PENDAHULUAN
1. Perjanjian
b. Undang-Undang saja
Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah perjanjian
innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan pengaturannya tidak terdapat
dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian innominat ini karena adanya asas yaitu
kebebasan berkontrak dari para pihak, jadi para pihak bebas untuk :
Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari masyarakat, sehingga
tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah satu sumber perikatan adalah dari
kebaiasaan, selain dari perjanjian dan undang-undang. Perjanjian ini merupakan jawaban atas
perkembangan masyarakat yang begitu pesat sehingga menuntut adanya suatu inovasi ketika
mereka melakukan hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERJANJIAN SEWA BELI
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada setiap orang untuk
membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas kebebasan berkontrak dalam
membuat suatu perjanjian.1 Dari pasal tersebut maka pada perkembangannya timbullah
1
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata,” Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”. Sehingga perjanjian tersebut mengikat para pihak yang kemudian menimbulkan
hak dan kewajiban di antara pihak-pihak tersebut.
2
perjanjian-perjanjian dalam masyarakat yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Seperti
perjanjian Sewa Beli atau dikenal dengan istilah HUURKOOP.
Perjanjian sewa beli ini adalah jenis perjanjian tidak bernama (innominaat) yang dalam
Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan yuridis mengenai adanya perjanjian tidak
bernama. Selain itu Perjanjian sewa beli yang merupakan perjanjian innominaat ini haruslah
tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata seperti dalam pasal 1337 KUHPerdata yang
memberikan batasan bahwasanya segala bentuk perjanjian diperbolehkan apabila tidak
dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.
Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1 Surat Keputusan
Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 yang menyebutkan bahwa sewa beli
(Hire Purchase) merupakan sewa beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang
dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai
pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian,
serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlahnya harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. 2
Menurut Subekti, sewa beli sebenarnya semacam jual beli, setidak-tidaknya sewa beli
lebih mendekati jual beli daripada sewa menyewa, meskipun ia merupakan campuran dari
keduanya dan diberikan jual sewa menyewa. sedangkan menurut Sri Soedewi Masychoen
Sofwan, HIRE PUCHASE (HUUR KOOP), ialah lembaga jaminan yang banyak terjadi dalam
praktek di indonesia namun sampai kini belum terdapat pengaturannya dalam undang-
undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana hak tersebut akan berakhir pada
pembeli sewa jika harga barang tersebut sudah dibayar lunas. 3
3
Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional,
2011, hal 13 http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/file1.pdf, diakses tanggal04/05/2014 pukul 10.15
4
Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat pada Tanah
dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung : Citra Aditya Bakti
3
lebih cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah
hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan
untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.
Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan pembeli atau penyewa.
Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa terlebih dahulu dari barang yang ingin
dibelinya. Adapun kewajiban dari para pihak, yaitu sebagai berikut :
a. Hak penjual :
1. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek yang disewabelikan.
2. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak penyewa beli
tidak membayar uang angsuran.
3. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia memindahtangankan
kepada pihak ketiga atau menunggak membayar angsuran.
b. Kewajiban penjual :
1. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.
2. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar dapat dipakai
sebagaimana mestinya.
3. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli apabila pembayaran
harga objek yang disewabelikan telah lunas.
Selanjutnya hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau lazim disebut pihak
kedua.
a. Hak pembeli :
1. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli walaupun hak milik
objek tersebut belum berpindah kepada pihak pembeli sewa sampai harga objek
tersebut di bayar lunas.
2. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang tersembunyi dari
barang yang disewabelinya.
3. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya apabila
pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang diperjanjikan.
b. Kewajiban pembeli :
1. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran lunas, sesuai yang
ditentukan dalam perjanjian.
2. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak rumah tangga
yang baik dan tidak boleh memindahtangankan dalam bentuk apapun sebelum
angsuran dilunasi.
4
Barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase) adalah semua barang niaga
tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari hasil produksi
sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila
produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu. Contohnya : motor, mobil, dll. 5
a. Klausula Eksonerasi
Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi pembatasan pertanggungjawaban
dari kreditur. Klausula ini bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung
jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan
tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam
perjanjian tersebut.
Klausula eksonerasi yang terdapat dalam perjanjian baku pada umumnya terlihat
pada ciri-ciri yang ada yaitu adanya pembatalan tanggung jawab atau kewajiban salah
satu pihak (kreditur) untuk membayar ganti rugi kepada debitur. Badrulzaman
mengemukakan ciri-ciri klausula eksonerasi sebagai berikut :
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang relatif lebih kuat dari debitur.
2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian.
