Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM EKONOMI SYARIAH

“SUMBER DAN PRINSIP EKONOMI SYARIAH”

Dosen Pengampu: Khaeratun, S.Ag, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Raisa Gina Fatiyya (D1A020440)

Ratu Bagus Ngurah Angling Kusuma (D1A020443)

Santi Dewi Sukresna (D1A020476)

Yudi Pratama Putra (D1A020534)

Hukum Ekonomi Syariah E1

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Sumber dan Prinsip
Ekonomi Syariah” ini dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khaeratun, S.Ag., S.H., M.H.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah karena telah
membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ibu Khaeratun, S.Ag., S.H., M.H. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan para pembaca mengenai sumber yang menjadi dasar dari hukum
ekonomi syariah dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi syariah.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah “Sumber dan Prinsip Ekonomi Syariah”


masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Mataram, 12 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Sumber Hukum Ekonomi Syariah............................................................................3
2.2.1. Al-Quran....................................................................................................3
2.2.2. Hadis dan Sunnah.......................................................................................4
2.2.3. Ijtihad.........................................................................................................4
2.2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah.............................................................................7
2.2.1. Prinsip Tauhid............................................................................................7
2.2.2. Prinsip Keadilan.........................................................................................9
2.2.3. Prinsip Kemaslahatan...............................................................................10
2.2.4. Prinsip Ta’Awun (Tolong-Menolong)......................................................11
2.2.5. Prinsip Keseimbangan..............................................................................12
2.2.6. Prinsip Khalifah........................................................................................12
2.2.7. Prinsip Al-Amwal (Harta)........................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
3.1. Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan terus bertahan hidup untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, seperti kebutuhan primer, sekunder, dan
tersier. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, tentunya tidak akan terlepas dari
kegiatan jual beli, sewa-menyewa, hutang-piutang, dan lain sebagainya. Maka dari
itu, dibutuhkan ilmu untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan tersebut,
dimana yang kita kenal saat ini adalah ilmu ekonomi. Singkatnya, ekonomi adalah
usaha dalam membuat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dengan sumber daya yang terbatas.

Dewasa ini, terdapat banyak teori ekonomi yang berkembang, salah satunya
adalah ekonomi syariah, dimana Ekonomi syariah merupakan salah satu cabang
ilmu ekonomi yang menggunakan syariat Islam sebagai landasan teori dan
pelaksanaanya. Selain itu, ekonomi syariah dikenal sebagai ekonomi yang lahir
guna sebagai penengah atas sistem ekonomi yang telah ada sebelumnya yang
dianggap belum mampu untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam
penerapan ekonomi syariah tersebut tentunya terdapat sumber yang dijadikan
pedoman atau dasar bagi ekonomi syariah. Di mana salah satu sumber dari hukum
ekonomi syariah Al-Quran. Selain sumber, penerapan ekonomi syariah juga
berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip dasar yang melandasinya. Maka dari
itu, dalam makalah ini, kami akan mengupas lebih dalam mengenai sumber dan
juga prinsip dari ekonomi syariah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dari makalah ini, yakni sebagai berikut:

1. Apa saja sumber-sumber yang menjadi dasar dari Hukum Ekonomi Syariah?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Ekonomi Syariah?

1
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
dari makalah ini, yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sumber yang menjadi dasar dari Hukum Ekonomi Syariah.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Ekonomi Syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Sumber Hukum Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang didasarkan pada ketuhanan.
Sedangkan, Hukum Ekonomi Syariah merupakan seperangkat kaidah yang
mengatur aktivitas manusia di bidang perekonomian, baik itu produksi, distribusi,
maupun konsumsi dengan berpedoman pada nilai-nilai dasar Islam yang
didasarkan pada ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya.

