Kelas : 2 PAI B
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara?
2. Bagaimana Hukum Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara?
3. Apa Rukun dan Syarat Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara?
4. Apa Hikmah dari Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara?
5. Bagaimana Zakat Muzara’ah dan Mukhabara?
3. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara.
2. Untuk Mengetahui Hukum Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara.
3. Untuk Mengetahui Rukun dan Syarat Musaqah, Muzara’ah dan
Mukhabara.
4. Untuk Mengetahui Hikmah dari Musaqah, Muzara’ah dan
Mukhabara.
5. Untuk Mengetahui Zakat Muzara’ah dan Mukhabara.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa musaqah berasal dari kata Saqa, arti kata tersebut adalah as-
Saqy yang dimaknai dengan penyiraman atau pengairan untuk mendapatkan
kemaslahatan dan memperoleh imbalan tertentu dari hasil lahan yang dikelola. 1
Menurut syara' musaqah adalah menyerahkan pada orang yang merawat,
menyiram dan menjanjikan bila pohon yang diserahkan untuk dirawat telah siap
panen dan diambil manfaatnya sebagai sebagian dari imbalan pengelolaan.
2. Muzara’ah
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Progresif, 2002). Hlm.642
2
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, (Jakarta: Gema Insani, 2006).
Hlm . 476
menanam dan merawatnya di tanah tersebut, dengan memberikan kepadanya
sebagian hasil yang diperoleh, sedangkan sisanya adalah untuk pemiliknya.3
3. Mukhabara
3
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, (Jakarta: Gema Insani, 2006).
Hlm. 477
4
Abdur Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010). Hlm . 115.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010). Hlm. 154-155.
6
Abdur Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010). Hlm . 117.
C. Rukun dan Syarat Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabara
1. Musaqah
a. Rukun
b. Syarat
7
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 110
2. Muzara’ah
a. Rukun
Adapun rukun Muzara’ah yang sah menurut kesepakatan para ulama yang
membolehkannya adalah :
b. Syarat
3. Mukhabara
a. Rukun
Menurut ulama Hanafiah rukun Mukhabarah ialah ijab dan qabul yang
menunjukkan keridhoan atau kerelaan antara kedua belah pihak. Ulama
terdahulu sudah menetapkan rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam
melakukan perjanjian jika rukun dan syarat tidak dipenuhi maka, perjanjian
tersebut dianggap batal dan perjanjian kerjasama menjadi rusak. Rukun-
rukun tersebut antara lain:
8
Harun, Fiqh Muamalah, (Surakarta: T. Sentosa, 2017). Hlm. 202
Adapun pendapat jumhur ulama terkait rukun Mukhabarah, yaitu:
Pemilik lahan dan petani penggarap lahan
Objek Mukhabarah, yang terdiri dari manfaat lahan dan hasil kerja
petani.
Ijab, penyerahan lahan agar dikelola oleh petani penggarap.9
b. Syarat
aqidain ialah seseorang harus sehat dan baligh ketika melakukan akad
antara pemilk lahan dengan petani penggarap
Menentukan tanaman yang akan ditanam, yaitu kedua belah pihak
menentukan jenis tanaman
Berkitan dengan hasil panen, antara lain:
1) Bagian masing-masing harus disebutkan dengan jelas ketika
melakukan perjanjian.
2) Hasil dari panen adalah milik bersama yaitu pemilik lahan dan
petani penggarap lahan
3) Pembagian antara kedua belah pihak sudah diketahui
4) Tidak disyaratkan antara kedua belah pihak penambahan yang
maklum. Sesuatu yang berhubungan dengan tanah yang nantinya
akan ditanami, seperti:
a) Tanah tersebut dapat ditanami
b) Tanah tersebut dapat diketahui batas-batasannya
9
Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam UntukSekolah Menengah Kejuruan, (Bandung:
Grafindo Media Pratama, Cet.1, 2008). Hlm. 42
Jangka waktu dalam penggarapan
1) Jangka Waktu penggarapan yang sudah ditentukan.
2) Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud.
2. Muzara’ah
Terwujudnya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah
dengan petani penggarap.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tertanggulanginya kemiskinan.
Terbukanya lapangan pekerjaaan, terutama bagi petani yang memiliki
kemampuan bertani tetapi tidak memiliki tanah garapan.
3. Mukhabara
Munculnya akad kerjasama yaitu saling menguntungkan antara keduanya.
Meningkatakan silaturrahmi serta menghilangkan kesenjangan antara kaya
dengan yang kurang mampu.
Lapangan pekerjaan semakin meningkat karena adanya saling tolong
menolong terhadap petani yang tidak memilik lahan.
Terhidar dari praktik kerjasama yang mengakibatkan penipuan, karena akad
Mukhabarah harus memiliki hubungan yang jelas dan bertanggung jawab
antara kedua belah pihak.
Menimbulkan rasa keseimbangan dan keadilan.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.