Anda di halaman 1dari 12

Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank

Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah


Periode Sebelum dan Setelah Krisis
Ekonomi Global

R Soqmanoreqa
Lulu Nurul Istanti
Program Studi Manajemen - Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang Telp. 0341-552888, Email: luluistanti@yahoo.com

Abstrak: Saat krisis ekonomi global bank konvensional mengalami kesulitan likuiditas dan meminta
bantuan likuditas kepada Bank Indonesia. Keadaan sebaliknya terjadi pada bank syariah Indonesia. Kinerja
pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai Februari 2009. Hal ini dikarenakan perbedaan
dalam sistem operasi perbankan konvensional dan perbankan syariah. Untuk mengetahui perbedaan tingkat
kesehatan bank konvensional dan bank syariah periode sebelum dan setelah krisis ekonomi global digunakan
analisis tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu analisis CAMELS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan antara bank konvensional dan bank syariah
periode sebelum dan setelah krisis ekonomi global. Berdasarkan rasio CAR, KAP(1), KAP(2), NPM, ROA,
dan NIM tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional
dan bank syariah. Berdasarkan rasio ROE, BOPO, dan LDR terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah.
Kata kunci: tingkat kesehatan bank, bank konvensional, bank syariah, krisis ekonomi global, CAMELS.

Tingkat kesehatan perbankan Indonesia, perbankan Indonesia menunjukkan perbankan


baik bank konvensional maupun bank syariah Indonesia berada pada kondisi perbankan yang
secara umum sebelum terjadinya krisis sehat. Namun sejak terjadinya krisis ekonomi
ekonomi global cukup baik. Hal ini dapat dili- global, perbankan Indonesia khususnya bank
hat pada akhir tahun 2007 jumlah Dana Pihak konvensional mengalami kesulitan likuidasi
Ketiga (DPK) yang diterima berada di atas (Humas Bank Indonesia, 2010).
kredit yang diberikan. Efisiensi dan pro- Krisis ekonomi global terjadi di Indo-
fitabilitas perbankan Indonesia pada tahun 2007 nesia pada semester kedua tahun 2008 akibat
juga masih baik. Rata-rata rasio biaya ope- debitor Amerika Serikat mengalami gagal bayar
rasional terhadap pendapatan operasional bank KPR yang kemudian membuat lembaga
konvensional 81,82%, dan ROA sebesar keuangan di bisnis ini mengalami kebangkrutan
2,06%. Pada bank syariah, rata-rata rasio biaya dan berimbas pada perekonomian dan perbank-
operasional terhadap pendapatan operasional an Indonesia. Humas Bank Indonesia (2010:4)
sebesar 58,96% dan ROA sebesar 3,01%. CAR menjelaskan ada beberapa indikator yang mem-

PROSIDING 371
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
perlihatkan gejala Indonesia terkena krisis Krisis ekonomi global berdampak negatif
ekonomi dan keuangan global, yaitu mero- terhadap perbankan konvensional Indonesia
ketnya nilai tukar rupiah menembus angka karena bank konvensional Indonesia memiliki
Rp12.650 per dolar Amerika Serikat pada 24 tingkat integritas yang tinggi dengan sistem
November 2008, tingkat inflasi menyentuh keuangan global. Selain itu, bank konvensional
angka 12,56% pada tahun 2008, pada 8 Oktober sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan
2008 IHSG terkoreksi hingga 10,38% atau tingkat suku bunga. Berbeda dengan bank kon-
menyentuh 1.451,7 yang membuat otoritas vensional, eksposure pembiayaan perbankan
bursa mensuspen perdagangan efek dan deriva- syariah lebih diarahkan kepada akivitas
tif hingga 10 Oktober 2008, jumlah dana asing perekonomian domestik sehingga belum memi-
yang ditanam di Surat Utang Negara (SUN) liki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem
turun hingga Rp105,06 triliun pada 19 Septem- keuangan global. Bank syariah tidak rentan
ber 2008, dan simpanan bank pada SBI dan SBI terhadap fluktuasi tingkat suku bunga karena
Syariah tercatat Rp231,386 triliun, namun pada bank syariah tidak beroperasi dengan sistem
Desember 2008 turun hingga Rp166,518 bunga. Hal inilah yang mendasari perbedaan
triliun. antara bank konvensional dan bank syariah.
Krisis ekonomi global telah mengubah Sehubungan dengan kondisi tersebut, penelitian
aktivitas ekonomi khususnya perbankan Indo- ini ditujukan untuk mengkaji dan menganalisis
nesia. Pada Oktober 2008 tiga bank konven- perbankan konvensional dan syariah, apakah
sional yaitu PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank kondisi tersebut berdampak pada tingkat ke-
BNI Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sehatan bank sebelum dan setelah krisis
meminta bantuan likuiditas dari Pemerintah ekonomi global.
(Humas Bank Indonesia, 2010:8). Bank-bank Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan
menengah dan kecil yang tidak menerima bank menggunakan pendekatan kualitatif atas
bantuan likuiditas dari pemerintah mengalami berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
penurunan dana simpanan masyarakat. Menu- kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
runnya dana simpanan masyarakat membuat tersebut kemudian dikenal dengan metode
industri perbankan berusaha mempertahankan CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Man-
dana-dana yang mereka miliki untuk menjaga agement, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity
tingkat likuditas bank dengan cara memberikan to market risk. Kriteria sensitivity to market risk
tingkat suku bunga yang tinggi. Hal ini menye- merupakan aspek tambahan dari metode
babkan perang bunga antarbank dan kemudian penilaian kesehatan bank yang sebelumnya,
menyeret kenaikan tingkat suku bunga kredit yaitu CAMEL. CAMEL pertama kali diper-
yang membuat debitor tidak mampu membayar kenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya
bunga kredit dan pokoknya. Pada bank syariah Paket Februari 1991 mengenai sifat kehati-
kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai
tetap tinggi sampai posisi Februari 2009, seperti dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober
dijelaskan dalam situs Bank Indonesia. 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang men-
Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah jadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1
per Februari 2009 terus mengalami pening- Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkem-
katan. Selain itu, selama dua bulan pertama di bang di Indonesia pada akhir tahun 1997 se-
tahun 2009 jaringan pelayanan bank syariah bagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter
mengalami penambahan sebanyak 45 jaringan (Abidin, 2008:4).
kantor.

