Anda di halaman 1dari 10

Vol. 7 (1) Februari 2023, pp.

155-164
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6907 (online)

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH ANTARA


PEMILIK LAHAN PENDERESAN GETAH PINUS DENGAN KOPERASI SARA ATE
(STUDI KASUS DI LAHAN GETAH PINUS DI KABUPATEN GAYO LUES)

DEFAULT IN LAND LEASE AGREEMENTS BETWEEN PINE RESIN LANDOWNER


AND SARA ATE COOPERATIVES (CASE STUDY ON PINE SAP LAND IN GAYO
LUES DISTRICT)

Eza Rizky Ananda Arbi


Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang, No.1, Darussalam, Banda Aceh - 23111
e-mail: ezaarbie.ea@gmail.com

Mustakim
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putroe Phang, No.1, Darussalam, Banda Aceh – 23111
e-mail: mustakim_fh@usk.ac.id

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian
sewa menyewa lahan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa
lahan dan upaya penyelesaian atas wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian sewa menyewa lahan pertanian getah
pinus antara pemilik lahan pohon pinus dengan Koperasi Sara Ate Kabupaten Gayo Lues. Hasil penelitian
menunjukan bahwa bentuk wanprestasi yang di lakukan pemilik lahan kepada Koperasi Sara Ate adalah sengaja
menggunakan lahan yang telah di sewakan dengan menanam tumbuhan lain yaitu Serai Wangi dan melakukan
penderesan getah pinus di lahan yang telah di sewakan, Faktor penyebab terjadinya wanprestasi karena unsur
kesengajaan pemilik lahan yaitu melakukan penderesan karena kekurangan pemasukan karena jumlah getah pinus
yang ia punya terlalu sedikit sedangkan pemilik lahan harus mengejar target produksi dan menanggung banyak
kebutuhan dan untuk membayar gaji para pekerja di perusahaan getah pinus yang ia kelola. Upaya penyelesaian
terhadap wanprestasi antara pemilik lahan dengan Koperasi Sara Ate adalah dengan dua cara yaitu mengadakan
perubahan atas isi perjanjian dan dengan melakukan perdamaian. Disarankan Koperasi Sara Ate kedepannya lebih
menjelaskan tentang perjanjian sewa menyewa terhadap lahan penderesan getah pinus tersebut lebih terperinci
seperti apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan kedua belah pihak saat perjanjian sewa menyewa itu
berlangsung.
Kata Kunci: Wanprestasi, Perjanjian, Sewa Tanah, Getah Pinus.

Abstract - This study aims to explain the forms of default that occurs in land lease agreements, the factors that
cause defaults in land lease agreement and efforts to resolve defaults in the leasing agreement of pine resin
agricultural land between pine landowners and Sara Ate Cooperative at Gayo Lues District. The results of the
study describe the forms of default conducted by the landowners to Sara Ate Cooperative is by intentionally using
leased land to grow other plant, namely Citronella and harvesting pine resin at the leased land. Factors that cause
default are because there is intentional element from landowners showed by harvesting pine resin because of their
lack of income as a result of decreasing amount of pine resin they owned and because they must pay workers
salary at the pine resin company that they manage. Efforts to resolve default between landowners and Sara Ate
Cooperative are through two forms, namely changing the content of the contract and conducting reconciliation.
It is suggested for Sara Ate Cooperative to explain in detail about the leasing agreement of pine resin extraction
land in terms of what is allowed and what is not allowed to be done by contracting parties when the leasing
agreement entry into force.
Keywords: Default, Agreement, Land Leasing, Pine Resin.

155
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 156
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

PENDAHULUAN
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian perjanjian sendiri adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih1.
Dari perumusan Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian
dalam pasal tersebut adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan.

