FIQIH MUAMALAH
Disusun oleh :
JURUSAN SYARI’AH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-nya kepada kami sehingga karya tulis yang berjudul“MUSAQAH,
MUZARA’AH dan MUKHABARAH“, ini dapat diselesaikan dengan baik.
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah kami.dalam penulisan dan
penyelesainnya kami memenuhi banyak kesulitan.oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih
kepada Dosen Fiqih Muamalah, Zayad Abd. Rahman, M.HI. Yang telah membimbing dan
membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Tak lupa juga kami
sampaikan terima kasih kepada teman-teman dan setiap yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa karya tulis yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
namun kami telah berupaya semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya kepada para pembaca. Kritik
dan saran, serta masukan yang membangun akan kami terima seluas-luasnya untuk perbaikan
karya ilmiah yang akan kami susun selanjutnya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
A. MUSAQAH ........................................................................................................3
1. Pengertian Musaqah ......................................................................................3
2. Dasar Hukum Musaqah................................................................................3
3. Syarat dan Rukun Musaqoh ..........................................................................4
4. Ketentuan Musaqah ......................................................................................4
5. Berakhirnya Akad Musaqah .........................................................................5
B. MUZARA’AH ....................................................................................................5
1. Pengertian Muzara’ah ...................................................................................5
2. Landasan Hukum Muzara’ah ........................................................................6
3. Rukun dan Syarat Muzaha’ah .......................................................................7
4. Syarat-syarat akad dalam muzara’ah ............................................................7
C. MUKHOBAROH ...............................................................................................8
1. Pengertian Mukhobaroh ................................................................................8
2. Landasan Hukum Mukhabarah .....................................................................9
3. Rukun dan Syarat Mukhobaroh ....................................................................9
4. Berakhirnya Mukhobaroh .............................................................................10
5. Hikmah Muzara’ah dan Mukhabarah ...........................................................10
D. PERBEDAAN KETIGA MUAMALAH ............................................................10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai seorang khalifah atau
pemimpin untuk diri sendiri maupun orang lain. Meskipun manusia di muka bumi ini
berperan sebagai khalifah, tentunya dia tak akan lupan dari bantuan manusia lainnya,
sehingga antara manusia satu dengan lainnya saling membutuhkan. Di dalam islam
hubungan antar manusia atau Human Relationship sudah diatur sedemikian rupa supaya
tidak terjadi perselisihan yang dapat menimbulkan permusuhan anatar individu satu
dengan yang lain. Misalnya hubungan bisnis ataupun perniagaan antar individu.
Apabila tidak didasari dengan hukum islam, maka kecurangan, kelicikan dan
kekecewaan pasti akan dirasakan oleh salah satu pihak yang terlibat. Dari beberapa
kemumgkinan buruk tersebut, maka dari itu alangkah baiknya sebelum melakukan
perkerjaan atau hubungan bisnis dengan orang lain dilandaskan hukum agama supaya
kedua belah pihak yang melakukan perjanjian bisnis tersebut tidak merasa dirugikan.
Manusia diciptakan oleh ALLAH SWT selain sebagai khalifah namun juga sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan antar individu. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia diharus untuk mencari karunia ALLAH SWT yang ada di muka bumi
ini sebagai sumber ekonomi.Dalam hal kehidupan sosial. Nabi Muhammad mengajarkan
kepada kita semua tentang bermuamalah supaya terjadi kerukunan antar umat serta
memberikan keuntungan bersama.
Dalam pembahasan kali ini, kami akan membahas tiga diantara muamalah yang
dianjurkan Nabi Muhammad SAW yaitu Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah. Karena
didalam pembahasan ini terdapat suatu hikmah untuk kehidupan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertin dari al-Musaqah, al-muzara’ah dan mukhabarah?
2. Apa landasan syariah al-musaqah, al-muzara’ah dan mukhabarah?
3. Apa saja syarat dan rukun al-musaqah, al-muzara’ah dan mukhabarah?
4. Bagaimana ketentuan al-musaqah?
5. Bagaimana berakhirnya akad al-musaqah?
1
6. Apa syarat akad dalam al-muzara’ah?
7. Kapan berakhirnya mukhabarah?
8. Bagaimana dengan zakat muzara’ah dan mukhabarah?
9. Apa perbedaan ketiga muamalah tersebut?
10. Apa hikmah muzara’ah dan mukhabarah?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk member wawasan kepada pembaca
tentang muamalah tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MUSAQAH
1. Pengertian Musaqah
Musaqah dikutip dari kata al–saqa, yaitu seseorang bekerja pada pohon tamar
, anggur (mengurusnya), ataupun pohon yang lainnya agar dapat mendatangkan
kemaslahatan dan mendatangkan bagian tertentu dari sesuatu yang di urus sebagai
suatu imbalan.