372 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
1. Tingkat Kesehatan Bank a. Capital
Taswan (2010:537) memberikan definisi Faktor capital atau permodalan yaitu
tingkat kesehatan bank merupakan hasil peni- mengukur sampai di mana bank memenuhi
laian kualitatif atas berbagai aspek yang ber- penilaian permodalan bank, kecukupan
penyediaan modal terhadap Aktiva Tertim-
pengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu
bang Menurut Risiko (ATMR). Penilaian
bank melalui penilaian aspek permodalan,
terhadap faktor permodalan dapat diketahui
kualit as aset, manajemen, rentabilitas,
dengan Capital Adequating Ratio (CAR)
likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.
atau rasio kecukupan modal. CAR meru-
pakan perbandingan antara modal dengan
2. Analisis CAMELS
ATMR (SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
Analisis CAMELS diatur dalam Peratur- b. Asset Quality
an Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Asset quality atau kualitas aset yaitu untuk
perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh
Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia bank, sampai sejauh mana bank memeli-
Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian hara kualitas aktivanya seproduktif mung-
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan kin sehingga menjamin hasil yang mendu-
Prinsip Syariah. kung rentabilitas. Penilaian terhadap faktor
Berbagai lembaga dan analis t elah kualitas aset dapat diketahui dengan
menerapkan metode CAMEL dengan definisi Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang di-
yang berbeda. Sinkey (2007) menganalisis miliki oleh bank. KAP dihitung dengan dua
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode. Metode pertama atau KAP (1)
aspek asset atau permodalan bank. Oliver dan merupakan perbandingan antara aktiva
Robert (1979) menganalisis tingkat kesehatan produktif yang diklasifikasikan dengan
bank dengan menggunakan metode CAEL, jumlah aktiva produktif yang dimiliki bank.
yaitu capital atau permodalan, asset quality Metode kedua KAP(2) dihitung dengan
atau kualitas aset, earning atau profitabilitas, membagi Penyisihan Penghapusan Aktiva
dan liquidity atau likuiditas. John Son dan Produktif (PPAP) yang telah dibentuk oleh
Johnson (1984) menghitung tingkat kesehatan bank dengan PPAP yang wajib dibentuk
bank dari penilaian aspek earning dan liquid- oleh bank. (SE BI No. 6/23/DPNP tahun
ity. Whalen dan Thomson (1988) menggunakan 2004)
aspek earning untuk menganalisa tingkat c. Management
kesehatan bank. Thomson (1991) menilai ting- Management atau penilaian terhadap aspek
kat kesehatan bank dari penilaian aspek asset. manajemen menunjukkan kemampuan
Standar dan Poors (1997) menilai tingkat manajemen bank untuk mengidentifikasi,
kesehatan bank dari penilaian terhadap aspek mengukur, mengawasi, dan mengontrol
asset dan earning. risiko-risiko yang timbul melalui kebi-
Analisis CAMELS merupakan kepan- jakan-kebijakan dan strategi bisnisnya un-
jangan dari Capital (C), Asset Quality (A), tuk mencapai target. Penilaian terhadap
Management (M), Earning (E), Liquidity (L), faktor manajemen dihitung dengan rasio
dan Sensitivity to Market Risk (S). Penilaian Net Profit Margin (NPM) yang merupakan
tingkat kesehatan bank mencakup penilaian perbandingan antara pendapatan bersih de-
terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri ngan pendapatan operasional. (Merkusiwati,
dari: 2007)