3. Bentuknya tertulis.
4. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. 6
Ciri khas dari pranata sewa beli yaitu perjanjian bentuk tertulis, meskipun bentuk
tertulis bukanlah syarat untuk sahnya suatu perjanjian sewa beli. Dari bentuk tertulis ini
timbul perjanjian-perjanjian yang bentuk maupun isinya telah dibuat oleh salah satu
pihak. Biasanya pembuat perjanjian baku ini adalah pelaku usaha/kreditur/penjual yang
umumnya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat.
Kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud blanko atau formulir
dengan klausul-klausul yang sudah ada, kecuali mengenai harga, cara pembayaran, jangka
waktu, jenis barang, jumlah serta macamnya. Klausul-kalusul tersebut ada yang berisi
pembebasan atau pembatasan tanggung jawab dari pihak yang membuat perjanjian,
dalam hal ini pelaku usaha yang ditujukan untuk melindungi kepentingan pihaknya dari
resiko yang mungkin dihadapinya, yang disebut klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi yang muncul dalam perjanjian sewa beli misalnya klausula
yang menyatakan bahwa kreditur tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan dan
kehilangan. Klausula tersebut membatasi tanggung jawab pelaku usaha/kreditur untuk
membayar ganti rugi kepada konsumen/debitur. 7
5
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan kegiatan usaha sewa beli
(hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)
6
Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di Indonesia. Hal. 50
7
Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor
5
b. Klausul Risiko
Berpedoman pada perkara yang pernah di tangani oleh Pengadilan Negeri
Surabaya, menurut Subekti, risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada
pemilik barang karena selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum
berpindah kepada si penyewa beli.
Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si
penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya
sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih
barada pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli.
Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan jaminan kepada
pihak penjual dimana pihak pembeli tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang
berada dalam kekuasannya tersebut.8
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hak milik beralih kepada penyewa beli
bila ia telah memenuhi semua kewajibannya berdasarkan persetujuan pembelian (uit
hoofde van de koopovereenkomst).
Saat peralihan hak milik dapat di sepakati antara kedua belah pihak, dan dalam
praktek hak milik berakhir setelah pembayaran angsuran telah lunas.
Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu pernyataan saja, karena
barangnya sudah berada di dalam kekuasaan si pembeli dalam kedudukannya sebagai
penyewa cara penyerahan ini di namakan traditio brevimanu (penyerahan dengan tangan
pendek).
Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan tegas. Namun apabila
melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya perjanjian sewa beli ini adalah pada saat
terjadinya persamaan kehendak atau kata sepakat antara penjual dan pembeli atau penyewa.
Dari sisi perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat ditandatanganinya
perjanjian sewa beli oleh para pihak. Jadi, tetap mengacu pada ketentuan pasal 1320 KUH
Perdata tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu :
1. Sepakat
2. Cakap
3. Objek Tertentu
4. Kausa Halal10
Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban dari para pihak,
hak penjual adalah menerima uang pokok beserta angsuran setiap bulannya dari pembeli atau
penyewa sedangkan kewajiban penjual adalah menyerahkan obyek sewa beli. Hak pembeli
atau penyewa adalah menerima barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir
sedangkan kewajiban pembeli adalah membayar uang pokok, uang angsuran setiap bulannya
dan merawat barang yang disewabelikan tersebut.
1. Pembayaran objek yang disewabelikan telah lunas sesuai yang telah diperjanjikan.
2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang melanjutkan.
4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal ini terjadi karena
pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli kepada pihak lain.
9
Ibid. Hal. 55
10
Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa. Hal. 134
11
Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta : Djambatan, hal. 92.
7
2.7 Perbedaan Perjanjian Sewa Beli dengan Perjanjian Jual Beli Angsuran; Leasing; Jual Beli; dan
Sewa Menyewa
Selama pembayaran harga barang belum di Karena hak milik telah berpindah kepada
lunasi maka pembeli di larang untuk menjual pembeli sejak di lakukannya perjanjian jual beli
atau mengalihkan hak atas barangnya kepada yang disertai dengan penyerahan barang maka
orang lain. Hal ini merupakan jaminan bahwa pembeli bebas melakukan perbuatan hukum
barang tidak akan hilang atau rusak selama di apapun atas barang tersebut. Apabila sebelum
kuasai pembeli. Seandainya pembeli tidak angsuran lunas barang tersebut telah
bertanggung jawab sebagaimana mestinya berpindah tangan atau musnah atau rusak,
atas barang tersebut, maka pembeli dapat di maka pembeli hanya dapat dituntut untuk
anggap telah melakukan tindak pidana melunasi sisa hutangnya yang berkaitan
penggelapan sebagaimana di atur dalam Pasal dengan sisa pembayaran sesuai dengan
372 KUHP. tanggung jawabnya.
Merupakan hasil perpaduan dari jual-beli Merupakan bentuk khusus dari perjanjian jual
dengan sewa menyewa. Hal ini dapat beli biasa.
disimpulkan dari penggunaan kata “sewa” dan
8
“beli”.
