisa terjadi digunakan dalam menilai kinerja perbankan,
sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar diantaranya :
dari Bank Konvensional.
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
c. Bank Syariah membawa misi bagi hasil yang adil,
maka Bank Islam lebih memerlukan tenaga-tenaga Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi
profesional yang andal dari pada Bank penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan
Konvensional. Kekeliruan dalam menilai proyek dan pengelolaan permodalan Bank Umum Syariah.
yang akan dibiayai bank dengan sistem bagi hasil Penetapan peringkat faktor permodalan Bank
akan membawa akibat yang lebih besar dari pada Umum Syariah dilakukan berdasarkan analisis
yang dihadapi bank Konvensional yang hasil secara komprehensif dan terstruktur terhadap
pendapatannya sudah tetap dari sistem bunga. parameter/indikator permodalan dengan
memperhatikan signifikansi masing-masing
2.1.4. Laporan Keuangan
parameter/indikator serta mempertimbangkan
Semakin baik kualitas laporan keuangan yang
permasalahan lain yang mempengaruhi permodalan
disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak
Bank Umum Syariah. Penilaian kesehatan dengan
eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan
aspek modal menggunakan rasio CAR (capital
tersebut. Lebih jauh keyakinan bahwa perusahaan
adequacy ratio).
diprediksikan akan mampu tumbuh dan memperoleh
Rumus menghitung CAR:
profitabilitas secara suistainable (berkelanjutan), yang
otomatis tentunya pihak-pihak yang berhubungan Modal
dengan perusahaan akan merasa puas dalam berbagai CAR = x 100%
Aset Tertimbang Menurut Resiko
urusan dengan perusahaan. Karena salah satu yang
dihindari oleh pihak eksternal adalah timbulnya bad Tabel 3
debt (piutang tak tertagih). Laporan keuangan Kriteria Penilaian Peringkat CAR
merupakan suatu informasi yang menggambarkan Kriteria Peringkat Nilai
kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh CAR ≥ 12% 1 Sangat Baik
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran 9% ≤ CAR < 12% 2 Baik
kinerja keuangan perusahaan tersebut. 8% ≤ CAR < 9% 3 Cukup Baik
Kasmir (2015:7) menyebutkan, “Dalam 6% < CAR < 8% 4 Kurang Baik
pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah : CAR ≤ 6% 5 Tidak Baik
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode 2. Non Performing Loan (NPL)
tertentu”. Maksudnya laporan keuangan yang Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban
adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada disepakati. Risiko Kredit pada umumnya melekat
tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu pada seluruh aktivitas penanaman dana yang
(untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuanagn dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung
dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit
bulan untuk kepentingan internal perusahan. Sementara (issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower).
itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh
sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau
setelah laporan keuangan tersebut dianalisis. lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut
Risiko konsentrasi pembiayaan dan wajib
2.1.5. Analisis Rasio Keuangan Bank diperhitungkan pula dalam penilaian Risiko inheren.
Menurut Ihsan (2013:88), Analisis rasio keuangan Rasio yang digunakan adalah NPL (Non
adalah metode analisis dengan menggunakan Performance Loan).
perhitungan-perhitungan terhadap data-data kuantitatif Rumus menghitung NPL:
dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi. Analisis rasio
keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua Pembiayaan (KL,D,M)
macam perbandingan, yaitu membandingkan rasio NPL = x 100%
Total Pembiayaan
sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu
pada bank tersebut dan membandingkan rasio-rasio dari Tabel 4
suatu bank dengan rasio-rasio sejenis dari bank lain Kriteria Penilaian Peringkat NPL
yang sejenis. Dengan mengetahui cara perhitungan Kriteria Peringkat Nilai
dengan menggunakna rumus-rumus untuk menghitung NPL < 2% 1 Sangat Baik
rasio keuangan bank, maka kita akan dapat menilai 2% < NPL ≤ 5% 2 Baik
kinerja setiap bank, bagaimana tingkat kesehatan bank 5% < NPL ≤ 8% 3 Cukup Baik
yang bersangkutan serta uoaya-upaya apa yang harus 8% < NPL ≤ 12% 4 Kurang Baik
dilakukan agar bank dapat bekerja lebih efisien dan NPL > 12% 5 Tidak Baik
Halaman | 23
3. Net Interest Margin (NIM) Tabel 7
Kriteria Penilaian Peringkat BOPO
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi
Kriteria Peringkat Nilai
penilaian terhadap kinerja rentabilitas, sumber- BOPO ≤ 94% 1 Sangat Baik
sumber rentabilitas, dan stabilitas rentabilitas 94% < BOPO ≤ 95% 2 Baik
(sustainability Learnings) Bank Umum Syariah. 95% < BOPO ≤ 96% 3 Cukup Baik
Penetapan peringkat faktor rentabilitas dilakukan 96% < BOPO ≤ 97% 4 Kurang Baik
berdasarkan analisis secara komprehensif dan BOPO > 97% 5 Tidak Baik
terstruktur terhadap parameter/indikator rentabilitas
dengan memperhatikan signifikansi masing-masing 6. Return On Equity (ROE)
parameter/indikator serta mempertimbangkan
permasalahan lain yang mempengaruhi rentabilitas Return on equity merupakan indikator yang amat
Bank Umum Syariah. Penilaian kesehatan dengan penting bagi para pemegang saham dan calon
aspek modal menggunakan rasio NIM (net interest investor untuk mengukur kemampuan bank dalam
margin). memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
Rumus menghitung NIM: pembayaran deviden. Rasio ini mengkaji sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber
Pendapatan Margin Bersih daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba
NIM = X 100%
Pendapatana Rata−Rata Aset Produktif atas ekuitas.
Rumus menghitung ROE:
Tabel 5
Kriteria Penilaian Peringkat NIM Laba Setelah Pajak
ROE = X 100%
Kriteria Peringkat Nilai Modal
NIM > 3% 1 Sangat Baik
2% < NIM ≤ 3% 2 Baik Tabel 8
1,5% < NIM ≤ 2% 3 Cukup Baik Kriteria Penilaian Peringkat ROE
1% < NIM ≤ 1,5% 4 Kurang Baik Kriteria Peringkat Nilai
NIM ≤ 1% 5 Tidak Baik ROE > 15% 1 Sangat Baik
12,5% < ROE ≤ 15% 2 Baik
4. Return On Asset (ROA) 5% < ROE ≤ 12,5% 3 Cukup Baik
0% < ROE ≤ 5% 4 Kurang Baik
Return on asset adalah rasio yang menggambarkan ROE ≤ 0% 5 Tidak Baik
perputaran aktiva yang diukur dari volume
penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur 7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.
Rumus menghitung ROA: Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat
ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
Laba Sebelum Pajak yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
ROA = dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
Total Aktiva
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
Tabel 6 keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko
Kriteria Penilaian Peringkat ROA Likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko
Kriteria Peringkat Nilai Likuiditas juga dapat disebabkan oleh
ROA ≤ 1,5% 1 Sangat Baik ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa
1,25% < ROE ≤ 1,5% 2 Baik terkena diskon yang material karena tidak adanya
0,5% < ROE ≤ 1,25% 3 Cukup Baik pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
0% < ROE ≤ 0,5% 4 Kurang Baik disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai
ROE ≤ 0% 5 Tidak Baik Risiko Likuiditas pasar (market liquidity risk).
Rasio yang digunakan adalah LDR (Loan to Deposit
5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Ratio).
Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang Rumus menghitung LDR:
diakibatkan oleh proses internal yang kurang
memadai, kegagalan proses internal, kesalahan Total Pembiayaan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya LDR =
Total Dana Pihak Ketiga
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional
Bank. Sumber Risiko Operasional dapat disebabkan Tabel 9
antara lain oleh sumber daya manusia, proses, Kriteria Penilaian Peringkat LDR
sistem, dan kejadian eksternal. Rasio yang Kriteria Peringkat Nilai
digunakan adalah BOPO (Biaya Operasional LDR ≤ 75% 1 Sangat Baik
Pendapatan Operasional). 75% < LDR ≤ 85% 2 Baik
Rumus menghitung BOPO: 85% < LDR ≤ 100% 3 Cukup Baik
Biaya Operasional 100% < LDR ≤ 120% 4 Kurang Baik
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional LDR > 120% 5 Tidak Baik

