PENDAHULUAN
Salah satu bentuk praktik kegiatan sewa menyewa adalah rumah susun
sederhana sewa atau biasa disebut rusunawa. Rusunawa adalah bangunan
dengan status penguasaan melalui sewa menyewa antara Pihak UPT Dinas
Perumahan dengan penghuni rusunawa. Sehingga yang berperan sebagai pihak
yang menyewakan adalah UPT Dinas Perumahan (pemerintah) dan pihak
penyewa adalah penghuni (masyarakat luas). Rusunawa sendiri dibangun
dengan dana dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
1
1.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui sistem sewa menyewa rumah susun sederhana sewa (RUSUNAWA)
di Indonesia, mengetahui penyimpangan perjanjian sewa menyewa pada rumah
susun sederhana sewa (RUSUNAWA) dan mengetahui cara penyelesaian
masalah yang timbul pada kasus sewa menyewa rumah susun sederhana sewa
(RUSUNAWA).
BAB II
LANDASAN TEORI
2
suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang
tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya.
Dalam perjanjian sewa-menyewa sebenarnya tidak perlu disebutkan
untuk berapa lama barang disewanya, asal sudah disetujui berapa harga
sewanya untuk satu jam (misalnya sewa mobil), satu hari, satu bulan, atau satu
tahun. Dalam sewa-menyewa tidaklah menjadi keberatan bahwa harga sewa itu
berupa barang atau jasa.
3
a. Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai
dengan tujuan yang diberikan kepada barang itu menurut perjanjian
sewanya.
b. Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan menurut
perjanjian.
4
seluruh baang musnah maka menurut Pasal 1553 KUH Perdata menyebabkan
perjanjian sewa menyewa itu sendiri gugur demi hukum.
Pasal 1553 ayat (2) menyetakan bahwa dalam hal barang yang musnah
adalah sebagian saja, maka penyewa dapat melakukan dua hal, yaitu meminta
pengurangan harga sewa atau membatalkan sewa menyewa.
2.1.9 Mengulang-Sewakan
Mengulang-sewakan dan melepaskan sewanya kepada orang lain
dilarang, kecuali kalau hal-hal itu diperjanjikan, tetapi kalau menyewakan
sebagian dari sebuah rumah tempat tinggal yang disewa adalah diperbolehkan,
kecuali kalau hal itu telah dilarang dalam perjanjian sewanya.
5
2.1.12 Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa
Berakhirnya perjanjian sewa menyewa pada dasarnya sesuai dengan
berakhirnya perjanjian pada umumnya sebagaimana diatur dalam pasal 1381
KUH Perdata. Secara khusus, perjanjian sewa-menyewa dapat berakhir karena
dua hal, yaitu:
a. Masa sewa berakhir
berakhirnya masa sewa yang tidak dilakukan perpanjangan membuat
perjanjian sewa menyewa berakhir demi hukum, tanpa perlu adanya penetapan
dari pengadialan. Pasal 1570 KUH Perdata meyatakan apabila perjanjian
tersebut disebut secara tertulis, maka perjanjian sewa menyewa ini berakhir demi
hukum tanpa diperlukan suatu pemberhentian untuk itu. Sedangkan pasal 1571
KUH Perdata, menerangkan apabila perjanjian sewa menyewa dibuat secara
lisan, maka sewa menyewa tidak berakhir pada waktu yang ditentukan,
melainkan sesuai perjanjian yang telah disepakati dan memperhatikan tenggang-
tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.
b. Terpenuhinya syarat tertentu dalam perjanjian sewa-menyewa
Suatu perjanjian sewa menyewa pada umumnya dapat mencantumkan
syarat batal maupun syarat tangguh terhadap perjanjiannya apabila dipenuhi
suatu syarat yang diperjanjikan tersebut.
Pasal 1575 KUH Perdata menentukan bahwa perjanjian sewa menyewa
tidak berakhir karena ada salah satu pihak yang meninggal dunia, baiik penyewa,
maupun pihak yang menyewakan. Seluruh kewajiban dan haknya diteruskan
kepada ahli warisnya. Selain itu, perjanjian sewa menyewa juga tidak dapat
diputus apabila barang yang disewakan beralih hak kepemilikannya melalui jual
beli, kecuali jika telah ditentukan sebelumnya dalam pernjian tersebut.
6
menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah, yang artinya berbeda dengan
apartemen. Ada dua jenis rusun, yaitu rusunami dan rusunawa.
Rusun adalah singkatan dari rumah susun. Pengertian rumah susun
menurut kamus besar Indonesia merupakan gabungan dari pengertian rumah
dan pengertian susun. Rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal, sedangkan
pengertian susun yaitu seperangkat barang yang diatur secara bertingkat. Jadi
pengertian rumah susun adalah bangunan untuk tempat tinggal yang diatur
secara bertingkat.
