Dosen Pengampu:
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1. Kesimpulan..............................................................................................19
3.2. Saran........................................................................................................19
ii
BAB I
PEBDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan syariah?
2. Bagaimana landasan hukum berdirinya lembaga keuangan syariah?
3. Apa tujuan, fungsi, dan prinsip lembaga keuangan syariah?
4. Ada berapa macam lembaga keuangan syariah di Indonesia?
5. Apa isu yang sedang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah dan
bagaimana solusinya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ۗ اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم
سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم
Artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba” (QS. Al-Baqarah: 275).
b. Hadist
فأجملوا• في,• فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له,ال تستبطئوا الرزق
الطلب;أخذ الحالل وترك الحرام
Artinya:
“Janganlah kamu merasa, bahwa rezekimu terlambat datangnya,
karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah
datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka
tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil
yang halal dan meninggalkan yang haram” (H.R. Ibnu Majah, Abdurrazzaq,
Ibnu Hibban, dan al-Hakim; dishahihkan oleh al-Albani).
4
d. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK)
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan Nomor PER-06/BL/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Ketua
Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2007 Tentang Kegiatan Perusahaan
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah (2012) menyatakan bahwa
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah wajib memiliki paling sedikit dua orang Dewan Pengawas Syariah
yang terdiri atas satu orang ketua merangkap anggota dan satu orang anggota.
5
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
123/DSN-MUI/XI/2018 Tentang Penggunaan Dana Yang Tidak Boleh
Diakui Sebagai Pendapatan Bagi Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga
Bisnis Syariah Dan Lembaga Perekonomian Syariah (2018) menyatakan
bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang selanjutnya disingkat (LKS) adalah
badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan usaha bidang keuangan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
6
b. Fungsi Lembaga Keuangan Syariah
Fungsi dan peran lembaga keuangan syariah sebagai berikut:
1. Memperlancar pertukaran produk (barang dan jasa) dengan
menggunakan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan kembali dalam
bentuk pembiayaan sesuai dengan prinsip syariah.
3. Memberikan pengetahuan/informasi kepada pengguna jasa keuangan
sehingga membuka peluang keuntungan sesuai prinsip syariah.
4. Lembaga keuangan memberikan jaminan hukum mengenai keamanan
dana masyarakat yang dipercayakan sesuai dengan prinsip syariah.
5. Menciptakan likuiditas sehingga dana yang disimpan dapat digunakan
ketika dibutuhkan sesuai dengan prinsip syariah.
7
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Lembaga Keuangan
Syariah
Otoritas Jasa Keuangan menyatakan ada empat faktor yang
mempengaruhi industri keuangan syariah di Indonesia (Ulya, 2020), yaitu:
8
2.6. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Syariah
a. Lembaga Keuangan Berbentuk Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967
Tentang Pokok-Pokok Perbankan, bank adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Sedangkan menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, menyebutkan bahwa bank
syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan
berdasarkan prinsip syariah.
9
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah namun tidak beroperasi
dalam lalu lintas pembayaran. Contoh BPRS yaitu PT. BPRS Amanah
Rabbaniah, PT. BPRS Buana Mitra Perwira, dan lain-lain.
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan bukan bank ialah semua badan yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung ataupun tidak langsung
menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan
menyalurkan ke dalam masyarakat, terutama guna membiayai investasi
perusahaan-perusahaan (Abdullah, 2018). Lembaga keuangan syariah bukan
bank ialah suatu badan usaha yang bergerak di bidang keuangan dengan
secara langsung maupun tidak langsung menghimpun dana-dana yang berasal
dari masyarakat kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat untuk
tujuan kegiatan-kegiatan yang produktif namun dengan ketentuan-ketentuan
yang syariah.
Macam-macam lembaga keuangan bukan bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah sebagai berikut:
1. Koperasi Syariah
Koperasi Syariah adalah badan usaha koperasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip syariah, memiliki aturan sama dengan koperasi umum.