Halaman | 24
8. Net Working Capital to Total Asset (WCTA) kebangkrutan dapat diartikan juga sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba (Ramadhani dan Lukviarman,
untuk menghasilkan modal kerja bersih dari
2009). Kebangkrutan sebagai kegagalan diartikan
keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.
sebagai kegagalan keuangan dan kegagalan ekonomi
Perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai
yang terjadi pada perusahaan (Adnan dan Kurniasih,
positif jarang sekali mengahdapi kesulitan dalam
2000). Kegagalan dalam arti ekonomi (economic
melunasi kewajibannya.
failure) merupakan keadaan dimana perusahaan
Rumus menghitung NWCTA:
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak bisa
Asset Lancar−Kewajiban Lancar menutupi biayanya sendiri. Atau dengan kata lain nilai
NWCTA = sekarang dari arus kas sebenarnya lebih kecil dari
Total Asset
kewajiban atau laba lebih kecil dari modal kerja
9. Retained Earning to Total Asset (RETA) (Ramadhani dan Lukviarman, 2009).
Kebangkrutan dapat disebabkan oleh banyak
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
faktor. Dalam beberapa kasus, alasannya bisa dikenali
untuk menghasilkan laba ditahan dai total aktiva
setelah analisis laporan keuangan. Tapi ada beberapa
perusahaana. Rasio ini merupakan indikator
kasus dimana perusahaan sedang mengalami
profitabilitas kumulatif yang relative terhadap
penurunan, namun beberapa item dalam laporan
panjangnnya waktu yang mengisyaratkan bahwa
keuangan masih menunjukkan kinerja jangka pendek
semakin muda suatu perusahaan semakin sedikit
yang baik (Kordestani et al, 2001 dalam S,Patricia,
waktu yang dimilikinya untuk membangun laba
2010). Ada beberapa perusahaan yang mengalami
kumulatif sehingga semakin besar kemungkinannya
tahapan kebangkrutan. Namun ada juga yang tidak
untuk mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan
mengalami tahapan kebangkrutan.
merugi, total dan nilai laba ditahan pada perusahaan
Tahapan dari kebangkrutan tersebujt dijabarkan
akan mengalami penurunan.
sebagai berikut:
Rumus menghitung RETA:
a. Latency. Pada tahap Latency , Return on Asset
Laba Ditahan (ROA) akan mengalami penurunan
RETA =
Total Asset b. Shortage of Cash. Dalam tahapan kekurangan kas,
perusahaan tidak memiliki cukup sumber daya kas
10. Earning Before Interest and Tax to Total Asset
untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun
(EBITTA)
masih mungkin memiliki tingkat profitabilitas yang
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan kuat.
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, c. Financial Distress. Kesulitan keuangan dapat
sebelum pembayaran bunga dan pajak melemahnya dianggap sebagai keadaan darurat keuangan,
factor ini merupakan indikator terbaikakan hadirnya diamana kondisi ini mendekati kebangkrutan.
kebangkrutan. d. Bankruptcy. Jika perusahaan tidak dapat
Rumus menghitung EBITTA: menyembuhkan gejala kesulitan keuangan
(financial distress), maka perusahaan akan
Laba Sebelum Pajak bangkrut.
EBITTA =
Total Asset

Pada penelitian ini menggunakan rasio-rasio


11. Book Value Equity to Book Value Debt (BVEBVD) keuangan yang digunakan oleh peneliti sebelumnya
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan pendekatan Metode Risk Based Bank Rating
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai dan Altman Z-Score Modifikasi. Dalam analisis
buku modal sendiri. Altman Z Score modifikasi ini Altman mengeliminasi
Rumus menghitung BVEBVD: variabel X5 (sales/total assets), karena rasio ini sangat
bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang
Nilai Buku Ekuitas berbeda-beda.
BVEBVD =
Total Kewajiban Maka, formula persamaan z-score yang telah
dimodifikasi oleh Altman menunjukkan fungsi
2.1.6. Financial Distress diskriminan sebagai berikut:
Istilah yang digunakan dalam penelitian untuk
menunjukkan bank mengalami permasalahan anatara Z = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 + 1.05 X4
lain kebangkrutan bank (Altman, 1968: Ohlson, 1980: Dimana:
Barniv et all, 2002), kegagalan bank atau bank failure X1 = net working capital to total assets
(Meyer dan Pifer, 1970), financial distress (Platt and X2 = retained earning to total assets
Platt, 2002). X3 = earning before interest and tax tototal assets
Kebangkrutan suatu bank biasanya ditandai X4 = book value of equity to book value of debt
dengan financial distress, yaitu keadaan dimana Z = overall index
perusahaan lemah dalam menghasilkan laba atau
cenderung mengalami defisit. Dengan kata lain,

