Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA

DITINJAU BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG


HUKUM PERDATA

Oleh
William H. Sianipar
Universitas Darma Agung, Medan
E-mail :
wsianipar642@gmail.com

ABSTRACT
The application of the principle of good faith in the rental agreement can be seen to the
extent to which each party carries out its contractual obligations, thus the extent to which the
parties carry out their obligations, the extent to which their actions are in good faith. One
side that must be understood is that the application of the principle of good faith is not only
imposed on the debtor but also on the creditor as the party who carries out the rights and
obligations in the binding agreement. good faith based on article 1338 of the Civil Code,
second, how is the general arrangement of the principle of good faith, third how are the
criteria that violate the principle of good faith in the lease agreement. This study uses a
normative juridical method, namely the data sources are obtained from books, laws, papers
and literature related to research. the lessor. The lease agreement should be made in writing
with the principle of good faith. The importance of a written lease agreement is to remind the
parties to fulfill the agreed agreement. an agreement made orally will make it difficult in
terms of proof if a problem occurs.
Keywords: Good Faith Principle, Agreement, Lease

ABSTRAK
Penerapan asas itikad baik dalam perjanjian sewa-menyewa dapat dilihat sejauh mana
masing-masing pihak melaksanakan kewajiban kontratualnya, dengan demikian sejauh mana
para pihak menjalankan kewajibannya maka sejauh itu pula tindakannya yang beritikad baik.
Satu sisi yang harus dipahami adalah penerapan asas itikad baik ini tidak hanya dibebankan
kepada pihak debitur saja namun juga pada pihak kreditur sebagai pihak yang mengemban
hak dan kewajiban dalam perjanjian yang mengikat.Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, pertama, bagaimana penerapan asas itikad baik berdasarkan pasal
1338 Kitab undang-undang Hukum perdata, kedua, bagaimana pengaturan umum asas itikad
baik, ketiga bagaimana criteria yang melanggar asas itikad baik dalam perjanjian sewa
menyewa. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu sumber data diperoleh
dari buku-buku, undang-undang, makalah dan literature yang terkait dengan penelitian.Dalam
perjanjian sewa menyewa adapun subyek dan obyek, adapun subyek dari perjanjian sewa
menyewa yaitu adanya pihak penyewa dan \adanya pihak yang menyewakan. Perjanjian sewa
menyewa hendaknya dibuat secarat tertulis dengan asas itikad baik.. Pentingnya perjanjian
sewa menyewa dibuat secara tertulis salah satunya ialah untuk mengingatkan para pihak
dalam memenuhi perjanjian yang telah disepakati. perjanjian yang dibuat secara lisan akan
menyulitkan dalam hal pembuktian bila terjadi masalah.
Kata Kunci : Asas Itikad Baik, Perjanjian, Sewa Menyewa