PROSIDING 373
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
d. Earning an lancarnya. Penilaian terhadap faktor
Earning atau profitabilitas merupakan likuiditas bank dihitung dengan rasio Loan
ukuran kemampuan bank dalam mening- to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan
katkan labanya, mengukur tingkat efisiensi perbandingan antara kredit yang diberikan
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank dengan total dana pihak ketiga. (SE BI No.
yang bersangkutan. Penilaian terhadapt 6/23/DPNP tahun 2004)
faktor rentabilitas dihitung dengan rasio f. Sensitivity to Market Risk
Return on Asset (ROA), Return on Equity Sensitivity to market risk atau sensitivitas
(ROE), Net Interest Margin (NIM) atau Net terhadap risiko pasar menunjukkan ke-
Operating Margin (NOM), dan Biaya Ope- mampuan bank dalam melindungi posisi
rasional dibandingkan dengan Pendapatan neraca akibat perubahan secara kese-
Operasional (BOPO). ROA merupakan luruhan dari kondisi pasar. Penilaian ter-
perbandingan antara laba sebelum pajak hadap faktor sensitivitas terhadap risiko
dengan rata-rata total aktiva. ROE meru- pasar dihitung dengan Interest Rate Risk
pakan perbandingan antara laba setelah Ratio (IRR Ratio) yang merupakan per-
pajak dengan rata-rata modal inti. NIM bandingan antara hasil bunga dengan biaya
merupakan perbandingan antara pendapat- bunga. (Muljono, 1994:435)
an bunga bersih dengan rata-rata aktiva
prduktif. NOM merupakan perbandingan 3. Krisis Ekonomi Global
antara pendapatan operasi bersih terhadap
rata-rata aktiva produktif. (SE BI No. 6/ Krisis ekonomi global terjadi di Indone-
23/DPNP tahun 2004). sia pada semester kedua tahun 2008 akibat
e. Liquidity debitor Amerika Serikat mengalami gagal bayar
Liquidity atau likuiditas menunjukkan ke- KPR yang kemudian membuat lembaga
mampuan bank dalam memenuhi kewajib- keuangan di bisnis ini mengalami kebangkrutan

Gambar 1. Rancangan Penelitian


Gambar 1. Rancangan Penelitian

374 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
dan kemudian berimbas pada perekonomian 5% maka data dianggap normal. Untuk data
dan perbankan Indonesia. yang bedistribusi normal, alat analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah sta-
METODE tistic parametric menggunakan analisis inde-
penden sample t-test dengan tingkat signi-
Penelitian ini bersifat penelitian kuanti- fikansi 5%. Akan tetapi jika data tidak normal
tatif. Pengukuran tingkat kesehatan bank dalam maka dalam uji hipotesis menggunakan uji
penelitian ini menggunakan analisis CAMELS. Mann-Whitney U dengan tingkat signifikansi
Rancangan penelitian dalam penelitian ini 5%. Pengujian hipotesis tersebut akan dihitung
digambarkan pada Gambar 1: dengan bantuan program SPSS 16.0 for Win-
Populasi penelitian ini adalah semua dows.
bank konvensional dan bank syariah yang ter- Hipotesis penelitian adalah:
daftar di BEI dan di Bank Indonesia selama 1. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan
tahun 2007 dan 2009, yang berjumlah 29 bank pada tingkat kesehatan bank antara bank
konvensional dan 5 bank syariah. Penelitian ini konvensional dan bank syariah sebelum
menggunakan metode Purposive sampling krisis ekonomi global.
dalam penentuan sampel berdasarkan kriteria 2. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan
tertentu. Adapun kriteria sampel yang diambil pada tingkat kesehatan bank antara bank
adalah bank yang menghasilkan laba bersih dan konvensional dan bank syariah setelah
laba operasional selama tahun 2007 dan 2009, krisis ekonomi global.
sehingga sampel penelitian ini 23 bank kon-
vensional dan 3 bank syariah.
Data yang digunakan penelitian ini HASIL & PEMBAHASAN
adalah data sekunder yang diperoleh dari Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank antara
website BEI, yaitu http://www.idx.co.id dan Bank Konvensional dan Bank Syariah
website Bank Indonesia, yaitu ht tp:// Periode Sebelum Krisis Ekonomi Global
www.bi.go.id. diuji Normalitas data diuji Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian
dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Z hipotesis tingkat kesehatan bank konvensional
dengan tingkat signifikansi yang digunakan  dan bank syariah periode sebelum krisis
= 5%, jika nilai signifikansi lebih besar dari ekonomi global.

Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Beda Tingkat Kesehatan Bank Konvensional dan Syariah Periode
Sebelum Krisis Ekonomi Global
No. Hipotesis Signifikansi Sig (2-tailed) Kesimpulan
1. Perbedaan CAR 0,05 0.101 Ho diterima
2. Perbedaan KAP(1) 0.05 0.985 Ho diterima
3. Perbedaan KAP(2) 0.05 0.224 Ho diterima
4. Perbedaan NPM 0.05 0.899 Ho diterima
5. Perbedaan ROA 0.05 0.282 Ho diterima
6. Perbedaan ROE 0.05 0.007 Ho ditolak
7. Perbedaan NIM 0.05 0.284 Ho diterima
8. Perbedaan BOPO 0.05 0.002 Ho ditolak
9. Perbedaan LDR 0.05 0.022 Ho ditolak
(Sumber: data diolah peneliti)

PROSIDING 375
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bah- vensional memiliki aktiva produktif berisi-
wa nilai signifikansi (2-tailed) ROE, BOPO dan ko lebih tinggi dari bank syariah jika diban-
LDR lebih kecil dari 5%. Maka dapat disim- dingkan dengan jumlah aktiva produktif
pulkan bahwa t erdapat perbedaan yang yang dimiliki. Aktiva produktif yang
signifikan pada tingkat kesehatan bank antara diklasifikasikan tersebut disinyalir berasal
bank konvensional dan syariah periode sebelum dari kredit yang memiliki potensi gagal
krisis ekonomi global ditinjau dari rasio ROE, bayar. Namun perbedaan tersebut tidak
BOPO dan LDR. terlalu signifikan. Karena bank konven-
Nilai signifikansi (2-tailed) CAR, KAP(1), sional mampu menyanggah aktiva yang
KAP(2), NPM, ROA dan NIM lebih besar dari berisiko tersebut dengan jumlah aktiva
5%. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak produktif yang dimiliki. Selain itu, bank
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat konvensional masih berada pada kondisi
kesehatan bank antara bank konvensional dan perbankan yang sehat. Hal inilah yang
syariah periode sebelum krisis ekonomi global menyebabkan KAP(1) bank konvensional
ditinjau dari rasio CAR, KAP(1), KAP(2), NPM, dan bank syariah tidak berbeda signifikan
ROA dan NIM. pada periode sebelum krisis ekonomi glo-
bal.
1. Aspek Capital (Permodalan) b. KAP(2)
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1 Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1
disimpulkan bahwa berdasarkan CAR tidak disimpulkan bahwa berdasarkan KAP(2)
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat tidak terdapat perbedaan yang signifikan
kesehatan bank antara bank konvensional dan pada tingkat kesehatan bank antara bank
bank syariah periode sebelum krisis ekonomi konvensional dan bank syariah periode
global. Bank konvensional memiliki kemam- sebelum krisis ekonomi global. Bank kon-
puan permodalan di atas bank syariah dalam vensional lebih banyak membentuk PPAP
menyanggah aktiva terutama kredit atau daripada bank syariah. Hal tersebut dika-
pinjaman. Namun perbedaan tersebut tidak renakan aktiva produktif bank konven-
terlalu signifikan karena modal bank syariah sional lebih berisiko, karena berkaitan
masih mampu menyanggah aktiva berisiko langsung dengan tingkat suku bunga kredit.
berupa pinjaman dan bank syariah msaih berada Untuk meminimalkan kerugian akibat
pada kondisi perbankan yang sehat. Hal inilah adanya kredit macet maka bank konvesi-
yang menyebabkan CAR bank konvensional onal lebih banyak membentuk PPAP.
dan bank syariah tidak berbeda signifikan pada Namun perbedaan tersebut tidak terlalu
periode sebelum krisis ekonomi global. signifikan karena walau pemenuhan PPAP
bank konvensional lebih tinggi dari bank
2. Aspek Asstes Quality (Kualitas Aktiva) syariah, namun bank syariah masih dapat
a. KAP(1) memenuhi PPAP melebihi PPAP yang
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1 wajib dibentuk dan bank syariah masih
disimpulkan bahwa berdasarkan KAP(1) berada pada kondisi perbankan yang sehat.
tidak terdapat perbedaan yang signifikan Hal inilah yang menyebabkan KAP(2) bank
pada tingkat kesehatan bank antara bank konvensional dan bank syariah tidak
konvensional dan bank syariah periode berbeda signifikan pada periode sebelum
sebelum krisis ekonomi global. Bank kon- krisis ekonomi global.