Halaman | 25
Klasifikasi perusahaan yang bangkrut, grey area penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2010) yang
dan tidak bangkrut didasarkan pada nilai z-score menemukan bahwa variabel NIM berpengaruh negatif
modifikasi adalah: dan signifikan terhadap financial distress.
H3: Terdapat pengaruh rasio keuangan NIM terhadap
a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang
kondisi financial distress
bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 dikategorikan dalam grey
2.2.4. Pengaruh ROA (Return On Asset) Terhadap
area, perusahaan tersebut tidak dapat dikatakan
Financial Distress
bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
c. Nilai Z > 2,90 dikategorikan perusahaan yang tidak
bank dalam memperoleh keuntungan secara
bangkrut.
keseluruhan. Semakin besar ROA, berarti semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari
2.2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan
2.2.1. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) asset. Lestari (2009) dalam penelitiannya
Terhadap Financial Distress menyimpulkan bahwa rasio ROA berpengaruh
Capital Adequacy Ration (CAR) adalah rasio signifikan dalam membedakan kelompok tingkat
yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh kesehatan perbankan. Sedangkan penelitian yang
aktiva yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, dilakukan oleh Prasetyo (2010) menemukan bahwa
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai rasio ROA berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana terhadap financial distress.
dari sumber-sumber diluar bank. CAR adalah rasio H4: Terdapat pengaruh rasio keuangan ROA terhadap
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang kondisi financial distress
dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit 2.2.5. Pengaruh BOPO (Biaya Operasional
yang diberikan. Pendapatan Operasional) Terhadap
Prasetyo (2010) dalam penelitiannya Financial Distress
menyimpulkan bahwa variabel CAR berpengaruh Rasio ini adalah perbandingan antara biaya
positif dan signifikan terhadap financial distress. operasional dengan pendapatan operasional dalam
Sedangkan dalam penelitian Rahmania (2014) mengukur tingkat efisiensi dan kemampuanbank dalam
ditemukan bahwa Variabel CAR tidak berpengaruh melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio
terhadap financial distress. biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena
H1: Terdapat pengaruh rasio keuangan CAR terhadap bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban)
kondisi financial distress operasionalnya dengan pendapatan operasionalnya.
Rahmania (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan
2.2.2. Pengaruh NPL (Non Performing Loan) bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Terhadap Financial Distress Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan
Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen terhadap kondisi Financial Distress. Sedangkan
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang penelitian Prasetyo (2010) menyimpulkan bahwa
diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap
semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan Kondisi Financial Distress Perusahaan Perbankan.
jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat H5: Terdapat pengaruh rasio keuangan BOPO
menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi terhadap kondisi financial distress
bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin
tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas 2.2.6. Pengaruh ROE (Return On Equity) Terhadap
suatu bank. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmania Financial Distress
(2014) menyimpulkan bahwa Variabel Non Performing Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih
Loan (NPL) berpengaruh terhadap financial distress setelah pajak dengan modal sendiri. Kenaikan rasio ini
perusahaan perbankan. Sedangkan dalam penelitian berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang
Kurniasari dan Ghozali (2013) menyebutkan rasio NPL bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial peluang kemungkinan pembayaran deviden (terutama
distress perbankan Indonesia. bagi bank yang telah go public). Kenaikan ini akan
H2: Terdapat pengaruh rasio keuangan NPL terhadap menyebabkan naiknya harga saham bank, yang akan
kondisi financial distress membuat para pemegang saham bank dan para investor
di pasar modal ingin membeli saham bank tersebut.
2.2.3. Pengaruh NIM (Net Interest Margin) Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari dan Ghozali
Terhadap Financial Distress (2013) menemukan bahwa rasio ROE tidak
Rasio ini menunjukkan kemampuan earning asset berpengaruh secara signifikan terhadap financial
dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. distress. Sedangkan Rahmania (2014) dalam
Yastynda (2016) dalam penelitiannya menenukan penelitiannya menemukan bahwa rasio ROE
bahwa NIM memiliki pengaruh yang signifikan berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
terhadap financial distress. Hal ini senada dengan hasil

Halaman | 26
H6: Terdapat pengaruh rasio keuangan ROE terhadap Gambar 2
kondisi financial distress Model Penelitian

2.2.7. Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio)


CAR (X1)
Terhadap Financial Distress
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio NPF (X2) PREDIKSI
antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah KONDISI
total dana pihak ketiga (DPK). LDR menunjukkan NIM (X3) FINANCIAL
tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana DISTRESS
ROA (X4) PERBANKAN
pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
SYARIAH
bersangkutan. Penelitian Mulyaningrum (2008), BOPO (X5)
DI
menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh INDONESIA
ROE (X6)
dalam menjelaskan kebangkrutan bank adalah LDR. (Y)
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari LDR (X7)
(2009), menyimpulkan bahwa LDR berpengaruh tidak
signifikan dalam membedakan kelompok tingkat Keterangan:
: Pengaruh masing-masing Variabel X terhadap Variabel Y
kesehatan perbankan. : Pengaruh seluruh Variabel X terhadap Variabel Y
H7: Terdapat pengaruh rasio keuangan LDR terhadap
kondisi financial distress 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
2.2.8. Pengaruh CAR, NPF, NIM, ROA, BOPO, Menurut Sugiyono (2014:80), Populasi adalah
ROE dan LDR secara bersama-sama wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek
Terhadap Financial Distress yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rasio yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
keuangan CAR, NPF, NIM, ROA, BOPO, ROE dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel
LDR memiliki pengaruh terhadap kondisi financial adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
distress. Penelitian yang dilakukan oleh menemukan dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi penelitian ini
bahwa Metode Altman Z Score sebelum modifikasi adalah perusahaan perbankan syariah di Indonesia
hanya digunakan untuk perusahaan manufaktur dan dengan data laporan keuangan periode tahun 2011-
untuk perusahaan jasa baiknya menggunakan metode 2016.
Altman Z Score setelah modifikasi. Penelitian yang Tabel 10
dilakukan oleh Rahmadani, Sujana dan Darmawan Populasi Penelitian
(2014) menemukan bahwa secara parsial WCTA, No. Nama Bank Syariah
RETA, EBITTA dan memiliki hubungan dengan 1 PT. Bank Muamalat Indonesia
prediksi financial distress dengan hubungan yang kuat 2 PT. Bank Victoria Syariah
dan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. 3 PT. Bank BRI Syariah
H8: Terdapat pengaruh rasio keuangan CAR, NPF, 4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
NIM, ROA, BOPO, RE dan LDR secara bersama- 5 PT. Bank BNI Syariah
6 PT. Bank Syariah Mandiri
sama terhadap kondisi financial distress
7 PT. Bank Mega Syariah
8 PT. Bank Panin Syariah
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini 9 PT. Bank Syariah Bukopin
adalah sebagai berikut: 10 PT. BCA Syariah
Gambar 1 11 PT. Maybank Syariah Indonesia
Kerangka Pemikiran Sumber: Statistik Perbankan Syariah (www.ojk.go.id)

LAPORAN ANALISIS PREDIKSI


3.2. Variabel Penelitian
KEUANGAN RASIO FINANCIAL Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
PERBANKAN KEUANGAN DISTRESS mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
SYARIAH DI (CAR, NPF, PERBANKAN atau timbulnya variable dependen (terikat). Sedangkan
INDONESIA NIM, ROA, SYARIAH
variabel dependen sering disebut sebagai variabel
output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
PERIODE BOPO, ROE, DI
sering disebut variabel terikat. Variabel terikat
2010 – 2016 LDR) INDONESIA merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
2.3. Model Penelitian
Berdasarkan gambaran kerangka pemikiran
tersebut, maka hubungan antar variabel dalam
penelitian ini akan digambarkan dalam model
penelitian sebagai berikut:

