JURNAL
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
1
ABSTRAK
SASRAW FANDAPI TARIGAN*
TAN KAMELLO**
HASIM PURBA***
Suatu perjanjian adalah peristiwa dimana seorang berjanji seorang lain
atau dimana dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Suatu perjanjian
yang dilakukan oleh para pihak harus dilakukan dengan adanya kata sepakat dan
dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat dengan sesuai dengan hal-hal yang
diperjanjikan oleh para pihak. Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian
dimana pihak yang satu mengikatkan diri kepada pihak yang lainnya untuk
memberikan kepadanya kenikmatan dari suatu benda selama waktu tertentu
dengan pembayaran harga tertentu yang disetujui oleh pihak lain itu. Dalam
perjanjian sewa menyewa, barang yang dapat dijadikan sebagai objek dari
persewaan itu yaitu segala jenis benda baik benda bergerak maupun benda tidak
bergerak, barang atau benda dalam perdagangan yang dapat ditentukan dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilan, dan ketertiban
umum. Seperti halnya yang pada perjanjian sewa menyewa yang telah diputuskan
dalam Putusan No. 467/Pdt.G/2014/PN.Dps. Dalam penilitian skripsi ini
membahas mengenai bagaimana dasar pertimbangan hukum pada Putusan No.
467/Pdt.g/2014/PN.Dps dan akibat hukum terhadap penyewa yang melakukan
perbuatan melawan hukum dalam perjanjian sewa menyewa rumah dalam
mengenai perkara ini.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu
dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder. Dan sifat
penelitian ini adalah deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pihak dari penyewa telah
melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), hal ini dikarenakan
pihak dari penyewa telah memaksa kehendak pihak dari yang menyewakan rumah
tersebut, akan tetapi pihak dari yang menyewakan rumah tersebut enggan untuk
memperpanjang sewa rumah tersebut yang akan berakhir pada 1 Agustus 2014
sesuai dengan Surat Perjanjian Menyewa Tempat Tanggal 1 Agustus 2010 dengan
masa sewa yang akan berakhir pada 1 Agustus 2010. Dan pertimbangan hakim
pada Putusan No. 467/Pdt.G/2014/PN.Dps adalah pihak dari penyewa akan
menerima hukuman untuk membayar uang paksa (dwangsom) setiap hari sebesar
Rp. 50.000.000.- atas keterlambatannya dalam menjalankan putusan perkara ini
yang telah berkekuatan hukum tetap. Penyelesaian perselisihan dalam sengketa ini
telah dilaksanakan dengan baik yaitu dengan musyawarah, namun hal tersebut
juga tidak dapat titik temu untuk berdamai. Maka dari itu, kedua belah pihak
menyelesaikan perkara ini menempuh dari jalur pengadilan.
2
ABSTRACT
ii
1. PENDAHULUAN
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain,
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.1Suatu perjanjian
adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lainnya atau
dimana dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal.2 Dalam bentuknya,
perjanjian itu sah atau tidak, maka perlu melihat kepada aturan mengenai syarat
sahnya perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata bahwa: 4untuk dapat dikatakan
Dengan ketentuan diatas, jelas sudah bahwa untuk dapat dinyatakan suatu
perjanjian yang sah, maka setiap orang yang membuat perjanjian tidak boleh
1
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, Jakarta, 2005. hal.1.
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid., Pasal. 1320
1
bertentangan dengan Undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan serta
salah satu pihak telah melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hak dan
kewajiban yang telahmereka sepakati atau dengan kata lain ketiadaan pelaksanaan
janji.6
timbal balik sering juga disebut perjanjian bilateral atau perjanjian dua pihak.
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban
kepada dua belah pihak, dan hak serta kewajiban itu mempunyai hubungan satu
sama lainnya. Yang dimaksud mempunyai hubungan antara yang satu dengan
yang lainnya adalah bila mana dalam perikatan yang muncul dari perjanjian
tersebut, yang satu mempunyai hak, maka pihak lain disana berkedudukan sebagai
2
3. Penikmatan berlangsung untuk suatu jangka waktu tertentu dengan
pembayaran harga dengan sejumlah yang tertentu pula.