376 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
3. Aspek Management (Manajemen) b. Return on Equity (ROE)
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1 Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1
disimpulkan bahwa berdasarkan NPM tidak disimpulkan bahwa berdasarkan ROE
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat terdapat perbedaan yang signifikan pada
kesehatan bank antara bank konvensional dan tingkat kesehatan bank antara bank kon-
bank syariah periode sebelum krisis ekonomi vensional dan bank syariah periode setelah
global. Bank konvensional lebih banyak krisis ekonomi global. Kemampuan
mengeluarkan biaya operasiobal dan non opera- pengembalian laba atas modal pada bank
sional akibatnya dapat mengurangi pendapatan konvensional berada di bawah bank
operasi dan pendapatan bersih. Namun per- syariah. Perbedaan tersebut dikarenakan
bedaan tersebut tidak terlalu signifikan karena terdapat perbedaan pada permodalan bank
kontribusi pendapatan operasional dalam konvensional dan bank syariah. Modal
menghasilkan pendapatan bersih masih tinggi. sendiri bank konvesnional berasal dari
Hal inilah yang menyebabakan NPM bank kon- modal disetor berupa saham. Bank kon-
vensional dan bank syariah tidak berbeda signi- vensional yang telah menjadi perusahaan
fikan pada periode sebelum krisis ekonomi public lebih banyak mengedarkan saham
gloal. sebagai sumber midal sendiri sehingga
tingkat pengembalian laba atas modal
4. Aspek Earning (Profitabilitas) sendiri pada bank koncensional menjadi
a. Return on Assets (ROA) lebih rendah dari bank syariah. Hal inilah
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1
yang menyebabkan ROE bank konven-
disimpulkan bahwa berdasarkan ROA
sional dan bank syariah berbeda signifikan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada periode sebelum krisis ekonomi global.
pada tingkat kesehatan bank antara bank
c. Net Interest Margin (NIM)
konvensional dan bank syariah periode
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1
sebelum krisis ekonomi global. Kemampu-
disimpulkan bahwa berdasarkan NIM tidak
an pengembalian laba atas aktiva pada bank
terdapat perbedaan yang signifikan pada
konvensinal berasda di bawah bank sya-
tingkat kesehat an bank antara bank
riah. Hal tersebut disinyalir pada bank kon-
konvensional dan bank syariah periode se-
vensional lebih banyak aktiva namun tidak
belum krisis ekonomi global. Kemampuan
dipergunakan secara maksimal untuk
memperoleh laba. Aktiva tersebut disinya- bank syariah dalam menghasilkan penda-
lir merupakan aktiva yang berisiko menim- patan operasi dari aktiva produktif berada
bulkan kerugian sehingga tidak mampu di bawah bank konvensional. Namun
menghasilkan laba. Namun perbedaan ter- perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan
sebut tidak terlalu signifikan karena bank karena penempatan aktiva produktif bank
konvensional masih mampu memanfaat- syariah masih mampu menghasilkan
kan aktiva yang dimiliki untuk menghasil- pendapatan operasi. Selain itu, posisi bank
kan laba. Selain itu, bank konvensional ma- syariah masih berada pada kondisi per-
sih berada pada kondisi perbankan yang bankan yang sehat. Hal inilah yang menye-
sehat. Hal inilah yang menyebabkan ROA babkan NIM bank konvensional dan bank
bank konvensional dan bank syariah tidak syariah tidak berbeda signifikan pada
berbeda signifikan pada periode sebelum periode sebelum krisis ekonomi global.
krisis ekonomi global.
PROSIDING 377
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
d. Biaya Operasional dibanding Pendapatan bank syariah periode sebelum krisis ekonomi
Operasional (BOPO) global. Bank syariah lebih banyak menyalurkan
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1 pinjaman pada masyarakat dibanding bank
disimpulkan bahwa Berdasarkan BOPO konvensional. Hal ini disinyalir karena permin-
terdapat perbedaan yang signifikan pada taan pinjaman di bank syariah lebih tinggi dari
tingkat kesehatan bank antara bank kon- pada bank konvensional. Perbedaan tersebut
vensional dan bank syariah periode sebe- dikarenakan perbedaan dalam perhitunagn kre-
lum krisis ekonomi global. Bank konven- dit atau pinjaman pada bank konvensional dan
sional kurang efisien dalam mengeluarkan bank syariah. Bank konvensional telah mene-
biaya operasional daripada bank syariah tapkan besarnya biaya bunga yang harus di-
sehingga mengurangi pendapatan operasi bayar oleh nasabah peminjam. Namun pada
yang diterima. Perbedaan tersebut disinya- bank syariah besarnya biaya yang harus dike-
lir karena eksposure pembiayaan perbank- luarkan oleh nasabah peminjam berdasarkan
an syariah lebih diarahkan kepada aktivitas perjanjian kedua belah pihak. Prinsip ini disebut
perekonomian domestic sehingga belum dengan prinsip profit sharing atau bagi hasil.
memiliki tingkat integrasi yang tinggi de- Hal inilah yang menyebabkan tingginya penya-
ngan sistem keuangan global. Maka bank luran kredit pada bank syariah. Karena masya-
syariah tidak menanggung biaya transaksi rakat lebih memilih untuk meminjam di bank
valuta asing pada biaya operasionalnya. syariah daripada bank konvensional
Hal inilah yang menyebabkan BOPO bank
konvensional dan bank syariah berbeda
signifikan pada periode sebelum krisis eko- Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank antara
nomi global. Bank Konvensional dan Bank Syariah
Periode Setelah Krisis Ekonomi Global
5. Aspek Likuidity (Likuiditas) Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 1 hipotesis tingkat kesehatan bank konvensional
disimpulkan bahwa berdasarkan LDR terdapat dan bank syariah periode setelah krisis ekonomi
perbedaan yang signifikan pada tingkat global.
kesehatan bank antara bank konvensional dan

