Anda di halaman 1dari 23

e-ISSN 2528-2581 Vol 2 No 2, Juli 2017

Susunan Redaksi

Penanggungjawab
Iwan Setya Putra

Pemimpin Editor
Sulistya Dewi Wahyuningsih

Sekretaris Editor
Yuyung Rizka Aneswari

Dewan Editor
Siti Sunrowiyati
Retno Murnisari

Manajemen
Hanif Yusuf Seputro
Regi Sura Esa Pratama
Sura Klaudia

Alamat Redaksi:
Jurnal PETA
Program Studi Akuntansi
STIE Kesuma Negara Blitar Jl. Mastrip 59 Blitar
Telp (0342) 802330 – Fax (0342) 813788
Email : peta@stieken.ac.id
e-ISSN 2528-2581 Vol 2 No 2, Juli 2017

Daftar Isi

Syaiful Bahri
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Arus Kas Bebas (Free
Cash Flow) Terhadap Kebijakan Hutang ................................... 1-21

Aminatun Nisa, Luki Zulaika


Pengaruh Pemahaman Investasi, Modal Minimal Investasi
Dan Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi Di
Pasar Modal............................................................................
22-35
Sura Klaudia, Retno Murnisari
Pengambilan Keputusan Meneruskan Atau Menghentikan
Produksi Menggunakan Biaya Relevan Guna Meningkatkan
Laba ....................................................................................... 36-50

Yensia Prarisma Nur Sahara, Sulistya Dewi Wahyuningsih


Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Terhadap Laporan Keuangan
Berdasarkan Sak Etap.............................................................. 51-75

Mega Noerman Ningtyas


Pengujian Calendar Effect Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016
............................................................................................... 76-86

Wika Arsanti Putri


Prinsip Kewajaran Dan Dokumen Sebagai Penangkal
Kecurangan Transfer Pricing Di Indonesia ................................. 87-97

Arista Fauzi Kartika Sari


Financial Engineering : Win-win Solution “Sun Tzu” untuk
Jaminan pada Akad Mudharabah ............................................ 98-111
Jurnal PETA e-ISSN 2528-2581
Vol. 2 No. 2, Juli 2017
Hal 1-21

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,


KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, UKURAN
PERUSAHAAN DAN ARUS KAS BEBAS (FREE CASH
FLOW) TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Syaiful Bahri
STIE Asia Malang

Surel: syaifulrida@gmail.com

Abstrak. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,


Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)
terhadap Kebijakan Hutang. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh
kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan
dan arus kas bebas terhadap kebijakan hutang. Beberapa penelitian serupa
telah banyak dilakukan. Namun, hasil yang diperoleh masih menunjukkan
ketidakkonsistenan. Kepemilikan manajerial diproksikan dengan managerial
ownership (MOWN), kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout
ratio (DPR). Debt to equity ratio (DER) sebagai proksi untuk kebijakan hutang
dan profitabilitas menggunakan proksi return on assets (ROA). Ukuran
perusahaan menggunakan total aset dan arus kas bebas menggunakan proksi
arus kas operasi dikurangi belanja modal. Populasi penelitian adalah
perusahaan manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015. Seleksi sampel penelitian menggunakan
purposive sampling dan diperoleh 6 perusahaan yang memenuhi kriteria.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial, kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan arus kas
bebas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Kata kunci: Kebijakan hutang, kebijakan manajerial, kebijakan dividen,


profitabilitas, ukuran perusahaan, arus kas bebas.

Abstract. The Effect of Managerial Ownership, Dividend Policy, Profitability,


Company Size and Free Cash Flow on Debt Policy. The purpose of this research is to
know the effect of managerial ownership, dividend policy, profitability, firm size and
free cash flow to debt policy. Several similar studies have been conducted. However, the
results obtained still show inconsistency. Managerial ownership is proxied with
managerial ownership (MOWN), dividend payout ratio (DPR) policy. Debt to equity
ratio (DER) as a proxy for debt policy and profitability using return on assets (ROA)
proxy. Company size uses total assets and free cash flow using proxy cash flow
operations minus capital expenditures. The research population is manufacturing
company of Food and Beverage Sub Sector in Indonesia Stock Exchange period 2011-
2015. Selection of sample research using purposive sampling and obtained 6 companies
that meet the criteria. Hypothesis testing in this research is done by using multiple

1
2
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

regression analysis. The results show that managerial ownership, dividend policy,
profitability, firm size, and free cash flow have no effect on debt policy.

Keywords: Debt policy, managerial policy, dividend policy, profitability, firm size, free
cash flow.
(Phitaloka, 2009). Manajer harus
PENDAHULUAN menentukan proporsi hutang yang
Persaingan dunia bisnis tepat dengan memperhatikan risiko
menuntut perusahaan untuk dari hutang itu sendiri (Suryani,
menjadi lebih kreatif lagi dalam 2015).
mengembangkan semua Penggunaan hutang sebagai
produknya dan mencari sumber alat untuk mengatasi konflik
pendanaan yang paling efektif. keagenan tidak berarti membuat
Sumber pendanaan dapat diperoleh manajemen dapat mengakses
dari internal dan juga eksternal. hutang sebesar-besarnya. Jumlah
Sumber dana internal diperoleh hutang yang tinggi akan
dari retained earning berasal dari memunculkan financial distress dan
kegiatan operasional perusahaan, menurunkan nilai perusahaan,
sedangkan sumber dana eksternal maka manajer harus mampu
diperoleh dari dua kategori yaitu mengendalikan hutang (Astuti dan
hutang dari kreditur atau Nurlaelasari, 2013). Kebijakan
penerbitan saham. Manajer hutang berkaitan dengan teori trade
perusahaan harus memilih off (Brealey dan Myers, 1991),
kombinasi sumber dana adanya hubungan antara pajak,
perusahaan dengan teliti karena risiko kebangkrutan dan
setiap sumber dana memiliki penggunaan hutang yang
konsekuensi finansial yang disebabkan keputusan struktur
berbeda-beda, termasuk hutang modal yang diambil perusahaan.
yang lebih berisiko mengancam Teori ini memperbandingkan
likuiditas perusahaan. Perusahaan manfaat dan biaya atau
akan memilih sumber pendanaan keseimbangan antara keuntungan
hutang sebagai alternatif terakhir dan kerugian atas penggunaan
dari pendanaan sehingga kebijakan hutang (Mulianti, 2010).
hutang harus dikelola dengan tepat Penelitian ini dilakukan pada
untuk menjadi sumber dana yang Perusahaan Manufaktur Sub
memberikan dampak positif bagi Sektor Makanan Dan Minuman
kegiatan operasional perusahaan. yang listing di Bursa Efek
Kebijakan hutang adalah dalam Indonesia karena pertumbuhan
rangka memperoleh sumber perusahaan semakin meningkat,
pembiayaan sehingga dapat dan penggunaan hutang pun
digunakan untuk membiayai semakin meningkat. Berdasarkan
aktivitas operasional. Kebijakan pada gambar 1, tahun dasarnya
hutang juga berfungsi sebagai 2011 digunakan sebagai dasar
mekanisme monitoring terhadap pembanding sehingga diberi indeks
tindakan manajer yang dilakukan sebesar 100. Rata-rata total hutang
dalam pengelolaan perusahaan lebih dari 100 yang berarti lebih
3
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

dari 100 sumber dana perusahaan berasal dari hutang.