Untuk sewa menyewa, terhadap benda tidak bergerak seperti rumah,
Menyewa Rumah haruslah diperbuat dengan suatu batas waktu tertentu dan segala
bentuk perjanjian sewa menyewa rumah yang telah diperbuat tanpa batas waktu
jadikan sebagai bahan dalam penelitian skripsi ialah tentang wanprestasi pihak
penyewa dalam perjanjian sewa menyewa rumah yang terdapat dalam Putusan
Denpasar, Bali tepatnya di Desa Intaran Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota
Denpasar.
rumah yang seluas 1.124 M2 kepada pihak penyewa. Bahwasanya sewa menyewa
MENYEWA No. 267 tanggal 28 Juli 1995 yang dibuat dihadapan Notaris, untuk
jangka waktu 20 tahun sejak tanggal 1 Agustus 1994 sampai tanggal 1 Agustus
2014, dengan harga sewa US.$ 172.000,000 atau ( seratus tujuh puluh dua dollar
pihak yang menyewakan yang bernama I Ketut Sudiartha dengan pihak penyewa
9
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni,
Bandung, 2006, hal. 185.
3
yang bernama Sarita Jill Newson yang ditanda tangani pada 1 Agustus 2010,
kembali tanah dan rumah yang disewanya tersebut kepada Nicole Moia dan
Andrian Sabine Maxwell Batten. Yang mana sewa menyewa tersebut dituangkan
sewa menyewa tersebut pihak penyewa dari pihak pertama yaitu Sarita Jill
Newson, Nicole Moia sebagai penyewa kedua, dan Adrian Sabine Maxwell
Batten sebagai pihak penyewa ketiga mensomasi pihak dari yang menyewakan
tanggal 28 Juli 1995 yang dibuat dihadapan Notaris, yang isinya berupa
rumah warisan dari pihak yang menyewakan tersebut, yang mana akta perubahan
TEMPAT yang telah ditanda tangani pada tanggal 1 Agustus 2010 oleh kedua
belah pihak.
di dalam suatu perjanjian yang dilakukan. Dan berdasarkan kasus latar belakang
diatas, maka penulis membuat skripsi ini dengan judul “ANALISIS TERHADAP
4
MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
RI NO. 467/Pdt.G/2014/PN.Dps)”.
menyewa rumah ?
467/Pdt.G/2014/PN/Dps ?
a. Tujuan Penelitian ;
menyewa rumah.
menyewa rumah.
5
3. Untuk mengetahui bagaimana analisis perbuatan wanprestasi penyewa
467/Pdt.G/2014/PN/Dps
b. Manfaat Penelitian ;
penelitian selanjutnya.
6
menyewa ini terdapat dua pihak atau lebih untuk saling mengikatkan dirinya
dalam suatu perjanjian, tanpa adanya suatu paksaan, kekeliruan, dan penipuan.
Dengan karena adanya kelalaian antara salah satu pihak, maka pihak yang
telah melalaikan kewajibannya itu akan dikenakan ganti rugi akibat dari
menyewa memang sudah ada tetapi dalam sudut pandang pembahasan berbeda
dengan yang terdapat dalam penulisan skripsi inidan perjanjian yang dianalisis
pun berbeda. Maka dari itu, penulis berkeyakinan bahwa penulisan skripsi ini
buruk”.10 Sedangkan prestasi adalah lawan kata dari wanprestasi adalah hal-hal
yang dilaksanakan oleh suatu pihak dalam perjanjian. Istilah sewa menyewa
berasal dari bahasa Belanda yaitu “Huur onver hurr”, menurut bahasa sehari-hari
seawa artinya pemakaian sesuatu yang dibayar dengan uang. 11 “Perjanjian sewa
menyewa adalah dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu
benda untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lain
menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu
10
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1976, hal. 897
11
Hilman Hadikusuno, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1984, hal. 102.
12
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 164.
7
1.6 Metode penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
a. Jenis Penelitian
mengenal data skunder saja, yang terdiri dari bahan hukum primer,
b. Sifat Penelitian
tersebut.
2. Pendekatan Penelitian
3. Sumber Data
13
Amiruddin, H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo,
Jakarta, 2004, hal. 163.
8
buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan lain
lain.14
4. Analisis Data
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitia hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986,
hal. 12.