Sewa tanah (land lease) bukan bermaksud memperoleh tanah dalam sewa tanah bukan
untuk mengalihkan kepemilikan hak atas tanah tersebut namun hanya untuk mengambil
manfaat atas tanah karena dalam sewa-menyewa tidak terjadi peralihan hak milik. Sewa tanah
yang sering dijumpai di masyarakat adalah sewa tanah pertanian. Dalam UndangUndang Pokok
Agraria tidak memberikan pengertian tentang hak sewa tanah pertanian. Menurut Urip Santoso,
yang dimaksud dengan hak sewa tanah pertanian adalah suatu perbuatan hukum dalam bentuk
penyerahan kekuasaan tanah pertanian oleh pemilik tanah pertanian kepada pihak lain
(penyewa) dalam jangka waktu tertentu dan sejumlah uang sebagai sewa yang ditetapkan atas
dasar kesepakatan kedua belah pihak.2 Dalam Pasal 53 Undang-Undang Pokok Agraria, hak
sewa tanah pertanian termasuk hak-hak yang sifatnya sementara.
Menurut Yahya Harahap, wanprestasi adalah pelaksanaan perjanjian yang tidak tepat
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dilaksanakan sama sekali. 3
Dijelaskan bahwa wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga menimbulkan keharusan bagi
pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan
adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, maka pihak yang lainnya
dapat menuntut pembatalan perjanjian. Pada umumnya seseorang dinyatakan lalai atau
wanprestasi karena; sama sekali tidak memenuhi prestasi, prestasi yang dilakukan tidak
sempurna, terlambat memenuhi prestasi, dan melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang
untuk dilakukan. 4 Seperti dalam perjanjian sewa menyewa lahan getah pinus, ada terdapat
beberapa wanprestasi yang terjadi, sebagai contoh dimana pemilik lahan melakukan suatu
tindakan dimana dalam perjanjian yang telah di buat oleh pemilik lahan dengan penyewa lahan,

1
Pasal 1313 KUHPerdata.

2
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cetakan
Keenam, 2010, hlm 145.
3
Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Bandung: Alumni, 1986, hlm 60.
4
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2011, hlm 18.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 157
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

pemilik lahan tidak memenuhi prestasi seperti menggunakan lahan yang telah ia sewakan,
sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang wanprestasi tersebut, peneliti akan menjelaskan
tentang pengertian getah pinus.
Dalam perjanjian sewa menyewa yang telah disepakati oleh pemilik lahan dan Koperasi

Sara Ate, tidak semua pemilik lahan melaksanakan perjanjian sewa menyewa lahan dengan
itikad baik. Pada pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tersebut terdapat beberapa pemilik
lahan yang melakukan wanprestasi. Wanprestasi yang dilakukan pemilik lahan yaitu
menggunakan tanah yang sebelumnya dalam perjanjain sewa menyewa tersebut tidak
diperbolehkan untuk digunakan selama masa waktu perjanjian sewa menyewa tersebut berlaku.
Tindakan wanprestasi yang dilakukan pemilik lahan kepada Koperasi Sara Ate dilakukan
pada bulan Maret sampai dengan Juni adalah sebanyak 2 (dua) kali yang mana pemilik lahan
menggunakan lahan yang sudah di sewakan tersebut untuk menanam tumbuhan-tumbuhan lain.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini, adalah:
1. Apa saja bentuk Wanprestasi yang terjadi antara pemilik lahan dengan perusahaan
penderesan?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya Wanprestasi antara pemilik lahan dengan
perusahaan penderesan?
3. Bagaimana upaya penyelesaian yang dilakukan terhadap wanprestasi antara pemilik lahan
dengan perusahaan penderesan?
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa saja bentuk wanprestasi yang terjadi antara pemilik lahan dengan
perusahaan penderesan
2. Mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya Wanprestasi antara pemilik lahan dengan
perusahaan penderesan.
3. Mengetahui bagaimana upaya penyelesaian yang dilakukan terhadap wanprestasi antara
pemilik lahan dengan perusahaan penderesan

METODE PENELITIAN
Secara etimologi, metode berasal dari Bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Namun secara kebiasaan metode dapat dimaknai dengan suatu tipe
pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 158
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

ilmu pengetahuan dan acara tertentu untuk melakukan prosedur. 5 Penelitian ini merupakan
penelitian yuridis empiris yang juga dapat disebut jenis penelitian hukum sosiologis.