Hukum Ekonomi Syariah didasarkan pada nilai-nilai Islam, di mana sumber


dari Hukum Ekonomi Syariah adalah Al-Quran, Hadis dan Sunnah, Ijtihad, Ijma,
Qiyas, Istidlal, Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Istishab, dan Urf. Selanjutnya
dapat diuraikan sebagai berikut:

2.2.1. Al-Quran
Al-Quran adalah suatu dasar Hukum Ekonomi Syariah yang menjadi
sumber serta rujukan yang pertama bagi syariat Islam sebab di dalam Al-Quran
termuat kaidah-kaidah yang sifatnya global dan bersifat rinci. Dapat dikatakan
bahwa Al-Quran merupakan sumber utama bagi Hukum Ekonomi Syariah dimana
dalam Al-Quran telah dijelaskan secara rinci mengenai dasar-dasar hukum serta
diatur pula mengenai berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi.

Selain mengatur mengenai hubungan manusia yang satu dengan yang


lainnya, Al-Quran juga mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan
penciptanya, yakni Allah. Maka dari itu, Al-Quran sebagai sumber pokok dari
Hukum Ekonomi Syariah bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan antara
kehidupan spiritual dan material. Salah satu ayat dalam Al-Quran yang dijadikan
sebagai acuan bagi Hukum Ekonomi Syariah adalah Surat An-Nahl ayat 90 yang
menjelaskan mengenai peningkatan kesejahteraan dalam segala bidang termasuk
pula ekonomi. Surat tersebut berbunyi “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

3
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa Al-Quran menjadi sumber paling utama bagi Hukum
Ekonomi Syariah.

2.2.2. Hadis dan Sunnah


Sumber hukum dari hukum ekonomi syariah selanjutnya, yakni Hadis dan
Sunnah. Keduanya berasal dari Nabi Muhammad. Hadis dan sunnah merupakan
sumber Hukum Ekonomi Syariah kedua setelah Al-Quran yang berupa perkataan
(sunnah qauliya), perbuatan (sunnah fi’liyah), dan sikap diam (sunnah taqririyah
atau sunnah sukutiyah) Rasullulah yang tercatat dalam kitab-kitab hadis. Dalam
hadis dimuat mengenai cerita singkat dan berbagai informasi tentang apa yang
dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak disetujui oleh Nabi Muhammad SAW,
serta penjelasan secara teoritik mengenai Al-Quran. Pada umumnya, pelaku
ekonomi akan menjadikan hadis dan sunnah sebagai pedoman dalam hal-hal yang
tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran, sehingga hadis dan sunnah menjadi
sumber kedua dalam Hukum Ekonomi Syariah.

2.2.3. Ijtihad
Selain kedua sumber di atas, sumber Hukum Ekonomi Syariah lainnya
adalah hasil ijtihad manusia melalui proses penalaran. Pelaku ekonomi dan bisnis
membutuhkan pedoman lainnya selain kedua sumber sebelumnya, maka ijtihad
hadir menjadi pedoman saat mereka melakukan kegiatan perekonomian sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Ijtihad diartikan sebagai mengerahkan atau mencurahkan
seluruh daya upaya yang dimiliki secara optimal dalam menetapkan hukum Islam.
Dalam ijtihad dimuat berbagai hal yang belum terjawab secara jelas oleh ayat-ayat
Al-Quran dan Hadis. Terdapat beberapa sumber Hukum Ekonomi Syariah
berdasarkan ijtihad manusia dengan menggunakan berbagai metode atau cara,
yakni sebagai berikut:

a. Ijma’

4
Secara etimologi ijma’ berarti kesepakatan. Menurut al-Tufi, ijma’ adalah
kesepakatan para mujtahid dari umat Islam pada zamannya tentang problematika
agama. Sedangkan, menurut al-Nazzzam, ijma diartikan sebagai setiap perkataan
yang memiliki suatu argumen meskipun hanya satu qaul. Secara garis besar ijma’
merupakan suatu persetujuan atau kesamaan pendapat dari para ahli atau pemuka
agama tentang suatu permasalahan pada suatu tempat di suatu masa. Aplikasi
ijma’ dalam permasalahan Ekonomi Syariah saat ini terdapat pada ijma’ mengenai
haramnya bunga bank dan juga reksadana konvensional yang menurut ijma’
ulama adalah haram.