Halaman | 27
Tabel 11 a) Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang
Variabel Penelitian bangkrut.
Variabel Definisi / Konsep Variabel
b) Nilai 1,23 < Z < 2,90 dikategorikan dalam grey
area, perusahaan tersebut tidak dapat dikatakan
Variabel Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai
bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
Dependen : keadaan darurat keuangan, dimana kondisi
(Y) ini mendekati kebangkrutan c) Nilai Z > 2,90 dikategorikan perusahaan yang
Prediksi Financial tidak bangkrut.
Distress
Variabel Rasio kecukupan pemenuhan modal Analisis data dilakukan dengan analisis regresi
Independen minimum
(X1) CAR berganda dengan rumus:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e
(X2) NPL Rasio NPL menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit dimana:
bermasalah yang diberikan oleh bank. Y : Financial Distress
Semakin tinggi rasio NPL maka semakin X1 : CAR (Capital Adequacy Ratio)
buruk kualitas kredit yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar
X2 : NPL (Non Performing Loan)
sehingga dapat menyebabkan kemungkinan X3 : NIM (Net Interest Margin)
suatu bank dalam kondisi bermasalah X4 : ROA (Return On Asset)
semakin besar. Maka dalam hal ini semakin X5 :BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
tinggi rasio NPL maka semakin rendah
profitabilitas suatu bank
X6 : ROE (Return On Equity)
(X3) NIM Rasio ini menunjukkan kemampuan earning X7 : LDR (Loan to Deposit Ratio)
asset dalam menghasilkan pendapatan bunga
bersih. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
(X4) ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur 4.1. Hasil Penelitian
kemampuan bank dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan.
4.1.1. Statistik Deskriptif
(X5) BOPO Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya.
laporan keuangan bank untuk 1 tahun secara berturut-
Peningkatan besaran pada rasio ini turut yang menggunakan tahun buku berakhir 31
mencerminkan kurangnya kemampuan bank Desember yaitu sejak tahun 2011-2016. Berdasarkan
dalam mengelola usahanya hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam
(X6) ROE Rasio ini sebagai perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan modal sendiri
Tabel 4.1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang
(X7) LDR LDR merupakan rasio antara jumlah kredit digunakan didalam penelitian ini meliputi : jumlah
yang diberikan terhadap jumlah total dana sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum,
pihak ketiga (DPK). LDR menunjukkan nilai minimum untuk masing-masing variabel.
tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang Tabel 12
dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Statistik Deskriptif Data
Minimu Std.
Variabel N Maximum Mean
3.3. Teknik Analisis Data m Deviation
Teknik analisis data yang digunakan dalam CAR 66 11,10 73.44 23,36 14,45
NPL 66 0,00 43,99 4,60 6,87
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan NIM 66 2,12 15,33 6,10 2,63
analisis rasio keuangan dan Analisis Kebangkrutan ROA 66 -20,13 6,93 0,51 3,39
(Multiple Discriminant Analysis) Metode Altman Z BOPO 66 47,60 192,60 92,77 21,23
Score Modifikasi, kemudian dilakukan regresi dengan ROE 66 -49,05 57,98 5,17 13,95
menggunakan analisis regresi berganda. LDR 66 46,08 289,20 98,49 32,47
Persamaan Z Score yang telah dimodifikasi oleh Sumber: Data sekunder yang diolah.
Altman menunjukkan fungsi diskriminan sebagai
berikut: 4.1.2. Analisis Rasio Keuangan Dengan Metode
Gambar 3 Altman Z-Score
Persamaan Altman Z Score Modifikasi Analisa kebangkrutan model Altman Z-score
Z = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 + 1.05 X4 dengan menggunakan metode multiple discriminant
analysis (MDA). Penelitian ini menggunakan analisis
Dimana: Metode Altman Z Score yang telah dikembangkan
X1= net working capital to total assets untuk perusahaan yang bukan manufaktur sehingga
X2= retained earning to total assets rasio keuangan yang digunakan hanya 4 rasio. Rasio-
X3= earning before interest and tax tototal assets rasio tersebut adalah Working Capital to Total Assets,
X4= book value of equity to book value of debt Retained Earnings to Total Assets, EBIT to total Assets
Z = overall index dan Book Value of Equity to Book Value of Total Debt.
Sedangkan rasio Sales to Total Asset dieliminasi karena
Klasifikasi perusahaan yang bangkrut, grey area rasio ini sangat bervariatif pada industry dengan ukuran
dan tidak bangkrut didasarkan pada nilai z-score asset yang berbeda-beda.
modifikasi adalah:

