Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGARUH PERANG DAGANG AMERIKA SERIKAT DAN

CHINA TERHADAP RETURN INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA


(ISSI) PERIODE MARET 2018 – MARET 2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Muhammad Adi Adrian
NIM. 63020160033

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
A. Latar Belakang
Perkembangan substansial dan kehandalan keuangan Islam kini
menjadi fenomena global. Setelah krisis 2008 yang menghantam dunia
keuangan, membuat sistem perbankan Islam telah bertransformasi selama
satu dekade terakhir. Krisis keuangan memberi kesempatan bagi keuangan
Islam untuk berperan sebagai kunci dalam membangun struktur ekonomi.
Statement ini terbukti bahwasanya keuangan Islam telah berkontribusi
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di pasar-pasar utama
namun juga di seluruh dunia. Kini banyak negara di seluruh belahan dunia
berlomba-lomba untuk menjadi pusat global bisnis keuangan syariah.
Lembaga keuangan dan negara mulai menerapkan etika dalam bisnisnya
inilah yang menjadi pembeda antara keuangan konvensional dengan syariah,
terlebih keuangan syariah lebih diminati investor yang mengutamakan etika
atau mereka yang ingin membuat bisnis sesuai prinsip syariah. Prinsip syariah
yang berlandasan nilai-nilai keislaman dinilai sangat transparan dan
menjunjung tinggi keadilan serta keselarasan
Peningkatan penyebaran sistem keuangan islam berdampak pada
peningkatan investasi syariah, investasi merupakan kegiatan muamalah yang
sangat dianjurkan dalam islam, karena dengan berinvestasi harta yang
dimiliki menjadi produktif dan juga bermanfaat untuk pihak lain.
Produktifnya uang dengan di investasikan berdampak pada perputaran uang
secara global, Imam Al Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengibaratkan
uang sebagai cermin, tidak memiliki warna namun dapat merefleksikan
warna. Begitu juga dengan uang, uang bukanlah harga namun dapat
merefleksikan harga. Kaidah yang dikeluarkan Imam Al Ghozali
menyebutkan bahwa uang harus berputar atau dengan bahasa lain Cash Flow,
karena uang bukan berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan. Tindakan
penimbun uang sangat dilarang dalam islam karena dapat berimplikasi
terhambatnya perekonomian sebagai mana yang disebutkan dalam Al-Quran
surah AT-Taubah ayat 34:
ۡ
‫ ِل‬2‫اس بِ ۡٱل ٰبَ ِط‬
ِ َّ‫ ٰ َو َل ٱلن‬2ۡ‫أ ُكلُونَ أَم‬22َ‫ان لَي‬2 ِ 2َ‫يرا ِّمنَ ٱأۡل َ ۡحب‬2
ِ 2َ‫ار َوٱلرُّ ۡهب‬2 ٓ 2ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ٗ 2ِ‫و ْا إِ َّن َكث‬2
ِ ‫بِي ِل ٱهَّلل‬2 ‫ا فِي َس‬22َ‫ضةَ َواَل يُنفِقُونَه‬ َّ ِ‫َب َو ۡٱلف‬
َ ‫يل ٱهَّلل ۗ ِ َوٱلَّ ِذينَ يَ ۡكنِ ُزونَ ٱل َّذه‬
ِ ِ‫ص ُّدونَ عَن َسب‬ ُ َ‫َوي‬
٣٤ ‫ب أَلِ ٖيم‬
ٍ ‫فَبَ ِّش ۡرهُم بِ َع َذا‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”
Pada umumnya, investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada
financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset
dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial
paper, Surat Berharga Pasar Utang (SBPU), dan lain sebagainya. Selain itu
investasi ini juga dapat dilakukan di pasar modal seperti saham, obligasi,
reksadana, warrant, opsi, dan lain sebagainya. Sedangkan investasi real asset
dilakukan dengan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, perkebunan, dan sebagainya1. Islam merupakan agama yang
tak hanya mengajarkan persoalan akidah dan perilaku manusia saja, namun
juga mengatur persoalan keduniawian. Salah satunya dengan membelanjakan
harta di jalan Allah SWT, larangan menimbun uang atau harta menyatakan
bahwa Islam adalah agama yang pro dengan investasi. hal itupun tertuang
dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 268:

