RESUME
Disusun Oleh:
1
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah : dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2013,
hlm. 99
1
4) Menyiram atau menjaga tanaman, jika disyaratkakan akan dilakukan
bersama, hal itu harus dipenuhi. Akan tetapi jika tidak ada kesepakatan
maka penggaraplah yang paling bertanggung jawab menyiram atau
menjaga tanaman.
5) Diperbolehkan menambah penghasilan dari kesepakatan waktu yang
telah ditetapkan.
6) Jika salah seorang yang akad meninggal sebelum diketahui hasilnya,
penggarap tidak mendapatkan apa-apa sebab ketetapan akad didasakan
pada waktu.
c. Penghabisan Muzara’ah
Beberapa hal yang menyebabkna Muzara’ah habis, diantaranya:
1) Habis masa Muzara’ah
2) Salah seorang akad meninggal
3) Adanya udzur. Udzur tersebut diantaranya:
a) Tanah garapan tepaksa dijual, misalnya untuk membayar hutang
b) Penggarap tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, jihad dijalan
Allah, dll2.
d. Dasar hukum Mukhabarah dan Muzara’ah
Dasar yang digunakan para ulama dalam menetapkan hukum
Mukhabaah dan muzaa’ah adalah sebuah hadits yang diriwayatkann oleh
Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas r.a.
2
Rachmat Syafe’I, Fiqih Mu’amalah, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2001, hlm. 210-211
2
2. Musaqah
a. Pengertian
Al-Musaqah adalah penyerahan pohon kepada orang yang
menyiramnya dan menjanjikannya, bila sampai buah pohon masak dia
akan diberi imbalan buah dengen jumlah tertentu.3
Musaqah menurut beberapa ulama:
1) Menurut Malikiyah, sesuatu yang tumbuh ditanah menjadi lima macam
yaitu:
a. Pohon-pohon tersebut berakar kuat dan berbuah.
b. Pohon-pohon tersebut berakar tetap, tetapi tidak berbuah.
c. Pohon-pohon tersebut tidak beaka kuat, tetapi berbuahnya dan dapat
dipetik.
d. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya untuk
dapat dipetik.
e. Pohon-pohon yang diambil hijau dan basahnya sebagai suatu manfaat
bukan buahnya.
2) Menurut Syafi’iyah, Musaqah adalah memberikan pekerjaan orang yang
memiliki pohon tamar, dan anggur kepada orang lain untuk kesenangan
keduanya dengan menyiram, memelihara, dan menjaganya dan pekerja
memperoleh bagian tertentu dari buah yang dihasilkan pohon tersebut4.
b. Landasan Syari’ah
1) Al-hadits
Ibnu Umar berkata bahwa Rasullah SAW. Penah memberikan tganah
dan tanaman kuma di khoibar kepada Yahudi Khoibar untuk dipelihara
dengan mempegunakan pealatan dan dana meeka. Sebagai imbalan,
mereka mempeoleh posentase tertentu dai hasil panen.
2) Ijma’
Telah berkata Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin
Abu Tholib r.a. bahwa Rasullah SAW.telah menjadikan penduduk
3
Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah,Pustaka Percetakan,TK,TT,hlm 165
4
Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah,PT Raja Gravindo Persada, Bandung, 2002,hlm146-147
3
khoibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini
dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga-keluarga mereka
sampai hari ini dengan rasio 1/3 dan ¼. Semua telah dilakukan oleh
Khulafaurasyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah
mengetahuinya, tetapi tak ada seorangpun yang menyanggahnya.5
3) Hukum Musaqah
Musaqah shahih menurut ulama Syafi’iyah dan hanabilah sepakat
dengan malikiyah dalam membatasi pekerjaan penggaap dean
menambahkan bahwa segala pekerjaan yang rutin setiap tahun adalah
kewajiban penggarap, sedangkan pekerjaan yang tidak rutin adalah
kewajiban pemilik tanah.
DAFTAR PUSTAKA
5
Ibid, Muhammad Syafi’I Antomio, Bank Syari’ah : Dari Teori ke Praktik, hlm. 100
4
Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah,PT Raja Gravindo Persada, Bandung, 2002
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah : dari Teori ke Praktik, Gema Insani,
Jakarta, 2013
Rachmat Syafe’I, Fiqih Mu’amalah, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2001
Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah,Pustaka Percetakan,TK,TT