9
penjelasan suatu hasil karya ilmiah sehingga skripsi ini dapat
Setiap manusia pada umumnya akan selalu terikat antara satu dengan yang
antar sesama manusia itu dapat memberikan solusi dari masalah yang akan
merupakan suatu pristiwa yang didalamnya seseorang berjanji kepada orang lain
atau kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.15
Pada umumnya suatu perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu,
dapat dibuat secara lisan, dan andaikata dibuat secara tertulis maka perjanjian ini
1. Unsur assensialia
Unsur assensialia adalah perjanjian yang selalu harus ada didalam
suatu perjanjian, dimana tanpa adanya unsur tersebut, perjanjian tidak
mungkin ada.Dengan demikian unsur ini penting untuk terciptanya
perjanjian, mutlak harus ada agar perjanjian itu sah sehingga
merupakan syarat sahnya perjanjian.
2. Unsur naturalia
Unsur naturalia adalah unsur lazim melekat pada perjanjian, yaitu
unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara
15
Ibid.
16
Hasim Purba, Modul Kuliah Hukum Perikatan, Perpustakaan USU, Medan, 2010, hal.
34.
10
diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena
sudah merupakan bawaan atau melekat pada perjanjian.Dengan
demikian, unsur ini oleh undang-undang diatur tetapi oleh para pihak
dapat disingkirkan, jadi sifat unsur ini adalah hukum mengatur
(aanvullendrecht).
3. Unsur accidentalia
Unsur accidentalia adalah unsur yang harus dimuat atau disebut secara
tegas dalam perjanjian.Unsur ini ditambah oleh para pihak dalam
perjanjian artinya undang-undang tidak mengaturnya.Dengan demikian
unsur ini harus secara tegas diperjanjikan para pihak.17
Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka
persetujuan dengan mana pihak satu mengikat dirinya untuk memberikan kepada
pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan
dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya”.18
Perjanjian sewa menyewa, sama halnya seperti jual beli dan perjanjian lain
11
harga dan barang. Kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyerahkan
sewa.19
Hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima harga sewa yang telah
Hak dari pihak penyewa adalah menerima barang dari yang disewakan
1. Memakai barang sewa sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik,
sendiri.
Pasal 1560)
Dalam KUHPerdata Pasal 1559 ayat (1) dilarang si penyewa untuk menyewakan
kembali barang yang disewanya kepada pihak ketiga. Si penyewa terikat pada
larangan untuk tidak mempersewakan lagi kepada orang lain, jika hal tersebut
19
Ibid, hal. 40.
12
barang yang telah disewa adalah boleh, jika hal itu secara tegas diperbolehkan
dalam perjanjian. Jika sampai si penyewa berbuat apa yang dilarang itu, maka
2.3 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Sewa Menyewa
1. Uang sewa yang harus dibayar oleh penyewa tepat waktu tertentu sesuai
13
2. Pandbeslag, yaitu penyitaan yang dilakukan oleh pengadilan atas
sewa rumah untuk dilelang dalam hal penyewa tidak membayar lunas
damai dan tidak ada cacat yang merintangi pemakaian barang yang
disewanya.22
20
M. Yahya Harahap, Op.Cit.,hal. 61.
21
Ibid, hal. 62.
22
Ibid, hal. 63.
14
3. AKIBAT HUKUM DARI WANPRESTASI DALAM
Sewa Menyewa
Dibawah ini akan diuraikan secara garis besar satu persatu keempat syarat
pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian keinginan atau
pihak dengan tidak adanya suatu paksaan, kekeliruan, atau penipuan.23 Apabila
dengan diperoleh dengan suatu paksaan atau dengan penipuan maka dalam hal ini
tidak terjadi kesepakatan demikian ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1321
kekhilafan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok perjanjian, dan selain
itu kekhilafan yang lain tidak menjadi batalnya suatu perjanjian (Pasal 1322 ayat
(1) KUHPerdata).
perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan
23
Paksaan (dwang), kekeliruan (dwaling), dan penipuan (bedrog) merupakan tiga hal
yang mengakibatkan kesepakatan tidak sempurna.(Pasal 1321 s/d Pasal 1328 KUHPerdata).
