Anda di halaman 1dari 144

INVESTASI SYARIAH

oleh
Ayu Citra Santyaningtyas, S.H., M.H., M.Kn
Dina Tsalist Wildana, SHI., LL.m

UPT PERCETAKAN & PENERBITAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
INVESTASI SYARIAH

Penulis:
Ayu Citra Santyaningtyas, S.H., M.H., M.Kn
Dina Tsalist Wildana, SHI., LL.m

Desain Sampul dan Tata Letak


Risky Fahriza
M. Arifin
M. Hosim

ISBN: 978-623-7226-70-3

Penerbit:
UPT Percetakan & Penerbitan Universitas Jember

Redaksi:
Jl. Kalimantan 37
Jember 68121
Telp. 0331-330224, Voip. 00319
e-mail: upt-penerbitan@unej.ac.id

Distributor Tunggal:
UNEJ Press
Jl. Kalimantan 37
Jember 68121
Telp. 0331-330224, Voip. 0319
e-mail: upt-penerbitan@unej.ac.id

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak


tanpa ijin tertulis dari penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, photoprint, maupun microfilm.
KATA PENGANTAR
PAKAR EKONOMI SYARIAH
WAKIL DEKAN I FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER

Alhamdulillah, dengan mengucap rasa syukur yang sedalam-


dalamnya kepada Allah SWT., saya menyambut positif, senang, dan
gembira atas usaha yang dilakukan oleh Saudara Ayu Citra
Santyaningtyas, S.H., M.H., M.Kn., dan Dina Tsalist Wildana, SHI.,
LL.M., dalam menyusun buku yang berjudul:
“Investasi syariah”
Saya yakin buku ini akan sangat berharga dan bermanfaat bagi
para praktisi hukum, khususnya para akademisi, karena buku ini
menghadirkan berbagai materi pembahasan menarik seperti Konsep
Investasi Syariah, Zakat sebagai Instrumen Investasi Syariah, Infaq dan
Sedekah sebagai Instrumen Investasi Syariah, Asuransi Syariah, Perbankan
Syariah, Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, Saham Syariah,
Reksadana Syariah, dan Obligasi Syariah. Berdasarkan materi tersebut,
saya berharap buku ini dapat digunakan sebagai referensi baik dalam dunia
akademisi maupun dalam pelaksanaan investasi syariah, serta dapat
digunakan untuk memperkaya wawasan dan khazanah pembaharuan
hukum di Indonesia.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas
Universitas Jember, dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Penulis
atas kerja keras dalam mewujudkan buku Investas Syariah ini. Semoga
dedikasi dan upaya yang dilakukan mendapat ridha Allah SWT.

Jember, 10 November 2019


Pakar Ekonomi Syariah
Wakil Dekan I FH Unej

Dr. Dyah Ochtorina Susanti, S.H., M.Hum.

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI IV
BAB I KONSEP INVESTASI SYARIAH 1
A. PENGERTIAN INVESTASI SYARIAH 1
B. SEJARAH INVESTASI SYARIAH 3
C. PRINSIP INVESTASI SYARIAH 6
D. NORMA-NORMA DALAM BERINVESTASI 7
E. PRODUK- PRODUK DI DALAM INVESTASI SYARIAH 8
F. RANGKUMAN 10
G. EVALUASI 10
BAB II ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI SYARIAH 13
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM 13
B. KEUTAMAAN DAN HUKUM ZAKAT 16
C. OBYEK ZAKAT 18
D. JENIS ZAKAT 23
E. INSTRUMEN INVESTASI ZAKAT DEMI KEMASLAHATAN
UMAT 25
F. RANGKUMAN 26
G. EVALUASI 27
BAB III INFAK DAN SEDEKAH SEBAGAI INSTRUMEN
INVESTASI SYARIAH 29
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM INFAK DAN SEDEKAH 29
B. DASAR HUKUM INFAK DAN SEDEKAH 30
C. PERBEDAAN ANTARA ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH 31
D. INSTRUMEN INFAK DAN SEDEKAH DALAM KONTEKS
EKONOMI 32
E. RANGKUMAN 33
F. EVALUASI 33
BAB IV ASURANSI SYARIAH 35
A. SEJARAH ASURANSI SYARIAH 35
B. PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH 37
C. AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH 40
D. MODEL PENERAPAN POLIS PADA ASURANSI SYARIAH 41

iv
E. PRINSIP ASURANSI SYARIAH 42
F. PERBEDAAN ANTARA ASURANSI KONVENSIONAL DAN
ASURANSI SYARIAH 49
G. MEKANISME ASURANSI SYARIAH 50
H. PRODUK ASURANSI SYARIAH 51
I. RANGKUMAN 52
J. EVALUASI 53
BAB V PERBANKAN SYARIAH 55
A. PERBANKAN SYARIAH 55
B. SEJARAH PERBANKAN SYARIAH 57
C. KARAKTERISTIK PERBANKAN SYARIAH 59
D. PRODUK-PRODUK INVESTASI PERBANKAN SYARIAH 62
E. JAMINAN PADA PERBANKAN SYARIAH 63
F. PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN SYARIAH 65
G. RANGKUMAN 70
H. EVALUASI 70
BAB VI PEGADAIAN SYARIAH 73
B. SEJARAH PEGADAIAN SYARIAH 75
C. KONSEP PEGADAIAN SYARIAH DI DALAM ISLAM 76
D. SYARAT GADAI SYARIAH 78
E. FUNGSI DAN KARAKTERISTIK PEGADAIAN SYARIAH 80
F. PRODUK INVESTASI DI PEGADAIAN SYARIAH 82
G. RANGKUMAN 83
H. EVALUASI 83
BAB VII PASAR MODAL SYARIAH 87
A. PENGERTIAN PASAR MODAL SYARIAH 87
B. FUNGSI DAN KARAKTER PASAR MODAL SYARIAH 88
C. INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH 89
D. PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH 93
E. RANGKUMAN 94
F. EVALUASI 94
BAB VIII SAHAM SYARIAH 97
A. KONSEP SAHAM SYARIAH 97
B. INSTRUMEN SAHAM SYARIAH 98
C. JAKARTA ISLAMIC INDEX 100
v
D. RANGKUMAN 102
E. EVALUASI 103
BAB IX REKSADANA SYARIAH 105
A. PENGERTIAN REKSADANA SYARIAH 105
B. MEKANISME KEGIATAN REKSADANA SYARIAH 106
C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN REKSA DANA
SYARIAH 109
D. RANGKUMAN 111
E. EVALUASI 112
BAB X OBLIGASI SYARIAH 115
A. KONSEP OBLIGASI SYARIAH 115
B. PERBEDAAN OBLIGASI SYARIAH DENGAN OBLIGASI
KONVENSIONAL 116
C. OBLIGASI SYARIAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 117
D. RINGKASAN 118
E. EVALUASI 118
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI SYARIAH 121
A. PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI JALUR LITIGASI 121
B. PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI JALUR NON
LITIGASI 122
C. BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL 123
D. RANGKUMAN 124
E. EVALUASI 125
REFERENSI 127
DAFTAR INDEKS 135
BIOGRAFI PENULIS 138

vi
BAB I KONSEP INVESTASI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini,


diharapkan mahasiswa mampu
menyebutkan pengertian, prinsip,
dan norma-norma investasi
syariah. Selain itu mahasiswa juga
diharapkan mampu
mengaplikasikan prinsip-prinsip
investasi syariah”

A. PENGERTIAN INVESTASI SYARIAH


Islam memandang harta dengan acuan akidah yang dihimbau oleh Al-
Qur an, yakni dipertimbangkannya limit value kesejahteraan manusia,
alam, masyarakat dan hak milik. Senafas dengan hal ini, Islam juga
mendorong setiap manusia untuk senantiasa bekerja sesuai kemampuan
masing-masing, mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang
diusahakan selama itu tidak bertentangan dengan syariah Islam sendiri.
Banyak jalan dalam rangka mencapai kesejahteraan manusia, dimana salah
satunya adalah melalui investasi.
Kata investasi, diadopsi dari Bahasa Inggris yakni invest yang
merupakan kata dasar dari investment yang berarti menanam. Sedangkan
dalam bahasa Arab, kata investasi dikenal dengan ististmar yang artinya
menjadikan berbuah (berkembang) dan bertambah jumlahnya. Menurut
Eduardus Tandelilin, sebagaimana dikutip oleh Nurul huda
mengungkapkan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini untuk mendapatkan
keuntungan dimasa depan.1 Sederhananya, kegiatan investasi adalah
penempatan kekayaan demi keuntungan dimasa depan.
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, investasi diartikan to
make use of for future benefits or advantages and to commit (money) in
order to earn a financial return.2 Investasi syariah didefinisikan sebagai
layanan keuangan yang pada prinsipnya diterapkan untuk mematuhi yang

1
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,
(Jakarta:Kencana, 2007), 7.
2
Nurul Huda, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, 7.
1
utama prinsip syariah (atau hukum Islam).3 Sumber-sumber utama didalam
investasi Syariah adalah Alquran, Hadits, Sunnah, Ijma, Qiyas, dan Ijtihad.
Al-Qur'an adalah kitab wahyu yang diberikan kepada Nabi
Muhammad; Hadis adalah narasi yang menghubungkan perbuatan dan
ucapan Muhammad; Sunnah mengacu pada praktik kebiasaan dan perilaku
Muhammad selama hidupnya; Ijma adalah konsensus di antara ulama
agama tentang isu-isu spesifik yang tidak dipertimbangkan dalam Alquran
atau Sunah; Qiyas adalah penggunaan deduksi dengan analogi untuk
memberikan pendapat tentang suatu kasus yang tidak disebut dalam Quran
atau Sunah dibandingkan dengan kasus lain yang disebutkan dalam Al-
Quran dan Sunah; dan Ijtihad mewakili alasan independen seorang ahli
hukum yang berkaitan dengan penerapan aturan Syariah tertentu pada
kasus tidak disebutkan di dalam Al- Quran atau Sunah.
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal menyatakan penanaman modal merupakan
segala bentuk kegiatan penanaman modal baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal luar negeri untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia.
Sementara menurut pandangan Islam, investasi merupakan
pengetahuan yang bersifat spiritual, karena menggunakan prinsip dan
norma Islam. Selain itu, investasi juga merupakan implementasi ilmu dan
amal yang sangat dianjurkan oleh setiap muslim. Praktik investasi,
disinggung dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 18 yakni sebagai berikut:
َ‫َّللا َخبِي ٌر بِ َما ت َ ْع َملُون‬ َ َّ ‫س َما قَ َّد َمتْ ِلغَ ٍد َواتَّقُوا‬
َ َّ َّ‫َّللا إِن‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ َ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
ُ ‫َّللا َو ْلت َ ْن‬
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.
Ayat diatas merupakan pelajaran penting bagi manusia tentang
berinvestasi. Ayat ini mengandung anjuran moral untuk berinvestasi
sebagai bekal hidup di dunia dan di akhirat karena dalam Islam semua
jenis kegiatan kalau diniati sebagai ibadah akan bernilai akhirat juga
seperti kegiatan investasi ini.
Investasi yang ada dalam pembahasan ini dikerucutkan kedalam
konteks ekonomi. Oleh karena setiap harta memiliki zakatnya masing-
masing. Sehingga jika harta tidak diproduktifkan akan termakan oleh
zakatnya. Salah satu hikmah zakat adalah mendorong untuk mendorong

2
setiap muslim melakukan investasi. Hal ini dikarenakan harta yang
diinvestasikan tidak habis termakan zakat, kecuali keuntungannya.
Selain itu, beberapa tujuan investasi yang wajib diketahui oleh investor
adalah sebagai berikut:4
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan.
Seseorang tentunya menginginkan peningkatan kualitas hidupnya
dari waktu-ke waktu. Investasi merupakan salah satu jalan yang
tepat untuk mewujudkannya.
2. Mengurangi resiko inflasi. Dimana melalui investasi dalam
kepemilikan perusahaan atau objek yang lain, seseorang dapat
menghindari resiko penurunan nilai kekayaan yang diakibatkan
oleh inflasi.
3. Adanya dorongan manusia untuk menghemat pajak.
Selain itu, beberapa negara begitu banyak melakukan kebijakan yang
sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat. Salah satu upaya
mendorong hal tersebut adalah dengan pemberian fasilitas yang
menunjang investasi pada bidang tertentu mengingat tujuan global
investasi adalah untuk meningktkan kesejahteraan, baik hari ini maupun
masa depan. Adapun manfaat investasi menurut Jumingan yang dikutip
oleh Mohamad Heykal adalah sebagai berikut:5
1. Menambah pendapatan nasional
2. Meningkatkan stabilitas penerimaan
3. Menambah lapangan pekerjaan
4. Memanfaatkan bahan baku lokal.

B. SEJARAH INVESTASI SYARIAH


Proses pengembangan pada investasi syariah dimulai pada awal abad
ke-7 ketika Nabi Muhammad SAW telah menerima wahyu langsung dari
Allah pada saat beliau berumur 40 tahun.6 Pada saat itu, doktrin mengenai
keuangan selama era Muhammad diturunkan langsung dari Al-Quran dan
Sunah. Sejak saat itu, prinsip syariah telah berkembang seolah-olah

4
Eduardus Tadelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,
(Yogyakarta:BPFE, 2001), 5.
5
Mohamad Heykal, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2012), 5.
6
Moore, P, Islamic Finance: A Partnership for Growth, Euromoney, London, 1997,
Hal 3
3
terkoordinasi dengan semua transaksi keuangan diantara masyarakat
Muslim. 7
Metode investasi keuangan Islami sering mengambil contoh dari
pengalaman Nabi Muhammad SAW. Kahf dan Khan telah menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali
menggunakan prinsip Mudarabah dalam perdagangan dengan seorang
wanita kaya bernama Khadijah.8
Pada saat itu, umat Islam telah mempraktikkan Musharakah
(kemitraan penuh) ketika mengoperasikan perusahaan komersial besar
dengan prinsip pembagian laba / rugi. Selain itu, Nabi Muhammad SAW
memungkinkan orang untuk menggunakan penjualan secara kredit (bai
salam) yang digunakan untuk membiayai konsumsi atau produksi tanpa
riba dan dia mendorong umat Islam untuk memberikan pinjaman penuh
kebajikan (Quard Hassan).9
Investasi dengan prinsip syariah didalam hukum islam telah
berlangsung di negara-negara Arab cepat menyebar untuk pedagang
Muslim maupun pedagang non-Muslim. Setelah kematian Nabi
Muhammad SAW, ekspansi besar Islam terjadi di seluruh Arab negara
bagian dan sebagian besar dunia non-Arab.
Negara Islam di 'zaman keemasan' ini dominan di tiga benua, Asia,
Afrika dan Eropa. Menurut Moore investasi ekonomi berdasarkan prinsip
syariah dengan sistem perdagangan islam selama empat abad setelah
kematian Nabi Muhammad SAW hingga mencapai Maroko dan Spanyol,
India, dan Cina di timur, Asia tengah di utara, dan Afrika di selatan.
Penerapan pada investasi islam di kalangan pengusaha saat itu
diterapkan di dalam praktek Mudarabah dan Musharakah. Praktek
investasi Islam terus berlanjut sebagian besar tidak berubah sampai awal
abad ke-19 .10 Pada abad ke-19, hampir semua negara Muslim jatuh di
bawah kendali kekuatan kolonial barat yaitu Prancis di Afrika Utara,
Inggris dan Prancis di Timur Tengah, Inggris di India sub-benua dan
Inggris dan Belanda di Asia Tenggara, yang secara efektif membagi
wilayah Islam dunia menjadi banyak negara kecil.

7
8
Kahf, M and Khan, T, Principles of Islamic Finance, Islamic Research and Training
Institute, Islamic Development Bank, No. 16, Jeddah, 1993 Hal 193
9
Kahf, M, Instruments of Meeting Budget Deficit in Islamic Economy, Islamic
Research and Training Institute, Islamic Development Bank, No. 42,Jeddah, 1997,
193
10
Warde, Islamic Finance in the Global Economy, Edinburgh University Press,
Edinburgh, 2000, Hal 200
4
Menurut Anwar bahwa pada pertengahan abad ke-19 hampir semua
daerah-daerah yang dikuasai oleh muslim jatuh ke tangan kekuasaan
kolonial Barat dan dengan demikian penerapan investasi keuangan yang
ada dan mematuhi pinsip syariah digantikan oleh sistem kapitalis.11 Sejak
saat itu sampai abad kedua puluh, sebagian besar ekonomi Muslim
didominasi oleh ekonomi tradisi dan sistem Eropa Barat.12 Namun, bank
komersial, perusahaan asuransi dan jenis perusahaan perantara lainnya
masih menggunakan metode Islam dari keuangan masih sering
dipraktikkan di antara individu Muslim.
Kemerdekaan negara-negara Arab dari kekuatan kolonial pada abad
kedua puluh, banyak ekonomi Islam juga menjadi lebih mandiri. Para
ekonom muslim mulai mempertimbangkan kembali penerapan keuangan
Islam ke dalam industri perbankan formal. Menurut Iqbal dan Molyneux
awal mula prinsip syariah islam dibangun dan diterapkan pada industri
perbankan dan Cairo yang merupakan negara pertama pendiri bank Islam
sekitar tahun 1971 dengan nama “Nasser Social Bank” yang
operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba).13
Berdirinya Nasser Social Bank, kemudian hari mendorong berdirinya
beberapa bank Islam lainnya seperti Islamic Development Bank (IDB) dan
the Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal
Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977. Bank ini
menyediakan sejumlah produk keuangan syariah, termasuk pinjaman tanpa
bunga untuk orang miskin, beasiswa pelajar dan usaha kecil kredit
berdasarkan pembagian laba / rugi. Ini diikuti oleh Bank Islam Dubai pada
tahun 1975 dan ekspansi cepat berikutnya.14
Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada investasi syariah selain
perbankan, juga telah dijalankan pada industri asuransi (takaful) dan
industri Pasar Modal (Pasar Modal Syariah). Pada pasar modal, prinsip
syariah telah diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan fund (Reksa
Dana). Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar
modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian
atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena

11
Anwar, A, Riba and Common Interest, Shafiq Press, Karachi, 1995, HaL 34
12
Metwally, M, Economic Consequences of Applying Islamic Principles in Muslim
Societies, Journal of Islamic Banking and Finance, Vol. 23, No.1, Hal. 11-33
13
Iqbal, Z, Islamic Financial System, Finance and Development, 1997, Vol 34, No
2, Hal. 42-45
14
El-Qorchi, M, Islamic Finance Gears Up, Finance and Development, Vol 42, No
4, 2005, Hal: 46-50.
5
instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah
mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih
berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan memenuhi prinsip
syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut
tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah islam. Ada
beberapa hal yang dilarang dalam syariah islam yaitu:
1. Alkohol;
2. Perjudian;
3. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi;
4. Pornografi;
5. Jasa keuangan yang bersifat konvensional;
6. Asuransi yang bersifat konvensional.

C. PRINSIP INVESTASI SYARIAH


Berbicara mengenai prinsip, Islam sangat hati-hati dalam memberikan
kriteria. Hal in disebabkan oleh karena prinsip merupakan hal yang paling
fundamental dalam menentukan hukum investasi kedepannya. Elemen
dasar didalam investasi syariah didalam Islam termasuk juga didalam
pembagian keuntungan dan risiko, transparansi dan berasaskan pada
prinsip keadilan. Prinsip-prinsip panduan tentang keuangan Islam
meliputi:15
1. Setiap pembayaran telah ditentukan pada awal perjanjian
2. Pemberi pinjaman dan peminjam harus saling bekerjasama dan berbagi
dalam keuntungan ataupun kerugian.
3. Prinsip riba atau bunga tidak diperbolehkan didalam islam.
4. Gharar (ketidakpastian, risiko atau spekulasi) juga dilarang.
5. Investasi seharusnya hanya mendukung praktik atau produk yang tidak
dilarang (atau tidak disarankan) oleh Islam.
Pontjowinoto, sebagaimana dikutib oleh Nurul Huda menawarkan
prinsip investasi syariah, yakni sebagai berikut:16
1. Transaksi harus dilakukan atas harta yang dapat memberikan nilai
manfaat, dan menghindari kezhaliman. Oleh karena itu, disetiap

15
Mohamad Zaid Mohd Zin, Ahamad Asmadi Sakat, Nurul Khairiah Khalid,
Nurfahiratul Azlina Ahmad, Mohd Roslan Mohd Nor, Azri Bhari, Saurdi Ishak and
Mohd Arip Kasmo, Products of Islamic Finance: A Shariah Compliance
Advancement, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol.5, No.12, Hal
479
16
Nurul Huda, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, 23-24.
6
transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hail
antara pihak-pihak yang bersangkutan
2. Uang sebagai alat tukar yang fungsinya adalah sebagai alat
pertukaran yang menginterpretasikan daya beli suatu barang atau
harta. Sementara manfaat yang ditimbulkan berdasarkan atas
pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.
3. Transparansi yang diterapkan dalam setiap transaksi. Hal ini
ditekankan untuk menghindari unsur penipuan yang mungkin
dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Kemungkinan resiko harus dikelola dengan baik. Hal ini dilakukan
supaya tidak menimbulkan resiko yang besar dan diluar
kemampuan penanggung resiko.
5. Dalam Islam, transaksi yang mengharapkan hasil, juga harus
bersedia menerima resiko.
6. Manajemen investasi harus didasarkan pada prinsip islam yang
memperhatiakan hak-hak manusia dan lingkungan, serta tidak
mengandung unsurspekulatif.

D.
NORMA-NORMA DALAM BERINVESTASI
Islam sebagai pedoman hidup yang didalamnya memuat sisi kehidupan
manusia, menawarkan inovasi-inovasi untuk menjalankan kehidupan
sesuai aturan Allah SWT. Termasuk dalam berinvestasi, Allah dan
Rasulullah memberikan rambu-rambu yang hendaknya diikuti oleh setiap
muslim. Adapun rabu-rambu tersebut adalah:17
1. Investasi yang dilakukan harus terbebas dari unsur riba. Riba
adalah kegiatan untuk menambah harta yang dimiliki oleh manusia
dengan cara membuat harta yang tadinya tidak ada, menjadi ada.
Hal ini sangat dikecam dalam konsep ekonomi islam.
2. Terhindar dari unsur gharar
3. Terhindar dari unsur judi(maisir)
4. Terhindar dari unsur haram. Investasi yang dilakukan oleh seorang
investor muslim diharuskan terhindar dari unsur haram. Kata
haram sendiri secara etimologi berarti melarang. Sesuatu yang
haram berarti sesuatu yang dilarang untuk dilakukan.
5. Terhindar dari unsur syubhat, dalam berinvestasi seorang investor
dianjurkan menjauhi aktivitas investasi yang bersifat syubhat. Jika
hal tersebut tetap dilakukan maka pada hakikatnya telah
terjerumus pada suatu yang haram, sebagaimana telah dinyatakan

17
Nurul Huda, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Hal 24-30.
7
oleh para ulama dan fuqaha dalam sebuah kaidah fiqh yang
menyatakan "Apabila berkumpul antara yang halal dan yang
haram, dimenangkan yang haram."

E. PRODUK- PRODUK DI DALAM INVESTASI SYARIAH


Menurut Grail terdapat beberapak produk didalam Investasi syariah
yaitu:18
1. Bagi Hasil Produk Keuangan
• Musharakah Ini adalah perusahaan patungan dimana semua
mitra perusahaan berkontribusi dalam pengelolaan dana dan
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam menjalankan
manajemen di dalam bisnis perusahaan tersebut. Keuntungan
di dalam perusahaan dibagi didalam perhitungan yang telah
disepakati di awal perjanjian dan kerugian yang dialami oleh
perusahaan dibagi didalam modal yang telah diinvestasikan.
Kontribusi dapat dilakukan dalam bentuk tunai atau barang.
• Mudarabah adalah pembagian bagi hasil yang sama besarnya.
Pada perjanjian mudarabah salah satu pihak menyediakan
modal 100% dan pihak lain mengelola modal tersebut.
Keuntungan pada perjanjian dibagi menurut perjanjian yang
telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang masih
harus dibayar ditanggung oleh penyedia modal saja. Mudarabah
sering digunakan untuk dana investasi, di mana investor
memberikan uang kepada bank Islam, di mana bank
berinvestasi mengenakan biaya-biaya manajemen.
• Pinjaman amal Qard Hasan tanpa bunga dan margin bagi hasil,
pembayaran melalui angsuran.
• Wakalah, bank berwenang untuk melakukan bisnis atas nama
kreditur atau peminjam.
• Hawalah, bank berwenang untuk melakukan sebagian dari
kewajiban pelanggan dengan imbalan atas biaya jasa.
2. Pembelian Produk Keuangan di Muka:
• Murabahah, Dapat dikategorikan ke dalam aset dan biaya plus
pembiayaan. Bank membeli barang yang telah diagunkan dan
menjualnya kembali dengan harga yang telah ditentukan lebih
tinggi kepada peminjam atau kreditur.,

18
Grail research, Overview of Islamic finance, an integreon company, 2007,Hal1
12-1
8
• Istithna’, Dapat dikategorikan ke dalam manufaktur berbasis
aset dan ditugaskan.
• Bay Bithaman al Ajil, adalah perjanjian pembelian kembali
(konsep Islam) yang digunakan dalam sewa-beli atau
pembelian asuransi.
• Mu'ajjal,- kontrak penjualan yang memungkinkan pembelian
dengan pengiriman yang ditangguhkan.
• Ijarah, Dapat dikategorikan ke dalam aset dan sewa guna.
Bank membeli dan menyewakan aset untuk biaya sewa, yang
meliputi biaya modal peralatan ditambah margin keuntungan.
Kepemilikan peralatan tetap berada di bank lessor dan dalam
hal terjadi sewa pembiayaan, ditransfer pada waktu yang
ditentukan sebelumnya ketentuan Itu tersedia di bawah sewa
operasi dan sewa pembiayaan (Ijara-wa-iktana).
• Tawarruq, Dapat dikategorikan menjadi aset dan monetisasi
komoditas.
3. Produk Deposit:
• Setoran Wadi'ah, termasuk rekening giro (giro wadi'ah).
• Produk deposito mudarabah berdasarkan bagi hasil antara
deposan dan bank, termasuk tabungan yang dapat ditarik kapan
saja dan produk deposito.
• Qard al-Hasanah- produk simpanan yang tidak dibayar, biasanya
untuk tujuan amal.
4. Produk Asuransi:
Takaful, adalah asuransi syariah. Takaful adalah asuransi
berdasarkan gotong royong, tanggung jawab, perlindungan dan
bantuan antar kelompok peserta. Ini adalah jenis asuransi koperasi
di mana anggota menyumbangkan sejumlah uang kepada
perusahaan. Setiap pemegang polis membayar premi kepada
perusahaan asuransi untuk membantu mereka yang membutuhkan
bantuan.
5. Sukuk:
Sukuk mirip dengan obligasi konvensional dengan perbedaan
bahwa ini adalah asset yang mewakili kepemilikan manfaat
proporsional dalam aset dasar. Pemegang sukuk berhak untuk
bagian dalam pendapatan yang dihasilkan dan dalam hasil realisasi
aset Sukuk.

9
F. RANGKUMAN
1. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini untuk
mendapatkan keuntungan dimasa depan.
2. Penanaman modal dapat diartikan sebagai segala bentuk
kegiatan penanaman modal baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal luar negeri untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
3. Salah satu hikmah zakat adalah mendorong untuk mendorong
setiap muslim melakukan investasi.
4. Manfaat melakukan investasi adalah menambah pendapatan
nasional, meningkatkan stabilitas penerimaan, menambah
lapangan pekerjaan, dan memanfaatkan bahan baku lokal.

G. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat.

I. PILIHAN GANDA
1. Kata investasi diadopsi dari Bahasa Inggris yakni invest,
sedangkan dalam Bahasa Arab disebut…
a. Maisir
b. Gharar
c. Ististmar
d. Riba’
2. Praktik investasi disinggung Allah SWT dalam surah…
a. Al-Hasyr 18
b. Al-Mukminun 14
c. Al-Baqarah 210
d. Al-Muzammil 12
3. Manfaat melakukan investasi salah satunya, kecuali…
a. Menambah pendapatan nasional
b. Meningkatkan stabilitas penerimaan
c. Menambah lapangan pekerjaan
d. Meningkatkan inflasi
4. Transaksi dalam investasi syariah harus dilakukan atas harta yang
memberikan nilai manfaat dan…
a. Menghindari kezhaliman
b. Menghindari hutang
c. Kebersamaan
d. Tolong-menolong
10
5. Salah satu prinsip investasi syariah yang harus diterapkan untuk
menghindari unsur penipuan adalah…
a. Ketertutupan
b. Transparansi
c. Waspada
d. Hati-hati
6. Kemungkinan resiko harus dikelola dengan baik dilakukan
supaya…
a. Harta dapat dikuasai
b. Mengembangkan harta
c. Tidak menimbulkan resiko yang besar
d. Menjadikan lebih kaya
7. Kegiatan untuk menambah harta yang dimiliki oleh manusia
dengan cara membuat harta yang tadinya tidak ada menjadi ada
disebut…
a. Mencuri
b. Riba’
c. Maisir
d. Gharar
8. Seorang investor muslim diharuskan terhindar dari unsur haram.
Kata haram sendiri secara etimologi berarti…
a. Melarang
b. Membolehkan
c. Baik
d. Indah

II. URAIAN
1. Sebutkan beberapa tujuan investasi yang harus diketahui oleh
investor !
2. Jelaskan investasi menurut pandangan Islam !

11
12
BAB II ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini,


diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan peranan zakat
sebagai instrumen investasi
syariah dan satu aspek penunjang
kesejahteraan masyarakat”.

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM


Setiap pribadi muslim mengakui bahwa zakat merupakan salah satu
tiang yang turut menyangga tegaknya Islam dan wajib untuk ditunaikan.
Dalam tataran rukun Islam, zakat adalah rukun yang ketiga. Menurut
sejarahnya, ada yang berpendapat bahwa kewajiban zakat ini sudah
diberlakukan sejak tahun kedua hijriah saat Nabi Muhammad SAW berada
di Madinah. Pendapat lain juga mengutarakan bahwa perintah zakat
diperintahkan bersama perintah zholat, yang pada saat itu Nabi
Muhammad SAW masih berada di Mekkah.19
Menurut Ibn Qudamah Abu Muhammad bin Abu Qutaibah
mendefinisikan bahwa zakat berasal dari beberapa kata, yakni:20
- Keberkahan (al-barakatu)
- Kesucian (ath-thaharatu)
- Bertumbuh dan berkembang (al-namaa)
- Pengembangan hartA (ziadah)
Kata zakat berasal dari akar kata zaka-yazku-zakatan yang berarti
tumbuh atau berkembang.21 Pengertian ini seperti ungkapan Abu Hanifah,
zaka al-zar’u yang berarti tanaman yang berkembang. Pemaknaan ini juga
terdapat dalam ungkapan Ali bin Abi Talib:
‫امالل تنقصه النفقة والعلم يزكو على اإلنفاق‬.

19
Gusfahmi, Pajak Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 103.
20
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, terj. Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
433.
21
Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Fiqih Zakat
Keuangan Kontemporer,(Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), 2017),1
13
Artinya: “Harta akan berkurang jika dibagikan, sedangkan ilmu akan
bertambah jika dibagikan (infakkan)” Selain itu, zakat bisa berarti sesuatu
yang baik atau suci (al-Salah), sebagaimana firman Allah berikut

ini:

Artinya: “Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan
kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa” (QS. Maryam:
13)
Zakat juga mempunyai arti memuji atau menganggap diri orang yang
َ ‫ش إِ َّّل اللَّ َم َم ۚ إِ َّن َربَّكَ َوا ِس ُع ْال َم ْغف َِرةِ ۚ ه َُو أ َ ْعلَ ُم ِب ُك ْم إِذْ أ َ ْن‬
suci. ‫شأ َ ُك ْم‬ َ ِ‫اْل ْث ِم َو ْالف ََواح‬
ِ ْ ‫الَّذِينَ َيجْ تَ ِنبُونَ َك َبائ َِر‬
َّ َ َ
‫سك ْم ۖ ه َُو أ ْعل ُم ِب َم ِن اتقَى‬ ُ ُ ْ َ ُّ ُ َ ُ
َ ‫ون أ َّم َها ِتك ْم ۖ فَال تزَ كوا أنف‬ ُ ِ ‫ض َوإِذْ أ َ ْنت ُ ْم أ ِجنة فِي بُط‬
ُ َّ َ ِ ‫مِ نَ ْاْل َ ْر‬

Artinya: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci (memuji diri).


Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS.
Annajm: 32)
Berdasarkan pengertian menurut Al Qur’an dan Hadis, maka dapat
disimpulkan bahwa zakat adalah landasan struktur keuangan dalam
ekonomi Islam yang salah satu prinsip dasar islam. Secara harfiah, zakat
berarti penyucian. Secara teknis berarti pembagian kekayaan untuk
diberikan dan digunakan oleh orang miskin yang membutuhkan. Didalam
terminologi modern, zakat adalah pajak yang dipungut dari umat muslim
yang relatif lebih kaya dan didistribusikan terutama di antara muslim yang
lebih miskin.22
Al-Qur'an dalam sejumlah contoh termasuk referensi untuk "... tetap
berdoa dan membayar zakat
Terdapat beberapa definisi zakat menurut para ulama, antara lain:
1. Madzab Maliki mendefinisikannya dengan, “mengeluarkan
sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah
mencapai satu nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)
kepada orangorang yang berhak menerimanya (mustahiq)-nya.
Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl
(setahun), bukan barang tambang dan pertanian.”23

22
Metwally, M, Economic Consequences of Applying Islamic Principles in Muslim
Societies, Journal of Islamic Banking and Finance, Vol 23, No 1, 2006, Hal11-33.
23
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: kajian berbagai madzab, terj. Agus Effendi,
Badruddin Fananny., Hal. 83
14
2. Madzab Hanafi mendefinisikan zakat dengan “menjadikan
sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai
milik orang yang khusus, yang ditemukan oleh syari’at karena
Allah SWT. Madzab Syafi’i, zakat adalah sebuah ungkapan
untuk keluarkannya harta atau tumbuh sesuai dengan cara
yang khusus.24
3. Menurut ulama Syafii, zakat adalah harta tertentu dengan sifat-
sifat tertentu yang diberikan kepada kelompok tertentu.25 Yang
dimaksud dengan kelompok tertentu adalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang
berhutang, pejuang dijalan Allah dan untuk mereka yang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah.
4. Madzab Hambali, zakat ialah hak yang wajib (dikeluarkan)
dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.26
Fiqh Islam merangkum bermacam-macam definisi yang beragkat dari
perspektif tokoh kedalam beberapa pengertian sebagai berikut:
- Melaksanakan hak yang diwajibkan atas harta tertentu yang
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang kewajibannya
didasari oleh batas waktu (haul) dan batas minimum (nishab)
- Hak yang wajib dipenuhi bagi harta tertentu dan waktu tertentu
Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Sebagaimana telah
dijelaskan diatas, bahwa Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, yang
oleh sebabnya hukum zakat adalah wajib atas setiap umat muslim yang
memenuhi syarat tertentu. Dalam Al-Qur an telah dijelaskan bahwa
urgensi zakat yang kemudian menjadi dasar hukum pemenuhan zakat.
Adapun dasar hukum zakat yakni sebagai berikut:
1. Surat An-Nuur ayat 56.
َ‫سو َل لَعَلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون‬ َّ ‫الزكَاةَ َوأَطِ يعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا الص َََّلةَ َوآت ُوا‬

24
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: kajian berbagai madzab, terj. Agus Effendi,
Badruddin Fananny., Hal. 84
25
An-Nawawi, Al-Majmu' Sharh Al-Muhazzab, Beirut: DanilKutub Al- 'Ilmiyyah,
2007, Hal 324
26
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: kajian berbagai madzab, terj. Agus Effendi,
Badruddin Fananny., Hal. 84
15
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.

2. Surat Al-An’am ayat 141


ُ‫ع ُم ْخت َ ِلفًا أ ُ ُكلُه‬ َّ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َو‬
َ ‫الز ْر‬ ٍ ‫غي َْر َم ْع ُروشَا‬َ ‫ت َو‬ ٍ ‫ت َّم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫شأ َ َجنَّا‬
َ ‫َوه َُو الَّذِي أَن‬
ُ َّ ْ َ َ َ ُ َ َ
‫الر َّمانَ ُمتشَابِ ًها َوغي َْر ُمتشَا ِب ٍه ُكلوا مِ ن ث َم ِر ِه إِذا أث َم َر َوآت ُوا َحقه يَ ْو َم‬ َ ُّ ‫الز ْيت ُونَ َو‬ َّ ‫َو‬
َ‫س ِرفِين‬ ْ
ْ ‫ب ال ُم‬ َّ ُ
ُّ ِ‫س ِرفوا إِنهُ ََل يُح‬ ْ ُ ‫َحصَا ِد ِه َو ََل ت‬
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan.
3. Surat At-Taubah ayat 103
َ‫علِيم‬
َ ‫َّللاُ سَمِ ي ٌع‬ َّ ‫س َك ٌن لَّ ُه ْم َو‬
َ َ‫علَ ْي ِه ْم إِنَّ ص َََلت َك‬ َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُرهُ ْم َوت َُزكِي ِهم بِهَا َوص َِل‬ َ ‫ُخ ْذ مِ نْ أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
4. Al-Bayyinah ayat 5
َ‫الزكَاةَ َوذَ ِلك‬ َّ ‫ِصينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الص َََّلةَ َويُؤْ ت ُوا‬ َ َّ ‫َو َما أُمِ ُروا إِ ََّل ِليَ ْعبُدُوا‬
ِ ‫َّللا ُم ْخل‬
َ‫دِي ُن ا ْلقَيِ َمة‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Hal-hal yang terpaparkan diatas merupakan dasar hukum zakat
dari Al-Quran. Mengenai landasan hukum yang dijadikan acuan
pelaksanaan zakat di Indonesia terdapat pada Undang-Undang No. 23
tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

B. KEUTAMAAN DAN HUKUM ZAKAT


Zakat merupakan satu aspek penting yang juga menyokong tegaknya
syariah Islam. Dewasa ini tidak sedikit yang memandang remeh mengenai
zakat. Isu krusial yang sering terdengar adalah bahwa dengan menunaikan
zakat akan berakibat berkurangnya kuantitas harta seseorang. Pada

16
dasarnya, hal ini merupakan sebuah kesalahan dalam berpikir. Zakat
sebagaimana dijelaskan di banyak literature memiliki definisi mensucikan
bahkan ziyadah yakni bertambahnya harta. Atas dasar hal ini perlu
diketahui tentang apasaja keutamaan zakat, dan hukum menunaikannya.

1. Keutamaan Zakat
Sebagaimana telah disinggung, bahwa salah jika dengan
membayarkan zakat akan mengurangi kuantitas harta seseorang.
Karena zakat berkenaan dengan syariah yang sifatnya transenden.
Berikut ini adalah beberapa keutamaan zakat, yang diantaranya adalah:
a. Zakat merupakan salah satu ciri ketundukan dan
kepatuhan terhadap syariah Islam. Hal ini berdasarkan
pada Firman Allah Surat At-Taubah ayat 11 yakni:
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫ِين َونُفَ ِص ُل ْاْليَا‬ َّ ‫فَ ِإن ت َابُوا َوأَقَا ُموا الص َََّلةَ َوآت َُوا‬
ِ ‫الزكَاةَ فَ ِإ ْخ َوانُ ُك ْم فِي الد‬
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-
saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi kaum yang mengetahui.
b. Berzakat mampu menimbulkan keinginan untuk
membersihkan diri dan harta dari sifat rakus, egois, tamak
supaya lebih khusyu’ dalam upaya mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
c. Karakter khas orang yang bertakwa kepada Allah SWT
d. Menolong dan membantu golongan fakir miskin kearah
hidup yang lebih baik dan sejahtera
e. Sebagai salah satu sumber dana pembangunan yang
dimiliki umat Islam
f. Mempererat tali silaturahim antar sesama umat Islam
g. Menghilangkan kesenjangan bagi si kaya dan si miskin.

2. Hukum Zakat
Dalam Al- Qur an Surat Al-Bayyinah ayat 5 disebutkan:
َ‫الزكَاةَ َوذَ ِلك‬
َّ ‫ِصينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الص َََّلةَ َويُؤْ ت ُوا‬ َ َّ ‫َو َما أُمِ ُروا إِ ََّل ِليَ ْعبُدُوا‬
ِ ‫َّللا ُم ْخل‬
َ‫دِي ُن ا ْلقَ ِي َمة‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Melalui zakat, kita dapat mendapatkan beberapa keutamaan-
keutamaan yang belum tentu bisa didapatkan pada ibadah yang lain.

17
Hal ini ditambah dengan zakat yang merupakan rukun Islam yang
ketiga. Sehingga zakat ini sifatnya wajib bagi setiap muslim.
Kendatipun demikian, di Indonesia ini kewajiban untuk
menunaikan zakat masih sebatas wajib menurut agama, meski dalam
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
dalam pasal 2 disebutkan bahwa Setiap warga negara Indonesia yang
beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim berkewajiban menunaikan zakat.” Akan tetapi klausul ini masih
belum secara efektif menerangkan bahwa zakat memang kewajiban
berdasarkan undang-undang.27
C. OBYEK ZAKAT
Di dalam Islam dijelaskan bahwa zakat ada dua macam; zakat
fitrah dan zakat mal berupa harta benda. Adapun obyek zakat atau
jenis-jenis harta yang dapat menjadi sumber zakat dan telah dijelaskan
secara terperinci di dalam al-qur’an dan hadits adalah:
1. Emas dan Perak
Menurut Ijma’ diantara para ulama bahwa emas dan perak
merupakan harta yang wajib dibayarkan zakatnya. Hal ini
berdasarkan pada dalil al-qur’an dan hadits.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, 60 Sesungguhnya


sebahagian besar dari orangorang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-
orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. pada
hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu

27
Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap, (Jakarta: Erlangga, 2016), Hal.11.
18
simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. Attaubah: 34-35)
Tetapi, harta yang ditimbun tidak wajib untuk diberikan zakat,
Hal ini tertuag didalam hadist nabi :
Rasulullah SAW bersabda:
‫ما أديت زكاته فليس بكنز‬: ‫قال رسول هلال صلى هلال عليه وسلم‬.
Artinya: Harta yang dizakati maka tidak termasuk harta yang
ditimbun”.
Ayat dan hadits hadits tersebut menegaskan bahwa kewajiban
seorang muslim untuk membayar zakat emas dan perak dan
larangan untuk menimbunnya tanpa mengeluarkan zakatnya.
Adapun kewajiban membayarkan zakat emas dan perak apabila
telah memenuhi syarat-syarat zakat dan juga telah mencapai nisab
dan haul. Nisab emas dan perak menurut jumhur ulama fikih
adalah 20 dinar untuk emas, dan 200 dirham
untuk perak. karenanya tidak wajib zakat apabila harta emas dan
perak yang dimiliki kurang dari jumlah tersebut. Kecuali jika
pemilik harta memilki perak atau harta dagangan lain untuk
menutupi kekurangan dari jumlah nisab tersebut. Ketentuan nisab
tersebut berdasarkan pada hadits Rasulullah SAW:
- ‫فإذا كانت لك مائتا درهم وحال عليها الحول ففيها خمسة دراهم وليس عليك شىء‬
‫ حتى يكون لك عشرون دينارا فإذا كان لك عشرون دينارا وحال عليها‬- ‫يعنى فى الذهب‬
‫ الحول ففيها نصف دينار فما زاد فبحساب ذلك‬.
Artinya: “Jika kamu memiliki 200 dirham dan telah mencapai haul
(satu tahun putaran), maka zakatnya adalah 5 dirham. Adapun
zakat emas apabila kamu telah memiliki 20 dinar dan telah
mencapai haul (satu tahun
62 putaran), maka zakatnya adalah setengah dinar. Lalu jika lebih
maka bayarkan sesuai dengan jumlahnya”. HR. Imam Abu Dawud
no.1575, kitab al-zakah, bab fi zakah alsaimah.
2. Hewan Ternak
Kewajiban zakat hewan di dalam Islam hanya terbatas pada
tiga jenis hewan yaitu onta, sapi dan kambing. Rasulullah SAW
hanya menyebutkan tiga jenis tersebut, karena onta, sapi dan
kambing memiliki banyak manfaat, dan perkembangan serta
pertumbuhan ketiga hewan tersebut tergolong cepat dan oleh
karenanya para ulama sepakat hanya onta, sapi, dan kambing

19
hewan ternak yang wajib zakat. Adapun selain tiga jenis tersebut
seperti kuda, bighal, keledai dan lainnya tidak wajib zakat.28
Didalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah AlKuwaitiyah
terdapat dua syarat hewan yang dapat dijadikan sebagai
kurbanyaitu:
1. Hewan tersebut digembalakan di padang gembala yang bebas
dalam mencari makan. Karenanya jika hewan tersebut
dikandangkan atau diberi makan di kandang dan tidak
digembalakan maka tidak ada kewajiban zakat atas hewan
tersebut, hal ini adalah pendapat ulama mazhab hanafi, syafii
dan hambali. Demikian karena hewan yang diberi makan di
kandang (ma’lufah) membutuhkan biaya yang berlipat ganda
dan syarat nama’ (harta berkembang) pada zakat tersebut
menjadi hilang.29
2. Hewan yang dapat dizakatkan tidak untuk dipekerjakan
(‘amilah) seperti onta yang difungsikan untuk angkut barang
atau tunggangan, membajak dan menyiram Sawah.
Penggunaan hewan untuk kerja atau penggembalaan
menambah manfaat bagi pemiliknya, maka hal itu tidak
menghalangi wajib zakat pada hewan tersebut, malah
menguatkan kewajiban itu.
3. Zakat Hasil Pertanian dan Perkebunan
Hasil pertanian adalah segala tanaman yang ditanam oleh
manusia hingga sampai waktu untuk dapat dipanen.30 Adapun hasil
pertanian yang wajib zakat adalah apa yang telah disepakati para
ulama kewajibannya berdasar hadits Rasulullah SAW yaitu
tepung, gandum, korma dan anggur. Sebagaimana dalam hadits
marfu’ yang diriwayatkan Abdullah bin amru :
‫الزكاة في الحنطة والشعير والتمر والزبيب‬.
Artinya: “(kewajiban) zakat pada gandum, tepung, kurma dan
anggur”. (HR. Darquthni).
Zakat pertanian dan perkebunan dikeluarkan apabila telah
mencapai nisab yaitu yaitu 5 wasaq atau sekitar 6,5 kwintal (650
kg) hasil panen dan dikeluarkan 10 % apabila disiram dengan air

28
An-Nawawi, Al-Majmu' Sharh Al-Muhazzab, Beirut: DanilKutub Al- 'Ilmiyyah,
2007, Hal 337.
29
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 23/251
30
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Kitab al-Tib, Penerbit : Kementerian
Wakaf dan Urusan Agama Kuwait Cetakan : Kedua, 1983, hlm 349
20
hujan dan tanpa biaya penyiraman, sedangkan sebanyak 5 %
apabila menggunakan biaya dalam pengairan. Zakat pertanian dan
perkebunan ini dikeluarkan setiap kali panen.
4. Harta Perdagangan
Barang perdagangan adalah segala barang yang diperuntukkan
untuk jual-beli atau perdagangan dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan.31 Barang perdagangan tersebut meliputi semua jenis
harta selain uang seperti mobil, pakaian, kain, besi, kayu, dan
benda-benda lainnya yang diperdagangkan. Barang Dagangan
tersebut juga segala jenis yang diperdagangkan baik berupa jenis
yang wajib dizakatkan seperti onta, sapi, kambing, atau lainnya
seperti pakaian, keledai, dan bighal.32
Zakat harta perdagangan wajib dibayarkan apabila telah
mencapai nisab emas yaitu 20 dinar atau 200 dirham perak. Dan
dibayarkan sebesar 2,5 % setelah sampai haul.
5. Zakat Barang Konsumtif
Barang konsumtif adalah harta yang tidak dapat digunakan
untuk jual beli dan bukan barang kebutuhan sehari-hari akan tetapi
hanya diambil manfaat dan hasilnya dengan menjual atau
menyewa jasa dari barang tersebut seperti gedung, apartemen,
pabrik, pesawat, kapal laut, mobil dan lain-lain yang diambil
keuntungan dan hasilnya.33
Menurut para Ulama zakat barang konsumtif disebut dengan
Ghallah. Ghallah adalah keuntungan karena sesuatu yang
diperoleh dari kemanfaatan atau hasil perdagangan yaitu kelebihan
dari modal.34
6. Zakat atas Inventori Industri
Inventori produksi adalah semua jenis barang yang sudah
selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan, akan tetapi sampai

31
Hashiyah al-rawd al-murbi’ sharh zad al-mustaqni’. N.P.: Dar al-Fikr, Al-Jaziri, A.
R, 1990, Hal. 620.
32
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Kitab al-Tib, Penerbit : Kementerian
Wakaf dan Urusan Agama Kuwait Cetakan : Kedua, Tahun terbit : 1983, Hal 267.
33
Al-Misbah al-Munir, 215, 452, Mu’jam al-Mushtalahat alIqtishadiyah fi Lughat
al-Fuqaha, 177, 261, Tandzim Wa Muhasabah al-Zakat fi Tathbiq al-Mu’ashir, 111,
Wa al-Khadamat al-Ististmariyah fi al-Masharifi Wa Ahkamiha fi al-Fiqhi Al Islami,
1/381.
34
Buhus Bait al-Zakat al-Kuwaiti fi Nadwatihi al-Khamisah, 377 dan 427, Majalah
Majma’ al-Fiqhi al-Islami, cet. 2, 1/117, 143 dan 197
21
tiba masa haul barang tersebut belum terjual.35 Yang termasuk di
dalam inventori produsi adalah semua jenis barang dan jasa yang
tidak melanngar prinsip-prinsip syariah. Barang industri
merupakan barang dagang, maka wajib dikeluarkan zakatnya
berupa zakat dagang. Adapun cara penghitungan zakatnya sesuai
dengan harga pasar dan dilakukan jika sudah tiba masa haul dan
telah mencapai nisab.
Barang industri yang belum terjual dalam jangka waktu
setahun, dan pada saat tiba masa haul barang tersebut masih berada
ditangan pemiliknya, maka penghitungan zakatnya dengan melihat
bahan bakunya tanpa melihat nilai produksi yang disebabkan oleh
proses produksi. Hal tersebut berdasarkan pada alasan bahwa harta
perniagaan merupakan barang yang dibeli dengan tujuan untuk
dijual kembali, sedangkan nilai produksi berasal dari usaha
produsen, sehingga tidak diwajibkan zakat kecuali sudah mencapai
haul.36
7. Zakat Bahan Penunjang Produksi
Bahan penunjang industri adalah barang yang dimanfaatkan
dalam proses produksi tetapi bukan bagian dari bahan baku utama
untuk produk yang dihasilkan. Seperti peralatan untuk perawatan
mesin, bahan bakar, minyak, deterjen dan lain-lain.37 Bahan baku
industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:38
1. Bahan aditif (tambahan), yaitu bahan industri yang tetap ada
pada suatu produk, dan ikut terjual bersama dengan
produk.Bahan jenis ini, wajib dizakati sesuai dengan harga
pasar, seperti telah dijelaskan sebelumnya.
2. Bahan penunjang, yaitu bahan yang memiliki peran penting
dalam proses produksi, akan tetapi tidak menetap bersama
produknya, seperti bahan pembersih dan bahan bakar. Bahan
seperti ini tidak wajib dizakati, karena bahan seperti ini dibeli
dengan tujuan dimanfaatkan, bukan untuk dijual, sehingga
tidak termasuk barang dagang.

35
Dalil al-Irshadat li Hisabi Zakat al-Shirkat, 25, Qadhaya alZakat al-Mu’asirah,
238, 313
36
a Qadhaya al-Zakat al-Mu’ashirah1/52, Buhuts fi Zakat (h. 171)
37
Buhuts fi Zakat (h. 174), Dalil al-Irsyadat li Hisab Zakat al-Syirkat (h. 55),
38
Al-Mabsuth 2/198, Al-‘Inayah Syarh al-Hidayah 2/164, alFuruq 1/79, Tuhfah al-
Muhtaj 3/297, Hasyiah Qalyubi wa ‘Umairah 2/35, Syarh Muntaha al-Iradat
1/437, Kasyaf al-Qana’ 2/244
22
D. JENIS ZAKAT
Secara garis besar, zakat dibagi menjadi dua, yakni:
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang dikeluarkan pada saat
menjelang hari raya Idul Fitri. Hukum zakat fitrah ini adalah
wajib.
2. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat yang berkaitan dengan kepemilikan
terhadap harta tertentu dan memenuhi syarat tertentu. Adapun
zakat mal meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Zakat Emas dan Perak
Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila
sudah mencapai syarat-syarat yang berlaku pada keduanya.
Kewajiban ini Syarat yang berlaku bagi keduanya adalah
apabila telah mencapai haul dan nishab yang telah ditentukan.
Adapun nishab untuk emas adalah 20 mistqal atau 20 dinar.
Sedangkan nishab untuk perak adalah 200 dirham.
b. Zakat Binatang Ternak
Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja
dipelihara dan dikembangbiakan agar menjadi bertambah
banyak dan mendapat keuntungan lebih.39 Jumhur ulama’
sepakat bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah unta, sapi/kerbau dan kambing. Hal ini berangkat dari
argumentasi bahwa hewan tersebut diternakkan untuk tujuan
pengembangan (namma') melalui susu dan anaknya, oleh
sebab itu harus dikenakan beban tanggungan.
c. Zakat hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan)
Apabila sudah memenuhi persyaratan, Tanaman, tumbuhan,
buah-buahan dan hasil pertanian lainya wajib dikeluarkan
zakatnya. Syarat utama zakat pertanian bahan-bahan pokok
adalah mencapai nishab yaitu 5 wasaq yang setara dengan 750
kg. Apabila zakat pertanian selain bahan pokok seperti buah-
buahan dan lain-lain, maka zakatnya adalah harga hasil
pertanian non bahan pokok disetarakan dengan harga hasil

39
Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infaq dan Sedekah, (Semarang:
Tafakur, 2002), 139.
23
pertanian bahan pokok.40 Mayoritas ulama’ bersepakat bahwa
kadar zakat yang wajib dikeluarkan terhadap zakat hasil
pertanian adalah 1/10 atau 10% pada tanaman yang disiram
dengan tanpa biaya, akan tetapi jika tanaman disiram dengan
mengunakan biaya maka kadar zakatnya 1/20 atau 5%.
d. Zakat profesi
Zakat profesi merupakan segala jenis pekerjaan, baik
swasta atau dibawah naungan pemerintah yang dijadikan
matapencaharian. Adapun nishabnya diqiyaskan dengan emas
yakni 85 gram. Sedangkan kadar zakat yang wajib dikeluarkan
adalah 2,5%.41
e. Zakat perniagaan
Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang
disiapkan untuk diperjualbelikan dengan tujuan agar
mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki harus
merupakan hasil usaha sendiri. Adapun syarat utamanya
adalah niatnya adalah menjual suatu komoditas tertentu,
nishabnya sama dengan 85 gram emas, dan halnya telah
mencapai satu tahun.
f. Rikaz
Rikaz adalah harta karun. Barang-barang yang
ditemukan tanpa ada yang mengaku sebagai pemiliknya juga
termasuk tergolong kedalam rikaz Zakat rikaz adalah sebesar
20% dan tidak di persyaratkan sampai 1 tahun karna wajib di
keluarkan zakatnya pada saat di dapat.42
g. Barang tambang
Sebagian ulama berbeda pendapat mengenai ma’din
atau barang tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Menurut madzhab Ahmad, barang tambang yang wajib zakat
adalah segala hasil bumi yang berharga dan tercipta
didalamnya seperti : emas, perak, besi, tembaga, timah, aspal
dan lainya. Sedangkan menurut Abu Hanifah kewajiban zakat

40
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:Kencana,
2010), 414.
41
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat; Mengkomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), 75.

42
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002), 34.
24
terhadap barang tambang hanya pada semua barang yang lebur
dan dapat dicetak seperti: emas, perak, besi, tembaga dan
lainya.43

E. INSTRUMEN INVESTASI ZAKAT DEMI


KEMASLAHATAN UMAT
Zakat yang dibayarkan oleh muzakki atau wajib zakat kepada
mustahiq dengan beberapa tujuan. Seperti di bidang moral, zakat dapat
menghilangkan keserakahan. Dalam bidang sosial, zakat memberikan
stimulus umat muslim untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Pada
bidang ekonomi yakni mengurangi adanya kesenjangan antara golongan
kaya dan golongan miskin. Implementasi dari tujuan ini adalah dengan
memberikan zakat yang berbentuk uang tunai kepada para mustahiq.
Bentuk pendistribusian zakat berupa uang tunai yang dilakukan
oleh amil dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yakni zakat konsumtif
dan zakat produktif. Pengertian dari zakat konsumtif adalah zakat yang
dananya digunakan diperuntukan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
oleh para penerima zakat. Bentuk pemenuhan kebutuhan pokok ini antara
lain untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman,
membayar biaya tempat tinggal, ataupun menutupi utang. Namun, efek
yang dirasakan masyarakat hanya saat menerima zakat saja.
Berbeda dengan zakat produktif yaitu zakat yang dananya tidak
hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari para mustahiq,
akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang memiliki efek jangka
panjang bagi masyarakat. Zakat dapat dikatakan sebagai investasi masa
depan yang akan memberikan kemaslahatan jangka panjang bagi para
penerimanya. Tentunya, hal ini akan mampu memberikan kemandirian
pula kepada para penerima zakat.
Menurut Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No. 23 tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat, Zakat dapat didayagunakan untuk usaha
produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat. Maksudnya, pelaksanaan zakat produktif telah memiliki payung
hukum untuk diterapkan. Realitasnya, BAZNAS menjadi leader
penyaluran zakat nasional telah melakukan bukti nyata dalam
mengembangkan zakat produktif salah satunya dalam program Zakat
Community Development (ZDC). Dalam program ini, BAZNAS

43
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Mahyuddin Syaf Jilid 3, (Bandung: Al-Ma’arif,
1988), 74.
25
melakukan penyaluran dana zakat dalam beberapa bidang, yakni ekonomi,
pendidikan, dakwah, kesehatan, dan sosial. 44
BAZNAS berupaya melakukan penyaluran zakat produktif di
bidang ekonomi melalui pemberian dana modal untuk Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yang memiliki potensi untuk berkembang.
BASNAZ turut memfasilitasi mentor pelatihan bagi para masyarakat yang
sedang menjalankan usaha sehingga terdapat kontrol pada teknis
pelaksanaan dan mempercepat akselerasi dari perkembangan usaha
masyarakat setempat. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian
ekonomi pada masyarakat kecil di Indonesia.
Selain dalam bidang ekonomi, BAZNAS juga menyalurkan zakat
produktif di bidang pendidikan. Dana zakat disalurkan dengan
memberikan beasiswa pendidikan kepada anak-anak dari keluarga yang
tidak mampu. Pemberian beasiswa ini bertujuan agar dengan pendidikan
yang diberikan, anak-anak tersebut nantinya akan menjadi generasi
penerus yang dapat menyelamatkan kehidupan keluarganya di masa depan.
Dalam pemanfaatannya, zakat produktif selain dapat membantu
masyarakat kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga dapat
membangun kemandirian masyarakat dalam jangka panjang yang
tujuannya adalah untuk mengentaskan masyarakat dari jurang kemiskinan.
F. RANGKUMAN
1. Ditinjau dari aspek kebahasaan, Ibn Qudamah mendefinisikan
zakat kepada 4 hal, yakni keberkahan, kesucian, tumbuh dan
berkembang, dan pengembangan harta.
2. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat, Zakat adalah harta yang wajib disisihkan
oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
3. Hukum zakat bagi seorang muslim adalah wajib.
4. Tujuan dan keutamaan zakat, di bidang moral dapat meredam
keserakkahan. Di bidang sosial, zakat melatih membiasakan
diri untuk saling tolong menolong antar sesama, dan di bidang
ekonomi dapat menghapus kesenjangan antara si kaya dengan
si miskin.
5. Zakat dibagi menjadi dua, yakni zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat mal meliputi, zakat emas perak, zakat hewan ternak,

44
PUSKASBAZNAS 2019
26
zakat perniagaan, zakat pertanian, zakat profesi, zakat
pertammbangan dan Rikaz.
6. Berkaitan dengan instrument investasi syariah, pemberlakuan
zakat di Indonesia dalam hal pendistribusiannya dibagi
menjadi dua, yakni zakat konsumtif dan zakat produktif.
7. Zakat konsumtif adalah Zakat yang digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, yang tidak memiliki
efek panjang kedepan.
8. Zakat Produktif adalah zakat yang memiliki efek jangka
panjang yang sifatnya membangun kemandirian guna
mensejahterakan masyarakat.

G. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat!

I. PILIHAN GANDA
1. Dibawah ini yang tidak sesuai dengan definisi zakat
menurut bahasa adalah …
a. Keberkahan
b. Kesucian
c. Tumbuh dan Berkembang
d. Kerugian
2. Dibawah ini yang merupakan keutamaan zakat adalah,
kecuali …
a. Menolong dan membantu golongan fakir miskin
kearah hidup yang lebih baik dan sejahtera
b. Sebagai salah satu sumber dana pembangunan
yang dimiliki umat Islam
c. Membangun pola pikir masyarakat untuk
menghamburkan kekayaan.
d. Menghilangkan kesenjangan bagi si kaya dan si
miskin.
3. Hukum zakat bagi orang yang memiliki emas selama
9 bulan yang telah mencapai nishab adalah …
a. Wajib
b. Mubah
c. Haram
d. Sunnah
4. Hukum zakat bagi orang yang tidak memiliki
pekerjaan dan dan penghasilan tetap adalah …

27
a. Sunnah
b. Wajib
c. Haram
d. Mubah
5. Nishab zakat emas dan perak adalah …
a. 200 dinar dan 200 dirham
b. 200 mitsqol dan 20 dinar
c. 200 mitsqol dan 200 dirham
d. 20 dinar dan 200 dirham
6. Landasan hukum pelaksanaan zakat di Indonesia
terdapat pada …
a. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 jo.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
7. Dalam kaitannya dengan investasi syariah, zakat
ditinjau dari pendistribusiannya dibagi menjadi dua
yakni …
a. Amil dan Faqir
b. Amil pusat dan Amil daerah
c. Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif
d. Lembaga Negara dan Yayasan
8. Diaspora fungsi zakat meliputi beberapa bidang,
kecuali …
a. Sosial
b. Perbankan
c. Ekonomi
d. Moral

II. URAIAN
Dewasa ini begitu banyak lembaga amil zakat,
baik yayasan maupun nasional. Lakukanlah penelitian
tentang peran lembaga zakat tersebut dalam memajukan
masyarakat setempat! Kemudian presentasikan dan
diskusikan bersama temanmu!

28
BAB III INFAK DAN SEDEKAH SEBAGAI INSTRUMEN
INVESTASI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran mengenai


Infak dan Sedekah ini,
diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan instrument investasi
syariah. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan mampu berpikir kritis
dan menghasilkan inovasi dalam
menyongsong masa depan infak
dan sedekah yang berarti bagi
bangsa”

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM INFAK DAN


SEDEKAH
1. Pengertian Infak dan Sedekah
a. Infak
Secara terminologi, infak berasal dari kata anfaqa yang
berarti mengeluarkan sesuatu untuk tujuan tertentu.
Sementara menurut istilah syariah, infak berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan agama islam. Jika pada bab sebelumnya kajian
zakat ada nisabnya, maka infak dan sedekah terbebas dari
nisab. Infak bisa dilakukan oleh siapapun, baik yang
berpenghasilan rendah maupun tinggi.45 Dalam konteks
hukum pelaksanaannya, Infak ada yang wajib ada juga yang
sunnah. Infak merupakan kewajiban diantaranya kafarat,
nadzar, zakat dan lain lain. Infak menjadi sunnah diantaranya
infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam
dan lain lain. Berbeda dengan zakat, peruntukan dana infak
dapat diberikan kepada siapapun meskipun tidak termasuk
dalam delapan asnaf.