Gambar 1 Grafik Pergerakan Total Hutang


Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode 2011-2015

Sumber: Data BEI

Banyak faktor yang pemegang saham. Manajer akan


mempengaruhi keputusan lebih berhati- hati dalam
perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan karena
pendanaan, tetapi penelitian ini risiko non diversiviable manajer lebih
hanya meliputi beberapa faktor besar daripada investor publik.
yaitu kepemilikan manajerial, Perusahaan yang menggunakan
kebijakan dividen, profitabilitas, hutang dalam pendanaannya dan
ukuran perusahaan, dan arus kas tidak mampu melunasi kembali
bebas (free cash flow). Faktor-faktor hutang tersebut akan terancam
tersebut akan menentukan likuiditasnya, sehingga pada
besarnya dana yang dibutuhkan gilirannya akan mengancam posisi
perusahaan untuk membayar manajer (Masdupi, 2005). Hasil
kewajibannya dan menggambarkan penelitian tentang pengaruh
kemampuan perusahaan dalam kepemilikan manajerial terhadap
memenuhi kebutuhannya, yang kebijakan hutang memperlihatkan
pada akhirnya juga akan hasil yang tidak konsisten.
mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian Clarashinta (2014),
Faktor pertama terkait Murtiningtyas (2012), Nurmasari
dengan kebijakan hutang yaitu (2015), Susilawati, dkk (2012), serta
kepemilikan manajerial. Yeniatie dan Destriana (2010)
Kepemilikan Manajerial adalah menemukan bahwa kepemilikan
tingkat kepemilikan saham pihak manajerial tidak berpengaruh
manajemen yang aktif ikut dalam terhadap kebijakan hutang.
pengambilan keputusan seperti Temuan ini bertentangan dengan
direktur dan komisaris temuan Mahmudah (2014),
(Wahidahwati, 2001). Kepemilikan Purwasih, dkk (2014), dan
manajerial akan mensejajarkan Sheisarvian, dkk (2015), bahwa
kepentingan manajemen dan kepemilikan manajerial
4
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

berpengaruh terhadap kebijakan Faktor ketiga terkait dengan


hutang perusahaan. kebijakan hutang yaitu
Faktor kedua terkait dengan profitabilitas. Profitabilitas adalah
kebijakan hutang yaitu kebijakan kemampuan suatu perusahaan
dividen. Kebijakan dividen dalam menghasilkan keuntungan
merupakan keputusan pembagian (profit) pada tingkat penjualan,
laba pada akhir tahun akan dibagi asset, dan modal saham tertentu
dalam bentuk dividen atau akan (Husnan, 2001:317). Profitabilitas
ditahan untuk menambah modal merefleksikan pendapatan yang
guna pembiayaan investasi di masa dapat digunakan untuk pendanaan
yang akan datang (Martono dan investasi dan menentukan
Harjito, 2008). Dividen yang kebijakan hutang. Sesuai dengan
dibayarkan memberikan sinyal pecking order theory, perusahaan
kepada para pemegang saham lebih cenderung memilih
bahwa dana yang ditanamkan di pendanaan yang berasal dari
perusahaan terus berkembang. internal perusahaan yang terdiri
Kebijakan dividen akan memiliki atas aliran kas, laba ditahan, dan
pengaruh terhadap tingkat depresiasi daripada pendanaan
penggunaan hutang suatu yang berasal dari eksternal
perusahaan. Jika perusahaan perusahaan. Menurut Weston
meningkatkan pembayaran (1997:89), perusahaan dengan
dividennya maka dana yang tingkat pengembalian yang tinggi
tersedia untuk pendanaan (laba atas investasi menggunakan hutang
ditahan) akan semakin kecil, yang relatif kecil karena tingkat
sehingga untuk memenuhi pengembalian yang tinggi
kebutuhan dana perusahaan memungkinkan perusahaan untuk
tersebut manajer cenderung membiayai sebagian besar
menggunakan hutang lebih banyak pendanaan internal. Hasil
(Masdupi, 2005). Hasil penelitian penelitian tentang pengaruh
tentang pengaruh kebijakan profitabilitas terhadap kebijakan
dividen terhadap kebijakan hutang hutang menunjukkan hasil yang
menunjukkan hasil yang tidak tidak konsisten. Penelitian
konsisten. Penelitian Clarashinta Indahningrum dan Handayani
(2014), Murtiningtyas (2012), (2009), Narita (2012), Astuti dan
Nurmasari (2015), Susilawati, dkk Nurlaelasari (2013), dan
(2012), serta Yeniatie dan Mahmudah (2014) menemukan
Destriana (2010) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
bahwa kebijakan dividen tidak terhadap kebijakan hutang. Hal ini
berpengaruh terhadap kebijakan bertentangan dengan temuan
hutang. Hal ini bertentangan penelitian Clarashinta (2014),
dengan temuan Purwasih, dkk Murtiningtyas (2012), Nurmasari
(2014), dan Sheisarvian, dkk (2015) (2015), Purwasih, dkk (2014),
bahwa kebijakan dividen Sheisarvian, dkk (2015), Susilawati,
berpengaruh terhadap kebijakan dkk (2012), serta Yeniatie dan
hutang. Destriana (2010) bahwa
5
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

profitabilitas tidak berpengaruh hutang. Hasil tersebut


terhadap kebijakan hutang. bertentangan dengan temuan
Faktor keempat terkait Susilawati, dkk (2012) dan Hasan
dengan kebijakan hutang yaitu (2014) bahwa ukuran perusahaan
ukuran perusahaan. Menurut berpengaruh positif dan signifikan
Hasan (2014) ukuran (size) terhadap kebijakan hutang.
perusahaan bisa diukur dengan Faktor kelima yang
menggunakan total aset, penjualan mempengaruhi kebijakan hutang
atau modal dari perusahaan adalah arus kas bebas (free cash
tersebut. Salah satu tolok ukur flow). Jensen (1986) menyatakan
yang menunjukkan besar kecilnya ketika arus kas bebas (free cash flow)
perusahaaan adalah ukuran aset tinggi maka perusahaan cenderung
dari perusahaan tersebut. menggunakan hutang untuk
Perusahaan yang memiliki total kegiatan pendanaan perusahaan.
aset besar menunjukkan bahwa Perusahaan yang memiliki arus kas
perusahaan tersebut telah bebas tinggi akan memonitor
mencapai tahap kedewasaan dalam perilaku manajer dalam melakukan
tahap ini arus kas relatif lama, investasi dengan menambah
selain itu juga mencerminkan hutang, sehingga manajer tidak
bahwa perusahaan relatif lebih akan membuang-buang kas bebas
stabil dan lebih mampu perusahaan untuk investasi yang
menghasilkan laba dibandingkan tidak menguntungkan. Hasil
perusahaan dengan total aset yang penelitian Indahningrum dan
kecil. Semakin besar ukuran suatu Handayani (2009), Susilawati, dkk
perusahaan, maka kecenderungan (2012), Astuti dan Nurlaelasari
menggunakan modal asing juga (2013), dan Hasan (2014) bahwa
semakin besar. Hal ini disebabkan arus kas bebas (free cash flow)
karena perusahaan besar berpengaruh positif dan signifikan
membutuhkan dana yang besar terhadap kebijakan hutang. Hal ini
pula untuk menunjang menunjukkan bahwa arus kas
operasionalnya dan salah satu bebas (free cash flow) merupakan hal
alternatif pemenuhannya adalah yang penting dalam menentukan
dengan modal asing apabila modal kebijakan hutang suatu
sendiri tidak mencukupi. Oleh perusahaan. Temuan tersebut
karena itu, ukuran perusahaan bertentangan dengan temuan
yang besar merupakan sinyal penelitian Narita (2012) dan
positif bagi kreditur untuk Suryani (2015) bahwa arus kas
memberikan pinjaman. Penelitian bebas (free cash flow) tidak
tentang pengaruh ukuran berpengaruh terhadap kebijakan
perusahaan terhadap kebijakan hutang. Rumusan masalah pada
hutang menunjukkan berpengaruh penelitian ini adalah bagaimana
menunjukkan hasil yang tidak pengaruh kepemilikan manajerial,
kosisten. Penelitian Narita (2012) kebijakan dividen, profitabilitas,
dan Suryani (2015) menemukan ukuran perusahaan dan arus kas
bahwa ukuran perusahaan tidak bebas (free cash flow) terhadap
berpengaruh terhadap kebijakan kebijakan hutang pada perusahaan
6
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