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 405-414 405


1. PENDAHULUAN waktu yang telah ditentukan dalam
Zaman sekarang kebutuhan perjanjian sewa menyewa tersebut.
masyarakat selalu mengalami kemajuan
yang relatif sangat tinggi. Kebutuhan Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
barang dan tempat usaha. Kegiatan usaha dengan mana satu orang atau lebih
dagang masyarkat ada yang memerlukan mengikatkan dirinya terhadap satu orang
tempat dan sebagainya namun, adanya hal atau lebih Untuk dapat dinyatakan bahwa
tersebut untuk memenuhi kebutuhanya suatu perjanjian itu sah atau tidak, maka
mau tidak mau para pelaku usaha dagang perlu melihat kepada aturan mengenai
harus melakukan sewa menyewa yang syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam
diinginkan. Di dalam KUHPerdata telah KUH Perdata bahwa untuk dapat
diatur mengenai perjanjian dan bagaimana dikatakan sebagai sahnya perjanjian
syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:
yaitu dalam Buku III KUHPerdata. 1. Sepakat mereka yang mengikatkan
Dimana dalam pasal 1313 KUHPerdata dirinya
perjanjian merupakan suatu perbuatan 2. Kecakapan untuk membuat suatu
dengan mana satu orang atau lebih perjanjian
mengikatkan dirinya terhadap satu orang 3. Suatu hal tertentu
lain atau lebih. hubungan hukum antara 4. Suatu sebab yang halal
dua orang atau dua pihak, berdasarkan Dalam melaksanakan suatu
mana pihak yang satu berhak menuntut perjanjian para pihak sering kali
suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak melalaikan apa yang telah diperjanjikan
yang lain berkewajiban untuk memenuhi meski pun telah dituangkan dalam suatu
tuntutan itu Suatu perjanjian adalah suatu perjanjian tertulis demikian dalam
peristiwa dimana seorang berjanji kepada pelaksaannya seringkali terdapat
seorang lainnya atau dimana dua orang itu penyimpanganpenyimpangan dari isi
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. perjaniian atau yang disebut dengan
Dari peristiwa ini, timbullah suatu wanprestasi. Wanprestasi adalah dimana
hubungan antar dua orang tesebut yang salah satu pihak telah melakukan
dinamakan perikatan. Perjanjian itu perbuatan yang tidak sesuai dengan hak
menerbitkan suatu perikatan antara dua dan kewajiban yang telah mereka sepakati
orang yang membuatnya terikat. Dalam atau dengan kata lain ketiadaan
bentuknya, perjanjian itu berupa rangkaian pelaksanaan janji. Contoh dari wanprestasi
perkataan yang mengandung janji-janji tersebut misalnya adanya keterlambatan
atau kesanggupan yang diucapkan atau pembayaran sewa yang telah mereka
ditulis. sepakati antara dua orang atau dua pihak.
Sewa menyewa menurut KUH Perjanjian sewa menyewa
Perdata pasal 1338 asas itikad baik hendaknya dibuat secarat tertulis dengan
merupakan suatu perjanjian yang mana asas itikad baik. Perjanjian yang dibuat
pihak yang satu mengikatkan diri untuk secara tertulis akan memudahkan suatu
menyerahkan suatu benda dan gedung transaksi atau dalam hal sewa menyewa
pihak lain membayar dengan harga yang membuat para pihak menjadi lebih
disepakati dengan waktu tertentu . bertanggung jawab dalam memenuhi hak
Sedangkan perjanjian adalah suatu dan kewajibannya. Pentingnya perjanjian
perbuatan hukum yang minimal dilakukan sewa menyewa dibuat secara tertulis salah
oleh dua pihak, dimana salah satu pihak satunya ialah untuk mengingatkan para
berkewajiban untuk membayar sesuatu, pihak dalam memenuhi perjanjian yang
sedangkan pihak lainnya berhak telah disepakati. perjanjian yang dibuat
menguasai suatu benda atau gedung dalam secara lisan akan menyulitkan dalam hal
pembuktian bila terjadi masalah karena