Penelitian yuridis empiris merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan
yang sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk
mengetahui dan menemukan fakta-fakta yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan
terkumpul kemudian meuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada
penyelesaian masalah.6

1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan berada di Kecamatan Kutapanjang dan Blangjerango
Kabupaten Gayo Lues.
2. Populasi Penelitian
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat pemilik lahan di
Kecamatan Kutapanjang, dan Blangjerango Kabupaten Gayo Lues dan Koperasi Sara Ate
yang berkantor di Kecamatan Blangkejeren sebagai penyewa lahan.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling.
Dari keseluruhan populasi diambil beberapa responden dan informan yang dapat mewakili
keseluruhan populasi yang ada. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah:
1. Responden
a. Anggota Koperasi Sara Ate: 2 orang.
b. Pemilik Lahan Penderesan Getah Pinus Masing-Masing Perkecamatan: 2 orang.
2. Informan
a. Urang Tue: 2 orang.
b. Penghulu: 2 orang.

5
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta: Visimedia, 2011, hlm
46.

6
Bambang Wabiyo, Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm 16.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 159
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

Metode Pengumpulan Data


1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Penelitian kepustakaan,
dilakukan dengan cara mempelajari, mengumpulkan, membaca dan menganalisa secara
sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, skripsi, jurnal catatan kuliah dan
sumber literatur lainnya yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. Hal ini dilakukan dengan cara
mewawancarai responden dan informan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu Koperasi
Sara Ate dengan pemilik lahan penederesan getah pinus di Kecamatan Kutapanjang dan
Kecamatan Blangjerango, dan Urang Tue dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran terhadap permasalahan

Analisis Data
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk menghasilkan data
berupa informasi yang berbentuk kalimat- kalimat atau uraian-uraian, kemudian data yang
diperoleh tersebut disusun untuk memperoleh kejelasan mengenai mengapa terjadi wanprestasi
antara pemilik lahan getah pinus dengan Koperasi Sara Ate dan meniliti tentang bagaimana
tanggung jawab apabila terjadi wanprestasi terhdap perjanjian sewa menyewa tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Bentuk Wanprestasi yang Terjadi antara Pemilik Lahan dengan Perusahaan
Penderesan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, bentuk wanprestasi yang terjadi antara
pemilik lahan dengan Koperasi Sara Ate adalah sebagai berikut:
1) Menanam tumbuhan lain di lahan yang telah di sewakan
Dalam hal sebagaimana yang dialami Koperasi Sara Ate yang merupakan salah
satu Perusahaan Getah Pinus menyewa lahan hutan Pinus kepada salah satu pemilik
lahan hutan pinus yaitu lahan milik Pak Amir yang berada di Tenggulun Desa Kuta
Ujung Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Pada bulan Januari 2022,
pihak Koperasi Sara Ate yang diwakili oleh Sahudin selaku anggota Koperasi Sara
Ate membuat perjanjian dengan pemilik lahan, dimana perjanjian itu dibuat secara
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 160
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

tulisan antara para pihak. Dalam kesepakatan itu, Koperasi Sara Ate menyewa sebuah
lahan hutan pinus selama 14 (empat belas) bulan.7
Setelah kedua belah pihak telah menyetujui perjanjian tersebut, maka pemilik
lahan menyerahkan lahan hutan pinus tersebut kepada pihak Koperasi Sara Ate dan
Koperasi Sara Ate menyerahkan uang sebesar Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah).