b. Qiyas

Secara etimologis, Qiyas diartikan sebagai mengukur dan menyamakan. Qiyas


dapat didefinisikan sebagai menyamakan hukum akan sesuatu hal yang tidak
termuat ketentuannya di dalam Al-Quran dan As-Sunnah atau Al-Hadist. Qiyas
menggynakan suatu cara analogi untuk dapat menemukan suatu hukum dengan
disandarkan pada hukum yang telah ada sebelumnya. Salah satu contoh penerapan
qiyas dalam bidang ekonomi Syariah adalah menentukan status bunga bank, di
mana status dari bunga bank tersebut akan ditentukan berdasarkan paradigma
tekstual melalui memperhatikan berbagai aspek legal-formal dan pelarangan atau
pengharaman terhadap riba yang diambil dari teks nash, tanpa dikaitkan dengan
konsep moral. Melalui cara atau metode dengan qiyas dapat diketahui bahwa
bunga bank sama hukumnya dengan riba yang diharamkan.

c. Istidlal

Penarikan kesimpulan dari dua hal yang berlainan atau bertolak belakang
merupakan pengertian dari Istidlal. Salah satu contoh penggunaan istidlal dalam
Ekonomi Syariah adalah pemberian status boleh (ibahah) dari transaksi salam,
dimana hal ini berbeda dengan hukum jual beli secara general yang menetapkan
syarat bahwa obyek jual beli harus tersedia dan dapat diserahterimakan, sementara
salam yang ada hanya kriterianya saja dan belum terdapat obyeknya secara nyata
atau riil.

5
d. Maslahah al-Mursalah

Maslahah al-mursalah merupakan suatu cara yang digunakan untuk


menetapkan hukum atas suatu hal yang tak diatur dalam Al-Quran dan Hadis
dengan mempertimbangkan kegunaan dan kemanfaatannya sesuai dengan tujuan
syariat. Salah satu contoh penggunaan maslahah al-mursalah dalam perekonomian
Syariah, yakni pendirian Bank Syariah atau lembaga keuangan Syariah. Di mana
dalam bank Syariah tidak ada kegiatan yang menimbulkan kemudaratan atau
kerugian bagi salah satu pihak, tetapi kegiatan atau transaksinya bertujuan untuk
kemaslahatan umum.

e. Istihsan

Istihsan merupakan cara yang digunakan untuk dapat menentukan hukum


terhadap suatu persoalan berpedoman pada prinsip umum ajaran islam, dimana
tujuannya adalah untuk keadilan dan kepentingan sosial. Dalam istihsan ditarik
hukum dengan dua ketentuan yang sama besar kepentingannya. Salah satu contoh
penggunaan istihsan dalam ekonomi Syariah adalah penentuan status bunga bank
yang menggunakan metode paradigma kontekstual.

f. Istishab

Secara umum, istishab didefinisikan sebagai penetapan hukum atas suatu hal
menurut keadaan sebelumnya hingga lahir suatu dalil yang mengubahnya. Artinya
bahwa penerapan istishab dilaksanakan dengan menjalankan apa yang telah ada
sebelumnya sebab belum terdapat aturan lainnya yang dapat membatalkan atau
mengubah hukum tersebut.

g. Urf

Sumber lainnya yang digunakan adalah urf. Urf merupakan suatu adat atau
kebiasaan yang tak berlawanan dengan hukum Islam dan dapat ditetapkan berlaku
bagi seluruh masyarakat yang bersangkutan. Salah satu contoh penerapan urf

6
dalam ekonomi Syariah adalah penetapan status hukum atas transaksi salam atau
jual beli dengan menggunakan sistem pesanan. Oleh karena transaksi yang
demikian telah menjadi suatu kebiasaan atau adat yang berdampak positif pada
masyarakat, maka transaksi jual beli salam tersebut diperbolehkan.

