Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FIQH MUAMALAH LANJUTAN

Muzarah, Musaqoh, Mukhabarah

Disusun Oleh:
Natasha Dwi Putri (2230104219)

Rahmad suci (2230104170)

Dosen Pengampu :
Falah Hidayat, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH'


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala
Rahmat-Nya dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan
tersusun sampai dengan selesai. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat beserta salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada
kita semua.

Penulis berharap semoga makalah yang berjudulkan “Muzaroh, musaqoh,


mukhobaroh “ ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Dan
juga diharapakan agar isi dari makalah ini bisa diterapkan dan dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Penulis ucapkan juga terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, semoga menjadi amal bagi kita semua baik yang membuat
maupun yang membaca. Mohon maaf apabila banyak terdapat kekurangan, baik dari
penulisan atau arti-arti karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Maka
kami sangat menerima kritik atau saran yang bertujuan membangun.

Palembang, September 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pengertian Muzaroh, Musaqoh, Mukhobaroh............................................... 3
B. Landasan Hukum dan Muzaroh, Musaqoh, Mukhobaroh 7
...............................................
C. Syarat dan Hukum Muzaroh, Musaqoh, 8
Mukhobaroh.....................................................................
D. Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah ............................ 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah atau
pemimpin untuk diri sendiri maupun orang lain. Meskipun manusia berperan
sebagai khalifah, tentu tak luput dari bantuan manusia lainnya, sehingga antara
manusia satu dengan yang lainnya saling membutuhkan satu sama lain. Di dalam
Islam hubungan antar manusia telah diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi
perselisihan yang mampu menimbulkan permusuhan antara individu satu dengan
lainnya. Seperti halnya hubungan bisnis ataupun perniagaan antar individu. Apabila
tidak dilandaskan hukum islam, maka kecurangan dan kekecewaan pasti akan
dirasakan oleh salah satu pihak yang terlibat. Dari beberapa kemungkinan buruk
tersebut, maka hendaklah setiap melakukan pekerjaan ataupun hubungan bisnis
dengan orang lain dilandaskan hukum agama agar kedua belah pihak tidak
merasa dirugikan.

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling


membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai
sumber ekonomi. Dalam kehidupan sosial, Nabi Muhammad mengajarkan kepada
kita semua tentang bermuamalah agar terjadi kerukunan antar umat serta
memberikan keuntungan bersama.

Dalam pembahasan kali ini, penyusun ingin membahas tiga diantara


muamalah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yaitu Muzara’ah, Musaqah, dan
Mukhabarah. Karena didalam pembahasan ini terdapat suatu hikmah untuk
kehidupan sosial.

1
AA Amilia, “Muzara’ah, Musaqah, dan Mukhabarah,” Academia.edu,
2
SV Nita - Qawãnïn, “Hukum bagi hasil pertanian dalam islam,” jurnalfasya.iainkediri.ac.id

1
B. Rumusan Makalah
Adapun rumusan masalah dari penjelasan diatas sebagai berikut:

1. Apa pengertian Muzarah, Musaqah, dan Mukhabarah serta apa saja landasan
hukum dan jenis serta apa saja syarat dan rukun tersebut?
2. Bagaimana aplikasi Muzara’ah, Musaqah, dan Mukhabarah di lembaga keuangan
syariah di perbankan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penjelasan diatas sebagai berikut:

1. Untuk mengetahul pengertian Muzarah, Musaqah, dan Mukhabarah serta


landasan hukum serta Jenis dan syarat dan rukun.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknis penerapan Muzara’ah, Musaqah,
dan Mukhabarah dalam perbankan syariah.

3
A Syaickhu, N Haryanti, “Analisis akad Muzara,ah dan Musaqah “,ejurnal.iaipd-nganjuk.ac.id

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Muzara’ah

Al-Muzara’ah menurut bahasa adalah muamalah terhadap tanah dengan


(imbalan) sebagian apa yang dihasilkan darinya. Sedangkan yang dimaksud di sini
adalah memberikan tanah kepada orang yang akan menggarapnya dengan imbalan
ia memperoleh setengah dari hasilnya atau yang sejenisnya. Muzaraah adalah
kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap sedangkan benihnya dari
penggarap. Pada umumnya kerjasama muzaraah ini dilakukan pada tanaman yang
benihnya relatif murah, seperti padi, jagung, kacang, kedelai dan lain-lain.

Pensyaria’atan Muzara’ah

Dari Nafi’ bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma memberitahukan


kepadanya:

ْ ‫عا َم َل أ َ ْه َل َخ ْيبَ َر بِش‬


ٍ‫مِن ث َ َم ٍر أ َ ْو زَ ْرع‬
ْ ‫ج ِم ْن َها‬
ُ ‫َط ِر َما يَ ْخ ُر‬ َ .