Halaman | 28
Tabel 13 2. Koefisien regresi variabel CAR sebesar 0,044
Hasil Altman Z-Score memberikan arti bahwa CAR berpengaruh positif
Nama Bank 2011 2012 2013 2014 2015 2016 terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan
BMI 6.18 5.70 5.68 5.79 5.58 5.52 memperkecil kemungkinan terjadinya kondisi
BSM 6.07 5.96 5.86 6.03 6.01 6.02 financial distress perbankan syariah di Indonesia.
BMEGAS 4.69 5.34 5.91 5.89 5.98 7.37
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan
BRIS
satu satuan CAR maka akan terjadi peningkatan
5.51 5.33 5.31 5.12 3.98 4.72
BNIS
nilai Altman Z-Score dan memperkecil
6.11 5.25 4.92 6.10 6.90 5.49
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
BCAS 6.66 6.09 6.67 7.52 8.50 8.03
sebesar 0,044 dan begitu juga sebaliknya. Terdapat
BMAYS 5.66 6.05 6.15 6.44 4.24 3.99 pengaruh yang signifikan antara variabel CAR
BJBS 5.96 5.89 5.76 6.01 7.42 6.02 terhadap kondisi financial distress. Hasil uji t pada
BVIS 8.40 6.39 7.29 8.15 7.17 6.08 tabel 4.8 menunjukkan CAR memperoleh nilai taraf
BUKOPINS 5.23 4.80 4.92 4.38 5.59 5.29 signifikansi 0,000 menunjukkan nilai signifikan <
PBS 7.08 5.69 6.03 5.89 6.09 5.81 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk rancangan
Sumber : Data sekunder yang di olah. hipotesis 1 yaitu menerima H1 yang menyatakan
CAR berpengaruh terhadap kondisi financial
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa semua bank distress pada perbankan syariah.
syariah yang terdapat pada penelitian ini memiliki nilai 3. Koefisien regresi variabel NPL sebesar -0,089
Altman Z-Score di atas 2,90. Hal ini menunjukkan memberikan arti bahwa NPL berpengaruh negatif
bahwa dari tahun 2011-2016 bank yang terdapat dalam terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan
penelitian ini tidak berpotensi mengalami memperbesar kemungkinan terjadinya kondisi
kebangkrutan. Nilai Altman Z Score terbesar yaitu financial distress perbankan syariah di Indonesia.
Bank Central Asia Syariah pada tahun 2015 dengan Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan
nilai sebesar 8,50. Sedangkan nilai Altman Z Score satu satuan NPL maka akan terjadi penurunan nilai
terendah selama periode penelitian dengan nilai sebesar Altman Z-Score dan meningkatkan kemungkinan
3,98 yaitu BRI Syariah pada tahun 2015. terjadinya kondisi financial distress sebesar 0,089
dan begitu juga sebaliknya. Terdapat pengaruh yang
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis signifikan antara variabel NPL terhadap kondisi
Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan financial distress. Hasil uji t pada tabel 4.8
analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh menunjukkan NPL memperoleh nilai taraf
variabel-variabel dependen terhadap variabel dependen. signifikansi sebesar 0,003 menunjukkan nilai
4.1.3.1. Hasil Uji Hipotesis T signifikan < 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk
rancangan hipotesis 2 yaitu menerima H2 yang
Tabel 14 berikut akan menunjukkan hasil
menyatakan NPL berpengaruh terhadap kondisi
pengujian pengaruh rasio keuangan secara parsial
financial distress pada perbankan syariah.
terhadap financial distress.
4. Koefisien regresi variabel NIM sebesar -0,045
Tabel 14 memberikan arti bahwa NIM berpengaruh negatif
Hasil Uji t terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan
Model
Unstandardized Coefficients
T Sig.
memperbesar kemungkinan terjadinya kondisi
B Std.Error financial distress perbankan syariah di Indonesia.
Constanta 3,721 1,280 2,907 0,005
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan
CAR 0,044 0,010 4,540 0,000
NPL -0,089 0,029 -3,063 0,003 satu satuan NIM maka akan terjadi penurunan nilai
NIM -0,045 0,040 -1,133 0,262 Altman Z-Score dan meningkatkan kemungkinan
ROA 0,147 -0,076 1,926 0,059 terjadinya kondisi financial distress sebesar 0,045
BOPO 0,032 0,011 2,849 0,006 dan begitu juga sebaliknya. Tidak terdapat pengaruh
ROE -0,012 0,011 -1,086 0,282 yang signifikan antara variabel NIM terhadap
LDR -0,011 0,004 -2,482 0,016
kondisi financial distress. Hasil uji t pada tabel 4.8
Sumber: Data sekunder yang diolah
menunjukkan NIM memperoleh nilai taraf
signifikansi sebesar 0,262 menunjukkan nilai
Berdasarkan hasil olah data dengan analisis
signifikan > 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk
regresi berganda, maka di dapat persamaan sebagai
rancangan hipotesis 3 yaitu menolak H3 yang
berikut:
menyatakan NIM berpengaruh terhadap kondisi
Y = 3,721+ 0,044CAR – 0,089NPL – 0,045NIM +
0,147ROA + 0,032BOPO – 0,012ROE – 0,011LDR financial distress pada perbankan syariah.
Dari persamaan regresi linier tersebut dapat 5. Koefisien regresi variabel ROA sebesar 0,147
diinterpretasikan sebagai berikut: memberikan arti bahwa ROA berpengaruh positif
1. Konstanta sebesar 3,721 memberikan arti bahwa terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan
apabila CAR, NPL, NIM, ROA, BOPO, ROE dan memperkecil kemungkinan terjadinya kondisi
LDR diasumsikan = 0, maka financial distress (Y) financial distress perbankan syariah di Indonesia.
secara konstan bernilai sebesar 3,721. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan
satu satuan ROA maka akan terjadi peningkatan

