Anda di halaman 1dari 21

JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, INVESTMENT


OPPORTUNITY SET, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN
MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN HUTANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016)

Dessy Kumala Dewi, Amries R. Tanjung dan Novita Indrawati

Program Studi Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Riau


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh free cash flow, investment
opportunity set, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan hutang sebagai variabel moderating (studi pada
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan sampel sebanyak
73 perusahaan Manufaktur. Peneliti menggunakan teknik regresi linier berganda
dan model regresi moderasi / moderated regression analysis (MRA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Free cash flow tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan; 2) Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan; 3) Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan; 4) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan; 5) Kebijakan hutang tidak bisa memoderasi pengaruh hubungan free
cash flow terhadap nilai perusahaan; 6) Kebijakan hutang bisa memoderasi
pengaruh hubungan investment opportunity set terhadap nilai perusahaan; 7)
Kebijakan hutang bisa memoderasi pengaruh hubungan ukuran perusahaan
terhadap nilai perusahaan; dan 8) Kebijakan hutang tidak bisa memoderasi
pengaruh hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

Kata kunci : free cash flow, investment opportunity set, ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, nilai perusahaan.

101
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

PENDAHULUAN

Perusahaan manufaktur merupakan salah satu industri yang memiliki prospek


yang bagus dan menjanjikan dimasa yang akan datang. Dengan prospek yang
menjanjikan maka akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut. Perusahaan manufaktur juga merupakan kelompok
terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan
yang paling lengkap.

Nilai perusahaan menggambarkan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran


pemegang saham sering diterjemahkan ke dalam kenaikan harga pasar saham.
Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang
saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Tujuan
utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan
kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan nilai
perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan
memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur dengan beberapa pengukuran. Salah
satu ukuran yang digunakan dalam menilai perusahaan adalah menggunakan rasio
Tobins Q.Tobins Q merupakan salah satu alternatif pengukuran kinerja
perusahaan yang dapat digunakan dengan menggabungkan antara nilai buku dan
nilai pasar ekuitas. Naik turunnya harga saham dipasar modal menjadi
sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik
turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Jika harga saham perusahaan tinggi maka
dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik.

Jika rasio Tobins Q berada dibawah nilai 1 maka investasi dalam aset dinilai
rendah oleh pasar. Hal ini disebabkan oleh perusahaan tersebut memiliki kinerja
kurang baik dan dan dapat mempengaruhi harga saham dan berdampak pada
rendahnya nilai perusahaan, sehingga investor enggan untuk melakukan investasi
pada perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobins Q suatu perusahaan tinggi
dari 1, mengindikasikan bahwa investasi dalam aset menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi baru karena
investor menilai perusahaan tinggi dan mempunyai kinerja yang baik dan dinilai
mampu menghasilkan aliran kas yang lebih baik dimasa yang akan datang
(Ferdawati, 2009).

102
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Gambar 1. Nilai Perusahaan Periode 2012-2016

Nilai Tobins Q
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00 2012
1,00
0,00 INTP SMGR AMFG ARNA TOTO GDST INAI LION LMSH TBMS DPNS EKAD 2013
2014
2012 3,78 3,85 1,37 3,57 2,57 1,08 0,90 1,39 1,05 0,96 0,84 1,19
2015
2013 2,90 3,02 1,08 5,63 2,59 0,97 0,96 2,08 1,35 0,98 0,74 1,10
2016
2014 3,33 3,07 1,08 5,35 2,34 0,94 0,96 1,07 0,63 0,97 0,56 1,21
2015 3,11 2,05 0,87 2,94 3,33 0,93 0,92 1,14 0,57 0,89 0,59 0,97
2016 2,01 1,54 0,87 2,86 2,4 0,86 0,96 1,11 0,63 0,95 0,56 0,74

Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu free
cash flow, investment opportunity set, kebijakan hutang, kepemilikan manajerial,
dan ukuran perusahaan. Berdasarkan teori keagenan menjelaskan bahwa
terdapat konflik antara pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen) di
mana pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan untuk
memaksimalkan tujuannya sendiri-sendiri. Salah satu penyebab munculnya
konflik keagenan yang menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas
bebas. Menurut Brigham dan Houston (2011:65), arus kas bebas atau free cash
flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada
seluruh investor (pemegang saham dan pemilik hutang) setelah perusahaan
menempatkan seluruhinvestasinya pada aset tetap,produk-produk baru, dan modal
kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan.