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh penduduk Khaibar untuk


menggarap tanah di Khaibar dan mereka mendapat setengah dari hasil buminya
berupa buah atau hasil pertanian.”[1]

Imam al-Bukhari berkata [2], Qais bin Muslim telah berkata dari Abu Ja’far, ia
berkata, tidaklah di Madinah ada penghuni rumah Hijrah kecuali mereka bercocok
tanam dengan memperoleh sepertiga atau seperempat (dari hasilnya), maka Ali,
Sa’ad bin Malik, ‘Abdullah bin Mas’ud, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Qasim bin
‘Urwah, keluarga Abu Bakar, keluarga ‘Umar, keluarga ‘Ali dan Ibnu Sirin
melakukan muzara’ah.

Dari Siapakah Biaya (Perawatannya)?

Tidak mengapa apabila biaya perawatan dibebankan kepada pemilik tanah atau
kepada penggarap atau kepada mereka berdua.

Imam al-Bukhari berkata[3], “’Umar bermuamalah dengan orang-orang (dengan


perjanjian) bila ‘Umar yang membawa benih maka ia memperoleh setengah (dari
hasilnya) dan bila mereka yang membawa benih, maka mereka memperoleh

3
sekian.”

Hal-Hal Yang Tidak Dibolehkan Dalam Muzara’ah :

Tidak diperbolehkan muzara’ah (dengan perjanjian) bahwa petak yang ini


(hasilnya) bagi si pemilik tanah dan petak yang di sana bagi si penggarap.
Demikian pula tidak boleh bagi si pemilik tanah untuk mengatakan, “Aku
memperoleh darinya (tanah ini) sekian dan sekian wasaq.”

Diriwayatkan dari Hanzhalah bin Qais dari Rafi’ bin Khudaij, ia berkata, “Dua
orang pamanku bercerita kepadaku bahwa dahulu mereka pernah menyewakan
tanah di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan memperoleh hasil) dari
apa yang tumbuh di atas Arbu’a (yaitu sungai kecil) atau sesuatu yang dikecualikan
oleh si pemilik tanah, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang akan hal
tersebut.” Aku lalu bertanya kepada Rafi’, “Bagaimana jika (disewakan) dengan
dinar atau dirham?” Rafi’ menjawab, “Tidak mengapa jika dengan dinar atau
dirham.” Al-Laits berkata, “Yang dilarang adalah (apabila) orang-orang yang
mengerti tentang halal dan haram melihat kepadanya, maka mereka tidak
memperbolehkannya karena ada unsur mengadu peruntungan”.

Disebutkan juga dari Hanzhalah ia berkata, “Aku bertanya kepada Rafi’ bin
Khudaij tentang menyewakan tanah dengan emas dan perak? Ia menjawab, “Tidak
mengapa dengannya, hanyalah orang-orang di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyewakan dengan imbalan (apa yang tumbuh) di tepian-tepian sungai dan
sumber-sumber air serta sesuatu dari pertanian, maka yang sisi (petak) ini hancur
dan petak yang lainnya selamat, dan petak yang ini selamat petak yang lain hancur.
Dan orang-orang tidak menyewakan tanah kecuali dengan cara ini, oleh karena
itulah dilarang. Adapun sesuatu yang jelas dan dijamin, maka tidak mengapa
dengannya.”

4
SK Islamiah, “Praktik kerjasama bagi hasil”, etheses.iainkediri.ac.id
4
2. Musaqoh

Musaqah merupakan kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dan
pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau tanaman
dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama dan
perjanjian itu disebutkan dalam aqad. Musaqah sendiri berasal dari kata assaqa,
yang berarti siraman air. Menurut pendapat Syekh Syihab ad-Din al-Qalyubi dan
Syekh Umarah, pengertian musaqah adalah memperkerjakan manusia untuk
mengurus pohon dengan menyiram dan memeliharanya serta hasil yang
direzekikan Allah dari pohon itu untuk mereka berdua.
Al-musaqah berasal dari kata as saqa. Diberi nama ini karena
Objek musaqah harus terdiri atas pepohonan yang mempunyai buah. Terdapat
perbedaan pendapat dalam menentukan objek musaqah. Menurut ulama
Hanafiyah, yang boleh menjadi objek musaqah adalah pepohonan yang berbuah,
seperti kurma, anggur, dan terong. Selain itu musaqah juga berlaku pepohonan
yang tak berbuah, jika hal itu dibutuhkan masyarakat.