406 PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DITINJAU


BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
William H. Sianipar 1)
beban pembuktian dalam hukum perdata 2. Ada unsur pokok yaitu barang,
dibebankan pada kebenaran formil dan harga, dan jangka waktu sewa
sangat jelas bahwa perjanjian secara lisan. Barang adalah harta kekayaan yang
Berangkat dari hasil penelitian yang berupa benda material, baik
dilakukan, maka peneliti berkewajiban bergerak maupun tidak bergerak.
untuk lebih mencermati dan menelaah Harga adalah biaya sewa yang
bagaimana tinjauan hukum perdata berupa sebagai imbalan atas
mengenai sewa menyewa berasaskan pemakaian benda sewa. Dalam
itikad baik. Oleh karena itu penulis tertarik perjanjian sewa-menyewa
melakukan penelitian dengan judul pembayaran sewa tidak harus
skripsi,“Penerapan Asas Itikad Baik berupa uang tetapi dapat juga
Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa mengunakan barang ataupun jasa
Ditinjau Berdasarkan Pasal 1338 (pasal 1548 KUH Perdata). Hak
Kuhperdata” untuk menikmati barang yang
diserahkan kepada penyewahanya
2. TINJAUAN PUSTAKA terbatas pada jangka waktu yang
1. Pengertian Perjanjian Sewa ditentukan kedalam perjanjian.
Menyewa 3. Ada kenikmatan yang diserahkan
Perjanjian sewa-menyewa diatur di Kenikmatan dalam hal ini adalah
dalam babVII Buku III KUH Perdata yang penyewa dapat menggunakan
berjudul “Tentang Sewa-Menyewa” yang barang yang disewa serta
meliputi pasal 1548 sampai dengan pasal menikmati hasil dari barang
1600 KUH Perdata. Definisi perjanjian tersebut. Bagi pihak yang
sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH menyewakan akan memperoleh
Perdata menyebutkan bahwa: “ Perjanjian kontra prestasi berupa uang,
sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, barang, atau jasa menurut apa yang
dengan mana pihak yang satu mengikatkan diperjanjikan sebelumnya.
dirinya untuk memberikan kepada pihak Perjanjian sewa-menyewa
yang lainya kenikmatan dari suatu barang, merupakan perjanjian konsensuil,
selama waktu tertentu dan dengan yang berarti perjanjian tersebut sah
pembayaran suatu harga, yang oleh pihak dan mengikat apabila sudah
tersebut belakangan telah disanggupi tercapai kata sepakat diantara para
pembayaranya. pihak tentang unsur pokok
ciri-ciri dari perjanjian sewa-menyewa, perjanjian sewa-menyewa yaitu
yaitu: barang dan harga.
Di dalam KUH Perdata tidak
1. Ada dua pihak yang saling dijelaskan secara tegas tentang bentuk
mengikatkan diri. Pihak yang perjanjian sewamenyewa sehingga
pertama adalah pihak yang perjanjian sewa-menyewa dapat dibuat
menyewakan yaitu pihak yang secara lisan maupun tertulis. Bentuk
mempunyai barang. Pihak yang perjanjian sewa-menyewa dalam praktek
kedua adalah pihak penyewa, yaitu khususnya sewa-menyewa bangunan
pihak yang membutuhkan dibuat dalam bentuk tertulis. Para pihak
kenikmatan atas suatu barang. Para yang menentukan subtansi atau isi
pihak dalam perjanjian sewa- perjanjian sewa-menyewa biasanya yang
menyewa dapat bertindak untuk paling dominan adalah pihak yang
diri sendiri, kepentingan pihak lain, menyewakan dikarenakan posisi penyewa
atau kepentingan badan hukum berada dipihak yang lemah.
tertentu.