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Beda Tingkat Kesehatan Bank Konvensional dan Syariah Periode
Setelah Krisis Ekonomi Global
No. Hipotesis Signifikansi Sig (2-tailed) Kesimpulan
1. Perbedaan CAR 0,05 0.095 Ho diterima
2. Perbedaan KAP(1) 0.05 0.601 Ho diterima
3. Perbedaan KAP(2) 0.05 0.385 Ho diterima
4. Perbedaan NPM 0.05 0.846 Ho diterima
5. Perbedaan ROA 0.05 0.695 Ho diterima
6. Perbedaan ROE 0.05 0.049 Ho ditolak
7. Perbedaan NIM 0.05 0.731 Ho diterima
8. Perbedaan BOPO 0.05 0.005 Ho ditolak
9. Perbedaan LDR 0.05 0.034 Ho ditolak
(Sumber: data diolah peneliti)

378 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bah- memiliki aktiva produktif yang berisiko
wa nilai signifikansi (2-tailed) ROE, BOPO dan lebih tinggi dari bank konvensional jika
LDR lebih kecil dari 5%. Maka dapat disim- dibandingkan dengan jumlah aktiva
pulkan terdapat perbedaan yang signifikan pada produktif yang dimiliki. Aktiva produktif
tingkat kesehatan bank antara bank konven- berisiko pada bank syariah tersebut
sional dan bank syariah periode setelah krisis disinyalir berasal dari pinjaman yang
ekonomi global ditinjau dari rasio ROE, BOPO berisiko gagal bayar. Namun perbedaan ter-
dan LDR. sebut tidak terlalu signifikan karena bank
Nilai signifikansi (2-tailed) CAR, KAP(1), syariah masih mampu menyanggah aktiva
KAP(2), NPM, ROE dan NIM lebih besar dari berisiko dengan jumlah aktiva produktif
5%. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak yang dimiliki. Selain itu, bank syariah
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat masih berada pada kondisi perbankan yang
kesehatan bank antara bank konvensional dan sehat. Hal inilah yang menyebabkan KAP(1)
bank syariah periode setelah krisis ekonomi bank konvensional dan bank syariah tidak
global ditinjau dari rasio CAR, KAP(1), KAP(2), berbeda signifikan pada periode setelah
NPM, ROE dan NIM. krisis ekonomi global.
b. KAP(2)
1. Aspek Capital (Permodalan) Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 disimpulkan bahwa berdasarkan KAP(2)
disimpulkan bahwa berdasarkan CAR tidak tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pada tingkat kesehatan bank antara bank
kesehatan bank antara bank konvensional dan konvensional dan bank syariah periode
bank syariah periode setelah krisis ekonomi setelah krisis ekonomi global. Bank kon-
global. Bank konvensional memiliki kemampu- vensional lebih banyak membentuk PPAP
an permodalan di atas bank syariah dalam daripada bank syariah. Hal tersebut dika-
menyanggah aktiva terutama kredit atau renakan aktiva produktif bank konven-
pinjaman. Namun perbedaan tersebut tidak sional lebih berisiko, karena berkaitan
terlalu signifikan karena modal bank syariah langsung dengan tingkat suku bunga kredit.
masih mampu menyanggah aktiva berisiko Untuk meminimalkan kerugian akibat ada-
berupa pinjaman dan bank syariah msaih berada nya kredit macet maka bank konvesnional
pada kondisi perbankan yang sehat. Hal inilah lebih banyak membentuk PPAP. Namun
yang menyebabkan CAR bank konvensional perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan
dan bank syariah tidak berbeda signifikan pada karena walau pemenuhan PPAP bank
periode setelah krisis ekonomi global. konvensional lebih tinggi dari bank syariah,
namun bank syariah masih dapat meme-
2. Aspek Assets Quality (Kualitas Aset) nuhi PPAP melebihi PPAP yang wajib di-
a. KAP(1) bentuk dan bank syariah masih berada pada
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 kondisi perbankan yang sehat. Hal inilah
disimpulkan bahwa berdasarkan KAP(1) yang menyebabkan KAP(2) bank konven-
tidak terdapat perbedaan yang signifikan sional dan bank syariah tidak berbeda sig-
pada tingkat kesehatan bank antara bank nifikan pada periode setelah krisis ekonomi
konvensional dan bank syariah periode global.
setelah krisis ekonomi global. Bank syariah