Jika ada orang kaya memiliki sebidang kebun yang di dalamnya terdapat
pepohonan seperti kurma dan anggur dan orang tersebut tidak mampu mengairi
atau merawat pohon-pohon kurma dan anggur tersebut karena adanya suatu
halangan, maka diperbolehkan untuk melakukan suatu akad dengan seseorang
yang mau mengairi dan merawat pohon-pohon tersebut. Dan bagi masing-masing
keduanya mendapatkan bagian dari hasilnya.

Hikmah Musaqah yaitu agar terwujudnya kerjasama antara si miskin dan si


kaya, memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak mempunyai kebun tapi
punya potensi untuk menggarapnya dengan baik, mengikuti sunah Rasulullah.

5
3. Mukhabarah

Mukhabarah artinya sebuah bentuk kerja sama di bidang pertanian yang


disyariatkan dalam agama Islam. Kerja sama mukhabarah adalah termasuk bentuk
kerja sama tolong-menolong, yaitu antara pihak pemilik tanah dengan orang yang
mampu untuk mengolah tanah sehingga menghasilkan sesuatu. Kerja sama
mukhabarah adalah termasuk bentuk kerja sama tolong-menolong, yaitu antara
pihak pemilik tanah dengan orang yang mampu untuk mengolah tanah sehingga
menghasilkan sesuatu.
Persamaan antara mukhabarah dan muzara’ah terjadi pada peristiwa yang
sama, yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk
dikelola. Perbedannya ialah pada modal, bila modal berasal dari pengelola disebut
mukhabarah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik tanah disebut muzara’ah.
Pada umumnya, kerja sama mukhabarah ini dilakukan pada perkebunan yang
benihnya relatif murah, seperti padi, jagung dan kacang. Namun tidak tertutup
kemungkinan pada tanaman yang benihnya relatif murah juga dilakukan kerja
sama muzara’ah.
Ada hal-hal yang dilarang dalam mukhabarah, yaitu:

1. Perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang harus diberikan


kepada pemilik tanah, yaitu suatu syarat yang menentukan bahwa apapun dan
berapa pun hasilnya, pemilik tanah tetap menerima lima atau sepuluh mound
dari hasil panen.

2. Hanya bagian lahan tertentu yang berproduksi.

3. Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah tersebut akan tetap
menjadi miliknya jika sepanjang pemilik tanah masih menginginkannya dan
akan menghapuskan kepemilikannya mahakala pemilik tanah menghendaki.

4. Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah tapi satu pihak
menyediakan bibit dan pihak lainnya menyediakan alat-alat pertanian.

5. Adanya hasil panen lain harus dibayar oleh satu pihak sebagai tambahan
kepada hasil pengeluaran tanah.

6
B. Landasan Hukum Muzarah, Musaqoh, Mukhabarah
 Landasan Hukum yang membolehkan Mukhabarah dan Muzarah, dari sabda Nabi
saw :

Artinya :
“Ya abu abdurahman, kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini nanti mereka
mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW telah melarang mukhabarah. Hai Amr.
Telah menceritakan kepadaku orang-orang yang sungguh mengetahui akan hal itu,
yaitu ibnu abbas bahwa nabi Muhammad SAW tidak melarang mukhabarah itu, hanya
beliau berkata : sesorang memberi manfaat kepada saudaranya lebih baik daripada ia
mengambil manfaat dari saudaranya dengan upah tertentu”. (HR.Muslim)
Jadi hukum Mukhabarah sama seperti Muzarah yaitu Mubah atau boleh dan seseorang
dapat melakukannya untuk dapat memberikan dan mendapat menfaat dari kerjasama
Mukhabarah dan Muzarah.
 Landasan Hukum Musaqoh
Hadis Nabi saw. riwayat Imam Muslim dari Ibnu Amr, ra. bahwa Rasulullah
bersabda yang artinya, “Memberikan tanah Khaibar dengan separuh dari
penghasilan, baik buah-buahan maupun pertanian (tanaman)”. Pada riwayat lain
dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah khaibar kepada Yahudi untuk diolah
dan modal dari hartanya, penghasilan separuhnya untuk Nabi Muhammad SAW.

5
MA Roby . 2018. Hukum Muzarah. Jakarta: repository.uinsu.ac.id.
6
IOI Saputra, Mekanisme Bagi Hasil, repository.metrouniv.ac.id

7
C. Rukun dan syarat Muzarah, musaqoh,mukhabarah
1. Muzarah
 Rukun Muzarah :

1. Ulama Hanabilah berpendapat rukun muzara’ah, yaitu ijab dan kabul. Boleh
dilakukan dengan lafal apa saja yang menunjukkan adanya ijab dan kabul.
Bahkan, muzara’ah sah dilafalkan dengan ijarah.
2. Ulama Hanafiah berpendapat rukun muzara’ah ada empat, yaitu tanah, perbuatan
pekerja, modal, dan alat-alat untuk menanam.