Peluang-peluang investasi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya peluang


investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan
meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Menurut
Ardestani, et al, (2013) Peluang investasi adalah proyek yang berpotensi
menguntungkan sehingga perusahaan harus menemukan dan memanfaatkannya
untuk sewa ekonomi. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki total
aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama,
selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil.
Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa
dalam mempergunakan aset yang ada diperusahaan tersebut.

103
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Konflikyang terjadi antara agent dan principal berubah apabila dalam struktur
kepemilikan saham terdapat kepemilikan manajerial.Menurut Brigham dan
Houston (2011) kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan yang
berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki manajer dan direksi perusahaan.

Pengambilan kebijakan hutang sangat erat kaitannya dengan masalah keagenan.


Pada perusahaan yang telah go public kebijakan hutang memiliki peranan penting
didalamnya yaitu sebagai solusi dari konflik keagenan karena mampu
mengimbangi agency cost yang ditimbulkan dari konflik keagenan. Selain itu
menurut Jensen (1986) penggunaan utang juga dapat digunakan untuk
mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen,
sehingga akan menghindari investasi yang sia-sia. Jika tidak secara hati mengelola
penggunaan utang, selain dapat meningkatkan nilai perusahaan penggunaan utang
juga dapat meningkatkan risiko kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh hubungan antara free cash flow, investment opportunity set,
ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang sebagai
variabel moderating.

Menurut Keown, et al, (2011:47) arus kas bebas adalah jumlah uang tunai yang
tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan
aktiva tetap. Free cash flow ini sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Hal tersebut terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak, yaitu pemegang saham
menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Smith dan Watts (1992) juga menjelaskan bahwa investment opportunity set
merupakan komponen dari nilai perusahaan yang dihasilkan dari pilihan untuk
melakukan investasi dimasa depan.Peluang investasi yang ada mendorong
perusahaan untuk memilih investasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi.
Oleh karena itu, perusahaan memperoleh surplus, yang pada gilirannya akan
meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Munawir (2014) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya


aset yang dimiliki oleh perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur
berdasarkan total asset. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak, sehingga
semakinbesar perusahaan maka semakin baik nilai perusahaannya.

104
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Menurut Brigham dan Houston (2011) kepemilikan manajerial merupakan


persentase kepemilikan yang berkaitan dengan saham dan opsi yang dimiliki
manajer dan direksi perusahaan.Pengambilan keputusan untuk memaksimalkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan harus diambil oleh seorang manajer dalam
menjalankan bisnisnya.Manajer yang sekaligus pemegang saham akan
meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan,
maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga.
Penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan, hal ini dikarenakan
denganadanya utang maka akan menimbulkan adanya bunga utang, sehingga
dapat mengurangi pembayaran pajak perusahaan (Miller dan Modigliani, 1961).
Selain itu menurut Jensen (1986) penggunaan utang juga dapat digunakan untuk
mengendalikan penggunaan free cash flowsecara berlebihan oleh
manajemen,sehingga akan menghindari investasi yang sia-sia.

Keputusan pemanfaatan investment opportunity set pada suatu perusahaan


merupakan kebijakan dari pihak manajemen. Pemanfaatan kesempatan investasi
perusahaan mampu menunjukkan prospek perusahaan dimasa depan, dimana
keuntungan perusahaan akan meningkat sebagai hasil dari kegiatan investasi
perusahaan yang dilakukan pada saat ini (Brigham dan Houston, 2011).
Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka tanamkan.Pemanfaatan investment opportunity
set yang meningkat mampu meningkatkan nilai perusahaaan.

Sejumlah studi telah mengemukakan bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh


pada kebijakan hutang perusahaan. Semakin besar perusahaan maka semakin
banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan, salah
satunya adalah hutang. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang
tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar.
Peningkatan hutang bisa meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan besar dapat
dengan mudah mengakses ke pasar modal berarti perusahaan memiliki
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memunculkan dana lebih besar.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara mengurangi
agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen,
karena proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat
mempengaruhi arah kebijakan perusahaan. Alves (2012) menyatakan bahwa
kepemilikan saham manajerial mendorong manajemen untuk meningkatkan
kinerja perusahaan, karena manajer menanggung proporsi efek kekayaan
perusahaan sebagai pemegang saham.

