Anda di halaman 1dari 13

AL-MUSYARAKAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu: Wahyu Akbar, S.E.Sy., M.E.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Siti Yusmida (2114120564)
Bayu Pratama (2114120577)
Sayyid Nidhal (2114120609)

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Jurusaan Ekonomi Islam
Prodi Ekonomi Syariah
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “AL-
MUSYARAKAH” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Fiqih Muamalah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “AL-MUSYARAKAH” bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wahyu Akbar, S.E.Sy.,
M.E., selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih Muamalah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, 14 Maret 2022

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

C. Tujuan Penulis ...................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5

A. Definisi Musyarakah ............................................................................................. 5

B. Dasar Hukum Musyarakah.................................................................................. 6

C. Rukun dan Syarat Musyarakah .......................................................................... 7

BAB III............................................................................................................................. 11

PENUTUP ........................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11

B. Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam tidak mengenal pemisahan total antara agama dan keduniaan,
sebagaimana yang diyakini oleh para perusak moral dan orang-orang yang
tergoda pemikiran mereka. Islam tidak menjadikan dunia ini sebagai pengikat
antara Allah SWT. dengan para thaghut manusia. Justru syariatnya yang suci
Allah SWT. memenuhi kebutuhan dunia dan kebutuhan akherat secara
bersamaan, dengan hukum-hukum-Nya menyentuh seluruh dimensi kehidupan.
Problematika dunia usaha termasuk yang diperhatikan oleh syariat Islam,
Islam menggambarkan, memberikan konsep-konsep, menciptakan struktur
hukum dan menetapkan berbagai macam usaha yang berbeda-beda sebagai
naungan bagi kalangan pelaku usaha supaya tidak terjebak ke dalam hal-hal
yang diharamkan.
Salah satu perkembangan dalam dunia ekonomi adalah tumbuh dan
berkembangnya lembaga-lembaga keuangan Islam atau perbankan Islam yang
usaha pokoknya mengadakan transaksi dan produk-produk bank yang Islami,
yakni terhindar dari unsur riba, terhindar dari transaksi bathil, dan terhindar dari
prinsip kezaliman. Untuk itulah dalam tulisan ini, dibahas salah satu konsep
ekonomi Islam yaitu Musyarakah menurut Fiqih Muamalah.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Musyarakah?
b. Apa dasar hukum dari Musyarakah?
c. Apa rukun dan syarat dari Musyarakah?
d. Apa jenis-jenis dari Musyarakah?
e. Bagaimana Musyarakah dalam perspektif fiqih?

3
C. Tujuan Penulis
a. Untuk mengetahui definisi dari Musyarakah
b. Untuk mengetahui dasar hukum dari Musyarakah
c. Untuk mengetahui rukun dan syarat dari Musyarakah
d. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Musyarakah
e. Untuk mengetahui Musyarakah dalam perspektif fiqih

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Musyarakah
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah. Musyarakah
menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya percampuran antara satu
bagian dengan lainnya sehingga sulit dipisahkan. Maksud dari percampuran
yakni seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga
antara bagian yang satu dengan lainnya sulit untuk dibedakan.
Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat ulama fiqh yang
memberikan definisi Syirkah antara lain:
1. Menurut mazhab Maliki, Syirkah suatu izin bertasharruf bagi masing-
masing pihak berserikat.
2. Menurut mazhab Hambali, Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan
tasharruf.
3. Menurut Mazhab Syafi’i, Syirkah merupakan berlakunya hak atas sesuatu
bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan.
4. Menurut Mazhab Hanafi, Syirkah adalah perjanjian atau akad antara dua
pihak yang berkerjasama dalam hal permodalan dan keuntungan.
5. Menurut T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Syirkah merupakan akad yang berlaku
anatar dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam suatu usaha dan
membagi keuntungannya.
Jadi, syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu
usaha perjanjian guna melakukan usaha secara bersama-sama serta keuntungan
dan kerugian juga ditentukan sesuai dengan perjanjian.

5
B. Dasar Hukum Musyarakah
1. Firman Allah SWT dalam Q.S. Shad ayat 24:
َ َ ْ َ ٰ َ َ َْ َ ُ َ ََ َ ْ ََ َ َ
ْ‫ك ِالى ِن َعاجهٖۗ َواِ َّن كث ْي ًرا ِم َن الُخل َطا ِۤء ل َي ْبغي‬‫ال نعج ِت‬
ِ ِ ِ ِ ‫قال لقد ظلمك ِبسؤ‬

ُ َ َ ُ ٌ َ ٰ ّٰ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َّ ْ ٰ َ ُ ْ
‫َبعض ُه ْم على َبع ٍض ِالا ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت َوق ِل ْيل َّما ه ْمٖۗ َوظَّن داود‬

َ َ
ْ ‫اَّن َما َف َت ّٰن ُه َف‬
َ ‫اس َت ْغ َف َر َرَّبه َو َخَّر َراك ًعا َّوا َن‬
۩ ‫اب‬ ِ

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebagian mereka berbuat dhalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh.”
2. Q.S. an-Nisa’ ayat 12:
ُ ُّ
‫ث‬ ‫ل‬ ‫الث‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ُ ۤ‫َف ُه ْم ُش َر َكا‬
‫ء‬
ِ ِ

“Maka mereka bersyarikat pada sepertiga.”