‫ ٌع‬2‫اٗل ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس‬2‫ض‬ َ 2ِ‫ٱل َّش ۡي ٰطَ ُن يَ ِع ُد ُك ُم ۡٱلفَ ۡق َر َويَ ۡأ ُم ُر ُكم بِ ۡٱلفَ ۡح َشٓا ۖ ِء َوٱهَّلل ُ يَ ِع ُد ُكم َّم ۡغف‬
ۡ َ‫ هُ َوف‬2‫ر ٗة ِّم ۡن‬2
٢٦٨ ‫يم‬ٞ ِ‫َعل‬
Artinya : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui”

1
Nafis Irkhami, 2010. “Analisis Resiko dalam Investasi Islam”. Muqtasid, Volume 1 Nomor
2, Desember, 2010, 210.
Faricha (2016:3) menjelaskan bahwa perkembangan pasar modal
syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang
ditunjukkan dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Peningkatan ISSI
walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
tetapi kenaikan secara prosentase indeks pasa ISSI lebih besar dari IHSG. Hal
ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah, dan bertambahnya pada pasar
modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan
aplikasi yang bersumber dari nilai epistimologi islam
Gambar 1.1
Perkembangan Saham Syariah
500 462 Sumber: Otoritas
450 407 408
381 Jasa Keuangan
400 375
345 351
350 328 331 321 (OJK), 20202
300
250
200
150
100
50
0
2015 2016 2017 2018 2019

periode 1 periode 2

Dari grafik 1.1 saham syariah mengalami kenaikan yang fluktuatif


dari tahun ke tahun, walaupun menurun pada awal periode di tahun 2016
namun tidak berpengaruh terhadap tahun setelahnya. Perkembangan dunia
saham yang signifikan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Aisiyah (2015) terdapat faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi
indeks saham syariah yaitu oleh beberapa variabel makro ekonomi dan
moneter baik domestik maupun global seperti Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Jumlah Uang Beredar (JUB), Inflasi, Nilai Tukar, dan lain-
lain. Selain itu ada juga pengaruh lain seperti kondisi ekonomi nasional,
keamanan, kondisi politik, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Dewasa ini, fenomena global sangat unpredictable atau tidak dapat
diprediksi. Awal tahun 2018 sampai 2019 dunia ekonomi mengalami
guncangan dengan adanya perang dagang antara Amerika dan China. Perang
Data diperoleh dari https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/saham-syariah
2

diakses pada tanggal 5 Juli 2020


dagang dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini memang sangat
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dunia, Amerika mengumumkan tarif
bea masuk untuk barang-barang dari china sebesar 200 milliar US dollar dan
kemudian china merespon hal yang sama untuk mengenakan tarif pada
barang-barang amerika sebesar 60 milliar dollar pada 24 September 2018,
Menurut CNN Indonesia akibat sentimen perang dagang yang terjadi
antar kedua negara, indeks-indeks dalam bursa Wall Street terkoreksi dalam.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 617,38 poin (2,38%), Nasdaq
Composite melemah 3,41% diakhir perdagangan, Indek Shanghai melemah
1,1% ke level 2872,83, dan Indeks Hangseng terkoreksi melemah 2,1% ke
level 27.951, 12 (14/05/2019). Sentimen negatif tersebut juga berimbas
terhadap nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, tercatat di tanggal 14 Mei
2019 Rupiah bergerak diangka 14.425 sampai dengan 14.455 per US Dollar
(melemah 0,45%). Sentimen ini juga merdampak signifikan terhadap harga
minyak dunia. Mengutip pernyataan Reuters harga minyak West Texas
Intermediete (WTI) mengalami pelemahan sebesar 1,94% menjadi 53,63 US
Dollar per barel, sedangan untuk harga minyak berjangka Brent tercatat
mengalami pelemahan sebesar 1,45 % menjadi 58,94 US Dollar per barel.
Selama periode Mei 2019 prosentase pelemahan harga minyak mencapai 22%
dari posisi tertigginya bulan April 2019, kemudian harga minyak Brent
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 9%, sentimen tersebut setelah
pengumuman presiden Amerika memberikan pernyataan bahwa akan
mengaplikasikan tarif lebih bagi barang impor asal China3.
Penelitian yang dilakukan Rizaldi Yusfiarto dan Galuh Tri Pambekti
(2020) yang menganalisa variabel makro ekonomi terhadap return saham
syariah Jakarta Islamic Index (JII) selama kurun waktu perang dagang
Amerika-China menunjukkan bahwa variabel ekonomi seperti nilai tukar
USD/IDR, nilai tukar CNY/IDR, Minyak mentah WTI dan variabel
makroekonomi memiliki pengaruh positif terhadap return Indeks saham
syariah Indonesia. Ini menandakan bahwa fluktuatifnya kondisi ekonomi
global akan memunculkan efek domino bagi saham syariah di Indonesia.