45
Muhammad Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2009), 12
29
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat disebutkan bahwa Infak
adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan
usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Dengan
Undang-Undang ini juga pelaksanaan infak di Indonesia
memiliki payung hukum.

b. Sedekah
Secara bahasa, Sedekah berasal dari kata shadaqa yang
berarti benar. Dari sini timbullah asumsi bahwa orang yang
rajin bersedekah berarti benar pengakuan imannya. Sementara
secara terminologis, sedekah sama dengan infak, yakni
mengeluarkan sebagaian harta aatau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama.
Begitu juga sedekah merupakan pemberian yang dikeluarkan
secara sukalera kepada siapa saja, tanpa nisab dan tanpa
adanaya aturan waktu yang mengeikat. Perbedaannya, infak
lebih pada pemberian yang sifatnya materi, sedangkan
sedekah mempunyai makna yang lebih luas, baik dalam
bentuk pemberian yang bersifat materi maupun non materi.46
Selaras dengan hal diatas, Pasal 1 angka 3 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
menyebutkan bahwa harta atau nonharta yang dikeluarkan
oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum.

B. Dasar Hukum Infak dan Sedekah


Berikut ini adalah dasar hukum Infak dalam Surah Al-Baqarah
ayat 267:
‫ض ۗ َو ََل تَيَ َّم ُموا‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َومِ َّما ا َ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمنَ ْاَلَ ْر‬
َ ‫ت َما َك‬ َ ْ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ا َ ْن ِفقُ ْوا مِ ن‬
ِ ‫طيِ ٰب‬
َ َ ‫ست ُ ْم بِ ٰاخِ ِذ ْي ِه اَِل ا َنْ تُغمِ ض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعل ُم ْوا ا َنَّ ه‬
َ‫َّللا غنِ ٌّي َحمِ ْي ٌد‬ َ ْ َّ ْ َ‫ْث مِ ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َول‬ َ ‫ا ْل َخبِي‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)

46
Faizin, Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Sedekah: Perspektif Lembaga
Dakwah Islamiyah Indonesia, Kontekstual, Vol. 30, No.2, 2015, 186.
30
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha
Terpuji.”

Untuk landasan hukum pelaksanaan sedekah terdapat dalam


Surah Al-Baqarah Ayat 177, yakni sebagai berikut:
‫اّٰلل َوا ْليَ ْو ِم‬ ِ ‫ب َو ٰل ِكنَّ ا ْلبِ َّر َمنْ ٰا َمنَ بِ ه‬ ِ ‫ق َوا ْل َم ْغ ِر‬ ِ ‫ْس ا ْلبِ َّراَٰۤنْ ت َُولُّ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم قِبَ َل ا ْل َمش ِْر‬ َ ‫لَي‬
ْ ٰ ْ ُ ْ َ ٰ
َ‫ب َوالنبِ ّٖينَ ۚ َوات َى ال َما َل عَلى ُحبِه ذ ِوى الق ْر ٰبى َواليَتمٰ ى َوال َم ٰس ِك ْين‬ ْ ٰ َّ ٰ ْ ٰ ْ
ِ ‫اَلخِ ِر َوال َمل ِٕى َك ِة َوال ِكت‬ ْٰ
َ‫الز ٰكوةَ ۚ َوا ْل ُم ْوفُ ْونَ بِعَ ْه ِد ِه ْم اِذا‬ ٰ ٰ
َّ ‫ب َواَقا َم الصَّلوةَ َوات َى‬ َ َ
ِ ۚ ‫الرقا‬ ٰۤ َّ ‫سبِ ْي ِۙ ِل َوال‬
ٰٰۤ ٰٰۤ ِ ‫فى‬ ِ ‫سا ِٕى ِل ْينَ َو‬ َّ ‫َوا ْبنَ ال‬
‫ول ِٕىكَ هُ ُم‬ ُ ‫ص َدقُ ْوا َۗوا‬
َ َ‫ول ِٕىكَ الَّ ِذ ْين‬ ُ‫س ا‬ۗ ِ ْ ‫س ٰۤاءِ َوالض ََّّر ٰۤاءِ َوحِ ْينَ ا ْلبَأ‬
َ ْ ‫ص ِب ِر ْينَ فِى ا ْلبَأ‬ ‫عَا َهد ُْوا ۚ َوال ه‬
َ‫ا ْل ُمتَّقُ ْون‬
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang
beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan
menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila
berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan
dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Untuk dasar hukum pelaksaan zakat, infak dan sedekah di
Indonesia telah mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat.

C. PERBEDAAN ANTARA ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH


Tinjauan perbedaan antara Zakat, Infak dan Sedekah akan dipaparkan
melalui tabel berikut:
NO ASPEK ZAKAT INFAK SEDEKAH
1 Hukum Wajib Wajib dan Sunnah
Sunnah
2 Aul 1 Tahun - -
3 Nishab Ada - -
4 Jenis Harta Materi Materi Non-Materi
5 Waktu Menjelang 1 Sesuai Bebas / tidak
Syawal kebutuhan terikat
6 Subjek yang 8 ashnaf kondisional Bebas / terikat
dituju

31
D. INSTRUMEN INFAK DAN SEDEKAH DALAM KONTEKS
EKONOMI
Sesuai dengan apa yang dikemukakan pada bab zakat, tujuan dari
infak dan sedekah melingkupi tiga bidang, yang pertama adalah
bidang moral, dimana dengan infak dan sedekah menumbuhkan sifat
berbagi dan menjauhi sifat serakah. Di bidang sosial, infak dan
sedekah mmemiliki efek yang besar dalam memberikan pelajaran
untuk saling tolong menolong antar sesama. Dan yang terakhir adalah,
dibidang ekonomi yang merupakan imbas dari tolong menolong akan
menimbulkan hilangnya kesenjangan antara si kaya dan si miskin .
Ditinjau dari bentuknya, yakni mengeluarkan harta untuk
diberikan kepada orang lain. Infak dan sedekah dapat dioptimalkan
keberadaannya dalam peningkatan ekonomi nasional, sekaligus dapat
dijadikan alternatif dana yang ditujukkan untuk recovery pasca
terjadinya bencana alam. Pengkonsepan dana infak dan sedekah jika
dilakukan secara matang dapat mengurangi beban APBN negara. Hal
ini bukan tidaak mungkin, mengiat disektor pengeluaran yang wajib
ada zakat yang keberadaannya memiliki peran untuk memeratakan
pembangunan dengan penyaluran dana dari kelompok kaya kepada
kelompok yang membutuhkan. Bahkan dewasa ini zakat juga telah
dikembangkan dalam bentuk program-program yang bersifat
produktif, untuk mengubah mindset orang yang menerimanya supaya
zakat tersebut bisa dikembangkan dalam bentuk usaha.
Dari sini infak dan sedekah juga dapat berkembang layaknya
zakat, dengan bergerak pada sektor pemberian tidak wajib, mengingat
infak dan sedekah dapat disalurkan pada kegiatan kemanusiaan, dana
sosial, bantuan bencana, dan lain sebagainya.
Selain itu, dibidang perekonomian, jika infak dan sedekah
diwujudkan dalam unit bisnis ekonomi syari’ah perannya akan
dirasakan pada sektor pengentasan kemiskinan. Peran tersebut
merupakan bentuk interpretasi dari Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang
berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dilindungi oleh
negara”.47

47
Altifani Rizky Hayyu, ZISWAF (Zakata, Infak, Sedekah, Wakaf) Potensi Ekonomi
Islam di Era Modern,
https://www.kompasiana.com/tifanihayyu/58a88c91719373d13f21b937/ziswaf-
zakat-infak-sedekah-wakaf-potensi-ekonomi-islam-di-era-modern, diakses
tanggal 02 Juli 2019.
32
E. RANGKUMAN
Berbeda dengan zakat, infaq dan sedekah merupakan suatu
ibadah sunnah. Dalam berinfaq tidak ditentukan kadar besarannya,
asalkan ia tidak sampai foya-foya dan boros dalam mengeluarkannya.
Infaq juga tidak membatasi kepada siapa saja harta tersebut ditujukan,
asalkan ia diberikan kepada orang yang membutuhkan uluran tangan.
Infaq mempunyai banyak kemiripan dengan sedekah, letak
pembedanya hanya batasan sedekah lebih luas, yakni mencakup
sedekah non-materi.

F. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat!

I. PILIHAN GANDA
1. Makna dari infaq secara bahasa adalah
a. membersihkan
b. benar dan jujur
c. mengeluarkan atau membelanjakan
d. penyucian
2. Berikut yang bukan termasuk macam infaq ialah …
a. infaq wajib
b. infaq sunnah
c. infaq haram
d. infaq makruh
3. Secara bahasa, sedekah bermakna …
a. membersihkan
b. benar dan jujur
c. mengeluarkan atau membelanjakan
d. penyucian
4. Berikut yang tidak bisa disedekahkan adalah ..
a. uang
b. pendidikan
c. udara
d. beras
5. Perbedaan mendasar antara infak dan sedekah adalah …
a. Infak berbentuk materi, sedekah materi-non materi
b. Infak memiliki nishab, sedekah tidak memiliki nishab
c. Infak hukumnya wajib, sedekah hukumnya makruh
d. Infak disalurkan kepada 8 ashnaf, sedekah kepada orang
miskin saja
33
II. URAIAN
1. Apa saja syarat yang ditetapkan atas orang yang berinfaq dan
harta yang diinfaqkan? Sebutkan!
2. Apa persamaan dan perbedaan dari zakat, infaq dan sedekah?
Sebutkan!

34
BAB IV ASURANSI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan perbedaan asuransi
syariah dengan asuransi
konvensional. Selain itu,
mahasiswa juga diharapkan
mampu berpikir kritis dan dapat
mengembangkan pemikiran
hukum investasi syariah pada
produk asuransi.”

A. SEJARAH ASURANSI SYARIAH


Asuransi syariah pertama kali dikenal didalam masyarakat pada
abad kedua era perdaganganIslam. Pada saat ini banyal
saudagar muslim yang berasal dari Arab memperdagangkan dagangan
mereka ke India, timur jauh, dan negara-negara lain di Asia. Akibat dari
perdagangan itulah maka dikenal dengan sistemj aqilah yang mempunyai
arti memberikan jaminan bersama oleh beberapa orang yang mempunyai
tujuan untuk saling membantu di saat terdapat bencana atau kemalangan
didalam melakukan perdahgangan.48 Konsep Aqilah dikembangkan
sebagai tradisi masyarakat dan saudagar Arab untuk membayar sejumlah
kompensasi finansial untuk cedera tubuh.49
Pada saat kekaisaran Ottoman penerapan asuransi syariah
dilakukan dengan menggunakan bantuan timbal balik untuk mengganti
sejumlah ganti rugi dalam hubungan perdagangan dengan para pedagang
Spanyol.50 Pada abad ke-19, seorang pengacara Hanafi Ibn Abidin 1784 -
1836 seorang sarjana Islam pertama yang datang dari Mesir

48
Mehdi Sadeghi, The evolution of Islamic insurance - Takaful: a literature survey,
Journal Insurance Markets and Companies,Vol.1, No 2, 2010, hlm 101
49
Schoon, N. Islamic Finance, a History, Financial Services Review, August 2008,
hlm 10-12.
50
Pamuk, S, The Evolution of Financial Institutions in the Ottoman Empire,
Financial History Review, Vol.11, 2004, hlm. 7-13.
35
mengungkapkan tentang makna, konsep dan polis asuransi.51 Hanafi Ibn
Abidin juga mengemukakakn bahwa hubungan hukum antara
ptertanggung dengan penanggung dan didalam preaktiknya bukan sekedar
kebiasaan.52
Pada tahun 1906, Muhammad Baqit Mufti dari Mesir menyetujui
gagasan asuransi yang dijelaskan oleh Ibnu Abidin. Pada periode abad
kedua puluh, seorang ahli hukum Islam terkenal, Muhammad Abduh
mengeluarkan dua fatwa yang menyebutkan bahwa transaksi asuransi
seperti transaksi pembiayaan al-mudharabah pada asuransi jiwa adalah
sah.53
Asuransi syariah atau disebut juga sebagai takaful adalah
alternatif syariah untuk asuransi konvensional yang didasarkan pada
gagasan solidaritas sosial, kerjasama dan ganti rugi bersama atas kerugian
anggota yang berlandaskan pada kesepakatan di antara sekelompok orang
yang setuju untuk bersama-sama mengidentifikasi kerugian atau kerusakan
yang dapt terjadi dikemudian hari.54
Proses masuknya asuransi Indonesia tidaklah mulus. Pada zaman
pendudukan Belanda-pun hanya bangsawan-bangsawan saja yang dapat
menikmati asuransi ini, kemudian disusul ketika masa runtuhnya
perekonomian Jepang yang menyebabkan perusahaan-perusahaan asuransi
tidak dapat beroprasi dengan baik, dan puncak pada masa ini adalah ketika
dikeluarkannya Pen-Pres No. 27 Tahun 1965 tentang peredaran Rupiah
baru yang bernilai 1000:1 dan rupiah lama ditarik dari peredaran.
Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai
berdirinya perusahaan asuransi syariah Islamic Insurance Co. Ltd. Di Arab
Saudi.55 Kemudian muncullah asuransi-asuransi syariah di berbagai negara
lain seperti di Swiss, Luxemburg, Bahamas, Bahrain. Di Malaysia sediri
asuransi syariah berdiri pada tahun 1983 yang bernama Syarikat Takaful
Sendirian Berhad. Sedangkan Asuransi Takaful di Indonesia baru muncul

51
Klingmuller, The Concept and Development of Insurance in Islamic Countries,
Islamic Culture, Vol. XLIII, 1969, hlm 24
52
Klingmuller, The Concept and Development of Insurance in Islamic Countries,
Islamic Culture, Vol. XLIII, 1969, hlm 24
53
Zamir, I., and A. Mirakhor. An Introduction to Islamic Finance: Theory and
Practice, (USA, John Wiley & Sons, 2007) hlm. 1-2.
54
Maysami, R. C., Golriz, H. and Hedayati,Pragmatic Interest-free Banking:
Metamorphosis of the Iranian Financial System, Journal of International Banking
Law, Vol.12, 1997, hlm. 92–108.
55
Gemala Dewi. Aspek-aspek hukum dalam perbankan perasuransian syariah di
Indonesia (Jakarta Timur: Prenada Media, 2004), 125
36
pada tahun 1994 yang diresmikan dengan nama PT Syarikat Takaful
Indonesia, dan memiliki 2 anak cabang yakni PT Asuransi Takaful
Keluarga tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum tahun 1995.
Pendirian asuransi ini sebenarnya sudah ada 3 tahun sebelum
diresmikannya Takaful. Halini diperkuat dengan adanya Bank Muamalat
Indonesia pada tahun 1991. Semenjak berdirinya bank syariah dirasa
penting dan butuh pula adanya asuransi berdasarkan syariah. Pada tanggal
27 Juli 1993 Ikatan Cedekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui
Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia dan perusahaan
Asuransi Tugu Mandiri sepakat mendirikan asuransi takaful dan menyusun
Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI). TEPATI
kemudian merumuskan Asuransi Takaful Indonesia dan mendirikan dua
asuransi yakni Asuransi Jiwa dan Asuransi Kerugian, yang merujuk pada
Pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992, bahwa asuransi jiwa dan asuransi kerugian
harus didirikan secara terpisah.
TEPATI kemudian melakukan studi banding ke Syarikat Takaful
Malaysia Sendirian Berhad di Malaysia tanggal 7-10 September 1993.
Kemudian hasilnya di seminarkan di Jakarta, 19 Oktober 1993 dan
merekomendasikan untuk membentuk Asuransi Takaful Indonesia.
Kemudian TEPATI menyusun konsep mendirikan perusahaan asuransi
yang mana tanggal 25 Agustus 1994 Asuransi Takaful Indonesia resmi
didirikan di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta dan mendapatkan izin
operasional dari Departemen Keuangan pada tanggal 4 Agustus 1994,
Surat Keputusan Nomor : Kep-385/KMK.017/1994.

B.PENGERTIAN ASURANSI SYARIAH


Dari aspek terminologis, hakikat asuransi berasal dari Bahasa
Belanda yakni assurantie. Namun dalam bahasa hukum Belanda biasa
disebut verzekering. Asuransi dalam Bahasa Inggris masyhur disebut
insurance. Dalam Bahasa Arab dimaknai dengan at-ta’min. Dari bahasa
induk Belanda yakni assurantie, melahirkan dua subjek yang berkaitan
yakni assuradeur yang artinya penanggung dan geassureerde yang berarti
tertanggung.56 Demikian juga peristilahan asuransi dalam Bahasa Arab
juga melahirkan dua subjek yang berkaitan yakni mu’ammin bagi
penanggung dan musta’min.
Sementara itu pada tataran etimologis, Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang menjelaskan definisi sendiri dalam pasal 246 yakni suatu

56
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta:Intermasa, 1981),
1.
37
perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu kejadian
yang tidak tentu.57 Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Peransuransian pasal 1 angka 2:
Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas
perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis
dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka
pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara:
a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Pemahaman dari definisi diatas adalah bahwa asuransi sebagai
sebuah perjanjian yang mana penanggung mengikatkan dirinya kepada
pihak tertanggung dengan suatu premi, demi memberi penggantian kepada
tertanggung karena suatu kerugian yang tidak terduga.
Asuransi merupakan suatu akad atau perjanjian peralihan resiko,
yang mana pihak penanggung mengambil alih resiko yang menimpa
tertanggung dan sebagai konsekuensinya tertanggung berkewajiban
membayar premi.58
Sebagaimana telah disinggung diatas dalam kosakata Bahasa
Arab, asuransi adalah at-ta’min, yang berasal dari kata amana yang berarti
aman. Istilah ini diadopsi dari kondisi aman yang diraskan dari pihak
tertanggung, kendatipun sebenarnya pihak tertanggung tetap memberikan
angsuran kepada penanggung. Selain at-ta’min istilah yang lebih dikenal
adalah takaful, yang berarti menanggung. Asuransi dengan peristilahan ini,
juga disinggung dalam Al-Qur an seperti dalam Surat Ali- Imran ayat 44
yakni:

57
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246
58
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2010), 152.
38
‫ب نُوحِ ي ِه إِلَ ْيكَ َو َما كُنتَ لَ َد ْي ِه ْم إِ ْذ يُ ْلقُونَ أ َ ْق ََل َم ُه ْم أَيُّ ُه ْم يَ ْكفُ ُل َم ْريَ َم َو َما‬
ِ ‫ذَ ِلكَ مِ نْ أَنبَاءِ ا ْلغَ ْي‬
َ‫كُنتَ لَ َد ْي ِه ْم إِ ْذ يَ ْخت َِص ُمون‬
"Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang
Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu
tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-
anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka
yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi
mereka ketika mereka bersengketa.

Menurut Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia


(DSN-MUI), definisi asuransi syari’ah adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak-
pihak dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
sesuai dengan syari’ah. Menurut Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah menyebutkan
pengertian asuransi syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) merupakan
usaha saling melindungi, membantu dan tolong menolong di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah. Ada
beberapa syarat agar akad sesuai dengan syariah yaitu tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Maysami dan Williams juga berpendapat bahwa takaful adalah alat
yang diizinkan yang sesuai dengan prinsip jaminan bersama dalam Syariah
mendorong saling membantu diri sendiri. Namun, asuransi syariah harus
membantu pemegang polis, bukan untuk mendapatkan laba, meskipun
menggunakan dana yang diizinkan.59 Menurut Lewis, M. and Algaoud
bahwa dana Takaful berpotensi dikelola oleh bank syariah yang
mengumpulkan premi asuransi Takaful, menyediakan bantuan keuangan
untuk pemegang polis, dan investasikan dana ini di perusahaan yang
diizinkan sesuai dengan keinginan peserta dan sesuai dengan Syariah.60

59
Maysami, R and Williams, J, Evidence on the Relationship between Takaful
Insurance and Fundamental Perception of Islamic Principles, Applied Financial
Economics Letters, Vol 2, No 4, 2006, Hal 229-232.
60
Lewis, M. and Algaoud, L. Islamic Banking. Edward Elgar, Cheltenham, 2001,
Hal 23
39
Pada pengelolaan dan penanggungan risiko pada asuransi syariah,
tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan
maisir (perjudian). Dalam investasi atau manajemen dana tidak
diperkenankan adanya riba (bunga). Ketiga larangan ini, gharar, maisir,
dan riba merupakan perbuatan yang harus dihindari dalam praktek
asuransi syariah, dan menjadi pembeda utama dengan asuransi
konvensional

C. AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH


Pada asuransi syar’iah (ta’min, takaful atau tadhamun) terdapat
dua jenis akad yaitu : 61
1. Akad tijarah merupakan semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial.
2. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan
komersial.
Sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang
akad tabarru’ pada asuransi syariah dan reasuransi syariah menetapkan
bahwa akad tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua
produk asuransi. Akad tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad
yang dilakukan antar peserta pemegang polis dengan ketentuan bahwa :62
1. Akad tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-
menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
2. Pada akad tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara
individu.
b. Hak dan kewajiban antara peserta secara individu
c. Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim.
d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.

61
Fatmawati, Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Sitem Operasional
Asuransi Syari’ah. Program S1 Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah dan Ilmu
Hukum UIN Sultan Syarif Kasim, Riau 2010,hlm .3
62
Firdaus, NH, Muhammad, dkk., Fatwa-Fatwa Ekonomi Syari’ah Kontemporer,
Renaisan,Jakarta, 2005, hlm 46
40
Adapun kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan akad tabarru’ yaitu
:63
1. Dalam akad tijarah (mudarabah), perusahaan bertindak sebagai
mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang
polis).
2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan
perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.
Menurut fatwa DSN-MUI No. 81/DSN-MUI/III/2011 tentang
pengembalian dana tabarru’ bagi peserta asuransi yang berhenti sebelum
waktu perjanjian berakhir dikeluarkan fatwa untuk memenuhi kebutuhan.
Pada fatwa ini yang dimaksud dengan dana tabarru' adalah iuran/hibah
sejumlah dana kepesertaan asuransi yang diberikan oleh peserta asuransi
syari’ah individu kepada peserta secara kolektif yang sesuai dengan
kesepakatan diantara para pihak.

D.MODEL PENERAPAN POLIS PADA ASURANSI SYARIAH


Pada perjanjian polis asuransi yang terjadi antara tertanggung dan
penanggung terdapat beberapa model yang diadopsi di berbagai negara
Muslim, yaitu:64
1. Model Mudarabah
Tertanggung harus setuju untuk berbagi keuntungan atau kerugian
dengan perusahaan asuransi apabila terjadi kejadian dimasa yang
akan datang. Pembagian keuntungan dan kerugian antara
tertanggung dan penanggung ditentukan sebelumnya dan dinilai
berdasarkan tahap perkembangan dan pendapatan perusahaan.
Rasio pembagian disetujui tertanggung maupun penanggung.
2. Model Wakalah.
Tertanggung membayar biaya wakalah berdasarkan nilai
penanggungan. Biaya Wakalah ditentukan oleh penanggung atau
perusahaan asuransi satu tahun sebelumnya.
3. Model Wakaf.

63
H. A. Dzajuli dan Yadi Jazwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan), PT Raja Grafindo Persada, Jakara, 2002,hlm 131
64
Mher Mushtaq Hussain, Conceptual And Operational Differences Between
General Takaful And Conventional Insurance, Australian Journal of Business and
Management Research, Vol.1, No.8, 2001, hlm 24
41
Tujuan dari dana ini adalah untuk memberikan bantuan kepada
peserta terhadap kerugian yang ditentukan menurut syarat dan
ketentuan dana Wakaf.

E. PRINSIP ASURANSI SYARIAH


Asuransi Syariah merupakan salah satu produk hukum Islam yang
semakin hari semakin mengalami dinamisasi. Tentunya, asuransi syariah
memiliki karakter khas dari yang lain, yakni mengandung nilai-nilai
ilahiyah dan ibadah dalam teknisnya. Pada hakikatnya, dalam tataran asas
dan prinsip, tidak jauh berbeda dengan asas asuransi konvensional.
Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:65
1. Prinsip Kepentingan
Prinsip ini adalah satu hal krusial yang sangat menentukan
kepastian hukum mengenai asuransi syariah. Yang dimaksud
dengan prinsip kepentingan adalah bagi orang yang
berasuransi harus memiliki kepentingan terhadap objek yang
diasuransikan. Hal penting yang perlu diingat jikalau
membahas kepetingan ini adalah jika kelangsungan atau
adanya objek tersebut membawa maslahat, dan ketiadaannya
menimbulkan kerugian.
2. Prinsip Utmoust Good Faith
Adanya kepercayaan antara kedua belah pihak akan sangat
menentukan keberlangsungan asuransi. Hal ini dapat
diimplementasikan pada pertukaran informasi antara keduanya
yang terjadi secara transparan tanpa ada yang disembunyikan.
3. Prinsip Indemnitas
Kompensasi keuangan yang cukup untuk mengembalikan
tertanggung pada posisi sesaat sebelum mengalami kerugian.
Prinsip ini tidak berlaku pada asuransi jiwa karenaa hany
berlaku pada kerugian yang dapat ditaksir dengan nominal.
4. Prinsip Proximate Cause
Prinsip ini merupakan sebab aktif dan efisien yang
mengakibatkan kejadian secara berantai dan intervensi
kekuatan lain, diawali dengan bekerja dengan aktif dari suatu
sumber independen. Misalnya, ada suatu perkelahian di bahu
jalan hingga salah satunya dipukul hinggajatuh di jalan. Disaat
bersamaan, ada kendaraan yang lewat dan menabraknya.

65
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan
Teoritis dan Praktis, Prenada Media Group, 2010,Jakarta, hlm 172-178
42
Akibatnya, orang itu terluka parah di bagian kepala dan
akhirnya meninggal saat perjalanan ke rumah sakit. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa Proximate Cause kematiannya
adalah tertabrak motor.
Tujuan prinsip ini adalah untuk memberikan kerangka
kerja dimana semua pihak yang terlibat dalam satu transaksi
mendapat perlakuan yang adil.
5. Prinsip Subrogation
Prinsip ini adalah prinsip terusan dari prinsip ganti rugi,
yakni hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami peristiwa
kerugian.
6. Prinsip Contribution
Prinsip ini jika didasarkan pada sudut pandang
penanggung, prinsip ini merupakan hak penanggung untuk
melibatkan para penanggung lain yang memiliki kepentingan
yang sama untuk menanggung ganti rugi kepada tertanggung,
meskipun jumlah masing-masing penanggung berbeda.
Sementara itu, jika ditinjaau dari sudut pandang tertanggung,
maka kerjasama mutual antar tertanggung untuk menyuplai
dana kepada perussahaan dimana pihak tertanggung akan
mendapat kompensasi atas kontribusinya berdasarkan premi
masing-masing.
Prinsip-prinsip yang telah tersebutkan diatas adalah prinsip yang
sama-sama dimiliki oleh Asuransi konvensional maupun asuransi syariah.
Berikut ini prinsip yang dipegang erat sehingga menjadi karakter asuransi
syariah:66
1. Tauhid
Sebagaimana telah disinggung dalam pengantar, karakter
khas asuransi syariah adalah sarat akan nilai ilahiyahnya.
Allah adalah pemilik mutlak atau pemilik sebenarnya seluruh
harta kekayaan yang ada di seluruh alam semesta ini. Maka
hak Allah pula untuk memberikannya kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya atau mengambilnya dari siapa saja yang di
kendaki-Nya.