Rumah susun sering kali dikonotasikan sebagai apartemen versi
sederhana, walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan
sebagai rumah susun. Rusun dibangun sebagai jawaban atas terbatasnya lahan
untuk pemukiman di daerah perkotaan.
Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik.
Penambahan kata sederhana setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada
pikiran masyarakat awam rusun yang ada sudah sangat sederhana. Namun
kenyataannya rusunami yang merupakan program perumahan yang digalakkan
pemerintah ini, merupakan rusun bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah
lantai lebih dari 8. Secara fisik, tampilan luarnya mirip dengan apartemen. Kata
milik yang ditambahkan di belakangnya berarti pengguna tangan pertama adalah
pembeli yang membeli secara langsung dari pengembangnya. Istilah lain yang
sering diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah apartemen
bersubsidi, disebabkan karena pemerintah memberikan subsidi bagi pembeli
rusunami. Namun hanya pembeli yang memenuhi syarat saja yang berhak diberi
subsidi. Warga masyarakat yang tidak memenuhi syarat tetap dapat membeli
rusunami, namun tidak berhak atas subsidi.
Berbeda dengan Rusunami, Rusunawa adalah Rumah Susun Sederhana
Sewa. Rusunawa umumnya memiliki tampilan yang kurang lebih sama dengan
rusunami, namun bedanya penggunanya harus menyewa dari pengembangnya.
Pengertian rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa
berdasarkan PERMEN No.14/ 2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun
Sederhana sewa yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa
serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi
utamanya sebagai hunian.
7
2.2.2 Tujuan Pembangunan Rusun
Kebijaksanaan dibidang perumahan dan permukiman pada dasarnya
dilandasi oleh amanat GBHN (1993) yang menyatakan pembangunan
perumahan dan permukiman dilanjutkan dan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas hunian dan lingkungan kehidupan keluarga/masyarakat. Pembangunan
perumahan dan permukiman perlu dtingkatkan dan diperluas sehingga dapat
menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Untuk menunjang dan memperkuat kebijaksanaan pembangunan rumah
susun, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.16 Tahun 1985 tentang
rumah susun. Undang- undang rumah susun tersebut untuk mengatur dan
menegaskan mengenai tujuan, pengelolaan, penghunian, status hukum dan
kepemilikan rumah susun. Adapun tujuan pembangunan rumah susun adalah :
a. Meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian
hokum dalam pemanfaatannya.
b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan
dengan memperhatikan kelestariaan sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.
c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi
kehidupan masyarakat.
Pengaturan dan pembinaan rumah susun dapat dilakukan oleh pemerintah atau
diserahkan kepada Pemda. Pada pelaksanaan pengaturan dan pembinaan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Dalam UU No.16 Tahun 1985, juga disebutkan
pemerintah memberikan kemudahan bagi masyarakat golongan rendah untuk
memperoleh dan memiliki rumah susun yang pelaksanaannya diatur dengan PP
(Pasal 11 ayat 1 dan 2).
Pemerintah Indonesia lebih memberlakukan rumah sebagai barang atau
kebutuhan sosial. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah dalam
membantu pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan belum memiliki tempat tinggal.
8
b. Pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola
atas barang milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan
fungsi rusunawa yang meliputi kebijakan perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan
dan pengendalian rusunawa.
c. Pengelola, yang selanjutnya disebut badan pengelola, adalah instansi
pemerintah atau badan hukum atau badan layanan umum yang ditunjuk oleh
pemilik rusunawa untuk melaksanakan sebagian fungsi pengelolaan
rusunawa.
d. Pemilik rusunawa, yang selanjutnya disebut sebagai pemilik, adalah
pengguna barang milik negara yang mempunyai penguasaan atas barang
milik negara berupa rusunawa.
e. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang
berupa rusunawa untuk dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk sewa,
pinjam pakai, dan kerjasama pemanfaatan, dengan tidak mengubah status
kepemilikanyang dilakukan oleh badan pengelola untuk memfungsikan
rusunawa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
f. Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah sesuai peraturan yang berlaku yang
melakukan perjanjian sewa sarusunawa dengan badan pengelola; Tarif Sewa
adalah jumlah atau nilai tertentu dalam bentuk sejumlah nominal uang
sebagai pembayaran atas sewa sarusunawa dan/atau sewa bukan hunian
rusunawa untuk jangka waktu tertentu.
g. Pengembangan adalah kegiatan penambahan bangunan dan/atau komponen
bangunan, prasarana dan sarana lingkungan yang tidak terencana pada
waktu pembangunan rusunawa tetapi diperlukan setelah bangunan dan
lingkungan difungsikan.
h. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima aset kelola
sementara kepada badan pengelola dan penghuni rusunawa meliputi
pembinaan, pelatihan, dan penyuluhan.
i. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan
peraturan perundang-undangan mengenai rumah susun sederhana sewa dan
upaya penegakan hukum.
j. Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang selanjutnya disebut MBR, adalah
masyarakat yang mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
kepemilikan rusunawa dapat terjadi apabila ada perjanjian jual beli rusunawa itu
sendiri, atau nantinya disebut (rumah susun sederhana miliki) rusunami .