3. H.R. Abu Dawud:

‫ إن هللا عز وجل يقول أان‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫عن أيب هريرة‬

.‫ فإذا خانه خرجت من بينهما‬،‫اثلث الشريكني ما مل خين أحدمها صاحبه‬


“Dari Abi Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jalla berfirman: “Aku pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain,
tetapi apabila salah satu pihak menghianati pihak lain, maka Aku keluar
dari keduanya.”
4. Taqrir Nabi
Taqrir Nabi adalah ketetapan Nabi atas sesuatu yang dilakukan oleh
orang lain, dan merupakan salah satu metodologi yang bisa digunakan
untuk menetabkan sebuah hukum. Relevan dengan akad musyârakah,
setelah Rasulullah SAW diutus menjadi Nabi, masyarakat telah

6
mempraktikkan kontrak musyarakah, kemudian Rasulullah Saw.
menetapkan akad musyârakah sah digunakan masyarakat. Taqrir Nabi bisa
digunakan sebagai landasan hukum atas keabsahan penggunaan akad
musyarakah.
5. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni yang dikutip Muhammad
Syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, telah
berkata: “Kaum muslimin telah berkonsesus terhadap legitimasi
musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan dalam beberapa
elemen darinya.”

C. Rukun dan Syarat Musyarakah


Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,
yaitu sebagai berikut:
1. Pelaku akad, para mitra usaha
2. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (drabah)
3. Shighar, yaitu Ijab dan Qabul
4. Nisbah keuntungan (bagi hasil)
Syarat-syarat yang berhubungan dengan musyarakah menurut Hanafi dibagi
menjadi empat bagian sebagai berikut:
1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk musyarakah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu:
a. Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat
ditrima sebagai perwakilan.
b. Yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan
harus jelas dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah, sepertiga
dan yang lainnya.
2. Sesuatu yang berkaitan dengan musyarakah mal (harta), dalam hal ini
terdapat perkara yang harus dipenuhi yaitu:
a. Bahwa modal yang dijadikan objek akad musyarakah adalah dari
pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal dan rupiah.

7
b. Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad musyarakah
dilakukan, baik jumlahnya sama maupun berbeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah disyaratkan:
a. Modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus sama.
b. Bagi yang besyirkah ahli untuk kafalah.
c. Bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syurkah umum, yakni pada
semua macam jual beli atau perdagangan.
Menurut Maliki, syarat-syarat yang berkaitan dengan orang yang
melakukan akad ialah merdeka, balig, dan pintar. Sedangkan Syafi’i
berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan,
sedangkan syirkah yang lainnya batal.

D. Jenis-Jenis Musyarakah
Para ulama fiqih memberikan beberapa macam syirkah, sebagian ulama ada
yang memperoleh syirkah tertentu dan ada yang melarang syirkah tertentu pula.
Ulama fiqih membagi syirkah dalam dua bentuk, yaitu syirkah amlak dan
syirkah uqud.
Syirkah Amlak berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu suatu
kontrak dalam membentuknya, tetapi terjadi dengan sendirinya serta
mempunyai ciri masing-masing anggota tidak mempunyai hak untuk
mewakilkan dan mewakili terhadap partnernya.
Syirkah Uqud yaitu sebuah perserikatan antara dua pihak atau lebih dalam
hal usaha, modal dan keuntungan. Mengenai syirkah al-uqud ini para ulama
membagi menjadi bermacam-macam jenis, Fuqaha Hanafiyah membedakan
jenis syirkah menjadi tiga macam yaitu, syirkah al-amwal, syirkah al-a’mal,
syirkah alwujuh, masing-masing bersifat syirkah al-mufawadhah dan ‘Inan.
Dan fuqaha Hanabilah membedakan menjadi lima macam syirkah yaitu
Syirkah al-’inan, syirkah al-mufawadhah, syirkah al-abdan dan syirkah al-
wujuh serta syirkah al-mudharabah dan yang terakhir menurur fuqaha
Malikiyah dan Syafi’iyah membedakanya menjadi empat jenis syirkah yaitu
syirkahal-’inan, syirkah al-mufawadhah, abdan dan wujuh.