Pada saat perjanjian awal sewa menyewa lahan tersebut, Koperasi Sara Ate
memberitahukan bahwa dalam pelaksanaan perjanjian tersebut Koperasi Sara Ate
menerima kuasa penuh untuk mengelola lahan hutan pinus yang dimiliki pemilik lahan
dan pemilik lahan tidak boleh melakukan aktivitas apapun di lahan yang telah ia
sewakan tersebut selama masa perjanjian tersebut berlangsung, tetapi pada
kenyataannya, pemilik lahan melakukan wanprestasi, wanprestasi yang dilakukan
pemilik lahan berawal dari keinginan pemilik lahan untuk menanam tumbuhan lain
karena lahan pemilik lahan yang lain di rasa terlalu kecil sehingga pemilik lahan
merasa tidak masalah bila lahan yang telah di sewakannya tersebut di tanami
tumbuhan lain. Dengan perbuatan demikian Koperasi Sara Ate sangat dirugikan,
dikarenakan perbuatan pemilik lahan tersebut mengganggu proses penderesan getah
pinus yang dilakukan Koperasi Sara Ate, padahal dengan jelas dalam perjanjian sewa
menyewa lahan tersebut sudah diterangkan bahwa pemilik lahan tidak boleh
melakukan aktivitas apapun selama perjanjian tersebut berlangsung.

b. Melakukan penderesan getah pinus di lahan yang telah di sewakan


Pada bulan Juni 2022, pemilik lahan melakukan suatu perbuatan yang mana
merupakan salah satu bentuk wanprestasi dengan melakukan sesuatu yang menurut
kontrak tidak boleh dilakukannya yaitu melakukan penderesen getah pinus di lahan
yang sebelumnya telah ia sewakan kepada Koperasi Sara Ate. Karena perbuatan
tersebut Koperasi Sara Ate mengalami kerugian karena sebagian pohon pinus di lahan
yang sudah mereka sewa kepada pemilik lahan sudah di lakukan penderesan sehingga
getah yang di hasilakan dari pohon tersebut sudah tidak banyak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Koperasi Sara Ate yaitu Sahudin8,
pemilik lahan mengakui tindakan wanprestasi yang dia lakukan dan mengatakan

7
Sahudin, Anggota Koperasi Sara Ate, Wawancara, 1 Agustus 2022.
8
Sahudin, Anggota Koperasi Sara Ate, Wawancara, 1 Agustus 2022.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 161
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

bahwa awal mula dia melakukan penyadapan pohon pinus tersebut karena jumlah
getah pinus dari lahan hutan pinus miliknya yang lain dirasa kurang, sedangkan dia
harus mengirim getah pinus ke perusahaan penderesan pada minggu berikutnya karena
sudah memiliki perjanjian dengan perusahaan penderesan tersebut, oleh karena
keadaan mendesak tersebut pemilik lahan mengakali jumlah yang kurang tersebut
dengan cara melakukan penderesan pohon pinus di lahan yang dia sewakan tersebut
untuk menambah jumlah getah yang ia punya sebelum pemilik lahan tersebut
menjualnya ke perusahaan pengolah getah pinus karena pemilik lahan juga merupakan
pengusaha getah pinus.9
Karena perbuatan tersebut Koperasi Sara Ate mengalami kerugian karena
sebagian pohon pinus di lahan yang sudah mereka sewa kepada pemilik lahan sudah
di lakukan penderesan sehingga getah yang di hasilakan dari pohon tersebut sudah
tidak banyak. Oleh Karena itu, Koperasi Sara Ate sudah memberikan somasi kepada
pemilik lahan tersebut.