manufaktur sub sektor makanan perusahaan oleh manajer relatif


dan minuman yang terdaftar di kecil. Dalam kenyataannya tidak
Bursa Efek Indonesia? jarang tindakan manajer bukannya
memaksimumkan kemakmuran
TELAAH LITERATUR pemegang saham melainkan
Teori Keagenan (Agency theory) memperbesar skala perusahaan
Para manajer kemungkinan dengan cara ekspansi atau membeli
memiliki tujuan-tujuan pribadi perusahaan lain.
yang bersaing dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan Pecking Order Theory
pemegang saham. Para manajer Perusahaan lebih cenderung
diberi kekuasaan oleh para pemilik memilih pendanaan internal
perusahaan, yaitu pemegang perusahaan (internal financing)
saham untuk membuat keputusan, yang bersumber dari aliran kas,
di mana hal ini menciptakan laba ditahan, dan depresiasi dari
potensi konflik kepentingan yang pada yang berasal dari eksternal
dikenal sebagai teori keagenan perusahaan (eksternal financing).
(agency theory) (Brigham dan Selain itu menurut teori ini bahwa
Houston, 2011:26). Teori Jensen perusahaan dengan tingkat
dan Meckling (1976) menyebutkan profitabilitas yang tinggi justru
bahwa konflik agency terjadi karena tingkat hutangnya rendah,
perbedaan kepentingan antara dikarenakan perusahaan yang
pemilik (pemegang saham) dan profitabilitasnya tinggi memiliki
manajer. Dalam mengelola sumber dana internal yang
keuangan, hubungan keagenan berlimpah. Menurut Hanafi
utama terjadi diantara pemegang (2004:313) teori ini menetapkan
saham dan manajer serta manajer suatu urutan keputusan pendanaan
dan pemilik hutang (Brigham dan dimana para manajer pertama kali
Houston, 2011:26). Masalah akan memilih untuk menggunakan
keagenan berpotensial terjadi laba ditahan, hutang dan
karena manajer memiliki kurang penerbitan saham sebagai pilihan
dari seratus persen saham terakhir. Brealey dan Myers (1991),
perusahaan. Dalam perusahaan urutan pendanaan menurut teori
perseorangan, pemilik sekaligus pecking order adalah 1) perusahaan
sebagai manajer akan selalu menyukai internal financing (dana
bertindak memaksimumkan internal), 2) perusahaan
kemakmuran mereka, dan menyesuaikan target dividend
meminimumkan pengeluaran yang payout ratio terhadap peluang
tidak diperlukan. Tetapi, jika investasi mereka, dan menghindari
pemilik perusahaan kemudian perubahan dividen secara drastis,
menjual sebagian saham kepada 3) kebijakan dividen yang relatif
investor lain, maka timbulah akan sulit diubah yang diikuti
masalah keagenan. Pada dengan fluktuasi profitabilitas dan
perusahaan besar, problem peluang investasi yang tidak dapat
keagenan sangat potensial terjadi diprediksi, dan 4) apabila
karena proporsi kepemilikan pendanaan eksternal diperlukan,
7
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

perusahaan akan menerbitkan penggunaan jangka panjang


sekuritas yang paling aman, yaitu didanai dengan dana jangka
mulai dari penerbitan hutang panjang, sedangkan dana jangka
convertible bond, dan alternatif pendek digunakan untuk
paling akhir adalah saham. kebutuhan jangka pendek.
Aktivitas operasional perusahaan
Struktur Modal akan menguntungkan jika return
Tujuan entitas adalah yang diperoleh dari hasil
meningkatkan nilai perusahaan operasional tersebut lebih besar
melalui peningkatan kesejahteraan daripada biaya modal (cost of
pemilik atau para pemegang saham capital). Biaya modal ini
dan akan diikuti dengan keputusan merupakan rata-rata tertimbang
struktur modal yang tepat oleh dari biaya pendanaan (cost of funds)
manajer keuangan. Menurut yang terdiri dari biaya (bunga)
Brigham dan Gapenski (1996:583) pinjaman dan biaya modal sendiri.
struktur modal merupakan Biaya modal sendiri merupakan
proporsi atau perbandingan dalam gabungan dari dividen yang
menentukan pemenuhan dibayarkan kepada pemegang
kebutuhan belanja perusahaan, saham preferen maupun saham
dengan cara menggunakan hutang, biasa. Biaya (bunga) pinjaman
ekuitas, atau dengan menerbitkan merupakan biaya bunga bersih
saham. Menurut Brigham dan (setelah dikurangi tarif pajak).
Houston (2011:155) sasaran Manajemen perlu
struktur modal adalah kombinasi mempertimbangkan proporsi
antara hutang, saham preferen, dan antara hutang, modal sendiri, serta
ekuitas biasa yang akan menjadi biaya yang menyertainya.
dasar penghimpunan modal oleh
perusahaan. Van Horne dan Kebijakan Hutang
Wachowiz (2007) bahwa struktur Kebijakan hutang merupakan
modal adalah bauran (proporsi) keputusan yang diambil oleh
pendanaan permanen jangka manajemen untuk menentukan
panjang perusahaan yang besarnya hutang dalam sumber
ditunjukan oleh hutang, ekuitas pendanaannya yang berguna untuk
saham preferen, dan saham biasa. membiayai kegiatan operasional
Keputusan pendanaan merupakan perusahaan. Pembiayaan kegiatan
keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan dengan
masalah penentuan sumber dana hutang membuat perusahaan
dan penentuan perimbangan yang memiliki kewajiban untuk
terbaik antara sumber-sumber dana mengembalikan pinjaman dan
tersebut. Keputusan mengenai membayar beban bunga secara
sumber dana yang akan digunakan periodik, sehingga memaksa
disebut dengan keputusan manajer untuk mengoptimalkan
pendanaan (financing decisions). penggunaan dana yang ada.
Sumber dana sebaiknya lebih Kegagalan perusahaan dalam
diarahkan pada matching principle membayar bunga atas hutang
dalam pendanaan, yaitu dapat menyebabkan kesulitan
8
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