Perikatan sewa pada rusunawa akan melahirkan pola hubungan antara
pengelola dengan penyewa rusunawa yang melahirkan hak dan kewajiban
antara pengelola dengan penyewa.
Persyaratan untuk menyewa rusunawa adalah masyarakat yang belum
memiliki tempat tinggal, masyarakat yang memiliki penghasilan dan merupakan
warga yang berkartu identitas daerah itu sendiri. Sementara persyaratan untuk
dapat menyewa di setiap rusunawa berbeda-beda. Misalnya untuk menyewa
Rusunawa Marunda, di DKI Jakarta, seperti yang dilansir Tribunnews,
masyarakat perlu memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: foto copy KTP DKI
Jakarata, foto copy kartu keluarga dan surat nikah (bagi yang sudah berumah
tangga), pas photo berwana ukuran 3x4 (3 lembar), pas photo berwarna ukuran
4x6 (1 lembar), surat keterangan belum memliki rumah dari kelurahan (PM1),
surat keterangan pengahasilan / slip gaji, materai, bagi pemohon yang berkasnya
lolos verifikasi wajib membuka rekening tabungan Bank DKI atas nama pemohon
dan menyetorkan jaminan retribusi sebesar tiga kali retribusi tiap bulan.
Persyaratan diatas merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi pihak
penyewa agar terjadi perjanjian yang sah diantara kedua pihak.
Dari banyak praktik mengenai sewa meyewa rusunawa ini pada awalnya
pihak penyewa dapat memenuhi semua kewajiban atau persyaratan yang
dibutuhkan, namun lambat laun mulai banyak masalah atau kendala yang
dihadapi pemerintah. Permasalahan rusunawa dapat dikategorikan dalam
beberapa kelompok, antara lain adalah : masalah bangunan, masalah sarana
dan, masalah penghuni.
11
Menurut hukum yang mengatur masalah sewa menyewa kasus seperti
pengalihan hak huni dengan cara menyewakan atau menjual kepada pihak lain
adalah hal yang dilarang. Hal tersebut merupakan praktik dari mengulang
sewakan dan melepaskan sewanya kepada orang lain. Pihak penyewa dapat
mengulang sewakan benda/barang yang ia sewa apabila telah ada perjanjian
dengan pihak penyewa (pemerintah). Berdasarkan persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum dapat menghuni rusunawa, pemerintah telah meberikan
berbagai syarat agar hanya masyarakat dengan kriteria tertentu yang dapat
menyewa rusunawa.
Kasus menyewakan kembali rusunawa ini masih marak terjadi,
pemerintah sering tidak mengetahui dan sulit melacak penghuni yang mengulang
sewakan rusunawa. Contohnya di rumah susun DPU kota Solo pada tahun 2011,
pemerintah mengaku kesulitan membongkar kasus tersebut karena dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan warga lain yang mengetahui tidak melaporkan.
Menurut kepala UPTD rumah susun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo
jumlah kamar yang disewakan tidak lebih dari tiga persen, namun pihaknya
berjanji akan teteap menerapkan sanksi agar terjadi efek jera sehingga tidak
meluas ke rusunawa-rusunawa yang lain.
Kasus pelanggran perjanjian sewa menyewa rusunawa yang saat ini juga
sering menjadi kendala utama adalah keterlambatan dalam membayar sewa.
Pembayaran yang sering terjadi penunggakan tidak hanya terjadi pada
kewajiban penyewa dalam membayar uang sewa kamar, namun juga
pembayaran rekening listrik dan rekening air.
Contoh kasus penunggakan pembayaran terjadi di rusunawa Marunda,
Jakarta. Menurut Kompas.com kondisi perekonomian masyarakat yang lesu,
membuat beberapa penghuni rumah susun sewa (Rusunawa) Marunda,
Cilincing, Jakarta Utara, membuat menunggak retribusi pembayaran sewa di
rusun tersebut. Penunggakan tersebut bahkan tidak tanggung-tanggung
mencapai 2,3 miliar rupiah. Jumlah tersebut merupakan data dari Unit Pengelola
pembayaran sewa mencapai Rp 2,3 miliar itu merupakan akumulasi dari 410 unit
12
menderita suatu penyakit, dan ada warga yang tidak memiliki penghasilan.
