Anda di halaman 1dari 5

Lampiran 1: FORMAT MATRIX PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Identitas Mahasiswa

Nama : Muhammad Daffa Mustajib Firdaus


NIM : 102190139
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

No Unsur/Aspek Uraian
1 Judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Muzara’ah di
Desa Geger

2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sistem praktik akad Muzara’ah di Desa


Geger?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik akad
Muzara’ah di Desa Geger?

3 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar


Masalah wilayahnya terdiri dari tanah yang sangat subur dan air yang
berlimpah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan memberikan manfaat yang besar bagi
manusia. Tanah pertanian biasanya digunakan untuk usaha
bidang pertanian dalam arti luas mencakup persawahan, tegalan,
padang pengembala, perikanan, perkebunan dan penggunaan
tanah lainnya yang lazimnya sebagai usaha pertanian. Tanah
pertanian yang banyak dimanfaatkan manusia adalah untuk
persawahan.
Muzara’ah adalah akad transaksi kerjasama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan
memberikan lahan pertanian dan bibit kepada sipenggarap untuk
menanami dan memelihara dengan imbalan pembagian tertentu.
(persentase) dari hasil panen.
Menurut ulama Hanafi menerangkan bahwasanya muzara'ah
adalah akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar
dari bumi, sedangkan menurut Hanbali muzara'ah adalah pemilik
tanah yang sebenarnya menyerahkan tanah untuk ditanami dan
yang bekerja diberi bibit.
Pengertian akad adalah suatu perjanjian atau ikatan yang
dilakukan dalam dua belah pihak secara lisan atau tertulis. Dalam
bermuamalah yang namanya akad adalah hal yang sangat vital
yang menjadi sebuah tujuan pertama untuk melakukan transaksi
ataupun muamalah. Karena akad di sini menggambarkan sebuah
kesepakatan atau sebuah pertemuan dalam kedua belah pihak.

Pada dasarnya di wilayah desa geger kabupaten Madiun yakni


meliputi dan kebanyakan dari sektor pertanian dalam hal ini
sangat menarik bagi saya untuk mengambil judul atau
penelitian, saya ingin mengetahui di dalam suatu transaksi atau
akad yang diterapkan di desa geger itu sudah memenuhi teori
akad muzara’ah atau belum.
Pelaksanaan akad muzara’ah dipraktikkan oleh pemilik lahan dan
penggarap sawah di Desa Geger, pengaplikasian akad muzara’ah
di Desa Geger yaitu pemilik lahan menyerahkan lahannya kepada
penggarap sawah dan hasil dari panen dibagi antara pemilik
lahan dan penggarap sawah. Namun jumlah atapun persentase
pembagian hasilnya belum jelas pada awal perjanjian. Sehingga
penggarap hanya menerima hasil bersih dari semua panen.

Perjanjian yang dibuat pemilik tanah dan penggarap tanah dalam


bentuk lisan atau tidak tertulis. Perjanjian akad bagi hasil
didasari oleh tidak adanya waktu dan tenaga dari pemilik tanah
untuk mengolah tanah atas dasar itu pemilik tanah melakukan
perjanjian dengan penggarap atau pengelola dan hasilnya nanti
akan dibagi sesuai dengan kesepakatan keduanya

Akad Bagi hasil di desa geger kabupaten Madiun didasari oleh


kepercayaan dan kekeluargaan antara kedua belah pihak.
pelaksanaannya secara turun-temurun generasi ke generasi di
jaman dahulu bentuk dari perjanjian bagi hasil ini adalah lisan
atau tidak tertulis, hanya berdasarkan kesepakatan dan
kepercayaan. berdasarkan informasi yang saya dapat
permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian hasil yaitu
ketidak sesuaian bagi hasil dengan modal yang dikeluarkan
penggarap bisa jadi gagal panen kekurangan air. karena jatah
dari pemilik sawah di desa geger air itu 15 menit dengan luas
lahan sekian.
Berdasarkan Latar belakang diatas penyusun berfokus pada
penerapan praktik akad muzara’ah sehingga dapat di ketahui
tingkat pentingnya dalam sebuah akad sehingga bisa menerapkan
akad yang diatur dalam hukum islam. Maka dari itu penyusun
ingin melakukan penelitian dengan judul ‘Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Praktik Akad Muzara’ah di Desa Geger’

4 Kajian Terdahulu 1. Hasdiri, Akad Muzara’ah di desa Salekoe


KecamatanMalangke kabupaten luwu utara (Perspektif
Hukum Ekonomi Islam), 2020 Persamaan dari skripsi
yang saya kutip bahwasanya praktek kerjasama yang
dilakukan masyarakat setempat masih melekat dalam
nilai-nilai sosial dari unsur tolong-menolong yang dapat
mempererat tali silaturahim seperti halnya di dalam
masyarakat di situ pun menerangkan bahwasanya
alangkah baiknya perjanjian tidak hanya cukup secara
lisan akan tetapi diperluas menjadi secara tertulis yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu kepastian hukum.

Persamaan dalam penelitian ini merupakan penerapan


akad yang masih dalam konteks tradisi yang turun
menurun. Yang membedakan dari isi skripsi ini adalah
dari segi objek petani jagung dan meninjau dari perspektif
hukum ekonomi syariah.

2. Ulin Nadhiroh Tinjauan Fikih Mu’amalah Terhadap


Praktik Muzâra’ah (Studi Kasus Desa Kertonegoro
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember) penelitan ini
bertujuan untuk mengetahui Dalam perjanjian dalam
muzara’ah, pada dasarnya penelitian ini masih dilakukan
atas dasar kekeluargaan dan kepercayaan masing-masing
pihak, dan menurut kebisaaan masyarakat setempat, akad
dilaksanakan secara lisan tanpa disaksikan oleh saksi-
saksi dan prosedur hukum yang mendukung. Pelaksanaan
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga
tidak ada bukti yang kuat telah terjadinya kerjasama
kedua belah pihak.

Persamaan pada penelitian ini Praktik yang digunakan di


desa ini adalah praktik maro, adapun perbedaanya ada dua
cara praktik maro yaitu pertama lahan pertanian yang
akan diolah berasal dari pemilik lanah, benih yang akan
ditanam serta pengolahan berasal dari petani penggarap.
Praktik kedua yaitu lahan yang diolah berasal dari pemilik
lahan, sedangkan benih dan pupuk berasal dari kedua
belah pihak baik pemilik dan penggarap. Penelitian ini
terfokus pada mekanisme pembagian hasil dalam akad
muzara’ah.
3. Andi Arwini Sistem Bagi Hasil (muzara’ah) Pada
Masyarakat Petani Penggarap dan Pemilik Lahan di
Desa Tanjonga Kec.Turatea Kab.Jeneponto Menurut
Tinjauan Hukum Islam, penelitian ini terfokus pada
mekanismen bagi hasil muzara’ah yang ditinjau dari
hukum islam, dalam upaya mencari apakah praktik bagi
hasil ini sudah sesuai dengan ketentuan hukum islam atau
belum.
Persamaan penelitian ini adalah faktor penyebabab
terjadinya muzara’ah orang pemilik lahan tidak sanggup
untuk menanami lahan terserbut. Perbedaanya adalah dari
segi penerapan bagi hasil yang mana dalam desa tersebut
secarra islam sudah memenuhi dilihatdari wawancara.
Penelitian ini terfokus pada Akad Muzara’ah

Mengetahui,

Ketua Jurusan Mahasiswa

Ilham Tanzilullah, M,H.I.. Muhamad Daffa Mustajib Firdaus


NIP NIM: 102190139

Anda mungkin juga menyukai