ج
ُ يخ ُر َ سلَّ ََم عَا ََم ََل أ َ ْْه َْل ََخ ْْيَبَ َر ِب
ْ َ َش ْْط ِر ََما َ ع َل ْْي ِِه ََو
َ ُص َّلى هللا ُ أَنَّ َر،ع ْن ُه َما
َ ِس ْو َل هللا َ ُع َم َر َر ِض َي هللا ِ ْع َِن ا
ُ بن
1
Madani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Media Group, 2012), hlm. 242
2
Syaikh Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Qosim Al-Ghozi, Fathul Qorib,jilid 2, (Kediri:
ZAMZAM Sumber Mata Air Ilmu, 2016). hlm 13
3
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Marom,(Semarang: Dahara Prize, 2014). Hlm. 210
3
Hadis di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan praktek
musaqah selama hidup beliau dengan penduduk suku khaibar. Beliau memperkerjakan
mereka untuk merawat lahan pertanian dengan upah separuh dari hasil panen.
Ini perkara yang memang benar dan pernah dipraktekkan Rasulullah SAW
hingga wafat, kemudian di lanjutkan oleh khulafaur Rasyidin hingga mereka wafat,
kemudian di teruskan keluarga mereka, tak seorangpun dari ahlul bait yang berada di
Madinah kecuali mengamalkannya. Para istri Nabi juga mempraktekkan
sepeninggalan beliau.
4
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001). hlm. 214
5
Ibid,
4
c. Pemelihara tanaman di isyaratkan memiliki kemampuan untuk melakukan
pekerjaan.
d. Pembagian hasil dari pemeliharaan tanaman harus dijelaskan secara pasti
dalam akad.
e. Pemelihara tanaman wajib mengganti rugi yang timbul dari pelaksanaan
tugasnya jika kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaiannya.
5. Berakhirnya Akad Musaqah
a. Kesepakatan waktu yang di sepakati telah habis.
b. Salah satu pihak meninggal dunia.
c. Adanya halangan yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan
akad.
d. Hasil panen sudah menjadi hak pihak ketiga.
e. Akad tidak sah apabila pohon yang sudah berbuah menjadi milik bersama.6
B. MUZARA’AH
1. Pengertian Muzara’ah
Muzara’ah ialah akad yang terjadi antara pemilik tanah dan penggarap,
dengan ketentuan benih dan lahan berasal dari pemilik tanah.
Menurut kitab Al-Fiqhu al-Islamu wa Adilatuh karya Wahbah Zuhaily,
secara etimologi kata muzara’ah berasal dari bahasa arab yaitu al-zar’u, yang
berarti tanaman. Muzara’ah secara bahasa merupakan suatu bentuk kata yang
mengikuti wazan (pola) mufa’alah dari kata dasar al-zar’u yang mempunyai arti
al-inbat (menumbuhkan).7
Secara Etimologi Al Muzara’ah diartikan wajan علَة
َ َُمفَاdarikata ع َ َ اyang
ُ لز ْر
sama artinya dengan ُاإل ْنَبَات
ِ (menumbuhkan). Muzara’ah juga disebut al-qarah
menurut istilah orang irak.8
Adapun pengertian muzara’ah menurut imam madzhab adalah sebagai
berikut:9
a. Imam Hanafi mendefinisikan kata muzara’ahberarti akad bagi hasil atas
pengelolaan lahan untuk pertanian. Imam Malik berpendapat bahwa
muzara’ah mengandung makna kerjasama dalam hal bercocok tanam.
6
Syatha, Sayyid Bakri, I’anah Thalibin juz 3, (Darul Fikr: Beirut, 2004). hlm. 147.
7
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqhu al-Islamu wa Adilatuh, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 2005), hlm. 613.
8
Rachmat Syafe’i. hlm. 205.
9
Dr. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, cet 2, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008), hlm. 240.
5
b. Imam Syafi’i mendefinisikan kata muzara’ah yaitu suatu pekerjaan atas
suatu lahan dari si pemilik lahan kepada si penggarap dimana benih
tanaman berasal dari si pemilik lahan.
c. Imam Hanbali mengatakan bahwa muzara’ah berarti pengalihan lahan dan
bibit tanaman untuk kemudian ditanam oleh pengelola lahan yang
kemudian hasil dari lahan (persentase) tersebut dihitung untuk
kemudian adanya pembagian hasil antara kedua belah pihak.
2. Landasan Syariah Hukum Muzara’ah
a. Muzaro’ah dibolehkan
قال رسول هللا صلى هللا علْيِه َو سلَم (َمن كانت لِه أرض فلْيزر:عن أبي ْهريرة رضي هللا عنِه قال
(عها أَو لْيمنحها أَخاه فإن أبى فلْيمسك أرضِه
Artinya: Rafi’ bin Khadis berkata, “diantara anshar yang paling banyak
mempunyai tanah adalah kami, maka kami persewakan, sebagian tanah untuk
kami dan sebagian tanah untuk mereka yang mengerjakannya. Kadang-kadang
sebagian tanah itu berhasil baik, dan yang lain tidak berhasil. Oleh karena itu
6
Rasulullah melarang paroan dengan cara demikian.” (H.R. Muslim dan Abu
Dawud).