105
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Menurut Jensen dan Meckling (1976) kebijakan hutang dapat mempengaruh


hubungan antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.
Berdasarkan kajian teori yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Free cash flow berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H2 : Investment opportunity set berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H5 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap hubungan antara free cash flow
dengan nilai perusahaan
H6 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap hubungan antara investment
opportunity set dengan nilai perusahaan
H7 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran
perusahaan dengan nilai perusahaan
H8 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap hubungan antara kepemilikan
manajerial dengan nilai perusahaan

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2012-2016.
Metode pemilihan sampel pada penelitian ini adalah metode purposive sampling,
yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu (Sugiyono,
2012). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian
ini adalah :
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2012-2016.
b. Perusahaan yang tidak terdaftar dan tidak memiliki laporan keuangan yang
lengkap selama tahun 2012-2016. Disini perusahaan yang delisting selama
periode pengamatan
c. Perusahaan yang tidak memiliki data penelitian dan laporan keuangan yang
lengkaptahun 2012-2016.
d. Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif selama tahun 2012-2016.
e. Perusahaan yang memperoleh laba negatif selama tahun 2012-2016.

106
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Berdasarkan kriteria di atas, maka diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti
dalam penelitian ini yang termuat pada tabel 1 :

Tabel 1 : Kriteria Penetapan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan


Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 152
Indonesia pada tahun 2016
Perusahaan yang tidak terdaftar selama Tahun 2012-2016 (13)
Perusahaan yang tidak memiliki data penelitian yang lengkap (29)
selama Tahun 2012-2016
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif selama tahun (9)
2012-2016
Perusahaan yang memperoleh laba negatif selama Tahun (28)
2012-2016
Total sampel penelitian x 5 tahun observasi 73 x 5 = 365

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif Penelitian

Tabel 2 : Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Free Cash Flow 365 -.88 .71 -.2092 .24549
Investment 365 .08 62.93 3.3636 7.54661
Opprtunity Set
Ukuran 365 11.77 19.38 14.6146 1.60411
Perusahaan
Kepemilikan 365 .00 .87 .0535 .12960
Manajerial
Kebijakan 365 .08 10.12 1.0648 1.16347
Hutang
Nilai Perusahaan 365 .31 18.64 2.1142 2.72772

107
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel free cash flow (X1)
memiliki nilai terendah -88 dan nilai tertinggi sebesar 0.71 serta dengan nilai rata-
rata (mean) -0.2092. Standar deviasi variabel free cash flow 0.24549. Standar
deviasi variabel free cash flow lebih besar dari rata-rata. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa data free cash flow pada perusahaan manufaktur memiliki
variasi yang besar atau menyebar dari rata-rata (mean) perusahaan sampel.

Investment opportunity set (X2) memiliki nilai maksimum 62.93, nilai terendah
adalah 0.08 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 3.3636. standar deviasi variabel
investment opportunity set lebih besar dari rata-rata sebesar 7.54661. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa data investment opportunity set pada perusahaan
manufaktur memiliki variasi yang besar atau menyebar dari rata-rata (mean)
perusahaan sampel. Ukuran perusahaan (X3) memiliki nilai terendah
sebesar 11.77, nilai tertinggi sebesar 19.38 dan memiliki nilai rata-rata sebesar
14.6146. Standar deviasi ukuran perusahaan lebih kecil sebesar 1.60411. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa data ukuran perusahaan pada perusahaan
manufaktur memiliki variasi yang kecil atau homogen (hampir sama) dari rata-
rata (mean) perusahaan sampel.

Kepemilikan manajerial (X4) memiliki nilai maksimum 0.87 dan nilai terendah
adalah 0.00 serta nilai rata-rata sebesar 0.0535. Standar deviasi variabel
kepemilikan manajerial lebih besar dari rata-rata yakni sebesar 0.12960. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa data kepemilikan manajerial pada perusahaan
manufaktur memiliki variasi yang besar atau menyebar dari rata-rata (mean)
perusahaan sampel. Variabel kebijakan hutang (Y) memiliki nilai terendah 0.08
dan nilai tertinggi sebesar 10.12 serta dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
1.0648. Standar deviasi variabel kebijakan hutang lebih besar dari rata-rata yakni
sebesar 1.16347. Hal tersebut memperlihatkan bahwa data kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur memiliki variasi yang besar atau menyebar dari rata-rata
(mean) perusahaan sampel
Variabel nilai perusahaan (Z) nilai terendah sebesar 0.31 dan nilai tertinggi
sebesar 18.64, serta dengan rata-rata sebesar 2.1142. Standar deviasi variabel nilai
perusahaan lebih besar dari rata-rata yakni sebesar 2.72772. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa data kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur
memiliki variasi yang besar atau menyebar dari rata-rata (mean) perusahaan
sampel.