13
Ibid, hlm. 1.
14
Ibid, hlm. 39.
15
Ibid, hlm. 40.
16
Ibid, hlm. 52-53.
17
Ibid, hlm. 55.
18
Ibid, hlm. 40.
20
Ibid, hlm. 28.
21
Ibid, hlm. 44.
10
februari 1951). Namun
dalam praktik lazim di
perjanjikan bahwa risko
itu dipikul oleh si
penyewa-beli.19
Larangan bagi pemilik Diterbitkan dari suatu janji Seorang yang sudah
barang untuk dimana si penjual diberikan hak menyewakan barangnya
mengambil kembali untuk mengambil kembali misalnya untuk 5 tahun, tidak
barangnya begitu saja barangnya yang telah dijual, boleh menghentikan sewanya
kalau si penyewa-beli dengan mengembalikan harga kalau waktu tersebut belum
menunggak pembaya- pembelian yang telah diterima- habis, dengan dalih bahwa ia
ran, apabila sudah lebih nya, disertai semua biaya yang ingin memakai sendiri barang
dari sepertiga harga dikeluarkan (si pembeli) untuk yang disewakan itu. Tetapi kalau
telah diangsur, penun- menyelengga-rakan pembelian ia menyewakan barangnya tanpa
tutan kembali itu harus serta penyera-hannya, begitu ditetapkannya suatu waktu
lewat Hakim, sedangkan pula biaya-biaya yang perlu tertentu, sudah barang tentu ia
si penyewa-beli selalu untuk pembetulan-pembetulan berhak meng-hentikan sewa itu
boleh mengakhiri per- dan pengeluaran-pengeluaran setiap waktu asal ia
janjian tanpa suatu yang menyebabkan barang yang mengindahkan cara-cara dan
ancaman untuk mem- dijual bertambah harganya. 23 jangka waktu yang diperlukan
berikan ganti keru-gian, untuk pemberitahuan peng-
dan lain-lain.22 akhiran sewa menurut
kebiasaan setempat.24
CONTOH KASUS
Putusan No 2941 K/Pdt/1999 mengenai PERJANJIAN SEWA BELI
19
Ibid, hlm. 54.
22
Ibid, hlm. 55.
23
Ibid, hlm. 28.
24
Ibid, hlm. 41.
11
PT. UNITED TRACTORS dan Ny. Marina Situmorang melakukan perjanjian sewa beli
Bulldozer, merk Komatzu sebanyak 2 (dua) unit pada tanggal 26 September 1995 dengan harga
9.825.000 sedang sisanya sebesar Rp 994.777.454 akan diangsur dalam 18 bulan. Kemudian
dalam pasal 4 ayat 1 perjanjian sewa beli disebut “Pemillik akan menyerahkan Bulldozer yang
tidak dilengkapi dengan alat penarik atau disebut namanya WINS, atas ketidaklengkapan
Bulldozer tersebut PT. UNITED TRACTORS akan segera mengirimnya kelokasi proyek Ny. Marina
Situmorang.
Setelah Bulldozer tersebut dikirim di lokasi proyek ke 2 (dua) unit Bulldozer tersebut
tidak bisa dioperasikan langsung oleh Ny. Marina S karena tidak ada alat penariknya, beberapa
hari kemudian alat penarik tersebut baru dikirim. Akan tetapi setelah beberapa hari
dioperasikan salah satu Bulldozer mengalami kerusakan. Dari rentetan menunggu Bulldozer
terlengkapi alat penarik sehingga dapat dioperasikan hingga kerusakan setelah beberapa alat
tersebut dioperasikan, Ny. Marina mengalami kerugian yang membuat dirinya tak mampu
akan tetapi tidak dihiraukan yang kemudian mengakibatkan penarikan Bulldozer oleh PT.
UNITED TRACTORS. Dari kejadian inilah Ny. Marina mengajukan gugatannya kepada PT. UNITED
TRACTORS mengenai perbuatan melanggar hukum sesuai pasal 1365 KUHPerdata dan Putusan
Dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi, maka menyelesaikan sengketa jika timbul
wanprestasi yaitu :25
1. Musyawarah
25
Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor, hal 10-11 http://untag-
banyuwangi.ac.id/attachments/article/366/ASPEK%20HUKUM%20PERJANJIAN%20SEWA%20BELI
%20KENDARAAN%20BERMOTOR.pdf diakses pada tanggal 04/05/2014 pukul 19.39
12
Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa dan penyewa beli tidak
selamanya dapat diwujudkan dengan lancer tanpa kendala sampai selesai. Sering sekali
timbul sengketa antara kreditur dan debitur sebagai akibat wanprestasi atau perbuatan
yang melawan hukum.
Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya debitur tidak
melakukan prestasi-prestasi yang tercantum dpada lembaran-lembaran akta perjanjian.
Kewajiban utama ialah membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat
waktunya. Akibat hukumdilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan berbagai
alasan yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur, maka kreditur dapat
menerima / menolaknya. Akibat wanprestasi debitur (misalnya tidak membayar
angsuran), maka kreditur dapat melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat
teguran / surat peringatan dapa debitur.
Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli sewa, baik
karena wanprestasi / perbuatan melanggar hukum, ternyata mendeskripsikan bahwa
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi
kepentingannya dengan menekan kerugian yang sekecil-kecilnya, cara musyawarah
untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh terlebih dahulu
oleh para pihak.
2. Jalur Hukum
Klausul-klausul perjanjian yang dibuat para pihak, yaitu kreditur dan debitur
sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka, sehingga harus mematuhinya.
Dalam hal ini perjanjian yang berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman
sanksi yang dibuat oleh mereka sendiri.Biasanya barubenar dilaksanakan, jika sudah
terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjiansewa beli kendaraan
bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian sewa belidansegala akibat
hukumnya,para pihak memilih domisili (tempat kediaman hukum) di kantor panitera
Pengadilan Negeri yang ditunjuk. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah
menunjuk pengadilan sebagai pemutus sengketa,apabila terjadi perselisihan di antara
mereka.
Kreditur dan debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum ke pengadilan,
jika tidak terpaksa. Alasan utamanya adalah masalah biaya, waktu dan tenaga. Apabila
memang terpaksa ditempuh jalan mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara
perdata atau pidana maka cara ini merupakan pilihan terakhir.
Lembaga peradilan tidak akan pernah menangani sengketa perjanjian sewa beli
kendaraan bermotor, jika para pihak cenderung menyelesaikan perselisihan dengan
cara musyawarah. Dapat pula kondisi ini akan terjadi sebaliknya, apabila kesadaran
13
hukum untuk berperkara telah demikian menebal diantara para pihak dalam perjanjian
sewa beli tersebut, sehingga akan semakin menumpuk pula berkas perkara perjanjian
sewa beli di pengadilan. Dengan demikian semakin banyak pula yurispridensi sewa beli,
khususnya yang menyangkut kendaraan bermotor tercipta melalui peradilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan
sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk
perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi
tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi
penyewa barang. Hal yang menjadi penting dalam Perjanjian Sewa Beli adalah mengenai
klausulnya seperti Klausula Eksonerasi, Klausul Risiko, Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik,
Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian, dan Klausul Penarikan Objek
Perjanjian oleh Pihak Penjual.
Risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena
selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum berpindah kepada si
penyewa beli. Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si
penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya
sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih barada
pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli. Apabila risiko
terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan jaminan kepada pihak penjual dimana
pihak pembeli tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang berada dalam kekuasannya
tersebut.
14
3.2 Saran
Hal ini menurut kelompok kami perlu adanya pengaturan tegas mengenai risiko
tersebut. Karena apabila dilihat dari segi hak milik, objek pada perjanjian sewa beli baru
berpindah setelah angsuran sesuai perjanjian telah dilunasi. Dari hak milik ini dapat
disimpulkan bahwa risiko seharusnya ditanggung oleh penjual bukan oleh pihak penyewa beli.
Kelompok kami merasa bahwa perjanjian sewa beli dirasa menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Dimana bagi pihak penjual, ia dapat menjual barangnya dan mendapatkan pembeli yang
jumlahnya lebih banyak juga penjual lebih merasa aman karena selama harga barang belum
dilunasi, maka hak milik belum berpindah kepada pembeli. Bagi pihak pembeli, ia dapat
menikmati manfaat dari barang tersebut dan dapat menjadi pemilik barang tersebut ketika ia
telah membayar uang angsuran seharga barang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat
pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung : Citra Aditya
Bakti
Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas
Pembangunan Nasional, 2011, http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/file1.pdf, diakses tanggal
04/05/2014 pukul 10.15
Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor, Banyuwangi: Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945, 2010, http://untag-banyuwangi.ac.id/attachments/artic
le/366/ASPEK%20HUKUM%20PERJANJIAN%20SEWA%20BELI%20KENDARAAN
%20BERMOTOR.pdf diakses pada tanggal 04/05/2014 pukul 19.39
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan kegiatan usaha
sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)
Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di Indonesia. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan
Bermotor Di surakarta oleh Ary Primadyanta, SH, Universitas Diponegoro
16