3
www.cnnindonesia.co.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2020
Penelitian yang sama dilakukan oleh Imamul Mutaqin (2019) yang
menganalisa variabel Makroekonomi seperti Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia, hasilnya menunjukkan harga minyak dunia, dan harga emas
dunia Berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Sedangkan Inflasi dan BI Rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
Penelitian lain dilakukan Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma
(2017) terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2007-
2015, menunjukkan bahwa variabel makroekonomi seperti inflasi dan tingkat
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII), sedangkan kurs valuta asing dan indeks produksi tidak
berpengaruh signifikan.
Namun dilain sisi, penelitian yang sama dilakukan Arif Efendi (2017)
terhadap Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII), hasilnya menunjukkan
Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks saham
Jakarta Islamic Indeks (JII), dan suku bunga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII) berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nining Khairun Nisa dan Raditya Sukma.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, menarik jika dilakukan penelitian
berdasarkan variabel makroekonomi seperti BI Rate, FED Rate, Kurs
USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia,
harga minyak dunia (WTI) terhadap indeks saham syariah akibat sentimen
perang dagang dua raksasa ekonomi dunia Amerika dan China.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI)?
2. Bagaimana kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED
Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Menganalisa Respon Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap
perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Harga Emas Dunia dan Harga
Minyak Dunia (WTI).
2. Menganalisa kontribusi dari perubahan yang terjadi pada BI Rate, FED
Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia (WTI) terhadap return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)?
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rizaldi Yusfiarto dan Galuh Tri yang
dimuat dalam Al-Mal Jurnal Akuntansi dan Keungan Islam, Vol. 01, No. 1
2020 dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Return Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Studi Pada Fenomena Perang
Dagang Global” dalam penelitian ini Rizaldi dan Galuh menyampaikan
bahwa hasil penelitiannya menyatakan bahwa Variabel Nilai tukar USD/IDR,
nilai tukar CNY/IDR, Minyak Mentah Dunia (WTI) dan Makroekonomi
memiliki pengaruh positif terhadap return Indeks saham syariah Indonesia,
sedangkan Inflasi dan Minyak Mentah ICP berpengaruh negatif terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan Nining
Khairun Nisa, Raditya Sukma yang dimuat Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan
Terapan Volume 4 Nomor 6 Juni 2017 dengan judul “Analisis Pengaruh
Variabel-Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII)
Periode 2007-2015” hasil dari penelitian Nining dan Raditya menyatakan
bahwa Variabel inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan kurs
valuta asing dan indeks produksi tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Nasir, Fakriah dan Ayuwandirah yang dimuat dalam Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Volume 15, No.1, Februari 2016 dengan judul “Analisis
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dengan
Metode Pendekatan Vector Autoregression” menyatakan bahwa terjadi
kausalitas seperti ISSI terhadap BI, ISSI terhadap BI Rate, ISSI terhadap
Inflasi, dan ISSI terhadap JUB, berdasarkan uji Impulse Response Function
(IRF) ditemukn adanya respon Kurs, JUB, inflasi, BI Rate pada Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Arif
Afendi yang dimuat di jurnal SEGMEN Jurnal Manajemen dan Bisnis
Volume 13, No.2 Juli 2017 dengan judul “Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Saham Di Jakarta Islamic Index (JII)” yang
menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
indeks saham JII, sedangkan kurs berpengaruh positif terhadap dan signifikan
terhadap indeks saham JII, suku bunga dan harga emas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap indeks saham JII.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki
Khoiroh yang dimuat dalam Conference in Business, Accounting, and
Management. ISSN 2302-9791.Vol. 2 No. 1.May 2015 yang berjudul
“Analisis Dampak Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)” menyatakan bahwa Inflasi dan nilai tukar IDR/USD
berpengaruh negatif signifikan terhadap ISSI, sedangkan SBIS dan harga