108
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Untuk menentukan data berdistribusi normal dapat dilihat dari histogram maupun
normal probability plot. Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot,
menunjukkan bahwa model regresi belum layak dipakai dalam penelitian ini
karena belum memenuhi asumsi normalitas karena masih terdapat data yang
ekstrim (berada diluar outlier) dan data harus dinormalkan dengan cara dilakukan
pembuangan data yang bersifat ekstrim (diluar outlier) atau dikenal dengan uji
outlier data.
Gambar 3 : Grafik Histogram Sebelum Outlier

Gambar 4 : Grafik Normal Plot sebelum uji outlier

Pada normal probability plot setelah dilakukannya uji outlier, dimana terlihat data
(titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah
garis diagonal sehingga dapat dikatakan data telah berdistribusi
normal.Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot, menunjukkan bahwa
data telah memenuhi asumsi klasik normalitas data.

109
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Gambar 5 : Grafik Histogram Setelah Outlier

Dengan melihat grafik histogram setelah dilakukannya uji outlier, dapat dilihat
bahwa data tidak ada yang bersifat ekstrim atau berada diluar outlier (data berada
antara -3 sampai +3). Makadapat disimpulkan bahwa grafik histogram
memberikan pola distribusi yang telah mendekati normal.

Gambar 6: Grafik Normal Plot Setelah uji outlier

Gambar 7 : Uji Heteroskedastisitas

110
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Dari grafik titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu vertikal dan tidak
membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau bersifat homogen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model ini dapat dipergunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 3 : Hasil Uji Autokorelasi

Durbin Watson N Keterangan


1,844 365 Tidak terdapat Autokorelasi

Dari hasil perhitungan analisis data diatas, angka DW sebesar 1,844 terletak
antara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dari
penelitian ini bebas dari autokorelasi.

Tabel 4 : Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Free Cash Flow .776 1.288
Investment Opprtunity Set .868 1.152
Ukuran Perusahaan .833 1.201
Kepemilikan Manajerial .888 1.126
Kebijakan Hutang .785 1.275
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF variabel independen penelitian< 10
yang menandakan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas dalam model
penelitian ini. Maka dengan demikian disimpulkan bahwa data penelitian terbebas
dari multikolinearitas.

111
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Tabel 5 : Uji Hipotesis

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t-hitung Sig. t-tabel
1 (Constant) 0.300 0.064 4.666 0.000
Free Cash Flow 0.027 0.035 0.008 0.768 0.443
Investment 0.584 0.006 0.982 105.100 0.000
Opportunity Set
Ukuran 0.009 0.004 0.019 2.008 0.046 + 1.968
Perusahaan
Kepemilikan -0.147 0.048 -0.028 -3.068 0.002
Manajerial
Kebijakan Hutang 0.017 0.006 0.027 2.740 0.007
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis regresi seperti tertera pada ringkasan Tabel 5.3.3 di atas
diperoleh persamaan model regresi yaitu :
Y = 0,300 + 0,027 X1 +0,584 X2 + 0,009X3 – 0,147 X4 + 0,017 X5 + 

Dari data yang diperoleh dapat dihitung nilai df sebesar 297-6 = 291. Dilihat dari
two tail test menunjukkan bahwa df 94 dengan taraf signifikansi 0.05 diperoleh
nilai ttabel sebesar 1.968. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa variabel free cash
flowmemiliki nilai sig 0.443. Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau
nilai 0.443>0.05, maka H1 ditolak.Variabel free cash flowmempunyai thitung =
0.768dengan ttabel = 1.968. sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel free cash
flow tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel investment
opportunity setmemiliki nilai sig 0.000. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas
0.05, atau nilai 0.000<0.05, maka H2 diterima. Variabel investment opportunity
setmempunyai thitung = 105.100dengan ttabel = 1.968. Jadi thitung>ttabel dapat
disimpulkan bahwa variabel investment opportunity setmemiliki kontribusi
terhadap nilai perusahaan. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sig 0.046.
Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.046<0.05, maka H3
diterima. Variabel ukuran perusahaan mempunyai thitung = 2.008dengan ttabel =
1.968. Jadi thitung>ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan
memiliki kontribusi terhadap nilai perusahaan.Variabel kepemilikan manajerial
memiliki nilai sig 0.002. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai
0.002<0.05, maka H4 diterima. Variabel kepemilikan manajerial mempunyai
thitung = -3.068dengan ttabel = -1.968. Jadi thitung>ttabel dapat disimpulkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial memiliki kontribusi terhadap nilai perusahaan.