2.2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah


Ekonomi syariah merupakan suatu sistem ekonomi yang dijalankan dengan
berpedoman pada syariat Islam. Dalam menjalankan sistem ekonomi tersebut
terdapat beberapa prinsip berbeda yang digunakan. Salah satu bentuk penggalian
potensi dan wujud kontribusi nasional adalah pengembangan sistem ekonomi
berdasarkan nilai-nilai Islam (syariah) dalam mengangkat prinsip prinsipnya ke
dalam sistem hukum nasional. Prinsip syariah berlandaskan pada nilai-nilai
akidah/tauhid, keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan
(rahmatan lil ‘alamin). Nilai-nilai tersebut diterapkan di dalam pengaturan
perbankan serta pasar yang didasarkan pada prinsip syariah yang disebut
perbankan syariah.

Prinsip ekonomi syariah secara garis besar mengajarkan bahwa harta


bukanlah satu-satunya tujuan kehidupan di dunia, namun harta hanyalah fasilitas
atau sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Prinsip-prinsip syariah dalam
bidang ekonomi bertujuan memberikan suatu kemaslahatan yang seimbang secara
holistik, mencakup keseimbangan fisik dengan mental, material dengan spiritual,
individu dengan sosial, masa kini dengan masa yang akan datang, serta dunia
dengan akhirat.  Selain itu, terdapat berbagai prinsip dasar dalam ekonomi syariah
yang lainnya. Prinsip-prinsip dasar yang diterapkan dalam ekonomi syariah dapat
diuraikan sebagai berikut:

2.2.1. Prinsip Tauhid


Berdasarkan prinsip tauhid, Islam melandaskan seluruh kegiatan ekonomi
sebagai suatu usaha untuk bekal ibadah kepada Allah SWT., sehingga tujuan
utama usaha bukanlah semata-mata mencari keuntungan atau kepuasan materi dan
kepentingan pribadi saja, melainkan mencari keridhaan Allah SWT., dan

7
kepuasan spiritual serta sosial. Prinsip tauhid dalam usaha sangat esensial sebab
prinsip ini mengajarkan kepada manusia bahwa hubungan kemanusiaan sama
pentingnya dengan hubungan dengan Allah SWT. Dengan demikian, dapat
ditegaskan bahwa Islam melandaskan ekonomi sebagai usaha untuk bekal
beribadah kepada-Nya.

Oleh karena ekonomi syariah bersumber dari syariat-syariat Islam,


tentunya prinsip tauhid ini telah termaktub dalam ayat-ayat Al-Quran, dimana
ayat-ayat Alquran yang terkait dengan prinsip tauhid dalam menjalankan kegiatan
ekonomi, yakni sebagai berikut:

Katakanlah (Muhammad) "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (Q.S. 112: 1-
4). 

Pada intinya, Prinsip tauhid adalah dasar dari setiap bentuk aktivitas
kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan oleh Seorang penafsir Hadist terkemuka di
Indonesia, yakni Quraish Shihab (2009: 410) yang menyatakan bahwasannya
tauhid mengantar manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa
kekayaan apapun yang dimiliki seseorang adalah milik Allah. Melihat pernyataan
yang dilontarkan oleh Quraish Shihab tersebut, manusia dalam memiliki sesuatu
dengan jumlah kekayaan yang sangat berlimpah, pada dasarnya hal tersebut harus
disadari bahwasannya harta itu hanya milik Allah semata dan semua itu hanya
titipan sementara. Quraish Shihab dengan saja melontarkan hal tersebut sebab
melihat sebagian manusia sangat sukar mengontrol keinginannya untuk
mendapatkan keuntungan meskipun pada waktu yang sama ia menganiaya dan
menyiksa manusia maupun makhluk lain guna memenuhi hasrat dan keinginannya
tersebut.

