Analisis Perang Dagang Amerika Serikat Dan China Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Analisis Perang Dagang Amerika Serikat Dan China Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Adi Adrian
NIM. 63020160033
ٌع2اٗل ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس2ض َ 2ِٱل َّش ۡي ٰطَ ُن يَ ِع ُد ُك ُم ۡٱلفَ ۡق َر َويَ ۡأ ُم ُر ُكم بِ ۡٱلفَ ۡح َشٓا ۖ ِء َوٱهَّلل ُ يَ ِع ُد ُكم َّم ۡغف
ۡ َ هُ َوف2ر ٗة ِّم ۡن2
٢٦٨ يمٞ َِعل
Artinya : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui”
1
Nafis Irkhami, 2010. “Analisis Resiko dalam Investasi Islam”. Muqtasid, Volume 1 Nomor
2, Desember, 2010, 210.
Faricha (2016:3) menjelaskan bahwa perkembangan pasar modal
syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang
ditunjukkan dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Peningkatan ISSI
walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
tetapi kenaikan secara prosentase indeks pasa ISSI lebih besar dari IHSG. Hal
ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah, dan bertambahnya pada pasar
modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan
aplikasi yang bersumber dari nilai epistimologi islam
Gambar 1.1
Perkembangan Saham Syariah
500 462 Sumber: Otoritas
450 407 408
381 Jasa Keuangan
400 375
345 351
350 328 331 321 (OJK), 20202
300
250
200
150
100
50
0
2015 2016 2017 2018 2019
periode 1 periode 2
3
www.cnnindonesia.co.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2020
Penelitian yang sama dilakukan oleh Imamul Mutaqin (2019) yang
menganalisa variabel Makroekonomi seperti Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia, hasilnya menunjukkan harga minyak dunia, dan harga emas
dunia Berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Sedangkan Inflasi dan BI Rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
Penelitian lain dilakukan Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma
(2017) terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2007-
2015, menunjukkan bahwa variabel makroekonomi seperti inflasi dan tingkat
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII), sedangkan kurs valuta asing dan indeks produksi tidak
berpengaruh signifikan.
Namun dilain sisi, penelitian yang sama dilakukan Arif Efendi (2017)
terhadap Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII), hasilnya menunjukkan
Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks saham
Jakarta Islamic Indeks (JII), dan suku bunga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, menarik jika dilakukan penelitian
berdasarkan variabel makroekonomi seperti BI Rate, FED Rate, Kurs
USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia,
harga minyak dunia (WTI) terhadap indeks saham syariah akibat sentimen
perang dagang dua raksasa ekonomi dunia Amerika dan China.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI)?
2. Bagaimana kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED
Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Menganalisa Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI).
2. Menganalisa kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED
Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)?
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rizaldi Yusfiarto dan Galuh Tri yang
dimuat dalam Al-Mal Jurnal Akuntansi dan Keungan Islam, Vol. 01, No. 1
2020 dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Return Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Studi Pada Fenomena Perang
Dagang Global” dalam penelitian ini Rizaldi dan Galuh menyampaikan
bahwa hasil penelitiannya menyatakan bahwa Variabel Nilai tukar USD/IDR,
nilai tukar CNY/IDR, Minyak Mentah Dunia (WTI) dan Makroekonomi
memiliki pengaruh positif terhadap return Indeks saham syariah Indonesia,
sedangkan Inflasi dan Minyak Mentah ICP berpengaruh negatif terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan Nining
Khairun Nisa, Raditya Sukma yang dimuat Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan
Terapan Volume 4 Nomor 6 Juni 2017 dengan judul “Analisis Pengaruh
Variabel-Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII)
Periode 2007-2015” hasil dari penelitian Nining dan Raditya menyatakan
bahwa Variabel inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan kurs
valuta asing dan indeks produksi tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Nasir, Fakriah dan Ayuwandirah yang dimuat dalam Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Volume 15, No.1, Februari 2016 dengan judul “Analisis
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dengan
Metode Pendekatan Vector Autoregression” menyatakan bahwa terjadi