Bahakan ada salah satu penghuni lain di Blok Hiu,yang berprofesi sebagai
penyewa adalah membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan
menurut perjanjian. Kasus ini tidak hanya terjadi di Rusunawa Marunda, namun
juga menjadi problem hampir disemua rusunawa yanga ada di Indonesia.
Penunggakan memang menjadi dilema tersendiri bagi pemerintah, pasalnya
rusunawa memang diperuntukkan untuk warga yang berekonomi lemah
sehingga resiko penunggakan cukup tinggi.
Untuk mengatasi masalah penunggakan Pengelola Rusun Wilayah I
rumah dalam membayar sewa. Namun upaya pengelola rumah susun sewa di
ingin mencari jalan keluar dengan melakukan komunikasi secara personal untuk
dibangun dengan uang rakyat (dari APBN dan APBD), namun sulit untuk
sewa.
Kasus penyewaan rusunawa ini sesungguhnya sangat kompleks, tidak
sebatas pada pihak penyewa yang meyewakan kembali kamarnya dan
menunggak sewa, tetapi juga banyak permasalahan lain. Mulai dari penghuni
13
yang menerima tamu melebihi batas jam berkunjung (jam 23.00), apalagi sampai
menginap tanpa melaporkan kepada pengelola, membuat kegaduhan yang
mengganggu tetangga hunian lainnya, termasuk membiarkan anak menangis
keras, memelihara binatang peliharaan yang dilarang (khususnya anjing dan
kucing sesuai Peraturan Menteri Perumahan Rakyat tentang Rusunawa),
menjemur pakaian atau karpet tidak pada tempat yang telah ditentukan,
sehingga menimbulkan kesan kumuh, membiarkan sampah bertumpuk lama
didepan huniannya (selasar) yang bisa menimbulkan penyakit bagi penghuni
maupun tetangga hunian lainnya.
Pemerintah telah melakukan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat akan hunian yang layak dengan perencanaan dan
perancangan yang matang. Segala usaha untuk menciptakan Indonesia yang
lebih baik telah dilakukan. Penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh tidak hanya semata-mata didasarkan atas alasan fisik dan lingkungan
serta estetika kawasan perkotaan saja, tetapi tinjauan dan sentuhan dari sisi
sosial, budaya serta ekonomi kemasyarakatan.
Rumah susun merupakan alternatif pilihan perumahan di kota akibat
keterbatasan lahan dan harga lahan yang mahal. Pembangunan rusunawa
sesungguhnya sangat menguntungkan masyarakat ekonomi rendah karena
biaya perbulan hanya sekitar Rp 400.000,00 hingga Rp 500.000,00 dan
penghuninya memiliki kekuatan hukum. Pemerintah juga sangat memperhatikan
aspek lokasi, transportasi, fasilitas, dan berusaha menciptakan lingkungan yang
teratur, bersih danmemenuhi syarat rumah yang layak. Oleh karena itu sebagai
warga yang baik, hendaknya pihak penyewa (penghuni rusunawa) memenuhi
segala kewajibannya agar perjanjian yang dilakukan saling memberi manfaat dan
tidak saling merugikan.
BAB IV
14
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rusunawa merupakan program yang hingga saat ini masih menjadi
komitmen pemerintah untuk menangani pemukiman kumuh di Indonesia.
Hubungan hukum antara pengelola dengan penyewa rusunawa adalah
hubungan sewa yang diikat dengan perjanjian sewa berdasarkan Undang-
Undang, yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 dan 1352 KUH Perdata.
Dengan demikian hubungan hukum tersebut termasuk wilayah Hukum
Administrasi Negara. Macam-macam pelanggaran kewajiban yang dilakukan
penyewa adalah mengalihkan hak sewa rusunawa kepada orang lain tanpa
sepengetahuan pengelola, menunggak uang sewa, dan masalah pelanggaran
peraturan lainnya. Bentuk penyelesaian yang dilakukan pengelola terhadap
pelanggaran kewajiban penyewa adalah melalui komunikasi untuk mengingatkan
kewajiban pihak penyewa, sanksi lisan dengan teguran yang merupakan hukum
kebiasaan, dan tindakan tegas membatalkan perjanjian sewa rusunawa.
DAFTAR PUSTAKA
15
Direktorat jenderal cipta karya. 2012 . Rusunawa, Komitmen Bersama
Penaganan Pemukiman Kumuh. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum.
Siti Soetami. 2007. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung : PT. Refika
Aditama.
16