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 405-414 407


2. Wanprestasi Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1996
Perkataan wanprestasi berasal Tentang Hak Tanggungan Atas
daribahasa Belanda berarti “prestasi Tanah Beserta Benda-benda Yang
buruk”. Pelaksanaan kewajiban yang Berkaitan dengan Tanah, Bahan
dilakukan tidak tepatpada waktunya atau Hukum Sekunder, yaitu Buku-buku,
dilakukan tidak menurut selayaknya maka Makalah, Artikel, Internet; Bahan Hukum
disini dapat dilihat bahwa seorang debitur Tersier, yaitu pendukung lain, misalnya
disebutkan dalam keadaan wanprestasi, Kamus Buku-buku ensiklopedia.
apabila ia dalam pelaksanaan prestasi Teknik pengumpulan data dengan cara
perjanjian telah lalai dan “terlambat” dari studi kepustakaan.
jadwal yang telah ditentukan atau dalam
melaksanakan prestasi tidak menurut Pendekatan yang digunakan dalam
sepatutnya, jadi dapat dikatakan bahwa penelitian hukum ini adalah : Pendekatan
wanprestasi adalah apabila debitur tidak perundang-undangan (statue approach),
memenuhi kewajibannya dalam suatu Pendekatan konseptual (conceptual
perikatan, ia dikatakan ingkar approach) Analisa yang digunakan lebih
janji.Sedangkan prestasi adalah lawan kata banyak kepada pola pikir (paragdigma)
dari wanprestasi adalah hal-hal yang yang diteliti dengan pendekatan teori-teori
dilaksanakan oleh suatu pihak dalam yang dipakai.Begitu isu hukum ditetapkan,
perjanjian. M. Yahya Harahap dalam perlu dilakukan penelusuran untuk
bukunya segi-segi hukum perjanjian, yang mencari bahan-bahan hukum yang relavan
dimaksud dengan wanprestasi adalah: terhadap isu yang dihadapi.
“Pelaksanaan kewajiban yang dilakukan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak tepatpada waktunya atau dilakukan
1. Perjanjian Standar dan
tidak menurut selayaknya maka disini
Perjanjian Baku
dapat dilihat bahwa seorang debitur
Syarat sahnya suatu perjanjian terdapat
disebutkan dalam keadaan wanprestasi,
dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
apabila ia dalam pelaksanaan prestasi
perjanjian telah lalai dan “terlambat” dari 1. Adanya kesepakatan kedua belah
jadwal yang telah ditentukan atau dalam pihak. Maksud dari kata sepakat
melaksanakan prestasi tidak menurut adalah kedua belah pihak yang
sepatutnya, jadi dapat dikatakan bahwa membuat perjanjian setuju
wanprestasi adalah apabila debitur tidak mengenai hal-hal yang pokok
memenuhi kewajibannya dalam suatu dalam kontrak.
perikatan, ia dikatakan ingkar janji. 2. Kecakapan untuk melakukan
Perbuatan Hukum. Asas cakap
3. METODE PENELITIAN melakukan perbuatan hukum
Jenis Penelitian dan Metode yang adalah setiap orang yang sudah
digunakan dalam penelitian ini adalah dewasa dan sehat pikirannya.
penelitian hukum normatif (yuridis Ketentuan sudah dewasa, ada
normatif) Jenis Data yang didapat dalam beberapa pendapat, menurut
penulisan ini merupakan data sekunder. KUHPerdata, dewasa adalah 21
Data sekunder adalah data yang penulis tahun bagi laki-laki dan 19 tahun
peroleh dari penelitian dari kepustakaan bagi wanita.
dan dokumen yang merupakan hasil 3. Adanya Obyek. Sesuatu yang
penelitian, pengolahan orang lain yang diperjanjikan dalam suatu
sudah tersedia dalam bentuk buku, perjanjian haruslah suatu hal atau
makalah, dan dokumen lain yang biasanya barang yang cukup jelas.
di sediakan dalam perpustakaan atau milik 4. Adanya Kausa yang halal. Pasal
pribadi. Bahan Hukum Primer, yaitu 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian

408 PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DITINJAU


BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
William H. Sianipar 1)
yang tidak memakai suatu sebab diartikan sebagai suatu penilaian
yang halal, atau dibuat dengan baik terhadap tindak tanduk suatu
suatu sebab yang palsu atau pihak dalam melaksanakan apa
terlarang, tidak mempunyai yang telah dijanjikan.
kekuatan hukum. Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata
Perjanjian Standar dikenal dengan menyebutkan bahwa perjanjian-perjanjian
istilah dalam bahasa inggris yakni standart harus dilaksanakan dengan itikad baik.
contract. Dalam bahasa Indonesia Rumusan tersebut memberikan arti bahwa
perjanjian standar dikenal juga dengan sebagai sesuatu yang disepakati dan
istilah perjanjian baku. Perjanjian Standar disetujui oleh para pihak, pelaksanaan
merupakan bagian dari pada perjanjian prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus
dibawah tangan dan merupakan perjanjian dihormati sepenuhnya, sesuai dengan
tertulis. Perjanjian standar adalah yang kehendak para pihak pada saat perjanjian
bentuknya telah ditetapkan oleh satu ditutup.
pihak, sedangkan pihak yang lain hanya 3. Penerapan Asas Itikad Baik
menandatangani sebagai tanda Berdasarkan Pasal 1338 Kitab
persetujuan. Perjanjian standar Undang-undang Hukum
berkembang cepat dalam dunia bisnis, Perdata
karena dianggap efesien dan efektif. Perjanjian sewa menyewa pada
2. Konsep Asas Itikad Baik dalam dasarnya, bentuk perjanjian dapat
Perjanjian dan Pengaturannya dibedakan menjadi dua jenis yaitu lisan
di Hukum Perdata dan tulisan. Perjanjian lisan hanya cukup
(KUHPerdata) Indonesia dengan adanya kesepakatan para pihak
Secara sederhana yang dimaksud dengan sedangkan dalam bentuk tulisan adalah
itikad baik dalam suatu perjanjian adalah bentuk perikatan yang dibuat secara
suatu perjanjian hendaklah dilaksanakan tertulis kemudian membubuhkan tanda
dengan jujur dan bersih, sehingga tangan sebagai kata kesepakatan antara
pelaksanaannya nantti tercermin kepastian dua belah pihak. Pelaksanaan perjanjian
hukum dan rasa adil bagi para pihak yang sewa-menyewa memuat ketentuan sebagai
terikat dalam perjanjian tersebut. berikut:
merumuskan itikad baik dengan pengertian a) Para pihak yang
bahwa itikad baik diwaktu membuat suatu menandatangani kontrak yang
perjanjian berarti kejujuran, orang yang meliputi nama, jabatan, dan
beritikad baik menaruh kepercayaan alamat
sepenuhnya kepada pihak lawan yang b) Pokok pekerjaan yang
dianggapnya jujur dan tidak diperjanjikan dengan uraian
menyembunyikan sesuatu yang buruk di yang jelas mengenai jenis dan
kemudian hari akan menimbulkan jumlah barang/jasa yang
kesulitan. diperjanjikan
Subekti membedakan pengertian itikad c) Hak dan kewajiban para pihak
baik ini dalam 2 (dua) pengertian, yaitu, yang terikat di dalam perjanjian
a) Dalam konteks pembuatan d) Nilai atau harga kontrak
perjanjian (formation of contract). pekerjaan, serta syarat-syarat
Itikad baik ini diidentifikasikan pembayaran
sebagai kejujuran salah satu pihak e) Persyaratan dan spesifikasi
dalam pembuatan perjanjian teknis yang jelas dan terinci
b) Dalam konteks pelaksanaan f) Tempat dan jangka waktu
perjanjian (performance of penyelesaian/penyerahan
contract). Itikad baik dipahami dengan disertai jadwal waktu
sebagai suatu kepatutan yang penyelesaian/penyerahan yang

