Anda di halaman 1dari 10

Makalah Fikih Muamalah

Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Fikih Muamalah

Oleh :

Novialita Dwi Anggraini


201310170311084

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
Januari 2015/2016
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuania-Nya , sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Fikih Muamalah .
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Fikih Muamalah. Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi , mengingat akan
kemampuan yang saya miliki . Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi penyempuraan pembuatan makalah ini .
Saya sebagai penyusun mengharapkan semoga Makalah ini dapat membantu pembaca
dalam mempelajari Pembahasan Makalah yang disusun ini, semoga Makalah ini bermanfaat bagi
pembaca .

Malang, 7 Maret 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satuu
dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari
karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi.
dalam kehidupan sosial, Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita semua tentang bermuamalah
agar terjadi kerukunan antar umat serta memberikan keuntungan bersama.
Dalam pembahasan kali ini, pemakalah ingin membahas tiga diantara muamalah yang
diajarkan Nabi Muhammad yaitu Musaqah, Mukhabarah, dan Muzaraah .

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Pengertian Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.


Dasar hukum Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.
Rukun dan Syarat Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.
Berakhirnya Muzaraah dan Mukhabarah.

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui pengertian Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.


Untuk mengetahui dasar hukum Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.
Untuk mengetahui Rukun dan Syarat Musaqoh , Muzaraah , Mukhabarah.
Untuk mengetahui sebab berakhirnya Muzaraah dan Mukhabarah.

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Musaqoh
Musaqah adalah akad (transaksi) antara pemilik kebun/tanaman dan pengelola
(penggarap) untuk memelihara dan merawat kebun/tanaman pada masa tertentu sampai tanaman
itu berbuah supaya mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang
diurus sabagai imbalan .
Para ulama fikih mendefinisikannya :
akad penyerahan kebun (pohon-pohonan) kepada petani untuk digarap dengan ketentuan,
bahwa buah-buahan (hasilnya) dimiliki berdua (pemilik dan petani).
Ulama syafiiyah mendefinisikannya :
pemilik lahan memperkerjakan orang lain (petani) untuk mengelola kurma atau pohon anggur
saja dengan mengairi dan merawatnya dengan ketentuan hasil kurma dan anggur itu menjadi
milik berdua. 1

2.2 Pengertian Muzaraah


Muzaraah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap.
Ulama Mazhab Maliki mendefinisikan muzaraah dengan : perserikatan dalam pertanian.
Sedangkan menurut ulama Mazhab Hambali : muzaaraah adalah penyerahan lahan pertanian
kepada seorang petani untuk diolah dan hasilnya dibagi berdua.
Dan imam syafii mendefinisikan muzaraah dengan : Pengolahan lahan oleh petani dengan
imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan pegelola lahan. 2

M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2003), hlm 280

M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2003), hlm 271

2.3 Pengertian Mukhabarah


Mukhabarah ialah kerja sama pengolahan pertanian antara lahan dan penggarap dimana
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan imbalan tertentu ( persentase) dari hasil panen yang benihnya berasal dari penggarap.
4

Bentuk kerja sama antara pemilik tanah dan penggarap dengan perjanjian bahwa
hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan. Biaya dan benihnya dari pemilik tanah.3
3.1 Dasar Hukum Musaqah.
Ulama fikih sepakat, bahwa tanaman yang diakadkan dalam musaqah adalah tanaman
yang usianya minimal satu tahun. Juga diisyaratkan, bahwa jenis tanaman itu adalah tanaman
keras . sebagai dasarnya adalah hadits rasulullah :
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi SAW telah memberikan kebun beliau kepada penduduk
khaibar agar mereka pelihara dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan,
baik dari buah-buahan, maupun dari hasil tanaman (palawija). (HR.Muslim)4

3.2 Dasar Hukum Muzaraah


Dasar hukum yang digunakan para ulama dalam menetapkan hukum muzaraah adalah
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a.
Sesungguhnya Nabi Saw menyatakan, tidak mengharamkan bermuzaraah, bahkan beliau
menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya, barang
siapa yang memiliki tanah, maka hendaklah ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada
saudaranya, jika ia tidak mau,maka boleh ditahan saja tanah itu.
Sedangkan menurut al-Safiiyah, haram hukumnya melakukan muzaraah. Ia beralasan
dengan hadits sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Tsabit Ibn al-Dhahak : bahwa
rasulullah Saw, telah melarang bermuzaraah dan memerintahkan sewa-menyewa saja dan
Rasulullah Saw bersabda, itu tidak mengapa. 5

Muhammad sholahuddin hal :108

M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2003), hlm 281

Dr.H.Hendi Suhendi,M.Si., Fiqh Muamalah (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2002), hlm 156

3.3 Dasar Hukum Mukhabarah


Akad mukhabarah diperbolehkan, berdasarkan hadits Nabi saw,yang artinya: Sesungguhnya
Nabi telah menyerahkan tanah kepada penduduk Khaibar agar ditanami dan diperlihara, dengan
perjanjian bahwa mereka akan diberi sebagian hasilnya.(HR Muslim dari Ibnu Umar ra.) 6

4.1 Rukun dan syarat musaqah.


Ulama fikih berbeda pendapat tentang rukun dan syarat musaaqaah. Adapun Ulama
Mazhab Hanafi menyatakan , bahwa rukun musaaqaah hanya dua saja, yaitu ijab dan kabul
(penyerahan dan pnerimaan).
Sedangkan Jumhur ulama (Mazhab Maliki, Syafii dan Hambali) menyatakan, bahwa rukun
maaaqaah ada lima :
1.
2.
3.
4.
5.