keuangan yang dapat berakhir karena manajer akan merasakan


dengan kebangkrutan perusahaan. langsung manfaat dari keputusan
Namun demikian, penggunaan yang diambil dengan benar dan
hutang juga memberikan akan merasakan kerugian sebagai
keuntungan pada perusahaan konsekuensi dari pengambilan
dalam penghematan pajak atas keputusan yang salah (Jensen dan
laba perusahaan. Kebijakan hutang Meckling, 1976). Kepemilikan
sering dilambangkan dengan debt to manajerial menunjukkan adanya
equity ratio (DER)merupakan salah peran ganda seorang manajer
satu rasio yang digunakan untuk dalam suatu perusahaan, yakni
membandingkan jumlah hutang sebagai manajer dan sebagai
terhadap ekuitas. Rasio ini sering pemegang saham. Perusahaan
digunakan para analis dan para memberikan kesempatan kepada
investor untuk melihat seberapa manajer untuk memiliki sebagian
besar hutang perusahaan jika saham perusahaan. Keputusan ini
dibandingkan ekuitas yang dimiliki dilakukan untuk mempertahankan
perusahaan atau para pemegang manajer yang memiliki kinerja baik
saham. Semakin tinggi angka DER danmengarahkan manajer agar
maka diasumsikan memiliki risiko bertindak sesuai dengan tujuan
yang semakin tinggi terhadap perusahaan yaitu meningkatkan
likuiditas perusahaannya. kesejahteraan pemegang saham.
Semakin besar proporsi
Kepemilikan Manajerial kepemilikan manajemen dalam
Jensen dan Meckling (1976) perusahaan maka manajemen akan
menjelaskan teori keagenan berusaha lebih giat untuk
menyatakan bahwa perusahaan kepentingan pemegang saham
yang memisahkan fungsi yang notabene adalah mereka
pengelolaan dengan fungsi sendiri (Mahadwartha, 2002).
kepemilikan memiliki konsekuensi
rentan terhadap konflik Kebijakan Dividen
kepentingan. Manajer yang Kebijakan dividen merupakan
bertindak sebagai pengelola bagian yang tidak dapat dipisahkan
perusahaan seharusnya dapat dengan keputusan pendanaan
menyusun kebijakan dengan tepat perusahaan. Menurut Martono dan
untuk mencapai tujuan perusahaan Harjito (2003:253) kebijakan
yaitu meningkatkan nilai dividen (dividend policy) merupakan
perusahaan melalui peningkatan keputusan apakah laba yang
kesejahteraan pemilik atau para diperoleh perusahaan pada akhir
pemegang saham. Namun tahun akan dibagi kepada
kenyataannya terdapat perbedaan pemegang saham dalam bentuk
kepentingan dan asymmetric dividen atau akan ditahan untuk
information di antara kedua pihak menambah modal guna
tersebut menyebabkan konflik pembiayaan investasi dimasa yang
keagenan. Kepemilikan manajerial akan datang. Menurut Husnan
akan mensejajarkan kepentingan (2001:11), kebijakan dividen
manajemen dan pemegang saham menyangkut tentang masalah
9
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

penggunaan laba yang menjadi hak


para pemegang saham. Pada Signalling Hypothesis Theory
umumnya proxy untuk kebijakan Menurut Modigliani dan Miller,
dividen adalah dengan dividend kenaikan dividen diatas jumlah
payout ratio yang digunakan untuk yang diharapkan merupakan suatu
menentukan jumlah laba dibagi sinyal (signal) bagi investor bahwa
dalam bentuk dividen kas dan laba manajemen entitas meramalkan
yang ditahan sebagai sumber laba yang baik di masa depan
pendanaan. Bila laba perusahaan (Brigham dan Houston, 2011:155).
yang ditahan dalam jumlah besar, Sebaliknya, penurunan dividen
berarti laba yang akan dibayarkan atau kenaikan dalam jumlah lebih
sebagai dividen menjadi lebih kecil. kecil dari yang diharapkan
Terdapat beberapa teori yang merupakan suatu sinyal bahwa
digunakan dalam menentukan manajemen meramalkan laba masa
kebijakan dividen dalam suatu depan yang buruk.
perusahaan, antara lain:
Clientele Effect Theory
Teori Dividend Irrelevant Entitas memiliki klien yang
Teori ini adalah teori yang berbeda-beda dan setiap klien
mengemukakan bahwa kebijakan memiliki preferensi yang berlainan.
dividen tidak berdampak pada Pemegang saham yang
harga saham ataupun biaya modal membutuhkan pendapatan akan
suatu perusahaan, kebijakan berada dalam posisi tidak
dividen merupakan sesuatu yang menyenangkan bila entitas lebih
irelevan (Brigham dan Houston, memilih untuk menahan dan
2011:40). menginvestasikan kembali laba
daripada membayar dividen.
Teori Bird In The Hand Sebaliknya, pemegang saham yang
Investor menyukai dividen yang lebih suka berhemat daripada
tinggi karena dividen yang diterima membelanjakan dividen akan lebih
seperti burung di tangan yang menyukai dividen yang rendah,
risikonya lebih kecil dibandingkan karena makin kecil dividen yang
keuntungan modal yang tidak pasti dibayarkan makin kecil pula
(masih mungkin berfluktuasi) di jumlah pajak yang harus
masa depan (Brigham dan dibayarkan oleh pemegang saham.
Houston, 2011:46). Entitas sebaiknya menstabilkan
kebijakan dividen untuk
Tax Differential Theory menghindari gangguan pada
Teori ini menyatakan bahwa kliennya. Entitas memiliki
dengan adanya pajak maka kecenderungan untuk menarik
pendapatan yang relevan adalah sekumpulan investor yang
pendapatan setelah pajak. Adanya menyukai kebijakan dividennya
pajak terhadap keuntungan (Brigham dan Houston, 2011:162).
(divident andcapital gains) membuat
para investor lebih menyukai Residual Dividend Model
capital gains.
10
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

Menurut Brigham dan Houston pengelolaan badan usaha tersebut.


(2011:162), entitas akan mengikuti Profitabilitas merupakan salah satu
empat langkah berikut ketika dasar penilaian kondisi entitas.
menentukan sasaran rasio Untuk itu dibutuhkan suatu alat
pembayarannya, pertama analisis untuk bisa menilainya.
perusahaan akan terlebih dahulu Alat analisis yang dimaksud adalah
menentukan anggaran modal rasio-rasio keuangan. Dalam
optimal, kemudian menentukan prakteknya, menurut Brigham dan
jumlah ekuitas yang dibutuhkan Houston (2011:146) jenis- jenis
untuk mendanai anggaran tersebut, rasio profitabilitas yang dapat
setelah itu perusahaan digunakan adalah profit margin
menggunakan laba ditahan untuk (profit margin on sales), return on
sejauh mungkin memenuhi assets (ROA), dan return on equity
persyaratan ekuitas, dan yang (ROE).
terakhir perusahaan membayarkan
dividen hanya jika tersedia laba
dalam jumlah yang lebih
besardaripada kebutuhan untuk Ukuran Perusahaan
mendukung anggaran modal Menurut Eldon (2000:309)
optimal. size adalah ukuran entitas dan
merupakan keseluruhan dari aset
Profitabilitas suatu entitas yang dapat dilihat
Menurut Brigham dan dari sisi kiri posisi keuangan.
Houston (2011:188) profitabilitas Ukuran entitas (size) sebagai
merupakan faktor yang keseluruhan kekayaan yang
dipertimbangkan dalam dimiliki oleh entitas baik dalam
menentukan struktur modal bentuk aset lancar maupun aset
perusahaan karena jika tetap. Ukuran (size) entitas diukur
kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan total aset,
semakin tinggi maka entitas lebih penjualan atau modal. Entitas
mengandalkan dana internal untuk dengan total aset besar
biaya. Menurut Menurut Kasmir menunjukkan telah mencapai
(2008:196) dan Husnan (2001:317) tahap kedewasaan dan pada tahap
profitabilitas adalah kemampuan ini arus kas relatif lama, dan juga
suatu perusahaan dalam mencerminkan entitas relatif lebih
menghasilkan keuntungan (profit) stabil dan lebih mampu
pada tingkat penjualan, asset, dan menghasilkan laba dibandingkan
modal saham tertentu. Menurut entitas dengan total aset yang kecil.
Michelle dan Megawati (2005) Semakin besar entitas, maka
profitabiltas merupakan semakin banyak dana yang
kemampuan perusahaan digunakan untuk menjalankan
menghasilkan laba (profit) yang operasional, dan salah satu sumber
akan menjadi dasar pembagian dananya adalah berhutang. Ukuran
dividen perusahaan. Bagi entitas entitas menjadi faktor yang perlu
profitabilitas dapat digunakan dipertimbangkan dalam
sebagai evaluasi atas efektivitas menentukan tingkat hutang entitas.
11
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