112
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Tabel 6. : Hasil Moderate Regression Analysis 1

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.364 .089 15.320 .000
Free Cash Flow .171 .253 .049 .677 .499
Kebijakan Hutang -.093 .041 -.147 -2.251 .025
Free Cash Flow * -.048 .178 -.019 -.271 .787
Kebijakan Hutang
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah
sebagai berikut :
Y = 1.364 + 0.171 X1 - 0.093 Z- 0.048 X1Z

Hasil uji model parsial (uji t) pada tabel 6menunjukkan bahwa variabel free cash
flow memberikan nilai koefisien parameter sebesar 0.171memiliki nilai sig 0.499
(>0.05). Variabel kebijakan hutang memberikan nilai koefisien parametersebesar -
0.093 memiliki nilai sig 0.025 (<0.05). Interaksi antara free cash flow dan
kebijakan hutang memberikan nilai koefisien parameter sebesar -0.048 memiliki
nilai sig sebesar 0.787 (>0.05), maka H5 ditolak. Interaksi antara free cash flow
dan kebijakan hutang ternyata tidak signifikan, sehingga dapatdisimpulkan bahwa
variabel kebijakan hutang bukan merupakan variabel moderasi.

Tabel 7. : Hasil Moderate Regression Analysis2

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .273 .008 35.325 .000
Investment .750 .006 1.263 117.322 .000
Opprtunity Set
Kebijakan Hutang .187 .007 .295 28.341 .000
Investment -.224 .008 -.363 -27.845 .000
Opportunity Set *
Kebijakan Hutang
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

113
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah
sebagai berikut :
Y = 0.273 + 0.750 X2 + 0.187 Z- 0.224 X2Z

Hasil uji model parsial (uji t) pada tabel 7menunjukkan bahwa variabel investment
opportunity setmemberikan nilai koefisien parameter sebesar 0.273memiliki nilai
sig 0.000 (<0.05). Variabel kebijakan hutang memberikan nilai koefisien
parametersebesar 0.187 memiliki nilai sig 0.000 (<0.05). Interaksi antara
investment opportunity setdan kebijakan hutang memberikan nilai koefisien
parameter sebesar -0.224 memiliki nilai sig sebesar 0.000 (<0.05), maka H6
diterima. Interaksi antara investment opportunity setdan kebijakan hutang ternyata
signifikan, sehingga dapatdisimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang
merupakan variabel moderasi.

Tabel 8. : Hasil Moderate Regression Analysis3

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -3.314 .625 -5.306 .000
Ukuran Perusahaan .326 .044 .725 7.435 .000
Kebijakan Hutang 2.832 .583 4.458 4.858 .000
Ukuran Perusahaan * -.205 .041 -4.668 -5.035 .000
Kebijakan Hutang
4. a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah
sebagai berikut :
Y = -3.314 + 0.326 X3 + 2.832 Z- 0.205 X3Z

Hasil uji model parsial (uji t) pada tabel 8menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaanmemberikan nilai koefisien parameter sebesar 0.326memiliki nilai sig
0.000 (<0.05). Variabel kebijakan hutang memberikan nilai koefisien
parametersebesar 2.832 memiliki nilai sig 0.000 (<0.05). Interaksi antara ukuran
perusahaandan kebijakan hutang memberikan nilai koefisien parameter sebesar -
0.205 memiliki nilai sig sebesar 0.000 (<0.05), maka H7 diterima. Interaksi antara
ukuran perusahaandan kebijakan hutang ternyata signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang merupakan variabel moderasi.

