Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RUANG LINGKUP PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS


SYARIAH (DPS) PADA ASURANSI SYARIAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Asuransi Syariah

Dosen Pengampu : Syuhada’ M.E.I

Disusun Oleh :

Aisyatur Rizqia Rohman (19053006)

Rista Anggun Prihatini (19053011)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM (UNISDA) LAMONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT. Sholawat dan salam juga kami haturkan kepada nabi muhammad SAW.
Dengan kebaikan beliau kita dituntun dari jalan yang gelap menuju jalan yang
terang.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah“ASURANSI SYARIAH” dengan ini


penulis mengangkat judul “RUANG LINGKUP PENGAWASAN DEWAN
PENGAWAS SYARIAH (DPS) PADA ASURANSI ”.

Penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui bahwa
manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Dalam pembuatan makalah
ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon agar
pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
manfaat kepada kita semua. Aamiin

Lamongan, 25 Juni 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

PENDAHULUAN...........................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................4

PEMBAHASAN..............................................................................................5

A. Pengertian Dewan Pengawas Syariah ..................................................5

B. Dasar Hukum Dewan Pengawas Syariah ............................................6

C. Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah ...............................8

D. Kegiatan DPS dalam Pewangawasan Internal Syariah ........................9

PENUTUP.......................................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................11

B. Penutup.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan bisnis syariah yang terjadi di sektor
perbankan, asuransi, pasar modal dan jasa keuangan syariah lainnya. Akan
tetapi dalam mendukung kinerjanya perlu peran Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan salah satu bagian
penting dari institusi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia.
Kedudukan dan fungsinya secara sederhana hanya diatur dalam salah satu
bagian dalam SK yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang berkenaan tentang susunan pengurus DSN-MUI.
Untuk itu perlu kiranya kita membahas mengenai Dewan
Pengawas Syariah yang merupakan lembaga memberikan fatwa dalam hal
boleh atau tidaknya dalam melakukan transaksi tersebut. Untuk itu ada
beberapa permasalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Dewan Pengawas Syariah ( DPS) ?
2. Apa dasar hukum Dewan Pengawas Syariah (DPS) ?
3. Apa saja tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah (DPS)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Dewan Pengawas Syariah (DPS)
2. Untuk mengetahui dasar hukum Dewan Pengawas Syariah (DPS)
3. Untuk mengetahui tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah
(DPS)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dewan Pengawas Syariah


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “dewan” ialah badan
yang terdiri dari beberapa orang yang pekerjaannya memutuskan sesuatu
dengan jalan berunding. “Pengawas” berasal dari kata “awas”, yang berarti
pengawas1. Sedangkan “syari’ah” adalah komponen ajaran Islam yang
mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dari bidang ibadah
(habluminallah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi akidah yang menjadi keyakinannya atau “Syari’ah”
bisa juga diartikan sebagai nama bagi hukum-hukum yang bersifat
amaliah2.
Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian dalam lembaga
keuangan syariah, dewan pengawas syariah adalah dewan yang melakukan
pengawasan terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga
keuangan syariah serta melakukan pengawas terhadap produk-produk
yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah. Dewan Pengawas
Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui
RUPS serta rekomendasi dari Dewan syariah Nasional. Lembaga
keuangan syariah adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di bidang
keuangan yang didasarkan pada syariah atau hukum Islam, seperti
perbankan, reksadana, takaful dan sebagainya3.
Menurut Pasal 21 PBI No. 6/24/PBI/2004 anggota Dewan Pengawas
Syariah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Integritas, yaitu:
1) Memiliki akhlak dan moral yang baik
2) Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku

1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta: Balai Pusaka, 2005), hal 260.
2
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, (Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 2005), Hal 1.
3
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Berbagai Segi Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009), hal 141.

5
3) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan
operasional bank yang sehat
b. Kompetensi, yaitu memiliki pengetahuan dan pengalaman di
bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang perbankan
dan atau keuangan secara umum.
c. Reputasi keuangan, yaitu pihak-pihak yang:
1) Tidak termasuk dalam kredit/ pembiayaan macet
2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 tahun terakhir
sebelum di calonkan.

Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah sekurang-kurangnya dua


orang dan sebanyak-banyaknya lima orang. Sedangkan di BPRS,
berjumlah sekurang-kurangnya satu orang dan sebanyak-banyaknya tiga
orang. Anggota Dewan Pengawas Syariah hanya dapat merangkap jabatan
sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah sebanyak-banyaknya pada 2
bank lain dan 2 lembaga keuangan syariah bukan bank. Sebanyak-
banyaknya 2 anggota Dewan Pengawas Syariah dapat merangkap jabatan
sebagai anggota Dewan Syriah Nasional. Kedudukan anggota Dewan
Pengawas Syariah digolongkan sebagai pihak terafiliasi4.

B. Dasar Hukum Dewan Pengawas Syariah


a. Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah ayat 7
‫ض َما يَ ُكوْ نُ ِم ْن نَّجْ ٰوى ثَ ٰلثَ ٍة اِاَّل هُ َو َرابِ ُعهُ ْم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ۗ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬ ِ ‫اَلَ ْم تَ َر اَ َّن َ يَ ْعلَ ُم َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫َواَل خَ ْم َس ٍة اِاَّل هُ َو َسا ِد ُسهُ ْم َوٓاَل اَ ْد ٰنى ِم ْن ٰذلِكَ َوٓاَل اَ ْكثَ َر اِاَّل هُ َو َم َعهُ ْم اَ ْينَ َما َكانُوْ ۚا ثُ َّم يُنَبِّئُهُ ْم‬
‫بِ َما َع ِملُوْ ا يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ۗ ِة اِ َّن هّٰللا َ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada
(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya.
Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu
atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
4
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal 103-104.

6
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan
kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-
Mujadilah:7)
Dari ayat di atas tidak secara langsung dan spesifik menjelaskan
tentang pengawasan, akan tetapi jika dipahami betul-betul secara
lebih mendalam lagi ayat tersebut memiliki makna yang
berhubungan dengan pengawasan. Sehingaa jika dipahami dengan
betul-betul ayat tersebut menjelaskan bahwa, pada dasarnya dalam
Islam pengawasan lebih ditujukan kepada kesadaran dalam diri
sendiri tentang keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi setiap
pekerjaan yang kita lakukan. Sehingga kita takut untuk melakukan
kecurangan dan penyimpangan. Sama halnya dengan kinerja dari
Dewan Pengawas yang tugasnya mengawasi haruslah memiliki
kesadaran diri akan tanggung jawab yang harus diembannya
sehingga kinerja dari pengawasan yang dilakukan dengan optimal,
terkontrol, dan sesuai dengan penetapan aturan yang tidak
bertentangan dengan syariah. Dengan demikian, pengawasan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
b. Berdasar Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 16 /Per/M.KUKM/IX/2015
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah untuk Koperasi Syariah.
c. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia.
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/17/PBI/2004 tanggal
1 Juli 2004 tentang Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip
Syariah.
2. Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 tanggal 14
Oktober tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan
usaha yang berdasarkan Prinsip Syariah yang lalu di ubah
dengan Peraturan Bank Indonesia No.7/35/PBI/2005
tanggal 29 September 2005 tentang Bank Umum yang

7
melaksanakan kegiatan usaha yang berdasarkan Prinsip
Syariah.
3. Peraturan Bank Indonesia No.8/3/PBI/2006 tanggal 30
Januari tentang perubahan kegiatan usaha Bank Umum
Konvensional menjadi Bank Umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
Kantor Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum
Konvensional,
Semua Peraturan Bank Indonesia (PBI) tersebut mewajibkan setiap
Bank Syariah harus memiliki Dewan Pengawasan Syariah (DPS).
d. Berdasar Pada Undang-Undang.
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Pasal 32 menyebutkan:
1. Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah
dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.
2. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas
rekomendasi Majelis Ulama Indonesia,
3. Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi
serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip
Syariah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan
Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bank Indonesia
C. Tugas Dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah
Tugas utama dewan pengawas syariah adalah mengawasi kegiatan
usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip
syariah yang telah difatwakan oleh DSN.
Fungsi utama DPS adalah:

8
a. Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan
unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai
hal-hal yang terkait dengan aspek syariah.
b. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN
dalam mengomunikasikan usul dan saran pengembangan produk
dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian
dan fatwa dari DSN.