66
H. A. Dzajuli dan Yadi Jazwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah
Pengenalan), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 131.
43
Asas asuransi syariah bukan semata-mata meraih
keuntungan, atau menangkap peluang pasar yang sedang
cenderung pada syariah. Namun berawal dari niat untuk
mewujudkan nilai-nilai syariah dalam dunia asuransi.
Sedangkan bagi pihak nasabah, tujuan melakukan asuransi
syariah adalah untuk bertransaksi dalam bentuk tolong
menolong yang berlandaskan asas syariah, dan bukan semata-
mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dengan
demikian, maka nilai tauhid terimplementasikan pada industri
asuransi syariah. Allah SWT berfirman :
‫ُون‬
ِ ‫ِل َي ْعبُد‬ ُ‫َو َما َخلَ ْقت‬
َّ‫س إِّل‬ ْ ْ َّ ْ
َ ‫ال ِجن َوا ِْلن‬
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51 : 56)
2. Keadilan
Keadilan dalam konsep ini dipahami sebagai upaya dalam
menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan
perusahaan asuransi sebagaimana mestinya. Sikap adil dalam
asuransi syariah harus benar-benar dilaksanakan, khususnya
dalam membangun hubungan antara sesama nasabah, maupun
antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah terkait
dengan hak dan kewajiban masing-masing. Asuransi syariah
tidak boleh ada pihak yang mendzalimi nasabah dengan hal-
hal yang akan menyulitkan atau merugikan nasabah.
Prinsip keadilan pada asuransi syariah tersurat didalam
firman Allah SWT :
َ‫ش َهدَا َء ِب ْال ِقسْطِ َوّل‬ُ ‫لِل‬ِ َّ ِ َ‫َياأ َ ُّي َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَ َّوامِ ين‬
ُ‫علَى أَّلَّ تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ه َُو أ َ ْق َرب‬ َ ‫َيجْ ِر َم َّن ُك ْم‬
َ ‫شنَآ ُن قَ ْوم‬
َ‫ّللا َخ ِبير ِب َما تَ ْع َملُون‬
ََّ ‫ّللا ِإ َّن‬ ََّ ‫لِلتَّ ْق َوى َواتَّقُوا‬
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Maidah/ 5 : 08)
3. Tolong–menolong
Semangat tolong menolong harus menjadi dasar para
pihak dalam beransuransi. Sejak awal seseorang yang masuk

44
asuransi, harus memiliki niat dan motivasi untuk membantu
dan meringankan beban saudaranya yang tertimpa musibah
atau kerugian. Peran perusahaan asuransi syariah hanya
sebagai pengelola saja. Konsekwensinya, perusahaan tidak
berhak mengklaim atau mengambil dana tabarru’ nasabah.
Perusahaan hanya mendapatkan dari ujrah (fee) atas
pengelolaan dana tabarru’ tersebut, yang dibayarkan oleh
nasabah bersamaan dengan pembayaran kontribusi (premi).
Perusahaan asuransi syariah mengelola dana tabarru’ tersebut,
untuk diinvestasikan secara syariah untuk selanjutnya
dialokasikan pada nasabah lainnya yang tertimpa musibah.
Pada konsep ini, sesama nasabah telah melaksanakan prinsip
saling tolong menolong, meskipun tidak saling mengenal
ataupuan bertatap muka. Allah SWT berfirman :
‫علَى‬ َ َ‫علَى ْال ِب ِر َوالتَّ ْق َوى َوّلَ تَع‬
َ ‫اونُ ْوا‬ َ ‫اونُ ْوا‬
َ َ‫َوتَع‬
‫ان‬ ‫ْو‬
ِ َ ‫د‬ُ ‫ع‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫م‬ْ
‫ث‬
َ ِ ِ‫ْل‬ ْ ‫ا‬
Dan bertolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan
ketakwaan, dan janganlah kalian bertolong menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah : 2)
4. Kerjasama
Kerjasama dalam asuransi dapat berbentuk akad yang
dijadikan acuan antara para pihak yang terlibat yaitu antara
anggota (nasabah) dan perusahaan asuransi. Selanjutnya akad
digunakan dalam konsep mudharabah dan musyarakah. Dua
konsep ini merupakan konsep dasar dalam kajian ekonomika
islami.
5. Amanah
Prinsip amanah harus menjadi dasar bagi semua nasabah
asuransi. Amanah berarti nasabah asuransi berkewajiban
untuk menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan
pembayaran dana iuran (premi) dan tidak boleh memanipulasi
kerugian yang menimpa dirinya. Begitu juga organisasi
perusahaan saat membuat laporan keuangan tiap periode
harus mewujudkan nilai–nilai akuntabilitas (pertanggung
jawaban).
Bukan hanya pihak nasabah, perusahaan asuransi juga
harus amanah dalam mengelola dana premi. Perusahaan
asuransi juga tidak boleh semena-mena dalam mengambil
keuntungan, yang berdampak pada ruginya nasabah.Transaksi

45
yang amanah, akan membawa pelakunya mendapatkan surga.
Rasulullah SAW bersabda :
ِ ‫صد ُْو ُق اْْلَمِ ْي ُن َم َع ال َّن َب ِييْنَ َو‬
ُّ ‫الص ِد ْي ِقيْنَ َوال‬
)‫ش َهدَاء (رواه الترمذي‬ ِ َّ‫الت‬
َّ ‫اج ُر ال‬
Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, (kelak akan
dikumpulkan di akhirat) bersama para nabi, shiddiqin dan
syuhada’. (HR. Turmudzi)
6. Kerelaan (‘An Taradhi)
Prinsip kerelaan dalam asuransi syariah diterapkan pada
setiap anggota asuransi agar mempunyai motivasi dari awal
dalam merelakan sejumlah dana yang disetorkan
keperusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial
(tabarru’).
7. Larangan , maisir gharar, dan riba
Setiap muslim tidak dibenarkan untuk bertransaksi dengan
cara yang tidak dibenarkan atau secara bathil melalui judi,riba
dan kebohongan yang menimbulkan kerugian dipihak yang
lain.
1. Maisir
Maisir atau perjudian berasal dari gharar yang ada di
asuransi, karena untung atau rugi sangat besar bagi
penanggung. Pada asuransi maisir menyerupai
pengambilan risiko pada tingkat tertentu dimana
tertanggung mendapat sejumlah uang tanpa belum
diketahui total kerugiannya. Jenis maisir sebagai
tertanggung membuat perhitungan lebih dahulu sebelum
terjadinya kerugian.67
2. Gharar
Pada kontrak asuransi atau polis didalam asuransi
syariah keberadaan Gharar dalam polis tersebut dilarang
dan keberadaannya dapat membatalkan kontrak. Menurut
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (RA) dan
banyak sahabat lainnya bahwa Nabi (SAW) telah
melarang perdagangan gharar Karenanya, kontrak apa
pun yang mengandung unsur gharar akan melanggar
hukum.
Secara harfiah gharar berarti penipuan (al-khid'a),
gharar dalam transaksi sering digunakan dalam arti

67
Houston, D. B, Risk, Insurance, and Sampling, The Journal of Risk and
Insurance, Vol 31, No.4, 1964, hlm 511- 538.
46
risiko, ketidakpastian, bahaya, bahaya dll. Dalam bahasa
hukum, itu berarti melakukan sesuatu secara membabi
buta tanpa pengetahuan yang cukup atau untuk
mengambil risiko diri sendiri. dalam suatu usaha yang
tidak tahu persis apa hasilnya.68
Menurut Dr. Hussain Hamid Hassan gharar dapat
muncul didalam polis asuransi melalui empat cara
yaitu:alam empat cara;69
1. Tidak diketahui jumlah ganti rugi benda yang akan
diasuransikannya.
Pemegang polis tidak mengetahui secara pasti
jumlah ganti rugi maupun kompensasi terhadap
peristiwa yang akan terjadi, misalnya. kematian
dalam kasus asuransi jiwa dan beberapa jumlah
ganti rugi atas barang yang telah diasuransikan
apabila terjadi karena peristiwa kebakaran atau
bahaya lain dalam kasus asuransi umum.
2. Gharar dalam jumlah premi
Pada polis asuransi, kewajiban seorang pemegang
polis ialah membayar sejumlah uang yang disebut
dengan premi atas keikutsertaannya didalam
asuransi. Besaran premi asuransi yang harus
dibayarkan, pasti ditulis dalam dokumen polis
asuransi. Premi asuransi digunakan untuk membayar
biaya-biaya asuransi (cost of insurance). Pada
asuransi jiwa, perusahaan asuransi tidak mengetahui
dengan pasti apakah perusahaan akan dapat
menerima semua angsuran atau hanya beberapa
angsuran sebelum kompensasi jatuh tempo.
3. Gharar dari besarnya ganti rugi
Pemegang polis tidak mengetahui besaran biaya
kompensasi atau ganti rugi yang akan ia dapatkan
jika terjadi kerusakan atau meninggalnya seseorang.
Perhitungan kerugian perusahaan asuransi

68
Kamali, M. H, Uncertainty and Risk Taking (Gharah) in Islamic Law, IIUM Law
Journal, 1999, hlm. 199- 216.
69
Ahmad, rukhsar A market study of Takaful industry, insurance journal, Vol.2,
No. 1, 20014, hlm 125
47
memutuskan jumlah kompensasi yang biasanya
tetap di bawah harapan tertanggung.
4. Gharar sehubungan dengan waktu pembayaran
Waktu pembayaran kompensasi dalam kasus baik
nyawa dan asuransi umum tidak diketahui dan tidak
pasti karena tidak ada yang tahu sebelumnya bahwa
ketika acara, terhadap perlindungan asuransi yang
diatur, akan terjadi
3. Riba
Riba didalam polis asuransi tersebut dan hal itu
dilarang didalam asuransi syariah. Riba secara harfiah
berarti peningkatan, penambahan, ekspansi atau
pertumbuhan. Namun, tidak setiap peningkatan atau
pertumbuhan yang dilarang oleh Islam.70 Riba, didalam
polis mengacu pada premi yang harus dibayar oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman bersama dengan
jumlah pokok sebagai persyaratan untuk pinjaman atau
untuk perpanjangan jatuh tempo.
Menurut Maududi Abul A'la yang menentang
asuransi, berpendapat bahwa kontrak asuransi
bertentangan dengan prinsip yang ditetapkan dalam
Syariah. Pada polis asuransi terdapat dua jenis riba
didalam penerapannya yaitu:71
a. Riba-al-fadl
Riba yang terjadi karena perusahaan asuransi
membayar kepada tertanggung atau pemegang polis
asuransi dengan jumlah yang lebih besar atau lebih
kecil dari jumlah dari premi yang telah dibayar oleh
pemegang polis atau tertanggung.
b. Riba-al-Nasa
Riba yang terjadi ketika perusahaan asuransi
terlambat dalam membayar jumlah kompensasi
ataupun ganti rugi yang telah ditentukan pada
terjadinya suatu peristiwa didalam polis.
c. Riba al-Nasi'ah

70
Al Janahi, A. and Weir, D, Alternative Financial Rationalities in Managing
Corporate Failure, Managerial Finance, Vol. 31, No 4, 2005, hlm.: 34-45.
71
Maududi Abul A'la,1988.“Ma'ashiat-e-Islam”, Islamic Publications, Lahore,
p.408.
48
Riba yang muncul karena aktivitas investasi
perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi biasanya
menginvestasikan jumlah premi pemegang polis
tersebut dan apabila pemegang polis tidak terdapat
suatu kejadian sampai dengan jangka waktu
berakhirnya polis, maka perusahaan asuransi dalam
mengembalikan nilai pertanggungan sesuai dengan
pembayaran premi. Pengembalian nilai
pertanggungan didalam polis asuransi didalam
konsep syariah disebut dengan Riba al Nasi'ah.

F. PERBEDAAN ANTARA ASURANSI KONVENSIONAL


DAN ASURANSI SYARIAH
Perbedan yang paling mendasar dari asuransi dengan asuransi
syariah adalah, asuransi syariah sangat memperhatikan prinsip-prinsip
syariah. Selain itu asuransi syariah dilaksanakan berdasarkan asas tolong
menolong dan saling melindungi. Selanjutnya, mengenai aspek kunci,
pelaku dan lain-lain sama dengan asuransi konvensional. Adapun dapat
diketahui kata kunci yang dapat mempermudah dalam mempelajari
asuransi, yakni:
1. Penanggung, yakni pihak yang berjanji membayar kepada pihak
tertanggung baik secara angsur maupun tunai sekaligus.
2. Tertanggung, yakni pihak yang berjanji akan membayar premi
kepada pihak penannggung, baik secara angsur maupun tunai
sekaligus.
3. Peristiwa atau kejadian yang tidak terduga yang biasanya disebut
dengan risiko.

Perbedaan
Asuransi Asuransi
No Aspek Konvensional Syariah

1 Visi Misi Surplus Misi ibadah,


underwriting, Tolong
komisi menolong,
reassuransi, mencari ridha
keuntungan Allah SWT.
perusahaan

49
Perbedaan
Asuransi Asuransi
No Aspek Konvensional Syariah

2 Dewan Pengawas Tidak Ada Mengawasi


Syariah produk yang
ditawarkan dan
dipasarkan serta
investasi dana
3 Akad awal Jual beli Tolong menolong
4 Investasi Investasi dengan Investasi dengan
prinsip bunga prinsip bagi hasil
seperti
murabahah,
musyarakah,
salam dan lain-
lain.
5 Kepemilikan Dana Iuran yang Dana milik
dibayarkan peserta,
nasabah asuransi perusahaan hanya
menjadi hak pengelola.
perusahaan, dan
perusahaan
berwenang
menyalurkan
investasinya.
6 Profit Sepenuhnya milik Bagi hasil
perusahaan
7 Sumber Sepenuhnya milik Dana tabarru’
pembayaran klaim rekening
perusahaan

G. MEKANISME ASURANSI SYARIAH


Pengelolaaan asuransi di Indonesia didasarkan pada konsep
mudharabah, yakni kontrak antara dua belah pihak yang terlibat, yang
dalam konteks ini adalah peserta asuramsi dan perusahaan asuransi.
Berdasarkan konsep ini, di Indonesia lahir dua cara pengelolaan asuransi
syariah, yakni pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan (saving)
dan tidak memiliki unsur tabungan (non saving).

50
Mekanismenya, dalam setiap premi yang dibayarkan akan masuk
kedalam dua rekening yakni rekening tabungan dan tabarru’ (sosial).
Status kepemilikan dana yang terdapat di rekening tabungan adalah milik
peserta sendiri. sementara itu, dana yang ada di rekening tabarru’ memang
diniatkan menjadi dana sosial yang digunakan untuk tolong menolong.
Selain itu, dana ini juga bisa digunakan jika sewaktu-waktu ada peserta
meninggal atau kontrak transaksi telah habis dengan catatan ada surplus
dana. Jika perjanjian belum berakhir maka dana tabarru’ tidak bisa
diambil. Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah islam. Keuntungan hasil investasi diperoleh setelah dikurangi
beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), dan dibagi antara peserta dan
perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan
tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan (takaful) dan
peserta.

H. PRODUK ASURANSI SYARIAH


Berikut ini adalah beberapa produk asuransi syariah yang telah
diterapkan di Indonesia antara lain:
1. Asuransi Syariah Keluarga (Asuransi Jiwa)
Yakni bentuk asuransi yang memberikan perlindungan bagi
nasabah dalam menghadapi musibah kematian atau kecelakaan
atas diri asuransi. Adapun asuransi ini dibagi menjadi dua macam,
yakni sebagai berikut:
a. Asuransi Syariah saving, meliputi:
- Asuransi syariah berencana
- Asuransi syariah dana haji
- Asuransi syariah pendidikan atau dana siswa
b. Asuransi Syariah non saving, meliputi:
- Asuransi syariah Asuransi syariah berjangka
- Asuransi syariah majelis taklim
- Asuransi syariah khairat keluarga
- Asuransi syariah pembiayaan
- Asuransi syariah kecelakaan diri
- Asuransi syariah wisata dan perjalanan
- Asuransi syariah kecelakaan siswa
- Asuransi syariah haji dan umroh
2. Asuransi Syariah Umum
Merupakan asuransi yang memberikan perlindungan bagi nasabah
yang mengalami bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta

51
asuransi seperti rumah, kendaraan bermotor dan bangunan pabrik.
Adapun produk asuransi syariah pada kategori ini adalah:
a. Asuransi syariah kebakaran
b. Asuransi syariah kendaraan bermotor
c. Asuransi syariah risiko pembangunan
d. Asuransi syariah pengangkutan barang
e. Asuransi syariah risiko mesin.

I. RANGKUMAN
1. Ditinjau dari aspek kebahasaan, diadopsi dari bahasa Belanda
assurantie. Namun dalam bahasa hukum Belanda biasa disebut
verzekering
2. Secara etimologis, definisi asuransi dan asuransi syariah dapat
diketahui di Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Peransuransian.
3. Landasan hukum asuransi dan asuransi dan asuransi syariah adalah
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.
4. Secara konsep, sejarah asuransi sebenarnya sudah sangat lama
terjadi namun istilah asuransi dikenal jauh setelah konsep itu
hadir.
5. Kehadiran asuransi juga diwarnai oleh gejolak argumentasi
tentang status kehalalannya.
6. Asuransi Takaful di Indonesia baru muncul pada tahun 1994 yang
diresmikan dengan nama PT Syarikat Takaful Indonesia, dan
memiliki 2 anak cabang yakni PT Asuransi Takaful Keluarga
tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum tahun 1995.
7. Pada tanggal 27 Juli 1993 Ikatan Cedekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank
Muamalat Indonesia dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri
sepakat mendirikan asuransi takaful dan menyusun Tim
Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI). TEPATI
kemudian merumuskan Asuransi Takaful Indonesia dan
mendirikan dua asuransi yakni Asuransi Jiwa dan Asuransi
Kerugian, yang merujuk pada Pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992,
bahwa asuransi jiwa dan asuransi kerugian harus didirikan secara
terpisah.
8. Prinsip yang harus ada pada proses transaksi syariah adalah,
prinsip kepentingan, iktikad baik atau kejujuran yang sempurna,
52
ganti rugi, prinsip proximate cause, prinsip subrogation, prinsip
contribution.
9. Adapun prinsip syariah yang harus diper hatikan adalah tauhid,
keadilan, tolong menolong, kerjasama, amanah, kerelaan dan
menghindari maysir, gharar dan riba.
10. Dalam asuransi syariah ada dua cara pengelolaan, yakni
pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan (saving) dan
tidak memiliki unsur tabungan (non saving).
11. Adapun produk asuransi syariah yang sudah diterapkan di
Indonesia adalah asuransi syariah jiwa dan asuransi syariah umum.

J. EVALUASI
Kerjakan soal dibawah ini dengan tepat!

I. PILIHAN GANDA
1. Asuransi secara bahasa diadopsi dari bahasa …
a. Belanda (assurantie)
b. Italia (le surance)
c. Inggris (asurantion)
d. Arab (kafalah)
2. Landasan hukum asuransi di Indonesia terdapat pada …
a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
3. Asuransi dalam Bahasa Arab biasa disebut …
a. Salam
b. Marabahah
c. Takaful
d. Ikhlas
4. Prinsip yang menentukan kehalalan asuransi adalah …
a. Gharar
b. Saling menolong
c. Menabung
d. Riba’
5. Perbedaan yang mendasar antara asuransi konvensional
dengan asuransi syariah adalah …
a. Prinsip asuransi syariah memaksa berasuransi demi
kenyamanan masa depan, prinsip asuransi konvensional
memaksa demi memperkaya masa depan.
53
b. Prinsip asuransi syariah untuk saling membantu dan
menghindari gharar, maisir dan riba, prinsip asuransi
konvensional menggunakan suku bunga.
c. Asuransi syariah dengan asuransi syariah tidak memiliki
perbedaan secara prinsip.
d. Asuransi syariah lebih dulu hadir daripada asuransi
konvensional.
6. Batasan prinsip kepentingan dalam asuransi syariah adalah …
a. Ketiadaannya menimbulkan maslahat, adanya
menumbuhkan semangat.
b. Adanya menimbulkan maslahat, ketiadaannya
menimbulkan kerugian.
c. Adanya harus disertai keadilan.
d. Ketiadaannya bukan masalah.
7. Fungsi Dewan Pengawas Syariah adalah …
a. Mengawasi produk yang dipasarkan
b. Menikmati hasil investasi
c. Mensortir produk yang dipakai perusahaan
d. Mengawasi kinerja pegawai
8. Premi asuransi syariah dilaksanakan dengan cara mudharabah,
artinya …
a. Kerjasama pengelola pemilik dana dengan peserta pemilik
dana.
b. Kerjasama pengelola perusahaan dengan pemilik dana,
yang hasilnya dibagi melalui kesepakatan.
c. Kerjasama sesama peserta investasi untuk menabung di
bank sebagai persiapan terhadap sesuatu yang tak terduga.
d. Kerjasama pengelola dengan peserta dengan pembagian
yang telah ditentukan menurut aturan.

II. URAIAN
1. Gambarkan dengan ilustrasi mekanisme asuransi syariah
saving dan non saving.
2. Turunlah kelapangan, cari satu saja perusahaan asuransi
syariah. Kemudian analisislah berdasarkan prinsip yang harus
ada dalam asuransi syariah.

54
BAB V PERBANKAN SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini,


mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan perbedaan
perbankan syariah dengan
perbankan konvensional. Disisi
lain, mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan investasi
berikut produk-produknya yang
terdapat pada perbankan
syariah.”

A. PERBANKAN SYARIAH
Islamic banking system is established essentially to contribute to the
accomplishment of the socio-economic goals islam.72Bank syariah
merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam hukum Islam. Kegiatan usaha
yang dimaksud meliputi penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha,
dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah Islam.73
Menurut Al-Jarhi dan Iqbal bank syariah adalah lembaga perbankan
penerima simpanan yang lingkup kegiatannya mencakup semuanya
kegiatan perbankan yang dikenal saat ini, tidak termasuk pinjaman dan
pinjaman berdasarkan bunga.74 Pembiayaan didalam lembaga perbankan
berdasarkan kontrak Mudarabah. Bank syariah juga bias menerima giro
yang diperlakukan sebagai pinjaman tanpa bunga dari klien ke bank, dan
yang dijamin. Di sisi aset, ia meningkatkan dana dengan pembagian laba-
rugi atau dasar penciptaan utang, sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
Menurut Muhammad Bank Syariah merupakan lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam

72
Hassanudden Abdul Aziz “Islamic Banking” IIUM Press: Malaysia. 2009. Hal 2
73
Ascarya, Diana Yumanita, Seri Kebanksentralan Bank Indonesia, Bank Syariah:
Gambaran Umum, (Jakarta: PPSK Bank Indonesia, 2005), hal. 4.
74
Al-Jarhi, M and Iqbal M, Islamic Banking: Answers to Some Frequently Asked
Questions, Occasional Paper, No.4, Islamic Research and Training Institute,
Islamic Development Bank, Jeddah, 2001, Hal 44
55
lalu lintas pem bayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.75
Menurut Perwataatmaja dan Antonio, bank syariah mempunyai dua
pengertian. Pertama, bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip syariah Islam ialah bank yang beroperasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara ber-
muamalah sacara syariah Islam, yaitu menjauhi praktek praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diiisi dengan kegiatan
investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Kedua, Bank
Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya berpedoman pada Al-
Qur’an dan Hadits, yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti
perintah dan menjauhi larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
Hadits.76
Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 memuat prinsip
syariah yaitu “aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank
dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (muḍarabah),
pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyārakah), prinsip jual beli
barang dengan margin keuntungan (murābaḥah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemi likan atas barang yang disewa dari
pihak lain (ijarah wa iqtina)”.
Menurut Haron menemukan bahwa tujuan perbankan syariah juga
berpotensi
termasuk yang berikut ini ialah:77
1. Memberikan layanan keuangan islam kepada orang-orang dan
melindungi mereka dari transaksi keuangan yang melibatkan riba;
2. Mengembangkan layanan dan produk perbankan berdasarkan Syariah;
3. Menciptakan hasil yang dapat diterima sebagai keuntungan yang sah
bagi pemegang saham dan investor setoran;

75
Muhammad.Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YPKN, Yogyakarta,2002, hlm
12
76
Antonio, M Syafi ’i, Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press,
Jakarta, 2001,hlm 13
77
Haron, S, The Framework and Concept of Islamic Interest-Free Banking, Journal
of Asian Business, Vol 11, No.1, 1995, Hal 26-39
56
4. Mencapai kesadaran moral berdampingan dengan transaksi
menguntungkan; dan
5. Melayani umat muslim dan negara-negara lain melalui pinjaman yang
baik untuk mempromosikan ikatan persaudaraan.

B. SEJARAH PERBANKAN SYARIAH


Sejarah perbankan Islam pertama mulai dibahas pada akhir tahun
1940-an, dan sistem perbankan Islam yang lebih komprehensif.78 Awal
pertama kali terbentuknya perbankan islam pertama berada di Kota Mesir
yang salah satu tujuan utama pendirian bank syariah di Mesir adalah untuk
mengumpulkan dana tabungan bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah, seperti petani dan tenaga kerja, untuk membuka tabungan mereka
sebagai investasi pembangunan dan menyimpan penghasilan mereka.79
Namun, pada tahun 1967, bank Islam diperintahkan ditutup oleh
pemerintah Mesir pada waktu itu karena alasan politik. Operasi bank
syariah di Mesir kemudian diambil alih oleh Bank Nasional Mesir. dan
Bank Sentral Mesir pada pertengahan tahun 1967. Akibatnya, operasi
perbankan dengan sistem riba diperkenalkan kembali.80
Pada akhir tahun 1972, para menteri keuangan negara-negara
Islam diundang ke Jeddah untuk membentuk perjanjian untuk membentuk
komite bank Islam bersama.81 Akibatnya, pada tahun 1973 dan 1974 para
menteri keuangan Islam mengadakan dua pertemuan di Jeddah yang
akhirnya 1975 mendirikan Islamic Development Bank (IDB) yang
berkantor pusat di Jeddah.82 Tujuan utama bank ini adalah untuk
mempromosikan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial negara-
negara Islam dan dunia Islam berdasarkan pada prinsip-prinsip
Syariah.83Pertumbuhan IDB menarik dan merangsang sistem perbankan
Islam untuk tumbuh lagi. Selama dasawarsa 1970-1999, lebih dari dua

78
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thinking a Survey of
Contemporary Literature. Leicester: The Islamic Foundation, 1981, hal. 30-32
79
Shahrukh Rafi Khan, Profit and Loss Sharing: An Islamic Experiment in Finance and
Banking. Karachi: Oxford University Press,1987, hal. 53
80
Adnan M. Abdeen dan Dale N. Shook , The Saudi Financial System. New York: John
Wiley & Sons Ltd.,1984, hal. 170
81
Afzal al-Rahman, Banking and Insurance, Vol. 4, London: The Muslim Schools
Trust,1979, hal. 419
82
Rafiq Yunus Al-Misri,Masraf Al-Tanmiyah Al-Islami Aw Muhawalah Jadidah fi Al-
Riba Wa Al-Fa’idah Wa Al-Bank. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1987, hal. 384-385
83
Muhamad Abdul Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice. Cambridge:
Hodder & Stoughton, 1986, hal. 189
57
ratus lembaga perbankan yang mematuhi Syariah beroperasi di seluruh
dunia.84
Di Indonesia ide pembukaan perbankan syariah dimulai pada
tahun 1970-an. Hal ini diakibatkan karena sistem perbankan Islam
berkembang di negara-negara Islam. Ini karena sistem perbankan
konvensional yang telah terkena dampak negatif oleh penindasan investor
dan keuntungan yang tidak merata. Akibatnya, masyarakat di negara-
negara Islam menuntut agar sistem perbankan berbasis syariah bebas dari
unsur-unsur riba dan dikembangkan secara luas.56Pada awal 1980-an
diskusi tentang lembaga perbankan Islam di Indonesia mulai dibahas. Di
antara tokoh-tokoh yang terlibat dalam diskusi ini adalah Karnaen A.
Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M Saefuddin dan lainnya.85
Diskusi yang lebih spesifik tentang pendirian lembaga perbankan syariah
di Indonesia dimulai pada tahun 1990. Sebagai langkah pertama Dewan
Ulama Indonesia (MUI) mulai mengadakan seminar berjudul: "Bunga dan
Perbankan Bank" di Cisarua, Jawa Barat pada 18-20 Agustus, 1990.86
Hasil seminar dibahas lebih lanjut pada Pertemuan Nasional ke-4 MUI
yang diadakan di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada 22-25 Agustus 1990.
Berdasarkan hasil Pertemuan Nasional ke-4 MUI, sebuah kantor pos
didirikan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Komite ini juga
dikenal sebagai komite perbankan yang diawasi MUI yang memainkan
peran dalam pendirian bank syariah dengan semua pihak terkait, seperti
presiden Indonesia Hj. Muhammad Suharto, ulama, pengusaha, pengusaha,
dan ekonom Islam.
Pada tanggal 1 November 1991, UU No. 1 Bank Muamalat
Indonesia didirikan di Hotel Sahid Jaya, Jakarta di depan Aktor Yudo
Paripurno, SH. Izin Menteri Kehakiman Republik Indonesia diperoleh
pada tanggal 21 Maret 1992 dengan nomor C2.2413.HT.01. Dan izin
usaha berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
diperoleh pada tanggal 24 April 1992 dengan nomor 430 / KMK.013 /
1992.

84
Ausuf Ahmad, The Evolution of Islamic Banking dalam Encyclopeadia of Islamic
Banking and Insurance. London: Institute of Islamic Banking and Insurance, 1985, hal.
23
85
Karnaen A. Perwataatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta: Risalah
Gusti,1992, hal. 84

86
M. Dawam Raharjo , Bank Islam Suatu Alternatif Dalam Sisitem Perbankan
Islam. Bandung: al-Vabet, 1992,hal. 34
58
Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada 1 Mei 1992,
dengan modal dinaikkan dari komitmen pembelian saham sebesar Rp 84
miliar sebagai hasil dari dukungan kuat dari para pedagang dan
wirausahawan Muslim di Indonesia.87 Pendirian Bank Muamalat Indonesia
telah menerima dukungan positif dari masyarakat dan pemerintah.
Sementara itu, Bank Muamalat Indonesia membahas sistem operasi Bank
Muamalat Indonesia dengan Presiden Indonesia saat itu, Hj. Muhammad
Soeharto dan para pengusaha Muslim di istana Bogor juga menerima
tambahan modal yang berjumlah lebih dari Rp.106 miliar.
Pada hari Jumat 27 Syawal 1412 H bertepatan dengan 1 Mei 1992,
kemudian menteri keuangan Rizal Ramli menghadiri Gubernur Bank
Indonesia Syahril Sabirin meresmikan operasi BMI pada upacara
pembukaan resmi yang diadakan di kantor pusat BMI di Gedung
Arthaloka, Jalan Jenderal Jakarta nomor dua, upacara pelantikan diadakan
dua minggu kemudian pada hari Jumat 12 Zulhijjah 1412 H bertepatan
dengan 15 Mei 1992 di Grand Hotel Sahid Jaya Jakarta.
Dasar hukum untuk operasi BMI berdasarkan prinsip Syariah
hanya dikategorikan sebagai bank yang beroperasi dengan sistem bagi
hasil yang dijelaskan dalam UU No. 10 tahun 1998 menggambarkan
sistem perbankan syariah sebagai hasil dari rancangan UU No. 7 tahun
1992 tentang sistem perbankan konvensional.88 Pada 22 Oktober 1994,
BMI dua tahun diberikan Izin Devisa185 sehingga dapat disebut sebagai
bank devisa yang berwenang untuk melakukan transaksi valuta asing dan
valuta asing.89 Pada akhir 2007 BMI memiliki cabang di seluruh Indonesia
seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Irian Jaya. Selain itu,
BMI juga memiliki sejumlah kantor cabang di provinsi (negara bagian)
dan kantor cabang pembantu di kota atau kotamadya (distrik) serta kantor
bendahara kabupaten (mukim) .
C. KARAKTERISTIK PERBANKAN SYARIAH
Menurut Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia yang
didalamnya termuat tujuh karakteristik dari bank syari’ah di Indonesia.