15
perbuatan tertentu.24 Dalam Pasal 1329 KUHPerdata terdapat asas umum yang
mengatakan bahwa “setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan, jika ia
dalam 1330 KUHPerdata yang mengatakan tidak cakap untuk membuat perjanjian
adalah:
Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi objek
antara penjual dan pembeli mengenai kebendaan yang dijual atau dibeli haruslah
24
Ibid, hal. 208.
25
Menurut M. Isnaeni substansi Pasal 1329 KUHPerdata, khususnya pada redaksi “….
Cakap membuat perikatan….” tidak konsisten, karena Pasal 1329 ini terkait dengan Pasal 1320
KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian bukan syarat sahnya perikatan. Sehingga
seharusnya redaksi tersebut berbunyi “….cakap membuat kontrak/perjanjian…”
26
Riduan Syahrini, Op.Cit.,hal. 209-210.
27
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit.,hal. 155-156.
16
Didalam KUHPerdata tidak memberikan pengertian atau defenisi dari
“sebab” yang dimaksud dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Hanya saja dalam Pasal
1335 KUHPerdata menyatakan bahwa: “suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang
telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah
Dan kemudian adapun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para pihak
2. Asas konsensualisme
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengatakan bahwa: “semua perjanjian
28
Ibid, hal. 161.
29
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana Pranada Media Group,Cetakan Kedua, Jakarta, 2008, hal. 109.
30
Mariam Darus Badrulzaman et al, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 82.
17
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”.31
tegas dan jelas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
itikad baik adalah kepercayaan, keyakinan yang teguh, maksud kemauan yang
baik.32
3.2 Wanpretasi
kewajiban tidak memenuhi suatu perutangan, yang terdiri dari dua macam
sifat.Pertama-tama yang terdiri atas hal bahwa prestasi itu masih dilakukan tetapi
tidak secara sepatutnya, sedangkan yang kedua adalah terdapat hal-hal yang disitu
Jadi dapat dilihat bahwa wanprestasi itu terjadi atau timbul apabila si berutang
yakni debitur tidak memenuhi prestasi yang seharusnya ia lakukan dalam suatu
suatu ganti rugi bagi pihak yang merasa dirugikan. Dalam KUHPerdata hanya
mengatur tentang ganti rugi dari kerugian yang bersifat material (berwujud) yang
31
N. E. Algra et al, dalam “Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia”,
Bina Cipta, Jakarta, 1983, Cetakan Pertama, hal. 384.
32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Balai Pustaka, Jakarta, 1995,
hal. 369.
33
Sri Soedewi Masjschoen Sofyan, Hukum Perutangan Bagian A, Seksi Hukum Perdata,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1980, hal. 12.
18
dapat dinilai dengan uang, dan tidak mengatur ganti rugi dari kerugian yang
melaksanakan kewajiban “tidak tepat waktu” atau “tak layak”, jelas merupakan
“pelanggaran” hak milik rumah. Setiap pelanggaran hak milik orang lain, berarti
“Biaya, ganti rugi, dan bunga yang boleh ditentukan kreditur terdiri atas
perhitungan ganti rugi harus dapat diatur dalam jenis dan jumlahnya secara rinci
34
M. Yahya Harahap, Op,Cit., hal. 60-61.
19
4. PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH PADA PUTUSAN
Robby Prayoga yang merupakan anak laki-laki kandung dari I Ketut Sudiartha
dan juga merupakan cucu kandung laki-laki dari I Made Lotering. Awalnya,
kakek dari pihak Penggugat mempunyai tanah dan rumah yang diwariskan kepada
Penggugat, yakni: tanah yang diatasnya dibangun rumah sebagaimana Surat Hak
Milik (SHM) No.244/Desa Intaran, luas 2174, Gambar Situasi tanggal 19 Maret
1973 No. 102/1973 Atas Nama I Made Lotering, terletak di Desa Intaran Sahur
PERJANJIAN SEWA MENYEWA No. 267 tanggal 28 Juli 1995 yang dibuat
Andjana Oka, SH, untuk jangka waktu 20 Tahun sejak tanggal 1 Agustus 1994
sampai tanggal 1 Agustus 2014, dengan harga sewa US.$ 172.000,00 (seratus
pihak yang menyewakan yang bernama I Ketut Sudiartha dengan Tergugat I yang
Agustus 2014. Adapun isi dari perjanjian tersebut pada article 9 disebutkan bahwa
perjanjian ini dilakukan untuk “Mengganti” Perjanjian pertama No. 267 tanggal
20
28 Juli 1995 yang disahkan oleh Benyamin Adnjana Oka, SH yang mana “Tidak
Berlaku Lagi”.