114
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Tabel 9 : Hasil Moderate Regression Analysis4

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.433 .061 23.562 .000
Kepemilikan Manajerial -1.655 .425 -.318 -3.893 .000
Kebijakan Hutang -.127 .039 -.200 -3.218 .001
Kepemilikan Manajerial * .851 .620 .114 1.373 .171
Kebijakan Hutang
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah
sebagai berikut :
Y = 1.433 - 1.655 X4 - 0.127 Z+ 0.851 X4Z

Hasil uji model parsial (uji t) pada tabel 9 menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan manajerial memberikan nilai koefisien parameter sebesar -
1.655memiliki nilai sig 0.000 (<0.05). Variabel kebijakan hutang memberikan
nilai koefisien parametersebesar -0.127 memiliki nilai sig 0.001 (<0.05). Interaksi
antara kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang memberikan nilai koefisien
parameter sebesar 0.851 memiliki nilai sig sebesar 0.171 (>0.05), maka H8
ditolak. Interaksi antara kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang ternyata
tidak signifikan, sehingga dapatdisimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang
bukan merupakan variabel moderasi.

Pengaruh Free Cash Flow terhadap Nilai Perusahaan


Pengujian model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
free cash flow tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa
besar kecilnya free cash flow yang dimiliki oleh suatu perusahaan tidak direspon
oleh pasar sehingga tidak berdampak langsung pada nilai perusahaan. Aliran kas
bebas di Indonesia lebih banyak dipakai untuk membiayai pengeluaran modal,
padahal seharusnya dana tersebut dibagikan sebagai dividen. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayarina dan Titik (2017) yang
menemukan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal ini dimungkinkan karena tersedianya free cash flow yang tinggi dapat
menyebabkan konflik antara manajer selaku agen dengan pemegang saham
sebagai principal.

115
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Faktor lain seperti kecenderungan investor untuk tidak memperhitungkan free


cash flow dikarenakan tidak ketersediaan rasio free cash flow dalam bagian
laporan keuangan perusahaan, sehingga untuk mengetahui besarnya free cash flow
memerlukan waktu yang lama karena harus menghitung sendiri. Jadi, free cash
flow tidak menjadi prioritas investor untuk menentukan keputusan investasinya ke
perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Putu dan Gerinta (2016) dan Kurnia (2016) serta Roya dan Sahar (2015) bahwa
free cash flow berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Nilai Perusahaan


Pengujian model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel investment opportunity setsetberpengaruh positif secara signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan yang banyak
melakukaninvestasi cenderung memiliki aset yang bertambah setiap waktu atau
bertambah besar kekayaannya, dan juga perusahaan dapat memanfaatkan peluang
investasi guna pertumbuhan pendapatan dimasa yang akan datang. Perusahaan
yang bertambah besar dari waktu ke waktu akan dapat menciptakan pandangan
positif para investor, sehingga harga saham pada akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Safitri (2010), Yuliani, et al (2012), serta Putu dan Gerinta (2016) yang
menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Peluang investasi yang ada akan mendorong perusahaan untuk
memilih investasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi sehingga perusahaan
memperoleh surplus, yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai perusahaan.
Oleh karena itu, pemanfaatan investment opportunity set mampu meningkatkan
nilai perusahaan.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan


Pengujian model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaanukuran perusahaan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan
ukuran perusahaan yang maksimal akan memudahkan investor dalam
mendapatkan informasi tentang keadaan perusahaan yang dapat dilihat dari nilai
perusahaannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ika (2017), Uke, et al (2014), Paulina (2013, Nurul (2015) dan Sujoko dan
Soebiantoro (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut dikarenakan semakin besar ukuran
perusahaan, maka perusahaan akan mudah untuk akses ke pasar modal.

116
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan


Pengujian model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Hal ini berarti jika kepemilikan manajerial naik atau bertambah maka nilai
perusahaan akan turun, demikian pula sebaliknya jika kepemilikan manajerial
menurun maka nilai perusahaan akan mengalami kenaikan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suastini (2016), Rustendi dan Farid (2008)
serta Sugiarto (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Manajer yang sekaligus pemegang
saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai
perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagaipemegang saham akan meningkat
juga.