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 405-414 409


pasti serta syarat-syarat pengertian. Pengertian itikad baik yang
penyerahannya pertama adalah pengertian itikad baik
g) Jaminan teknis/hasil pekerjaan dalam arti subyektif itu disebut kejujuran.
yang dilaksanakan dan/atau Pengertian itikad baik dalam artian
ketentuan mengenai subyektif/kejujuran terdapat dalam Pasal
kelayakan 530 BW dan seterusnya yang mengatur
h) Ketentuan mengenai cidera mengenai kedudukan berkuasa (bezit).
janji dan sanksi dalam hal para Itikad baik dala, arti subyektif merupakan
pihak tidak memenuhi sikap batin atau suatu keadaan jiwa.
kewajibannya 5. Kriteria Pelanggaran Asas Itikad
i) Ketentuan mengenai pemutusan Baik Dalam Perjanjian Sewa-
kontrak secara sepihak Menyewa
j) Ketentuan mengenai keadaan Pada dasarnya perjanjian harus
memaksa dilaksanakan oleh para pihak berdasarkan
k) Ketentuan mengenai kewajiban itikad baik, namun dalam kenyataannya
para pihak dalam hal terjadi sering kali salah satu pihak tidak
kegagalan dalam pelaksanaan melaksanakan substansi perjanjian,
pekerjaan walaupun mereka telah diberikan somasi
l) Ketentuan mengenai sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut.
perlindungan tenaga kerja Karena salah satu pihak lalai
m) Ketentuan mengenai bentuk melaksanakan prestasinya maka pihak
dan tanggung jawab gangguan yang lainnya dengan terpaksa memutuskan
lingkungan perjanjian itu secara sepihak. Pemutusan
n) Ketentuan mengenai perjanjian secara sepihak merupakan salah
penyelesaian perselisihan. satu cara untuk mengakhiri perjanjian yang
4. Itikad Baik dalam Hukum dibuat oleh para pihak. Artinya pihak
Perdata Indonesia kreditur menghentikan berlakunya
Salah satu asas hukum khusus perjanjian yang dibuat debitur walaupun
sebagaimana disebutkan di muka adalah jangka waktunya belum berakhir. Ini
asas itikad baik. Asas ini adalah asas disebabkan debitur tidak melasanakan
hukum khusus karena merupakan asas sebagaimana mestiya.
hukum yang hanya berlaku dibidang Pembatalan suatu kontrak adalah satu
hukum perdata saja. Kebanyakan ahli bagian yang paling penting untuk dituntut
hukum mendasarkan kajian itikad baik oleh kreditur (penggugat) dalam
dalam Pasal 1338 ayat (3) BW, yang gugatannya, selain dari tuntutan
mengatur bahwa: “Persetujuan-persetujuan pengambilan biaya, ganti rugi dan bunga.
(perjanjian) harus dilaksanakan dengan Pembatalan suatu kontrak dalam hal ini
itikad baik.” Namun demikian, ayatini harus terlebih dahulu ditegaskan
sebenarnya bukan satu-satunya ketentuan pengertiannya. Apakah pembatalan
dalam BW yang mengatur mengenai itikad tersebut dimaksudkan terhadap seluruh
baik. keberadaan dari kontrak tersebut sehingga
Di samping itu, BW sebenarnya seakan-akan kontrak tersebut tidak pernah
memahami itikad baik dalam berbagai ada dari awal, ataukah penghentian
bentuk; tidak hanya itikad baik yang (pembatalan) seluruh konsekuensi hukum
dikenal dalam Pasal 1338 ayat (3) BW dari pelaksanaan kontrak tersebut
tersebut saja. Asas itikad baik ini kedepannya sebagai akibat dari telah
sesungguhnya berasal dari hukum romawi. terjadinya tindakan wan prestasi.
Di dalam hukum Romawi asas ini disebut Pemutusan perjanjian secara sepihak yang
asas Bonafides. BW mempergunakan dilakukan pihak yang satu kepada pihak
istilah itikad baik dalam 2 (dua) lainnya bukanlah kumulatif, tetapi apabila