Halaman | 29
nilai Altman Z-Score dan memperkecil LDR berpengaruh terhadap kondisi financial
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress distress pada perbankan syariah.
sebesar 0,147 dan begitu juga sebaliknya. Tidak
4.1.3.2. Hasil Uji F
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
ROA terhadap kondisi financial distress. Hasil uji t Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah
pada tabel 4.8 menunjukkan ROA memperoleh nilai semua variabel independen secara bersama-sama
taraf signifikansi sebesar 0,059 menunjukkan nilai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
signifikan > 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk financial distress (Y). Hasil uji F dapat dilihat pada
rancangan hipotesis 4 yaitu menolak H4 yang tabel 4.4 berikut:
menyatakan ROA berpengaruh terhadap kondisi
financial distress pada perbankan syariah. Tabel 15
6. Koefisien regresi variabel BOPO sebesar 0,032 Hasil Uji F
ANOVAb
memberikan arti bahwa BOPO berpengaruh positif
terhadap kemungkinan terjadinya kondisi financial Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
distress perbankan syariah di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan penambahan satu 1 Regression 27.792 7 3.970 7.223 .000a
satuan BOPO maka akan terjadi peningkatan Residual 31.882 58 .550
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress Total 59.674 65
sebesar 0,032 dan begitu juga sebaliknya. Terdapat a. Predictors: (Constant), LDR, NIM, ROA, CAR,
pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO ROE, NPL, BOPO
terhadap kondisi financial distress. Hasil uji t pada b. Dependent Variable: Z_SCORE
tabel 4.8 menunjukkan BOPO memperoleh nilai
taraf signifikansi 0,006 menunjukkan nilai Hasil uji F pada tabel 15 memperoleh taraf
signifikan < 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk signifikansi 0,000 menunjukkan nilai signifikan < 0,05.
rancangan hipotesis 5 yaitu menerima H5 yang Kondisi ini membawa pada suatu kesimpulan bahwa
menyatakan BOPO berpengaruh terhadap kondisi seluruh rasio keuangan pada penelitian ini yaitu CAR,
financial distress pada perbankan syariah. NPL, NIM, ROA, BOPO, ROE dan LDR secara
7. Koefisien regresi variabel ROE sebesar -0,012 simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang
memberikan arti bahwa ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi financial distress (Y)
terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan perbankan syariah. Dengan demikian, jawaban untuk
memperbesar kemungkinan terjadinya kondisi rancangan hipotesis 8 yaitu menerima H8 yang
financial distress perbankan syariah di Indonesia. menyatakan CAR, NPL, NIM, ROA, BOPO, ROE dan
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan LDR secara simultan atau bersama-sama memiliki
satu satuan ROE maka akan terjadi penurunan nilai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi financial
Altman Z-Score dan peningkatan kemungkinaan distress.
kondisi financial distress sebesar 0,012 dan begitu
juga sebaliknya. Tidak terdapat pengaruh yang 4.1.3.3. Koefisien Determinasi
signifikan antara variabel ROE terhadap kondisi Nilai koefisien determinasi (R2) pada dasarnya
financial distress. Hasil uji t pada tabel 4.8 digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh
menunjukkan ROE memperoleh nilai taraf variabel independedn terhadap variabel dependen. Nilai
signifikansi sebesar 0,282 menunjukkan nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Semakin
signifikan > 0,05. Dengan demikian, jawaban untuk besar R2 suatu variabel independen menunjukkan
rancangan hipotesis 6 yaitu menolak H6 yang semakin dominan pengaruhnya terhadap variabel
menyatakan ROE berpengaruh terhadap kondisi dependen. Hasil koefisisen determinasi dapat dilihat
financial distress pada perbankan syariah. pada tabel 16 berikut:
8. Koefisien regresi variabel LDR sebesar -0,011 Tabel 16
memberikan arti bahwa LDR berpengaruh negatif Koefisien determinasi (R2)
terhadap kenaikan nilai Altman Z-Score dan Model Summaryb
memperbesar kemungkinan terjadinya kondisi
Adjusted Std. Error of Durbin-
financial distress perbankan syariah di Indonesia. Model R R Square R Square the Estimate Watson
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan
satu satuan LDR maka akan terjadi penurunan nilai 1 .683a .466 .402 .74123 2.002
Altman Z-Score dan meningkatkan kemungkinan a. Predictors: (Constant), LDR, NIM, ROA, CAR, ROE, NPL,
BOPO
terjadinya kondisi financial distress sebesar 0,011
dan begitu juga sebaliknya. Terdapat pengaruh yang b. Dependent Variable: Z_SCORE
signifikan antara variabel LDR terhadap kondisi
financial distress. Hasil uji t pada tabel 4.8 Hasil perhitungan out put SPSS sebagaimana yang
menunjukkan LDR memperoleh nilai taraf terlihat pada bagian model summary diperoleh nilai
signifikansi 0,016 menunjukkan nilai signifikan < Adjusted R Square sebesar 0,402. Nilai koeifisien
0,05. Dengan demikian, jawaban untuk rancangan determinasi sebesar 0,402 menyatakan bahwa 40,2%
hipotesis 7 yaitu menerima H7 yang menyatakan variabel kondisi financial distress dijelaskan oleh
variabel CAR, NPL, NIM, ROA, BOPO, ROE dan
Halaman | 30
LDR. Sedangkan sisanya sebesar 59,8% dijelaskan oleh probabilitas kebangkrutan Bank Syariah di Indonesia
variabel lain yang tidak diikutsertakan pada penelitian karena angka signifikansi menunjukkan nilai sebesar
ini. 0.262. Berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan variabel
NIM yang relative tinggi yaitu sebesar 6,10%. Hal ini
4.2. Pembahasan menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat efisiensi
dan kemampuan yang baik dalam mengelola aktiva
4.2.1. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio)
produktifnya sehingga mampu menghasilkan
Terhadap Financial Distress
pendapatan bunga bersih yang besar. Penelitian ini
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan menunjukan bahwa rasio NIM berpengaruh negatif dan
bahwa nilai CAR signifikan sebesar 0,000. Hasil ini tidak signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah
membuktikan bahwa rasio CAR berpengaruh terhadap bank, yang berarti semakin tinggi NIM maka semakin
prediksi kebangkrutan bank. CAR juga digunakan kecil probabilitas kondisi bermasalah. Dengan semakin
untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada tinggi NIM maka pendapatan bunga atas aktiva
untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam produktif yang dikelola bank dari menjalankan fungsi
kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat intermediasi semakin besar.
berharga (Muljono, 1999). Semakin besar rasio ini, Dalam menjalankan usahanya, Bank syariah
semakin kecil probabilitas suatu bank mengalami menggunakan system bagi hasil, baik untuk nasabah
kebangkrutan (Santoso, 1996). Berdasarkan hasil penyimpan dana maupun nasabah peminjam dana.
analisis statistic deskriptif, nilai rata-rata CAR yaitu Pendapatan bersih dari perhitungan NIM ini didapatkan
23,36%. Nilai ini lebih tinggi dari 12% dan berada di dengan menghitung selisih margin pembiayaan
kategori sangat baik. Meskipun demikian, ada beberapa dikurangi dengan beban bagi hasil yang harus
bank yang berada di kategori baik. Hal ini dilihat dari dibayarkan, dimana bagi hasil yang akan dibayarkan
nilai minimum CAR yaitu sebesar 11,10%. kepada nasabah penyimpan dana akan berubah setiap
Prasetyo (2010) dalam penelitiannya bulannya mengikuti hasil investasi yang dilakukan dan
menyimpulkan bahwa variabel CAR berpengaruh didapatkan Bank, sehingga kemungkinannya sangat
positif dan signifikan terhadap financial distress. Hasil kecil akan terjadi negative spread dalam perhitungan
yang sama ditunjukkan dalam penelitian ini. Sedangkan pendapatan bersih Bank Syariah, oleh karena itu
dalam penelitian Rahmania (2014) ditemukan bahwa analisis NIM ini tidak selalu bisa dijadikan alat ukur
Variabel CAR tidak berpengaruh terhadap financial kondisi financial distress Bank Syariah.
distress. Penelitian ini menolak hasil penelitian Yastynda
(2016) yang menemukan bahwa NIM memiliki
4.2.2. Pengaruh NPL (Non Performing Loan)
pengaruh yang signifikan terhadap financial distress
Terhadap Financial Distress
dan Prasetyo (2010) yang menemukan bahwa variabel
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda NIM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
secara parsial dapat disimpulkan bahwa NPL financial distress.
berpengaruh positif terhadap Financial Distress. Hal ini
dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukkan 4.2.4. Pengaruh ROA (Return On Asset) Terhadap
tingkat signifikansi sebesar 0,003. Kredit bermasalah Financial Distress
akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank. Variabel ROA digunakan untuk mengukur
Penurunan pendapatan dapat menyebabkan penurunan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
profitabilitas sehingga terjadi kemungkinan bank akan keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA tidak
mengeluarkan biaya yang tinggi untuk cadangan bank. berpengaruh signifikan terhadap probabilitas
Jika biaya yang dikelurakan bank cukup tinggi maka kebangkrutan bank di Indonesia. Hal ini terlihat dari
akan terjadi NPL yang tinggi yang mengakibatkan nilai signifikansi sebesar 0.059. Ketika suatu bank
terjadinya kebangkrutan. Semakin besar NPL semakin memiliki rasio ROA yang besar, hal ini menunjukkan
besar pula cadangan yang harus dibentuk, yang berarti pihak manajemen telah melakukan efisiensi
semakin besar opportunity cost yang harus ditanggung pengelolahan penggunaan aset. Semakin tinggi ROA
oleh bank yang pada akhirnya dapat mengakibatkan maka semakin rendah probabilitas bank mengalami
potensi kerugian pada bank. kebangkrutan. Analisis deskriptif menunjukkan nilai
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang rata-rata ROA keseluruhan bank pada penelitian ini
dilakukan oleh Rahmania (2014) menyimpulkan bahwa yaitu 0,51. Kemampuan manajemen pada keseluruhan
Variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh bank dinilai cukup baik untuk memperoleh keuntungan.
terhadap financial distress perusahaan perbankan. Bank Syariah sejak awal berdirinya menjadi
Penelitian ini menolak hasil penelitian Kurniasari dan alternatif pilihan bagi masyarakat yang ingin berhijrah
Ghozali (2013) menyebutkan rasio NPL tidak dari Bank Konvensional. Sampai saat ini Bank Syariah
berpengaruh secara signifikan terhadap financial terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
distress perbankan Indonesia. Indonesia, bukan hanya dari masyarakat muslim, Bank
4.2.3. Pengaruh NIM (Net Interest Margin) Syariah juga membuka diri untuk melayani masyarakat
Terhadap Financial Distress dari berbagai agama dan lapisan masyarakat.
Pertumbuhan asset Bank Syariah semakin besar dari
Hasil pengujian terhadap variabel NIM tidak tahun ke tahun, walaupun market share nya masih jauh
ditemukan bukti adanya pengaruh NIM terhadap
Halaman | 31
dibawah Bank Konvensional. Tapi kesadaran digunakan untuk memprediksi financial distress bank
masyarakat dan dukungan pemerintah saat ini, seperti karena semakin tinggi laba, kewajiban menyediakan
adanya ketentuan untuk pengelolaan dana haji hanya modal minimal semakin besar. Apabila modal yang
boleh dilakukan oleh Bank Syariah, membantu disediakan semakin besar, hal tersebut menandakan
memberikan peluang bagi Bank Syariah untuk terus bahwa bank tidak cukup ekspansif dalam operasinya.
meningkatkan asset dan market sharenya. Peningkatan Melihat potensi yang dimiliki oleh Bank Syariah
asset Bank Syariah tentu akan menurunkan nilai ROA ke depan, banyak investor yang tertarik untuk
jika tidak diiringi dengan percepatan penyaluran berinvestasi di Bank Syariah. Naiknya jumlah modal
pembiayaan atau pengelolaan aktiva produktif yang yang disetorkan oleh para investor tentu akan
baik, tapi tidak berarti jika nilai ROA tersebut kecil menurunkan nilai ROE, tetapi hal tersebut tidak berarti
atau menurun maka akan menyebabkan risiko bahwa kualitas kesehatan Bank Syariah menjadi tidak
kebangkrutan secara langsung, karena sistem bagi hasil baik, justru hal tersebut menjadi peluang bagi Bank
yang diterapkan oleh Bank Syariah telah membagi Syariah untuk memperluas jaringan, layanan dan
secara jelas masing-masing nisbah atau porsi bagian meningkatkan penggunaan teknologi terbaru yang
bagi pihak nasabah dan pihak Bank. merupakan salah satu alat untuk meningkatkan fee base
Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian income saat ini di dunia perbankan, sehingga Bank
Lestari (2009) dalam yang menyimpulkan bahwa rasio Syariah bisa bersaing dengan Bank Konvensional dari
ROA berpengaruh signifikan dalam membedakan berbagai aspek.
kelompok tingkat kesehatan perbankan. Sedangkan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2010) Rahmania (2014) dalam penelitiannya menemukan
menemukan bahwa rasio ROA berpengaruh positif bahwa rasio ROE berpengaruh signifikan terhadap
tetapi tidak signifikan terhadap financial distress. Financial Distress. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasari dan Ghozali (2013)
4.2.5. Pengaruh BOPO (Biaya Operasional
menemukan bahwa rasio ROE tidak berpengaruh secara
Pendapatan Operasional Terhadap Financial
signifikan terhadap financial distress.
Distress
4.2.7. Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio)
Hasil penelitian untuk variable BOPO
Terhadap Financial Distress
menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,849 dan nilai
signifikansi sebesar 0,006 sehingga dapat dikatakan Hasil pengujian analisis regresi berganda
bahwa variabel BOPO memiliki pengaruh signifikan menunjukkan variabel LDR memiliki nilai signifikansi
terhadap financial distress bank. Hal ini menunjukkan 0,016. Hal ini membuktikan bahwa variabel LDR
bahwa rasio BOPO berpengaruh secara signifikan berpengaruh terhadap financial distress. Variabel LDR
terhadap probabilitas financial distress bank. Dengan merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
kata lain, semakin kecil rasio BOPO, bank semakin likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah
efisien dalam mengelola biaya operasionalnya. BOPO kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan ketiga.
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang
operasinya. Bank dinilai mampu mengatur bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-
keseimbangan antara biaya operasional yang keluarkan utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
untuk menjalankan biaya aktifitas usaha utamanya serta dapat dapat memenuhi permintaan kredit yang
seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Loan to
kerja dan biaya operaional lainya untuk menghasilkan Deposit Ratio menilai peranan simpanan bank dalam
pendapatan. pinjaman keuangan. Sebuah rasio yang tinggi berarti
Hasil ini sejalan dengan penelitian Prasetyo proporsi dari pinjaman yang dibiayai oleh simpanan
(2010) menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh yang rendah. Tingkat bunga pada dana lainnya ini
positif dan signifikan terhadap Kondisi Financial bagaimanapun lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga
Distress Perusahaan Perbankan. Hasil penelitian ini untuk simpanan. Semakin tinggi LDR maka semakin
menolak penelitian Rahmania (2014) yang tinggi probabilitas dari sebuah bank mengalami
menyimpulkan bahwa Biaya Operasional terhadap kebangkrutan. Nilai rata-rata keseluruhan LDR pada
Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh penelitian ini yaitu 98,46 termasuk kategori cukup baik.
signifikan terhadap kondisi Financial Distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Mulyaningrum (2008), menyimpulkan bahwa variabel
4.2.6. Pengaruh ROE (Return On Equity) Terhadap
yang berpengaruh dalam menjelaskan kebangkrutan
Financial Distress
bank adalah LDR. Sedangkan penelitian yang
Output regresi menunjukkan variabel ROE dilakukan oleh Lestari (2009), menyimpulkan bahwa
memiliki koefisien beta -1,086 dan nilai signifikansi LDR berpengaruh tidak signifikan dalam membedakan
sebesar 0,282 lebih besar dari 0,05. Hal tersebut kelompok tingkat kesehatan perbankan.
menunjukkan bahwa rasio ROE berpengaruh tidak
signifikan terhadap probabilitas financial distress. Hal
ini berarti bahwa pengelolaan modal sendiri yang
tersedia untuk menghasilkan laba belum dapat