minyak dunia berpengaruh tidak signifikan terhadap ISSI.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fitri Rahmawati, Nirmala Baini
yang dimuat Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 4
(No.1 2019) penelitian ini berjudul “Dampak Variabel Makro Ekonomi
Domestik dan Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”
menyatakan bahwa BI Rate dan Kurs mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap ISSI, sedangkan SBIS dan FED Rate, dan Harga Emas
Dunia tidak berpengaruh terhadap ISSI
Penelitian yang dilakukan Yudhistira Ardana yang dimuat dalam
jurnal Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 6 (1), April 2016 yang
berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (periode Mei 2011-September 2015 dengan Model
ECM” menyatakan bahwa Suku bunga BI dalam jangka pendek tidak
terdapat hubungan, dalam jangka panjang berpengaruh negatif signifikan,
nilai tukar dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan, dalam jangka
panjang berpengaruh negatif signifikan, inflasi tidak terdapat hubungan baik
jangka panjang maupun pendek, SBIS terdapat hubungan jangka panjang dan
pendek dengan ISSI. Harga minyak dunia dalam jangka pendek tidak
memiliki hubungan, namun jangka panjang berpengaruh positif signifikan.
Penelitian yang dilakukan Edri Fauzan, Khairunnisa dalam jurnal
JAWARA: Jurnal Wawasan dan Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019
yang berjudul “Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks Saham Syariah Periode
2014-2018” menyatakan bahwa dari hasil Uji hipotesis jangka pendek
menyatakan JUB berpengaruh terhadap return indeks syariah, sedangkan nilai
tukar dan BI 7 Day Repo Rate tidak berpengaruh terhadap return indeks
syriah, begitu pula uji hiptesis jangka panjang.
E. Landasan Teori
Perang Dagang Amerika-China4
Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China bermula pada
tanggal 22 maret 2018 saat Presiden Donald Trump mengumumkan
pengenaan bea masuk sebesar US $50 miliar untuk barang-barang China yang
mengacu pada Pasal 301 UU Amerika Serikat Tahun 1974 tentang
perdagangan. Kebijakan ini mendapat reaksi keras dari pemerintah China
yang membalas dengan menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk
Amerika Serikat, termasuk kedelai yang menjadi andalan utama ekspor
Amerika ke China. Aksi saling balas pengenaan tarif masuk seperti itu terus
berlanjut hingga menyebabkan munculnya kekhawatiran global.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)5
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks
keseluruhan saham syariah yang terdapat di bursa efek indonesia (BEI).
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pertama kali diluncurkan pada
tanggal 12 Mei 2011 dengan jumlah saham syariah yang tercatat BEI
4
Diperoleh dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190825120118-16-94418/belum-kelar-
begini-awal-mula-perang-dagang-as-china diakses tanggal 5 Juli 2020
5
Diperoleh dari https://www.idx.co.id/idx-syariah/indeks-saham-syariah/ diakses pada
tanggal 5 Juli 2020
sebanyak 214 Saham. Keberadaan ISSI melengkapi Indeks Saham Syariah
yang sudah ada sebelumnya yaitu JII (Jakarta Islamic Index). Konstituen ISSI
adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) direview setiap 6 bulan sekali, yakni setiap
bulan Mei dan November. Metode perhitungan ISSI mengikuti metode
perhitungan indeks saham BEI lainnya, yaitu rata-rata tertimbang dari
kapitalisasi pasar dengan menggunakan Desember 2007 sebagai tahun dasar
perhitungan ISSI.
Return Saham
Return merupakan sala satu faktor yang dapat memotivasi investor
untuk berinvestasi berupa imbalan keuntungan menanggung resiko atas
investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102). Sedangkan menurut
Hartono (2015:205) mendefinisikan return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Dari definisi diatas return adalah hasil keuntungan atau
kerugian yang diperoleh investor dalam berinvestasi di pasar modal. Return
dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang
belum terjadi.
BI Rate6
BI Rate adalah kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang bersangkutan dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan
pada masyarakat seluruh Indonesia. BI Rate ditetapkan setiap bulan melalui
rapat anggota dewan gubernur dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian baik di Indonesia maupun situasi perekonomian global secara
umum. Hasil rapat inilah yang diterjemahkan menjad kebijakan moneter utuk
penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan bank-bank di Indonesia.
Fed Rate7
Fed Rate atau suku bunga The Fed Federal Reserve (istilah populeh
dari Federal Reserve yang merupakan Bank Sentral Amerika Serikat) dimana
itu adalah tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh The Fed

