Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum
Oleh :
Disusun Oleh:
Naoval Alutfi (215010107111138)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dengan demikian tujuan utama dari Undang-undang Perjanjian Bagi Hasil ini
untuk memberikan kepastian hukum kepada petani penggarap tanah. Hal ini
bukan berarti memberikan perlindungan khusus kepada penggarap tanah namun
untuk menegaskan hak dan kewajiban baik penggarap maupun pemilik tanah,
mengingat adanya kecenderungan manusia untuk memperoleh hak sebanyak-
banyaknya dari perjanjian yang dibuatnya.
1
A.P Parlindungan, komentar atas undang-undang pokok agrarian, (Bandung, Mandar Maju,1998), hlm.8
Sementara hukum adat sendiri tidak mengaturnya secara tegas, sehingga
seringkali kedudukan penggarap selalu dalam posisi yang lemah. Dalam suasana
seperti ini sangat dimungkinkan terjadinya pemerasan oleh pihak yang kuat (dalam
hal ini pemilik) terhadap pihak yang lemah yakni si penggarap.
Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena sangat bertentangan
dengan prinsip yang terkandung dalam UUPA No. 5 Tahun 1960, yang sama sekali
tidak membenarkan penindasan oleh si kuat terhadap si lemah. Dan ini juga
sangat bertentangan dengan tujuan nasional yang ingin dicapai yaitu memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk kaum petani. Upaya
untuk mendorong pembagian hasil yang merata dan memperluas kesempatan
kerja, salah satunya adalah dengan cara melaksanakan ketentuan bagi hasil atas
tanah pertanian secara adil, sehingga pemilik dan penggarap sama-sama
bergairah. Dengan demikian lapangan kerja di sektor pertanian akan semakin
meningkat. Berhubungan dengan apa yang telah diuraikan di atas, maka perlu
dilakukan penelitian yang bersifat yuridis empiris dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis empiris, dengan maksud dan tujuan untuk menguraikan
bagaimana sesungguhnya pelaksanaan perjanjian bagi hasil.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan sistem bagi hasil dalam
pertanian, maka dilakukan penelitian dengan judul “pengaturan pelaksanaan
bentuk perjanjian dalam sistem bagi hasil pertanian”.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apakah perjanjian bagi hasil atas tanah sudah sesuai
dengan aturan hukum.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian
bagi hasil tanah pertanian.
2 Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-undang Pokok Agraria, (Bandung, Citra Aditya Bakti,1993), hlm. 253.
D. Manfaat Penelitian
E. Metode penelitian
a) Pendekatan penelitian
Dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil yang optimal harus
menggunakan metode penelitian yang tepat. Penelitian ini menggunakan
metode sosio legal, dikarenakan penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, jadi tidak
menggunakan angka-angka statistik. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu empiris atau penelitian yang objeknya mengenai gejala-
gejala, peristiwa, dan fenomena yang terjadi di masyarakat, lembaga atau
Negara yang bersifat non pustaka dengan melihat fenomena yang terdapat
di masyarakat.
Ciri-ciri penelitian empiris adalah melakukan penelitian pada latar alamiah
atau pada konteks dari suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai
alat penelitian (instrumen), menggunakan analisis data secara induktif,
mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar
(grounded theory), bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada
hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memeriksa keabsahan data, desain penelitian bersifat sementara dan hasil
penelitian dirundingkan serta disepakati bersama antara peneliti dan subjek
penelitian.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran mengenai pelaksanaan bagi hasil pertanian di Kabupaten
Lamongan. Dengan didukung oleh data- data tertulis maupun data-data
hasil wawancara. Penelitian perlu memfokuskan pada masalah tertentu.
Ada dua maksud yang ingin dicapai peneliti dalam menetapkan fokus adalah
sebagai berikut:
• Penetapan fokus dapat membatasi studi atau membatasi bidang
inkuiri, yang berarti bahwa dengan adanya fokus, penentuan tempat
penelitian menjadi layak.
• Penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria memasukkan
dan mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Mungkin data cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan,
data itu tidak akan dihiraukan (Moleong, 1996: 237).
F. Penelitian terdahulu
G. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian-penelitian
sebelumnya sabagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau
kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari buku-
buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada
sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk
memperoleh landasan teori ilmiah.
1. Adhe Negara dengan skripsi berjudul “efektivitas dalam pelaksanaan bagi hasil
pertanian sawah di desa Tapa Lama Kecamatan Sikap Dalam Provinsi Sum-Sel”
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode Empiris.
Pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes yang berupa multiple
choice test dan essay untuk mengetahui hasil sejauh mana tingkat efektivitas dalam
pelaksaan sistem bagi hasil tanah yang selama ini dilakukan oleh Masyarakat
setempat, apakah sudah sesuai dan atau sejalan dengan peraturan yang telah ada
dan ditetapkan oleh pemerintah atau mereka menjalankan atas dasar hukum adat
ataukebiasaan yang turun temurun terjadi di daerah tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, Perjanjian bagi hasil yang dijalankan di desa
tapa lama kecamatan sikap dalam provinsi Sumatra selatan, tidak pernah
menentukan jangka waktunya. Sehingga nanti di kemudian hari bila ada masalah
antara kedua belah pihak, perjanjian bagi hasil ini dapat berakhir. Pemutusan
Perjanjian bagi hasil tanah pertanian antara pemilik dan petani penggarap, yang
dilakukan secara sepihak apabila kemudian terjadi sengketa maka hal ini biasa
diselesaikan secara musyawarah antara kedua belah pihak. Hal tersebut di atas
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah pertanian di
desa tapa lama kecamatan sikap dalam provinsi Sumatra selatan, masyarakat hanya
berpedoman pada kebiasaan-kebiasaan dan rasa saling percaya.
Mengenai bentuk perjanjian bagi hasil masyarakat melakukan dengan cara lisan,
tidak ada saksi dan tidak dilakukan dihadapan Kepala Desa. Dengan demikian UU
Nomor 2 Tahun 1960 tidak dilaksanakan oleh masyarakat di desa tapa lama
kecamatan sikap dalam provinsi Sumatra selatan.