410 PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DITINJAU


BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
William H. Sianipar 1)
salah satu alasan tersebut tidak dipenuhi debitur, dapat menimbulkan
oleh pihak lainnya (debitur) maka sudah kerugian bagi kreditur, sanksi atau
dianggap cukup oleh pihak lainnya pula akibat-akibat hukum bagi debitur
(kreditur) untuk melakukan pemutusan yang wanprestasi ada 4 macam,
perjanjian secara sepihak. Pelaksanaan yaitu:
kewajiban para pihak pada prinsipnya a) Debitur diharuskan membayar
adalah suatu pelaksanaan dalam penerapan ganti-kerugian yang diderita oleh
asas itikad baik. Inti utama dari itikad baik kreditur (pasal 1243 KUH Perdata)
adalah adanya pelaksanaan kewajiban b) Pembatalan perjanjian disertai
kontraktual, sehingga apabila para pihak dengan pembayaran ganti-kerugian
melaksanakan kewajiban kontratualnya (pasal 1267 KUH Perdata)
maka para pihak telah melaksanakan asas c) Peralihan risiko kepada debitur
itikad baik tersebut secara objektif, yaitu sejak saat terjadinya wanprestasi
kontraktual. (pasal 1237 ayat 2 KUH Perdata
Penerapan asas itikad baik dalam d) Pembayaran biaya perkara apabila
perjanjian sewa-menyewa dapat dilihat diperkarakan di muka hakim (pasal
sejauh mana masing-masing pihak 181 ayat 1 HIR).
melaksanakan kewajiban kontratualnya, 2. Berakhirnya Perjanjian Sewa
dengan demikian sejauh mana para pihak Menyewa
menjalankan kewajibannya maka sejauh Berakhirnya perjanjian secara
itu pula tindakannya yang beritikad baik. tegas tidak diatur, melainkan dalam
Satu sisi yang harus dipahami adalah KUHPerdata hanya menyebutkan
penerapan asas itikad baik ini tidak hanya mengenai hapusnya perikatan pada Pasal
dibebankan kepada pihak debitur saja 1381 KUHPerdata. Walaupun demikian,
namun juga pada pihak kreditur sebagai ketentuan-ketentuan tentang hapusnya
pihak yang mengemban hak dan kewajiban perikatan tersebut juga merupakan
dalam perjanjian yang mengikat. ketentuan tentang hapusnya perjanjian
1. Akibat Wanprestasi karena pada umumnya perjanjian lahir
Ada empat akibat adanya wanprestasi, karena adanya perikatan. Berdasarkan
yaitu sebagai berikut: pasal 1381 KUHPerdata hapusnya
perikatan karena sebagai berikut :
1. Perikatan tetap ada. a. Pembayaran
2. Debitur harus membayar ganti rugi b. Penawaran pembayaran tunai
kepada kreditur (Pasal 1243 KUH diikuti oleh penyimpanan
Perdata). produk yang hendak
3. Beban resiko beralih untuk dibayarkan itu di suatu
kerugian debitur, jika halangan itu tempat
timbul setelah debitur wanprestasi, c. Pembayaran untang
kecuali bila ada kesenjangan atau d. Kompensasi
kesalahan besar dari pihak kreditur. e. Percampuran utang
Oleh karena itu, debitur tidak f. Pembebasan utang
dibenarkan untuk berpegang pada g. Musnahnya barang yang
keadaan memaksa. terutang
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian h. Kebatalan atau pembatalan
timbal balik, kreditur dapat i. Akibat berlakunya suatu
membebaskan diri dari syarat pembatalan
kewajibannya memberikan kontra j. Lewat waktu.
prestasi dengan menggunakan Menurut Lukamn Santozo Az, perjanjian
pasal 1266 KUH Perdata. Akibat dapat terhapus atau berakhir disebabkan
wanprestasi yang dilakukan oleh beberapa hal, yaitu:

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 405-414 411


a. Pembayaran, yaitu 5. SIMPULAN
pelaksanaan atau pemenuhan Simpulan
tiap perjanjian secara suka 1. Penerapan asas itikad baik
rela. Artinya, tidak ada berdasarkan pasal 1338 Kitab
paksaan dan eksekusi. Undang-undang Hukum
b. Penawaran pembayaran tunai Perdatadilihat sejauh mana
diikuti oleh penyimpanan. masing-masing pihak
Cara pembayaran untuk melaksanakan kewajiban
menolong si berhutang dalam kontratualnya, dengan
hal si berpiutang tidak suka demikian sejauh mana para
menerima pembayran. pihak menjalankan
Barang yang hendak kewajibannya maka sejauh
dibayarkan itu diantarkan itu pula tindakannya yang
pada si berpiutang atau beritikad baik. Satu sisi yang
diperingatkan untuk harus dipahami adalah
mengambil barang itu dari penerapan asas itikad baik ini
suatu tempat. Jika ia tetap tidak hanya dibebankan
menolaknya, maka barang itu kepada pihak debitur saja
disimpan di suatu tempat atau namun juga pada pihak
tanggungan si berpiutang. kreditur sebagai pihak yang
c. Pembaharuan hutang, yaitu mengemban hak dan
perbuatan perjanjian baru kewajiban dalam perjanjian
yang menghapuskan suatu yang mengikat.
perikatan lama, sambil 2. Pengaturan umum asas itikad
meletekan suatu perikatan baik terdapat dalam hukum
baru. Misalnya, seorang perdata Indonesia, ketentuan
penjual barang membebaskan hukum agraria dan ketentuan
si pembeli dari pembayaran umum adat Indonesia.
harga barang, tetapi si Dijelaskan dalam ketentuan-
pembeli diharuskan ketentuan tersebut hal-hal
menandatangani suatu mengenai apa saja yang
perjanjian pinjaman uang menjadi dasar pokok asas
yang jumlahnya sama dengan itikad baik dalam setiap
harga barang tersebut. adanya perjanjian sebagai
d. Kompensasi atau dasar untuk adanya
perhintungan timbal balik. pembuatan perjanjian antara
Jika seseorang yang pihak yang melakukan
berhutang, mempunyai suatu perjanjian.
piutang pada si berpiutang, 3. Kriteria yang melanggar asas
sehingga dua orang itu sama- itikad baik dalam perjanjian
sama berhak menagih piutang sewa yang kerap kali terjadi
satu kepada yang lainnya, adalah ketika salah satu pihak
maka piutang antara kedua lalai dalam melaksanakan
orang tersebut dapat prestasinya maka pihak yang
diperhitungkan untuk suatu lainnya dengan terpaksa
jumlah yang sama (Pasal memutuskan perjanjian itu
1426 KUHPerdata). secara sepihak. Pemutusan
perjanjian secara sepihak
merupakan salah satu cara
untuk mengakhiri perjanjian