6
Diperoleh dari situs resmi Bank Sentral Indonesia (www.bi.go.id) diakses pada tanggal 5
Juli 2020
7
diperoleh dari situs Bank Sentral Amerika Serikat The FED (www.federalreserve.gov)
sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank atau
lembaga keuangan di seluruh Amerika Serikat, fungsinya tidak jauh beda
dengan BI Rate. Namun pengaruh kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed
tidak hanya dirasakan oleh Amerika Serikat namun efek dominonya dirasakan
oleh negara-negara lain seperti kebijakan ketika subprime mortgage di
Amerika tahun 2008 yang berefek domino terjadinya krisis keuangan dunia
lalu The FED menaikkan Suku Bunga acuannya yang di beberapa negara di
dunia.
Kurs USD/IDR dan CNY/IDR
Menurut Danika Reka (2013) Nilai tukar mata uang asing atau kurs
adalah hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan
mata uang dalam negeri. Nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara
terhadap negara lain yang dapat digunkan untuk transaksi perdagangan yang
mana nilai dari mata uang dipengaruhi oleh supply dan demand atas mata
uang negara yang bersangkutan.
Nilai tukar USD/IDR merupakan nilai atau harga rupiah yang di
ekspresikan dalam mata uang dollar Amerika, sedangkan nilai tukar
CNY/IDR nilai rupiah yang diekspresikan dalam mata uang yuan China.
Inflasi
Definisi dari inflasi adalah keadaan dimana naiknya harga-harga
secara umum atau dapat juga dikatakan penurunan daya beli uang. Makin
tinggi kenaikan harga maka semakin semakin menurun pula nilai uang.
Menurut Boediono (1994) definisi dari inflasi sendiri adalah kecenderungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Putong (2002)
membagi inflasi menjadi tiga jenis. Pertama, Inflasi rendah (Creeping
Inflation) yaitu inflasi yang besarannya kurang dari 10%. Kedua, Inflasi
menengah (Galloping Inflation) besarannya antara 10-30% per tahun,
biasanya ditandai dengan naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
Ketiga, Inflasi berat (High Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30-
100% per tahun. Terakhir Inflasi sangat tinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi
leih dari 100% bahkan sampai 4 digit diatasnya, dalam keadaan ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya merosot tajam.
Pertumbuhan Ekonomi atau PDB
Menurut Mankiw (2008: 10-12), Pendapatan nasional adalah
pendapatan total yang diperoleh warga suatu negara dari produksi barang dan
jasa. Ukuran pendapatan nasional dibedakan menjadi tiga diantaranta Produk
Domestik Bruto (PDB), Produk National Bruto (PNB), dan Produk National
Neto. Dari ketiga ukuran pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena PDB
mengukur seluruh nilai barang dan Jasa yang diproduksi suatu negara pada
periode tertentu. Untuk mengukur PDB (Y) dibagi empat komponen yaitu
konsumsi (C), Investasi (I), Belanja Pemerintah (G), dan Ekspor neto (NX),
Y = C + I + G + NX.
Harga Emas Dunia
Sudah sejak lama emas telah menjadi patokan bagi perdagangan antar
komunitas, antar wilayah, dan kemudian antar negara, karena sangat
istimewanya emas, sampai-sampai seorang Ibnu Khaldun sangat kagum
dengan logam mulia ini, dimana dalam kitab Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun
mengatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan emas dan perak sebagai
alat pengukur nilai (maesure of value).
Archimedes pada abad 300 SM telah membuktikan jika emas bisa
dideteksi tanpa merusak dan Cuma menggunakan alat bantu air tawar biasa.
Selain itu emas juga tidak dapat diubah dengan bahan kimia lainnya
(indestructible), tidak bisa terpengaruh oleh air, udara, dan kelembaban. Emas
tidak bisa berkarat. Iron and Steel Institute, sebuah lembaga ilmiah yang
melakukan pengkajian terhadap banyak logam termasuk emas yang
bermasrkas di Washington DC, menyatakan bahwa produksi baja di Amerika
serikat sejak tahun 1995 mencapai 10.500 ton pertahunnya. Sementara
penambangan emas sedunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan
dua persen. Dalam satu tahun, indutri tambang emas seluruh dunia hanya
sanggup menghasilkan sekitar 2000 ton emas. Dibandingkan dengan total
produksi baja, kelangkaan emas ini merupakan salah satu keistimewaannya.
Disebabkan kelangkaan dan keistimewaannya, emas dan perak telah terbukti
sepanjang sejarah manusia sebagai alat tukar yang nilainya sangat stabil
(Muzakir dalam Arief, 2017:56).
Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia merupakan salah satu variabel penting yang
dapat mempengaruhi berbagai sektor riil dan fiskal. Harga minyak dunia
merupakan patokan nilai minyak mentah yang dibebankan oleh konsumen
atas manfaat dari minyak mentah tersebut. Harga minyak mentah dunia pada
umumnya mengacu dari harga spot pasar minyak dunia per barel (159 liter)
dan pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah jenis West Texas
Intermediate (WTI) yang diperdagangkan pada New York Mercantile
Exchange (NYMEX) atau jenis minyak Brent yang diperdagangkan pada
Intercontinental Exchange (ICE). Minyak mentah jenis West Texas
Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas tinggi
karena ringan (light) dan memiliki kandungan belerang yang sangat rendah
(sweet) sehingga harganya lebih mahal dibandingkan jenis minyak lainnya.
Hal tersebut menjadikan minyak jenis WTI sebagai patokan dalam
perdagangan minyak di dunia.
F. Kerangka Berfikir
Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka kondisi pasar
modal yang dalam hal ini diwakili oleh return saham syariah akan selalu
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro yang dalam penelitian
ini diwakili oleh BI Rate, FED Rate, nilai tukar USD/IDR, nilai tukar
CNY/IDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI).
Untuk menguji variabel makroekonomi selama terjadi perang dagang
Amerika dan China seperti (BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI)) terhadap return saham syariah dilakukan pengujian dalam
model regresi linear berganda melalui uji T dan uji F.
Gambar 1.2
Bagan Kerangka Berfikir