87
http://www.muamalatbank.com/profil/sejarah_Ind.asp, akses pada 10 Juli
2019
88
Thomas Suyanto, Undang-undang Perbankan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1999, hal 151-165
89
Izin Devisa bermakna bahawa Bank Muamalat Indonesia dibolehkan melakukan
transaksi simpanan dan pertukaran wang asing, serta memasukkan dan
mengeluarkan barangan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Induk Negara. Sutan
Remy Sjahdeneini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta: Temprint,1999, hal. 223-249
59
Tujuh karakteristik ini berguna untuk calon nasabah sebagai dasar
pertimbangan dan kepercayaan, ketujuh karakteristik tersebut
diantaranya:90
1. Universal. Dimaksudkan bahwa bank syari’ah dapat berlaku untuk
untuk segala lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan
ekonomi dan agama.
2. Adil. Dimaksudkan bahwa memberikan sesautu hanya kepada
yang berhak atasnya, menempatkan sesuatu sesuai porsinya dan
meniadakan adanya unsur maysir (unsur untung-untungan),
gharar (ketidak pastian), haram, dan riba.
3. Transparan. Dimaksudkan dalam setiap kegiatan usahanya bank
syari’ah mengutamakan keterbukaan pada setiap kalangan
masyarakat.
4. Seimbang. Dimaksudkan dalam pengembangan sektor keuangan,
usaha yang dilakukan ialah dengan mengembangkan sektor riil dan
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
5. Maslahat. Dimaksudkan agar setiap kegiatan usaha yang dilakukan
bank syari’ah selalu bermanfaat dan berbuah kebaikan untuk
kehidupan masyarakat luas.
6. Variatif. Berbagai macam produk yang ditawarkan bank syari’ah
seperti pembiayaan yang berlandaskan bagi hasil, jual-beli, sewa,
sampai kepada produk jasa kustodian, jasa transfer, dan jasa
pembayaran (debet card, syariah charge). Tak hanya itu ada pula
tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, dan deposito.
7. Fasilitas. Selain beragam produk yang ditawarkan, disediakan pula
fasilitas yang memudahkan masyarakat meliputi serah terima
zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana kebajikan (qard).
Dilengkapi pula fasilitas penunjang seperti ATM, mobile banking,
internet banking dan interkoneksi antar bank syariah.
Dari ciri-ciri yang dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa perbedaan mengenai perbankan Syariah dengan
perbankan konvensional. Adapun hal-hal itu adalah sebagai berikut:

90
Riva Sakina, Karakteristik Bank Syariah, http://fimadani.com/karakteristik-bank-
syariah/, diakses tanggal 01 Juli 2019.
60
No Aspek Bank Konvensional Bank Syariah
1 Landasan - Bebas nilai - Prinsip syariah
Operasional - Komoditi diperdagangkan - Uang hanya
- Instrument imbalan sebagai alat
menggunakan bunga tukar
- Tidak
menggunakan
riba’
- Sistem bagi
hasil dari
keuntungan
2 Peranan - Menghimpun dana - Manajer
masyarakat untuk investasi
dipinjamkan kembali - Investor
dengan sistem bunga. - Penerima dana
- Menerapkan hubungan titipan nasabah
debitur-kreditur antara - Selama sejalan
bank-nasabah dengan prinsip
- Penyedia jasa pembayaran syariah, juga
berperan
sebagai
penyedia jasa
pembayaran.
- Pengelola
kebijakan ZIS
- Sifat bank dan
nasabah adalah
kemitraan
3 Dewan Tidak ada Ada , sebagai
Syariah pengawas
Nasional operasional
perbankan
syariah
4 Resiko Seringkali menjadi Dihadapi
tanggungan nasabah. bersama-sama
oleh bank dan
nasabah

61
D. PRODUK-PRODUK INVESTASI PERBANKAN SYARIAH
1. Investasi emas
Peminat investasi emas saat ini cukuplah besar mengingat harga
emas yang tidak pernah mengalami penurunan secara signifikan.
Oleh sebab itu bank syari’ah menawarkan produk berupa
pembiayaan pembelian atau kepemilikan emas dari skala rendah
bagi pemula.
2. Investasi properti
Sama halnya dengan emas, properti mengalami kenaikan peminat
dari tahun ke tahun. Disini bank syari’ah juga turut menawarkan
produknya untuk pembelian rumah, tanah, ruko, dan properti lain.
3. Saham syariah
Saham ialah surat berharga yang menunjukan bukti sebagian
kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Bentuk
kebijakan yang dikeluarkan bank syari’ah dalam produk investasi
ini adalah saham tidak boleh bertentangan dengan prinsip syari’ah
yang diatur dalam peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor
35/POJK.04/2017.
4. Berinvestasi pada real bisnis
Bank syari’ah juga menyediakan produk berupa wadah yang
didalamnya terhimpun dana dari para pemodal yang selanjutnya
disalurkan/diinvestasikan dalam aset real estat, juga pada aset yang
berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
5. Asuransi syariah
Merupakan salah satu produk bank syari’ah yang bergerak pada
kegiatan penangguhan resiko dengan prinsip tolong-menolong
(ta’awun) dan melindungi (takaful) di antara para nasabah melalui
pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang
pengelolaannya sesuai dengan prinsip syariah.
6. Tabungan dan deposito syariah
Bentuk tabungan dan deposit yang disediakan oleh bank syari’ah
berpedoman pada prinsip mudharabah, yang mana pemodal dan
mudharib (pengelola modal) harus mencapai kesepakatan,
penarikan dana hanya dapat dilakukan oleh pemodal, serta
keuntungan yang didapat mudharib didapat dari kelebihan modal
yang telah disepakati diawal.
7. Reksa dana syariah
Dana yang dihimpun dari masyarakat pemodal dan diinvestasikan
kedalam portofolio efek. Sedangkan yang dimaksud dengan “

62
portofolio efek” adalah kumpulan surat-surat berharga, seperti:
saham, obligasi, surat pengakuan hutang surat berharga komersial,
tanda bukti utang yang dimiliki oleh pihak pengives dan pasar
uang.
8. Tabungan pendidikan
Tabungan yang dibayarkan setiap bulan untuk persiapan keperluan
dana pendidikan dengan jangka waktu yang telah disesuaikan
dengan tujuan pendidikan. Bentuk tabungan ini harus berpedoman
pada prinsip syari’ah yang melarang adanya maisir gharar dan
riba’

E. JAMINAN PADA PERBANKAN SYARIAH


Jaminan menurut Thomas Suyatno adalah penyerahan kekayaan
atau pernyataan kesanggupan dari seseorang untuk menanggung
pembayaran kembali atas suatu hutang.91 Hal tersebut senada dengan
pendapat Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yaitu jaminan khusus yang
timbul karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditur
dengan debitur. Jaminan itu dapat berupa jaminan kebendaan dan jaminan
perorangan. Jaminan kebendaan adalah benda tertentu yang sanggup
membayar atau memenuhi prestasi manakala debitur wanprestasi.92
Jaminan dalam arti yang lebih luas adalah jaminan yang tidak
hanya bersifat materil tetapi juga yang bersifat immateril. Jaminan yang
bersifat materil misalnya bangunan, tanah, kendaraan, perhiasan, surat
berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril misalnya jaminan
perorangan (borgtocht). Dari sifat dan wujudnya benda menurut hukum,
jaminan dapat dibedakan atas benda bergerak (roerende goederen) dan
benda tidak bergerak (onroerende goederen). Pendapat lain membagi
benda bergerak menjadi Berwujud dan Tidak Berwujud. Berwujud artinya
sifatnya sendiri menggolongkannya kedalam golongan itu yaitu segala
barang yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, misalnya
barang-barang inventaris kantor, kendaraan bermotor dan sebagainya.
Sedangkan Tidak Berwujud adalah karena Undang-Undang

91
Thomas suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1993 hlm. 81
92
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok
Hukum Jaminandan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm 46
63
menggolongkannya kedalam golongan itu, misalnya cek, wesel, saham,
obligasi dan tagihan93
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, beliau pernah meminjam dari
seorang Yahudi dengan jaminan berupa baju besi yang masih berada pada
pada orang Yahudi tersebut pada saat wafatnya beliau.94 Di dalam Islam
jaminan termasuk dalam istilah “Kafalah” dalam hukum perniagaan.
Kafalah atau penjaminan mempunyai arti seseorang dari pihak ketiga
menjadi penjamin atas pembayaran utang yang belum terlunasi oleh orang
yang memiliki kewajiban kepada kreditur dan debitur berjanji (rihn) akan
melunasi utang, denda, atau kewajiban yang lain.95 Pada bank syariah
dikenal dua macam jaminan, diantaranya:96
1. Kafâlah bin nafs
Yaitu Jaminan berbasis personal dalam perbankan syariah
umumnya diterapkan melalui skema kafîl (Institusi penjamin
pembiayaan/kredit). Jaminan ini akan memberikan jaminan
bahwa pihak kedua/nasabah yang mengajukan kredit (makfûl
‘anhu) akan mengembalikan hutangnya (al-makfûl) kepada
pihak ketiga, yaitu bank syariah (al-makfûl lahu).
2. Kafâlah bil mâl
Yaitu Jaminan berbasis aset (kafâlah bil mâl), maka salah satu
cara yang dibenarkan oleh syariah adalah dengan
sistem rahn (gadai).
3. Kafalah bit taslim
Yaitu jaminan yang dilakukan untuk menjamin pengembailan
atas barang yang disewa pada waktu sewa berakhir.
4. Kafalah al munjazah
Yaitu Jaminan yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu
dan untuk kepentingan/ dan tujuan tertentu

93
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 281
94
Rezki Syahri Rakhmadi, Konsep dan Penerapan Sistem Jaminan Pada Lembaga
Keuangan Syariah, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1,
2013, hlm 24
95
Ayub,Muhammad.Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah.PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2007,hlm.264.
96
Muhammad Syamsudin, Jenis Anggunan,
http://www.nu.or.id/post/read/86836/mau-kredit-di-bank-syariah-kenali-dulu-
jenis-agunan-anda, diakses tanggal 01 Juli 2019.
64
F. PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN SYARIAH
Didalam perbankan syariah terdapat beberapa macam
pembiayaan atau yang biasa dikenal dimasyarakat dengan kata kredit:
1. Muḍarabah
Prinsip mudharabah menurut Abu al-Hasan Ali Ibn
Muhammad Ibn al-Habib al-Mawardi menurut al-Qur’an dan al-
Sunnah. Konsep amalan al-mudarabah yang hanya melibatkan
seorang pemodal (sahib al-mal) dengan seorang pengusaha
(mudarib) atau dengan beberapa pengusaha.97 Teori dan amalan
prinsip al-mudarabah menurut Amir Abd Al-Basit sebagaimana
telah berlaku pada masa lalu, yaitu prinsip al-mudarabah pada
masa jahiliyah sebelum Islam, dan pada awal kedatangan Islam
serta masa kejayaannya di Semenanjung Tanah Arab.98
Menurut Ghofar Mudarabah (atau kepercayaan modal) adalah
bentuk pembagian laba atau rugi (berbasis ekuitas) yang
digunakan oleh pedagang di Mekah sebelum Islam.99 Muḍarabah
disebut sebagai perjanjian kerjasama antara pemilik modal dan
pelaku usaha yang secara langsung saling membutuhkan satu
dengan yang lain.100 Pemilik modal secara langsung membutuhkan
seorang pelaku usaha yang dapat menjalankan dana yang
dimilikinya untuk suatu kegiatan usaha yang dapat menghasilkan
keuntungan.
Mudarabah adalah jenis akad dimana salah satu pihak
menyerahkan modal sementara pihak lain sebagai penerima modal
dengan mengenakan sekatan atau syarat tertentu.101 Dalam akad
mudarabah pemodal dibenarkan meletakkan syarat berkenaan
dengan perniagaan yang akan dijalankan. Dalam hal ini, pengusaha

97
Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn al-Habib al-Mawardi, Al-Mudarabah.
Dirasah wa tahqiq
Abd Al-Wahhab Hawwas. Kaherah: Dar Al-Ansar,1983, hal. 135-139
98
Amir Abd Al-Basit, Al-Mudarabah. Kaherah: Al-Syirkah Al-Misriyyah, 1994, hal.
15-20
99
Abdul-Gafoor, A, Mudaraba-Based Investment and Finance, Journal of Islamic
Banking and Finance, Vol 23, No 4, 2006, Hal 78-98
100
Ana Toni Roby Candra Yudha, Jaminan dalam Aqad Pembiayaan Muḍārabah
Perbankan Syariah di Wilayah Surabaya, Al Tijarah, Vol.1, No.1, 2015, Hal 37-58
101

65
tidak boleh melakukan perkara di luar syarat yang ditetapkan
pemodal.102
Mudharabah, adalah suatu mode pembiayaan yang melalui
bank atau pemilik modal atau rabb-al-mal menyediakan
pembiayaan modal untuk usaha tertentu yang ditunjukkan oleh
pengusaha atau mudarib.103 Dengan kata lain, Mudarabah adalah
kontrak antara dua pihak: seorang investor (individu atau bank)
yang menyediakan pihak kedua, pengusaha dengan sumber daya
keuangan untuk membiayai perusahaan tertentu. Keuntungan
kemudian dibagi di antara keduanya pihak (rabb-al-mal dan
mudarib) menurut beberapa rasio yang telah disepakati
sebelumnya, tetapi jika ada kerugian investor menanggung semua
kerugian finansial dan pengusaha kerugian operasional; terutama
biaya peluang dari usaha mereka sendiri.
Akad al-mudarabah terbagi menjadi dua bagian yaitu al-
mudarabah al-mutlaqah dan al-mudarabah al-muqayyadah.104
1). Al-Mudarabah Al-Mutlaqah
Al-mudarabah al-mutlaqah adalah jenis akad dimana satu pihak
menyerahkan modal kepada pihak lain sebagai pengusaha tanpa
ada suatu syarat apapun.105 Dalam melaksanakan akad ini, pemilik
modal menyerahkan modal kepada orang lain (pengusaha) tanpa
batas; tanpa menyatakan tempo waktu, tempat dan jenis
perniagaan.106
2). Al-mudarabah al-muqayyadah
Al-mudarabah al-muqayyadah adalah jenis akad dimana
satu pihak menyerahkan modal kepada pihak lain dengan
memberikan syarat tertentu.107 Dalam akad ini pemodal
diperbolehkan untuk meletakkan syarat tertentu di dalam

102
Muhammad Daud Bakar, Aspek-aspek perniagaan projek dalam amalan
perbankan Islam. Jurnal Syariah. No. 11. Akademi Pengajian Islam Universiti
Malaya, Kuala Lumpur, 1992,hal. 210.
103
Obaidullah, M, Islamic Financial Services, Islamic Economics Research Centre,
Jeddah, 2005, Hal 45
104
Al-Khatib (1958), op.cit, h. 310; Al-Kasani (t.t), op.cit., h. 3605.
105
Al-Khatib (1958), op.cit., h. 310; Al-Zuhayli (1981), op.cit., h. 855; lihat juga
Muhammad Syafici Antonio (2000), op.cit., h. 97
106
Al-Zuhayli (1989), op. cit., j.4, h. 480
107
Muhammad Kamal Attiyah, Perakaunan Syarikat dan Bank Menurut Sistem
Islam, (Terj), Muhammad Ghazali Abdul Wahid. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
Pustaka.,1992, hal. 223.
66
praktek pembiayaan. Syarat ini bertujuan agar terdapat
suatu manfaat bagi mengawal segala bentuk aktivitas
pengusaha ketika mengurus modal tersebut. Sehingga
apapun resiko yang terjadi akibat ketidakpatuhan
terhadap akad ini, akan ditanggung oleh pengusaha
sendirian. Persyaratan ini dimaksudkan untuk
menguntungkan manajemen dalam mengelola modal.
Oleh karena itu, setiap peristiwa yang melanggar
didalam perjanjian pembiayaan ini hanya akan
ditanggung oleh pengusaha. 108 Skema di dalam
pembiayaan mudharabah yaitu:

Menurut Imam al-Kasani tentang bolehnya meminta dan


menggunakan agunan sebagai jaminan dalam pembiayaan
mudarabah,adalah:109
A. Akad mudarabah yang disepakati bersama oleh para pihak
didasarkan pada kerelaan ṣāḥib al-māl untuk menyerahkan
kekayaan yang dimilikinya untuk dikelola oleh muḍārib.
Kerelaan tersebut merupakan tanggung jawab bagi muḍārib
untuk memelihara dan menjaga amanah sehingga investasi
mudarabah akan berjalan dengan baik.
B. Pengelolaan usaha bisnis dengan akad mudarabah, berperan
sebagai wakil dari pemilik modal. Meskipun akad wakalah
tidak dilakukan akan tetapi, mudarib memiliki posisi yang

108
Ibn Qudamah (1981), op.cit., h.169
109
Al-Khatib (1958), op.cit., Jil. 3, h. 223
67
kuat sebagai pemegang amanah dan mengemban mandat
untuk mengelola harta pemodal agar dapat mendatangkan
keuntungan melalui harta yang telah dipercayakan kepadanya.
Akad mudarabah memiliki nilai amanah dan wakalah yang
mengharuskan mudarib secara profesional mengelola usaha
dengan memperhitungkan risiko.
2. Musharakah
Menurut istilah al-musyarakah syariah adalah kontrak
kemitraan antara pemilik modal secara bersama-sama untuk
melakukan usaha patungan didalam menjalankan bisnis atau
investasi di mana mereka berdua setuju untuk memberikan
kontribusi modal dan berbagi keuntungan dan kerugian sesuai
dengan kontribusi modal masing-masing.110 Namun, terdapat
beberapa mahzab yang memberikan banyak definisi al-syirkah:
1). Hanafi: istilah kontrak antara mitra berbagi modal dan laba.111
2). Maliki persetujuan bersama yang diberikan oleh setiap anggota
mitra untuk mengelola modal dan hak retensi untuk masing-
masing mitra.112
3). Syafii: kontrak yang dibuat antara dua orang atau lebih untuk
secara bersama-sama berjanji untuk bekerja sama dalam bisnis
dengan mendistribusikan modal mereka masing-masing di
mana keuntungan dan kontrak dihitung berdasarkan kontribusi
modal.113
4). Hambali: perjanjian diantara antara dua pihak atau lebih untuk
mendapatkan hak dan kewajiban yang sama didalam
menjalankan perusahaan.114
Musharakah atau kemitraan penuh adalah suatu pengaturan di
mana dua atau lebih pihak membentuk suatu gabungan perusahaan
komersial dan semua menyumbangkan modal serta tenaga kerja dan
manajemen sebagai aturan umum.115 Muhammad Abd al-Rauf Hamzah,

110
Al-Zuhayli (1981), op.cit., Jil. 4, h. 792
111
Al-Zailaci , Tabyin al-Haqa’iq. Beirut: Dar al-Kutub al-cIlmiyyah,2000, hal. 234
112
Al-Khatib (1958), op.cit., Jil. 3, h. 223
113
Sulayman Ibn cUmar Ibn Mansur Al-cAjli, Hasyiyah al-Jumal cala Syarh al-
Minhaj. Juz 5. Beirut: Dar al-Kutub al-cIlmiyyah, 1996, hal. 269
114
Mustafa Al- Khin, al-Fiqh al-Manhaji cala Madhhab al-Imam al-Syafici. Juz 3.
Damsyiq: Dar al-Qalam, 1998,hal. 217.
115
Iqbal, M. and Molyneux, P, Thirty Years of Islamic Banking: History,
Performance, and Prospects, Palgrave Macmillan, Houndmills, New York, 2005,
Hal 200
68
mengatakan tentang konsep akad al-musyarakah didalam syariah
Islam.116 Syarat-syarat dan pembatalan akad al-musyarakah ditinjau
daripada hukum Islam.
Nurulbahiah binti Awang menyatakan bahwa keutamaan sistem
keuangan islam terletak pada prinsip al-musyarakah yaitu dalam
menjalankan kontrak pembagian keuntungan.117 Prinsip al-musyarakah
dapat diartikan bahwa keadilan didalam pembagian untung rugi dalam
prinsip al-musyarakah. Keuntungan dan kerugian yang mengalir dari
prinsip al-musyarakah kembali yang dibagi di antara para pihak dengan
rasio yang telah disepakati sebelumnya. Secara umum, prinsip al-
musyarakah paling cocok untuk pembiayaan perusahaan swasta atau
publik dan pembiayaan proyek.
Dalam konteks perbankan Islam, Musharakah adalah
digambarkan sebagai usaha patungan antara bank syariah dan
pelanggan atau perusahaan bisnis pasti operasi. Bank syariah berpotensi
bertindak sebagai penyedia dana untuk membiayai industri,
perdagangan dan hampir semua perusahaan legal baik melalui investasi
ekuitas atau partisipasi langsung. Seperti yang ditunjukkan, musharakah
memiliki banyak keunggulan yang memberikan manfaat yang sama
bagi semua pihak. Namun, bahwa sebagian besar pihak dalam kontrak
Musharakah biasanya memerlukan bantuan ahli hukum untuk
memastikan bahwa potensi Riba atau Gharar dihindari dengan
cermat.118 Adapun skema di dalam pembiayaan musyarakah adalah
sebagai berikut:

116
Saimi Bujang, Daya Saing Instrumen Musyarakah: Satu Kajian Di BIMB, Latihan
Ilmiah Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam , Universiti
Malaya, Kuala Lumpur, 2002, hal. 29-35
117
Rosnita binti Jaafar, Musharakah dan Mudarabah: Pelaksanaannya Dalam
Pembiayaan Ekuiti Di Malaysia. Disertasi Sarjana Pengajian Islam, Jabatan
Syariah, Fakulti Pengajian Islam, Universiti
Kebangsaan Malaysia, Bangi,2007, hal. 56-6
118
El-Gamal, M, A Basic Guide to Contemporary Islamic Banking and Finance, Rice
University, Houston, 2000 Hal 235
69
G. RANGKUMAN
1. Bank syari’ah merupakan lembaga keuangan yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah dalam hukum
Islam.
2. Keuntungan melakukan transaksi dalam bank syari’ah
dibandingkan bank konvensional, bahwa bank syari’ah tidak
mengenal sistem bunga melainkan bagi hasil.
3. Transaksi pada bank syari’ah meniadakan adanya unsur maghrib
yaitu maysir (unsur untung-untungan), gharar (ketidak pastian),
haram, dan riba.
4. Bank syari’ah memiliki beberapa karakteristik diantaranya
universal, adil, transparan, seimbang, maslahat, variatif, dan
fasilitas.
5. Ada beberapa macam produk yang ditawarkan oleh bank syari’ah
diantaranya investasi emas, investasi properti, saham syariah,
berinvestasi pada real bisnis, asuransi syariah, tabungan dan
deposito syari’ah, reksa dana syari’ah, dan tabungan pendidikan.
6. Bank syari’ah memiliki duamacam jaminan untuk menjamin
pinjaman yakni kafalah bin nafs dan kafalah bil mal.

H. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat!

I. PILIHAN GANDA
1. Bank merupakan salah satu lembaga....
a. Keuangan
b. Pemerintahan
70
c. Hukum
d. Eksekutif
2. Selain bank syari’ah terdapat pula bank umum yang disebut juga
sebagai….
a. Bank Rakyat
b. Bank Kredit
c. Bank Konvensional
d. Bank Masal
3. Karakteristik dari bank syari’ah adalah….
a. Maslahah dan Tolong-Menolong
b. Variatif dan Inovatif
c. Universal dan Nasional
d. Transparan dan Seimbang
4. Macam-macam produk investasi pada bank syari’ah salah satunya
adalah….
a. Reksa dana syari’ah
b. Bitcoin
c. Utang Piutang
d. UMKM
5. Salah satu produk investasi syari’ah adalah investasi saham, saham
adalah….
a. Surat izin
b. Surat berharga
c. Surat tilang
d. Surat balasan
6. Asuransi syari’ah merupakan salah satu produk bank syariah yang
bergerak pada kegiatan….
a. Penanggungan resiko dan Tolong menolong
b. Amal dan Sosial
c. Penanggulangan bencana dan Dana sosial
d. Kredit dan Debit
7. Tabungan atau deposit dalam bank syari’ah dikenal juga dengan
nama….
a. Musyarakah
b. Murabahah
c. Mudharabah
d. Wakalah
8. Pada bank syari’ah dikenal dua macam jaminan, yaitu….
a. Kafalah bil mal dan Kafalah bil ujrah
b. Kafalah bin nafs dan Kafalah bid din

71
c. Kafalah bil mal dan Kafalah bil akal
d. Kafalah bil mal dan Kafalah bin nafs
9. Jaminan dalam bentuk kafalah bin nafs lembaga yang menjamin akan
dikembalikannya pinjaman adalah….
a. Institusi Penjamin Pembiayaan
b. Institusi Pemerntahan
c. Institusi Perpajakan
d. Koperasi Simpan Pinjam
10. Dalam kafalah bil mal sistem yang diperbolehkan oleh syar’ah
adalah….
a. Jual beli
b. Rahn
c. Gharar
d. Riba

II. URAIAN
1. Turunlah ke lapangan. Carilah bank yang memiliki basis Syariah
dikotamu, kemudian analisislah hal-hal berikut ini:
a. Produk investasi bank Syariah.
b. Mekanisme dalam berinvestasi melalui perbankan Syariah.
2. Seminarkan hasil analisismu didepan teman-temanmu!

72
BAB VI PEGADAIAN SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan hal-ha mengenai
pegadaian syariah beserta
produk-produknya”.

A. PENGERTIAN PEGADAIAN SYARIAH


Dalam Islam, Pegadaian biasa dikenal dengan rahn. Rahn, secara bahasa
yakni nama barang yang dijadikan jaminan kepercayaan.119 Sedangkan
menurut Islam ar-Rahn merupakan sarana saling tolong menolong
(ta’awun) bagi umat Islam tanpa disertai dengan adanya imbalan jasa.120
Menurut syara’ adalah menyandera sejumlah harta yang dijadikan jaminan
secara hak, dan bisa diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Zakaria
Al-Anshari, rahn adalah menjadikan barang yang sifatnya harta benda
sebagai kepercayaan suatu yang dapat dibayarkan jikalau utang tidak
dibayar.121
Senada dengan definisi tersebut, Yusof Al-Qardawi dalam
bukunya ‘Al-Halal wa Al-Haram fil mendefiniskan rahn, adalah
penyerahan barang yang dari muqtaridl atau orang yang berhutang, barang
ini sebagai jaminan atas hutang yang diterima sebagai tanda kepercayaan
saat hutang itu sulit dibayar.122 Fungsi penyerahan barang adalah pihak
yang memberi hutang memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya apabila peminjam tidak mampu
membayar hutangnya sesuai dengan yang disepakati. Menurut para Ulama
terdapat empat Madzhab tentang rahn :123
1. Madzhab Maliki

119
Ibrahim Anis, et al., Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta,
2010, hlm. 286.
120
Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000), cet. ke-
1, hlm. 251
121
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,
2007), 156-157.
122
Mohd Bin Arifin, Mohd Zaini Bin Yahya, Afendi Bin Sahi, Pendidikan Syariah
Islamiah Tingkatan 4, Penerbit Dewan Bahasa Dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2007
123
Affandi, Yazid, Fiqh Muamalah dan Implementasinya Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2009, hlm 26
73
Harta yang dijadikan jaminan oleh pemiliknya bersifat mengikat.
Menurut madzhab Maliki harta tersebut bukan saja berupa materi,
namun dapat juga berupa manfaat atau jasa. Harta yang diserahkan
tidak harus secara aktual atau nyata, tetapi dapat pula secara hukum.
Misalnya, menyerahkan jaminan rumah, maka yang diserahkan adalah
sertifikatnya.
2. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berpendapat bahwa menjadikan suatu barang sebagai
jaminan terhadap hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun
sebagiannya.
3. Madzhab Syafi’I dan Hambali
Menurut kedua madzhab ini maka materi (barang) sebagai jaminan
utang yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran utang apabila
orang yang berhutang tidak mampu membayar hutangnya. Harta yang
dimaksud oleh madzhab ini sebatas berupa materi, bukan termasuk
manfaat.
Menurut pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berpiutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaaan kepada
orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya. Sebagai
pengecualian, biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,
biaya-biaya mana harus didahulukan.
Adapun dasar hukum rahn dalam Al-Qur an, terdapat dalam surat
Al-Baqarah ayat 283 yakni sebagai berikut:
ُ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َِجدُوا كَاتِبًا فَ ِرهَا ٌن َم ْقبُوضَةٌ ۖ فَ ِإنْ أَمِ نَ بَ ْع‬
‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليُؤ َِد الَّذِي‬ َ ‫علَ ٰى‬
َ ‫َوإِنْ ُك ْنت ُ ْم‬
‫َّللاُ بِ َما‬ ْ َ َ َ
َّ ‫شهَا َدة ۚ َو َمنْ يَ ْكت ُ ْمهَا ف ِإنَّهُ آثِ ٌم قلبُهُ ۗ َو‬
َّ ‫َّللا َربَّهُ ۗ َو ََل ت َ ْكت ُ ُموا ال‬ ِ ‫اؤْ تُمِ نَ أ َ َمانَتَهُ َوليَت‬
َ َّ ‫َّق‬ ْ
َ َ‫ت َ ْع َملُون‬
.‫علِي ٌم‬
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang

74
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan

B. SEJARAH PEGADAIAN SYARIAH


Pegadaian pertama kali terjadi di bangsa-bangsa Eropa yaitu di
Italia, Inggris, dan Belanda, kemudian pada abad 19 diperkenalkan di
Indonesia oleh Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff dengan mendirikan
Bank Van Leening.124 Bank tersebut bertugas untuk memberikan jasa
pinjaman dana dengan syarat penyerahan jaminan berupa barang
bergerak.125
Pada perkembangannya pegadaian sudah beberapa kali berubah
status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961,
kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1969 menjadi
Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1990 yang telah diperbaharui dengan Peraturan
Pemerintah No. 103 Tahun 2000 berubah lagi menjadi Perusahaan Umum
(PERUM). Pada tahun 2011, perubahan status kembali terjadi yakni
dari Perum menjadi Perseroan yang telah ditetapkan didalam Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2011 yang ditandatangani pada tanggal 13
Desember 2011. Beberapa perubahan yang terjadi dengan pegadaian
tersebut menjadikan lembaga ini lebih efektif dalam membantu masyarakat
dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan
hukum gadai.126
Berdasarkan PP Nomor 103 tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian
melakukan kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman
atas dasar hukum gadai. selain itu perusahaan ini juga menjalankan usaha
lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia,
layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia dan batu adi, toko emas,
industri emas dan usaha lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian
mengemban misi untuk ;127
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah
ke bawah

124
Mariam Darus Badrulzaman, 1981, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai &
Fiducia, Penerbit Alumni, Bandung, Hlm. 71
125
Mariam Darus Badrulzaman, 1981, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai &
Fiducia, Penerbit Alumni, Bandung, Hlm. 71
126
Anshori, A. G, Gadai syariah di Indonesia: Konsep, implementasi dan
institusionalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2006, hlm 29
127
Ibid.,
75
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman
tidak wajar lainnya.
Tujuan mengindarkan masyarakat dari praktek riba dipertegas
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1990. Misi ini tetap tidak
berubah hingga terbitnya Peraturan Pemerintah No.103 tahun 2000 yang
dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha perum pegadaian sampai saat
ini.
Konsep operasional pegadaian syariah mengacu pada sistem
administrasi modern yaitu asas rasionalitas, asas efisiensi dan asas
efektifitas yang disesuaikan dengan dengan prinsip dalam Islam. Fungsi
operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor
Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai
satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian.
ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah
pengelolaannya dari usaha gadai konvensional.128
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) terkait pengembangan
pegadaian syariah, terdapat pada fatwa No.25/DSNMUI/III/2002 tentang
rahn dan fatwa No.26/DSNMUI/III/2002 tentang gadai emas syariah atau
rahn emas. Kedua fatwa ini memberikan rambu-rambu bahwa pinjaman
dengan cara menggadaikan emas sebagai jaminan diperbolehkan. Salah
satu alasan keluarnya fatwa tentang rahn emas itu didasari oleh kebiasaan
masyarakat yang pada umumnya menjadikan emas sebagai barang
berharga untuk disimpan dan dapat digadaikan sewaktu-waktu. Emas
sebagai obyek rahn berfungsi sebagai barang jaminan untuk mendapatkan
pinjaman uang. Sejak adanya fatwa tersebut maka beberapa bank syariah
juga membuka layanan gadai emas sebagai alternatif layanan mereka dan
berkembang sebagai gadai syariah di Indonesia.

C. KONSEP PEGADAIAN SYARIAH DI DALAM ISLAM


Ar-rahnu merupakan konsep gadai menurut islam yang di
dalamnya tergabung beberapa konsep-konsep syariah, yaitu Ar-rahnu, Al
wadiah Yad Dhamanah dan Al-Qard.
1. Ar-Rahnu
Konsep Ar-rahnu merupakan suatu makanisme dimana satu barang
yang berharga yang mempunyai nilai di sisi syarak sehingga dapat
dijadikan cagaran atau sandaran yang terikat dengan pinjaman yang boleh

128
Zaenudin, Preferensi masyarakat terhadap gadai syariah pada kantong
cabang pegadaian syariah Margonda Depok tahun 2005. Tesis, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 31
76
dibayarkan dengan cara menjual atau melelang barang tersebut untuk
mendapatkan kembali hutang yang telah diberikan. Hal tersebut terjadi
karena pihak yang berhutang tidak dapat membayarkan hutangnya pada
waktu yang dijanjikan.
2. Al-Wadi’ah Yad Dhamanah
Al-wadi’ah yad dhamanah mempunyai maksud bahwa simpanan
barang yang berharga dengan jaminan, dimana setiap barang yang
disimpan akan dikenakan upah untuk menyimpan dan menjaga barang
tersebut. Pada sistem gadai orang yang ingin mendapatkan pinjaman akan
memberikan barang yang berharga seperti emas, tanah, mobil ataupun
barang-barang lain yang mempunyai nilai kepada orang yang akan
memberikan pinjaman untuk disimpan sebagai jaminan terhadap pinjaman
yang diberikan. Dalam kondisi ini pemberi gadai wajib untuk menjadi
orang yang menjaga amanah dan ia sama sekali tidak mempunyai hak
terhadap barang yang simpanannya karena ia telah diberikan upah untuk
menjaga barang tersebut. Apabila barang tersebut rusak ketika berada di
bawah kekuasaan pemberi gadai, maka pemberi gadai wajib untuk
membayar ganti rugi akibat dari kerusakan yang terjadi atas barang
tersebut. Firman Allah yang bermaksud:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala


jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila
kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu
menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya
Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat. (Surah An-Nisa’ 4:58)
3. Al-Qard
Al-Qard merupakan pinjaman yang diberikan untuk tujuan
memberikan menolong. Al-Qard merupakan pemberian hutang oleh satu
pihak kepada pihak yang lain tanpa adanya sedikitpun keuntungan atau
bayaran lebih selama masa pinjaman. Dalam Ar-Rahnu ia merujuk kepada
pinjaman yang diberikan kepada peminjam berdasarkan aturan tertentu
77
daripada nilai marhun (barang gadaian). sedangkan upah simpanan
dikenakan untuk menyimpan barang gadaian sesuai dengan kadar yang
disetujui bersama oleh kedua belah pihak.
Akad qardh digunakan pada praktik rahn emas. Pada praktik rahn
emas, marhun hanya berupa barang yang tidak dapat dimanfaatkan,
sehingga murtahin akan mendapatkan biaya upah penyimpanan dari rahin
karena murtahin telah menjaga dan merawat marhun.129 Murtahin juga
diperbolehkan untuk menentukan besarnya biaya administrasi kepada
rahin. Pada akad qardh ini, rahn hanya mengembalikan modal pinjaman
dan menggunakan transaksi berdasarkan prinsip biaya administrasi.
130
Apabila mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian
tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. Untuk menghindari riba,
maka pengenaan biaya administrasi pada pinjaman harus dinyatakan
dengan cara sebagai berikut:131
1. Harus dinyatakan dalam nominal, bukan persentase.
2. Sifatnya harus nyata, jelas dan pasti, serta terbatas pada hal-hal
yang mutlak diperlukan untuk terjadinya kontrak.