10
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Mu’amalah Kontesktual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 76
7
Menurut adat kebiasaan dikalangan petani, lahan itu bisa diolah dan
menghasilkan. Sebab, ada tanaman yang tidak cocok ditanami pada
daerah tertentu.
Batas-batas lahan itu jelas.
Lahan itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk di olah dan
pemilik lahan tidak boleh ikut campur tangan untuk mengolahnya.
d. Hasil yang akan dipanen:
Pembagian hasil panen harus jelas (prosentasenya).
Hasil panen itu benar-benar milik bersama orang yang berakad,tanpa
ada pengkhususan seperti disisihkan terlebih dahulu sekian persen.
Persyaratan ini pun sebaiknya dicantumkan dalam perjanjian sehingga
tidak timbul perselisihan dibelakang hari, terutama sekali lahan yang
dikelola sangat luas.
e. Jangka waktu harus jelas dalam akad, sehingga pengelola tidak dirugikan,
seperti membatalkan akad itu sewaktu-waktu. Untuk menentukan jangka
waktu ini biasanya disesuaikan dengan adat kebiasaan setempat.
f. Obyek akad harus jelas pemanfaatan benihnya, pupuk dan obatnya,
seperti yang berlaku pada daerah setempat.
C. MUKHOBAROH
1. Pengertian Mukhabarah
8
Sedangkan menurut Ibrahim al-Bajuri mukhabarah adalah sesunggunya
pemilik hanya menyerahkan tanah kepada pekerja dan modal dari pengelola.11
Rukun dan syarat mukhabarah sama dengan rukun musaqah dan muzara’ah.
Berikut rukun dan syaratnya :
a. Ijab qabul (akad),
b. Penggarap dan pemilik tanah (akid),
c. Adanya obyek (ma’qud ilaih),
d. Harus ada ketentuan bagi hasil.
Namun ada hal yang berbeda dalam kesepakatan ulama’ tentang akad
mukhabarah. Jika seseorang menyerahkan tanah kepada orang lain untuk ditanami,
dan ia mensyaratkan bagian yang jelas dari hasil panen, maka hukumnya tidak
diperbolehkan. Tapi, imam Nawawi mengikuti pendapat Ibn Mundzir memilih
untuk memperbolehkan akad mukhabarah. Juga akad muzara’ah, yaitu
mempekerjakan seorang pekerja pada tanah dengan upah hasil panenan dan biji
dari pihak pemilih tanah.
11
Muhammad Jawar, Mughniyah Fiqih Imam Ja’far Shodik, (Jakarta: lentera,2009 hlm. 110
9
4. Berakhirnya Mukhabarah
12
Syaikh Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Qosim Al-Ghozi, Fathul Qorib,jilid 2, (Kediri:
ZAMZAM Sumber Mata Air Ilmu, 2016). Hlm. 24
10
BAB III
PENUTUP
Islam telah mengatur segala aspek duniawi umatnya. Terutama dalam hal bekerja,
Allah telah mengatur sedetail mungkin sistematikanya. Sehingga islam dikenal dengan agama
yang mudah dan indah dengan segala tata aturannya. Khususnya pada hal kerjasama dalam
pertanian, islam telah mengaturnya dalam akad musaqah, muzara’ah, dan mukhabarah.
Dalam semua akad tersebut dijelaskan secara detail sehingga mencapai kepuasan yang adil
atau berimbang antara pemilik tanah dengan penggarap. Selain hal itu, semua akad tersebut
dapat membantu seorang penggarap tanah yang bermula pengangguran tanpa mendapatkan
upah menjadi mempunyai pekerjaan dan upah. Hal tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi penurunan pertumbuhan penduduk miskin dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Qosim Al-Ghozi. 2016. Fathul
Qorib (jilid 2). Kediri: ZAMZAM Sumber Mata Air Ilmu.
Muhammad Jawar. 2009. Mughniyah Fiqih Imam Ja’far Shodik. Jakarta:
lentera.
Ghufron A. Mas’adi. 2002. Fiqh Mu’amalah Kontesktual. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Dr. Mardani. 2008. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.
Wahbah Zuhaily. 2005. Al-Fiqhu al-Islamu wa Adilatuh. Beirut Libanon : Dar
al-Fikr.
Sayyid Bakri Syatha. 2004. I’anah Thalibin juz 3. Beirut: Darul Fikr.
Rachmat Syafe’i. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2014. Bulughul Marom. Semarang:Dahara
Prize.
Madani. 2012. Fiqih Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Media Group.
12