Dalam gambar bagan diatas, variabel dependen berupa return saham


syariah Indonesia (ISSI), sedangkan variabel independen berupa BI Rate,
FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi,
harga emas dunia, harga minyak dunia (WTI).
G. Hipotesis
H1: BI Rate memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
H2: FED Rate memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
H3: Kurs USD/IDR memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
H4: Kurs CNY/IDR memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
H5: Inflasi memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
H6: Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh terhadap Return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)
H7: Harga Emas memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
H8: Harga Minyak memiliki pengaruh terhadap Return Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
H. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian sekunder kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan variabel tidak bebas (dependen) berupa Return
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sedangkan variabel bebas
(independen variabel) yang digunakan adalah BI Rate, FED Rate, Kurs
USD/IDR, Kurs CNY/IDR ,tingkat Inflasi, pertumbuhan ekonomi atau PDB,
harga emas dunia, harga minyak dunia (WTI). Penelitian ini mengambil data
tiap bulan dari variabel yang sedang diteliti
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian ini
yang menjadi populasi adalah Return Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),
BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan
ekonomi, harga emas dunia, harga minyak dunia (WTI).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel dari Return Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR, Kurs
CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga minyak
dunia (WTI) selama periode perang dagang Amerika-China Maret 2018-
Desember 2019.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh pihak lain yang berkaitan dengan penulisan
penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Return
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, FED Rate, Kurs USD/IDR,
Kurs CNY/IDR, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, harga emas dunia, harga
minyak dunia (WTI) yang diambil setiap bulan selama periode 2018-2019.
Sumber-sumber yang data yang diperoleh dawi website resmi Indonesia
Stock Exchange (www.idx.co.id) untuk memperoleh data Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI), Bank Indonesia (www.bi.go.id) digunaka untuk
memperoleh data Inflasi, data Nilai tukar USD/IDR, data Nilai Tukar
CNY/IDR, situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id),
(www.indexmundi.com) digunakan untuk memperoleh data Harga Minyak
Dunia, dan Harga Emas Dunia diperoleh dari Bloomberg
(www.bloomberg.com), serta dari membaca dan mengolah literatur-literatur,
buku-buku, jurnal-jurnal ekonomi dan bisnis lokal maupun internasional yang
serupa dengan topik.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisa Vector auto regression (VAR). Analisa VAR
digunakan untuk memproyeksikan sebuah sistem dengan veriabel runtut
waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang
terdapat dalam sistem variabel tersebut. sebelum melakukan analisis model
VAR terlebih dahulu melakukan Uji Regresi dan Uji Asumsi Klasik. Uji
Asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi, uji heterokedaktisitas.
I. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan skripsi dibagi kedalam lima bab yang masing-
masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Penulis menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, yang berisikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua tentang landasan teori, yang berisikan telaah pustaka,
kerangka teori, kerangka penelitian, dan hipotesis.
Bab ketiga berisikan tentang metode penelitian berisikan metode yang
digunakan dala penelitian untuk mengupulkan data mengenai atau yang
relevan dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yan diajukan.
Bab keempat analisis data yang berisikan deskripsi obyek penelitian
dan analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian, berbagai teknik
pengujian hipotesis disajikan
Bab kelima kesimpulan dan saran, yang terdiri dari kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya dan
saran.
J. Daftar Pustaka
Afendi, Arif. (2017). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks
Saham Di Jakarta Islamic Index (JII). SEGMEN Jurnal Manajemen
dan Bisnis Vol. 13, No.2 Juli 2017. 48 – 71.