2014 (vide Pasal 4 huruf a). Pada tanggal 2 Juni 2014 dan tanggal 12 Juni 2014,
1995.
disebutkan bahwa pada waktu perjanjian ini berakhir, semua bangunan dan alat
yang ditambah oleh pihak kedua akan menjadi milik pihak pertama, termasuk
kamar mandi dan alat-alat seperti lampu, tetapi meubel-meubel barang antik dan
perabot lain yang ditambah oleh pihak kedua tetap menjadi hak milik oleh pihak
kedua.
21
Berdasarkan hal tersebut pihak dari yang menyewakan atau pihak
Penggugat merasa dirugikan dan pihak dari yang penyewa atau para pihak
Tergugat telah melakukan wanprestasi karena tidak sesuai lagi dengan apa yang
pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-
Eksepsi tidak dapat diterima atau menolak eksepsi para Tergugat untuk
seluruhnya. Hal ini dikarenakan atas pertimbangan hakim itu yang berisikan
hakim agar tindakan sementara mengenai hal yang tidak termasuk dalam pokok
22
Desa Intaran, Sanur Kelod, Denpasar Selatan, Kota Denpadar. Namun,
subyektif orang lain, yang berakibat merugikan pihak Penggugat sebagai sebab
yang kausalitas. Mengenai kekuatan hukum Akta Perjanjian No. 146, tanggal 13
Juli 1994 Jo. Akta Perubahan dan Perjanjian Sewa Menyewa No. 267, tanggal 28
Juli 1995 Jo. Perjanjian Sewa Menyewa Tempat, tanggal 1 Agustus 2010 Jo.
Menyewa, No. 146, tanggal 13 Juli 1994 (bukti T.1.2.3-1), Perubahan dan
Perjanjian No. 267, tanggal 28 Juli 1995 (bukti P-2 = T.1.2.3-2), adalah akta
notaris yang bersifat otentik dan dimuka persidangan tidak dibantah isi
kebenarannya oleh para pihak. Selain itu mejelis hakim juga menghukum
Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III, untuk membayar uang paksa
(dwangsom) setiap hari sebesar Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah) atas
23
tetap. Hal ini dikarenakan bahwa para Tergugat telah terbukti melakukan
perbuatan melanggar hukum dan masa sewa yang telah berakhir terhitung sejak
tanggal 1 Agustus 2014 dan para Tergugat wajib secara hukum untuk
menyerahkan pada Penggugat tanah dan rumah obyek sengketa terhitung sejak
Berdasarkan hal ini juga dapat dilihat bahwa hakim telah menerapkan
kepastian hukum yang diatur dalam hukum perdata, yaitu dengan mendengarkan
kedua belah pihak yang sesuai dengan fakta hukum, disini hakim bersifat netral,
tidak memihak pada salah satu pihak, tetapi hanya menjalankan apa yang telah
5.1 Kesimpulan
menjadi hak dari pihak yang menyewakan ialah menerima harga sewa
yang sama, dan menanggung cacat dari barang yang disewakan. Hak
24
dalam perjanjian sewa menyewa tersebut adalah memakai barang sewa
Kota denpasar yang dibuat oleh kedua belah pihak adalah sah sebagai
tanggal 28 Juli 1995 sebagai alat bukti otentik yang dibuat dihadapan
rumah yang semestinya telah berakhir pada 1 Agustus 2014 dan harus
25
5.2 Saran
ada pihak yang dirugikan dan tidak timbul saling sengketa antara para
rumah. Supaya para pihak dapat terhindar dari jeratan hukum yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233
Baros, Wan Sadjaruddin, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, USU Press, 1992.
26
Badrulzaman et al, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya
Djamin, Djanius dan Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi
H.S, Salim, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,
Jakarta, 2004.
Kansil, C.S.T. dan Cristine S.T Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk Asas-
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
27
_______________________________, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Purba, Hasim, Modul Kuliah Hukum Perikatan, Perpustakaan USU, Medan, 2010.
1987.
28
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
1986.
2004.
Peraturan Perundang-Undangan:
29