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi antara Pemilik Lahan


dengan Perusahaan Penderesan
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pemilik tanah melakukan wanprestasi di
Desa Tujung Kecamatan Kutapanjang dan Desa Penosan Kecamatan Blangjerango
melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:
a. Unsur Kesengajaan, berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Rusman dimana ia
tmelakukan penderesan getah pinus di lahan yang telah ia sewakan kepada Koperasi
Sara Ate tersebut karena kekurangan pemasukan karena jumlah getah pinus yang ia
punya terlalu sedikit sedangkan ia harus mengejar target produksi dan menanggung
banyak kebutuhan dan untuk membayar gaji para pekerja di perusahaan getah pinus
yang ia kelola.10
b. Faktor Keuangan, berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amir dimana ia sengaja
menanam Serai Wangi di lahan hutan pinus yang telah ia sewakan kepada Koperasi
Sara Ate tersebut dengan alasan sudah tidak memiliki lahan lagi untuk menanam Serai
Wangi, pada saat itu harga serai wangi sedang naik sehingga ia mengakali dengan
menanam Serai Wangi di lahan yang telah ia sewakan tersebut dan karena kebutuhan

9
Rusman, Pemilik lahan pinus di Desa Penosan Kecamatan Blangjerango, Wawancara, 4 Agustus 2022.
10
Rusman, Pemilik lahan pinus di Desa Penosan Kecamatan Blangjerango, Wawancara, 4 Agustus 2022.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 162
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

ekonomi untuk kehidupan sehari-hari dan juga merasa ia tidak akan mengganggu
proses penderesan yang dilakukan Koperasi Sara Ate.11

3. Upaya Penyelesaian yang Dilakukan terhadap Wanprestasi antara Pemilik Lahan


dengan Perusahaan Penderesan
Adapun upaya penyelesaian wanprestasi yang di lakukan terhadap wanprestasi yang
di lakukan antara pemilik lahan dengan Koperasi Sara Ate dilakukan dengan dua cara yaitu
mengadakan perubahan atas isi perjanjian dan dengan melakukan perdamaian. Apabila salah
satu pihak melawan hukum atau melakukan khianat dan telah terbukti baik secara lisan
maupun secara tertulis terhadap apa yang telah diperjanjikan pada saat akad dibuat maka
dinamakan orang tersebut telah melakukan wanprestasi (ingkar janji) sehingga perjanjian
tersebut dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang merasa dirugikan tersebut. Begitu juga
penyelesaian wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian sewa menyewa antara pihak yang
menyewakan dengan penyewa.
a. Perubahan Isi Perjanjian
Perubahan isi perjanjian dilakukan oleh Bapak Rusman di Kecamatan
Blangjerango dengan Koperasi Sara Ate terkait batas lahan yang di gunakan yang
sebelumnya lebih luas kemudian di kurangi karena sebagian pohon pinus yang berada
di lahan yang telah disewakan tersebut sudah dilakukan penyadapan oleh pemilik lahan
sehingga merugikan pihak penyewa, pengurangan luas lahan yang disewakan juga
berarti pengurangan harga sewa bergantung pada perubahan isi perjanjian terkait luas
lahan tersebut. 12 Keadaan seperti dalam hal ini termasuk dalam keadaan yang
memberatkan bagi pihak penyewa karena pengurangan luas lahan yang telah di
sewakan berakibat pemasokan jumlah getah pinus pada pihak penyewa mengalami
pengurangan, akan tetapi perubahan atas isi perjanjian tersebut sama-sama di kehendaki
oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan wawancara pada Koperasi Sara Ate bentuk penyelesaian wanprestasi
dalam hal pemilik lahan melakukan wanprestasi dengan cara melakuakn penderesan di
lahan yang telah ia sewakan adalah:

11
Amir, Pemilik Lahan Pinus di Desa Tujung Kecamatan Kutapanjang, Wawancara, 3 Agustus 2022.
12
Sahudin, Anggota Koperasi Sara Ate, Wawancara, 1 Agustus 2022.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 163
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

1) Pemilik lahan tidak boleh melakukan penderesan atau menggunakan lahan yang
telah ia sewakan dalam bentuk apapun
2) Luas lahan yang sebelumnya di telah sepakati di ubah mengikuti luas pohon pinus
yang telah di lakukan penderesan oleh pemilik lahan pada saat lahan telah di
sewakan