Ada dua orang (pihak) yang mengadakan akad (transaksi).


Ada lahan yang dijadikan obyek dalam perjanjian.
Bentuk/jenis usaha yang akan dilakukan.
Ada ketentuan bagian masing-masing dari hasil kerja sama itu.
Ada perjanjian, baik tertulis maupun lisan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada masing-masing rukun adalah:


1. Pihak-pihak yang melakukan akad harus orang yang cakap bertindak atas nama hukum
(baligh dan berakal).
2. Benda yang dijadikan obyek perjanjian bersifat pasti.
3. Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun tersebut merupakan hak kerja sama dan
pembagiannya juga sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian.
4. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
5. Ada kesediaan masing-masing pihak untuk melakukan perjanjian, tertulis atau lisan.
Dan syarat-syarat benda yang akan diakadkan adalah :
1. Tanaman yang dijadikan obyek perjanjian itu harus diketahui secara pasti dan isebutkan
dalam perjanjian.
2. Lama perjanjian itu harus jelas.
3. Perjanjian musaaqaah, hanya dapat dilakukan sebelum berbuah atau buahnya sudah ada,
tetapi belum matang.

Muhammad sholahuddin hal :109

4. Ada ketentuan yang pasti tentang pembagian pengelola. Persentasenya harus jelas untuk
masing-masing pihak. 7
4.2 Rukun-rukun muzaraah
Jumhur ulama yang membolehkan akad muzaraah mengemukakan rukun yang harus dipenuhi
agar akad itu menjadi sah.
6

1.
2.
3.
4.

Pemilik lahan
Petani penggarap (pengelola)
Obyek muzaraah yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja pengelola
Ijab dan kabul

Syarat- syarat muzaraah ialah sebagai berikut


1. Berakal
2. Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan
3. Hal yang berkaitan dengan lahan pertanian yaitu :
a. Menurut kebiasaan dikalangan petani, lahan itu bisa diolah dan menghasilkan.
Sebab, ada tanaman yang tidak cocok ditanami pada daerah tertentu.
b. Batas-batas lahan itu jelas.
c. Lahan itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk diolah dan pemilik laha
tidak oleh ikut campur tangan untuk mengolahnya.
4. Syarat yang berkaitan dengan dengan hasil adalah sebagai berikut :
a. Pembagian hasil panen harus jelas (persentasenya)
b. Hasil panen itu benar-benar milik bersama orang berakad, tanpa ada
pengkhususan seperti disisihkan lebih dahulu sekian persen.
5. Syarat yang berkaitan dengan waktu pun harus jelas di dalam akad, sehingga pengelola
tidak dirugikan , seperti membatalkan akad itu sewaktu-waktu.
6. Syarat yang berhubungan dengan obyek akad juga harus jelas pemanfaatan benihnya,
pupuknya, dan obatnya.8

M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2003), hlm 282

M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2003), hlm 275

4.3 Rukun dan syarat Mukhabarah


Adapun Rukun Mukhabarah Menurut jumhur ulama ada empat, yaitu:
1. Pemilik tanah ;
2. Petani/Penggarap;
3. Obyek mukhabarah
4. Ijab dan qabul, keduanya secara lisan.
Ada beberapa syarat dalam mukhabarah, diantaranya :
7

1. Pemilik kebun dan penggarap harus orang yang baligh dan berakal.
2. Benih yang akan ditanam harusjelas dan menghasilkan.
3. Lahan merupakan lahan yang menghasilkan,jelas batas batasnya,dan diserahkan sepenuhnya
kepada penggarap.
4. Pembagian untuk masing-masing harus jelas penentuannya.
5. Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan.9

4.4 Berakhirnya Muzaraah dan Mukhabarah


Beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya muzaraah dan mukhabarah
1. Habis masa muzaraah dan mukhabarah
2. Salah seorang yang akad meninggal
3. Adanya uzur.
Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang menyebabkan batalnya muzaraah,
antara lain : 1. Tanah garapan terpaksa dijual, misalnya untuk membayar hutang
2. Si penggarap tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, jihad di jalan
Allah SWT dan lain-lain10

Muhammad sholahuddin hal :110

10

Rahmat syafe'i hal 211

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Musaqah adalah akad (transaksi) antara pemilik kebun/tanaman dan pengelola
(penggarap) untuk memelihara dan merawat kebun/tanaman pada masa tertentu sampai
tanaman itu berbuah supaya mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian
tertentu dari hasil yang diurus sabagai imbalan . Muzaraah adalah kerja sama dalam
bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap.
Mukhabarah ialah kerja sama pengolahan pertanian antara lahan dan penggarap dimana
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan tertentu ( persentase) dari hasil panen yang benihnya berasal
dari penggarap. Bentuk kerja sama antara pemilik tanah dan penggarap dengan perjanjian
bahwa hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan. Biaya dan benihnya dari pemilik tanah

B. Kritik dan Saran


Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT , saya sebagai manusia biasa
tentulah tak lepas dari kekurangan , termasuk pula makalah yang saya tulis ini. Oleh karena
itu saya mengaharapkan saran dari semua pihak demi perbaikan pada penulisan makalah
selanjutnya di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad sholahuddin
9

Rahmat syafe'i
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
th 2003)
Dr.H.Hendi Suhendi,M.Si., Fiqh Muamalah (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,th 2002)

10

Anda mungkin juga menyukai