Entitas besar cenderung lebih aktivitas operasi adalah aktivitas


mudah memperoleh pinjaman dari penghasilan utama pendapatan
pihak ketiga, karena kemampuan perusahaan dan aktivitas lain yang
mengakses ke pihak lain atau bukan merupakan aktivitas
jaminan yang dimiliki berupa aset investasi dan aktivitas pendanaan,
bernilai lebih besar dibandingkan seluruh transaksi dan peristiwa-
entitas kecil. Ukuran entitas yang peristiwa lainnya yang tidak
besar merupakan sinyal positif bagi diangggap penting sebagai investasi
kreditur untuk memberikan atau pembiayaan. Menurut
pinjaman (Hasan, 2014). Abdullah (2005:166) belanja modal
atau pengeluaran modal (capital
Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) expenditure) merupakan
Menurut Guinan (2010:131) pengeluaran yang dilakukan oleh
arus kas bebas (free cash flow) perusahaan guna keperluan
merupakan ukuran kinerja investasi untuk jangka waktu lebih
keuangan yang dihitung sebagai dari satu tahun dengan harapan
aliran kas operasional dikurangi akan memberi manfaat atau hasil
belanja modal. Arus kas bebas (benefit). Terdapat beberapa tujuan
menggambarkan kas yang mampu perusahaan melakukan capital
dihasilkan perusahaan setelah expenditure yaitu untuk pembelian
mengeluarkan sejumlah uang aset tetap baru, untuk penggantian
untuk menjaga atau atau perbaikan aset tetap lama.
mengembangkan asetnya. Menurut
Harahap (2008:156) arus kas dari

Kerangka Konseptual

Gambar 3. Kerangka Konseptual


Kepemilikan Manajerial
(X1)

Kebijakan Dividen
(X2)

Profitabilitas Kebijakan Hutang


(X3) (Y)

Ukuran Perusahaan
(X4)

Arus Kas Bebas


(X5)

Hipotesis H2: Kebijakan Dividen


H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang
kebijakan hutang H3: Profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan hutang
12
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

H4: Ukuran perusahaan Tabel 1. Daftar Perusahaan


berpengaruh terhadap Sampel Penelitian
kebijakan hutang No. Perusahaan
H5: Arus kas bebas (free cash flow) 1. PT Delta Djakarta, Tbk
berpengaruh terhadap 2. PT Indofood CBP
kebijakan hutang Sukses Makmur, Tbk
3. PT Indofood Sukses
Populasi dan Sampel Makmur, Tbk
Populasi penelitian adalah PT Multi Bintang
semua perusahaan sub sektor 4.
Indonesia, Tbk
makanan dan minuman yang 5. PT Mayora Indah, Tbk
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 6. PT Nippon Indosari
sebanyak 14 perusahaan dengan Corporindo, Tbk
periode penelitian tahun 2011- Sumber: www.idx.co.id
2015. Penggunaan sampel
menggunakan metode purposive Definisi Operasional Variabel
sampling dengan kriteria: Variabel Dependen
1) Perusahaan sub sektor makanan Variabel dependen penelitian
dan minuman yang terdaftar di adalah kebijakan hutang dan
Bursa Efek Indonesia selama diproksikan debt to equity ratio
tahun 2011-2015. (DER) dengan perbandingan
2) Konsisten listing di Bursa Efek antara total hutang dengan total
Indonesia periode 2011-2015. modal. Menurut Kasmir
3) Memberikan laporan keuangan (2008:158):
lengkap di BEI secara terus Total hutang
menerus 2011-2015. Debt to equity ratio 
Total ekuitas
4) Membagikan dividen secara
berturut-turut selama periode
Variabel Independen
pengamatan.
Kepemilikan Manajerial
5) Tidak mengalami kerugian
Kepemilikan Manajerial
selama 2011-2015.
adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut
Sampel penelitian
dalam pengambilan keputusan
berdasarkan kriteria tersebut
perusahaan. Mengacu pada
sebanyak 6 perusahaan. Daftar
Clarashinta (2014), Murtiningtyas
perusahaan sampel penelitian sub
(2012) untuk menghitung
sektor makanan dan minuman
kepemilikan manajerial:
adalah sebagai berikut:
Jumlah saham pihak manajemen
Managerial Ownership (MOWN) 
Total saham beredar

Kebijakan Dividen
Kebijakan Dividen dalam
perusahaan dapat diukur dengan
membandingkan antara dividen
dengan laba bersih setelah pajak
13
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

(dividend payout ratio). Dalam hal return on assets (ROA) mengacu


tersebut manajemen membuat pada Kasmir (2008:202):
keputusan berapa dari earnings after Return on Assets 
Earning after interest and tax
tax yang akan dibagikan sebagai Total assets
dividen. Mengacu pada Brigham
dan Houston (2011:155) rumus Ukuran Perusahaan
untuk menentukan kebijakan Menurut Eldon (2000:309)
dividen, yaitu: size adalah ukuran perusahaan
Dividend per share merupakan keseluruhan dari aktiva
Dividend payout ratio  yang dimilki oleh suatu perusahaan
Earning per share
yang dapat dilihat dari sisi kiri
Profitabilitas neraca. Rumus yang digunakan
Menurut Kasmir (2008:196) adalah Ukuran perusahaan = Ln
profitabilitas merupakan rasio yang Total aset
digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)
mencari keuntungan. Return on Menurut Guinan (2010:131)
assets (ROA) menunjukkan arus kas bebas (free cash flow) dapat
efektivitas perusahaan dalam diperoleh dari arus kas operasi
mengelola aktiva baik dari modal dikurangi belanja modal. Mengacu
sendiri maupun dari modal pada Guinan (2010:131) arus kas
pinjaman, investor akan melihat bebas (free cash flow) dengan rumus:
seberapa efektif suatu perusahaan Arus Kas Bebas = Arus kas operasi
dalam mengelola aset. Formula – Belanja modal

Hasil Penelitian
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -
-4,150 3,306 ,221
1,255
Kepemilikan
,010 ,008 ,228 1,261 ,219
Manajerial
Kebijakan Dividen ,565 ,394 ,314 1,433 ,165
Profitabilitas ,006 ,013 ,117 ,440 ,664
Arus Kas Bebas -2,177E- -
,000 -,368 ,098
13 1,721
Total Aset ,167 ,109 ,407 1,530 ,139
a. Dependent Variable: Kebijakan Hutang
14
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