Kesadaran tauhid akan membawa pada keyakinan dunia akhirat secara


simultan, sehingga seorang pelaku ekonomi tidak mengejar keuntungan materi
semata. Selain itu, kesadaran ketauhidan juga akan mengontrol seorang untuk

8
menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap sesama manusia. Dari sini dapat
dipahami mengapa Islam khususnya ekonomi syariah melarang transaksi yang
mengandung unsur riba, pencurian, penipuan terselubung, bahkan melarang
menawarkan barang pada konsumen pada saat konsumen tersebut bernegosiasi
dengan pihak lain.

Prinsip tauhid juga memberikan dampak positif lainnya dalam bidang


perekonomian Islam, yakni dengan adanya suatu antisipasi atas segala bentuk
monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi pada seseorang atau satu kelompok
saja. Dengan berlandaskan pada hal tersebutlah Al-Quran membatalkan dan
melarang melestarikan tradisi masyarakat Jahiliyah, yang mengkondisikan
kekayaan hanya beredar pada kelompok tertentu saja. Dimana hal ini telah
tertuang dalam Ayat Al-Quran khususnya pada Firman Allah dalam surah al
Hasyr/59: 7: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu.”

Oleh karena itu, pada hakikatnya prinsip tauhid adalah prinsip yang utama
dalam menjalankan sistem ekonomi syariah, sebab prinsip ini merupakan prinsip
yang menopang prinsip-prinsip dasar ekonomi syariah lainnya. Pada pokoknya
prinsip tauhid menekankan agar kita sebagai manusia untuk sadar bahwasannya
seorang manusia dalam mengejar kekayaannya tidak hanya untuk dunia saja,
tetapi juga mengejar kekayaan kehidupan setelah kematian yang dalam hal ini
adalah akhirat. 

2.2.2. Prinsip Keadilan


Keadilan merupakan salah satu prinsip yang diterapkan dalam mekanisme
perekonomian Islam. Pada dasarnya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatunya. Dengan demikian,
seseorang dapat dikatakan berlaku adil apabila ia tidak berat sebelah atau condong
pada satu pihak saja dalam menilai sesuatu, kecuali keberpihakannya kepada siapa
saja yang benar, sehingga ia tidak akan berlaku sewenang wenang. Bersikap adil

9
dalam ekonomi tidak hanya didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi
saja, tetapi juga berdasarkan pada pertimbangan hukum alam.

Alam diciptakan berdasarkan atas prinsip keseimbangan dan keadilan.


Adil dalam ekonomi dapat diterapkan, baik itu adil dalam penentuan harga,
kualitas produksi, perlakuan terhadap pekerja, dan juga dampak yang timbul dari
berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan. Penegakan suatu keadilan dalam
rangka untuk meniadakan diskriminasi sebagaimana diatur dalam Al-Quran
bahkan menjadi satu tujuan utama risalah kenabian, yaitu untuk menegakan
keadilan. Dalam menjalankan prinsip keadilan tersebut, sudah semestinya terdapat
kegiatan-kegiatan yg dilarang untuk dilakukan guna memberikan rasa adil kepada
sesama, seperti halnya kegiatan Riba, Maysir, Gharar, dan Haram.