Namun, dibedakan dengan produk-produk yang ada di koperasi umum diganti
dan disesuaikan nama dan sistemnya dengan tuntunan dan ajaran agama
Islam. Koperasi Syariah Indonesia merupakan koperasi sekunder yang
beranggotakan koperasi syariah primer yang tersebar di seluruh Indonesia,
koperasi syariah merupakan sebuah konversi dari konvensional melalui
pendekatan yang sesuai dengan peneladanan ekonomi yang dilakukan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya.
2. Pegadaian Syariah
10
Pegadaian syariah adalah suatu lembaga keuangan non-bank yang
dimiliki oleh pemerintah yang mempunyai hak memberikan suatu
pembiayaan kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai yang terdapat di
dalam syariat Islam dan peraturan undang-undang yang berkaitan dengan
pegadaian syariah. Pendanaan yang ada di dalam pegadaian syariah ini sama
seperti yang ada di lembaga keuangan lainnya yaitu untuk mendapatkan
keuntungan. Namun dalam mendapatkan keuntungan tersebut mempunyai
cara yang berbeda. Pegadaian syariah adalah lembaga keuangan yang
mempunyai misi ganda, yaitu misi sosial dan misi komersial, oleh karena itu
harus menerapkan prinsip operasional yang modern.
11
Pasar modal syariah merupakan jenis instrumen keuangan jangka
panjang yang mengelola perdagangan reksadana, saham dan surat utang
dengan menggunakan prinsip syariat Islam sebagai landasan utamanya.
Penerapan prinsip syariah pada pasar modal harus sesuai dengan hukum
agama Islam. Sistem kerjanya juga akan diawasi oleh MUI agar tetap sesuai
dengan syariat Islam. Dengan begitu, nasabah bisa menggunakan produk
keuangan secara nyaman dan terhindar dari riba. Pada dasarnya, pasar modal
berbasis syariah merupakan bagian dari pasar modal konvensional. Aktivitas
yang dilakukan melibatkan jual beli saham, reksadana, dan sukuk. Aktivitas
yang dilakukan termasuk dalam perbuatan muamalah yang bermakna
mengatur hubungan antara sesama manusia. Sehingga transaksi yang
dilakukan dalam pasar modal diperbolehkan selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Salah satu kriteria utama dari pasar modal jenis
syariah adalah produk serta mekanisme transaksinya harus sesuai dengan
prinsip agama dan tidak boleh bertentangan.
12
(alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm, risywah, dan
objek haram. Unsur-unsur yang disebutkan di atas mesti dipenuhi, apabila
dilanggar akan menjadikan investasi yang dilakukan oleh Perusahaan Modal
Ventura Syariah menjadi tidak sah.
13
9. Badan Pengelola Zakat dan Wakaf
Organisasi Pengelola Zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, 1999).
Perusahaan wakaf adalah pembentukan dan pengelolan aset wakaf serta
penyaluran hasil pengelolaan wakaf dilakukan oleh entitas perusahaan secara
independen atau kolektif dengan pihak lain. Pengelolaan aset wakaf oleh
perusahaan wakaf adalah yang paling canggih dalam praktik keuangan Islam
saat ini. Wakaf dengan karakteristiknya yang abadi serta manfaatnya yang
berkelanjutan, dikelola dengan menajemen modern dalam bentuk perusahaan.
a. Contoh Kasus
Kasus ini diambil dari masalah sengketa antara Sugiharto Widjaja (50)
yang merupakan warga Kota Bandung dengan Bank Swasta Syariah ternama.
Kasus ini terkait kredit lahan yang macet. Di tahun 2014, Sugiharto membeli
lahan dan bangunan dengan harga 20 miliar. 70% dananya atau sebesar 13
miliar bersumber dari bank syariah dan 7 miliar adalah dana pribadi. Sisa
dananya kemudian dicicil oleh Sugiharto dengan cicilan 136 juta perbulan.
14
Dana yang sudah dibayarkan adalah 1,3 miliar. Namun, cicilan tersebut
mengalami kemacetan dan tidak dibayarkan hingga beberapa waktu. Hingga
akhirnya bank syariah tersebut mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Negeri Kota Bandung secara verstek. Gugatan tersebut dimenangkan oleh
pihak Bank Swasta Syariah dan menjual tanahnya ke pihak lain (Sukarna,
2018).