8
Dari berbagai jenis syirkah di atas maka akan lebih jelas bila dijelaskan dari
masing-masing jenis syirkah tersebut:
1. Syirkah al-amwal adalah persekutuan antara dua pihak pemodal atau lebih
dalam usaha tertentu dengan mengumpulkan modal bersama dan membagi
keuntungan dan resiko kerugian berdasarkan kesepakatan.
2. Syirkah al-a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan
itu misalnya kerjama dua orang arsitek untuk mengerjakan satu proyek.
Syirkah ini disebut juga Syirkah abdan atau Syirkah sana’i.
3. Syirkah al-wujuh adalah persekutuan antara dua pihak pengusaha untuk
melakukan kerjasama dimana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal dalam bentuk dana tetapi hanya mengandalkan wajah
(wibawa dan nama baik). Mereka menjalankan usahanya berdasarkan
kepercayaan pihak ketiga keuntungan yang dihasilkan dibagi berdasarkan
kesepakatan bersama. Syirkah al-’inan adalah sebuah persekutuan dimana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah belum
tentu sama baik dalam hal modal pekerjaan maupun dalam hal keuntungan
dan resiko kerugian.
4. Syirkah al-mufawadhah adalah sebuah persekutuan dimana posisi dan
komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamya adalah sama baik dalam hal
modal keuntungan dan resiko kerugian.
5. Syirkah al-mudharabah adalah persekutuan antara pihak pemilik modal
dengan pihak yang ahli dalam melakukan usaha, dimana pihak pemodal
menyediakan seluruh modal kerja. Dengan demikian mudharabah dapat
dikatakan sebagai perserikatan antara pemodal pada satu pihak dan pekerja
pada pihak lain. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian ditanggung oleh pihak shahibul mal.

E. Musyarakah dalam Perspektif Fiqih


Musyarakah (kerjasama) adalah bentuk kedua dari penerapan prinsip bagi
hasil (PLS) yang dipraktekkan dalam sistem perbankan syariah. Dalam Fiqih,

9
konsep musyarakah digunakan dalam pengertian yang lebih luas dari pada yang
digunakan dalam perbankan syariah. Di dalam analisis ini akan difokuskan
pembahasan mengenai salah satu bentuk dari musyarakah yang dikenal dalam
fiqih dengan istilah syarikah al-inan, karena bentuk ini cocok untuk
dikembangkan dalam perbankan syariah.
Kontrak musyarakah dapat berlaku dalam jangka pendek untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Kontrak kemungkinan diberlakukan untuk tujuan
bisnis dengan jenis komoditi dan keuntungan usaha akan dibagi di antara
nasabah. Jika mengalami kerugian ditanggung oleh setiap nasabah. Kontrak
musyarakah juga digunakan untuk jangka panjang dan berlaku jangka waktu
yang tak terbatas. Kontrak musyarakah juga dapat diakhiri oleh setiap nasabah
dengan memberitahu kepada nasabah yang lain dalam setiap waktu. Keempat
mazhab Sunni seluruhnya menegaskan bahwa kontrak musyarakah didasarkan
atas unsur kepercayaan bagi setiap nasabah. Setiap nasabah tidak dapat
meminta jaminan dari nasabah yang lain. Menurut Sarakhsi, setiap nasabah
mempercayakan dirinya lebih dari apa yang dipercayakan kepadanya. Adanya
persyaratan dalam kontrak yang menghendaki jaminan akan menjadikan
kontrak batal.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Musyârakah adalah suatu akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung sesuai dengan kesepakatan atau kebolehan. Para ulama fiqh sepakat
tentang keabsahan atau kebolehan praktek musyârakah ini secara global,
sehingga mendapat pengakuan dan legalitas syar’i. Pada bank-bank Islam
praktek musyârakah telah mengalami perkembangan dan kecenderungan
menggunakan musyârakah dalam perdagangan untuk jangka pendek.
Pembiayaan musyârakah ini konstribusi modalnya berasal dari bank dan
partner. Meskipun seluruh mazhab fiqh tidak membolehkan meminta jaminan
kepada partner sebagai kepercayaan, namun bank-bank Islam mengharuskan
mereka untuk memberikan jaminan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat banyak sekali
kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber dapat dipertanggung
jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pembaca
juga dapat mencari dari sumber lain guna mendapat penjelasan sebagai bahan
pertimbangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Musfiroh, M. F. S. 2016. Musyarakah dalam Ekonomi Islam (Aplikasi Musyarakah


dalam Fiqih dan Perbankan Syariah). Syariati, Vol. 1 No. 3.
Sa’diyah, M. dan Aziroh, N. 2014. Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan
Syariah. Equilibrium, Volume 2, No. 2.
https://www.academia.edu/39034819/Makalah_musyarakah.

12

Anda mungkin juga menyukai