Kebijakan Hutang Terhadap Hubungan antara Free Cash Flow dengan Nilai
Perusahaan
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa kebijakan hutang tidak bisa memoderasi
hubungan antara free cash flow terhadap nilai perusahaan. Ketidakmampuan
kebijakan hutang memoderasi hubungan antara free cash flow dengan nilai
perusahaan disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang memiliki free cash flow
negatif, maka berdampak terhadap dalam pembagian dividen sehingga minat
investor untuk berinvestasi menjadi lemah sehingga tidak dapat mempengaruhi
nilai perusahaan. Pada umumnya perusahaan akan mengambil kebijakan hutang
sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan, sehingga optimalisasi nilai
perusahaan yang merupakan tujuan utama perusahaan dapat tercapai. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Ade (2015) bahwa arus kas bebas (free
cash flow) tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Menurut Ade (2015)
hubungan yang tidak signifikan antara free cash flow disebabkan karena
perusahaan akan mengutamakan penggunaan dana internal untuk kebutuhan
investasi dan kegiatan operasionalnya, sehingga jika perusahaan mempunyai dana
internal yang cukup maka perusahaan tidak akan menggunakan dana eksternal
untuk mencukupi kebutuhan pendanaannya.

Kebijakan Hutang Terhadap Hubungan antara Investment Opportunity Set


dengan Nilai Perusahaan
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa kebijakan hutang dapat memoderasi hubungan
antara investment opportunity set terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian ini
kebijakan hutang dapat memoderasi hubungan antara investment opportunity set
dengan nilai perusahaan.Kebijakan hutang pada penelitian ini memperkuat
hubungan antara investment opportunity set dengan nilai perusahaan.

117
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Hal ini berarti dana eksternal yang diperoleh perusahaan manufaktur tersebut
mampu membiayai investasi perusahaan, dan dengan meningkatnya investasi
tersebut maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fama dan French (1998) dan Arieska dan
Gunawan (2011) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari leverage
memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang,
selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan.

Kebijakan Hutang Terhadap Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan


Nilai Perusahaan
Padatabel 8 menunjukkan kebijakan hutang dapat memoderasi hubungan antara
ukuran perusahaanterhadap nilai perusahaan.Pada penelitian ini kebijakan hutang
dapat memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan.
Pada penelitian ini, kebijakan hutang dapat memperkuat hubungan antara ukuran
perusahaan dengan nilai perusahaan. Perusahaan besar dapat dengan mudah
memperoleh hutang yang nantinya dapat digunakan perusahaan untuk
mengembangkan usahanya yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010) dan
Euis dan Taswan (2002) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang. Penelitian oleh Kurnia (2016) dan Ika (2017)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan akan berpengaruh pada kebijakan hutang perusahaan.
Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan untuk
menjalankan operasi perusahaan, salah satunya adalah hutang.

Kebijakan Hutang Terhadap Hubungan antara Kepemilikan Manajerial


dengan Nilai Perusahaan
Padatabel 9menunjukkan kebijakan hutang tidak dapat memoderasi hubungan
antara kepemilikan manajerialterhadap nilai perusahaan. Pada penelitian ini
kebijakan hutang tidak bisa memoderasi hubungan antara kepemilikan manajerial
dengan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya proporsi kepemilikan saham
oleh direksi dan komisaris yang masih rendah apabila dibandingkan dengan
kelompok pemegang saham lainnya dalam perusahaan. Data dari 73 sampel
perusahaan manufaktur selama 5 tahun pengamatan dapat diketahui besar
persentase kepemilikan manajerial. Selain itu, hasil yang tidak signifikan
disebabkan karena ada data dari sampel perusahaan manufakturselama 5 tahun
pengamatan yang memiliki jumlah saham beredar yang sama besar kepemilikan
manajerial untuk setiap tahunnya pun tak mengalami banyak perubahan dan
cenderung konstan.

118
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Nurmasari (2015),


Clarashinta (2014), Murni dan Andriana (2007) serta Steven dan Lina (2011) yang
juga menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih rendahnya
kepemilikan manajerial oleh insider dibandingkan dengan kelompok lainnya
dalam perusahaan.
Tabel 10 : Koefisien Determinasi

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .989 .978 .978 .10896

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS pada tabel 10


diketahui bahwa nilai R yang merupakan koefisien korelasi sebesar 0.989, yang
menunjukkan bahwa hubungan antara bahwa variabel free cash flow, investment
opportunity set, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan kebijakan hutang
(X) dengan variabel nilai perusahaan (Y) tergolong sangat kuat/sangat tinggi.
Berdasarkan R Square, kemampuan dari variabel bahwa variabel free cash flow,
investment opportunity set, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan
kebijakan hutang (X) dalam menerangkan variabel nilai perusahaan (Y) sebesar
0.978 atau 97,8%, sisanya sebesar 2,2% lagi diterangkan oleh variabel lain yang
tidak kita teliti dalam penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab


sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Free cash flow tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
5. Kebijakan hutang tidak bisa memoderasi pengaruh hubungan free cash flow
terhadap nilai perusahaan.
6. Kebijakan hutang bisa memoderasi pengaruh hubungan investment
opportunity set terhadap nilai perusahaan.
7. Kebijakan hutang memoderasi pengaruh hubungan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan.
8. Kebijakan hutang tidak bisa memoderasi pengaruh hubungan kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan.