3) Harga sewa lahan yang disepakati sebelumnya adalah sebesar Rp. 12.500.000,- di
ubah menjadi Rp. 11.000.000,-
b. Membuat Perjanjian Lain
Wanprestasi yang penyelesaiannya di lakukan dengan perdamaian di lakukan oleh
Bapak Amir di Desa Tujung Kecamatan Kutapanjang. Wanprestasi yang dilakukan oleh
Bapak Amir adalah dengan menanam Serai Wangi di area lahan sudah ia sewakan
kepada Koperasi Sara Ate dengan dalih tidak mengganggu proses penderesan yang
dilakukan oleh pihak yang menyewakan.
Berdasarkan wawancara pada Koperasi Sara Ate bentuk penyelesaian wanprestasi
dalam hal pemilik lahan melakukan wanprestasi dengan cara melakuakn penderesan di
lahan yang telah ia sewakan adalah:
1) Pemilik lahan di anjurkan untuk tidak lagi menanam Serai Wangi di area lahan yang
telah ia sewakan.
2) Koperasi Sara Ate tidak bertanggung jawab atas kerusakan terhadap tumbuhan
yang telah di tanam oleh pemilik lahan, karena area tersebut merupakan lokasi yang
telah di sewakan kepada Koperasi Sara Ate.
3) Koperasi Sara Ate boleh melakukan penyadapan pohon pinus di lokasi yang sudah
di tanami serai wangi oleh pemilik lahan tersebut.

KESIMPULAN
Bentuk wanprestasi yang di lakukan oleh pemilik lahan kepada Koperasi Sara Ate yaitu
menggunakan tanah yang telah ia sewakan sebelumnya untuk menanam Serai Wangi, dan
melakukan penderesan di lahan hutan pinus yang sebelumnya lahan tersebut telah di sewakan
kepada Koperasi Sara Ate, kedua pemilik lahan tersebut melakukan sesuatu yang menurut
perjanjian tidak boleh dilakukan, oleh sebab itu kedua pemilik lahan tersebut melakukan
wanprestasi.
Faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh pemilik lahan kepada Koperasi Sara
Ate adalah sebagai berikut:
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 7, No.1 Februari 2023 164
Eza Rizky Ananda Arbi, Mustakim.

a. Unsur Kesengajaan, pemilik lahan melakukan penderesan getah pinus di lahan yang telah
ia sewakan kepada Koperasi Sara Ate karena kekurangan pemasukan karena jumlah getah
pinus yang ia punya terlalu sedikit sedangkan ia harus mengejar target produksi dan
menanggung banyak kebutuhan dan untuk membayar gaji para pekerja di perusahaan
getah pinus yang ia kelola.
b. Faktor Keuangan, pemilik lahan dengan sengaja menanam Serai Wangi di lahan hutan
pinus yang telah ia sewakan kepada Koperasi Sara Ate dengan alasan sudah tidak
memiliki lahan lagi untuk menanam Serai Wangi, pada saat itu harga serai wangi sedang
naik sehingga ia mengakali dengan menanam Serai Wangi di lahan yang telah ia sewakan
tersebut dan karena kebutuhan ekonomi untuk kehidupan sehari-hari dan juga merasa ia
tidak akan mengganggu proses penderesan yang dilakukan Koperasi Sara Ate.

Upaya penyelesaian wanprestasi yang di lakukan terhadap wanprestasi yang di lakukan


antara pemilik lahan dengan perusahaan penderesan dilakukan dengan dua cara yaitu
mengadakan perubahan atas isi perjanjian dan dengan melakukan perdamaian.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Bambang Wabiyo, 2002, Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta:
Visimedia.

Mariam Darus Badrulzaman, 2011, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Urip Santoso, 2010, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Cetakan Keenam.

Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Bandung: Alumni.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undnag Hukum Perdata

Anda mungkin juga menyukai