PROSIDING 379
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
3. Aspek Management (Manajemen) sional dan bank syariah periode setelah
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 krisis ekonomi global. Kemampuan
disimpulkan bahwa berdasarkan NPM tidak pengembalian laba atas modal pada bank
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat konvensional berada di bawah bank
kesehatan bank antara bank konvensional dan syariah. Perbedaan tersebut dikarenakan
bank syariah periode setelah krisis ekonomi terdapat perbedaan pada permodalan bank
global. Bank syariah lebih banyak mengeluar- konvensional dan bank syariah. Modal
kan biaya operasional dan non operasional yang sendiri bank konvesnional berasal dari
dapat mengurangi pendapatan operasi dan pen- modal disetor berupa saham. Bank konven-
dapatan bersih. Namun perbedaan tersebut sional yang telah menjadi perusahaan
tidak terlalu signifikan karena kontribusi pen- publik lebih banyak mengedarkan saham
dapatan operasional bank syariah dalam meng- sebagai sumber modal sendiri sehingga
hasilkan pendapatan operasi masih tinggi. Hal tingkat pengembalian laba atas modal
inilah yang menyebabkan NPM bank konven- sendiri pada bank koncensional menjadi
sional dan bank syariah tidak berbeda signifikan lebih rendah dari bank syariah. Hal inilah
pada periode setelah krisis ekonomi global. yang menyebabkan ROE bank konven-
sional dan bank syariah berbeda signifikan
4. Aspek Earning (Profitabilitas) pada periode setelah krisis ekonomi global.
a. Return on Assets (ROA) c. Net Interest Margin (NIM)
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 di- Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2
simpulkan bahwa berdasarkan ROA tidak disimpulkan bahwa berdasarkan NIM tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat kesehatan bank antara bank kon- tingkat kesehatan bank antara bank kon-
vensional dan bank syariah periode setelah vensional dan bank syariah periode setelah
krisis ekonomi global. Kemampuan pengem- krisis ekonomi global. Kemampuan bank
balian laba atas aktiva pada bank syariah syariah dalam menghasilkan pendapatan
berada di bawah bank konvensional. Hal operasi dari aktiva produktif berada di
tersebut disinyalir pada bank syariah bawah bank konvensional. Namun per-
terdapat aktiva yang tidak menghasilkan bedaan tersebut tidak terlalu signifikan ka-
laba. Namun perbedaan tersebut tidak ter- rena penempatan aktiva produktif bank
lalu signifikan karena bank syariah masih syariah masih mampu menghasilkan
mampu memanfaatkan aktiva yang dimi- pendapatan operasi. Selain itu, posisi bank
liki untuk menghasilkan laba. Selain itu, syariah masih berada pada kondisi per-
bank syariah masih berada pada kondisi bankan yang sehat. Hal inilah yang menye-
perbankan yang sehat. Hal inilah yang babkan NIM bank konvensional dan bank
menyebabkan ROA bank konvensional dan syariah tidak berbeda signifikan pada pe-
bank syariah tidak berbeda signikan pada riode setelah krisis ekonomi global.
periode setelah krisis ekonomi global. d. Biaya Operasional dibanding Pendapatan
b. Return on Equity (ROE) Operasional (BOPO)
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2
disimpulkan bahwa berdasarkan ROE ter- disimpulkan bahwa berdasarkan BOPO
dapat perbedaan yang signifikan pada ting- terdapat perbedaan yang signifikan pada
kat kesehatan bank antara bank konven- tingkat kesehat an bank antara bank

380 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
konvensional dan bank syariah periode SIMPULAN & SARAN
setelah krisis ekonomi global. Bank kon- Simpulan
vensional kurang efisien dalam mengeluar-
kan biaya operasional daripada bank Berdasarkan CAR, KAP(1), KAP(2), NPM,
syariah sehingga mengurangi pendapatan ROA, dan NIM tidak terdapat perbedaan yang
operasi yang diterima. Perbedaan tersebut signifikan pada tingkat kesehatan bank antara
disinyalir karena eksposure pembiayaan bank konvensional dan bank syariah periode
perbankan syariah lebih diarahkan kepada sebelum krisis ekonomi global. Berdasarkan
aktivitas perekonomian domestik sehingga ROE, BOPO, dan LDR terdapat perbedaan
belum memiliki tingkat integrasi yang yang signifikan pada tingkat kesehatan bank
tinggi dengan sistem keuangan global. antara bank konvensional dan bank syariah
Maka bank syariah tidak menanggung periode sebelum krisis ekonomi global.
biaya transaksi valuta asing pada biaya ope- Berdasarkan CAR, KAP(1), KAP(2), NPM,
rasionalnya. Hal inilah yang menyebabkan ROA, dan NIM tidak terdapat perbedaan yang
BOPO bank konvensional dan bank syariah signifikan pada tingkat kesehatan bank antara
berbeda signifikan pada periode setelah bank konvensional dan bank syariah periode
krisis ekonomi global. setelah krisis ekonomi global. Berdasarkan
ROE, BOPO, dan LDR terdapat perbedaan
5. Aspek Likuidity (Likuiditas) yang signifikan pada tingkat kesehatan bank
Berdasarkan hasil uji beda pada Tabel 2 antara bank konvensional dan bank syariah
disimpulkan bahwa berdasarkan LDR terdapat periode setelah krisis ekonomi global.
perbedaan yang signifikan pada tingkat
kesehatan bank antara bank konvensional dan Saran
bank syariah periode setelah krisis ekonomi
Berdasarkan hasil analisis data dalam
global. Bank syariah lebih banyak menyalurkan
penelitian ini, maka terdapat beberapa saran
pinjaman pada masyarakat dibanding bank kon-
kepada pihak yang berkepentingan:
vensional. Hal ini disinyalir karena permintaan
1. Bagi Bank Indonesia diharapkan adanya
pinjaman di bank syariah lebih tinggi dari pada
pergantian format dan transparasi pada
bank konvensional. Perbedaan tersebut dika-
laporan keuangan perbankan Indonesia
renakan perbedaan dalam perhitungan kredit
dalam perhitungan rasio CAMELS serta
atau pinjaman pada bank konvensional dan
penjelasan mengenai kriteria penilaian
bank syariah. Bank konvensional telah mene-
tapkan besarnya biaya bunga yang harus tingkat kesehatan bank sehingga penilaian
dibayar oleh nasabah peminjam. Namun pada analisis CAMELS dengan pola Bank In-
bank syariah besarnya biaya yang harus dike- donesia dapat dilakukan sepenuhnya.
luarkan oleh nasabah peminjam berdasarkan 2. Pada peneliti selanjutnya diharapkan
perjanjian kedua belah pihak. Prinsip ini disebut melibatkan penilaian dari aspek Manage-
dengan prinsip profit sharing atau bagi hasil. ment dan Sensitivity to Market Risk pada
Hal inilah yang menyebabkan tingginya analisis CAMELS dengan komponen-
penyaluran kredit pada bank syariah. Karena komponen penilaian yang telah ditetapkan
masyarakat lebih memilih untuk meminjam di Bank Indonesia agar diperoleh kinerja ke-
bank syariah daripada bank konvensional. uangan yang relevan.

PROSIDING 381
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”
DAFTAR RUJUKAN Humas Bank Indonesia. 2010. Krisis Global
Abidin, Z. E. dan Nirmalawati, D. 2008. dan Penyelamatan Sistem Perbankan In-
Kinerja Keuangan dan Ef isiensi donesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Perbankan: Pendekatan CAMEL, DEA, Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. 2007.
dan SFA. Jakarta: ABFI Institute Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap
Perbanas. Kinerja Perusahaan. Buletin Studi
Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/23/ Ekonomi, 12(1): 100-108.
DPNP Jakarta, 31 Mei 2004, perihal Taswan. 2010. Manajemen Perbankan:
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Konsep, Teknik, dan Aplikasi.
Bank Umum. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 9/24/
DPbS tahun 2007 tanggal 30 Oktober
2007, perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah.

382 PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah“Indonesia Sebagai Kiblat Ekonomi Syariah”

Anda mungkin juga menyukai