Halaman | 32
4.2.8. Pengaruh CAR, NPF, NIM, ROA, BOPO, 6. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
ROE dan LDR secara bersama-sama bahwa rasio ROE (Return On Equity) berpengaruh
Terhadap Financial Distress negatif tetapi tidak signifikan terhadap kenaikan
nilai Altman Z-Score dan meningkatkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
CAR, NPF, NIM, ROA, BOPO, ROE dan LDR secara
perbankan syariah di Indonesia.
bersama-sama Terhadap Financial Distress memperoleh
7. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
taraf signifikansi 0,000 menunjukkan nilai signifikan <
bahwa rasio LDR (Loan to Deposit Ratio)
0,05. Kondisi ini membawa pada suatu kesimpulan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
bahwa seluruh rasio keuangan pada penelitian ini yaitu
kenaikan nilai Altman Z-Score dan meningkatkan
CAR, NPL, NIM, ROA, BOPO, ROE dan LDR secara
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang
perbankan syariah di Indonesia.
signifikan terhadap kondisi financial distress perbankan
8. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
syariah. Hasil olahan data sekunder mengenai koefisien
bahwa rasio-rasio keuangan CAR, NPL, NIM,
determinasi menunjukkan ketujuh variabel memiliki
ROA, BOPO, ROE, dan LDR secara simultan atau
pengaruh sebesar 40,2% terhadap kondisi finansial
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
distress. Sedangkan 59,8% sisanya dipengaruhi oleh
terhadap kondisi financial distress perbankan
variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam
syariah di Indonesia.
penelitian.