Antokolaras, Anggardito. 2017. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi


Domestik dan Makroekonomi Global Terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Periode 2012 − 2016. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

Ardana, Yudhistira (2016). Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi


Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Periode Mei 2011 −
September 2015 dengan Model ECM. Esensi: Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 6 No. 1, April 2016. 17 – 30.

Boediono. 1994. Ekonomi Moneter: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Faradisha, Faricha. 2016. Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap


Return Saham Syariah dan Non Syariah Pada Sektor Konsumsi dan
Sektor Perbankan Periode 2011 − 2015. Skripsi. Malang: Fakultas
Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Fauzan, Edri. & Khairunnisa. (2019). Analisis Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang Variabel Makroekonomi Terhadap Return Indeks
Saham Syariah Periode 2014 − 2018. JAWARA: Jurnal Wawasan dan
Riset Akuntansi Vol 7 No.1 September 2019. 17 – 27.

Hartono, Jogiyanto. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Irkhami, Nafis. 2010. Analisis Resiko dalam Islam. Muqtasid: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 1 No. 2. 209 – 225.

Mankiw, N. Gregory. 2008. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba


Empat.

Mutaqin, Imamul. 2019. Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi


Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Skripsi. Salatiga : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

Nasir, Muhammad., Fakriah., & Ayuwandirah. (2016). Analisis Variabel


Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia dengan
Metode Pendekatan Vector Autoregression. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Vol. 15, No.1, Februari 2016. 53 – 63.

Nisa, Nining. & Raditya Sukma. (2017). Analisis Pengaruh Variabel-Variabel


Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII) Periode 2007 −
2015. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 6 Juni
2017. 449 – 463.

Nurdiana, Elly. 2016. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Harga


Saham Syariah di Indonesia dan Malaysia Periode Mei 2011 −
Desember 2015. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah.

Putong, Iskandar. (2002). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Rahmawati, Fitri. & Nirmala Baini. (2019). Dampak Variabel Makro


Ekonomi Domestik dan Global terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI). Li Falah-Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam
Vol. 4 No.1 2019. 190 – 211.

Reka, Danika. Noer Azam & Hendro Sasongko. 2014. Analisa Fundamental,
Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 16, No. 2, 175 – 184.
Suciningtias, Siti Aisiyah. & Rizki Khoiroh. (2015). Analisis Dampak
Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Conference in Business, Accounting, and Management Vol. 2
No. 1. May 2015. 398 – 412.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Utami, Ayu Tri. & Leo Herlambang. (2016). Pengaruh Variabel


Makroekonomi Terhadap Indeks Jakarta Islamic Index (JII) Periode
Januari 2010 Hingga November 2015. Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan Vol. 3 No. 1 Januari 2016. 70 – 84.

Yusfiarto, R. & Galuh Tri Pambekti. (2020). Analisis Pengaruh Variabel


Makroekonomi Terhadap Return Indeks Saham Syariah Di Indonesia:
Studi Pada Fenomena Perang Dagang Global. Al-Mal: Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam Vol. 01, No.1. 71 − 85.

Anda mungkin juga menyukai