 Syarat Muzarah :

1. ‘aqidain yakni harus berakal


2. Tanaman, yakni disyaratkan adanya penentuan jenis tanaman yang akan ditanam
3. Perolehan hasil dari tanaman, yaitu
1. Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya (presentasi ketika akad)
2. Hasil adalah milik bersama
3. Bagian antara amil dan malik adalah dari satu jenis barang yang sama
4. Bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui
5. Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang maklum
4. Tanah yang akan ditanami, yaitu tanah tersebut dapat ditanam dan diketahui
batas-batasnya
5. Waktu, syaratnya sebagai berikut
1. Waktunya telah ditentukan
2. Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman dimaksud, seperti
menanam padi waktunya kurang lebih 4 bulan (tergantung teknologi yang
dipakainya) atau menurut kebiasaan setempat
3. Waktu tersebut memungkinkan kedua belah pihak hidup menurut kebiasaan
6. Alat-alat muzara’ah seperti cangkul, traktor, dan yang lainnya dibebankan
kepada pemilik tanah.

7
A Luthfi, F Anggraini - Al-Mizan, Musaqoh dan Muzarah Jurnal Ekonomi Syariah, 2023
8
MH Murdani - el_Huda, Sistem pembiayan ejournal.kopertais4.or.id

8
2. Musaqoh

 Rukun Musaqoh :

1. Pemilik dan penggarap


2. Tanaman yang dipelihara
3. Kebun yang diolah
4. Pekerjaan dengan ketentuan yang jelas, baik waktu, jenis dan sifatnya
5. Hasil yang diperoleh berupa pohon buah, daun, kayu atau lainnya
6. Akad, yaitu ijab kabul baik berbentuk tulisan, perkataan maupun isyarat yang
dapat dipahami

 Syarat Musaqoh :

1. Akad dilaksanakan sebelum dibuat perjanjian, karena musaqah merupakan akad


perkerjaan
2. Tanaman yang dipeliahara hendaknya jelas, dapat dilihat oleh mata
3. Waktu pemeliharaan hendaknya jelas, satahun, dua tahun, sekali panen, dan
sebagainya.
4. Penggarap hendaknya jelas bagiannya, apakah separuh, sepertiga, atau lainnya.

3. Mukhabarah
 Rukun Mukhabarah :
1. Adanya pemilik tanah yang sah.
2. Adanya petani atau penggarap tanah.
3. Tanah yang akan digarap.
4. Proses ijab dan qabul membuat kesepakatan dilakukan secara lisan.
 Syarat Mukhabarah :

1. Pemilik tanah dan penggarap harus orang yang sudah baligh dan berakal.
2. Peralatan dibebankan kepada petani penggarap lahan.

9
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Cet-I, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001) hlm. 83
10
Arief Budiono, “Penerapan Prinsip Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah”, Jural Law and
Justice, Vol. 2, No. 1 April 2017, h

9
D. Aplikasi Muzarah, Musaqoh, Mukrabahan dalam Lembaga Keuangan Syariah.
1. Aplikasi Muzarah :
Implementasi Muzarah dalam perbankan syariah dapat dijumpai pada pembiayaan-
pembiayaan seperti:
a. Pembiayaan Proyek Muzarah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek
dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyektersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b. Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan
setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara
singkat maupun bertahap.
Mekanisme Perhitungan Muzarah Yang Dijalankan Oleh Perbankan adalah sebagai
berikut: Nasabah Bank ABC mengajukan pembiayaan Pengembangan software
ADLCdari sebuah perusahaan Telekomunikasi terkemuka di Indonesia, PT XYZ.
TotalNilai proyek yang akan dikerjakan adalah sebesar Rp 2.970.000.000,
termasukPPN 10%. Berdasarkan perhitungan kebutuhan modal kerja, nasabah
membutuhkan MK sebesar Rp 1.744.947.500.Bank memiliki aturan untuk
memberikan share pembiayaan maksimum 70% dari kebutuhan pembiayaan.
Berdasarkan proyeksi cashflow nasabah penarikan modal kerja dilakukan secara
bertahap dan pembayaran dari Bouwheer dilakukan berdasarkan progress
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan kontrak.

2. Aplikasi Musaqoh :
Pembiayaan dengan Akad musyarakah bisa juga dilakukan diluar perbankan
syariah. Seringkali ada ide usaha dari seseorang, namun modal yang diperlukan
tidak mencukupi. Maka orang yang memiliki ide tersebut mencari mitra yang ma
diajak berkerja sama, baik dari segi permodalan maupun pelaksanaannya.

11
Yusak Lasmana, Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009) h. 82
12
" Siti Najma, Bisnis Syariah dari Nol, (Jakarta:Hikmah, 2007), hlm 173-174

10
Dalam perbankan syariah, secara garis besar, terdapat dua tujuan utama dalam
pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan Makro dan Pembiayaan
Mikro. Aplikasi pembiayaan musyarakah terdiri dari tiga aplikasi yakni Pembiayaan
digunakan untuk jangka pendek, Pembiayaan proyek dan Modal ventura.

13
Sami Hasan Hamud, Tatwir al-Amal al-Mashrafiyah Bima Yattafiq al-Syariah al-Islamiyah (Beint
Mathba'ah al-Syarq, 1992), hlm.431.
14 "Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta:

11
3. Aplikasi Mukrabahan :
Mukrabahan biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Al-mudharabah diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus,
seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya;
b. Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah
khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja;
c. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa; d. Investasi
khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan
penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah diterapkan oleh shahibul
maal.
Salah satu produk yang menjadi unggulan perbankan syariah adalah pembiayaan
mudharabah.20 Sebagaimana contoh-contoh di bawah ini: Anda mantan pegawai
dengan jabatan terakhir sebagai manajer pemasaran disebuah perusahaan kurir
ternama. Anda sudah 20 tahun malang melintang di dunia perkuriran, dan keluar
dari perusahaan Anda sebelumnya karena ingin mulai berbisnis kurir. Dengan
jaminan tanah 100 meter persegi, Anda mengajukan pembiayaan bisnis kurir yang
membutuhkan modal Rp100 juta.Bank syariah menyepakati pembiayaan tersebut
dengan kesepakatan nisbah 60:40. Setiap bulan, Anda harus menyetor laporan laba
rugi dan berbagi kesepakatan apakah dibayar sekaligus pada saat berakhirnya
kontrak mudharabah atau dicicil.21.
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss).
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya kerugian itu
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.Dalam mudharabah yang dibagi hasilkan.

15
Mutmainna – 2019 “Mekanisme dalam proses bagi hasil” repository.iainpalu.ac.id

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad Muzarah, Musaqoh, Mukhabarah merupakan akad bermuamalah yang
diperbolehkan dalam islam. Mudharabah dan musyarakah menggunakan prinsip bagi
hasil, sedangkan murabahah menggunakan prinsip jual beli.Pada umumnya akad-
akad tersebut diterapkan pada perbankan syariah. Diterapkan pada penghimpunan
dana maupun pembiayaan. Pada penghimpunan dana misalnya ada tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Sedangkan pembiayaan sudah umum
dilakukan antara perbankan syariah dengan para nasabahnya. Dalam penghimpunan
dana, yang ada hanya pembiayaan musyarakah antara perbankan syariah dengan para
nasabahnya. Demikian juga dengan akad murabahah, tidak digunakan dalam
penghimpunan dana melainkan hanya untuk pembiayaan. Namun praktik
mudharabah, musyarakah, dan murabahah tidaklah menjadi monopoli perbankan
syariah. Akad-akad tersebut dapat juga digunakan atau diaplikasikan oleh
perorangan. Dalam bidang perdagangan, pertanian, peternakan, penangkapan ikan,
bahkan industri kecil pada pembelian barang dagangan ataupun barang konsumsi.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga bisa memberikan manfaat
bagi kita semua. P a da penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
Oleh karen itu kami mengharapkan saran serta kritik dalam perbaikan makalah
selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004).Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 57.

Edwin Nasution (et.al.), Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, 2007), cet. II.Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid wa
Nihayatul Mugtashid, Beirut: Lebanon: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, tt, h.
293.
Masyhuri (Ed), Teori Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005).
Nurul Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari teori ke
praktek,(Depok, Gema Insani bekerja sama dengan Tazkia Cendekia: 2011)
cet ke-17Sami Hasan Hamud, Tatwir al-A'mal al-Mashrafiyah Bima
Yattafiq al-Syari'ah al- Islamiyah (Beirut: Mathba'ah al-Syarq, 1992),
hlm.431
Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah
Indonesia Tentang Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UII Press,
2005).Sulaiman Rusdid. 1954: 243
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat: 2011).

14

Anda mungkin juga menyukai