kausalitas seperti ISSI terhadap BI, ISSI terhadap BI Rate, ISSI terhadap
Inflasi, dan ISSI terhadap JUB, berdasarkan uji Impulse Response Function
(IRF) ditemukn adanya respon Kurs, JUB, inflasi, BI Rate pada Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Arif
Afendi yang dimuat di jurnal SEGMEN Jurnal Manajemen dan Bisnis
Volume 13, No.2 Juli 2017 dengan judul “Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII)” yang
menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
indeks saham JII, sedangkan kurs berpengaruh positif terhadap dan signifikan
terhadap indeks saham JII, suku bunga dan harga emas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap indeks saham JII.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki
Khoiroh yang dimuat dalam Conference in Business, Accounting, and
Management. ISSN 2302-9791.Vol. 2 No. 1.May 2015 yang berjudul
“Analisis Dampak Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)” menyatakan bahwa Inflasi dan nilai tukar IDR/USD
berpengaruh negatif signifikan terhadap ISSI, sedangkan SBIS dan harga
minyak dunia berpengaruh tidak signifikan terhadap ISSI.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fitri Rahmawati, Nirmala Baini
yang dimuat Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 4
(No.1 2019) penelitian ini berjudul “Dampak Variabel Makro Ekonomi
Domestik dan Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”
menyatakan bahwa BI Rate dan Kurs mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap ISSI, sedangkan SBIS dan FED Rate, dan Harga Emas
Dunia tidak berpengaruh terhadap ISSI
Penelitian yang dilakukan Yudhistira Ardana yang dimuat dalam
jurnal Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 6 (1), April 2016 yang
berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (periode Mei 2011-September 2015 dengan Model
ECM” menyatakan bahwa Suku bunga BI dalam jangka pendek tidak
terdapat hubungan, dalam jangka panjang berpengaruh negatif signifikan,
nilai tukar dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan, dalam jangka
panjang berpengaruh negatif signifikan, inflasi tidak terdapat hubungan baik
jangka panjang maupun pendek, SBIS terdapat hubungan jangka panjang dan
pendek dengan ISSI. Harga minyak dunia dalam jangka pendek tidak
memiliki hubungan, namun jangka panjang berpengaruh positif signifikan.
Penelitian yang dilakukan Edri Fauzan, Khairunnisa dalam jurnal
JAWARA: Jurnal Wawasan dan Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019
yang berjudul “Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks Saham Syariah Periode
2014-2018” menyatakan bahwa dari hasil Uji hipotesis jangka pendek
menyatakan JUB berpengaruh terhadap return indeks syariah, sedangkan nilai
tukar dan BI 7 Day Repo Rate tidak berpengaruh terhadap return indeks
syriah, begitu pula uji hiptesis jangka panjang.
E. Landasan Teori
Perang Dagang Amerika-China4
Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China bermula pada
tanggal 22 maret 2018 saat Presiden Donald Trump mengumumkan
pengenaan bea masuk sebesar US $50 miliar untuk barang-barang China yang
mengacu pada Pasal 301 UU Amerika Serikat Tahun 1974 tentang
perdagangan. Kebijakan ini mendapat reaksi keras dari pemerintah China
yang membalas dengan menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk
Amerika Serikat, termasuk kedelai yang menjadi andalan utama ekspor
Amerika ke China. Aksi saling balas pengenaan tarif masuk seperti itu terus
berlanjut hingga menyebabkan munculnya kekhawatiran global.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)5
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks
keseluruhan saham syariah yang terdapat di bursa efek indonesia (BEI).
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pertama kali diluncurkan pada
tanggal 12 Mei 2011 dengan jumlah saham syariah yang tercatat BEI
4
Diperoleh dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190825120118-16-94418/belum-kelar-
begini-awal-mula-perang-dagang-as-china diakses tanggal 5 Juli 2020
5
Diperoleh dari https://www.idx.co.id/idx-syariah/indeks-saham-syariah/ diakses pada
tanggal 5 Juli 2020
sebanyak 214 Saham. Keberadaan ISSI melengkapi Indeks Saham Syariah
yang sudah ada sebelumnya yaitu JII (Jakarta Islamic Index). Konstituen ISSI
adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) direview setiap 6 bulan sekali, yakni setiap
bulan Mei dan November. Metode perhitungan ISSI mengikuti metode
perhitungan indeks saham BEI lainnya, yaitu rata-rata tertimbang dari
kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar
perhitungan ISSI.