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.2. Saran


5.1. Simpulan
Adapun implikasi yang dapat dilakukan pada
Hasil perhitungan metode Altman Z-Score untuk penelitian selanjutnya yaitu :
memprediksi kondisi financial distress pada perbankan
1. Bagi perbankan syariah agar lebih fokus dalam
syariah atas laporan keuangan periode tahun 2011 –
mengembangkan potensi bisnis dan pelayanannya,
2016 menghasilkan nilai Z-Score yang lebih besar dari
hal ini sangat penting untuk dimulai dari sisi
2,9 sehingga dapat dikatakan perbankan syariah yang
internal Bank, yaitu dengan meningkatkan kualitas
termasuk dalam penelitian ini dikategorikan tidak
sumber daya islami dan meningkatkan penggunaan
bangkrut.
teknologi dalam mendukung aktifitas dan fasilitas
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis
perbankan. Hal ini dapat membantu meminimalisir
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
terjadinya risiko operasional.
1. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
2. Perbankan syariah juga harus fokus terhadap resiko-
bahwa rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
resiko yang tidak bisa dihindari, tapi setidaknya bisa
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
diminimalisir, misalnya resiko kredit, dimana
kenaikan nilai Altman Z-Score dan memperkecil
terjadinya resiko gagal bayar dari debitur, hal ini
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
bisa diminimalisir dengan memperkuat analisis awal
perbankan syariah di Indonesia.
kredit.
2. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
3. Nilai koefisien determinasi penelitian ini adalah
bahwa rasio NPF (Non Performing Financing)
sebesar 40,20%, sedangkan variabel lain sebesar
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
59,80% tidak diterangkan dalam penelitian ini. Pada
kenaikan nilai Altman Z-Score dan meningkatkan
penelitian selanjutnya bisa menggunakan variable-
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
variabel lain baik yang bersifat financial atau pun
perbankan syariah di Indonesia.
non financial misalnya ukuran perusahaan,
3. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
kepatuhan Batas Maksimal Pemberian Kredit
bahwa rasio NIM (Net Income Margin) berpengaruh
(BMPK), pemenuhan Giro Wajib Minimum
negatif dan tidak signifikan terhadap kenaikan nilai
(GWM) dan Posisi Devisa Netto (PDN).
Altman Z-Score dan meningkatkan kemungkinan
4. Sampel pada penelitian selanjutnya hendaknya
terjadinya kondisi financial distress perbankan
membedakan jenis perusahaan antara devisa dan
syariah di Indonesia.
non devisa. Variasi metode penelitian berikutnya
4. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
bisa dilakukan dengan menggunakan metode yang
bahwa rasio ROA (Return On Asset) berpengaruh
berbeda untuk menilai potensi kebangkrutan bank,
positif tetapi tidak signifikan terhadap kenaikan
seperti metode Camel atau Springrate.
nilai Altman Z-Score dan memperkecil
5. Keberpihakan pemerintah terhadap keberadaan dan
kemungkinan terjadinya kondisi financial distress
eksistensi Bank Syariah hendaknya dapat terus
perbankan syariah di Indonesia.
ditingkatkan demi membantu kemajuan dan
5. Dari pengujian regresi berganda diperoleh hasil
pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable
bahwa rasio BOPO (Biaya Operasional dan
growth) Perbankan Syariah di Indonesia.
Pendapatan Operasional) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peningkatan kemungkinan
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini,
terjadinya kondisi financial distress perbankan
antara lain:
syariah di Indonesia.

Halaman | 33
1. Data yang digunakan pada penelitian ini sebatas _________________. 2010. Analisis Kritis Atas
laporan keuangan untuk publik sehingga tidak Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
mampu menjangkau aspek manajemen lainnya. Persada.
Sudarsono, Heri. 2009. Dampak Krisis Keuangan
2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor-
Global Terhadap Perbankan di Indonesia :
faktor selain rasio keuangan.
Perbandingan Antara Bank Konvensional dan
bank Syariah. Jakarta : La_Riba Jurnal Ekonomi
Islam, Vol.III, No.1, 2009.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
DAFTAR REFERENSI Kualitatif dan R&D.. Bandung : Alfabeta.
Sutan Remy Sjahdeini. 2015. Perbankan Syariah
Agus Widarjono. 2015. Analisis Multivariat Terapan
Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya.
Dengan Program SPSS, AMOS an SMARTPLS.
Jakarta : Prenamedia Group.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Syakur, Ahmad Syafi’i. 2009. Intermediate Accounting
Burhan Bungin. 2014. Metodologi Penelitian Dalam Perspektif Lebih Luas. Jakarta : AV
Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publisher.
Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta :
S. Patricia Febrina Dwijayanti. 2010. Penyebab,
Kencana Prenadamedia.
Dampak dan Prediksi Dari Financial Distress
Dwi Nur’aini Ihsan. 2013. Analisis Laporan Keuangan
Serta Solusi Untuk Mengatasi Financial
Perbankan Syariah. Jakarta : UIN Jakarta Press.
Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2
Endri. 2009. Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk No. 2, Juli 2010.
Menghadapi dan Mengelola Perubahan Taswan (Cand). 2010. Manajemen Perbankan.
Lingkungan Bisnis : Analisis Model Altman’s Z-
Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta.
Score. Jakarta : Institut Perbanas.
Zaki Baridwan. 2000. Intermediate Accounting.
Haryetti. 2010. Analisis Financial Distress Untuk
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Memprediksi Risiko Kebangkrutan Perusahaan www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-
(Studi Kasus Pada Industri Perbankan di BEI). keuangan/bank/umum-syariah/default.aspx
Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 2, Juni
www.neraca.co.id/article/36405/kelebihan-dan-
2010.
kekurangan-bank-syariah
Imam Ghozali. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete
www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-
Dengan Program IBM SPSS 23. Semarang :
statistik/laporan-keuangan-perbankan
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. /default.aspx
Irham Fahmi. 2014. Analisis Laporan Keuangan.
Bandung : Alfabeta.
___________. 2014. Pengantar Perbankan Teori &
Aplikasi. Bandung : Alfabeta.
___________. 2015. Manajemen Perbankan
Konvensional & Syariah. Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta :
Rajawali Pers.
______. 2015. Analisis laporan Keuangan. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002. Manajemen
Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :
BPFE – Yogyakarta.
Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. Bank Syariah Dari
Teori Ke Praktek. Jakarta : Gema Insani Press
bekerja sama dengan Tazkia Cendekia.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di
Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Prabowo, Reza dan Wibowo. 2015. Analisis
Perbandingan Model Altman Z-Score,
Zmijewski dan Springate dalam memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan Delisting Di BEI
Periode 2008-2013. Account Jurnal Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan. Jakarta : Politeknik
Negeri Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.

Halaman | 34

Anda mungkin juga menyukai