2.2.3. Prinsip Kemaslahatan


Secara sederhana, maslahat bisa diartikan dengan mengambil manfaat dan
menolak kemadaratan (al-Ghazali: 1983: 139), atau sesuatu yang mendatangkan
kebaikan, keselamatan, faedah atau guna (al-Syathibi: 1997: 25). Kemaslahatan
merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi integral duniawi
dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan sosial. Suatu aktivitas
atau kegiatan ekonomi dapat dianggap memenuhi maslahat apabila aktivitas
tersebut telah memenuhi dua unsur, yakni ketaatan (halal) dan bermanfaat serta
membawa kebaikan (thayyib) bagi semua aspek secara integral. Dengan demikian,
aktivitas tersebut dipastikan tidak akan menimbulkan mudarat. Apabila
kemaslahatan dikatakan sebagai prinsip keuangan (ekonomi), maka semua
kegiatannya harus memberikan kemaslahatan (kebaikan) bagi kehidupan manusia,
baik itu untuk perorangan, kelompok, dan komunitas yang lebih luas, termasuk
pula lingkungan. 

Dalam hal pembinaan dan pengembangan ekonomi perspektif syariah,


teori maslahat memiliki suatu peranan yang sangat penting, bahkan menurut salah
seorang pakar fiqh, al-Syathibi (1997: 25) menyatakan bahwa maslahah (kebaikan
dan kemanfaatan yang dia sebut dengan kesejahteraan manusia) dipandang

10
sebagai tujuan akhir dari pensyariatan penetapaan norma-norma syariah.
Agaknya, dalam rangka memperhatikan kemaslahatan inilah, dalam sejarah
pengelolaan sub-sub ordinasi ekonomi Islam, suatu kasus bisa saja berubah
ketentuan hukumnya apabila ‘illatnya (maslahat atau madarat) telah hilang. Begitu
pula sesuatu yang pada dasarnya boleh, tetapi dalam waktu atau kondisi tertentu
bisa saja hal tersebut ditetapkan hukumnya sebagai suatu yang terlarang (haram).
Contohnya saja keharaman dalam menggunakan jasa bank konvensional yang
tidak berlaku bagi orang yang tinggal di daerah yang belum ada bank syariah. 

2.2.4. Prinsip Ta’Awun (Tolong-Menolong)


Prinsip Ta’awun merupakan suatu prinsip yang menekankan pada hal
tolong menolong. Firman Allah dalam surah al-Qashash/28:77: “dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” 

Allah sebagai pencipta, pemilik dan pengatur segala harta, menjadikan


bumi, laut, sungai, hutan, dan lain-lain merupakan amanah untuk manusia, bukan
milik pribadi. Maka dari itu, terdapat hal-hal yang telah lazim dalam ekonomi
syariah, seperti sedekah, baik itu sedekah yang wajib maupun anjuran. Sedekah
pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk menjamin
distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat secara lebih baik. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa zakat merupakan salah satu instrumen dalam
ajaran Islam yang dapat mengayomi masyarakat lemah dan merupakan suatu
sarana untuk berbagi rasa dalam suka maupun duka antar sesama manusia yang
bersaudara dalam keterciptaannya.

Ekonomi syariah memandang bahwa uang berfungsi untuk memenuhi


kebutuhan, baik itu kebutuhan pokok, sekunder, dan penunjang (daruriyyah,
hajiyah, dan tahsiniyat) dalam rangka mendapatkan ridha Allah secara individual

11
dan komunal. Fungsi sosial harta dalam Alquran adalah untuk menciptakan
masyarakat yang etis dan egaliter. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa mencari keuntungan atau akad komersil dengan berbagai
aktivitas ekonomi adalah sesuatu yang terpuji dalam ajaran Islam. Akan tetapi,
aktivitas ekonomi tersebut diharapkan juga memberi suatu dampak positif
terhadap masyarakat serta menimbulkan kezaliman. Jika sebaliknya, cara-cara
mendapatkan harta tersebut menyebabkan kemudharatan bagi pihak lain, maka
akad tersebut menjadi batal, dan penggunaannya yang tidak etis dan egaliter akan
membuat individu yang bersangkutan tercela dalam pandangan syarak.