Return Saham
Return merupakan sala satu faktor yang dapat memotivasi investor
untuk berinvestasi berupa imbalan keuntungan menanggung resiko atas
investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102). Sedangkan menurut
Hartono (2015:205) mendefinisikan return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Dari definisi diatas return adalah hasil keuntungan atau
kerugian yang diperoleh investor dalam berinvestasi di pasar modal. Return
dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang
belum terjadi.
BI Rate6
BI Rate adalah kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang bersangkutan dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan
pada masyarakat seluruh Indonesia. BI Rate ditetapkan setiap bulan melalui
rapat anggota dewan gubernur dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian baik di Indonesia maupun situasi perekonomian global secara
umum. Hasil rapat inilah yang diterjemahkan menjad kebijakan moneter utuk
penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan bank-bank di Indonesia.
Fed Rate7
Fed Rate atau suku bunga The Fed Federal Reserve (istilah populeh
dari Federal Reserve yang merupakan Bank Sentral Amerika Serikat) dimana
itu adalah tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh The Fed
6
Diperoleh dari situs resmi Bank Sentral Indonesia (www.bi.go.id) diakses pada tanggal 5
Juli 2020
7
diperoleh dari situs Bank Sentral Amerika Serikat The FED (www.federalreserve.gov)
sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank atau
lembaga keuangan di seluruh Amerika Serikat, fungsinya tidak jauh beda
dengan BI Rate. Namun pengaruh kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed
tidak hanya dirasakan oleh Amerika Serikat namun efek dominonya dirasakan
oleh negara-negara lain seperti kebijakan ketika subprime mortgage di
Amerika tahun 2008 yang berefek domino terjadinya krisis keuangan dunia
lalu The FED menaikkan Suku Bunga acuannya yang di beberapa negara di
dunia.
Kurs USD/IDR dan CNY/IDR
Menurut Danika Reka (2013) Nilai tukar mata uang asing atau kurs
adalah hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan
mata uang dalam negeri. Nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara
terhadap negara lain yang dapat digunkan untuk transaksi perdagangan yang
mana nilai dari mata uang dipengaruhi oleh supply dan demand atas mata
uang negara yang bersangkutan.
Nilai tukar USD/IDR merupakan nilai atau harga rupiah yang di
ekspresikan dalam mata uang dollar Amerika, sedangkan nilai tukar
CNY/IDR nilai rupiah yang diekspresikan dalam mata uang yuan China.
Inflasi
Definisi dari inflasi adalah keadaan dimana naiknya harga-harga
secara umum atau dapat juga dikatakan penurunan daya beli uang. Makin
tinggi kenaikan harga maka semakin semakin menurun pula nilai uang.
Menurut Boediono (1994) definisi dari inflasi sendiri adalah kecenderungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Putong (2002)
membagi inflasi menjadi tiga jenis. Pertama, Inflasi rendah (Creeping
Inflation) yaitu inflasi yang besarannya kurang dari 10%. Kedua, Inflasi
menengah (Galloping Inflation) besarannya antara 10-30% per tahun,
biasanya ditandai dengan naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
Ketiga, Inflasi berat (High Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30-
100% per tahun. Terakhir Inflasi sangat tinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi
leih dari 100% bahkan sampai 4 digit diatasnya, dalam keadaan ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya merosot tajam.