D. SYARAT GADAI SYARIAH


Ketentuan dalam melaksanakan gadai syariah adalah sebagai
berikut:
1. Rahin, dan Murtahin yakni pihak yang melakukan perjanjian rahn.
Syarat utama bagi mereka yang berhak adalah berakal, sehat, dan
mampu melakukan transaksi.Rahin, dan Murtahin kedua-duanya
harus:
a. Berakal : Pemberi gadai dan penerima gadaian mestilah
mempunyai akal sehat. Pemberi gadai wajib menjaga barang
digadaikan dan tidak boleh menggadaikannya.
b. Baligh : Orang yang sudah dewasa, sehat jas mani maupun
rohani dan tidak gila.
c. Cerdik : Pemberi gadai harus mempunyai
keahlian dalam mengurus dan menyimpan harta penerima gadai
(ahliyatut tabaru').

129
Naida Nur Alfisyahri dan Dodik Siswantoro, Praktik dan karakteristik gadai
syariah di Indonesia, SHARE, Vol.1, No. 2, 2012, hlm 126
130
Soemitro, Asas-asas perbankan Islam dan lembaga-lembaga terkait: BMI dan
takaful di Indonesia (edisi revisi), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 34
131
Rais, S., Analisis gadai syariah di pegadaian unit layanan syariah (PULS) Dewi
Sartika Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 20
78
d. Tidak dipaksa : Pemberi gadai dan penerima gadaian
melakukan kegiatan gadai dengan kehendak sendiri tanpa
paksaan orang lain.
e. Harta atau barang yang digadaikan harus milik penggadai.
2. Marhun yakni barang yang digadaikan. Secara umum, barang
gadai harus memenuhi syarat harus dapat diperjualbelikan, harus
bernilai, bisa dimanfaatkan secara syariah, diketahui keadaan
fisiknya, dan dimiliki oleh rahin. Adapun syarat dari marhun
adalah:
a. Suci sesuai dengan ketentuan syarak.
b. Marhun ialah barang yang dapat memberi faedah kepada
manusia.
c. Marhun adalah milik rahin atau penggadai.
d. Marhun tersebut telah dimiliki dan boleh diserahkan
ketika berlakunya akad atau sighah.
e. Marhun telah ditentukan harganya.
f. Berlaku penyerahan dan penerimaan barang yang
digadaikan.
3. Marhun bih (utang) ialah barang yang diberi kepada penggadai itu
ialah barang yang dijadikan jaminan. beberapa ketentuan marhun
bih adalah sebagai berikut:
a. Diserahkan kepada pemiliknya, yaitu rahin, karena tidak
perlu memberikan jaminan tanpa ada barang yang
dijaminnya.
b. Diambil oleh rahin jika terjadi pelunasan hutang.
c. Hak marhun bih harus jelas (ma’lum), tidak boleh majhul
(samar/tidak jelas).
4. Shighat Ijab dan Qabul yakni kesepakatan antara pihak yang
melakukan transaksi.
Di samping syarat-syarat di atas, jumhur ulama sepakat bahwa
gadai dianggap sempurna apabila barang yang digadaikan itu secara
hukum sudah berada di tangan pemberi utang, dan uang yang dibutuhkan
telah diterima peminjam uang. Para ulama menyebut syarat ini adalah
qabdh al-marhun atau barang jaminan dikuasai secara hukum oleh
pemberi piutang.
Hal-hal yang dapat membatalkan gadai ialah apabila seseorang
yang menggadaikan barangnya telah membayar keseluruhan hutangnya
kepada pemberi gadain ataupun barang yang digadaikan tersebut telah
diserahkan kepada penggadai. Pembatalan pada gadai juga berlaku apabila
barang yang digadaikan telah rusak dan orang yang memegang gadai atau

79
pemeberi gadai tersebut telah meninggal dunia. Jika penggadai tidak dapat
membayarkan hutangnya pada jangka waktu yang telah ditetapkan dan
penerima gadaai tersebut telah menjual barang gadaiannya, maka hal
tersebut dapat membatalkan proses gadai yang berlaku atau barang gadai
tersebut telah disewa atau disedekahkan kepada orang lain. Pembatalan
juga dapat berlaku apabila orang yang memegang barang gadaian tersebut
membatalkan proses gadaian walaupun tanpa pengetahuan penggadai.

E. FUNGSI DAN KARAKTERISTIK PEGADAIAN SYARIAH


Pegadaian syariah ini bertindak sebagai lembaga keuangan
alternative bagi masyarakat guna menetapkan pilihan dalam pembiayaan
sektor riil. Pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang terbilang
baru di Indonesia. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem
administrasi modern yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas yang
diselaraskan dengan nilai Islam.
Seiring dengan berkembangnya produk-produk berbasis syariah
yang kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga turut mengalami
pertumbuhan. Pegadaian syariah hadir dalam bentuk mitra kerja antara
bank syariah dengan Perum Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai
Syariah dibeberapa kota di Indonesia. Disamping itu adapula bank syariah
yang menjalankan produk gadai (ar-Rahn) sendiri.
Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya ber-pegang
pada prinsip syariah. Pada dasarnya, produk-produk prinsip syariah
memiliki karakteristik seperti, tidak memugut bunga dalam berbagai
bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditas yang diperdagangkan, dam melakukan bisnis untuk
mendapatkan balas jasa/bagi hasil. Perusahaan gadai secara struktural
berada dibawah Departemen Ditjen Keuangan. Secara operasioanl
pengawasan kerja dilakukan oleh Ditjen Moneter meliputi proses penilaian
& pengesahan rencana kerja dan anggaran perusahaan, pemberian izin
investasi, penarikan kredit, &pelepasan kekayaan milik perusahaan,
penilaian laporan keuangan, dan kinerja manajemen dan kinerja
perusahaan.132
Produk ar-Rahn ini berjalan sesuai dengan syariah Islam yang
dimana diharamkan sepeserpun pihak penerima gadai menerima bunga
dalam berbagai macam bentuk disetiap pelunasan kredit yang dimana

132
Muh. Ishak Agus dan Syahruddin Yasen, Studi Komparasi Operasional Produk
Pegadaian Syariah danGadai Konvensional, (Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol.
2 No. 1, Januari-Juni 2018).
80
barang jaminan milik nasabah dipegang oleh pihak penerima gadai selama
kredit yang disaurkan ke nasabah itu telah lunas dan berakhirnya suatu
gadai. Gadai (ar-Rahn) ini sendiri lebih transparan karena apabila barang
milik nasabah digadai karena tidak mampu melunasi kreditnya, barang
jaminan itulah yang akan digadai oleh pihak penggadai (perbankan/
perusahaan gadai) dan setelah ditaksir, nilainya akan dibandingkan dengan
jumlah kredit nasabah tersebut.
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI/III/2002 No. 25
tentang Rahn menjelaskan beberapak ketentuan yang harus dipenuhi dalam
rahn diantaranya adalah:
1. Murtahin (penerima barang) berhak untuk menahan marhun
(barang) sampai semua hutang rahn (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn. Pada
prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin rahn. Sekalipun demikian pemanfaatan marhun
tidak boleh mengurangi nilai marhun dan adanya
pemanfaatannya oleh murtahin hanya sekadar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh
murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
tetap menjadi kewajiban rahn.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak
boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan marhun, yakni sebagai berikut:
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan
rahn untuk segera melunasi utangnya.
b. Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka
marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai
syariah.
c. Hasil penjulan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahn.
pemaparan karakteristik diatas dapat dirumuskan perbedaan antara
pegadaian syariah dengan pegadaian konvensional dalam tabel berikut:

81
No Aspek Pegadaian Pegadaian
Syariah Konvensional
1 Landasan Tolong menolong Mencari keuntungan
Operasional melalui bunga
2 Bunga Tidak ada Ada
3 Objek rahn Seluruh benda Hanya benda bergerak
4 Jumlah Pinjaman 90% dari taksiran 92 % untuk golongan
A, 86-88% untuk
golongan BCD
5 Biaya administrasi Berdaasarkan Berdasarkan golongan
barang barang
6 Jasa simpanan Sesuai simpanan Sesuai uang pinjaman
4 Dewan Syariah Ada Tidak ada
Nasional

F. PRODUK INVESTASI DI PEGADAIAN SYARIAH


Selain bergerak di sektor gadai atau rahn, Pegadaian Syariah juga
menyediakan jasa investasi. Berikut ini adalah produk-produk investasi
Pegadaian Syariah:133
1. MULIA merupakan layanan pegadaian syariah dalam bentuk
penjualan emas batangan kepada masyarakat dalam bentuk tunai
atau angsuran. Produk investasi ini tergolong aman untuk
tabungan mewujudkan kebutuhan masa depan.
2. ARRUM Haji merupakan produk dari Pegadaian Syariah yang
memungkinkan untuk bisa mendapatkan porsi haji dengan jaminan
emas. Adapun keunggulan dari produk ini adalah:
a. Memperoleh tabungan haji yang langsung dapat digunakan
untuk memperoleh nomor porsi haji.
b. Emas dan dokumen haji aman tersimpan di Pegadaian.
c. Biaya pemeliharaan barang jaminan terjangkau.
d. Jaminan emas dapat dipergunakan untuk pelunasan biaya haji
3. Konsinyasi Emas adalah layanan titip-jual emas batangan di
Pegadaian sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah
lebih aman karena disimpan di Pegadaian. Keuntungan dari hasil
penjualan emas batangan diberikan kepada Nasabah, oleh sebab
itu juga emas yang dimiliki lebih produktif. Adapun keunggulan
dari produkini adalah:

133
pegadaiansyariah.co.id
82
a. Dikelola oleh PT Pegadaian (Persero) yang merupakan
BUMN terpercaya.
b. Emas terproteksi 100%.
c. Transparan dalam pengelolaan.
d. Menghasilkan keuntungan yang kompetitif dengan investasi
lainnya.
4. Tabungan Emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas
dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau. Layanan ini
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi
emas.Keunggulan produk ini antara lain:
a. Pembelian emas mulai dari berat terendah sampai tertinggi,
sehingga terjangkau bagi masyarakat.
b. Petugas yang profesional.
c. Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio aset.
d. Mudah dan cepat dicairkan untuk memenuhi kebutuhan dana
Anda.

G. RANGKUMAN
1. Pegadaian syariah (rahn) adalah menjadikan barang yang
sifatnya harta benda sebagai kepercayaan suatu yang dapat
dibayarkan jikalau utang tidak dibayar.
2. Syarat gadai syariah adalah adanya rahin dan murtahin,
marhun, marhun bih, dan shighat ijab dan qabul.
3. Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya ber-
pegang pada prinsip syariah.
4. Perbedaan antara pegadaian syariah dengan pegadaian
konvensional terletak pada landasan oprasionalnya adalah
tolong menolong, tidak adanya bunga, objeknya seluruh
benda, jumlah pinjaman 90% dari taksiran, biaya administrasi
berdasarkan barang, jasa simpanan sesuai simpanan, adanya
Dewan Syariah Nasional.
5. Pegadaian Syariah juga menyediakan jasa investasi
diantaranya Mulia, ARRUM Haji, Konsinyasi emas, dan
Tabungan emas.

H. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat.

I. PILIHAN GANDA
1. Pegadaian dalam agama Islam dikenal dengan istilah…

83
a. Gharar
b. Rahn
c. Riba
d. Maisir
2. Dasar hukum Rahn terletak dalam Al-Qur’an Surah…
a. Al-Baqarah 283
b. Al-Imran 17
c. An-Nisa’ 25
d. Al-Qiyamah 20
3. Salah satu syarat gadai syariah yakni, kecuali…
a. Marhun bih
b. Nasabah
c. Rahin dan Murtahin
d. Shighat Ijab Qabul
4. Syarat utama bagi rahin dan murtahin adalah…
a. Dalam pengampuan
b. Gila
c. Mampu melakukan transaksi
d. Anak kecil
5. Dibawah ini yang termasuk syarat dari marhun (barang yang
digadaikan) adalah…
a. Barang najis
b. Barang curian
c. Barang palsu
d. Memiliki nilai
6. Sama halnya dengan produk syariah yang lain, Rahn juga
harus terhindar dari…
a. Riba’
b. Hadiah
c. Pencurian
d. Bersenang-senang
7. Landasan oprasional yang diterapkan oleh pegadaian
konvensional ialah mencari keuntungan melalui bunga
sedangkan pegadaian syariah adalah…
a. Transfer risk
b. Hutang budi
c. Tolong-menolong
d. Penagihan

84
8. Selain bergerak pada usaha gadai pegadaian syariah juga
mengelola sektor investasi berikut investasi pada pegadaian
syariah, kecuali…
a. Arrum Haji
b. Arisan Sembako
c. Konsinyasi Emas
d. Mulia

II. URAIAN
1. Jelaskan pengertian pegadaian syariah!
2. Sebutkan satua pengawas Pegadaian Syariah berikut tugas-
tugasnya!

85
BAB VII PASAR MODAL SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan hal-hal mengenai
investasi di pasar modal syariah
beserta produk-produknya”.

A. PENGERTIAN PASAR MODAL SYARIAH


Dalam melakukan kegiatan usaha ekonomi, salah satu faktor produksi
yang perlu disediakan para pelaku bisnis adalah ketersediaan modal.
Modal ada kalanya berasal dari internal perusahaan tetapi tidak sedikit
pula yang berasal dari sumber eksternal
Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari kata “ stock
market.” Menurut Rosenberg (1983): “ stock market is the place trough
which the buying and selling of stock for purpose of profit fot both buyers
and sellers of security take place.” Pasar modal merupakan tempat
membeli atau menjual surat-surat berharga (efek) dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak dari sekuritas yang
diperdagangkan. 134
Pasar modal merupakan sarana yang dapat mempertemukan antara
pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang
berkekurangan dana (defisit fund), di mana dana yang diperdagangkan
merupakan dana jangka panjang. Perbedaan pasar modal dengan dengan
pasar uang terletak pada jangka waktu dana yang diperdagangkan.135
The money and capital market and the financial system that
surrounds then are continually in transition, continually moving
toward something news. As we observed in the opening chapter,
cannot step into the same river twice, for rivers are ever flowing
onward and so it is with the financial system of money and capital
market.136

134
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah ( Tinjauan Hukum ) ; Yogyakarta: UII
Press, 2008), h. 11-10
135
Ibid., h. 23
136
Peter S.Rose, Money and Capital Market , The Global Financial System in
Perspective ( The Asia Foundation), h. 86
87
Menurut para ahli yang dimaksudkan dengan pasar modal adalah pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual
belikan dengan baik dalam bentuk utang ataupu modal sendiri. Menurut
Sunariyah pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang
digunakan sebagai tempat memperdagangkan saham-saham, obligasi-
obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara pedagang efek.137 Pasar modal (capital market) adalah pasar
keuangan untuk dana dana jangka panjang dan merupakan pasar yang
konkret. Oleh karenanya pasar modal secara umum merupakan tempat
transaksi jual beli untuk memperoleh modal138
Adapun prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal
konvensional. Sejumlah instrument pasar modal syariah yang telah
dikenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan
syariah, yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha sesuai
dengan prinsip syariah.
Dalam pasar modal syariah, terdapat beberapa pihak yang terlibat
dalam kegiatannya. Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Emiten, yakni perusahaan yang melakukan penjualan surat-surat
berharga, atau melakukan emisi.
2. Investor merupakan pembeku atau penanam modal pada
perusahaan yang melaksanakan emisi.
3. Perusahaan pengelola dana merupakan perusahaan yang
beroperasi di pasar modal dengan mengelola modal yang berasal
dari investor
4. Reksa dana yakni salah satu alternative investasi begi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko
atas investasi mereka.

B.
FUNGSI DAN KARAKTER PASAR MODAL SYARIAH
Menurut Hadi pasar modal memiliki fungsi besar bagi pihak-pihak
yang ingin memperoleh keuntungan dalam berinvestasi dan pasar modal
juga memiliki peranan penting bagi para investor dan perusahaan di

137
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, CV. Alfabeta, Bandung, Hal 4
138
Awaluddin., Jurnal Kajian Ekonomi Islam - Volume 1, Nomor 2, Juli Desember
2016 ; ( STAI Solok nan Indah )
88
Indonesia.139Adapun fungsi keberadaan pasar modal syariah menurut
Metwally adalah sebagai berikut:140
1. Sarana bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian keuntungan dan resikonya
2. Sarana bagi pemegang saham untuk menjual sahamnya
3. Sebagai sarana perusahaan meningkatkan modal untuk
membangun produksinya
4. harga saham mempengaruhi kemungkinan investasi pada
ekonomi.
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal syariah memiliki prinsip
dalam membentuk karakter strukturnya. Adapun hal-hal itu adalah sebagai
berikut:
1. Efek yang diperjualbelikan adalah representasi dari barang dan
jasa yang halal
2. Transparansi informasi
3. Menghindari maisir riba’ dan gharar
4. Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara spotif
5. Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat; objek pelakunya
sama dan dalam satu periode.
6. Diawasi oleh BAPEPAM dan Dewan Syariah Nasional

C.INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH


Intrumen pasar modal syariah berbeda dengan instrumen pasar modal
konvensional. Beberapa instrumen syariah di pasar modal sudah
diperkenalkan kepada masyarakat. Saham yang memenuhi kriteria syariah
adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang bergerak di bidang usaha
yang sesuai dengan syariah. Instrumen-instrumen pasar modal di atas akan
dijelaskan di bawah ini:
a. Saham (stock)
salah satu Instrumen pasar modal yang paling banyak peminatnya
adalah saham, karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham dapat diartikan sebagai tanda penyetaan modal seorang
atau sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan

139
Nor Hadi, Pasar Modal Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal, Graha Ilmu, Bandung, 2013, Hal 16
140
MM. Metwally, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Jakarta: Bangkit Daya
Insani, 1995), 177.
89
terbatas.141 Saham adalah surat berharga yang berdampak pada
kepemilikan terhadap suatu perusahaan.142 Artinya, ketika seseorang
membeli saham berarti orang tersebut merupakan salah satu pemilik
perusahaan. Semakin banyak saham yang ia miliki, maka semakin besar
pula kekuasaan dan wewenangnya pada perusahaan tersebut. Keuntungan
yang diperoleh dari saham adalah deviden.143 Pembagian deviden ini
ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
pasar modal syariah dan pasar modal konvensional tidak banyak
memiliki perbedaan. Hanya saja dalam konsep syariah, saham yang
diperdagangkan pada pasar modal syariah harus datang dari emiten yang
memenuhi kriteria-kriteria syariah. Selain itu aturan didalam jual beli
saham tetap mengacu kepada pedoman jual beli barang pada umumnya,
yaitu terpenuhinya rukun, syarat, aspek, ‘an-taradhin, serta terhindar dari
unsur maysir, gharar, riba, dan najasyi.144 Allah SWT berfirman dalam
surat An-Nisa ayat 29 :
‫ع ْن ت ََراض مِ ْن ُك ْم ۚ َو َّل‬ َ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا َّل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل ِإ َّّل أ َ ْن تَ ُكونَ ِت َج‬
َ ‫ارة‬
‫َرحِ يما‬ ‫ِب ُك ْم‬ َ‫كَان‬ َ َّ
‫ّللا‬ ‫ِإ َّن‬ َ ُ‫أ َ ْنف‬
ۚ ‫س ُك ْم‬ ‫تَ ْقتُلُوا‬
Artinya : “Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…”(QS. al-Nisa‟ [4]: 29)
Para ulama kontemporer sepakat bahwa jual beli saham dibolehkan
secara syariah dan hukum positif yang berlaku. Saham yang dimiliki oleh
seseorang merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan tertentu yang
berbentuk aset, dengan kata lain saham merupakan cerminan kepemilikan
atas aset tersebut.
b. Obligasi syariah
Obligasi adalah salah satu jenis hutang yang berjangka panjang.
Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat hutang dengan tenor
di atas 5 tahun disebut obligasi. Namun demikian ada juga beberapa surat
utang bertenor 3 tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan

141
: Hanafi, Mamduh M.; Husnan, Suad; Tandelilin, Eduardus; Taswan, Bank Risk
And Market Discipline, Journal of Indonesian Economy & Business (Jurnal
Ekonomi & Bisnis Indonesia,) vol. 27 no. 3, 2012, Hal 303
142
Darmadji dan Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia, Salemba Empat,
Jakarta,2012, Hal 5
143
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Hukum Ekonomi Syariah
Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta; Kencana, 2012, hlm.
284
144
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Hukum Ekonomi Syariah
Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta; Kencana, 2012, hlm.295
90
dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi.145
Perusahaan yang ingin mendapatkan modal dapat menggunakan
instrumen obligasi. Keuntungan dari membeli obligasi diwujudkan dalam
bentuk kupon. Adapun perbedaan antara obligasi dengan saham terletak
pada hak manajemen dan kekayaan yang tidak dimiliki oleh pembeli
obligasi. Pihak perusahaan yang mengeluarakan obligasi hanya mengakui
mempunyai hutang kepada si pemegang obligasi sebesar obligasi yang
dimilikinya. Dengan demikian, obligasi termasuk dalam kategori modal
asing atau hutang jangka panjang. Hutang tersebut akan dibayarkan pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun perbedaan obligasi pada pasar modal syariah dengan obligasi
di pasar modal konvensional adalah obligasi di pasar modal konvensional
merupakan suatu jenis produk keuangan yang tidak dibenarkan oleh Islam
karena menggunakan sistem bunga. Sedangkan obligasi dalam pasar modal
syariah Menurut Muhammad al-Amin yang dikutip oleh Sholahuddin,
bahwa instrumen obligasi syariah menggunakan prinsip mudharabah,
musyarakah, ijarah, istishna’, salam, dan murabahah. Dengan
menggunakan prinsip-prinsip tersebut, obligasi syariah menjadi tergantung
kepada prinsip mana yang digunakan emiten.146
Pada prinsipnya sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga
sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu transaksi
atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction).147 Sukuk
dapat berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi-hasil), musyarakah atau
yang lain. Sukuk yang saat ini telah banyak diterbitkan adalah berdasar
akad sewa (sukuk alijarah). Hasil investasi didapatkan dan dikaitkan dari
arus pembayaran sewa aset. Hukum dalam instrumen investasi ini dapat
dipandang sebagai inovasi baru atau pemikiran kontemporer dalam
keuangan syariah Sukuk bukan instrumen utang piutang dengan bunga
(riba), seperti obligasi yang kita kenal dalam keuangan konvensional,
tetapi sebagai instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu
underlying asset dengan prinsip syariah yang jelas.

145
Tarmiden Sitorus, Pasar Obligasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, Hal
299
146
Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2006), 163.
147
Nurul Huda, Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi
Yarsi, Volume 3 Nomor 2, 2006, Hal 66
91
c. Reksadana syariah
Reksadana didefinisikan sebagai wadah pengelolaan investasi yang
memiliki tanggung jawab untuk menampung dana modal dari investor
pada beberapa sektor tertentu, yang dikelola oleh manajer investasi yang
memiliki berbagai macam portofolio efek.148 Reksadana adalah suatu
wadah keuangan yang dibentuk oleh lembaga keuangan khusus yang
berpengelaman di bidang manajemen investasi dengan tujuan menghimpun
harta simpanan tiap individu, mengelola investasi pada bidang-bidang
yang beragam, menghasilkan laba bagi para pemodal, dan menjamin
keamanan investasi dengan cara memanfaatkan keuntungan diversifikasi149
Reksa dana syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang
dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi menawarkan reksa dana
syariah kepada investor yang berminat. Kemudian dana investor yang
diperoleh dikelola oleh manjer investasi untuk ditanamkan dalam saham
atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.150 Reksa dana syariah
memiliki beberapa keistimewaan dan keuntungan, di antaranya:151
1. Modal investasi dikelola oleh para ahli yang berkecimpung di dunia
investasi.
2. Adanya penyesuaian dengan kapasitas sang pemodal, di mana tiap unit
investasi memiliki kelompok yang bebeda, di antaranya ada yang
berskala mikro dan juga makro.
3. Diversifikasi investasi, keringanan beban dimana dalam hal ini berupa
minimalisasi resiko dari pada investasi, dan ini tak bisa terlaksana tanpa
adanya pendapatan yang besar.
4. Lebih mudah dalam berkongsi, pengembalian modal, dan
meningkatkan jumlah investasi.
Hubungan antara si pemodal dengan pengelola reksadana, pelaksanaan
akad antara keduanya tidak terlepas dari kondisi di bawah ini:
1. Akad berupa mudhorobah, karena akad mudhorobah akan mengikat
kedua belah pihak. pemilik hartadan pemilik jasa, keduanya saling

148
Majma Al Fiqh edisi 9, juz 2, 120
149
Layanan investasi di lembaga-lembaga keuangan beserta hukum-hukumnya
menurut tinjauan Fiqh 1/84
150
Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2006), 164.
151

92
bekerjasama dan menentukan besarnya keuntungan sesuai dengan
awal perjanjian yang telah mereka sepakati.152
2. .Akad wakalah(perwakilan) dengan upah dari investor kepada
pihak pengelola reksadana. Pendelegasian kepada seseorang untuk
bertindak selayaknya orang yang mendelegasikan dalam suatu
urusan.153 Apabila pihak manajer investasi reksadana telah
menunaikan tugasnya, maka manajer mempunyai hak atas sejumlah
uang pada setiap kondisi atau persentase tertentu dari keuntungan
modal harta yang dititipkan (diinvestasikan), sebagai bentuk timbal
balik terhadap pihak pengelola, baik ketika harta investasi
mengalami untung ataupun rugi. Ini adalah bentuk gambaran kedua
dalam pengelolaan investasi reksadana.154

D.PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH


Pasar Modal Syariah resmi diluncuran pada 14 Maret 2003 bersamaan
dengan penandatanganan MoU antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Kendatipun resmi pada
tahun 2003, sebenarnya instrument pasar modal telah ada sejak tahun 1997
yang ditandai dengan peluncuran reksadana Islam oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya, lahirlah Jakarta Islamic Index (JII)
pada tahun 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
menanamkan dananya sesuai syariah. Dengan adanya JII, maka investor
telah disediakan saham-saham yang memungkinkan untuk berinvestasi
sesuai prinsip islam.
Perkembangan selanjutnya, instrument pasar modal terus mengalami
upgrading dengan adanya Obligasi Islam PT Indosat Tbk pada tahun 2002.
Pada tahun 2004, terbitlah untuk pertama kali obligasi Islam dengan akad
sewa yang biasa dikenal obligasi islam ijarah. Selanjutnya, pada tahun
2006 muncul instrument baru yakni reksa dana indeks dimana yang
dijadikan sebagai underlying adalah indek JII.
Pasar modal syariah memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar,
hal ini terlihat dari OJK yang cukup gencar mengembangkan program-

152
Radd al-Muhtaar ‘ala al-Dar al-Mukhtar 6/645.
153
Kasyf al-Qina’ 3/461, dan para ulama telah ber-ijma’ tentang
pensyariatannya.Lihat: Al Ijmaa’ karya Ibnu Mundzir halaman 181.Al Mabsut,
2/19, Asna al-Mathalib2/260, Balghah alSaalik356/6, Kasysy al- Qinaa’ 461/3
154
Majalaa al-Ahkam al ‘Adliyyah Al Maaddah (1467), Balghah al-Salik 523/3,
Tabshirah Hukkam fi Taushif al-Aqdhiyah wa al-Ahkam, 184/1, Fath al-Aziz 70/11,
Matalib Uli al-Nuha, 488/3
93
program seperti sosialisasi, pembuatan kebijakan, dan lain-lain.
Antusiasme meningkatkan pasar modal syariah juga terlihat dari
pemerintah yang membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah
(KNKS). Perkembangan tersebut akan bertumbuh lebih cepat jika
masyarakat lebih memahami mengenai pasar modal syariah. Pasar modal
syariah ini merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dibutuhkan
negara Indonesia dalam membantu pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun swasta.

E. RANGKUMAN
1. Pasar modal (Capital market) merupakan tempat pembelian atau
penjualan surat surat berharga (efek) dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak dari sekuritas
yang diperdagangkan.
2. Pasar modal syariah memiliki ketentuan sesuai dengan prinsip
syariah.
3. Saham yang memenuhi kriteria syariah adalah saham yang
dikeluarkan perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sesuai
dengan syariah.
4. Instrument pasar modal syariah meliputi saham, obligasi syariah,
dan reksadana syariah.
5. Pasar modal syariah resmi diluncurkan pada 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MoU antara BAPEPAM
dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).

F. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat.

I. PILIHAN GANDA
1. Pasar modal merupakan tempat pembelian atau penjualan…
a. Surat-surat berharga
b. Barang elektronik
c. Properti
d. Furniture
2. Pasar modal juga dikenal dengan istilah…
a. Money market
b. Capital market
c. Black market
d. Ilegal market
94
3. Istilah yang digunakan dalam pasar modal bagi pihak yang memiliki
kelebihan dana disebut…
a. Surplus fund
b. Deficit fund
c. Ekstra fund
d. Super fund
4. Dalam pasar modal syariah terdapat pihak-pihak didalamnya antara
lain, kecuali…
a. Emiten
b. Investor
c. Manajer
d. Perusahaan pengelola
5. Pasar modal syariah memiliki salah satu fungsi sebagai berikut…
a. Sarana untuk bertukar pikiran
b. Memberikan pemahaman tentang ekonomi nasional
c. Menambah jaringan persaudaraan
d. Sarana bagi pemegang saham untuk menjual sahamnya
6. Prinsip yang diterapkan dalam pasar modal syariah adalah sebagai
berikut, kecuali…
a. Ketidakjelasan dalam bertransaksi
b. Efek yang diperjualbelikan adalah representasi dari barang dan
jasa yang halal
c. Transparansi informasi
d. Menghindari maisir, riba, dan gharar
7. Instrument pada pasar modal syariah salah satunya ialah…
a. Kredit syariah
b. Pegadaian syariah
c. Bank suyariah
d. Reksadana syariah
8. Pasar modal syariah resmi diluncurkan pada…
a. 23 Agustus 2004
b. 13 Maret 2003
c. 14 Maret 2003
d. 19 April 2003
II. URAIAN
1. Turunlah ke lapangan, (Pasar Modal yang ada di kota kalian)! Teliti
hal-hal berikut:
a. Produk-produk pasar modal tersebut.
b. Penerapan prinsip syariah di pasar modal tersebut.
2. Kemudian, diskusikan bersama teman-temanmu.

95
BAB VIII SAHAM SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan perbedaan antara
saham syariah dengan saham
konvensional”.

A. KONSEP SAHAM SYARIAH


S tocks are equity investments, which means that buying even one share
of a company’s stock means you are a part-owner.155 Salah satu instrumen
pasar keuangan yang paling banyak dicari adalah saham. Ketika suatu
perusahaan membutuhkan pendanaan maka menerbitkan saham
merupakan solusi yang banyak dipilih. Sementara bagi investor, dengan
berinvestasi dapat memberikan keuntungan yang manarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Hak ini berimplikasi pada investor turu memiliki hak atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).156
Saham syariah merupakan saham yang diperdagangkan di dalam pasar
modal syariah. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan saham dalam pasar
modal konvensional. Perbedaannya saham yang diperdagangkan dalam
pasar modal syariah harus berasal dari emiten yang memenuhi kriteria-
kriteria syariah (Syariah Compliance).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham, yakni:
1. Deviden
Dividen merupakan pembagian keuntungan dari perusahaan yang
berasal dari keuntungan perusahaan.
2. Capital Gain
Capital Gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual saham
yang dijualnya.