Pengaruh kepemilikan manajerial kepemilikan manajerial relaif kecil


terhadap kebijakan hutang. sehingga suara manajer kurang
Tabel 2 bahwa nilai Thitung berpengaruh dalam Rapat Umum
variabel kepemilikan manajerial Pemegang Saham. Selain itu hasil
(X1) 1,261 < Ttabel 2,064 dengan yang tidak signifikan disebabkan
tingkat signifikansi sebesar 0,219 > karena data dari 6 perusahaan food
0,05. Hal ini menunjukkan H1 and beverage selama 5 tahun
tidak terbukti yang berarti pengamatan memiliki jumlah
kepemilikan manajerial tidak saham beredar yang sama Besar
berpengaruh terhadap kebijakan kepemilikan manajerial untuk
hutang. Berdasarkan hasil setiap tahunnya pun tak
pengujian regresi diperoleh mengalami banyak perubahan dan
koefisien kepemilikan manajerial cenderung konstan. Besarnya
yang menunjukkan tanda positif. jumlah saham beredar yang sama
Ini berarti kepemilikan manajerial selama 5 tahun pengamatan
berpengaruh positif terhadap tersebut dikarenakan perusahaan
kebijakan hutang, artinya semakin yang bersangkutan tidak
tinggi kepemilikan saham oleh melakukan penerbitan saham baru.
manajemen, maka akan semakin Hasil penelitian ini sejalan
tinggi pula perilaku manajer untuk dengan temuan penelitian
berhati-hati tehadap penggunaan Nurmasari (2015), Clarashinta
hutang. Dapat dikatakan bahwa (2014), Murtiningtyas (2012),
kepemilikan manajerial dan hutang Susilawati, dkk (2012), serta
memiliki hubungan sebab akibat, Yeniatie dan Destriana (2010) yang
hal ini ditunjukkan dengan adanya juga menemukan bahwa
peningkatan presentase kepemilikan manajerial tidak
kepemilikan manajerial akan berpengaruh terhadap kebijakan
mengurangi penggunaan hutang hutang.
perusahaan dan sebaliknya
penurunan kepemilikan manajerial Pengaruh kebijakan dividen
akan meningkatkan penggunaaan terhadap kebijakan hutang
hutang perusahaan. Namun jika Tabel 2 bahwa nilai Thitung
dilihat dari Thitung pengaruhnya variabel kebijakan dividen (X2)
tidak signifikan. 1,433 < Ttabel 2,064 dengan tingkat
Hasil penelitian yang tidak signifikansi sebesar 0,165 > 0,05.
berpengaruh ini disebabkan adanya Hal ini menunjukkan H1 tidak
proporsi kepemilikan saham oleh terbukti yang berarti kebijakan
direksi dan komisaris yang masih dividen tidak berpengaruh
rendah apabila dibandingkan terhadap kebijakan hutang.
dengan kelompok pemegang Berdasarkan hasil pengujian
saham lainnya dalam perusahaan. regresi, koefisien kebijakan dividen
Data dari 6 sampel perusahaan menunjukkan tanda positif.
makanan dan minuman selama 5 Kebijakan dividen berpengaruh
tahun pengamatan dapat diketahui positif terhadap kebijakan hutang,
besar presentase kepemilikan artinya ketika perusahaan
manajerial. Besar presentase meningkatkan pembayaran dividen
15
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

maka dana yang tersedia untuk profitabilitas yang menunjukkan


pendanaan (laba ditahan) akan tanda positif. Perusahaan dengan
semakin kecil, sehingga untuk tingkat profitabilitas yang tinggi
memenuhi kebutuhan dana maka akan memiliki sumber dana
perusahaan tersebut manajer internal yang juga tinggi, sehingga
cenderung menggunakan hutang dana tersebut dapat digunakan
lebih banyak (Masdupi, 2005) dan untuk membiayai kegiatan
pada umumnya sesuai dengan operasional perusahaan dan pada
pecking order theory perusahaan akhirnya akan mengurangi
akan menggunakan dana yang penggunaan hutang perusahaan.
berasal dari internal terlebih Sesuai dengan pecking order theory,
dahulu, namun apabila tidak perusahaan lebih cenderung
mencukupi dapat menggunakan memilih pendanaan yang berasal
hutang sebagai alternatif dalam dari internal perusahaan dan
pembiayaan kegiatan operasional seperti pada pecking order theory
perusahaan. tentang hirarki pembiayaan yang
Hasil penelitian yang tidak dimulai dari laba ditahan, hutang
berpengaruh disebabkan adanya dan yang terakhir adalah
beberapa perusahaan di Indonesia penerbitan saham baru.
menetapkan kebijakan dividen Hasil penelitian ini sejalan
yang relative stabil setiap tahunnya dengan penelitian yang dilakukan
untuk menarik minat investor agar oleh Mahmudah (2014) yang
menginvestasikan dananya di menemukan bahwa profitabilitas
perusahaan tersebut, meskipun tidak berpengaruh terhadap
hutang perusahaan semakin kebijakan hutang. Profitabilitas
bertambah maupun berkurang. tidak berpengaruh ini
Hasil penelitian ini sejalan dengan kemungkinan karena perusahaan
temuan penelitian Nurmasari cenderung menggunakan dana
(2015), Clarashinta (2014), internal perusahaan yang berasal
Murtiningtyas (2012), Susilawati, dari laba ditahan daripada
dkk (2012), serta Yeniatie dan menggunakan hutang. Hal ini
Destriana (2010) bahwa kebijakan menandakan bahwa perusahaan
dividen tidak berpengaruh memanfaatkan profitabilitas yang
terhadap kebijakan hutang. dimiliki untuk memaksimalkan
kinerja perusahaan dan
Pengaruh profitabilitas terhadap meminimalkan penggunaan hutang
kebijakan hutang agar tidak beresiko terhadap
Tabel 2 bahwa nilai Thitung kinerja perusahaan dimasa akan
variabel profitabilitas (X3) sebesar datang.
0,440 < Ttabel 2,064 dengan tingkat Hal ini sesuai dengan
signifikansi sebesar 0,664 > 0,05. penelitian yang dilakukan oleh
Hal ini menunjukkan hipotesis Susilawati, dkk (2012) yang
ketiga tidak terbukti dan berarti menunjukkan semakin tinggi
profitabilitas tidak berpengaruh profitabilitas maka akan semakin
terhadap kebijakan hutang. Hasil rendah kebijakan hutangnya,
pengujian regresi koefisien karena perusahaan ingin
16
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

