1
Wahbah zuhaili, Op. Cit, Jilid 6, h. 4683
1
pemilik tanah; karena sewa dalam akad sewa-menyewa atau upah dalam
akad upah-mengupah (ijarah), harus jelas dan pasti nilainya, bukan
dengan hasil yang belum pasti. Ulama yang mengatakan tidak boleh
mu’amalah dalam bentuk muzara’ah adalah Abu Hanifah dan Zufar,
menurutnya hadis yang menjelaskan mu’amalah yang dilakukan nabi
dengan penduduk khaibar sebenarnya bukan merupakan kerjasama
dengan menggunakan akad muzara’ah, tetapi merupakan merupakan
kharraj muqasamah, yaitu kewajiban tertentu (pajak) berupa prosentase
tertentu dari hasil bumi.
2
3. Berakhirnya akad Muzara’ah
Akad kerjasama muzara’ah dapat berakhir jika; pertama, habisnya
masa usaha pertanian dengan panen atau sebelum panen; kedua, atas
permintaan salah satu pihak sebelum panen atau pihak pekerja jelas-jelas
tidak lagi mampu melanjutkan pekerjaannya, ketiga, akibat kematian
pihak yang mengadakan akad menurut pendapat abu Hanifah, sedangkan
menurut ulama madzhab maliki dan Sayafi’i muzara’ah tidak putus
dengan kematian salah satu pihak yang berakad.
Bila kerjasama berakhir sebelum panen, maka yang diterima oleh
pekerja adalah upah dan yang diterima oleh pemilik lahan adalah sewa
dalam ukuran yang patut yang disebut ujratul mitsil.
B. Musaqah
3
adalah upah yang telah pasti ukurannya dan bukan dari hasil yang
belum tentu. Menurut kebanyakan ulama, hukum dari musaqat ini
adalah boleh atau mubah.
4
3. Perbedaan Muzara’ah dengan Musaqat
5
c. Jika tenggang waktu yang disetujui dalam akad al-musaqah berakhir,
akad tetap dapat dilanjutkan tanpa imbalan terhadap petani
penggarap. Petani penggarap berkewajiban melanjutkan pekerjaanya
sampai pohon yang ditanam itu berbuah, tetapi untuk pekerjaan ini
petani tidak berhak menerima upah karena pekerjaan sampai tanaman
berbuah dan dipanen adalah kewajiban pihak petani penggarap.
Sedangkan dalam akad al-muzara’ah bila tenggang waktu telah habis
dan tanaman belum juga berbuah, maka petani penggarap
melanjutkan pekerjaanya dengan syarat dia berhak menerima upah
dari hasil bumi yang akan dipetik dalam akad al-muzara’ah itu.