Pada kasus ini, Sugiharto melalui kuasa hukumnya meminta untuk
Pengadilan Negeri Bandung agar mencabut putusan bank syariah tersebut.
Namun, ditolak karena alasan kewenangan. Padahal kuasa hukum sudah
memaparkan dasar hukumnya. Kedua belah pihak menjalani proses mediasi
mengenai kesepakatan yang hendak diambil sebelum akhirnya melaju ke
persidangan. Meski sudah beberapa opsi ditolak oleh pihak bank syariah.
b. Analisa Sengketa
Berdasarkan kasus di atas ada poin yang perlu diperhatikan dan
menjadi nilai minus dalam menangani sengketa perbankan syariah. Yaitu
mengenai tumpang tindih laporan yang menyebabkan kesulitan pihak
tergugat. Adanya tumpang tindih laporan antara Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Agama. Pihak bank menggugat melalui Pengadilan Negeri dan
gugatan tersebut tidak dapat dicabut karena kewenangan perekonomian
syariah. Dalam perbankan syariah memang tidak dapat terhindar dari
sengketa dan masalah lainnya.
15
menghasilkan keputusan yang damai. Tidak sedikit juga penyelesaian
sengketa perbankan syariah selesai pada metode alternatif. Metode alternatif
ini bisa diakomodasi secara pribadi. Tapi, Pengadilan Agama juga
memfasilitasi untuk melakukan metode alternatif tersebut. Terutama pada
metode mediasi. Pengadilan Agama akan memberikan kesempatan kedua
belah pihak untuk melakukan mediasi terlebih dahulu sebelum persidangan.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2006.
Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa setiap perkara yang masuk dan juga
dihadiri oleh kedua belah pihak, wajib dilakukan mediasi. Mediasi ini
dipimpin oleh seorang mediator profesional yang juga merupakan seorang
Hakim Pengadilan Agama. Jika proses mediasi tersebut gagal, baru akan
dilakukan persidangan. Sama halnya dengan persidangan biasa, kedua belah
pihak yang bersengketa bisa menunjuk kuasa hukumnya masing-masing.
16
b. Masalah Jangkauan Jaringan/Outlet Bank Syariah Lebih Sedikit
dari Konvensional
Kendala lainnya adalah masih banyak produk yang melakukan
kerjasama dengan perbankan konvensional sehingga secara tidak langsung
dapat mempengaruhi produk-produk yang bekerja sama dengan perbankan
syariah ini disebabkan karena kurangnya outlet bank syariah di Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan saat ini, total nasabah perbankan
syariah mencapai sekitar 15 juta jiwa. Sementara itu, nasabah perbankan
konvensional menyentuh sekitar 80 juta orang. Dibandingkan dengan bank
konvensional, total nasabah bank syariah baru mencapai 18,75%. Total
jumlah rekening bank syariah 40,5 juta, konvensional 310 juta. Rekening
bank syariah 12% dari total rekening perbankan konvensional (share-nya
hanya 6,4%), berarti rata-rata masyarakat Indonesia memiliki jumlah
tabungan di bank syariah lebih kecil daripada di bank konvensional. Ekonom
Core Indonesia menilai masyarakat berpenghasilan tinggi cenderung lebih
memilih bank konvensional.
Solusi: Perbankan syariah harus menambah jumlah bank cabang,
ATM, dan agen bank syariah pada semua tempat sekalipun itu di wilayah
pedesaan terpencil agar nasabah bank syariah tidak melakukan tarik tunai
pada ATM bank konvensional. Keuntungan yang diperoleh agen bank ketika
nasabah tarik tunai, setor tunai, atau transfer pada agen tersebut harus dalam
jumlah yang seikhlasnya diberikan oleh nasabah sesuai dengan prinsip
syariah tidak mematok berapa nominalnya.