mengembangkan perusahaan 28,725, tahun 2012 mengalami


dengan potensi profitabilitas tinggi kenaikan sebesar 28,884, tahun
tapi menghindari atau menurunkan 2013 sebesar 29,110, tahun 2014
risiko hutang dengan menurunkan sebesar 29,242 dan pada tahun
pendanaan dari hutang dan 2015 sebesar 29,339. Dari data
meningkatkan sumber pendanaan tersebut dapat terlihat bahwa
sesuai dengan pecking order theory semakin tinggi ukuran perusahaan
dari laba ditahan dulu yaitu dari tidak memiliki pengaruh terhadap
akumulasi profit tahun pengambilan keputusan pendanaan
sebelumnya. perusahaan berupa hutang. Hal ini
dikarenakan perusahaan tidak
Pengaruh ukuran perusahaan hanya menggunakan hutang dalam
terhadap kebijakan hutang. mendanai kegiatan operasional
Tabel 2 bahwa nilai thitung perusahaan. Hal tersebut
variabel ukuran perusahaan (X4) menunjukkan bahwa perusahaan
sebesar -1,721 < Ttabel 2,064 dengan lebih memanfaatkan dan
tingkat signifikansi sebesar 0,098. mengoptimalkan dana internal
Hal ini menunjukkan bahwa yang dimiliki perusahaan. Hasil
hipotesis keempat tidak terbukti penelitian ini sesuai dengan
dan berarti ukuran perusahaan temuan Narita (2012) dan Suryani
tidak berpengaruh terhadap (2015) bahwa ukuran perusahaan
kebijakan hutang. Berikut tidak berpengaruh terhadap
merupakan grafik ukuran kebijakan hutang. Menurut
perusahaan sub sektor makanan Suryani (2012) ukuran perusahaan
dan minuman tahun 2011-2015 yang besar tidak menjamin
sebagai berikut: perusahaan untuk meminjam dana
untuk memenuhi
Gambar 4. Grafik Ukuran kebutuhanpendanaannya, karena
Perusahaan bisa saja perusahaan menggunakan
dana internaldalam pendanaannya.
Penggunaan dana internal
kemungkinan atas dasar risiko
masa datang.

Pengaruh arus kas bebas (free cash


flow) terhadap kebijakan hutang
Tabel 2 bahwa nilai thitung arus
kas bebas (X5) sebesar 1,530 <
Sumber: Data diolah Ttabel 2,064 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,139 > 0,05.
Berdasarkan gambar 4 di atas, Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa ukuran perusahaan yang hipotesis kelima tidak terbukti, dan
diproksikan pada total aset tahun berarti arus kas bebas (free cash flow)
2011-2015 terus menerus tidak berpengaruh terhadap
mengalami kenaikan. Pada tahun kebijakan hutang. Berdasarkan
2011 rata-rata total aktiva sebesar perhitungan sebelumnya terdapat
17
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

dua perusahaan yang mempunyai terhadap kebijakan hutang


arus kas bebas (free cash flow) negatif perusahaan sub sektor
yang disebabkan karena jumlah makanan dan minuman yang
arus kas operasi yang dimiliki terdaftar di Bursa Efek
perusahaan sedang menurun yaitu Indonesia (BEI).
PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk 2. Proporsi kepemilikan saham
(CEKA) tahun 2011 dan PT oleh manajemen (direksi dan
Mayora Indah, Tbk (MYOR) komisaris) yang masih rendah,
tahun 2011 dan 2014, sedangkan perusahaan yang menetapkan
yang bernilai negatif pada kebijakan dividen yang relative
perusahaan lainnya dikarenakan stabil setiap tahunnya, dan
perusahaan banyak yang kecenderungan perusahaan
melakukan kegiatan investasi. Dari menggunakan sumber
data tersebut dapat terlihat bahwa pendanaan yang berasal dari
tingginya arus kas bebas (free cash internal merupakan beberapa
flow) tidak memiliki pengaruh faktor yang mendukung hasil
terhadap pengambilan keputusan penelitian.
pendanaan perusahaan berupa 3. Tidak ada pengaruh yang
hutang. Hasil penelitian ini sama terjadi antara ukuran
dengan temuan penelitian Narita perusahaan dan kebijakan
(2012) dan Suryani (2015) bahwa hutang ini bisa disebabkan
arus kas bebas (free cash flow) tidak karena perusahaan lebih
berpengaruh terhadap kebijakan memilih menggunakan dana
hutang. Menurut Suryani (2012) yang berasal dari internal
hubungan yang tidak signifikan meskipun ukuran perusahaan
antara free cash flow disebabkan bertambah besar, perusahaan
karena perusahaan akan akan memakai dana
mengutamakan penggunaan dana internalnya atau memanfaatkan
internal untuk kebutuhan investasi dana internal yang dihasilkan
dan kegiatan operasionalnya, dari kegiatan perusahaan.
sehingga jika perusahaan 4. Tidak ada pengaruh yang
mempunyai dana internal yang terjadi antara arus kas bebas
cukup maka perusahaan tidak akan (free cash flow) dan kebijakan
menggunakan dana eksternal hutang ini bisa diakibatkan
untuk mencukupi kebutuhan karena perusahaan lebih
pendanaannya. menyukai mendanai
perusahaan dengan dana yang
KESIMPULAN, berasal dari internal. Adanya
KETERBATASAN DAN arus kas bebas (free cash flow),
SARAN perusahaan akan menggunakan
Kesimpulan dana tersebut dan
1. Kepemilikan manajerial, dimanfaatkan sebaik mungkin
kebijakan dividen, untuk mendanai perusahaan
profitabilitas, ukuran agar mendapatkan
perusahaan, dan arus kas bebas pengembalian yang maksimal
(free cash flow) tidak berpengaruh dan tidak menggunakan hutang
18
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

yang bisa menimbulkan risiko Likuiditas, Pertumbuhan


bagi perusahaan. Penjualan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Ukuran
Keterbatasan Dan Saran Perusahaan Terhadap
1. Sampel penelitian ini hanya Kebijakan Hutang. Skripsi.
menggunakan perusahaan Universitas Diponegoro.
manufaktur subsektor makanan Semarang.
dan minuman, sehingga Arikunto, S. 2006. Prosedur
hasilnya belum dapat Penelitian Suatu Pendekatan
diberlakukan untuk perusahaan Praktik. Jakarta: Rineka
sub sektor lain dan non- Cipta.
manufaktur. Untuk penelitian Astuti, Wati Aris & Nurlaelasari.
yang akan datang, sampel perlu 2013. Pengaruh Arus Kas
diperluas untuk perusahaan Bebas dan Profitabilitas
non-manufaktur untuk Terhadap Kebijakan Hutang.
generalisasi hasil penelitian. Trikonomika, Volume 12, No.
2. Periode yang diteliti hanya 1, Juni 2013, Hal.40–48.
meliputi periode 2011 sampai Batemen S. dan Snell S. 2007.
dengan 2015 sehingga jumlah Manajemen Kepemimpinan
sampelnya terbatas. Penelitian Dan Kolaborasi Dalam Dunia
berikutnya dapat dilakukan Pendidikan Yang Kompetitif.
dengan periode yang lebih Salemba Empat. Jakarta.
lama, sehingga daya uji Brealey R.A. dan Myers S.C. 1991.
empirisnya menjadi lebih Principles of Corporate
tinggi. Finance. 4 edition. mvGraw
th

3. Penelitian ini membatasi pada Hill Inc.


faktor kepemilikan manajerial, Brigham E.F, dan Gapenski, L.C.
kebijakan dividen, 1996. Intermediate Financial
profitabilitas, ukuran Management. 5th edition,
perusahaan, dan arus kas bebas International Edition. The
(free cash flow) yang Dryden Press.
mempengaruhi keputusan Brigham dan Houston. 2011.
perusahaan dalam melakukan Dasar-dasar Manajemen
pendanaan. Untuk penelitian Keuangan. Buku 1. Edisi 11.
yang akan datang, perlu Salemba Empat. Jakarta.
diperluas dengan variabel- Clarashinta, Dyah Ayu. 2004.
variabel lain. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan
DAFTAR RUJUKAN Dividen, dan Profitabilitas
Abdullah, M. Faisal. Dasar dasar Terhadap Kebijakan Hutang
Manajemen Keuangan, Edisi (Studi Pada Perusahaan
Kedua. Cetakan kelima, Manufaktur Yang Terdafar di
Penerbitan Universitas Bursa Efek Indonesia Periode
Muhammadiyah. Malang. 2011-2013). Skripsi. Fakultas
Andina, Zulfia. 2013. Analisis Ekonomi. Universitas Negeri
Pengaruh Profitabilitas, Yogyakarta.
19
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Jensen dan Meckling. 1976. The