Dewan pengawas syariah berkedudukan di kantor pusat dan


fungsinya ialah mengawasi kegiatan usaha bank agar sesuai dengan prinsip
syariah. Dalam melaksanakan fungsinya, dewan pengawas syariah wajib
mengikuti fatwa DSN. Wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah:

a. Memberikan pedoman atau garis-garis besar syariah, baik untuk


pengerahan maupun untuk penyaluran dana serta kegiatan bank
lainnya.
b. Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah ada
atau sedang dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah5.

Jadi, dapat disimpulkan tugas dan wewenang DPS adalah:

a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional Bank


terhadap fatwa yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI.
b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk
yang dikeluarkan bank.
c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan
operasional bank secara keseluruhan dan laporan publikasi bank.
d. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk
dimintakan fatwa kepada DSN-MUI.
e. Menyampaikan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya
setiap 6 bulan kepada Direksi, Komisaris, DSN-MUI dan Bank
Indonesia6.
D. Kegiatan DPS dalam Pengawasan Internal Syariah
5
Ibid... hal 142-143.
6
Syukri Iska dan Ifelda Nengsih, Manajemen Lembaga Keuangan Syariah Non Bank Teori Praktek
Dan Regulasi, (Padang: CV Jasa Surya, 2016), hal 175-176.

9
Aktivitas dewan pengawas syariah dalam melaksanakan
pengawasan syariah, menurut Briston dan Ashker yang dikutip oleh Yaya
(2004), ada tiga yaitu:
a. Ex ante auditing. Merupakan aktivitas pengawasan syariah dengan
melakukan pemeriksaan terhadap berbagai kebijakan yang diambil
dengan cara melakukan review terhadap keputusan-keputusan
manajemen, dan melakukan review terhadap seluruh jenis kontrak
yang dibuat oleh manajemen bank syariah dengan semua pihak.
Tujuan pemeriksaan tersebut untuk mencegah bank syariah
melakukan kontrak yang melanggar prinsip-prinsip syariah.
b. Ex post auditing. Merupakan aktivitas pengawasan syariah dengan
melakukan pemeriksaan terhadap laporan kegiatan (aktivitas) dan
laporan keuangan bank syariah.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menelusuri kegiatan dan
sumber-sumber keuangan bank syariah yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
c. Perhitungan dan pembayaran zakat Merupakan aktivitas
pengawasan syariah dengan memeriksa kebenaran bank syariah
dalam menghitung zakat yang harus dikeluarkan dan memerikasa
kebenaran dalam pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan
syariah. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk memastikan
agar zakat atas segala usaha yang berkaitan dengan hasil usaha
bank syariah telah dihitung dan dibayar secara benar oleh
manajemen bank syariah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian dalam lembaga
keuangan syariah, dewan pengawas syariah adalah dewan yang melakukan
pengawasan terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga
keuangan syariah serta melakukan pengawas terhadap produk-produk
yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah. Dewan Pengawas
Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui
RUPS serta rekomendasi dari Dewan syariah Nasional.
Tugas utama dewan pengawas syariah adalah mengawasi kegiatan
usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip
syariah yang telah difatwakan oleh DSN.
Bagi Bank Syariah yang berbentuk perseroan terbatas (lihat Pasal 7
UUPS) organisasinya mengacu pada ketentuan UU No. 40 Tahun 2007.
Hal tersebut berarti bahwa dalam sebuah bank syariah kekuasaan tertinggi
ada pada RUPS, pengurusan dilaksanakan oleh Direksi, dan pengawasan
terhadap direksi dilaksanakan oleh komisaris.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
Kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman harap
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Balai Pusaka.

Syarifuddin, Amir. 2005. Ushul Fiqh Jilid 1. Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu.

Sutedi, Andrian. 2009. Perbankan Syariah Tinjauan dan Berbagai Segi Hukum.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai