MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Pengertian Musaqoh....................................................................................... 2
B. Pengertian Muzara’ah .................................................................................... 3
C. Pengertian Mukhobbaroh ............................................................................... 4
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................................ 7
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikanr ahmat serta
karuniaNya untuk kami ,jadi kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-ini dan
alhamdulilah tepat pada waktunya denganjudul“Muzaro'ah,mukhabrah dan Musyaqah.”
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat mata kuliah fiqih II yang
termasuk tugas kelompok. Tiada gading yang tidak ulang.Kami menyadari bahwa makalah
inimasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pesta yang bersifat
membangun selalu kami mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini akhir kata, kami
sampaikan terimakasih untuk semua peserta yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT terus meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Muzaro’ah
Secara etimologi, muzara’ah berarti kerja sama di bidang pertanian antara pihak pemilik
tanah dan petani penggarap. Secara terminologi, terdapat beberapa defenisi muzara’ah yang
dikemukakan ulama fiqh. Ulama Malikiyah1 mendefeniskan:“Perserikatan dalam pertanian”
Ulama Hanabilah 2mendefenisikan: “Penyerahan tanah pertanian kepada seorang petani untuk
digarap dan hasilnya dibagi berdua”
Kedua defenisi dalam kebiasaan Indonesia disebut sebagai “ paruhan sawah”. Penduduk
Irak menyebutnya “ al- mukhabarah”. Tetapi dalam al-mukhabarah, bibit yang ditanam berasal
dari pemilik tanah. Imam Syafi’i3mendefenisikan: “ pengolahan tanah oleh petani dengan
imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan penggarap tanah”. Dalam
muhkarabah, bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah, sedangkan dalam
muzara’ah, bibit yang akan ditanam boleh dari pemilik.
Jadi, muzara’ah itu yaitu kerja sama antara pemilik tanah dan penggarap tanah dengan
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sedangkan benih (bibit)
tanaman berasal dari pemilik tanah. Bila dalam kerja sama ini bibit disediakan oleh pekerja,
maka secara khusus kerja sama ini disebut al-mukhabarah.
2. Pengertian Musaqah
Secara etimologi, musaqah berarti transaksi dalam pengairan, yang oleh
penduduk Madinah disebut dengan al- mu’amalah. Secara terminologi, musaqah
didefenisikan oleh para ulama fiqh sebagai berikut: Menurut Abdurrahman al-Jaziri5,
musaqah ialah:
“Akad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian), dan yang
lainnya dengan syarat-syarat tertentu”. Menurut Ibn ‘Abidin yang dikutip Nasrun
Haroen6, musaqah adalah: “Penyerahan sebidang kebun kepada petani untuk digarap
dan dirawat dengan ketentuan bahwa petani mendapatkan bagian dari hasil kebun itu”.
Ulama Syafi’i mendefenisikan:“Mempekerjakan petani penggarap untuk menggarap
kurma atau pohon anggur saja dengan cara mengairi dan merawatnya, dan hasil kurma
atau anggur itu dibagi bersama antara pemilik dan petani yang menggarap”.
Dengan demikian, akad musaqah adalah sebuah bentuk kerja sama antara
pemilik kebun dan petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan
dirawat sehingga memberikan hasil yang maksimal. Kemudian, segala sesuatu yang
Kerja sama dalam bentuk musaqah ini berbeda dengan mengupah tukang kebun
untuk merawat tanaman, karena hasil yang diterimanya adalah upah yang telah pasti
ukurannya dan bukan dari hasilnya yang belum tentu 7.
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi saw. telah memberikan kebun beliau
kepada penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian: mereka
akan memperoleh dari penghasilannya, baik dari bauh-buahan maupun hasil
tanamannya” (HR. Muslim). 8
3. Rukun dan syarat Muzaro'ah dan Musyaqoh
a. Syarat dan Rukun Musaqah
Kalangan Syafi’iyah menetapkan rukun akad musaqah ada 5, yaitu:
1) dua orang yang bertransaksi,
2) adanya shighat (kalimat yang menyatakan akad),
3) hal yang berhubungan dengan amal (perkebunan),
4) buah atau yang semakna (menurut qaul qadim Imam Syafii), dan
5) pekerjaan (amal) (Raudlatu al-Thalibin, juz V, halaman 150). Ibnu Rusyd dalam
Bidayatul Mujtahid, juz II, halaman 319 menambahi rukun yang ke-6, yaitu masa
berlakunya akad.
Menurut ulama Hanabilah, yang boleh dijadikan objek musaqah adalah
terhadap tanaman yang buahnya boleh dikonsumsi. Oleh sebab itu, musaqah tidak
berlaku terhadap tanaman yang tidak memiliki buah.
Adapun ulama Syafi’i berpendapat bahwa yang boleh dijadikan objek akad
musaqah adalah kurma dan anggur saja, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
7 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana. 2003), cet. Ke-1, hlm. 243.
8 [4] Nasrun Haroen, Op. Cit., hlm. 284.
“Rasulullah saw.menyerahkan perkebunan kurma di Khaibar kepada orang Yahudi
dengan ketentuan sebagian dari hasilnya, baik buah-buahan maupun dari biji-bijian
menjadi milik orang Yahudi itu”.
c. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap setelah akad berlangsung
untuk digarap, tanpa campur tangan pemilik tanah.
d. Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun itu merupakan hak mereka bersama, sesuai
dengan kesepakatan yang mereka buat, baik dibagi dua, tiga dan sebagainya. Menurut
Imam Syafi’i yang terkuat, sah melakukan peerjanjian musaqah pada kebun yang telah
mulai berbuah, tetapi buahnya belum dapat dipastikan akan baik (belum matang).
e. Lamanya perjanjian harus jelas, karena transaksi ini sama dengan transaksi sewa-
menyewa agar terhindar dari ketidak pastian 9.
3. Berakhirnya Akad Musaqah
Menurut para ulama fiqh,akad musaqah berakhir apabila:
a. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis.
b. Salah satu pihak meninggal dunia.
c. Ada uzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad.
Uzur yang mereka maksud dalam hal ini diantaranya adalah petani penggarap
itu terkenal sebagai seorang pencuri hasil tanaman dan petani penggarap itu sakit yang
tidak memungkinkan dai untuk bekerja.
Jika petani yang wafat, maka ahli warisnya boleh melanjutkan akad itu jika
tanaman itu belum dipanen. Adapun jika pemilik perkebunan yang wafat, maka
pekerjaan petani harus dilanjutkan. Jika kedua belah pihak yang berakad meninggal
dunia, kedua belah pihak ahli waris boleh memilih antara meneruskan atau
menghentikannya[7].
Akan tetapi, ulama Malikiyah menyatakan bahwa akad musaqah ialah akad
yang boleh diwarisi, jika salah satu pihak meninggal dunia dan tidak boleh dibatalkan
hanya karena ada uzur dari pihak petani. Ulama Syafi’iyah, juga menyatakan bahwa
akad musaqah tidak boleh dibatalkan karena adanya uzur. Jika petani penggarap
mempunyai uzur, maka harus ditunjuk salah seorang yang bertanggung jawab untuk
melanjutkan pekerjaan itu. Menurut ulama Hanabilah, akad musaqah sama dengan akad
muzara’ah, yaitu akad yang tidak mengikat bagi kedua belah pihak. Oleh sebab itu,
masing-masing pihak boleh saja membatalkan akad itu. Jika pembatalan akad itu
Rukun muzara’ah dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu pemilik lahan, penggarap,
lahan yang digarap, dan akad. Sedangkan syaratnya adalah: Akad muzara'ah dapat dilakukan
secara mutlak dan/atau terbatas.Jenis benih yang akan ditanam harus dinyatakan secara pasti
dalam akad dan diketahui oleh penggarap. Penggarap bebas memilih jenis benih tanaman untuk
ditanam dalam akad muzara'ah yang mutlak.Penggarap wajib memperhatikan dan
mempertimbangkan kondisi lahan, keadaan cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk
mengatasi kegagalan panen menjelang musim tanam. Kemudian dalam pelaksanaannya, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
10 ibid
11 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-
ini/kerja-sama-muzaraah-dalam-islam-lengkap-dengan-rukun-dan-syaratnya-
1wXVp1kIL1U&ved=2ahUKEwj50OnMkbH4AhVHxjgGHTYOA3wQFnoECA0QBQ&usg=AOvVaw29C-
0Hj3pGvdLxwUIKNWhI Dikses pada tgl 16 juni 2022 pukul 11:41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, muzara’ah berarti kerja sama di bidang pertanian antara pihak
pemilik tanah dan petani penggarap. Sedangkan Secara etimologi, musaqah berarti
transaksi dalam pengairan, yang oleh penduduk Madinah disebut dengan al-
mu’amalah. Antara muzara’ah dan musaqah terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaannya ialah kedua-duanya merupakan akad (perjanjian) bagi hasil. Syarat dan
Rukun Musaqah Kalangan Syafi’iyah menetapkan rukun akad musaqah ada 5, yaitu:
1) dua orang yang bertransaksi,
2) adanya shighat (kalimat yang menyatakan akad),
3) hal yang berhubungan dengan amal (perkebunan),
4) buah atau yang semakna (menurut qaul qadim Imam Syafii), dan
5) pekerjaan (amal) (Raudlatu al-Thalibin, juz V, halaman 150). Ibnu Rusyd dalam
Bidayatul Mujtahid, juz II, halaman 319 menambahi rukun yang ke-6, yaitu masa
berlakunya akad. Rukun muzara’ah dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu pemilik
lahan, penggarap, lahan yang digarap, dan akad. Sedangkan syaratnya adalah: Akad
muzara'ah dapat dilakukan secara mutlak dan/atau terbatas.
B. Saran
https://zilfaroni.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2020/10/musaqah-muzaraah-dan-
mukhabarah.html?m=1
https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/syarat-dan-rukun-akad-musaqah-yang-perlu-diketahui-
petani-penggarap-g7I0d
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.kumparan.com/amp/ber
ita-hari-ini/kerja-sama-muzaraah-dalam-islam-lengkap-dengan-rukun-dan-syaratnya-
1wXVp1kIL1U&ved=2ahUKEwj50OnMkbH4AhVHxjgGHTYOA3wQFnoECA0QBQ&usg
=AOvVaw29C-0Hj3pGvdLxwUIKNWhI