412 PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DITINJAU


BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
William H. Sianipar 1)
yang dibuat oleh para pihak. bagi debitur bilamana debitur
Artinya pihak kreditur itu tidak atau belum
menghentikan berlakunya sepenuhnya mampu
perjanjian yang dibuat debitu melaksanakan perjanjian yang
walaupun jangka waktunya dibuat.
belum berkahir. Ini
disebabkan debitur tidak 6. DAFTAR PUSTAKA
melasanakan sebagaimana Buku-Buku
mestinya. Achmad, Ali. 2006. Hukum Pertanahan
Saran Pemberian Hak atas Tanah
Negara Sertifikat dari
1. Dengan penerapan asas itikad Permasalahan. Jakarta: Prestasi
baik yang ada dalam Undang- Pustaka.
undang, maka diharapkan Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian
dalam melakukan perjanjian di Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
dasari dengan ikatan perjanjian Asser, Rutten. Penafsiran Kontrak
secara hukum, bilamana terjadi Menurut Kitab Undang-undang
suatu permasalahan antara Hukum Perdata dan Maknanya
kedua belah pihak ataupun bagi yang Bersangkutan.
terjadinya wanprestasi makaaa Bandung: Ciitra Aditya Bakti
salah satu pihak dapat dituntut Harahap, Yahya. 1996. Segi-Segi Hukum
sesuai dengan undang-undang Perjanjian. Bandung: Alumni
yang mengaturnya. Harsono, Boedi. 1999. Sejarah
2. Adanya pengaturan umum Pembentukan UUPA, Isi dan
tentang asas itikad baik, dapat Pelaksanaannya. Jakarta:
kita jadikan sebagai dasar akan Djambatan
segala hal yang akan kita Khairandy, Ridwan. 2004. Itikad Baik
lakukan maupun yang terjadi dalam Kebebasan Berkontrak.
dalam masyarakat, adanya Jakarta: Pasca Sarjana UI
aturan tersebut menjadi Marhainis. Hukum Perdata Materil.
pedoman penting dalam Jakarta: 2004
kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Sehingga setiap Rahman, Hasanuddin. 2003. Seni
pihak yang melakukan Ketrampilan Merancang Kontrak
perjanjian memiliki itikad baik Bisnis. Bandung: Citra Aditya
sebagai pedoman dalam Bakti
melakukan perjanjian.
3. Dihimbau agar tidak ada lagi Sukarni. 2007. Kontrak elektronik dalam
pelanggaran asas itikad baik Bayang-bayang Pelaku Usaha.
perihal sewa menyewa yang Jakarta: Pustaka Sutra
terjadi antara kedua belah
pihak, dalam arti melakukan Subekti, R. 2005. Hukum Perjanjian. Bali:
perjanjian sewa menyewa Internasa
berdasarkan asas itikad baik Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata.
yang sudah diatur dalam Jakarta: Internasa
undang-undang dalam Satrio.1992. Hukum Perjanjian. Bandung:
tercapainya kedamaian antara Citra Aditya Bakti
pihak yang melakukan Simanjuntak, Ricardo. 2011. Teknik
perjanjian. Dan diharapkan Perancangan Kontrak Bisnis.
adanya perlindungan hukum Jakarta: Publishing

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 405-414 413


Projodikoro, Wijono. 2003. Asas-Asas
Hukum Perjanjian. Bandung:
Bale
Wery, PL. 1990. Perkembangan Hukum
Itikad Baik. Jakarta: Percetakan
Negara RI

Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria

Internet
Jurnallain.padangsidimpuan.ac.id Akibat
Hukum Wanprestasi dalam
Perspektif Hukum Perdata (di
akses 10 Agustus 2020)
http://hukumonline.com. Perjanjian Sewa
Menyewa ( diakses 16 Agustus
2020)
https://jurnal.ugm.ac.id. Penerpan Asas
Itikad Baik (diakses 13 Agustus
2020)

414 PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DITINJAU


BERDASARKAN PASAL 1338 KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
William H. Sianipar 1)

Anda mungkin juga menyukai