119
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Saran :
1. Sampel yang digunakan hanya dari jenis perusahaan manufaktur saja sehingga
tidak dapat membandingkan antar jenis perusahaan publik mengenai pengaruh
free cash flow, investment opportunity set, ukuran perusahaan, dan kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan hutang sebagai variabel
moderating.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan perusahaan lain dengan rentang
waktu yang lebih luas sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih luas dan
lebih baik.
3. Menggunakan pengukuran yang lain untuk variabel investment opportunity set,
ukuran perusahaan dan nilai perusahaan.
4. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunkan free cash flow, investment
opportunity set, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial sebagai
variabel moderating.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Adnan, Farzand Ali Jan, Maryam Atta, 2015, The Impact of Dividend Policy
on Firm Performance Under High or Low Leverage: Evidence From
Pakistan, Journal of Management Info 8(1), page 50-83.
Ayu, Dwita, Rizqia, Siti Aisjah, and Sumiati, 2013, Effect of Managerial
Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment
Opportunity on Dividend Policy and Firm Value,Research Journal of
Finance and Accounting, Volume 4, No.11, pp. 120-130.
Atmaja, Lukas Setia, 2009, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit: Andi.
Brigham, dan Houston, 2011, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Kesepuluh, Buku I, Penerjemah: Ali Akbar Yulianto, Penerbit: Salemba
Empat.
Clarashinta, Dyah Ayu. 2004, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013), Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Euis dan Taswan. 2002, Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, VOl. 9 N0. 2.
Ferdawati, 2009, Pengaruh Manajemen Laba Riil Terhadap Nilai Perusahaan,
Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1 Juni 2009, hal. 59-74.

120
JURNAL EKONOMI Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

Kurnia, Ayu, 2016, Pengaruh Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan Yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, Jurnal
Ilmiah ”Integritas”,Vol. 2 No. 1.
Mulianti, Fitri Mega, 2010, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan, Tesis Universitas
Diponegoro.
Putu, I Gst.. Ngr. Adi Suartawan dan Gerinta Wirawan Yasa, 2016, Pengaruh
Investment Opportunity Set dan Free Cash Flow pada Kebijakan Dividen
dan Nilai Perusahaan, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3).
ISSN : 2302-8859, Hal 2014-2044.
Ross, Westerfield, Jordan, 2009, Pengantar Keuangan Perusahaan, Corporate
Finance Fundamentals, Buku 1 Edisi 8, Penerbit: Salemba Empat.
Roya Mansourlakoraj dan Sahar Sepasi, 2015, Free Cash Flow, Capital Structure
and The Value of Listed Companies In Tehran Stock Exchange,
International Journal of Management, Accounting and Economics, Vol. 2,
No. 2. ISSN 2383-2126.
Rustendi, Tedi dan Farid Jimmi, 2008, Pengaruh Hutang dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur,
Jurnal Akuntansi FE UNSIL, Vol. 3 No. 1.
Safitri, Devi, 2010, Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia), Tesis Universitas Riau.
Suastini, Ni Made, Ida Bagus Anom Purbawangsa, dan Henny Rahyuda, 2016,
Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEI (Struktur Modal
Sebagai Variabel Moderasi), E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Udayana.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro, 2007, Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan, Nol. 9, No.1, hal 41-48.
Suryani, Ade Dwi, 2015, Pengaruh Free Cash Flow, Pertumbuhan Perusahaan,
Kebijakan Dividen dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang,
Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Semarang.
Yuliani, Zain, D. Sudarma, M. Salimun, 2012, Diversification, Investment
Opportunity Set, Environmental Dynamics and Firm Value (Empirical
Study of Manufacturing Sector in Indonesia Stock Exchange), IOSR
Journal of Business and Management (IOSR JBM), Vol. 6, Issue 4, Nov-
Dec 2012, 01-15. www.iosrjournals.org.

121

Anda mungkin juga menyukai