Pertumbuhan Ekonomi atau PDB
Menurut Mankiw (2008: 10-12), Pendapatan nasional adalah
pendapatan total yang diperoleh warga suatu negara dari produksi barang dan
jasa. Ukuran pendapatan nasional dibedakan menjadi tiga diantaranta Produk
Domestik Bruto (PDB), Produk National Bruto (PNB), dan Produk National
Neto. Dari ketiga ukuran pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena PDB
mengukur seluruh nilai barang dan Jasa yang diproduksi suatu negara pada
periode tertentu. Untuk mengukur PDB (Y) dibagi empat komponen yaitu
konsumsi (C), Investasi (I), Belanja Pemerintah (G), dan Ekspor neto (NX),
Y = C + I + G + NX.
Harga Emas Dunia
Sudah sejak lama emas telah menjadi patokan bagi perdagangan antar
komunitas, antar wilayah, dan kemudian antar negara, karena sangat
istimewanya emas, sampai-sampai seorang Ibnu Khaldun sangat kagum
dengan logam mulia ini, dimana dalam kitab Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun
mengatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan emas dan perak sebagai
alat pengukur nilai (maesure of value).
Archimedes pada abad 300 SM telah membuktikan jika emas bisa
dideteksi tanpa merusak dan Cuma menggunakan alat bantu air tawar biasa.
Selain itu emas juga tidak dapat diubah dengan bahan kimia lainnya
(indestructible), tidak bisa terpengaruh oleh air, udara, dan kelembaban. Emas
tidak bisa berkarat. Iron and Steel Institute, sebuah lembaga ilmiah yang
melakukan pengkajian terhadap banyak logam termasuk emas yang
bermasrkas di Washington DC, menyatakan bahwa produksi baja di Amerika
serikat sejak tahun 1995 mencapai 10.500 ton pertahunnya. Sementara
penambangan emas sedunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan
dua persen. Dalam satu tahun, indutri tambang emas seluruh dunia hanya
sanggup menghasilkan sekitar 2000 ton emas. Dibandingkan dengan total
produksi baja, kelangkaan emas ini merupakan salah satu keistimewaannya.
Disebabkan kelangkaan dan keistimewaannya, emas dan perak telah terbukti
sepanjang sejarah manusia sebagai alat tukar yang nilainya sangat stabil
(Muzakir dalam Arief, 2017:56).
Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia merupakan salah satu variabel penting yang
dapat mempengaruhi berbagai sektor riil dan fiskal. Harga minyak dunia
merupakan patokan nilai minyak mentah yang dibebankan oleh konsumen
atas manfaat dari minyak mentah tersebut. Harga minyak mentah dunia pada
umumnya mengacu dari harga spot pasar minyak dunia per barel (159 liter)
dan pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah jenis West Texas
Intermediate (WTI) yang diperdagangkan pada New York Mercantile
Exchange (NYMEX) atau jenis minyak Brent yang diperdagangkan pada
Intercontinental Exchange (ICE). Minyak mentah jenis West Texas
Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas tinggi
karena ringan (light) dan memiliki kandungan belerang yang sangat rendah
(sweet) sehingga harganya lebih mahal dibandingkan jenis minyak lainnya.
Hal tersebut menjadikan minyak jenis WTI sebagai patokan dalam
perdagangan minyak di dunia.
F. Kerangka Berfikir
Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka kondisi pasar
modal yang dalam hal ini diwakili oleh return saham syariah akan selalu
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro yang dalam penelitian
ini diwakili oleh BI Rate, FED Rate, nilai tukar USD/IDR, nilai tukar
CNY/IDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI).
Untuk menguji variabel makroekonomi selama terjadi perang dagang
Amerika dan China seperti (BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI)) terhadap return saham syariah dilakukan pengujian dalam
model regresi linear berganda melalui uji T dan uji F.
Gambar 1.2
Bagan Kerangka Berfikir
Fauzan, Edri. & Khairunnisa. (2019). Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks
Saham Syariah Periode 2014 − 2018. JAWARA: Jurnal Wawasan dan
Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019. 17 – 27.
Reka, Danika. Noer Azam & Hendro Sasongko. 2014. Analisa Fundamental,
Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 16, No. 2, 175 – 184.
Suciningtias, Siti Aisiyah. & Rizki Khoiroh. (2015). Analisis Dampak
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Conference in Business, Accounting, and Management Vol. 2
No. 1. May 2015. 398 – 412.