155
Wall Street Survivor – Investing 01. (E-Book: Canada), h. 7 lihat di
https://www.wallstreetsurvivor.com/pdf/ Investing101eBook.pdf
156
Lihat di http://www.idx.co.id/produk/saham/
97
Sebagai instrument investasi, selain memiliki keuntungan, saham juga
memiliki risiko antara lain capital loss dan resiko likuidasi. 157 Capital Loss
merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT.
XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga
saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,-
per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor
menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian
sebesar Rp 600,- per saham.
Resiko berikutnya adalah likuidasi yaitu pernyataan bangkrut oleh
pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim
dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh
kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Apabila masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Namun sebalinya, apabila tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil
dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari
pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk
secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Dalam perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami
fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga
saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham
tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand
atas saham tersebut. Supply dan demand terjadi karena adanya banyak
faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan
dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang
sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-
faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya

B. INSTRUMEN SAHAM SYARIAH


Pada umumnya, saham diterbitkan oleh perusahan (emiten), yang
melakukan penawaran umum yakni ada dua macam. Adapun itu adalah
saham biasa dan saham istimewa. Perbedaannya berada pada hak yang
melekat pada saham tersebut. Hak itu meliputi hak atas menerima deviden,
memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi

157
Lihat di http://www.idx.co.id/produk/saham/
98
semua kewajiban perusahaan. Berikut ini adalah ciri-ciri saham
istimewa.158
1. Hak utama dalam mendapatkan dividen
2. Hak utama atas aktiva perusahaan, maksudnya dalam hak
likuidasi berhak menerima pembayaran maksimum sebesar
nilai nominal saham istimewa setelah kewajiban perusahaan
dilunasi
3. Penghasilan tetap
4. Jangka waktu tidak terbatas,
5. Tidak memiliki hak suara di RUPS
6. Saham istimewa kumulatif, dividen yang tidak dibayarkan
oleh pemegang perusahaan kepada pemegang saham tetap
menjadi hak pemegang saham istimewa.
Sebagaimana disebutkan dalam buku Lembaga Kuangan Islam,
yang mengutip dari pendapat Alma: 1997, selain saham biasa dan
istimewa, ada beberapa tipe macam saham yakni:159
1. Saham yang dicap, penstempelan saham dapat terjadi dalam
hal perseroan yang mengalami kerugian besar yang tidak dapat
dihapuskan dari cadangan perseroan. Jika terjadi hal demikian
perseroan harus mengadakan perubahan pada anggaran dasar
perseroan, dengan menurunkan nilai nominal dari
sahamnyamenjadi sama dengan kekayaan dan nilai nominal
sahamnya diturunkan secara proporsional.
2. Saham tukar, yaknijenis saham yang dapat ditukar oleh
pemiliknya denga jenis saham yang lain biasanyasaham
preferen dengan saham biasa
3. Saham tanpa suara, yakni jenis saham yang pemiliknya tidak
diberi hak suara pada RUPS
4. Saham tanpa pari, yakni saham yang tidak memiliki nilai
nominal, tapi hak kepemilikannya dapat diketahui dengan cara
menjumlahkan seluruh kekayaan dan kemudian dibagi dengan
jumlah saham yang dikeluarkan.
5. Saham preferen unggul merupakan saham preferen yang
prioritasnya lebih diunggulkan dari saham preferen yang lain
6. Saham preferen tukar, yakni saham preferen yang dapat
ditukar dengan saham biasa

158
Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
dan Praktis, (Jakarta:Kencana, 2010), h. 227-228.
159
Ibid., h. 228-229
99
7. Saham preferen partisipasi saham yang disamping hak
prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian deviden
selanjutnya
8. Saham preferen kumulatif, yakni saham preferen yang
memberikan hak untuk mendapatkan dividen yang belum
dibayarkan pada tahun yang lalu secara kumulatif
9. Saham pendiri, merupakan jasa yang diberikan kepada pendiri
perusahaan
10. Saham pegawai adalah kesempatan yang diberikan oleh
perseroan kepada parapegawainya untuk memiliki saham
perusahaan
11. Saham bonus
Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia yang diutarakan oleh
buku Lembaga Keuangan Islam, klasifikasi dapat ditinjau dari beberapa
segi:160
1. Dari segi bentuknya:
a. Saham atasnama adalah saham yang mnyebut nama
pemiliknya. Menurut ulama’ kontemporer saham jenis ini
diperbolehkan karena jelas adanya kepemilikan
pemiliknya dan memberikan perlindungan atas haknya.
b. Saham atas unjuk, yaknis kebalikan dari saham atasnama.
Bagi ulama’ saham ini batal karena tidak jelas pembeli
dan atasnama haknya.
2. Dari segi hak dan keistimewaannya
a. Saham biasa, yaitu saham yang tidak memiliki
keistimewaan baik hak maupun kewajibannya. Atas dasar
ini, ulama’ kontemporer memperbolehkannya.
b. Saham preferen, yakni saham yan memiliki keistimewaan
khusus dari segi perlakuan maupun finansialnya.

C. JAKARTA ISLAMIC INDEX


Jakarta Islamic Index adalah indeks terakhir yang dikembangkan oleh
Bursa Efek Jakarta dan Danareksa Inventasment Management. Indeks
syariah adalah indeks yang didasarkan pada syariah Islam. Saham-saham
yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan syariah seperti usaha perjudian, lembaga
keuangan ribawi, usaha yang memprodruksi barang haram, dan usaha yang
memproduksi banyak kemudhorotan.

160
Ibid., 230-231.
100
Adapun tahapan seleksi untuk saham yang layak berada di dalam
lingkup indeks syariah adalah sebagai berikut:
1. Memilih himpunan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan syariah Islam
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tahun
terakhir yang memiiliki rasio kewajiban terhadap aktiva sebesar
maksimal 90%
3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiiditas
rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulan akan dilakukann 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks awal bulan Januari dan Juli disetip tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan didimonitor secara terus menerus
berdasarkan data public dan media. Indeks harga saham setiap hari
dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa. Untuk
lebih jelasnya, gambar dibawah ini akan mempermudah memahami
penyaringan emiten di Jakarta Islamic Index.161

161
Heri Sudarsono, Bank dan lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:Ekonisia,
2007), 195.
101
SELEKSI SYARIAH

Emiten tidak melakukan usaha perjudian dan perdagangan yang dilarang

Bukan lembaga keuangan konvensional

Tidak memproduksi, mendistribusi dan memperdagangkan makanan dan


minuman haram
Sifat barang dan/atau jasa tidak menimbulkan kerusakan moral

Seleksi Kapitalisasi

Menyaring 60 saham dengan nilai kapitalisasi tertinggi di BEJ

Seleksi nilai volume transaksi

Menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian di


BEJ

PROSES EVALUASI EMITEN SETIAP 6 BULAN SEKALI

D. RANGKUMAN
7. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas.
8. Keuntungan memiliki saham adalah saat deviden (pembagian
keuntungan) dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi
daripada harga saham saat beli).

102
9. Kerugian memiliki saham adalah saat capital loss (harga jual
saham lebih rendah daripada harga saham saat dibeli) dan resiko
likuidasi (saat perusahaan dnyatakan bangkrut).
10. Saham diterbitkan oleh emiten (perusahaan)
11. Ada beberapa macam tipe saham diantaranya Saham yang dicap,
Saham tukar, Saham tanpa suara, Saham tanpa pari, Saham
preferen unggul, Saham preferen tukar, Saham preferen, Saham
preferen kumulatif, Saham pendiri, Saham pegawai dan Saham
bonus.
12. Dari segi bentuknya, saham diklasifikasikan kepada saham atas
nama dan atas unjuk.
13. Dari segi hak dan keistimewaannya, saham dapat diklasifikasikan
menjadi saham biasa dan saham preferen.

E. EVALUASI
Kerjakan soal dibawah ini dengan tepat.
I. PILIHAN GANDA
1. Saham adalah …
a. surat hutang
b. surat penyertaan modal
c. surat kuasa
d. surat tagihan
2. Berikut ini yang menjadi keuntungan dari kepemilikan saham
adalah …
a. Capital gain dan capital loss
b. Likuiditas dan deviden
c. Deviden dan capital gain
d. Capital loss dan likuiditas
3. Berikut ini yang menjadi kerugian dari kepemilikan saham adalah

a. Capital gain dan capital loss
b. Likuiditas dan deviden
c. Deviden dan capital gain
d. Capital loss dan likuiditas
4. Saham diterbitkan oleh …
a. Bank
b. Pemerintah
c. Perusahaan
d. Presiden
5. Suatu Perusahaan akan dinyatakan bangkrut oleh …
103
a. Bank Indonesia
b. Negara
c. Menteri
d. Pengadilan
6. Berikut ini yang merupakan ciri-ciri saham istimewa adalah …
a. Penghasilan tetap
b. Terbatas waktu
c. Jangka waktu tidak terbatas,
d. Tidak memiliki hak suara di RUPS
7. Saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada RUPS adalah
saham …
a. Saham tanpa suara
b. Saham pendiri
c. Saham pegawai
d. Saham bonus
8. Saham atas nama dan atas unjuk merupakan saham yang
diklasifikasikan menurut …
a. Kepemilikannya
b. Bentuknya
c. Perusahaannya
d. Kewajibannya

II. URAIAN
1. Turunlah ke lapangan, cari perusahan bursa efek di kotamu,
kemudian cari tahu tentang hal-hal dibawah ini.
a. Apakah prinsip syariah diterapkan di perusahaan tersebut?
Bagaimana implementasinya?
b. Setelah selesai, seminarkan bersama teman-temanmu.

104
BAB IX REKSADANA SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan perbedaan antara
reksadana dengan reksadana
konvensional. Selain itu
mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan mekanisme
reksadana syariah ”.

A. PENGERTIAN REKSADANA SYARIAH


Dilihat dari istilah, Reksa Dana terdiri dari dua kata, yaitu Reksa
yang berarti jaga atau pelihara dan kata Dana yang berarti (kumpulan)
uang. Reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara
(bersama untuk suatu kepentingan). Dalam bahasa Inggris, reksa dana
dikenal dengan sebutan “unit trust”, “mutual fund”, atau “investment
fund”. Berdasarkan dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
reksadana adalah dana yang dihimpun dari masyarakat pemodal dan
diinvestasikan kedalam portofolio efek. Portofolio efek merupakan
kumpulan surat-surat berharga, seperti: saham, obligasi, surat pengakuan
hutang surat berharga komersial, tanda bukti utang yang dimiliki oleh
pihak pengives dan pasar uang. Reksadana menurut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah media yang digunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, untuk selanjutnya
diinvestasikan kembali dalam bentuk portofolio efek oleh manager
investasi.162
Adapun reksadana syariah menurut DSN MUI mensyaratkan
prinsip islam didalamnya. hal ini tampak dari bentuk akad antara pemodal
sebagai pemilik harta (sahib almal/ Rabb al Mal) dengan Manajer
Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi
sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.163 Secara

162
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), 150.
163
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, Ps. 1
105
Internasional perkembangan Reksa Dana Syariah dimulai sejak lahirnya
Equity Funds Syariah pertama kali dalam bentuk The Amana Fund yang
diterbitkan oleh North American Islamic Trust pada tahun 1986.
Kemudian dibentuk pula FTSE Global Islamic Index Series dibentuk oleh
FTSE International diikuti dengan Finance Corporation Index dibentuk
oleh IFC-World Bank bersama ANZ Bank yang kemudian menjadi
benchmark untuk Islamic Leasing Funds. Kemudian dibentuk pula Dow
Jones Index Syariah pada tahun 1999 yang bernama Dow Jones Islamic
MarketIndex (DJIMI). Kemudian Malaysia menerbitkan Malaysia Global
suukok (MGS) sebesar US 500 juta yang diterbitkan di Luxembourg Stock
Exchange dan Dubai Islamic Financial Center. Kemudian Bahrain
menerbitkan Bahrain Monetary Agency-Sukook Al Ijaras sebesar US 100
juta yang diterbitkan di Bahrain Stock Exchange. Semua ini mendorong
berkembangnya reksa dana syariah secara global. Di Indonesia reksa dana
syariah pertama dibentuk dengan nama Danareksa Syariah yang disahkan
keberadaannya oleh Bapepam pada tanggal 12 Juni 1997. Reksa dana
Syariah yang didirikan itu berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
berdasarkan undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal,
dituangkan dalam akta nomor 24 tanggal 12 Juni 1997 yang dibuat
dihadapan Notaris Djedjem Wijaya, S.H. di Jakarta antara PT Danareksa
Fund Management sebagai manager Investasi dengan Citibank N.A.
Jakarta sebagai Bank Kustodian.164

B. MEKANISME KEGIATAN REKSADANA SYARIAH


1. Prosedur operasional dalam melaksanakan reksadana syariah terdiri
dari:165
a. Prosedur operasional antara pemodal dengan manager investasi
dilakukan dengan wakalah.
Dalam Kitab Bajuri, wakalah diartikan sebagai
pemasrahan seseorang terhadap sesuatu urusan yang boleh ia
kerjakan sendiri dan bisa untuk digantikan, kepada orang lain agar
ia mengerjakannya saat orang yang memasrahkan masih hidup.166
Dengan akad wakalah bil ujrah, pemodal memberikan

164
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 170.
165
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 151-152.
166
Al-Alamah ibnu al-Qashim al-Ghaziy, Hasyiyah al-Syaikh Ibrahim al-Baijuri,
Juz I, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 19990, h. 739-740.
106
kewenangan kepada manajer investasi untuk melaksanakan
investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam prospektus.
b. Mekanisme operasional antara manajer investasi dan pengguna
investasi dilakukan dengan mudharabah.
Menurut Sayyid Sabiq, dalam bukunya yang berjudul
“Fiqh al-Sunnah”, menjelaskan bahwa akad mudharabah adalah
akad antara kedua belah pihak dimana salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lain untuk
diperdagangkan dan keuntungannya dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan.167 Adapun ciri khas sistem mudharabah adalah:
1) Pembagian keuntungan berdasarkan pada kesepakatan kedua
belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil. dan
tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada
pemodal.
2) Pemodal hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah
diberikan kepada manajer investasi.
3) Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko
kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan
karena kelalaiannya (tafrith).

2. Pola hubungan Pelaku dalam Reksadana Syariah


Dalam mekanisme berinvestasi di reksadana syariah, pola
hubungan yang terjadi antara lain:168
a. Hak Pemodal (shahibul maal)
1) Para pemodal berhak atas hasil investasi dalam reksadana
syariah.
2) Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam reksadana.
3) Pemodal berhak untuk sewaktu-waktu menambah atau
menarik kembali unit penyertaanya dalam reksadana syariah
melalui manajer investasi.
4) Pemodal berhak atas bagi hasil investasi sampai saat ditarik
kembali pernyataan tersebut.
5) Pemodal yang telah memberikan dananya akan mendapatkan
jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan
diawasi oleh Bank Kustodian.

167
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1971), h. 212.
168
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 174-176.
107
6) Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan yang berupa
unit penyertaan reksadana syariah.
b. Sedangan tugas dan kewajiban manajer investasi antara
lain:
1) Mengelola portofolio investasi sesuai dengan kebijakan
investasi yang tercantum dalam akad dan prospektus.
2) Menyusun tatacara dan memastikan bahwa semua dana para
calon pemegang unit penyertaan disampaikan kepada bank
kustodian selambat-lambatnya pada akhir hari kerja
berikutnya.
3) Melakukan pengembalian dana unit-penyertaan; dan
4) Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan
laporan keuangan dan pengelolaan reksadana ssesuai dengan
ketentuan instansi berwenang.
c. Tugas dan Kewajiban Bank kustodian berkewajiban
untuk:
1) Memberikan pelayanan penitipan kolektif sehubungan dengan
kekayaan reksadana.
2) Menghitung nilai aktiva bersih dari unit-penyertaan setiap hari
bursa.
3) Membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan reksadana atas
perintah manajer investasi.
4) Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua
perubahan dalam jumlah unit penyertaan, jumlah unit
penyertaan, serta nama, kewarganegaraan, alamat, dan
identitas lainnya dari para pemodal.
5) Mengurus penerbitan dan penebusan dari unit penyertaan
sesuai dengan akad.
6) Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas
penerimaan dana dari calon pemodal.
Atas pemberian jasa atas pengelolaan investasi dan
penyimpanan dana kolektif tersebut, Manajer Investasi dan bank
kustodian berhak memperoleh imbal jasa yang dihitung atas
presentase tertentu dari nilai NAB reksadana syariah. Dalam hal
Manager Investasi dan/atau bank kustodian tidak melaksanakan
amanah dari pemodal sesuai dengan kewenangan yang diberikan, atau
Manager Investasi dan/atau bank kustodian diangap lalai, maka
Manager Investasi dan/bank kustodian bertanggungjawab atas risiko
yang ditimbulkan.
3. Kegiatan investasi reksadana

108
Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat
melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah,
diantaranya investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan adalah
dalam bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan
minuman haram, lembaga keuangan ribawi, dan lain-lain yang telah
ditentukan DPS.169
Dari mekanisme tersebut, sedikit banyak telah tersirat hal-hal yang
membedakan antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional.
Adapun hal itu adalah:
Aspek Reksa Dana Syariah Reksa Dana
Konvensioanal
Tujuan Investasi Tidak semata-mata return, tapi Return yang tinggi
juga Social Responsible
Investment (SRI)
Operasional Ada proses screening Tanpa proses
screening
Return Proses Cleansing/ Filterasi dari Tidak ada
kegiatan haram
Pengawasan DPS dan BAPEMAN sekarang Hanya BAPEMAN
menjadi OJK sekarang menjadi
OJK
Akad Selama tidak bertentangan Menekankan
dengan syariah kesepakatan tanpa
ada aturan halal
atau haram

C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN REKSA DANA


SYARIAH
Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur,
yaitu return (keuntungan) dan risiko. Dalam reksa dana dapat ditemukan
keuntungan dan risiko sebagai berikut:
1. Keuntungan Reksa Dana
Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam
menginvestasikan melalui Reksa Dana, yaitu:170
a) Tingkat likuiditas yang baik

169
Abdul Manan, Aspek Hukum, 171.
170
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangam Islam: Tinjauan
Teoritis dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 257-258.
109
Maksud dari likuiditas adalah kemampuan untuk
mengelola uang masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini
yang paling sesuai adalah reksa dana untuk saham-saham yang
telah dicatatkan di bursa di mana transaksi terjadi setiap hari,
tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode
tertentu.
b) Manajer profesional
Reksa dana dikelola oleh manajer investasi yang andal,
ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk Reksa dana
tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk
meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit
Reksa Dana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi
oleh tujuan investasi dari Reksa Dana tersebut.
c) Diversifikasi
Diversifikasi yang terwujud dalam bentuk portofolio
akan menurunkan tingkat risiko. Reksa dana melakukan
diversifikasi dalam berbagai instrumen efek, sehingga dapat
menyebarkan risiko, berbeda dengan pemodal individual yang
misalnya hanya dapat membeli satu atau dua jenis efek saja.
d) Biaya rendah
Reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak
investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi
akan menghasilkan biaya transaksi yang murah.
2. Risiko Reksa Dana:
Disamping keuntungan-keuntungan yang akan mereka
dapatkan, terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi
melalui Reksa Dana, yaitu diantaranya sebagai berikut:171
a) Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik
Perubahan kondisi perekonmian dan politik di dalam
maupun di luar negeri atau peraturan khusunya di bidang Pasar
Uang dan Pasar Modal merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia,
termasuk perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek di
Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kinerja portfolio reksa dana.
b) Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan

171
Nurul, Lembaga Keuangam, h. 258-259
110
Nilai Unit Penyertaan Reksa Dana dapat berfluktuasi
akibat kenaikan atau penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana.
Penurunan dapat disebabkan oleh, antara lain:
a. Perubahan harga Efek ekuitas dan Efek lainnya.
b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan
pembelian dan penjualan.
c) Risiko Wanprestasi oleh Pihak-Pihak Terkait
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha Manajer
Investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat
termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten, pialang, bank
kustodian, dan agen penjual.
d) Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada
likuiditas dari portfolio atau kemampuan dari Manajer Investasi
untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang
tunai.
e) Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada Saat
Pengajuan Klaim Asuransi
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas
surat-surat berharga dan aset Reksa Dana yang disimpan di Bank
Kustodian, Bank Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan
menaggung biaya penggantian surat-surat berharga tersebut.
Selama tenggang waktu penggantian tersebut, Manajer Investasi
tidak dapat melakukan transaksi investasi atas surat-surat
berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi
investasi ini dapat berpengaruh terhadap Nilai Aktiva bersih per
Unit Penyertaan.

D. RANGKUMAN
1. Reksadana adalah dana yang dihimpun adalah dana dari
masyarakat pemodal dan diinvestasikan kedalam portofolio
efek.
2. Portofolio efek adalah kumpulan surat-surat berharga,
seperti: saham, obligasi, surat pengakuan hutang surat
berharga komersial, tanda bukti utang yang dimiliki oleh
pihak pengives dan pasar uang.
3. Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer
investasi dilakukan dengan wakalah.
4. Mekanisme operasional antara manajer investasi dan
pengguna investasi dilakukan dengan mudharabah.

111
5. Pola hubungan Pelaku dalam Reksadana Syariah dibagi
menjadi dua yakni hak pemodal dan tugas juga kewajiban
manajer investasi.
6. Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah
dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan syariah, diantaranya investasi tidak halal yang tidak
boleh dilakukan adalah dalam bidang perjudian, pelacuran,
pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga
keuangan ribawi, dan lain-lain yang telah ditentukan DPS.
7. Keuntungan berinvestasi dengan reksadana syariah adalah
tingkat likuiditas yang baik, manajer profesional,
diverifikasi, dan biaya rendah.
8. Resiko berinvestasi dengan reksadana syariah adalah risiko
perubahan kondisi ekonomi dan politik, resiko berkurangnya
nilai unit penyertaan, resiko wanprestasi oleh pihak-pihak
terkait, resiko likuiditas, dan risiko kehilangan kesempatan
transaksi investasi pada saat pengajuan klaim asuransi.

E. EVALUASI
Kerjaa soal-soal dibawah ini dengan tepat.
I. PILIHAN GANDA
1. Dalam kosa kata reksadana, kata reksa berarti…
a. Kuat
b. Pelihara
c. Berbagi
d. Menolong
2. Himpunan dana dalam reksadana diinvestasikan kembali
dalam bentuk…
a. Portofolio efek
b. Properti
c. Barang dagangan
d. Perabotan antik
3. Di Indonesia pertama kali reksadana syariah didirikan diberi
nama…
a. Tabungan Indonesia
b. Reksaadan
c. Danareksa syariah
d. Anggunan bersama
4. Pada tahun berapa reksadana dibentuk…
a. 23 Januari 2001
112
b. 14 Juli 1997
c. 15 Februari 2001
d. 12 Juni 1997
5. Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer
investasi dilakukan dengan cara…
a. Mudharabah
b. Wakalah
c. Murabahah
d. Muzara’ah
6. Aspek pengawasan pada reksadana syariah dilakukan oleh…
a. DPS dan OJK
b. DPS
c. OJK
d. OJK dan Menkeu
7. Keuntungan yang didapat dari investasi reksadana adalah,
kecuali…
a. Biaya rendah
b. Diverifikasi
c. Manajer professional
d. Bunga tinggi
8. Adanya keuntungan juga pasti dibarengi adanya resiko,
adapun resiko berinvestasi melalui reksadana adalah…
a. Resiko likuiditas
b. Resiko dicuri
c. Resiko penipuan
d. Resiko kebangkrutan

II. SOAL URAIAN


1. Dalam melakukan kegiatan investasi reksadana syariah
terdapat larangan melakukan investasi yang bertentangan
dengan syari’ah, sebut dan jelaskan hal-hal yang membuat
bertentangan!
2. Sebutkan tujuan investasi dalam reksadana syariah!

113
114
BAB X OBLIGASI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan perbedaan antara
obligasi syariah dengan obligasi
konvensional”.

A. KONSEP OBLIGASI SYARIAH


Sukuk (bahasa Arab bentuk jama’ dari Shak, yang berarti "instrumen
legal, amal, cek") adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan untuk
obligasi yang berdasarkan prinsip syariah. Obligasi merupakan surat utang
yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan yang dijual kepada
investor untuk mendapatkan dana segar. Fatwa MUI terkait obligasi
syariah tertuang dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 yang menguraikan bahwa obligasi syariah merupakan suatu
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah. obligasi
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada masa yang telah ditentukan. .
Obligasi syariah bukan merupakan utang memiliki bunga tetap, akan
tetapi lebih mengarah kepada penyertaan dana yang didasarkan kepada
prinsip bagi hasil. Jadi perlu digaris bawahi bahwa akadnya bukan utang
piutang, namun penyertaan. Oleh karena itu, atas penyertaannya investor
juga berhak mendapatkan keuntungan tertentu yang dihitung secara
proporsional dan dibayarkan secara periodik.
Sebagai suatu efek, obligasi dapat diperdagankan di pasar modal. Ada
dua jenis pasar obligasi yakni pasar primer dan pasar skunder. Pasar
primer merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai
diterbitkan. Salah satu persyaratan ketentuan pasar modal, obligasi harus
dicatat dibursa efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Pasar skunder
yakni tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan terdaftar
di bursa efek.172

172
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2012), 326.
115
Memperhatikan hal-hal diatas, sebagai sekuritas pendapatan tetap,
obligasi memiliki karakter yakni sebagai berikut:173
a. Surat berharga yang berkekuatan hukum.
b. Memiliki jangka waktu tertentu dan masa jatuh tempo
c. Memberikan pendapatan tetap secara periodik
d. Ada nilai nominal
Obligasi Syariah, sebagai salah satu instrument Ekonomi Syariah juga
mendapat perhatian khusus dari Dewan Syariah Nasional. Hal ini
dibuktikan dengan lahirnya fatwa Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syariah. Dalam ketentuan umum disebutkan bahwa obligasi
syariah bukanlah utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga,
karena obligasi syariah harus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam.
Dalam ketentuan khususnya, fatwa tersebut menyebutkan akad-akad
yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, seperti:
Mudharabah, Musyarkah, Murabahah, salam, Istishna, dan Ijarah. Akad
yang digunakan ini akan berpengaruh pada hasil investasi yang dibagikan
emitan dan pemindahan kepemilikan obligasi. Kemudian dalam
penyelesaian perselisihan mengenai obligasi Syariah ini akan diselesaikan
secara musyawarah. Akan tetapi jika masih belum menemukan titik temu
akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah.

B.PERBEDAAN OBLIGASI SYARIAH DENGAN OBLIGASI


KONVENSIONAL
Secara umum, perbedaan paling mendasar antara oblligasi syariah
dengan obligasi konvensional terletak pada tataran prinsip, dimana obligasi
syariah menekankan diterapkannya prinsip Islam yang menghindari maisir
gharar dan riba, sementara obligasi konvensional tidak. Secara teknis,
harga penawaran, jauth tempo, pokok obligasi saat jatuh tempo dan rating
antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional tidak memiliki
perbedaan. Namun ada beberapa hal yang menjadikan berbeda. Untuk
lebih mudahnya, dapat dijelaskan sebagai berikut:174

173
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:Ekonisia,
2007), 221.
174
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:Ekonisia,
2007), 225.
116
No Aspek Obligasi Syariah Obligasi
Konvensional
1 Harga Penawaran 100% 100%
2 Jatuh Tempo 5 tahun -
3 Pokok Obigasi saat jatuh 100% 100%
tempo
4 Pendapatan Bagi hasil Bunga
5 Return 15,5-16% 15,5-16% tetap
indikatif
6 Rating AA+ AA+

Namun jika dibandingkan, obligasi syariah lebih kompetitif daripada


obligasi konvensional. Hal ini juga tidak lepas dari prinsip syariah yang
pegang kuat. Adapun sebab-sebab yang lain adalah antara lain:
1. Kemungkinan pendapatan lebih besar
2. Obligasi syariah lebih aman
3. Bila terjadi kerugian diluar kendali, investor tetap memperoleh
aktiva
4. Terobosan paradigmatic yang menyatakan bahwa obligasi
bukanlah surat hutang, namun surat investasi. Hal ini disinyalir
diawal bahwa obligasi syariah dilaksanakan berdasarkan akad
penyertaan.

C. OBLIGASI SYARIAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Prinsip dasar muamalah adalah semua rekayasa manusia yang tidak
ada dalil yang melarang maka hukumnya boleh. Transaksi obligasi syariah
di pasar modal penuh dengan risiko dan unsur spekulasi. Hal ini
menyebabkan perkembangan harga efek tidak dapat dipastikan, namun
demikian transaksi efek di BEI tidak sama dengan gambling (judi).
Spekulasi yang terjadi setiap setiap saat di pasar modal disebabkan karena
kondisi fundamental dan teknikal perusahaan. Selain itu investor dapat
secara bebas menentukan posisi jual pada harga yang diinginkan. Kondisi
ini berbeda dengan judi yang tidak ada keterangan dan informasi yang
jelas dan nilainya akan hilang jika merugi.
Unsur spekulasi adalah bagian dari aktifitas bursa saham. Tanpa
spekulasi maka akan berdampak pada bursa efek kurang bergairah dan
kurang menarik bahkan ditinggalkan oleh para investor. Persaingan
merupakan dasar dalam bertransaksi dalam bursa efek.
Obligasi syariah secara teknis dan prinsip dilakukan sesuai dengan
syariah Islam. Hal ini merupakan sebuah bentuk kehati-hatian terhadap
117
kehalalan pendapatan pemilik obligasi. Secara otomatis, obligasi syariah
dilaksanakan untuk menghindari aspek maisir gharar dan riba’, yang jelas
bertolak belakang dengan syariah Islam. Alternatif yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil adalah dengan bagi hasil, yang diasaskan pada
kesepakatan pihak.

D. RINGKASAN
1. Obligasi adalah surat utang dari suatu lembaga atau perusahaan
yang dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar.
2. Obligasi syariah merupakan suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
3. Obligasi syariah menekankan diterapkannya prinsip Islam yang
menghindari maisir gharar dan riba, sementara obligasi
konvensional tidak.

E. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat.
I. PILIHAN GANDA
1. Obligasi merupakan … dari suatu lembaga atau perusahaan yang
dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar.
a. Surat tanah
b. Surat utang
c. Surat izin
d. Surat kerjasama
2. Istilah yang digunakan obligasi syariah dalam bahasa arab
disebut…
a. Rahn
b. Salam
c. Sukuk
d. Murabahah
3. Ada dua jenis pasar obligasi yakni…
a. Pasar saham dan pasar reksadana
b. Pasar obligasi dan pasar uang
c. Pasar modal dan pasar uang
d. Pasar primer dan pasar skunder
118
4. Fatwa MUI yang mengatur tentang obligasi syariah adalah…
a. Nomor 32/DSN-MUI/X/2002
b. Nomor 23/DSN-MUI/IX/2002
c. Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002
d. Nomor 23/DSN-MUI/X/2002
5. Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi
syariah adalah…
a. judi
b. murabahah
c. gharar
d. keuntungan sepihak
6. Aspek pendapatan pada obligasi syariah menggunakan sistem…
a. kelipatan
b. bunga
c. salah satu untung
d. bagi hasil
7. Terjadinya spekulasi di pasar modal didasarkan pada…
a. kondisi fundamental perusahaan
b. kualitas pemodal
c. kualitas pasar modal
d. kondisi eksternal perusahaan
8. Walaupun obligasi merupakan surat hutang akan tetapi obligasi
syariah harus terhindar dari hal dibawah ini kecuali,…
a. gharar
b. riba
c. maisir
d. mufakat

II. URAIAN
1. Sebutkan beberapa karakteristik obligasi !
Bandingkan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional!
Sebutkan kelebihan masing-masing.