17
dilihat pada promosi produk bank-bank syariah di internet masih banyaknya
masyarakat bahkan mantan pegawai bank syariah yang memberikan komentar
bahwa baik bank syariah maupun konvensional sama-sama riba. Mereka juga
beranggapan bahwa manajemen bank syariah dan bank konvensional adalah
sama hanya nama/istilah-istilah pada produknya saja yang berbeda.
Solusi: Pihak pemerintah atau swasta yang berkecimpung di bisnis
keuangan syariah mengadakan acara sosialisasi tentang Ekonomi Islam
kepada semua lapisan masyarakat. Sosialisasi tersebut dapat berupa seminar,
talkshow, iklan sosial di televisi, radio, koran, internet, dan lain-lain. Solusi
lainnya yaitu pihak lembaga keuangan syariah harus merekrut pegawai yang
benar-benar dari jurusan Ekonomi Islam karena sarjana-sarjana Ekonomi
Islam telah mampu memahami seluk-beluk perbedaan ekonomi konvensional
dan syariah. Hal ini perlu dilakukan supaya kasus mantan pegawai bank
syariah tidak lagi menyamakan bank konvensional dan bank syariah.
Pemerintah Indonesia seharusnya mewajibkan mata pelajaran
Ekonomi Islam kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Adapun program dalam dunia pendidikan di
Indonesia, pemerintah dapat mengadakan program Pidato tentang Ekonomi
Islam dan Debat Ekonomi Islam untuk semua jenjang pendidikan mulai dari
SMP sampai dengan Perguruan Tinggi. Program lainnya yang dapat
dijalankan oleh pemerintah adalah dengan menyelenggarakan lomba cerdas
cermat seputar Ekonomi Islam untuk seluruh siswa di Indonesia.
18
muslim yang memiliki perusahaan di bidang keuangan atau manufaktur
perlahan-lahan akan beralih dari sistem konvensional ke sistem syariah
karena mendapatkan keringanan atau penghapusan pajak dan di lain sisi
mereka akan mendapatkan feedback berupa keberkahan usahanya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Lembaga Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang
mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional
sebagai lembaga keuangan syariah. Landasan hukum berdirinya lembaga
keuangan syariah ada dua macam yaitu menurut hukum Islam dan menurut
hukum negara. Landasan menurut hukum Islam terdiri dari Al-Qur’an dan
Hadist. Sedangkan landasan menurut hukum negara terdiri dari Undang-
Undang, Peraturan Bapepam-LK, Peraturan BI, Peraturan OJK, dan Fatwa
DSN-MUI. Adapun Prinsip dasar berdirinya suatu lembaga keuangan syariah
yaitu berdasarkan prinsip keadilan, kemitraan, transparansi, dan universal.
3.2. Saran
Dengan pengetahuan yang telah kita dapatkan dari konsep lembaga
keuangan syariah ini dapat menjadi pedoman bagi kita dalam mengelola
industri keuangan syariah guna untuk menumbuhkembangkan manajemen
keuangan syariah seperti yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan
para khalifah di muka bumi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. dan S. W. (2018). Bank dan Lembaga Keuangan (2nd ed.). Mitra
Wacana Media.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
123/DSN-MUI/XI/2018 Tentang Penggunaan Dana Yang Tidak Boleh Diakui
Sebagai Pendapatan Bagi Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Bisnis Syariah
dan Lembaga Perekonomian Syariah, (2018).
Maharani, D., & Taufiq Hidayat. (2020). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah dalam
Perspektif Al-Qur’an. MALIA: Journal of Islamic Banking and Finance, 4(1), 50–
58.
Mensari, R. D., & Ahmad Dzikra. (2017). Islam dan Lembaga Keuangan Syariah. AL-
INTAJ, 3(1), 239–256.
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
06/BL/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-
03/BL/2007 Tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syariah, (2012).
Ulya, F. N. (2020, December 11). OJK Beberkan 3 Faktor Industri Keuangan Syariah
Bisa Berjaya di Indonesia. Kompas.Com.
https://money.kompas.com/read/2020/12/11/173200426/ojk-beberkan-3-faktor-
industri-keuangan-syariah-bisa-berjaya-di-indonesia