2.2.5. Prinsip Keseimbangan


Dalam prinsip keseimbangan, pilar pembangunan ekonomi menjadi suatu
aspek penting dalam ekonomi syariah. Prinsip keseimbangan mencakup berbagai
aspek, baik itu keseimbangan antara sektor keuangan dan sektor riil, resiko dan
keuntungan, maupun bisnis dan kemanusiaan, serta pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya alam. Sasaran dalam pembangunan ekonomi syariah tidak hanya
diarahkan kepada pengembangan sektor-sektor korporasi saja, namun juga
pengembangan sektor usaha kecil dan mikro yang tidak jarang tidak dilibatkan
pada upaya-upaya pengembangan sektor ekonomi secara keseluruhan.

2.2.6. Prinsip Khalifah


Prinsip khalifah menjadi salah satu prinsip penting dalam ekonomi
syariah, dimana semua orang harus menjalankan tugas-tugas sebagai khalifah di
dunia ini, dimana semua orang harus tetap menjaga dan memakmurkan bumi.
Maka dari itu, dalam menjalankan kegiatan perekonomian, manusia wajib
memperhatikan segala sesuatunya dengan tujuan agar tidak menyimpang pada
nilai-nilai islamiyah. Seluruh bentuk kecurangan dan penipuan serta perbuatan-
perbuatan yang memberikan dampak negatif lainnya telah dilarang dalam
ekonomi syariah.

12
2.2.7. Prinsip Al-Amwal (Harta)
Dalam ekonomi syariah, terdapat prinsip Al-amwal yang mengartikan
harta untuk dipahami sebagai suatu titipan dari Allah. Di mana pada hakikatnya
segala sesuatu yang ada di dunia dengan bentuk dan jumlah berapapun seluruhnya
adalah milik Allah dan hal tersebut hanya dititipkan saja kepada manusia oleh
Allah.

13
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ekonomi syariah merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang
menggunakan syariat Islam sebagai landasan teori dan pelaksanaanya. Ekonomi
Syariah ini mendasarkan kegiatan perekonomian pada ketuhanan. Sedangkan,
Hukum Ekonomi Syariah merupakan seperangkat kaidah yang mengatur aktivitas
manusia di bidang perekonomian, baik itu produksi, distribusi, maupun konsumsi
dengan berpedoman pada nilai-nilai dasar Islam yang didasarkan pada ketetapan
Allah dan ketentuan Rasul-Nya. Di mana Hukum Ekonomi Syariah bersumber
dari Al-Quran, Hadis dan Sunnah, Ijtihad, Ijma, Qiyas, Istidlal, Maslahah al-
Mursalah, Istihsan, Istishab, dan Urf.

Dalam menjalankan sistem ekonomi tersebut terdapat beberapa prinsip


berbeda yang digunakan. Prinsip-prinsip syariah dalam bidang ekonomi bertujuan
memberikan suatu kemaslahatan yang seimbang secara holistik, mencakup
keseimbangan fisik dengan mental, material dengan spiritual, individu dengan
sosial, masa kini dengan masa yang akan datang, serta dunia dengan
akhirat. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi Syariah meliputi, prinsip
tauhid, prinsip keadilan, prinsip kemaslahatan, prinsip ta’awun, prinsip
keseimbangan, prinsip khalifah, dan prinsip al-amwal (harta).

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Z., & Wijaya, E. (2019). Dinamika Penerapan Ijtihad Bidang Hukum
Ekonomi Syariah Di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 49 (2),
300-310.

Faisal. (2015). Modul: Hukum Ekonomi Islam. Lhokseumawe: Unimal Press.

Mubarok, J. (2021). Ekonomi Syariah. Jakarta: Departemen Ekonomi dan


Keuangan Syariah Bank Indonesia.

Mursal, M. (2015). Implementasi Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah: Alternatif


Mewujudkan Kesejahteraan Berkeadilan. Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, 1(1), 75-84.

Kholid, M. (2018). Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam Undang-


Undang Tentang Perbankan Syariah. Jurnal Asy-Syari’ah, 20(2).

15

Anda mungkin juga menyukai