119
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI SYARIAH

“ Melalui pembelajaran ini


diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan penyelesaian
sengketa investasi syariah
melalui jalur litigasi maupun
non-litigasi. Selain itu,
mahasiswa juga diharapkan
mampu mengetahui tupoksi
BASYARNAS”.

Keterkaitan antar manusia hari ini begitu erat. Antara satu


kepentingan dengan kepentingan yang lain menyebabkan hubungan sosial
manusia semakin erat, sehingga zoon politicon benar-benar terwujud.
Dalam islam, keterkaitan tersebut disebut dengan muamalah, yang
melingkupi segala perkara hubungan antar manusia, tak terkecuali
mengnai ekonomi.
Sejak dahulu persoalan ekonomi menjadi isu krusial dan tidak ada
habisnya. Hal ini disebabkan karena ekonomi ,memang menjadi hajat
orang banyak. Inovasi demi inovasi dikembangkan demi mengakomodir
perkembangan zaman. Dari ujung hingga pangkal semua dilakukan
inovasi supaya pelaksanaan teknis menjadi lebih efektif dan terhindar dari
persengketaan, kendatipun persengketaan memang tidak bisa dinafikan.
Setiap masyarakat memiliki cara masing-masing untuk memperoleh
kesepakatan demi menyelesaikan persengketaan. Hari ini, masyarakat
memiliki kecenderungan untuk menyelesasikan masalah dengan cara-cara
yang diakui pemerintah, dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama
yang sebenarnya mudah untuk ditempuh dan juga akan berhasil tanpa
melalui proses hukum.

A. PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI JALUR


LITIGASI
Proses penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui jalur
pengadilan atau dikenal dengan istilah litigasi dan diluar pengadilan atau
non-litigasi. Proses litigasi, merupakan suatu penyelesaian sengketa yang
dipilih melalui jalur pengadilan dan melewati proses beracara formil.

121
Hakim memiliki kewenangan penuh dalam memutus siapa yang salah dan
siapa yang benar.
Proses litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui
sidang pengadilan, di mana semua pihak yang bersengketa saling
berhadapan satu sama lain untuk mempertahankan hak-haknya di muka
pengadilan. Hasil akhir dari suatu penyelesaian sengketa melalui litigasi
adalah putusan yang menyatakan kalah menang atau win-lose solution.175
Prosedur yang diharus ditempuh dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih
formal dan teknis, menghasilkan kesepakatan yang sifatnya win-lose. Oleh
karenanya jalur ini tidak menyelesaiakan masalah akan tetapi justru
menimbulkan masalah baru. Proses penyelesaian yang lambat disebabkan
karena bertumpu pada aparat penegak hukum yang juga mengurusi banyak
perkara lainnya. Karena putusan yang dihasilkan adalah kalah menang,
maka para pihak akan melakukan berbagai cara untuk membuktikan bahwa
dirinya benar, termasuk mencari bantuan pengacara yang membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Kondisi ini menyebabkan masyarakat mencari
alternatif lain dalam penyelesaian sengketa yaitu melalu proses
nonformal.176

B.PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI JALUR NON


LITIGASI
Berbeda dengan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan yang
cenderung formalistik, penyelesaian sengketa melalui non-litigasi lebih
bersifat informal dan memilihi banyak alternatif pilihan. Dalam Undang-
Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, salah satunya adalah Alternative Dispute
Resolution yaitu suatu cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan
berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan
penyelesaian sengketa secara litigasi di pengadilan. terdapat beberapa
pilihan dalam penyelesaian sengketa diantaranya adalah:
1. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang

175
Amriani Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2012), 35.
176
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya,
2008), 234.
122
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase akan
dilakukan apabila musyawarah tidak mampu menyelesaikan
sengketa para pihak. Arbitrase ditempuh sebagai jalan pintas
untuk menghindari penyelesaian sengketa di Badan Peradilan
yang selama ini memerlukan waktu yang tidak singkat.
2. Negosiasi
Menurut Ficher dan Ury sebagaimana dalam buku Mediasi
Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan karya
Nurnaningsih Amriani, negosiasi merupakan upaya penyelesaian
sengekta melalui komunikasi dua arah yang dirancang sedemikian
rupa untuk mencapai kesepakatan..177
3. Mediasi
Mediasi adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga sebagai
penengah, dimana pihak ketiga harus memiliki keahlian mengenai
prosedur mediasi yang efektif. Mediator membantu dalam situasi
konflik untuk mengkoordinasikan aktivitas mereka sehingga dapat
lebih efektif dalam proses tawar menawar.178
4. Konsiliasi
Konsiliasi adalah lanjutan dari mediasi. Mediator yang awalnya
sebagai fasilitator, berubah fungsi menjadi konsiliator. Dalam
konsiliasi, seorang konsiliator lebih memiliki porsi yang lebih
aktif untuk mencarikan solusi yang sama-sama menguntungkan
kedua belah pihak (win-win solution) dan kemudian disepakati
oleh kedua belah pihak.
Apabila para pihak yang bersengketa tidak mampu mencapai
suatu kesepakatan maka tugas pihak ketiga untuk mengajukan
usulan jalan keluar dari sengketa.179

C.
BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL
Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARANAS) merupakan
badan bentukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama dengan tokoh
muslim lainnya.. BASYARNAS merupakan perangkat organisasi MUI
seperti halnya DSN ( Dewan Syariah Nasional), LPPO (Lembaga
Pengkajian pengawasan Obat-obatan dan makanan), YDDP (Yayasan
Dana Dakwah Pembangunan). BASYARNAS dibentuk sebagai lembaga

177
Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian, 23.
178
Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian, 28.
179
Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian, 34.
123
Hakam yang bebas otonom dan independent tidak boleh di campuri
kekuasaan oleh pihak-pihak manapun
Adapun tujuan dibentuknya BASYARNAS adalah untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa dengan mengutamakan upaya
perdamaian dan mediasi. Keberadaan lembaga arbitrase syariah ini
mempertegas eksistensi dan keberlakuan hukum Islam di Indonesia.
Karena salah satu hukum beracara yang digunakan dalam proses
penyelesaian sengketa adalah hukum Islam dan hukum perikatan Islam
atau fiqih muamalah.180
Adapun kewenangan lingkup BASYARNAS adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan sengketa perdata yang timbul dalam bidang
perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain. Menurut
ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Namun apabila para
pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaiannya
kepada BASYARNAS maka akan diselesaikan sesuai dengan
prosedur BASYARNAS.
2. BASYARNAS memberikan pendapat yang mengikat atas
permintaan para pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai
persoalan berkenaan dengan suatu perjanjian.181

D. RANGKUMAN
1. Proses penyelesaian sengketa dengan litigasi yaitu penyelesaian
melalui proses beracara di pengadilan, dimana kewenangan untuk
memutuskanperkara ada di tangan hakim. Prosedur penyelesaian
sengketa secara litigasi bersifat formal dan teknis, dengan putusan
yang sifatnya win-lose, sehingga cenderung menimbulkan masalah
baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang
mahal, tidak responsif dan menimbulkan permusuhan diantara
para pihak yang bersengketa.
2. Penyelesaian sengketa di luar proses peradilan disebut dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau non litigasi.
3. Macam-macam alternative penyelesaian sengketa antara lain
arbitrase, negosiasi, mediasi, dan konsiliasi.

180
Rahman Ambo Masse, Arbitrase Syariah, (Yogyakarta: TrushMedia
Publishing,2017), 101.
181
Masse, Arbitrase Syariah, 102.
124
4. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARANAS) dibentuk
oleh MUI sebagai lembaga hakam yang bebas otonom dan
independent tidak boleh di campuri kekuasaan oleh pihak-pihak
manapun.
5. Tujuan BASYARNAS adalah untuk menyelesaikan sengketa-
sengketa mengutamakan perdamaian dan mediasi.

E. EVALUASI
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan tepat.
I. PILIHAN GANDA
1. Proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan melalui
pengadilan disebut dengan istilah…
a. Litigasi
b. Non litigasi
c. Beracara
d. Peradilan
2. Alternatif penyelesaian sengketa disebut juga dengan…
a. Arbitrase Internasional
b. Mahkamah Internasional
c. Alternatif Dispute Resolution
d. World Bank
3. Prosedur dalam jalur litigasi ini sifatnya lebih formal dan teknis,
menghasilkan kesepakatan yang sifatnya…
a. Win-win
b. Win-lose
c. Lose-lose
d. Win-win-lose
4. Penyelesaian sengketa menggunakan alternative penyelesaian
sengketa (ADR) diatur dalam undang-undang nomor…
a. UU No. 35 Tahun 2014
b. UU No. 19 Tahun 2002
c. UU No. 48 Tahun 2009
d. UU No. 30 Tahun 1999
5. Terdapat berapa macam alternatif penyelesaian sengketa…
a. 4
b. 6
c. 7
d. 5
6. Salah satu keutamaan dari konsiliasi adalah sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak atau disebut dengan istilah…
125
a. Inkrah
b. Win-win solution
c. BHT
d. Damai
7. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARANAS) merupakan
salah satu perangkat dari lembaga…
a. Bank Indonesia
b. DPR
c. MUI
d. MPR
8. Salah satu kewenangan BASYARANAS adalah menyelesaikan
secara adil dan cepat sengketa muamalah (perdata) meliputi,
kecuali…
a. Perdagangan
b. Industri
c. Perairan
d. Jasa

II. URAIAN
1. Jelaskan pengertian dari negosiasi !
2. Sebutkan tujuan daripada BASYARANAS !

126
Referensi

Adnan M. Abdeen dan Dale N. Shook , The Saudi Financial System. New
York: John Wiley & Sons Ltd.,1984, hal. 170
Afzal al-Rahman, Banking and Insurance, Vol. 4, London: The Muslim
Schools Trust,1979, hal. 419
Amriani Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata
di Pengadilan, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2012), 35.
Al-Alamah ibnu al-Qashim al-Ghaziy, Hasyiyah al-Syaikh Ibrahim al-
Baijuri, Juz I, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 19990, h. 739-740.
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2012), 326
Ausuf Ahmad, The Evolution of Islamic Banking dalam Encyclopeadia of
Islamic Banking and Insurance. London: Institute of Islamic
Banking and Insurance, 1985, hal. 23
An-Nawawi, Al-Majmu' Sharh Al-Muhazzab, Beirut: DanilKutub Al-
'Ilmiyyah, 2007, Hal 324
Antonio, M Syafi ’i, Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek, Gema
Insani Press, Jakarta, 2001,hlm 13
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar
Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), 150.
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 170.
Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn al-Habib al-Mawardi, Al-
Mudarabah. Dirasah wa tahqiq
Abd Al-Wahhab Hawwas. Kaherah: Dar Al-Ansar,1983, hal. 135-139
Amir Abd Al-Basit, Al-Mudarabah. Kaherah: Al-Syirkah Al-Misriyyah,
1994, hal. 15-20
Abdul-Gafoor, A, Mudaraba-Based Investment and Finance, Journal of
Islamic Banking and Finance, Vol 23, No 4, 2006, Hal 78-98
Ana Toni Roby Candra Yudha, Jaminan dalam Aqad Pembiayaan
Muḍārabah Perbankan Syariah di Wilayah Surabaya, Al Tijarah,
Vol.1, No.1, 2015, Hal 37-58

Arip Kasmo, Products of Islamic Finance: A Shariah Compliance


Advancement, Australian Journal of Basic and Applied Sciences,
Vol.5, No.12, Hal 479
An-Nawawi, Al-Majmu' Sharh Al-Muhazzab, Beirut: DanilKutub Al-
'Ilmiyyah, 2007, Hal 337.
127
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, Jakarta; Kencana, 2012, hlm.295
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 23/251
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Kitab al-Tib, Penerbit :
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Kuwait Cetakan : Kedua,
1983, hlm 349
al Qadhaya al-Zakat al-Mu’ashirah1/52, Buhuts fi Zakat (h. 171)
Al-Mabsuth 2/198, Al-‘Inayah Syarh al-Hidayah 2/164, alFuruq 1/79,
Tuhfah al-Muhtaj 3/297, Hasyiah Qalyubi wa ‘Umairah 2/35, Syarh
Muntaha al-Iradat 1/437, Kasyaf al-Qana’ 2/244
Ahmad, rukhsar A market study of Takaful industry, insurance journal,
Vol.2, No. 1, 20014, hlm 125
Al Janahi, A. and Weir, D, Alternative Financial Rationalities in
Managing Corporate Failure, Managerial Finance, Vol. 31, No 4,
2005, hlm.: 34-45.
Awaluddin., Jurnal Kajian Ekonomi Islam - Volume 1, Nomor 2, Juli
Desember 2016 ; ( STAI Solok nan Indah )
Anwar, A, Riba and Common Interest, Shafiq Press, Karachi, 1995, HaL
34
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Kitab al-Tib, Penerbit :
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Kuwait Cetakan : Kedua,
Tahun terbit : 1983, Hal 267.
Affandi, Yazid, Fiqh Muamalah dan Implementasinya Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2009, hlm 26
Anshori, A. G, Gadai syariah di Indonesia: Konsep, implementasi dan
institusionalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2006,
hlm 29
Al-Misbah al-Munir, 215, 452, Mu’jam al-Mushtalahat alIqtishadiyah fi
Lughat al-Fuqaha, 177, 261, Tandzim Wa Muhasabah al-Zakat fi
Tathbiq al-Mu’ashir, 111, Wa al-Khadamat al-Ististmariyah fi al-
Masharifi Wa Ahkamiha fi al-Fiqhi Al Islami, 1/381.
Ascarya, Diana Yumanita, Seri Kebanksentralan Bank Indonesia, Bank
Syariah: Gambaran Umum, (Jakarta: PPSK Bank Indonesia, 2005),
hal. 4.
Al-Jarhi, M and Iqbal M, Islamic Banking: Answers to Some Frequently
Asked Questions, Occasional Paper, No.4, Islamic Research and
Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah, 2001, Hal 44
Ayub,Muhammad.Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan
Syariah.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2007,hlm.264.

128
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:Kencana,
2010), 414.
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah ( Tinjauan Hukum ) ; Yogyakarta:
UII Press, 2008), h. 11-10
Buhus Bait al-Zakat al-Kuwaiti fi Nadwatihi al-Khamisah, 377 dan 427,
Majalah Majma’ al-Fiqhi al-Islami, cet. 2, 1/117, 143 dan 197
Buhuts fi Zakat (h. 174), Dalil al-Irsyadat li Hisab Zakat al-Syirkat (h. 55),
Darmadji dan Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia, Salemba Empat,
Jakarta,2012, Hal 5
Dalil al-Irshadat li Hisabi Zakat al-Shirkat, 25, Qadhaya alZakat al-
Mu’asirah, 238, 313
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), 34.
El-Qorchi, M, Islamic Finance Gears Up, Finance and Development, Vol
42, No 4, 2005, Hal: 46-50.
Fatmawati, Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Sitem Operasional
Asuransi Syari’ah. Program S1 Jurusan Ekonomi Islam Fakultas
Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim, Riau 2010,hlm
.3
Firdaus, NH, Muhammad, dkk., Fatwa-Fatwa Ekonomi Syari’ah
Kontemporer, Renaisan,Jakarta, 2005, hlm 46
Faizin, Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Sedekah: Perspektif
Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia, Kontekstual, Vol. 30, No.2,
2015, 186.
Eduardus Tadelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,
(Yogyakarta:BPFE, 2001), 5.
El-Gamal, M, A Basic Guide to Contemporary Islamic Banking and
Finance, Rice University, Houston, 2000 Hal 235
Grail research, Overview of Islamic finance, an integreon company, 2007,
Hal 12
Gusfahmi, Pajak Syari’ah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
103.
Gemala Dewi. Aspek-aspek hukum dalam perbankan perasuransian
syariah di Indonesia (Jakarta Timur: Prenada Media, 2004), 125
Hashiyah al-rawd al-murbi’ sharh zad al-mustaqni’. N.P.: Dar al-Fikr, Al-
Jaziri, A. R, 1990, Hal. 620.
H. A. Dzajuli dan Yadi Jazwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat
(Sebuah Pengenalan), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
131.

129
Houston, D. B, Risk, Insurance, and Sampling, The Journal of Risk and
Insurance, Vol 31, No.4, 1964, hlm 511- 538.
H. A. Dzajuli dan Yadi Jazwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat
(Sebuah Pengenalan), PT Raja Grafindo Persada, Jakara, 2002,hlm
131
Hanafi, Mamduh M.; Husnan, Suad; Tandelilin, Eduardus; Taswan, Bank
Risk And Market Discipline, Journal of Indonesian Economy &
Business (Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia,) vol. 27 no. 3, 2012,
Hal 303
Hassanudden Abdul Aziz “Islamic Banking” IIUM Press: Malaysia. 2009.
Hal 2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Yogyakarta:Ekonisia, 2007), 221.
Haron, S, The Framework and Concept of Islamic Interest-Free Banking,
Journal of Asian Business, Vol 11, No.1, 1995, Hal 26-39
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, terj. Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2007), 433.
Iqbal, M. and Molyneux, P, Thirty Years of Islamic Banking: History,
Performance, and Prospects, Palgrave Macmillan, Houndmills,
New York, 2005, Hal 200
Ibrahim Anis, et al., Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah,
Jakarta, 2010, hlm. 286.
Iqbal, Z, Islamic Financial System, Finance and Development, 1997, Vol
34, No 2, Hal. 42-45
Kahf, M and Khan, T, Principles of Islamic Finance, Islamic Research and
Training Institute, Islamic Development Bank, No. 16, Jeddah, 1993
Hal 193
Kahf, M, Instruments of Meeting Budget Deficit in Islamic Economy,
Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank,
No. 42,Jeddah, 1997, 193
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246
Kasyf al-Qina’ 3/461, dan para ulama telah ber-ijma’ tentang
pensyariatannya. Lihat: Al Ijmaa’ karya Ibnu Mundzir halaman
181.Al Mabsut, 2/19, Asna al-Mathalib2/260, Balghah
alSaalik356/6, Kasysy al- Qinaa’ 461/3
Karnaen A. Perwataatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta:
Risalah Gusti,1992, hal. 84
Kamali, M. H, Uncertainty and Risk Taking (Gharah) in Islamic Law,
IIUM Law Journal, 1999, hlm. 199- 216.

130
Klingmuller, The Concept and Development of Insurance in Islamic
Countries, Islamic Culture, Vol. XLIII, 1969, hlm 24
Lewis, M. and Algaoud, L. Islamic Banking. Edward Elgar, Cheltenham,
2001, Hal 23
Mohamad Heykal, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah, (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2012), 5.
Metwally, M, Economic Consequences of Applying Islamic Principles in
Muslim Societies, Journal of Islamic Banking and Finance, Vol. 23,
No.1, Hal. 11-33
Maysami, R and Williams, J, Evidence on the Relationship between
Takaful Insurance and Fundamental Perception of Islamic
Principles, Applied Financial Economics Letters, Vol 2, No 4, 2006,
Hal 229-232.
Mohamad Zaid Mohd Zin, Ahamad Asmadi Sakat, Nurul Khairiah Khalid,
Mohd
Moore, P, Islamic Finance: A Partnership for Growth, Euromoney,
London, 1997, Hal 3
Muhammad Syamsudin, Jenis Anggunan,
http://www.nu.or.id/post/read/86836/mau-kredit-di-bank-syariah-
kenali-dulu-jenis-agunan-anda, diakses tanggal 01 Juli 2019.
Muhammad Daud Bakar, Aspek-aspek perniagaan projek dalam amalan
perbankan Islam. Jurnal Syariah. No. 11. Akademi Pengajian Islam
Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 1992,hal. 210.
Maysami, R. C., Golriz, H. and Hedayati,Pragmatic Interest-free Banking:
Metamorphosis of the Iranian Financial System, Journal of
International Banking Law, Vol.12, 1997, hlm. 92–108.
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat; Mengkomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), 75.
Muhammad Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2009), 12
Mehdi Sadeghi, The evolution of Islamic insurance - Takaful: a literature
survey, Journal Insurance Markets and Companies,Vol.1, No 2,
2010, hlm 101
Mher Mushtaq Hussain, Conceptual And Operational Differences
Between General Takaful And Conventional Insurance, Australian
Journal of Business and Management Research, Vol.1, No.8, 2001,
hlm 24
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thinking a Survey of
Contemporary Literature. Leicester: The Islamic Foundation, 1981,
hal. 30-32

131
Mohd Bin Arifin, Mohd Zaini Bin Yahya, Afendi Bin Sahi, Pendidikan
Syariah Islamiah Tingkatan 4, Penerbit Dewan Bahasa Dan Pustaka,
Kuala Lumpur, 2007
Mariam Darus Badrulzaman, 1981, Bab-Bab Tentang Credietverband,
Gadai & Fiducia, Penerbit Alumni, Bandung, Hlm. 71
Maududi Abul A'la,1988.“Ma'ashiat-e-Islam”, Islamic Publications,
Lahore, p.408.
Muhammad.Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YPKN,
Yogyakarta,2002, hlm 12
Muhammad Kamal Attiyah, Perakaunan Syarikat dan Bank Menurut
Sistem Islam, (Terj), Muhammad Ghazali Abdul Wahid. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa Pustaka.,1992, hal. 223.
Mustafa Al- Khin, al-Fiqh al-Manhaji cala Madhhab al-Imam al-Syafici.
Juz 3. Damsyiq: Dar al-Qalam, 1998,hal. 217.
Muhamad Abdul Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice.
Cambridge: Hodder & Stoughton, 1986, hal. 189
M. Dawam Raharjo , Bank Islam Suatu Alternatif Dalam Sisitem
Perbankan Islam. Bandung: al-Vabet, 1992,hal. 34
Majalaa al-Ahkam al ‘Adliyyah Al Maaddah (1467), Balghah al-Salik
523/3, Tabshirah Hukkam fi Taushif al-Aqdhiyah wa al-Ahkam,
184/1, Fath al-Aziz 70/11, Matalib Uli al-Nuha, 488/3
Muh. Ishak Agus dan Syahruddin Yasen, Studi Komparasi Operasional
Produk Pegadaian Syariah danGadai Konvensional, (Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah Vol. 2 No. 1, Januari-Juni 2018).
Nor Hadi, Pasar Modal Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal, Graha Ilmu, Bandung, 2013, Hal 16
MM. Metwally, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Jakarta: Bangkit Daya
Insani, 1995), 177.
Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000),
cet. ke-1, hlm. 251
Naida Nur Alfisyahri dan Dodik Siswantoro, Praktik dan karakteristik
gadai syariah di Indonesia, SHARE, Vol.1, No. 2, 2012, hlm 126
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan
Teoritis dan Praktis, Prenada Media Group, 2010,Jakarta, hlm 172-
178
Nurfahiratul Azlina Ahmad, Mohd Roslan Mohd Nor, Azri Bhari, Saurdi
Ishak and
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010), 152.

132
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal
Syariah, (Jakarta:Kencana, 2007), 7.
Obaidullah, M, Islamic Financial Services, Islamic Economics Research
Centre, Jeddah, 2005, Hal 45
Pamuk, S, The Evolution of Financial Institutions in the Ottoman Empire,
Financial History Review, Vol.11, 2004, hlm. 7-13.
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 151-152.
Peter S.Rose, Money and Capital Market , The Global Financial System in
Perspective ( The Asia Foundation), h. 86
Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Fiqih
Zakat Keuangan Kontemporer, (Jakarta: Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2017),1
Rafiq Yunus Al-Misri,Masraf Al-Tanmiyah Al-Islami Aw Muhawalah
Jadidah fi Al-Riba Wa Al-Fa’idah Wa Al-Bank. Beirut: Muassasah
al-Risalah, 1987, hal. 384-385
Riva Sakina, Karakteristik Bank Syariah,
http://fimadani.com/karakteristik-bank-syariah/, diakses tanggal 01
Juli 2019.
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 281
Rahman Ambo Masse, Arbitrase Syariah, (Yogyakarta: TrushMedia
Publishing,2017), 101.
Rais, S., Analisis gadai syariah di pegadaian unit layanan syariah (PULS)
Dewi Sartika Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004,
hlm 20
Rezki Syahri Rakhmadi, Konsep dan Penerapan Sistem Jaminan Pada
Lembaga Keuangan Syariah, Economic: Jurnal Ekonomi dan
Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, 2013, hlm 24
Rosnita binti Jaafar, Musharakah dan Mudarabah: Pelaksanaannya Dalam
Pembiayaan Ekuiti Di Malaysia. Disertasi Sarjana Pengajian Islam,
Jabatan Syariah, Fakulti Pengajian Islam, Universiti
Saimi Bujang, Daya Saing Instrumen Musyarakah: Satu Kajian Di BIMB,
Latihan Ilmiah Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian
Islam , Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 2002, hal. 29-35
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Mahyuddin Syaf Jilid 3, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1988), 74.
Schoon, N. Islamic Finance, a History, Financial Services Review, August
2008, hlm 10-12.

133
Soemitro, Asas-asas perbankan Islam dan lembaga-lembaga terkait: BMI
dan takaful di Indonesia (edisi revisi), PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm 34
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, CV. Alfabeta, Bandung,
Hal 4
Shahrukh Rafi Khan, Profit and Loss Sharing: An Islamic Experiment in
Finance and Banking. Karachi: Oxford University Press,1987, hal.
53
Sutan Remy Sjahdeneini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Temprint,1999, hal. 223-249
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1971), h. 212.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-
pokok Hukum Jaminandan Jaminan Perorangan, Liberty,
Yogyakarta, 1980, hlm 46
Sulayman Ibn cUmar Ibn Mansur Al-cAjli, Hasyiyah al-Jumal cala Syarh
al-Minhaj. Juz 5. Beirut: Dar al-Kutub al-cIlmiyyah, 1996, hal. 269
Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap, (Jakarta: Erlangga, 2016), Hal.11.
Tarmiden Sitorus, Pasar Obligasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012,
Hal 299
Thomas Suyanto, Undang-undang Perbankan Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal 151-165
Thomas suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1993 hlm. 81
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: kajian berbagai madzab, terj. Agus Effendi,
Badruddin Fananny., Hal. 83
Warde, Islamic Finance in the Global Economy, Edinburgh University
Press, Edinburgh, 2000, Hal 200
Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infaq dan Sedekah,
(Semarang: Tafakur, 2002), 139.
Wall Street Survivor – Investing 01. (E-Book: Canada), h. 7 lihat di
https://www.wallstreetsurvivor.com/pdf/ Investing101eBook.pdf
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta:Intermasa,
1981), 1.
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya, 2008), 234.
Zaenudin, Preferensi masyarakat terhadap gadai syariah pada kantong
cabang pegadaian syariah Margonda Depok tahun 2005. Tesis,
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 31
Zamir, I., and A. Mirakhor. An Introduction to Islamic Finance: Theory
and Practice, (USA, John Wiley & Sons, 2007) hlm. 1-2

134
Daftar Indeks

A H

AKAD · 40 Hadits · 2, 56
Al-Qard · 76, 77 Hawalah · 8
Al-Qur an · 1, 15, 38, 74
asuransi · 5, 9, 35, 36, 37, 38, 39, I
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 70, Ijarah · 9, 116
111, 112 Ijma · 2, 18
Ijtihad · 2
B infak · 29, 30, 31, 32, 33, 60
investasi · 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
Bay · 9 10, 11, 13, 25, 27, 28, 29, 35,
39, 40, 49, 50, 51, 54, 55, 56,
D 57, 61, 62, 67, 68, 69, 70, 71,
72, 80, 82, 83, 85, 87, 88, 89,
Dewan Syariah Nasional · 61, 91, 92, 93, 98, 105, 106, 107,
76, 82, 83, 89, 93, 94, 105, 108, 109, 110, 111, 112, 113,
115, 116, 123 116, 117, 121
Istithna’ · 9
E
K
ekonomi · 7
KONVENSIONAL · 49, 116
G
M
gharar · 7, 39, 40, 46, 47, 53, 54,
60, 63, 70, 89, 90, 95, 116, maisir · 7, 40, 46, 54, 63, 89, 95,
118, 119 116, 118, 119
Gharar · 6, 10, 11, 46, 47, 48, 53, Mu'ajjal · 9
69, 72, 84
135
Mudarabah · 4, 8, 41, 55, 65, 66, S
69, 127, 133
Murabahah · 8, 71, 113, 116, 118 Saham · 62, 89, 90, 94, 97, 99,
Musharakah · 4, 8, 68, 69, 133 100, 102, 103, 104
Sedekah · 23, 29, 30, 31, 32,
129, 131, 134
O
Sunnah · 2, 25, 27, 28, 31, 65,
Obligasi · 90, 91, 93, 115, 116, 107, 133, 134
117, 118, 134 syariah · 1, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11,
13, 22, 27, 28, 29, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46,
P
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64,
pasar modal · 5, 62, 87, 88, 89,
65, 68, 69, 70, 71, 73, 75, 76,
90, 91, 93, 94, 95, 97, 106,
78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
115, 117, 119
87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94,
PASAR MODAL SYARIAH ·
95,97, 100, 101, 104, 105,
87, 88, 89, 93
106, 107, 108, 109, 112, 113,
Pegadaian · 73, 75, 76, 80, 82,
115, 116, 117, 118, 119, 121,
83, 85, 95, 132
124, 128, 129, 131, 132, 133,
134
Q syariat · 1, 17, 29, 51, 80, 101
syubhat · 7
Qiyas · 2

T
R
tabarru’ · 39, 40, 41, 45, 46, 50,
rahn · 64, 73, 74, 76, 78, 81, 82,
51
83
Tawarruq · 9
Reksadana · 92, 95, 105, 107,
tijarah · 40, 41
111, 112
riba · 4, 5, 6, 7, 39, 40, 46, 48,
53, 54, 56, 57, 58, 60, 61, 63, W
70, 76, 78, 80, 89, 90, 91, 95,
Wadi'ah · 9, 77
116, 118, 119
Wakalah · 8, 41, 71, 113
136
Z 30, 31, 128, 129, 131, 133,
134
Zakat · 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,

137
BIOGRAFI PENULIS

Ayu Citra Santyaningtyas, lahir di Yogyakarta


pada tanggal 14 Maret 1985. Ayu menyelesaikan
studi hingga SMA di Kota Malang. Pendidikan S1
berhasil diraih di Fakultas Hukum Universitas
Brawijya Malang, dilanjutkan dengan Pendidikan
S2 Magister Hukum di Universitas Airlangga dan
Magister Kenotariatan di Universitas Brawijya
Malang dan Pendidikan S3 di National University
Of Malaysia.
Pengalaman mengajar dimulai di Universitas Jember selama 4 tahun
hingga dari tahun 2015 sampai sekarang. Beberapa mata kuliah yang
pernah diajarkan antara lain: Hukum Islam, Investasi Syariah, Hukum
Dagang, hukum Persaingan Usaha, Hukum Perlindungan Konsumen,
Alternatif Penyelesaian Sengketa, Hukum Dagang Internasional dan
Hukum Perdata Internasional.

Dina Tsalist Wildana, lahir di Ponorogo 30 Juli


1985. Dina menyelesaikan studi hingga SLTP di
Desa Plaosan Kabupaten Magetan. Pendidikan SMA
tempuh di SMU A.Wahid Hasyim Tebuireng
Jombang dan menempuh pendidikan Pesantren di
Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang
hingga tahun 2004. Pendidikan S1 berhasil diraih di
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dan dilanjutkan dengan
Pendidikan S2 di Klaster Pidana Magister Ilmu
Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengalaman mengajar dimulai di Universitas Merdeka Madiun selama 1
tahun. Kemudian menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam
Alqodiri Jember selama 3 tahun hingga akhirnya di Fakultas Hukum
Universitas Jember dari tahun 2015 sampai sekarang. Beberapa mata
kuliah yang pernah diajarkan antara lain: Hukum Islam, Transaksi Bisnis
Syariah, Hukum Pidana Islam, Hukum Pidana, Hukum Perlindungan
Perempuan dan Anak.

138

Anda mungkin juga menyukai