Analisis Multivariate Dengan Theory of The Firm:
Program IBM SPSS 19 (edisi Managerial Behavior, Agency
kelima). Semarang: Cost, and Ownership Stucture.
Universitas Diponegoro. Journal of Financial and
Guinan, Jack. 2010. Investopedia Economics. 3:305-360.
(Cara Mudah Memahami Jogiyanto, 2010. Analisis dan
Istilah Invetasi). Cetakan I. Desain Sistem Informasi. Edisi
Jakarta: Hikmah. IV. Yogyakarta: Andi Offset.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Kasmir. 2008. Analisis Laporan
Manajemen Keuangan. BPFE Keuangan. Jakarta: Rajawali
Yogyakarta. Pers, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Mahmudah, Siti. 2013. Pengaruh
Analisis Kritis Atas Laporan Kepemilikan Saham,
Keuangan. Raja Grafindo Profitabilitas, Ukuran
Persada, Jakarta. Perusahaan, dan Struktur Aset
Hasan, Mudrika Alamsyah. 2014. Terhadap Kebijakan Hutang
Pengaruh Kepemilikan Pada Perusahaan Manufaktur
Manajerial, Free Cash Flow Yang Masuk Dalam Daftar
dan Ukuran Perusahaan Efek Syariah 2010-2013.
Terhadap Kebijakan Utang. Skripsi. Fakultas Syariah dan
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. Hukum. Universitas Islam
1, Oktober 2014: 90–10. Negeri Sunan Kalijaga
Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Yogyakarta.
Teori Portofolio dan Analisis Martono dan Agus Harjito. 2003.
Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP Manajemen Keuangan.
AMP YKPN. Yogyakarta. Ekonosia. Yogyakarta.
Indahningrum, Rizka Putri dan Masdupi, Erni. 2005. Analisis
Ratih Handayani. 2009. Dampak Struktur Kepemilikan
Pengaruh Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang
Manajerial, Kepemilikan Dalam Mengontrol Konflik
Institusional, Dividen, Keagenan. Jurnal Ekonomi
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Bisnis. Vol. 20. No. 1.
Free Cash Flow, dan Hlm 57-69.
Profitabilitas terhadap Michelle dan Megawati. 2005.
Kebijakan Hutang Tingkat Pengembalian
Perusahaan, Jurnal Bisnis dan Investasi Dapat Diprediksi
Akuntansi, Vol. 11 No. 3. Melalui Profitabilitas,
Hlm. 189-207. Likuiditas, dan Leverage.
Indriantoro, Nur dan Bambang Kumpulan Jurnal
Supomo, 2009. Metodologi Ekonomi_Com.
Penelitian Bisnis untuk Mulianti, Fitri Mega. 2010.
Akuntansi dan Manajemen, Analisis Faktor-Faktor yang
Edisi Pertama.Yogyakarta: Mempengaruhi Kebijakan
BPFE Yogyakarta. Hutang dan Pengaruhnya
Terhadap Nilai Perusahaan
20
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

(Studi Pada Perusahaan Dividen, Profitabilitas, Ukuran


Manufaktur yang Terdaftar di Perusahaan, dan Struktur Aset
Bursa Efek Indonesia (BEI) Terhadap Kebijakan Hutang
Periode 2004-2007). Tesis. Pada perusahaan Manufaktur
Program Studi Magister Yang Terdaftar di Bursa Efek
Manajemen Universitas Indonesia 2010-2012. JOM
Diponegoro. FEKON. Vol. 1 No. 2.
Murtiningtyas, Andika Inova. Oktober. Hal. 1-15.
2012. Kebijakan Dividen, Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi
Kepemilikan Manajerial, SPSS Pada Statistik
Kepemilikan Institusional, Parametrik. Jakarta: Elex
Profitabilitas, Risiko Bisnis Media Komputindo.
Terhadap kebijakan Hutang ______________. 2012. Statistik
Pada Perusahaan Manufaktur Multivariant. Edisi Revisi. PT
Yang Listing di BEI Periode Elex Media Komputindo.
2008-2009. Jurnal Akuntansi Jakarta.
di Kota Semarang. Jurusan Sheisarvian, Revi M., Nengah
Akuntansi. Hal 1-6. Sudjana, dan Muhammad
Narita, Rona Mersi. 2012. Analisis Saifi. 2015. Pengaruh
Kebijakan Hutang. Accounting Kepemilikan Manajerial,
Analysis Journal 1 (2). Kebijakan Dividen, dan
Nurmasari, Nuraini Desty. 2015. Profitabilitas Terhadap
Pengaruh Kepemilikan Kebijakan Hutang (Studi Pada
Manajerial, Kepemilikan Perusahaan Manufaktur Yang
Instituisional, Kebijakan Tercatat di BEI Periode 2010-
Dividen, Pertumbuhan 2012). Jurnal Administrasi
Perusahaan, dan Profitabilitas Bisnis (JAB). Vol. 22 No. 1
Terhadap Kebijakan Hutang Mei. Hal. 1-9.
Perusahaan (Studi Empiris Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pada Perusahaan Manufaktur Kuantitatif Kualitatif dan
Yang Terdaftar di Bursa Efek R&D. Penerbit ALFABETA.
Indonesia). Skripsi. Fakultas _______. 2008. Metode Penelitian
Ekonomi. Universitas Negeri Pendidikan Pendeketan
Yogyakarta. Kuantitatif, Kualitatif, dan
Phitaloka, Nina Diah. 2009. R&D. Alfabeta. Bandung.
Pengaruh Faktor-Faktor Intern Suryani, Ade Dwi. 2015. Pengaruh
Perusahaan Terhadap Free Cash Flow, Pertumbuhan
Kebijakan Hutang dengan Perusahaan, Kebijakan
Pendekatan Pecking Order Dividen dan Ukuran
Theory. Skripsi.Universitas Perusahaan Terhadap
Lampung: Bandar Lampung. Kebijakan Hutang. Skripsi.
Purwasih, Dewi., Restu Agusti dan Jurusan Akuntansi Universitas
Al Azhar L. 2014. Analisis Negeri Semarang.
Pengaruh Kepemilikan Susilawati, Christine Dwi Karya,
Manajerial, Kepemilikan Lidya Agustina dan Se Tin.
Institusional, Kebijakan 2012. Faktor-Faktor yang
21
Syaiful Bahri Jurnal PETA Vol. 2 No. 2, Juli 2017

Mempengaruhi Kebijakan
Hutang. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol. 16, No. 2 Mei
2012, hlm.178–187.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional
Pada Kebijakan Hutang
Perusahaan: Sebuah Perspektif
Theory Agency. Simposium
Akuntansi Nasional IV.
Weston, J. Fred. dan Thomas E
Copeland. 1997. Manajemen
Keuangan. Edisi Sembilan.
Penerbit Bina Rupa Aksara.
Jakarta.
Yeniati dan Nicken Destriana.
2010. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Non
Keuangan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12.
No. 1. Hlm. 1-16.
www.idx.co.id
www.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai