1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
1. Pengertian Musyaqoh.............................................................................................6
2. Rukun dan Syarat Musyaqoh..................................................................................9
3. Hukum Musyaqoh Sahih dan Fasid( Rusak)........................................................11
4. Habis Waktu Musyaqoh.......................................................................................14
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
b. Saran....................................................................................................................18
4. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Musyaqoh ?
2. Bagaimana rukun dan syarat Musyaqoh ?
3. Bagaiamana dasar hukum Musyaqoh ?
4. Kapan berakhirnya waktu Musyaqoh?
1
Ahamad Azhar, (2000:11)
4
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dai
penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu musyaqoh
2. Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja rukun dan
syarat musyaqoh
3. Untuk megetahui bagaimana dasar hukum musyaqoh
4. Untuk memahami dan megtahui kapan berakhirnya waktu
musyaqoh
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Musyaqoh
Secara sederhana Musaqah diartikan dengan kerjasama dalam
perawatan tanaman dengan imbalan bagian dari hasil yang diperoleh dari
tanaman tersebut.2 Menurut Amir Syarifuddin, yang dimaksud dengan
tanaman dalam muamalah ini adalah tanaman tua, atau tanaman keras
yang berbuah untuk mengharapkan buahnya. Perawatan disini mencakup
mengairi (inilah arti sebenarnya musaqah) menyiangi, merawat dan usaha
lain yang berkenaan dengan buahnya.3
2
Amir Syarifuddin , Garis- Garis Besar Fiqh,Jakarta, Prenada Media, 2003, hal 23
3
Ibid …,hal 124
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Bandung, Gunung Djati Press, 1997, hal. 145
5
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta :Gema Insani, 2001, hal.
100
6
“penyerahan sebidang kebun pada petani untuk digarap dan
dirawat dengan ketentuan bahwa petani mendapatkan bagian dari hasil
kebun itu “
6
Hendi Suhendi…,hal. 145
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Bandung, Gunung Djati Press,1997, hal. 145
8
Ibid …, hal. 146
7
b. Pohon-pohon tersebut berakar tetap, tetapi tidak berbuah,
seperti pohon kayu keras, karet dan jati.
8
2. Rukun dan Syarat Musyaqoh
A. Rukun Musyaqoh
Rukun musyaqoh seperti rukun akad lainnya, diantaranya adalah
ijab Kabul dan segala bentuknya, baik perkataan,tulisan, isyarat
sepanjang hal itu benar-benar dari orang yang berhak bertindak untuk
itu.9
Jumhur ulama’ menetapkan bahwa rukun musyaqoh ada lima,
yaitu sebagai berikut:
1) Dua orang yang akad (al- aqidani)
Al – Aqidani di syaratkan harus baligh dan berakal
2) Objek musyaqoh
Objek musyaqoh menurut ulama hanafiyah adalah pohon-
pohon yang berbuah, seperti kurma. Akan tetapi, meneurut
sebagian ulama’ hanafiyah lainnya dibolehkan musyaqoh
atas pohon yang tidak berbuah sebab sama-sama
membutuhkan pengurusan dan siraman .
3) Buah
Disyaratkan menentukan buah ketika akad untuk kedua
pihak.
4) Pekerjaan
Disyaratkan penggarap harus bekerja sendiri, jika
disyaratkan bahwa pemilik harus bekerja atau dikerjakan
secara bersama-sama, akad menjadi tidak sah . ulama’
mensyaratkan pengarap harus mengetahui batas
waktu,yaitu kapan maksimal berbuah dan kapan minimal
berbuah.
Ulama’ hanafiah tidak memberikan batasan waktu, baik
dalam muzaraah maupun musyaqoh sebab rasulullah pun
tidak memberi batasan ketika bermuamalah dengan orang
khaibar.
9
Syafi’I Jafri, Fiqh Muamalah, hal. 158
9
5) Sighat
Menurut ulama’ syafi’iayah ,tidak dibolehkan
menggunakan kata ijarah (sewaan) dalam akad musyaqoh
sebab berlainan akad.sedangkan menurut ulama
hanbaliyah membolehkannya sebab yang terpenting adalah
maksudnya.10
a) Sighat
b) Dua orang atau pihak yang berakad (al-aqidani)
c) Kebun dan semua pohon yang berbuah
d) Masa kerja
e) Buah 11
B. Syarat-Syarat Musyaqoh
Syarat -syarat musyaqoh sebenarnya tidak berbeda dengan
persyaratan yang ada dalam mujaraah. Hanya saja, pada musyaqoh
tidak disyaratkan untuk menjelaskan jenih benih, kelayakan kebun,
serta ketepatan waktu.
Beberapa syarat yang ada dalam mujaraah dan dapat diterapkan
dalam musyaqoh adalah:
a. Ahli dalam akad
b. Menjelaskan bagian penggarap
c. Memebebaskan pemilik dari pohon
d. Hasil dari pohon dibagi antara dua orang yang melangsungkan
akad
e. Sampai batas akhir, yakni meneyeluruh sampai akhir 12
10
1) Syarat yang bertalian dengan aqidain,yaitu harus berakal
2) Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yqaitu disyaratkan
adanya penentuan macam apa saja yang akan ditanam .
3) Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman,yaitu:
a. Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya
(presentase ketika akad)
b. Hasil adalah milik bersama
c. Bagian antara amil dan malik adalah dari satu jenis
barang yang sama.
d. Bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui
e. Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang
ma’lum.
4) Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami
5) Hal yang berkaitan dengan waktu
6) Hal yang berkaitan dengan alat-alat muzara’ah , alat-alat
tersebut disyaratkan berupa hewan atau yang lainnya
dibebankan kepada pemilik tanah.13
13
http://detik-share.blogspot.com/2013/musaqoh.html
14
Alaudin Al- Kasyani, Badai’ Ash- Shanai’ fi Tartib Asy-Syarai’, juz V. hal.187
11
d. Akad adalah lazim dari kedua belah pihak. Dengan
demikian, pihak yang berakad tidak dapat membatalkan
akad tanpa izin salah satunya.
e. Pemilik boleh memaksa penggarap untk bekerja, kecuali
udzur
f. Boleh menambah hasil dari ketetapan yang telah disepakati
g. Penggarap tidak memberikan msyaqoh kepada penggarap
lain, kecuali jika diizinkan oleh pemilik. Namun demikian,
penggarap awal tidak mendapat apa-apa dari hasil,
sedangkan penggarap kedua berhak mendapat upah sesuai
dengan pekerjaanya.
2. Ulama Malikiyah15 pada umumnya menyepakati hukum-hukum
yang ditetapkan ulama Hanafiyah diatas. Namun demikian,
mereka berpendapat dalam penggarapan :
a. Sesuatu yang tidak berhubungan dengan buah tidak wajib
dikerjakan dan tidak dan tidak boleh disyaratkan
b. Sesuatu yang berkaitan dengan buah yang memebekas
ditanah, tidak wajib dibenahi oleh penggarap
c. Sesuatu yang berkaitan denga buah, tetapi tidak tetap
adalah kewajiban penggarap, seperti menyiram atau
menyediakan alat Garapan , dan lain-lain
3. Ulama Syafiiyah dan Hanabilah sepakat dengan ulama
Malikiyah dalam membtasi pekerjaan penggarap diatas, dan
menambahkan bahwa segala pekerjaan yang rutin setiap tahun
adalah kewajiban penggarap, sedangkan pekerjaan yang tidak
rutin adalah kewajiban pemilik tanah .16
b. Hukum Dan Dampak Musyaqoh Fasid
Musyaqoh fasid adalah akad yang tidak memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan syara’. Beberapa kedaan yang dapat
15
Ibnu Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid Wa Nihayah Al- Mustashid, juz II, hal.244
16
Muhammad Asy- Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz III, hal. 328
12
dikaterogikan musyaqoh fasidah menurut ulama Hanafiyah17
anatara lain:
1. Mensyratkan hasil musyaqoh bagi salah seorang dari yang akad
2. Mensyaratkan salah satu bagian tertentu bagi yang akad
3. Mensyaratkan pemilik untuk ikut dalam penggarapan
4. Mensyaratkan pemetikan dan kelebihan kepada penggarap,
sebab penggarap hanya berkewajiban memelihara tanaman
sebelum dipetik hasilnya. Dengan demikian, pemeriksaan dan
hal-hal tambahan merupakan kewajiban dua orang yang akad
5. Mensyaratkan penjagaan kepada penggarap setelah pembagian
6. Mensyaratkan kepada penggarap untuk terus bekerja setelah
habis waktu akad
7. Bersepakat sampai batas waktu menurut kebiasaan
8. Musyaqoh digarap oleh banyak orang swhingga penggarap
membagi lagi kepada penggarap lainnya.
17
Ibnu Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid Wa Nihayah Al- Muqtasid, juz II,hal. 244
18
Alauddin Al-Kasyani, Badai’ Ash-Shanai’ Fi Tartib Asy- Syarai’, juz V, hal.188
19
Ibn Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid Wa Nihayah Al- Muqtasid…,hal.248
13
pemilik, seakan-akan penggarap bekerja untuk mendapatkan
upah.
20
Muhammad Asy- Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz II, hal.336-337,331
14
c. Membiayai sampai berbuah, kemudian mengambil bagian
penggarap sekadar pengganti pembiayaan.
2. Meninggalnya salah seorang yang akad
Jika pengarap meninggal, ahli warisnya berkewajiban meneruskan
musyaqoh, walupun pemilik tanah tidak rela. Begitu pula jika pemilik
meninggal, penggarap meneruskan pemeliharaanya walaupun ahli
waris pemilik tidak menghendakinya. Apabila kedua orang yang akad
meninggal, yang paling berhak meneruskan adalah ahli waris
penggarap. Jika ahli waris itu menolak, musyaqoh dierahkan kepada
pemilik tanah.
3. Membatalkan, baik dengan ucapan secara jelas atau adanya udzur.
Diantara uzur yang dapat membatalkan musyaqoh:
a. Penggarap dikenal sebagai pencuri yang dikhawatirkan akan
mencuri buah-buahan yang digarapnya
b. Penggarap sakit sehingga tidak dapat bekerja
B. Menurut Ulama’ Malikiyah
Ulama’ Malikiyah 21
berpendapat bahwa musyaqoh adalah akad yang
dapat diwariskan. Dengan demikian, ahli waris penggarap berhak untuk
meneruskan Garapan. Akan tetapi, jika ahli warisnya menolak, pemilik
harus menggarapnya.
21
Ibn Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid Wa Nihayah Al- Muqtasid, hal.247
15
Ualama Hanabilah22 berpendapat bahwa musyaqoh sama dengan mujaraah
yakni termasuk akad yang diperbolehkan, tetapi tidak lazim. Dengan
demikian setiap sisi dari musyaqoh dapat membatalkannya. Jika musyaqoh
rusak setelah tampak buah, buah tersebut dibagikan krpada pmilik d an
penggarap sesuai dengan perjanjian waktu akad..
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
22
Al Mugni , juz V , hal 372-377
23
Amir Syarifuddin , Garis- Garis Besar Fiqh,Jakarta, Prenada Media, 2003, hal 23
16
mengairi (inilah arti sebenarnya musaqah) menyiangi, merawat dan usaha
lain yang berkenaan dengan buahnya.
b. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataanya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagi bahan evaluasi
untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin , Garis- Garis Besar Fiqh.(Jakarta, Prenada Media, 2003)
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,( Jakarta :Gema
Insani, 2001)
18
19